BahanAjar Politik Hukum

Pedoman Perkuliahan
(Hand Out)
POLITIK HUKUM
BAGIAN HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS
2012

PENGANTAR

Alasan pembelajaran Politik Hukum
• Dinamisasi kebijakan hukum;
• Perkembangan dan pembentukan
hukum (ius constituendum).
• Teori akan cenderung tertinggal
dengan perkembangan masyarakat
(Maurice Duvenger)
• Hukum sebagai alat rekayasa sosial
(law as tool of social enginering) 
Mukhtar Kusumaadmaja).

Perkembangan Mata Kuliah Politik

Hukum
• 24 Juni 1994 SK Dirjen Dikti No. 165/DIKTI/Kep/1994
tertanggal 24 Juni 1994, mata kuliah politik hukum
ditetapkan sebagai salah satu dari enam mata ujian wajib
yang empat diantaranya harus dipilih untuk ujian di
Program Magister Hukum Pascasarjana.
• 3 Januari 1996, SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No. 002/U/1996 tentang kurikulum yang berlaku secara
nasional pada program Magister Ilmu Hukum di program
pascasarjana yang didalamnya memasukan mata kuliah
politik hukum sebagai mata kuliah wajib.
• 4 Agustus 1998, Dirjen Dikti mengeluarkan SK No.
278/DIKTI/Kep/1998 yang menetapkan mata kuliah politik
hukum sebagai salah satu mata ujian negara wajib

Pengantar awal
• Hukum dan politik memang sulit dipisahkan, khususnya hukum tertulis
yangmempunyai kaitan langsung dengan negara.
•  L.B. Curzon; “...the close connections between law and politics, between
legal principles and the institutionals of law, between political ideologies

and government institutions are obvious...” (koneksi yang dekat antara
hukum dan politik, antara prinsip perundang-undangan dan kelembagaan
hukum, antara institusi pemerintah dan ideologi politis adalah jelas nyata)
•  Satjipto Rahardjo, hukum juga berhadapan dengan masalah “politik
hukum” yaitu adanya keharusan yang menentukan suatu pilihan mengenai
tujuan maupun cara-cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan
tersebut

• Lalu, Sejauh mana hukum itu dapat dijadikan sebagai “alat
politik”?

• Salah satu tujuan utama yang ingin dituju tentu saja sebuah
sistem hukum yang mendukung sistem politik yang (lebih)
demokratis

Pengantar.... (2)
• Tiada negara tanpa politik hukum.
• Politik hukum ada yang bersifat tetap (permanen) dan
ada yang temporer.
• Yang tetap, berkaitan dengan sikap hukum yang akan

selalu menjadi dasar kebijakan pembentukan dan
penegakan hukum
• Politik hukum temporer sebagai kebijaksanaan yang
ditetapkan dari waktu ke waktu sesuai dengan
kebutuhan. Termasuk ke dalam kategori ini hal-hal
seperti penentuan prioritas pembentukan peraturan
perundang-undangan kolonial, pembaharuan peraturan
perundang-undangan yang menunjang pembangunan
nasional dan sebagainya

Menurut Mahfud MD
• Studi politik hukum terbagi menjadi tiga kelompok.
(1) arah resmi tentang hukum yang akan
diberlakuan atau tidak akan diberlakukan (legal
policy) guna mencapai tujuan negara yang
mencakup penggantian hukum lama dan
pembentukan hukum-hukum yang baru sama sekali.
(2) latar belakang politik dan subsistem
kemasyarakatan lainnya di balik lahirnya hukum,
termasuk arah resmi tentang hukum yang akan atau

tidak akan diberlakukan. (3) persoalan-persoalan di
sekitar penegakan hukum, terutama implementasi
atau politik hukum yang telah digariskan.

