BahanAjar Ilmu Negara

ILMU NEGARA

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MEMPELAJARI
ILMU NEGARA
 Ilmu Negara adalah salah satu mata kuliah yang
dipelajari di fakultas hukum pada umumnya
diberikan dengan bobot 2 Satuan Kredit Semester
(SKS). Akan tetapi ada juga yang memberikannya
dengan bobot 3 SKS. Ilmu negara termasuk ke
dalam kurikulum inti yaitu Mata Kuliah Dasar
Keahlian Hukum (MKDKH) bersama satu kelompok
dengan pengantar Ilmu Hukum (PIH) dan
Pengantar Hukum Indonesia (PHI dahulu PTHI),
bukannya dalam mata kuliah Dasar Umum
(MKDU) dan Mata Kuliah Keahlian Hukum (MKKH)

 Menurut Sjahran Basah, kedudukan Ilmu Negara
dalam kurikulum inti sebagai mata kuliah dasar

keahlian hukum merupakan hal yang tepat karena
sesuai dengan martabat, sifat hakikat atau
karakteristik ilmu negara itu sendiri
 memberikan wawasan yang utuh menyeluruh
bagi peserta didik dalam memahami dan
mengerti seluk beluk yang berkenaan dengan
teori-teori dasar tentang negara, unsur-unsur,
hakikat dan sifat negara, arti dan fungsi
kedaulatan bagi negara, teori perwakilan,
hubungan negara dan hukum, dan sebagainya.
Mata kuliah ini memberikan pengetahuan dasar
untuk menganalisis sistem ketatanegaraan di
manapun.

ILMU NEGARA SEBAGAI ILMU
PENGETAHUAN
 Ilmu negara sebagai ilmu pengetahuan
adalah hasil karya George jellineck dalam
bukunya “Algemeine Staatslehre” .
 Ilmu Kenegaraan (Staatswissenschaft)

dalam arti luas dibagi dalam dua bagian:
1. Staatswissenschaften (ilmu negara
dalam arti sempit)
2. Rechtswissenschaften (Ilmu
Pengetahuan Hukum).

Staatswissenschaften (ilmu negara
dalam arti sempit) mempunyai 3
bagian:
 Beschreibende Staatswissenschaft.
 Theoretische Staatswissenschaft.
 Praktische Staatswissenschaft.

Beschreibende Staatswissenschaft:
 Sifat ilmu kenegaraan ini adalah deskriptif yang
hanya
menggambarkan
dan
menceritakan
peristiwa yang terjadi yang berhubungan dengan

negara.
 Peristiwa-peristiwa itu merupakan salah satuj
gejala dalam masyarakat yang ditetapkan disusun
dalam suatu rangkaian peristiwa-peristiwa sejarah
tetapi tidak diterangkan apakah sebab musabab
timbulnya atau yang menimbulkan peristiwaperistiwa itu dan bagaimana hubungannya satu
sama lain.
 

Theoretische Staatswissenschaft:
 Beschreibende Staatswissenschaft mengumpulkan
bahan-bahannnya,
maka
theoretische
Staatswissenschaft mengadakan lebih lanjut bahanbahan tersebut. Dengan mengadakan analisaanalisa dan memisahkan mana yang mempunyai
ciri-ciri khusus.
 Mengadakan penyusunan tentang hasil-hasil
penyelidikannya dalam suatu kesatuan sistematis.
 


 

Prakaktische Staatswissenschaft:
Ilmu pengetahuan ini tugasnya
mencari upaya bagaimana hasil dari
penyelidikan
Theoretische
Staatswissenschaft
dapat
dilaksanakan dalam praktek.
 
 

ILMU NEGARA SEBAGAI SALAH SATU
DASAR ILMU HUKUM
 Ilmu negara merupakan salah satu dasar ilmu
hukum. Kedua disiplin ini tidak dapat dilepaskan
dari negara. Hans Kelsen menyebutkan bahwa
negara sebagai personifikasi dari tatanan hukum
nasional dapat dipahami bahwa persoalan

negara adalah persoalan hukum nasional.
 Untuk dapat menguasai ilmu hukum dengan baik
mesti dibekali dengan pemahaman tentang ilmu
negara, sebab tanpa mengetahui ilmu negara
sebagai salah satu dasar ilmu hukum akan
berakibat pemahaman terhadap ilmu hukum
dapat dipastikan tidak utuh.

 Ilmu negara sebagai mata pelajaran pengantar,
mempunyai kedudukan yang sama dengan Pengantar
ilmu hukum, hanya pengantar ilmu hukum mempunyai
bidang yang lebih luas. Karena sifatnya sebagai mata
pelajaran persiapan, maka pelajaran yang diperoleh dari
ilmu negara tidak memiliki nilai-nilai praktis, melainkan
bernilai teoritis.
 Pelajaran Ilmu Negara tidak dapat dipergunakan
hasilnya secara langsung dalam praktek. Berbeda
dengan mata kuliah pokok seperti Hukum Pidana,
Hukum Tata Negara, Hukum Tata Usaha Negara, dan
sebagainya. Pelajaran yang diperoleh dari mata kuliah

ini dapat langsung dipergunakan dalam praktek, karena
sifat ilmunya adalah ilmu praktis. Perbedaan ini dapat
dilihat dari penggunaan istilah, yaitu istilah ilmu
ditambahkan pada mata kuliah Ilmu Negara, sedangkan
istilah itu tidak ada pada mata pelajaran Hukum Tata
Negara, Hukum Pidana, Hukum Perdata dan sebagainya.

BAB II
PENGERTIAN DAN OBJEK
ILMU NEGARA

PENGERTIAN ILMU NEGARA
Etimologi
Staatsleer (Belanda)
Staatslehre (Jerman)
Theory of state, The general Theory
of state, atau political theory (Inggris)
Theorie d’etat (Perancis)
dll.


