Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang) T2 942012071 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan proses mengubah input
menjadi output. Perubahan itu dinyatakan dalam
bentuk peningkatan perubahan perilaku peserta didik.
Muhibbin Syah (1995: 115) menyatakan bahwa tidak
semua perubahan tingkah laku suatu makluk
hidup/organisme dapat diartikan belajar. Perubahan
tingkah laku dapat dikatakan belajar apabila memiliki
ciri-ciri perubahan yang spesifik. Surya (1982) dalam
Muhibbin Syah (1995: 115) menyatakan bahwa ciri-ciri
khas yang menjadi perilaku belajar adalah perubahan
itu intensional, positif dan aktif serta efektif dan
fungsional. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa belajar itu dilakukan dengan sengaja dan
disadari, perubahannya sesuai dengan harapan serta
membawa pengaruh dan memiliki manfaat tertentu
bagi siswa.
Guru menjadi kunci utama dalam proses belajar
mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Prasetyo,

Z.K., (2013: 1) yang menyatakan bahwa guru adalah
kunci mutu pendidikan. Berbagai input baik
kurikulum, materi, fasilitas akan dipadukan oleh guru
untuk pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini
konsisten dengan pemikiran Budimansyah, et. al (2010:
21) yang menggambarkan proses pendidikan dalam
sebuah bagan sebagai berikut:

1

Guru, kurikulum,
Fasilitas

Peserta
didik

PROSES

OUTPUT


OUTCOMES

Alam:
Geografis,
demografis
Sosekbud:
Kemampuan sosial
ekonomi,

Gambar 1
Pendidikan sekolah sebagai suatu sistem
Berdasarkan bagan diatas diperoleh gambaran bahwa
dalam proses pembelajaran, dipengaruhi oleh faktor
guru, kurikulum, fasilitas pendidikan, faktor alam
(geografis dan demografis) serta faktor sosekbud
(kemampuan sosial ekonomi, kebudayaan) guna
mencapai tujuan pembelajaran. Guru sebagai salah
satu
komponen
yang

mempengaruhi
hasil
pembelajaran siswa memiliki peranan yang sentral,
mampu mengelola faktor-faktor yang lain yang
mempengaruhi proses pembelajaran.
Mengingat betapa pentingnya peranan guru
dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran
peserta didik, maka kompetensi guru harus selalu
ditingkatkan. Kompetensi ini meliputi kompetensi
kepribadian, paedagogik, professional dan sosial.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen menegaskan bahwa penyelenggaraan
pendidikan bermutu akan dihasilkan oleh guru yang
profesional. Sehingga guru professional diharapkan
dapat mengelola proses belajar mengajar di kelas
dengan baik dengan memanfaatkan faktor-faktor
2

pendudung,
serta

meminimalkan
faktor-faktor
penghambat. Proses belajar mengajar akan menjadi
menarik dan menyenangkan.
Mata pelajaran IPA merupakan salah satu
pelajaran tentang alam sekitar sebagai mata pelajaran
Ujian Nasional (UN) yang sampai saat ini masih
digunakan sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan
pembelajaran di sekolah, khusunya SMP. Berdasarkan
hasil wawancara secara terbuka dengan guru-guru IPA
SMP Negeri 41 Semarang melalui forum MGMP tingkat
sekolah, permasalahan yang muncul adalah guru tidak
memahami esensi pelajaran yang harus diajarkan.
Guru tidak memiliki kreativitas dalam membuat inovasi
penyampaian pelajaran IPA yang mudah diterima
siswanya. Guru lebih menitik beratkan mengajar
daripada mengkondisikan peserta didik melakukan
proses belajar. Fenomena seperti ini merupakan
tantangan yang harus segera dijawab dengan
menghadirkan paradigma pembelajaran berorientasi