• Moh. Mahfud MD, dalam disertasinya menulis;
Tidak sedikit dari para mahasiswa hukum yang heran dan masygul ketika
melihat bahwa hukum ternyata tidak seperti dipahami dan dibayangkan
ketika di bangku kuliah. Mereka heran ketika melihat bahwa hukum tidak
selalu dapat dilihat sebagai penjamin kepastian hukum, penegak hak-hak
masyarakat, penjamin keadilan. Banyak sekali peraturan hukum yang
tumpul, tidak mempan memotong kesewenang-wenangan, tidak mampu
menegakkan keadilan dan tidak dapat menampilkan dirinya sebagai
pedoman yang harus diikuti dalam menyelesaikan berbagai kasus yang
seharusnya bisa dijawab oleh hukum. Bahkan banyak produk hukum yang
lebih banyak diwarnai oleh kepentingan-kepentingan politik pemegang
kekuasaan dominan. Mereka bertanya : mengapa hal itu harus terjadi?
Ternyata hukum tidak seteril dari subsistem kemasyarakatan lainnya. Politik
kerapkali melakukan intervensi atas pembuatan dan pelaksanaan hukum
sehingga muncul juga pertanyaan berikutnya tentang subsistem mana
antara hukum dan politik yang dalam kenyataannya lebih suprematif. Dan

pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih spesifik pun dapat mengemuka
seperti bagaimanakah pengaruh politik terhadap hukum, mengapa politik
banyak mengintervensi hukum, jenis sistem politik yang bagaimana yang
dapat melahirkan produk hukum yang berkarakter seperti apa. Upaya untuk
memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas merupakan upaya
yang sudah memasuki wilayah politik hukum.

Menurut Mahfud MD
(lanjutan...)
• bahwa hukum merupakan produk politik yang
memandang hukum sebagai formalisasi atau
kristalisasi dari kehendakkehendak politik yang
saling berinteraksi dan saling bersaingan.
• Politik hukum merupakan bagian dari ilmu hukum.
Jika ilmu hukum diibaratkan sebagai sebuah pohon,
maka filsafat merupakan akarnya, sedangkan
politik merupakan pohonnya yang kemudian
melahirkan cabang-cabang berupa berbagai bidang
hukum seperti hukum pidana, hukum perdata,
hukum tata negara, hukum administrasi negara,

dan bidang hukum lainnya

Menurut Mahmud MD
(lanjutan...)
• membedakan produk hukum dalam dua kategori, yaitu
Produk hukum responsif dan produk hukum konservatif.
• Produk hukum responsif adalah produk hukum yang
mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi harapan
masyarakat, yang dalam proses pembuatannya
memberikan peranan besar dan partisipasi penuh kepada
kelompok-kelompok sosial individu di dalam masyarakat.
Hasilnya akan bersifat responsif terhadap tuntutan-tuntutan
kelompok sosial atau individu dalam masyarakat.
• Produk hukum konservatif adalah produk hukum yang isinya
lebih mencerminkan visi sosial elit politik, lebih
mencerminkan keinginan pemerintah, bersifat positivisinstrumentalis, yakni menjadi alat pelaksanaan ideologi dan
program negara

Menurut Bagir Manan
• politik hukum tidak terlepas dari

kebijaksanaan di bidang lain. Penyusunan
politik hukum harus diusahakan selalu
seiring dengan aspek-aspek
kebijaksanaan di bidang ekonomi, politik,
sosial dan sebagainya.
• Bagir Manan membagi politik hukum
menjadi dua lingkup utama, yaitu (1)
Politik pembentukan hukum dan (2) Politik
penegakan hukum

Politik pembentukan
hukum
• adalah kebijaksanaan yang bersangkutan
dengan penciptaan, pembaharuan dan
pengembangan hukum. Politik
pembentukan hukum mencakup;
– Kebijaksanaan (pembentukan) perundangundangan;
– Kebijaksanaan (pembentukan) hukum
yurisprudensi atau putusan hakim;
– Kebijaksanaan terhadap peraturan tidak

tertulis lainnya

Politik penegakkan
hukum
• adalah kebijaksanaan yang bersangkutan dengan Kebijaksanaan di
bidang peradilan dan kebijaksanaan di bidang pelayanan hukum.
• Antara dua aspek politik hukum tersebut, sekedar dibedakan tetapi
tidak dapat dipisahkan karena;
– Keberhasilan suatu peraturan perundang-undangan tergantung pada
penerapannya. Apalagi penegakan hukum tidak dapat berfungsi dengan
baik, peraturan perundang-undangan yang bagaimanapun sempurnanya
tidak atau kurang memberikan arti sesuai dengan tujuannya.
– Putusan-putusan dalam rangka penegakkan hukum merupakan intrumen
kontrol bagi ketepatan atau kekurangan suatu peraturan perundangundangan.
– Penegakan hukum merupakan dinamisator peraturan perundanganundangan melalui putusan dalam rangka penegakan hukum, peraturan
perundang-undangan menjadi hidup dan diterapkan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Babak peraturan perundangundangan yang kurang baik akan tetap mencapai sasaran atau tujuan di
tangan penegak hukum yang baik.