 Pendapat Ahli
 Soetomo : Ilmu Negara adalah ilmu yang
menyelidiki
atau
membicarakan
tumbuhnya, wujudnya dan bentukbentuk negara. Perhatiannya sepenuhnya
kepada jenis negara dalam arti umum
dan sifat-sifat umum dan ciri-cirinya.
 Abu Daud Busroh : ilmu negara sebagai
ilmu
yang
menyelidiki
pengertianpengertian pokok dan sendi-sendi pokok
daripada negara dan hukum negara pada
umumnya

 Samidjo : Ilmu Negara adalah Ilmu
yang
mempelajari
persoalanpersoalan

serta
pengertianpengertian
umum
yang
biasa
terdapat pada setiap negara.
 Suhino : ilmu negara adalah ilmu
yang
mempelajari,
menyelidiki/membicarakan Negara.
 Dipolo G.S : ilmu negara adalah ilmu
yang mempelajari dan menyelidiki
hal ikhwal dan seluk beluk negara.

OBJEK ILMU NEGARA
Dalam pengertian abstrak objek
ilmu negara adalah negara yang
meliputi:
1. Asal mula negara
2. Hakekat Negara

3. Bentuk negara atau
pemerintahan

Mengenai asal mula negara yang
dimaksud bukanlah asal mula dari
suatu negara tertentu (yang konkrit),
tetapi asal mula (terbentuknya,
terjadinya) apa yang diamakan
negara,
yaitu
negara
dalam
pengertian
yang
umum-abstrakuniversil.
 

BAB III
METODE MEMPELAJARI ILMU
NEGARA


METODE INDUKTIF

suatu metode yang mempelajari suatu
gejala yang khusus (peristiwa yang
konkrit) untuk mendapatkan kaedahkaedah yang berlaku dalam lapangan
yanglebih luas. Induction is reasoning
from particular fact or individual cases to
a general conclution (Ashley Montagu).
 

METODE DEDUKTIF
dimulai dengan kaedah-kaedah yang
dianggap berlaku umum untuk
kemudian dipelajari dalam keadaan
yang khusus.
 
Deduction is the process of reasoning
from a general principle to a
particular or specific conclution.


METODE HISTORIS
metode history (metode sejarah), atau suatu
methode van histirische beschouwing;
metode ini digunakan untuk penelitian yang
mencari gejala-gejala kemasyarakatan di
masa lampau (history background) yang
sedikit
banyak
tentunya
mempunyai
hubungan dengan keadaan masyarakat di
masa sekarang. Apabila negara diselidiki
secara
metode
sejarah,
maka
penyelidikannya ditujukan kepada asal mula
negara atau genetika negara, petumbuhan
dan perkembangan negara serta akhirnya
dengan pembahasan keadaan negara saat
ini.

METODE PERBANDINGAN

Metode yang mengadakan
perbandingan di antara dua obyek
penyelidikan
atau
lebih,
untuk
menambah
dan
memperdalam
pengetahuan tentang obyek-obyek
yang diselidiki.
 

METODE DIALEKTIS

Metode tanya jawab atau dialog, di mana proses
penyelidikannya dilakukan dengan cara tanya
jawab untuk mencoba mencari pengertianpengertian tertentu. Cara bekerja yang dialektis
ini menimbulkan tiga macam unsur:
1. these, yaitu merupakan suatu dalil stelling.
2. antithese, merupakan suatu serangan
terhadap dalil tersebut dari pihak yang
berlainan pendapatnya; dan
3. synthese, merupakann jalan tengah antara
these dan antithese.
 

METODE EMPIRIS

Suatu metode yng menyadarkan diri
pada keadaan-keadaan yang dengan
nyata didapat di dalam masyarakat.
 

METODE RASIONALITAS

Suatu metode yang mengutamakan
pemikiran dengan logika dan pikiran
sehat untuk mencapai pengertian
tentang
masalah-masalah
kemasyarakatan
 

METODE SISTEMATIS

Suatu metode yang didasarkan secara
menghimpun bahan-bahan yang sudah
tersedia terhadap bahan-bahan mana
dilakukan pelukisan, penguraian dan
penilaian, kemudian dilakukan klasifikasi
dalam golongan-golongan di dalam
suatu sistematik. Sistematik berarti
“samen hangende eenheid” yaitu suatu
kesatuan
di
mana
masing-masing
bagian tidak simpang siur, tetapi selalu
berhubugan satu dengan lainnya.

METODE HUKUM (JURIDISCHE
METHODE)
Suatu metode yang di dalam proses
penyelidikannya
meninjau
serta
membahas
objek
penyelidikannya
dengan menitikberatkan kepada segisegi yuridis, sehingga faktor-faktor yang
bersifat non yuridis (yaitu etis dan
sosial) dikesampingkan.

METODE FUNGSIONAL

Suatu metode yang di dalam proses
penyelidikannya
meninjau
serta
membahas
obyek
penyelidikannya
dengan menggandengkan, baik gejalagejala dalam dunia ia masing-masing
tidak terlepas satu sama lain, melainkan
terdapatnya hubungan yang timbal balik
(interdependent),
sehingga
dengan
demikian negara selaku objek dapat
mempengaruhi
masyarakat,
juga
sebaliknya masyarakat masyarakat itu
dapat mempengaruhi negara.

METODE SINKRETIS

suatu metode yang di dalam proses
penyelidikannya
meninjau
serta
membahas obyek penyelidikannya
dengan cara menggabungkan faktorfaktor baik yang bersifat juridis
maupun non juridis.

BAB IV
HUBUNGAN ILMU NEGARA DENGAN
DISIPLIN ILMU LAINNYA

HUBUNGAN ILMU NEGARA DENGAN
DISIPLIN ILMU LAINNYA
 Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu
Politik
 Hubungan Ilmu Negara dengan
Hukum Tata Negara
 Hubungan Ilmu Negara dengan
Hukum Administrasi Negara

Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Politik

 Menurut Jellinek, ilmu negara selaku
ilmu pengetahuan sosial bersifat
teoritis, segala hasil penyelidikannya
dipraktekkan
oleh
ilmu
politik
sebagai ilmu pengetahuan yang
bersifat praktis. Jadi ilmu politik tidak
merupakan ilmu pengetahuan sosial
yang berdiri sendiri.