pada pemberdayaan siswa dan guru sebagai fasilitator.
Permasalahan pembelajaran IPA tersebut diduga
disebabkan oleh berbagai faktor. Di antaranya adalah
kinerja guru yang masih rendah, kurangnya perhatian
kepala sekolah dalam memberikan bimbingan kepada
guru, penguasaan materi pelajaran yang tidak
sempurna. Sementara itu Prasetyo, Z.K. (2013: 1)
menjelaskan bahwa berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa mutu guru kita masih rendah,
terutama kemampuannya mengajar IPA.
Keadaan saat ini masih banyak dijumpai hal-hal
yang terjadi dalam proses pembelajaran, yaitu: yang
seharusnya menyenangkan justru membuat peserta
didik merasa tertekan karena jenuh, sarat muatan,
ragam tugas yang seharusnya menantang justru
membuat putus asa; yang seharusnya berpartisipasi
aktif justru peserta didik pasif. Kondisi semacam ini
tidak sesuai dengan apa yang tertulis dalam Peratuaran

3


Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang menyatakan
bahwa proses pembelajaran diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik. Guna mencapai proses pembelajaran tersebut,
perlu diupayakan kerja sama dari semua pihak (kepala
sekolah dan guru).
Hasil
wawancara
terbuka
dengan
siswa,
terungkap bahwa pelajaran IPA merupakan mata
pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini
memberikan tantangan bagi guru agar menjadikan
mata

pelajaran
IPA
menjadi
menarik
dan
menyenangkan
melalui
pembaharuan
metode
pembelajaran.
SMP Negeri 41 Semarang merupakan sekolah
hasil relokasi SMP 35 Semarang karena faktor kondisi
tanah yang labil sehingga gedung sekolah retak dan
tanahnya ambles akibatnya tidak dapat digunakan
untuk proses pembelajaran. Sebagai salah satu sekolah
negeri yang sudah memperoleh predikat sebagai
Sekolah Standar Nasional (SSN) sejak tahun 2011,
ternyata hasil Ujian Nasional (UN) masih sangat
rendah. Kondisi ini dimungkinkan oleh beberapa faktor,
yaitu inpun siswa yang rendah, sarana dan prasarana

yang belum memadahi, dukungan orang tua siswa yang
rendah serta mutu proses pembelajaran yang belum
optimal. Berdasarkan data yang diperoleh dari sekolah,
nilai Ujian Nasional (UN) mata pelajaran IPA dua (2)
tahun terakhir dapat digambarkan sebagai berikut:

4

Tabel 1. 1
Perbandingan Nilai UN
Mata Pelajaran IPA Tahun 2011 dan 2012
Nilai

Tahun
Pelajaran

Tertinggi

Terendah


Rata-rata

2011/2012

10,00

2,00

6,33

D

2012/1013

7,75

2,50

4,95


C

Klasifikasi

Sumber: Data primer yang diolah, 2013

Berdasrkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai IPA
pada Ujian Nasional (UN) dalam kurun waktu dua
tahun terakhir sangat rendah, bahkan kalau ditinjau
dari rata-ratanya mengalami penurunan. Hal ini
mengindikasikan bahwa pembelajaran IPA belum
optimal. Selain hasil nilai UN yang sangat rendah,
selama mengikuti OSN IPA tingkat kota Semarang SMP
Negeri 41 Semarang belum pernah menduduki 10
besar.
Berdasarkan fakta yang dipaparkan di atas,
maka sangat urgen dilakukan pembenahan dalam
proses pembelajaran IPA di kelas. Salah satu cara
untuk memperbaiki proses belajar mengajar adalah
dengan dilakukannya supervisi akademik yang

terencana dengan baik melalui dialogis kolegial.
Supervisi akademik yang dilakukan oleh kepala sekolah
diharapkan dapat membantu guru untuk menentukan
metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar
mengajar di kelas. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sahertian (2008: 19) yang menyatakan bahwa supervisi
adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guruguru untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar
di kelas. Supervisi dapat dimaknai sebagai pembinaan
pada proses belajar mengajar di kelas. Tugas ini
merupakan tanggung jawab kepala sekolah sebagai
supervisor.