Pengertian Politik

Hukum
kebijakan (policy) dari
penguasa Republik Indonesia
mengenai hukum yang berlaku di suatu negara.

• Samidjo  sebagai suatu

• Teuku Mohamad Radie  pernyataan kehendak penguasa negara
mengenai hukum yang berlaku diwilayahnya, dan mengenai arah kemana
hukum hendak dikembangkan.
• Padmo Wahyono  sebagai suatu kebijaksaan dasar yang menentukan
arah, bentuk maupun isi dari hukum yang akan dibentuk.
• F. Sugeng Sutanto bagian dari ilmu hukum yang membahas perubahan
hukum yang berlaku (ius constitutum) menjadi hukum yang seharusnya (ius
constituendum) untuk memenuhi perubahan kehidupan dalam masyarakat;
• Moh. Mahfud MD  legal policy atau arah hukum yang akan diberlakukan
oleh negara untuk mencapai tujuan negara yang bentuknya dapat berupa
pembuatan hukum baru dan penggantian hukum lama

Pengertian

• Satjipto Rahardjo . Politik Hukum adalah aktivitas untuk
menentukan suatu pilihan mengenai tujuan dan cara –
cara yang hendak dipakai untuk mencapai tujuan hukum
dalam masyarakat.
• Padmo Wahjono. Politik Hukum adalah kebijaksanaan
penyelenggara Negara tentang apa yang dijadikan criteria
untuk menghukumkan sesuatu ( menjadikan sesuatu
sebagai Hukum ). Kebijaksanaan tersebut dapat berkaitan
dengan pembentukan hukum dan penerapannya.
• L. J. Van Apeldorn. Politik hukum sebagai politik perundang
– undangan . Politik Hukum berarti menetapkan tujuan
dan isi peraturan perundang – undangan . ( pengertian
politik hukum terbatas hanya pada hukum tertulis saja)

Lanjutan,...
• Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto. Politik
Hukum sebagai kegiatan-kegiatan memilih nilainilai dan menerapkan nilai-nilai.
• Moh. Mahfud MD. Politik Hukum ( dikaitkan di
Indonesia ) adalah sebagai berikut :
– Bahwa definisi atau pengertian hukum juga bervariasi

namun dengan meyakini adanya persamaan substansif
antara berbagai pengertian yang ada atau tidak sesuai
dengan kebutuhan penciptaan hukum yang diperlukan.
– Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada ,
termasuk penegasan Bellefroid dalam bukunya
Inleinding Tot de Fechts Weten Schap in Nederland

Ruang Lingkup Politik
Hukum
• Politik hukum sebagai terjemahan
dari rechtspolitiek,
• Politik hukum bukan sebagai
terjemahan dari rechtspolitiek,
• Politik hukum membahas public
policy.

Objek Politik Hukum
• Dogmatika Hukum.  Memberikan penjelasan mengenai isi ( in houd ) hukum ,
makna ketentuan – ketentuan hukum , dan menyusunnya sesuai dengan asas –
asas dalam suatu sistem hukum.
• Sejarah Hukum .  Mempelajari susunan hukum yang lama yang mempunyai
pengaruh dan peranan terhadap pembentukan hukum sekarang. Sejarah Hukum
mempunyai arti penting apabila kita ingin memperoleh pemahaman yang baik
tentang hukum yang berlaku sekarang .
• Ilmu Perbandingan Hukum.  Mengadkan perbandingan hukum yang berlaku
diberbagai negara , meneliti kesamaan, dan perbedaanya.
• Politik Hukum.  Politik Hukum bertugas untuk meneliti perubahan – perubahan
mana yang perlu diadakan terhadap hukum yang ada agar memenuhi kebutuhan
– kebutuhan baru didalam kehidupan masyarakat.
• Ilmu Hukum Umum.  Tidak mempelajari suatu tertib hukum tertentu , tetapi
melihat hukum itu sebagai suatu hal sendiri, lepas dari kekhususan yang
berkaitan dengan waktu dan tempat. Ilmu Hukum umum berusaha untuk
menentukan dasar- dasar pengertian perihal hukum , kewajiban hukum , person
atau orang yang mampu bertindak dalam hukum, objek hukum dan hubungan
hukum. Tanpa pengertian dasar ini tidak mungkin ada hukum dan ilmu hukum.