 Menurut
Herman
Heller,
ilmu
negara
lebih
menitikberatkan kepada sifat teoritis, karenanya kurang
dinamis,
hal
ini
berarti
bahwa
lebih
banyak
memperhatikan unsur-unsur statis daripada negara. Ilmu
negara memberikan pengertian pokok yang jelas yang
mendasari
konsepsi
ilmu
politik
yang
lebih
menitikberatkan kepada faktor-faktor yang konkrit
terutama sekali berpusat pada gejala-gejala kekuasaan
baik mengenai organisasi negara maupun yang
mepengaruhi pelaksanaan penyelidikannya lebih menitik
beratkan kepada gejala sosial politik dalam masyarakat
sebagai gelanggang pertarungan faktor kekuasaan yang
nyata dan memperhatikan pula pelaksanaan serta
kegiatan dari lembaga-lembaga negara didalam praktek.
Faktor politis dari ilmu negara dengan sifat praktis
dinamis dari ilmu politik saling melengkapi dan saling
membutuhkan satu sama lain.

Hubungan Ilmu Negara dengan Hukum Tata Negara

 Ilmu negara merupakan ilmu pengetahuan
yang menyelidiki pengertian-pengertian pokok
dan sendi-sendi pokok daripada negara, ilmu
negara memberikan dasar-dasar teoritis yang
bersifat umum untuk hukum tata negara.
 Meskipun hukum tata negara mempersoalkan
negara, namun hukum tata negara menyelidiki
negara dengan sistem ketatanegaraannya
yang tertentu, karena itu merupakan hal yang
spesies, konkrit dan praktis.

 Ilmu negara merupakan pengantar
dan
ilmu
dasar
pokok
untuk
mempelajari hukum tata negara.
Hukum tata negara tidak dapat
dipelajari secara ilmiah dan teratur
sebelum terlebih dahulu dipelajari
pengetahuan tentang pengertianpengertian pokok dan sendi-sendi
pokok
daripada
negara
pada
umumnya.

Hubungan Ilmu Negara dengan
Hukum Administrasi Negara
 Ilmu negara yang merupakan ilmu
pengetahuan
yang
menyelidiki
pengertian-pengertian pokok dan sendirisendiri pokok negara dapat memberikan
dasar-dasar teoritis yang bersifat umum
untuk hukum Administrasi Negara
 hukum Administrasi Negara mempunyai
sifat praktis applied science yang bahanbahannya diselidiki, dikumpulkan dan
disediakan oleh pure science ilmu negara.

Hubungan Ilmu Negara dengan Ilmu Perbandingan Pemerintahan
  

 Ilmu perbandingan hukum tata negara
mengadakan perbandingan secara sistematis
terhadap bentuk yang bermacam-macam dari
sifat-sifat dan ketentuan umum negara.
 Ilmu perbandingan hukum tata negara
bertugas
menganalisa
secara
teratur,
menetapkan secara sistematis sifat-sifat apa
yang melekat padanya, sebab-sebab apa
yang menimbulkannya, merubahnya dan
menghilangkannya.

• Menurut
Kranenburg,
dalam
menunaikan
tugasnya
ilmu
perbandingan hukum tata negara
harus menggunakan hasil yang
diperdapat oleh ilmu negara dan
hukum tata negara yang merupakan
mutlak bagi tumbuh suburnya ilmu
perbandingan hukum tata negara.
Misal : Sistem Presidentil Indonesia
dengan negara lain.

BAB V
PENGERTIAN DAN UNSUR
NEGARA

PENGERTIAN NEGARA
Pengertian Negara Secara Bahasa
 Pada abad XV, orang Romawi mempergunakan
perkataan stato yang menjadi asal kata staat
atau state dengan arti negara
 Kata stato ialah bahasa latin yang mula-mula
dipergunakan
oleh
Kedutaan
Itali
untuk
mengatakan sebagian dari pangkat negeri,
pegawai-pegawai negeri, orang-orang yang
memegang tampuk kekuasaan beserta bengikutpengikutnya; dan susunan kekuasaan di suatu
daerah tertentu

 Negara disebut dalam berbagai
bahasa
dengan
istilah
yang
beragam, di antaranya istilah Staat
(Belanda
dan
Jerman),
State
(Inggris), Etat (Prancis), dan Daulah
(Arab).

Pengertian Negara dalam Arti
Formil dan Materil
 Negara Dalam Arti Formil : negara
sebagai
organisasi
kekuasaan
dengan suatu pemerintahan pusat.
Pemerintah menjelmakan aspek fomil
dari negara. Karakteristik dari negara
formil adalah wewenang pemerintah
untuk menjalankan paksaan fisik
secara legal. Negara dalam arti
formil
adalah
negara
sebagai
pemerintah (staat-overheid).

 Negara Dalam Arti Materil : negara
sebagai
masyarakat
(staatgemenchap)
negara
sebagai
persekutuan hidup.

Pengertian Negara Menurut Para Ahli
  

Plato : Negara adalah manusia dalam ukuran
besar yang hanya menggambarkan antara
manusia dengan berbagai anggota dan
kerjasamanya. Suatu tubuh yang senantiasa
maju, berevolusi, terdiri dari orang-orang
(individu-individu).
Karl Marx : Negara adalah suatu alat
kekuasaan bagi manusia (penguasa) untuk
menindas kelas manusia yang lainnya.
 