5

Pada waktu proses supervisi berlangsung,
supervisor tidak hanya mengawasi apakah guru telah
melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan
ketentuan yang telah digariskan, tetapi juga berusaha
bersama-sama guru mencari jalan keluar bagaimana
cara-cara memperbaiki proses belajar mengajar. Oleh
karena
itu
supervisi
pengajaran
mempunyai
kedudukan yang penting dalam meningkatkan mutu
proses belajar mengajar.
Hasil wawancara dengan Kepala SMP Negeri 41
Semarang, terungkap bahwa supervisi akademik yang
dilaksanakan di sekolah masih bersifat administratif
belaka. Lebih lanjut dijelaskan dalam pelaksanaannya
hanya sekedar menggugurkan tugas, akan tetapi di
SMP Negeri 41 supervisi akan dilaksanakan sesuai
dengan hakekat supervisi. Khusus untuk supervisi
akademik mata pelajaran IPA dilaksanakan melalui
dialogis kolegial. Diharapkan melalui supervisi dialogis
kolegial terjadinya hubungan kemitraan antara kepala
sekolah selaku supervisor dengan guru IPA yang akan
disupervisi.
Berdasarkan alasan pemilihan judul diatas, maka
penulis mengambil judul “Supervisi Akademik Melalui
Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP
Negeri 41 Semarang)”.

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah
diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pencanaan supervisi akademik
melalui dialogis kolegial pembelajaran IPA di SMPN
41 Semarang?
2. Bagaimanakah implementasi supervisi akademik
melalui dialogis kolegial pembelajaran IPA di SMPN
41 Semarang?

6

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang sudah
diuraikan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mendeskripsikan
pencanaan
supervisi
akademik melalui dialogis kolegial pembelajaran IPA
di SMPN 41 Semarang.
2. Untuk mendeskripsikan implementasi supervisi
akademik melalui dialogis kolegial pembelajaran IPA
di SMPN 41 Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah:
1. Manfaat teoritis
Tara J. Fenwick (2006: 401) berpendapat bahwa
supervisi pengajaran perlu diarahkan pada upayaupaya yang sifatnya memberikan kesempatan
kepada guru untuk berkembang secara profesional,
sehingga
mereka
lebih
mampu
untuk
melaksanakan tugas pokoknya yaitu memperbaiki
dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat tersebut, penelitian ini
diharapkan menambah wawasan tentang illmu
manajemen pendidikan, khususnya berkenaan
dengan supervisi akademik.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktis yang diharapkan dari
penelitian ini dapat ditinjau dari berbagai elemen,
yaitu:
a. Guru IPA SMP Negeri 41 Semarang
Bagi guru IPA dapat digunakan sebagai sumber
informasi
tentang
pentingnya
supervisi
akademik melalui dialogis kolegial pada mata
pelajaran IPA yang dilakukan oleh kepala
7

sekolah selaku supervisor, sehingga dapat
memberikan feed back untuk melakukan
perbaikan dan inovasi dalam pembelajaran IPA.
b. Kepala SMP Negeri 41 Semarang
Sebagai salah satu acuan bagi kepala sekolah
dalam membimbing guru melalui supervisi
akademik dengan memperhatikan kelebihan dan
kekurangan dari supervisi ini.
c. Dinas Pendidikan Kota Semarang
Bagi Kepala Dinas Pendidikan, hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan dalam
melakukan pembinaan yang berhubungan
dengan supervisi akademik. Sedangkan bagi
pengawas dapat memberikan informasi tentang
supervisi akademik melalui dialogis kolegial
pada mata pelajaran IPA dengan kelebihan dan
kekurangannya.

8

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang) T2 942012071 BAB II

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang) T2 942012071 BAB IV

0 0 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang) T2 942012071 BAB V

0 0 2

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang)

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang)

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Supervisi Akademik Melalui Dialogis Kolegial Pembelajaran IPA (Studi Kasus di SMP Negeri 41 Semarang)

0 0 10

T2__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Di SMP Negeri ebonagung Kabupaten Demak T2 BAB IV

0 0 28

T2__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Di SMP Negeri ebonagung Kabupaten Demak T2 BAB III

0 0 10

T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Di SMP Negeri ebonagung Kabupaten Demak T2 BAB II

0 1 24

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengelolaan Supervisi Akademik Di SMP Negeri ebonagung Kabupaten Demak T2 BAB I

0 0 8