• Berdasarkan atas posisi ilmu politik hukum dalam
dunia ilmu pengetahuan seperti yang telah diuraikan ,
maka objek ilmu politik hukum adalah “HUKUM “.
• Hukum yang berlaku sekarang , yang berlaku diwaktu
yang lalu, maupun yang seharusnya berlaku diwaktu
yang akan datang.
•  Yang dipakai untuk mendekati / mempelajari objek
politik hukum adalah praktis ilmiah bukan teoritis
ilmiah.
• Penggolongan lap Hukum yang klasik/tradisional
dianut dalam tata hukum di Eropa dan tata hukum
Hindia Belanda

• Pembagian Hukum secara tradisional antara lain :
Hukum Nasional terbagi mejadi 6 bagian diantaranya :
– Hukum
– Hukum
– Hukum
– Hukum
– Hukum
– Hukum

Tata Negara
adminitrasi Negara
Perdata
Pidana
Acara Perdata
Acara Pidana

• Hukum Nasional tradisional Mengandung “ Ide ”, “
asas ”, “ nilai “, sumber hukum ketika semua itu
dijadikan satu maka disebut kegiatan POLITIK HUKUM
NASIONAL.

Tujuan Politik Hukum
• Adanya Politik Hukum menunjukkan eksistensi
hukum negara tertentu , bergitu pula sebaliknya,
eksistensi hukum menunjukkan eksistensi Politik
Hukum dari negara tertentu.
• Politik Hukum mengejawantahkan dalam nuansa
kehidupan bersama para warga masyarakat . Di
lain pihak Politik Hukum juga erat bahkan hampir
menyatu dengan penggunaan kekuasaaan didalam
kenyataan. Untuk mengatur negara , bangsa dan
rakyat. Politik Hukum terwujud dalm seluruh jenis
peraturan perundang – undangan negara.

Ruang Lingkup (objek) Politik Hukum
• Ruang Lingkup artinya
situasi/tempat/faktor “lain yang
berada di sekitar Politik Hukum yang
berlaku sekarang, Hukum yang
sudah berlaku dan Hukum yang akan
berlaku.
• Obyek yang dipelajari dalam Politik
Hukum adalah Hukum-hukum yang
bagaimana itu bisa berbeda-beda
atau Hukum ini dihubung atau

POLITIK HUKUM dan ASAS-ASAS
HUKUM
• Politik Hukum di negara manapun juga termasuk
di Indonesia tidak bisa lepas dari asas Hukum.
• diantara asas”itu terhadap asas yang dijadikan
sumber tertib hukum bagi suatu negara.
• Asas hukum yang dijadikan sumber tertib
Huykum/dasar Negara di sebut : GRUND NORM
• Di Indonesia yang dijadikan dasar negara adalah
PANCASILA
• Asas hukum yang dijadikan dasar negara ini
merupakan hasil proses pemikiran yang digali
dari pengalaman Bangsa Indonesia sendiri

SIFAT POLITIK HUKUM
• Politik Hukum yang bersifat tetap
(permanen)
– Berkaitan dengan sikap hukum yang
akan selalu menjadi dasar
kebijaksanaan pembentukan dan
penegakkan hukum.

• Politik Hukum yang bersifat
temporer.
– Dimaksudkan sebagai kebijaksanaan
yang ditetapkan dari waktu ke waktu
sesuai dengan kebutuhan

SISTEM HUKUM
NASIONAL
• Hukum nasional suatu negara merupakan
gambaran dasar mengenai tatanan hukum nasional
yang dianggap sesuai dengan kondisi masyarakat
yang bersangkutan. Bagi Indonesia, tatanan hukum
nasional yang sesuai dengan masyarakat Indonesia
adalah yang berdasarkan Pancasila.
• Sumber dasar Hukum Nasional  Adalah kesadaran
atau perasaan hukum masyarakat yang
menentukan isi suatu kaedah hukum. Dengan
demikian sumber dasar tatanan hukum Indonesia
adalah perasaan hukum masyarakat Indonesia
yang terjelma dalam pandangan hidup Pancasila