Grotius : Negara ibarat suatu perkakas yang dibikin
manusia untuk melahirkan suatu keberuntungan
dan kesejahteraan umum. 
 Bellefoid : Negara adalah suatu persekutuan
hukum yang menempati sesuatu wilayah untuk
selama-lamanya dan yang dilengkapi dengan suatu
kekuasaan tertinggi untuk menyelenggarakan
kemakmuran rakyat sebesar-besarnya.
Thomas Hobbes : Negara merupakan suatu tubuh
yang dibuat oleh orang banyak beramai-ramai, yang
masing-maisng berjanji akan memakainya menjadi
alat untuk keamanan dan perlindungan agi mereka.
 

 Logemann : Negara adalah suatu organisasi
kemasyarakatan (= pertambatan kerja/werk
verband) yang mempunyai tujuan dengan
kekuasaannya
mengatur
serta
menyelenggarakan
sesuatu
masyarakat.
Organisasi itu suatu pertambatan jabatan-jabatan
(ambt, funksi) atau lapangan-lapangan kerja
(werkkring) tetap.
 J.J. Rousseau :Negara adalah perserikatan dari
rakyat bersama-sama yang melindungi dan
mempertahankan hak masing-masing diri dan
harta benda anggota-anggota yang tetap hidup
dengan bebas merdeka. 
 Ibnu Chaldun : Negara merupakan suatu tubuh
yang keadaannya persis keadaannya sebagai
tubuh manusia, mempunyai sifat tabiat sendiri,

Unsur-unsur Negara
Unsur-unsur negara pada awalnya terdiri
dari penghuni/penduduk, wilayah negara,
kedaulatan. Pendapat modern berdasarkan
Konvensi Montevideo tahun 1933 yang
merupakan konvensi internasional, unsur
negara
ditambah
dengan
unsur
kesanggupan berhubungan dengan negara
lain. Keempat unsur tersebut termasuk ke
dalam unsur konstitutif. Sedangkan
pengakuan termasuk unsur deklaratif.

Unsur-Unsur Negara
 Penghuni/Penduduk
 Wilayah Negara
 Pemerintah (Kedaulatan)
 Kesanggupan
 Pengakuan (De facto dan De Jure)

BAB VI 
SIFAT DAN HAKIKAT NEGARA

Sifat dan Hakikat Negara Dilihat
Secara Politik
 Sifat Memaksa
Negara memiliki sifat memaksa dalam arti
mempunyai kekuasaan secara legal dan sarana
untuk itu adalah adanya polisi, tentara, jaksa
dan sebagainya. Sifat memaksa ini diperlukan
agar peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan negara untuk ditaati. Dengan
demikian
ketertiban
dalam
masyarakat
tercapai. Unsur paksaan tersebut juga dapat
kita lihat dalam ketentuan pembayaran pajak
sebagai sumber pendapatan negara.

 Sifat Monopoli
Negara mempunyai monopoli dalam
menetapkan tujuan bersama dari
masyarakat. Dalam hal ini negara
juga dapat menyatakan laranganlarangan jika dianggap bertentangan
dengan tujuan masyarakat. Contoh:
ketentuan
partai
terlarang
di
Indonesia

 Sifat Mencakup Semua
Semua peraturan perundangundangan berlaku untuk semua
orang
tanpa
kecuali.
Keadaan
demikian memang perlu, karena jika
seseorang dibiarkan berada di luar
ruang lingkup aktivitas negara, maka
usaha negara ke arah tercapainya
masyarakat
yang
dicita-citakan
gagal.

Sifat dan Hakikat Negara Dilihat Secara Sosiologis

Sifat dan hakikat negara secara
sosiologis adalah bahwa negara
merupakan ikatan suatu bangsa,
negara merupakan suatu organisasi
kewibawaan,
negara
merupakan
suatu organisasi jabatan, dan negara
merupakan organisasi kekuasaan.

 Ikatan suatu bangsa
Sifat dan hakikat negara merupakan
ikatan suatu bangsa diketahui dari
eksistensi negara yang di dalamnya
menunjukkan adanya ikatan suatu
bangsa.
Suatu
bangsa
dapat
dikatakan konkritisasi dari keluarga
besar masyarakat manusia. Kekuatan
suatu
bangsa
akan
semakin
kelihatan ketika diikat dalam bentuk
negara.
 

 Suatu organisasi kewibawaan
Sifat dan hakikat negara dikatakan
sebagai
organisasi
kewibawaan
dengan melihat bahwa dalam negara
memiliki wibawa tertentu. Bahkan
dapat dikatakan untuk memahami
sejauhmana
kedaulatan
negara
dapat dilihat dari wibawa negara
yang bersangkutan. Negara yang
berwibawa akan lebih mudah untuk
menjalankan roda pemerintahannya
untuk
mencapai
tujuan
dan
sasarannya.

 Organisasi Suatu Jabatan
Negara berjalan karena adanya pemerintah
yang berjalan dalam sistem peerintahan
tertentu.
Di
dalam
menjalankan
pemerintahan negara ada orang-orang yang
menempati jabatan tertentu. Antara jabatan
yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan
demi
penyelenggaraan
pemerintahan
negara.
Ketika
jabatanjabatan yang ada dalam negara tidak
terorganisir dengan baik, dapat dipastikan
negara dimaksud mengalami masalah
dalam penyelenggaraannya.

 Organisasi Kekuasaan
Negara menyelenggarakan
kemakmuran warganya. Oleh karena
itu, negara sebagai alat agar
kelompok manusia bertingkah laku
mengikuti tata tertib yang baik
dalam masyarakat. Dengan demikian
sekaligus
negara
merupakan
organisasi kekuasaan

Sifat dan Hakikat Negara Dilihat
Secara Yuridis
Sifat dan hakikat negara dilihat
secara yuridis adalah negara sebagai
pemilik atau penguasa atas tanah,
negara
merupakan
pihak
yang
mengasai atau memerintah, negara
sebagai
pelindung
hak
asasi
manusia,
dan
negara
sebagai
penjelmaan tata hukum.