Lanjutan,...
• Politik hukum yang dilakukan oleh
pemerintah berkaitan erat dengan
wawasan nasional bidang hukum
yakni cara pandang bangsa
Indonesia mengenai kebijaksanaan
politik yang harus ditempuh dalam
rangka pembinaan hukum di
Indonesia. Adapun arah
kebijaksanaan politik dibidang hukum

• Politik Hukum Perundang-undangan :
– Tertulis adalah Undang-undang yang bersifat
Permanen.
– Tidak tertulis adalah Kebijakan Publik (bisa berubah
“setiap saat sesuai dengan kebutuhan dan keadaan”)

• Sehingga keadaan dan kebutuhan yang
berubah-ubah inilah yang menyebabkan
pembicaraan Politik Hukum menjadi sangat
kompleks, sebab antara kebutuhan dan keadaan
suatu negara dengan negara lain bisa berbeda,
waktu lalu bisa berbeda dengan waktu sekarang

Demokrasi
• Arti harafiah dari Demokrasi adalah pemerintah dari rakyat, arti
ini merupakan arti yang mendasar dan mungkin merupakan
defenisi yang umumnya secara luas dipakai perubahan besar
terjadi ketika kita membicarakan tentang demokrasi dalam
tingkat nasional dalam sekala negara modern yakni tindakan
dari pemerintah yang pada umumnya tidak dinyatakan
langsung oleh warga negaranya tetapi oleh perwakilan yang
dipilih secara bebas dan dengan dasar yang sama.
• Demokrasi, sebagai tata cara “governance” tidaklah sempurna.
Kendati demikian, di antara ragam tata cara memerintah
lainnya, demokrasi kiranya yang paling terbuka dan bersedia
untuk dikritik. Publik memiliki kesempatan yang cukup besar
dalam mengkritisi kinerja pemerintah lewat mekanisme
demokrasi ini.

Lanjutan,...
• Jenis demokrasi;
– Demokrasi secara Konstitusional
(constitutional)
– Demokrasi secara Substantif
(substantive)
– Demokrasi secara Prosedural (procedural)
– Demokrasi secara Orientasi Proses
(process-oriented)

Lanjutan,...
• Substantif. Demokrasi secara substantif fokusnya pada
kondisi kehidupan dan politik yang dikembangkan suatu
rezim. Apakah rezim tersebut mempromosikan
kesejahteraan warganegara, kebebasan individual,
keamanan, kesetaraan, kesetaraan social, pilihan public,
atau resolusi konflik secara damai? Itu merupakan
pertanyaan yang diajukan kalangan yang mengartikan
demokrasi secara substansial.
• Prosedural. Demokrasi secara Prosedural adalah perhatian
pada prosedur-prosedur pemerintahan yang dilakukan
pemerintah. Kajian ini utamanya terfokus pada aspek
Pemilihan Umum. Titik perhatiannya pada pemilihan
kompetitif yang melibatkan sejumlah besar warganegara
yang secara periodik ikut serta dalam pemilihan umum.

Cita negara hukum
• Gagasan, cita, atau ide Negara Hukum, selain
terkait dengan konsep ‘rechtsstaat’ dan ‘the rule of
law’, juga berkaitan dengan konsep ‘nomocracy’
yang berasal dari perkataan ‘nomos’ dan ‘cratos’.
• Di zaman modern, konsep Negara Hukum di Eropah
Kontinental dikembangkan antara lain oleh
Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl, Fichte,
dan lain-lain dengan menggunakan istilah Jerman,
yaitu “rechtsstaat’. Sedangkan dalam tradisi Anglo
• Amerika, konsep Negara hukum dikembangkan atas
kepeloporan A.V. Dicey dengan sebutan “ The Rule of
Law”.

Konfigurasi politik
dan karakter produk
hukum

• Konfigurasi politik yang demokratis akan
menghasilkan produk hukum yang berkarakter
responsif atau otonom.
• Politik yang otoriter akan menghasilkan produk
hukum yang berkarakter ortodoks atau
konservatif atau menindas.

3 Indikator
• Konsep konfigurasi politik demokratis
dan/atau konsep otoriter ditentukan
berdasarkan tiga indikator: (1) Sistem
kepartaian dan peranan lembaga
perwakilan rakyat atau parlemen, (2)
dominasi peranan eksekutif, dan (3)
kebebasan pers.
• Sedangkan konsep hukum
responsif/otonom diidentifikasi
berdasarkan; (1) proses pembuatan
hukum, (2) pemberian fungsi hukum, dan
(3) kewenangan menafsirkan hukum.

Konfigurasi politik demokratis
adalah
• konfigurasi yang membuka ruang bagi partisipasi
masyarakat untuk terlibat secara maksimal
dalam menentukan kebijakan negara. Konfigurasi
politik demikian menempatkan pemerintah lebih
berperan sebagai organisasi yang harus
melaksanakan kehendak masyarakatnya, yang
dirumuskan secara demokratis.
• Oleh karena itu badan perwakilan rakyat dan
partai politik berfungsi secara proporsional dan
lebih menentukan dalam pembuatan kebijakan
negara. Pers terlibat dalam menjalankan
fungsinya dengan bebas tanpa ancaman
pembreidelan atau tindakan kriminalisasi lainnya.

Konfigurasi politik otoriter
adalah
• Konfigurasi politik yang menempatkan
pemerintah pada posisi yang sangat dominan
dengan sifat yang intervensionis dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan negara,
sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak
teragregasi dan terartikulasi secara proporsional.
• Bahkan, dengan peran pemerintah yang sangat
dominan, badan perwakilan rakyat dan partai
politik tidak berfungsi dengan baik dan lebih
merupakan alat untuk justifikasi (rubber stamp)
atas kehendak pemerintah, sedangkan pers tidak
memiliki kebebasan dan senantiasa berada di
bawah kontrol pemerintah dalam bayangbanyang pembreidelan.

Teori Hukum Responsif Phillip
Nonet dan Philip Selznick






Kontek lahirnya teori ini dilatarbelakangi dengan munculnya
masalahmasalah sosial seperti protes sosial, kemiskinan,
kejahatan, pencemaran lingkungan, kerusuhan kaum urban, dan
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah yang melanda
Amerika Serikat pada tahun 1950-an. Hukum yang ada dan
digunakan pada saat itu ternyata tidak cukup mengatasi keadaan
tersebut.
Padahal, hukum dituntut untuk bisa memecahkan dan
memberikan solusi atas persoalan-persoalan tersebut. Nonet dan
Selznick berpikir dan berupaya untuk menemukan jalan menuju
perubahan supaya hukum bisa mengatasi persoalan-persoalan itu.
Selama itu, hukum hanya dipahami sebagai aturan-aturan yang
bersifat kaku dan terlalu menekankan pada aspek the legal
system tanpa melihat kaitan antara ilmu hukum tersebut dengan
persoalan-persoalan yang harus ditangani, seperti dalam hal ini
adalah masalah-masalah sosial. Hukum identik dengan ketertiban
sebagai cermin pengaturan dari penguasa, di sisi lain ada juga
pemahaman mengenai hukum yang lebih menekankan pada
aspek legitimasi dari peraturan-peraturan itu sendiri. Padahal
semestinya teori hukum hendaknya tidak buta terhadap
konsekuensi sosial dan tidak kebal terhadap pengaruh sosial.
Hukum tidak berada di ruang hampa, tetapi ada bersama-sama
dengan ilmu yang lain, sehingga bermanfaat bagi kehidupan

Lanjutan,…






Memahami kenyataan itu, Nonet dan Selznick kemudian mencoba
memasukkan unsur-unsur dan pengaruh ilmu sosial ke dalam ilmu
hukum dengan menggunakan strategi ilmu sosial. Ada perspektif
ilmu sosial yang harus diperhatikan untuk bekerjanya hukum
secara keseluruhan sehingga hukum tidak hanya mengandung
unsur pemaksaan dan penindasan semata.
Pendekatan ilmu sosial memperlakukan pengalaman hukum
sebagai sesuatu yang berubah-ubah dan kontekstual, sesuai
dengan kondisi sosial masyarakat yang melingkupinya.

Nonet dan Selznick membedakan tiga klasifikasi dasar dari
hukum dalam masyarakat, yaitu: hukum sebagai pelayan
kekuasaan represif (hukum represif), hukum sebagai
institusi tersendiri yang mampu menjinakkan represi dan
melindungi integritas dirinya (hukum otonom), dan hukum
sebagai fasilitator dari berbagai respon terhadap kebutuhan
dan aspirasi sosial (hukum responsif).

Philipe Nonet dan Philip Selznick. (1978).
Law and Society in Transition Toward
Responsive law, New York, Harper and Row.