 Pemilik atau Penguasa Atas Tanah (Teori Patrimonial
Feodal)
Negara tidak dapat diceraipisahkan dengan tanah.
Karena membicarakan negara berkaitan dengan
tanah/area tertentu, lagi pula, salah satu unsur dari
negara adalah wilayah. Berdasarkan sifat dan hakikat
negara, dalam hal ini negara merupakan pemilik atau
penguasa atas tanah. Melalui pemikiran seperti ini
mengilhami munculnya konsep adanya tanah negara.
Meskipun kalau ditelusuri lebih lanjut penggunaan
rumusan bahwa negara sebagai pemilik tanah sangat
jauh dari tuntutan keadilan. Terdapatnya tanah pada
orang atau masyarakat tertentu, berdasarkan sifat dan
hakikat negara ini bukan berarti orang atau masyarakat
tersebut sebagai pemilik atau penguasa tanah
melainkan orang dan masyarakat tersebut hanya
memiliki hak pengelolaan dan pemanfaatan.

 Pihak yang Menguasai atau
Memerintah (Hasil Perjanjian Timbal
Balik antara Dua Pihak)
Negara dikatakan memiliki sifat
menguasai
atau
memerintah
didasarkan kepada konsep bahwa
eksistensi negara adalah karena
adanya perjanjian antara pihak yang
memerintah
dan
diperintah,
perjanjian antara negara dengan
warga negara. Oleh karena itu,
mudah dipahami bahwa negara
berposisi
sebagai
pihak
yang

 Pelindung Hak Asasi Manusia (Teori Perjanjian
Masyarakat)
Berdasarkan teori perjanjian masyarakat,
masyarakatlah yang mendahului negara.
Masyarakat tersebut mengikatkan diri dengan
perjanjian sehingga terbentuk negara. Dengan
adanya perjanjian ini bermakna bahwa melalui
perjanjian masyarakat menyerahkan sebagian
hak kepada negara dalam pengurusannya,
namun dari sisi lain, negara memiliki kewajiban
untuk melindungi hak asasinya. Dari aspek ini
lah dapat dikatakan bahwa sifat negara adalah
pelindung hak asasi manusia.

 Penjelmaan Tata Hukum Nasional (Hans Kelsen)
Menurut Hans Kelsen negara merupakan suatu
tertib hukum. Tertib hukum yang timbul karena
diciptakannya peraturan-peraturan hukum yang
menentukan
bagaimana
orang
di
dalam
masyarakat atau negara harus bertanggungjawab
terhadap
peraturan-peraturannya.
Peraturanperaturan tersebut sifatnya mengikat. Setiap ,
orang dapat dipaksakan untuk menaatinya, karena
apabila masyarakat tidak menaatinya maka ia
dapat dijatuhi sanksi. Dengan demikian dapat
dikatakan negara adalah sumber tertib hukum yang
memaksa. Tegasnya dapat dikatakan bahwa
menurut Hans Kelsen negara identik dengan hukum

BAB VII
TUJUAN DAN FUNGSI
NEGARA

Tujuan Negara
 Tujuan Negara Secara Umum
Tujuan negara secara umum adalah
untuk mencapai kekuatan politik,
terwujudnya kesejahteraan rakyat
dan untuk mencapai kemakmuran
materi

Tujuan Negara Menurut Teori dan Praktek Negara

Tujuan Negara Menurut Teori Shang
Yang :
Menurut teori Shang Yang
menghendaki
supaya
tiap-tiap
negara mencari kekuasaan sebesarbesarnya.
Untuk
mencapainya
didukung oleh dua faktor:
1). faktor rakyatnya.
2). faktor negara itu sendiri.

 Kalau seseorang akan membuat kuat (besar) suatu
negara, maka rakyatny harus lemah (melarat).
Sebaliknya, kalau pemerintah menjadikan makmur
rakyatnya, akibatnya menjadi lemah. Shang Yang
menganggap rakyat dan negara itu berbanding
terbalik.
 Pihak pemerintah yang harus lebih kuat dari pada
rakyat agar jangan timbul kekacauan. Karena itu
pemerintah harus selalu berusaha agar ia lebih kuat
dari pada rakyat. Shang menganjurkan agar dapat
dikumpulkan kekuasaan yang sebsar-besarnya bagi
pihak negara dan itulah satu-satunya tujuan negara
Tujuan itu hanya dapat dicapai dengan jalan
menyiapkan militer yang kuat, disiplin, yang bersedia
menghadap segala kemungkinan.

 Apabila dalam satu negara terdapat halhal seperti adat, agama, kesenian,
sejarah, kebaikan, kesusilaan,kejujuran
dan persaudaraan, maka penguasa tidak
akan dapat membuat rakyat berjuang
dan keruntuhan tidak dapat dielakkan.
Jika negara tidak memiliki hal tersebut
diatas
penguasa
akan
membuat
rakyatnya berjuang, sehingga negara
akan jaya. Ajaran ini dikemukakan oleh
Shang yang karena pada waktu hidupnya
negaranya sedang dilanda kerusuhan dan
kemelut yang berkepanjangan.

Tujuan Negara Menurut Machiavelli
 Tujuan
negara
adalah
kekuasaan.
Tetapi
kekuasaan itu hanyalah merupakan alat untuk
mencapai tujuan negara yang sesungguhnya.
Yaitu kebesaran dan kehormatan negaranya.
Machiavelli
mengagungkan kekuasaan bahkan
menghalalkan segala cara untuk mewujudkan
kekuasaan
yang
kuat.
Semuanya
dapat
dikorbankan demi kekuasaan. Penguasa boleh
menghormati agama, adat, kesusilaan, kejujuran
dan lain- lain. Tetapi apabila tiba saatnya jika
diperlukan negara semuanya harus dikorbankan
agar negara menjadi kuat.