• Hukum responsif berorientasi pada hasil,
yaitu pada tujuan-tujuan yang akan
dicapai di luar hukum. Dalam hukum
responsif, tatanan hukum dinegosiasikan,
bukan dimenangkan melalui subordinasi
atau dipaksakan. Ciri khas hukum
responsif adalah mencari nilai-nilai tersirat
yang terdapat dalam peraturan dan
kebijakan.
• Dalam model hukum responsif ini, mereka
menyatakan ketidaksetujuan terhadap
doktrin yang dianggap mereka sebagai
interpretasi yang baku dan tidak fleksibel.

Pembangunan
Hukum

Prinsip Pembangunan
Hukum
• Pembangunan dan pengembangan budaya hukum diarahkan untuk
membentuk sikap dan perilaku anggota masyarakat termasuk para
penyelenggara negara sesuai dengan nilai dan norma Pancasila agar
budaya hukum lebih dihayati dalam kehidupan masyarakat, sehingga
kesadaran, ketaatan serta kepatuhan hukum makin meningkat dan
hak asasi manusia makin dihormati dan dijunjung tinggi.
• Kesadaran untuk makin menghormati dan menjunjung tinggi hak
asasi manusia sebagai pengamalan Pancasila dan UUD 1945
diarahkan pada pencerahan harkat dan martabat manusia serta
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
• Pembangunan dan pengembangan budaya hukum ditujukan untuk
terciptanya ketentraman serta ketertiban dan tegaknya hukum yang
berintikan kejujuran, kebenaran dan keadilan untuk mewujudkan
kepastian hukum dalam rangka menumbuhkan disiplin nasional.

Lanjutan,...
• Konsep idealis mengenai “budaya hukum” dalam
GBHN 1998 itu di atas kertas cukup memberikan
janji dan pesan politik namun kelanjutannya, yang
seharusnya melalui pembuatan peraturan
Perundang-undangan (law making) dari
pelaksanaan aturan hukum itu (law enforcement),
belum mampu membuktikan konsistensi
penegakan hukum dalam arti hakiki, dan ini
terbukti dari produk-produk hukum terlebih-lebih
pada upaya penegakan hukum yang masih sangat
jauh dari idealisme pendekatan kultural melalui
jalur-jalur hukum itu.

Politik pembentukan hukum
• Politik pembentukan hukum adalah
kebijaksanaan yang bersangkutan dengan
penciptaan, pembaharuan dan
pengembangan hukum. Politik pembentukan
hukum mencakup;
– Kebijaksanaan (pembentukan) perundangundangan;
– Kebijaksanaan (pembentukan) hukum
yurisprudensi atau putusan hakim;
– Kebijaksanaan terhadap peraturan tidak tertulis
lainnya.

Politik penegakkan hukum
• Pembentukan hukum dalam prinsip pembagian kekuasaan (division
of powers principle) merupakan fungsi
ketatanegaraan/pemerintahan yang dijalankan oleh badan
eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk membentuk hukum, baik
hukum yang tertulis (geschreven recht) maupun hukum yang tidak
tertulis (ongeschreven recht). Dalam konsep pemisahan kekuasaan
(separation of powers), fungsi ini menjadi otoritas badan legislatif
saja, badan-badan kekuasaan lain tidak memiliki fungsi tersebut.
• Sedangkan dalam konsep pembagian kekuasaan (division of
powers), fungsi ini dijalankan baik oleh badan legislatif, ekskutif
maupun yudikatif
• Politik penegakkan hukum adalah kebijaksanaan yang
bersangkutan dengan;
– Kebijaksanaan di bidang peradilan;
– kebijaksanaan di bidang pelayanan hukum

Lanjutan,...
• Keberhasilan suatu peraturan perundang-undangan tergantung
pada penerapannya. Apalagi penegakan hukum tidak dapat
berfungsi dengan baik, peraturan perundang-undangan yang
bagaimanapun sempurnanya tidak atau kurang memberikan arti
sesuai dengan tujuannya.
• Putusan-putusan dalam rangka penegakkan hukum merupakan
intrumen kontrol bagi ketepatan atau kekurangan suatu
peraturan perundang-undangan.
• Penegakan hukum merupakan dinamisator peraturan
perundangan-undangan melalui putusan dalam rangka
penegakan hukum, peraturan perundang-undangan menjadi
hidup dan diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat. Babak peraturan perundangundangan yang kurang baik akan tetap mencapai sasaran atau
tujuan di tangan penegak hukum yang baik.

Demokrasi
• Demokrasi adalah suatu bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan
pemerintahannya berasal dari rakyat, baik secara langsung (
demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi perwakilan).[1]
Istilah ini berasal dari bahasa Yunani (demokratía) "kekuasaan rakyat", yang
dibentuk dari kata(demos) "rakyat" dan κράτος (Kratos) "kekuasaan",
merujuk pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke-5 dan
ke-4 SM di negara kota Yunani Kuno, khususnya Athena, menyusul revolusi
rakyat pada tahun 508 SM.
• Istilah demokrasi diperkenalkan pertama kali oleh Aristoteles sebagai suatu
bentuk pemerintahan, yaitu pemerintahan yang menggariskan bahwa
kekuasaan berada di tangan orang banyak (rakyat).
• Abraham Lincoln dalam pidato Gettysburgnya mendefinisikan demokrasi
sebagai "pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat“.
• Hal ini berarti kekuasaan tertinggi dalam sistem demokrasi ada di tangan
rakyat dan rakyat mempunyai hak, kesempatan dan suara yang sama di
dalam mengatur kebijakan pemerintahan.Melalui demokrasi, keputusan
yang diambil berdasarkan suara terbanyak.

Prinsip demokrasi
• Prinsip demokrasi dan prasyarat dari berdirinya negara demokrasi
telah terakomodasi dalam konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi, dapat ditinjau dari pendapat
Almadudi yang kemudian dikenal dengan "soko guru demokrasi".
Menurutnya, prinsip-prinsip demokrasi adalah:
– Kedaulatan rakyat;
– Pemerintahan berdasarkan persetujuan dari yang diperintah;
– Kekuasaan mayoritas;
– Hak-hak minoritas;
– Jaminan hak asasi manusia;
– Pemilihan yang bebas dan jujur;
– Persamaan di depan hukum;
– Proses hukum yang wajar;
– Pembatasan pemerintah secara konstitusional;
– Pluralisme sosial, ekonomi, dan politik;
– Nilai-nilai toleransi, pragmatisme, kerja sama, dan mufakat.

Demokrasi langsung
• Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap
rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu
keputusan.
• Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih
suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap
keadaan politik yang terjadi.
• Sistem demokrasi langsung digunakan pada masa awal terbentuknya
demokrasi di Athena dimana ketika terdapat suatu permasalahan yang
harus diselesaikan, seluruh rakyat berkumpul untuk membahasnya.
• Di era modern sistem ini menjadi tidak praktis karena umumnya
populasi suatu negara cukup besar dan mengumpulkan seluruh rakyat
dalam satu forum merupakan hal yang sulit.
• Selain itu, sistem ini menuntut partisipasi yang tinggi dari rakyat
sedangkan rakyat modern cenderung tidak memiliki waktu untuk
mempelajari semua permasalahan politik negara

Ciri-ciri pemerintahan
demokratis
• Dalam perkembangannya, demokrasi menjadi suatu tatanan yang diterima
dan dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia.
• Ciri-ciri suatu pemerintahan demokrasi adalah sebagai berikut:
– Adanya keterlibatan warga negara (rakyat) dalam pengambilan keputusan politik, baik
langsung maupun tidak langsung (perwakilan).
– Adanya pengakuan, penghargaan, dan perlindungan terhadap hak-hak asasi rakyat
(warga negara).
– Adanya persamaan hak bagi seluruh warga negara dalam segala bidang.
– Adanya lembaga peradilan dan kekuasaan kehakiman yang independen sebagai alat
penegakan hukum
– Adanya kebebasan dan kemerdekaan bagi seluruh warga negara.
– Adanya pers (media massa) yang bebas untuk menyampaikan informasi dan
mengontrol perilaku dan kebijakan pemerintah.
– Adanya pemilihan umum untuk memilih wakil rakyat yang duduk di lembaga
perwakilan rakyat.
– Adanya pemilihan umum yang bebas, jujur, adil untuk menentukan (memilih)
pemimpin negara dan pemerintahan serta anggota lembaga perwakilan rakyat.
– Adanya pengakuan terhadap perbedaan keragamaan (suku, agama, golongan, dan
sebagainya).