 Machiavelli juga bercita-cita mencari
kekuasaan sebesar-besarnya. Dia
menitikberatkan pada sifat-sifat raja.
Seorang
penguasa/raja
harus
mempunyai dua sifat: di satu pihak
harus cerdik seperti kancil, supaya
bisa menipu di mana saja dan
supaya kalu akan ditipu sudah tahu
sebelumnya. Di samping ini raja
harus berani seperti singa, supaya
bisa menakut-nakuti musuhnya.

Tujuan Negara Menurut Fasis Itali
 Menurut golongan Fasis, bahwa
negaralah yang primer dan bangsa
menyusul kemudian. Kalau begitu
bukan bangsa membentuk negara
tetapi orang lain. Menurut glongan
fasis negara bukan ciptaan rakyat.
Negara itu ciptaan orang kuat. Kalau
orang kuat ini telah membentuk
organisasi negara maka negara itu
wajib menggembeng, mengisi jiwa
rakyat.

 Tujuan negara fasis adalah empirium
dunia, si pemimpin mencita-citakan
untuk
mempersatukan
semua
bangsa di dunia menjadi satu
tenaga. Tujuan negara itu adalah
tujuan si pemimpin, maka keinginan
negara
adalah
keinginan
si
pemimpin. Tujuan negara berubahubah dari masa ke masa menurut
pemimpin.

Tujuan Negara Menurut Dante :
Dante juga mencita-citakan
empirium dunia. Tetapi cita-cita ini
diliputi oleh pakaian, kesusilaan,
kesalahan,
kemanusiaan,
ke
tuhanan. Tujuan negara adalah sama
dengan
tujuan
cita-cita
umat
manusia
seluruh
dunia,
yaitu
memperbesar
dan
mencapai
kesempurnaan kehidupan rokhani
yang paling tinggi.
 

Tujuan Negara Republik Indonesia


 

Dengan ketentuan tersebut
negara
RI
mempunyai
tujuan
nasional dan tujuan internasional.
Tujuan nasional negara Indonesia
adalah:
1). kebahagiaan dalam keluarga.
2). kemajuan kesejahteraan umum.
3). kecerdasan kehidupan bangsa.

 Tujuan internasional negara Indonesia ialah
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan:
1). kemerdekaan
2). perdamaian
3). keadilan sosial.
 Alenia keempat pembukaan UUD 1945
menggambarkan visi bangsa Indonesia mengenai
bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk dan
diselenggarakan dalam rangka melembagakan
keseluruhan cita-cita bangsa untuk merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam
wadah Negara Indonesia. Dalam alenia keempat
inilah disebutkan tujuan negara dan dasar
negara

 Tujuan negara berhubungan erat
dengan organisasi dari negara. Kalau
suatu
negara
bertujuan
untuk
mencari kepuasan yang sebesarbesarnya, maka susunan dari organorgannya, cara bekerja dari organ
tersebut, serta perhubungan dari
organ-organnnya
akan
berlainan
sekali dengan negara yang tujuannya
bukan mencari kepuasan.

Fungsi Negara 
Fungsi negara diartikan sebagai
tugas daripada organisasi negara itu
diadakan. Untuk mengetahui fungsi
negara ada beberapa pendapat ahli
yang dapat dijadikan rujukan, yaitu
John
Locke,
Montesquieu,
Van
Vollenhoven, Goodnow, dan Moh.
Koesnardi.

Fungsi Negara Menurut John Locke
John Locke membagi fungsi negara atas tiga
fungsi:
 Fungsi legislatif, untuk membuat peraturan.
 Fungsi eksekutif, untuk melaksanakan
peraturan.
 Fungsi federatif, untuk mengurusi urusan
luar negeri dan urusan perang dan damai.
Menurut John Locke, fungsi mengadili
termasuk tugas eksekutif.
•  

Fungsi Negara Menurut Montesquieu
Menurut Montesquieu, fungsi negara ada
tiga macam, yaitu:
 Fungsi legislatif, membuat undang-undang.
 Fungsi eksekutif,melaksanakan undangundang.
 Fungsi yudikatif, mengawasi agar semua
peraturan ditaati (fungsi mengadili).
Pendapat Montesquieu dikenal dengan teori
trias
politika.
Masing-masing
fungsi
dipisahkan satu sama lain.

Fungsi Negara Menurut Van Vallenhoven:

Teori Van Vollenhoven ini dikenal
dengan
catur
praja
yang
menyebutkan bahwa ada empat
macam fungsi dari negara, yaitu:
 Regeling, membuat peraturan.
 Bestuur, menyelenggarakan
pemerintahan.
 Rechtspraak, fungsi mengadili.
 Politie, fungsi ketertiban dan
keamanan.

Fungsi Negara Menurut Goodnow
Ajaran Goodnow ini dikenal dengan
dwipraja (dichotomy). Goodnow
menyebutkan ada dua fungsi negara,
yaitu:
 Policy making, adalah kebijaksanaan
negara pada waktu tertentu untuk seluruh
masyarakat..
 Policy eksekuting, adalah kebijaksanaan
yang harus dilaksanakan untuk mencapai
policy making.

Fungsi Negara Menurut Moh. Koesnardi :
Menurut Moh. Kusnardi, ada dua fungsi negara,
yaitu:
 Melaksanakan penertiban (law and order).
Untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah
bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka
negara harus melaksanakan penertiban. Negara
bertindak sebagai stabilisator
 Menghendaki kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya.
 

BAB VIII
 SEJARAH DAN TEORI-TEORI
TENTANG NEGARA
 
 

Adanya negara telah ada lebih
dahulu
dari
adanya
pemikiran
tentang negara dan hukum. Selama
itu peradaban-peradaban tinggi telah
lahir dengan tidak menginsafi orang
dasar-dasar apa yang menyebabkan
masyarakat
boleh
mengadakan
peraturan-peraturan yang mengikat
penduduk, menerapkan suruhansuruhan
dan
larangan-larangan
untuk perbuatan mereka.

Zaman Yunani Kuno (Purba)
Sokrates (469 – 399 s.M.)
 Negara
tidak
boleh
dipandang
sebagai ciptaan manusia tetapi
sebagai keharusan objektif yang asal
mulanya pada tindakan manusia.
Dalam pemikiran Sokrates, negara
bukanlah semata-mata merupakan
suatu
keharusan
yang
bersifat
obyektif,
yang
asal
mulanya
berpangkal dari pekerti manusia.

 Tugas negara adalah menciptakan
dan melaksanakan hukum yang
sejati,
objektif
dan
dapat
dilaksanakan oleh pemimpin yang
dipilih oleh rakyat.
 Ia mencari dasar-dasar keadilan
hukum yang sejati, objektif dan
dapat diperlakukan terhadap sesama
manusia.

 Pendidikan
sangatlah
penting,
karena
penduduk yang terdidik dengan baik, dengan
sendirinya akan memahami apa yang harus
mereka tempuh untuk segala kepentingan
kehidupannya. Negara adalah susunan yang
objektif yang berdasarkan pada sifat hakikat
manusia, karena itu bertugas melaksanakan
hukum yang objektif yang mengandung
keadilan bagi masyarakat secara umum dan
bukan
hanya
melayani
kepentingan
penguasa.
 Ajaran Socrates terhadap pemuda Yunani
dianggap penguasa sangat membahayakan.
Akhirnya ia dipaksa minum racun

Plato (429 – 347 s.M.)
 Plato meninggalkan banyak karya tulisnya,
yang terpenting adalah Politeia, Politicos,
Nomoi. Politeia atau negara, buku ini
memuat ajaran tentang negara dan hukum.
Politicos tentang ahli kenegaraan, Nomoi
tentang Undang-undang.
 Ia pencipta ajaran idealisme, menurut ajaran
ini ada 2 dunia yaitu dunia idea yang bersifat
immateril dan dunia alam. Dunia alam
adalah dunia fana tempat manusia hidup



Asal mula terbentuk negara karena
adanya
kebutuhan
manusia
yang
beranekaragam
yang
menyebabkan
mereka
harus
bekerjasama
untuk
memenuhi kebutuhan mereka, karena
masing-masing
orang
tidak
mampu
memenuhi kebutuhannya. Oleh sebab itu,
sesuai dengan kecakapan mereka masingmasing, setiap individu mempunyai tugas
dan
bekerjasama
untuk
memenuhi
kepentingan bersama. Kesatuan mereka
inilah yang disebut masyarakat atau
negara.

Aristoteles (384 – 322
s.M.)
 Aristoteles terkenal dengan ajarannya realisme,
karena itu ajaran Aristoteles adalah ajaran
kenyataan, ia tidak mengakui perbedaan dunia
tetapi pikirannya langsung ditujukan kepada
kenyataan yang sebenarnya melalui panca indera
 Ia membedakan apa yang bersifat ideal yang
merupakan pengertian abstrak seperti hukum,
keadilan, kesusilaan. Hal-hal ini dibahas dalam
bukunya “ Ethica”. Hal yang bersifat riil seperti
ajran tentang negara dibahas dalam bukunya
“Politica”.

 Ethica merupakan pengantar untuk
memahami politica,
 Mengenai
tujuan
negara
ia
sependapat dengan Plato, yaitu
menyelenggarakan
kepentingan
warga negaranya. Berusaha agar
warga
negaranya
dapat
hidup
bahagia
dan
sejahtera
yang
didasarkan atas keadialn (keadilan
harus menjelma dalam negara).

Epicurus (342 – 271 s.M.)
 Epicurus adalah pencipta ajaran individualisme
yang menganggap bahwa elemen atau bagian
terpenting bukanlah negara atau masyarakat-sebagaimana ajaran universalisme Aristoteles—
tapi
individu
sendiri
sebagai
anggota
masyarakat.
 Negara terdiri dari individu-individu sebagai
atom dan individu-individu diyakini sebagai
bagian terpenting, maka ajaran Epicurus
tentang sifat susunan masyarakat atau negara
disebut ajaran atomisme. Ini adalah lawan dari
organismenya Aristoteles.

 Kepentingan individu harus diutamakan yang
lantas menjadi dasar sebagai dasar daripada
kepentingan negara. Apabila individu bahagia,
maka negara juga akan bahagia.
 Untuk mencegah jangan sampai timbul
kekerasan dan ketidakadilan, negara lalu
mengeluarkan undang-undang. Akan tetapi,
undang-undang belum dapat berlaku jika
belum mendapat persetujuan dari para
individu. Jadi untuk berlakunya suatu undangundang, suara dari individu-individu untuk
menyetujui adalah sangat menentukan. Di
sinilah letak benih-benih dari perjanjian
masyarakat.

 Negara adalah merupakan hasil
daripada perbuatan manusia, yang
diciptakan untuk menyelenggarakan
kepentingan
anggota-anggotanya.
Negara atau masyarakat adalah
buatan daripada individu-individu.
 

Zeno (300 M.)
 Ajaran filsafat Zeno sangat berlawanan dengan Epicurus.
Sebab ajaran epicurus berpokok pangkal pada manusia
sebagai atoom dan pandangan hidupnya yang
individulistis,
sedangkan
ajaran
Zeno
bersifat
universalistis
 Universalismenya itu tidak hanya meliputi bangsa yunani
saja, tetapi meliputi seluruh manusia dan bersifat
kejiwaan, seluruh kemanusiaan, oleh karena itu
lenyaplah perbedaan antara orang Yunani dengan orang
biadab, antara orang yang merdeka dengan budak.
Kemudian
timbullah
moral
yang
memungkinkan
terbentuknya kerajaan dunia, di mana setiap orang
mempunyai kedudukan yang sama sebagai warga dunia.

 Hukum yang berlaku adalah hukum
alam. Hukum ini bersifat abadi tidak
berubah-ubah. Di antara hukum alam
ini ada akal kita yang memungkinkan
kita dapat mengetahui segala hal.
Dan
inilah
yang
memberi
kemungkinan kepada manusia untuk
membentuk negara dunia.

Zaman Romawi Kuno
Polybius (204 – 122 s.M.)
 Melahirkan teori tentang perubahan bentuk-bentuk
negara yang akhirnya dikenal dengan nama cyclus
theori. Menurut Polybius bentuk negara atau
pemerintahan yang satu sebenarnya adalah
merupakan akibat daripada bentuk negara yang
lain yang telah langsung mendahuluinya. Dan
bentuk
negara
yang
terakhir
kemudian
meruapakan sebab daripada bentuk negara yang
berikutnya, demikianlah seterusnya, sehingga
nanti bentuk-bentuk negara itu dapat terulang
kembali.

 Menurut Polybios, bentuk negara itu dapat
digolongkan menjadi 3 golongan besar yang
kemudian masing-masing bentuk dibedakan
menjadi 2 jenis maka akan ada 6 bentuk
negara
 Monarchi adalah bentuk negara yang tertua,
dalam pemerintahan monarchi kekuasaan
negara dipegang oleh satu orang yang
sifatnya baik yang pemerintahan untuk
kepentingan umum, tetapi lama kelamaan
generasi
selanjutnya
tidak
lagi
memperhatikan kepentingan umum disebut
Tirani.

 Pemerintahan seorang tirani yang
sewenang-wenang akhirnya muncul
beberapa orang yang berani, mereka
bersatu mengadakan pemberontakan.
Setelah kekuasaan beralih ke tangan
mereka dan untuk kepentingan umum,
pemerintahan ini disebut Aristokrasi.
Pemerintahan ini yang pada mulanya
baik, pemegang kekuasaan tidak lagi
memperhatikan kepentingan umum,
ini disebut Oligarki

 Dalam oligarki tidak ada keadilan
maka
rakyat,
memberontak,
mengambil alih kekuasaan negara
untuk memperbaiki nasib, maka
pemerintahan dijalankan oleh rakyat
dan ditujukan untuk kepentingan
rakyat, ini disebut Demokrasi

 Pemerintahan demokrasi untuk kepentingan
umum dan menghargai adanya persamaan
dan kebebasan tetapi kemudian ingin bebas
dari peraturan yang ada, akhirnya timbul
kekacauan ini disebut Okhlorasi. Dalam
keadaan
yang
kacau
tersebut
timbul
keinginan untuk memperbaiki keadaannya,
kemudian muncul seorang yang kuat dan
berani yang dengan jalan kekerasan akhirnya
dapat memegang kekuasaan, maka kembali
ke Monarchi.

Cicero (106 – 43 s.M.)
Negara menurut Cicero adanya merupakan
suatu keharusan, dan yang harus didasarkan
atas ratio manusia. Ajaran cicero ini
sebetulnya meniru dan disesuaikan dengan
ajaran kaum Stoa. Pengertian ratio di sini
dimaksud oleh Cicero adalah ratio yang
murni, yaitu yang didasarkan atas hukum
alam kodrat. Jadi tidaklah seperti ajaran
Epicurus yang menganggap bahwa negara itu
adaah merupakan hasil daripada perbuatan
manusia, dan fungsinya hanya sebagai alat
saja daripada manusia untuk memenuhi
kebutuhannya.

Seneca ( - 65 s.M.)
Seneca pernah menjadi guru kaisar Nero. Pada
waktu hidupnya Romawi sedang mengalami bobrok.
Kekuasaan negara hanya tinggal pada kekuatan
bala
tentaranya,
raja-raja
yang
memegang
pemerintahan telah rusak akhlaknya. Sedangkan
orang hanya mempunyai kemungkinan menarik diri
ke alam kebathinannya sendiri. Demikian juga yang
dilakukan oleh Seneca. Mulai saat itu orang mulai
melepaskan dari adat kebiasaan yang luhur yang
turun-temurun
pada
bangsa
romawi
untuk
mengabdi pada negara. Ini adalah merupakan suatu
perubahan yang besar sesudah orang berabad-abad
lamanya memegang teguh adat kebiasaan yang
demikian. Orang mulai menjauhkan diri dari urusanurusan kenegaraan dan mendalami kebathinannya.

Zaman Abad Pertengahan (abad V – XV)

Augustinus (354 -430):
 Ia menulis buku dengan nama De
civita te Dei tentang negara Tuhan.
Isi pokok bukunya ditujukan untuk
mengadakan
pebelaan
terhadap
agama kristen, serta berisi suatu
polemik antara penganut-penganut
agama kristen dengan orang yang
tidak beragama.

 Ajarannya sangat bersifat teokratis,
dikatakan bahwa kedudukan gereja
yang dipimpin oleh Paus itu lebih
tinggi daripada kedudukan negara
yang diperintah oleh raja. Adanya
negara di dunia merupakan suatu
kejelekan,
tetapi
adanya
itu
merupakan suatu keharusan. Yang
penting itu adalah teriptanya suatu
negara
seperti
yang
dianganangankan atau dicita-citakan oleh
agama, yaitu kerajaan Tuhan.

 Sebanarnya negara yang ada di
dunia ini hanya merupakan suatu
organisasi
yng
bertugas
untuk
memusnahkan perintang-perintang
agama dan musuh-musuh gereja.
Negara mempunyai kedudukan dan
kekuasaan yang lebih rendah dan
ada di bawah gereja. Negara sifatnya
hanyalah sebagai alat daripada
gereja untuk membasmi musuhmusuh gereja.

Thomas Aquino (1225 – 1274)
 Alam pikirannya tentang negara dan
hukum dapat ditemukan dalam
bukunya De Regimine Principum atau
tentang pemerintahan raja-raja, dan
dalam bukunya yang lain yang diberi
nama Summa Theologica, atau
pelajaran tentang ketuhanan

 Filsafat Thomas Aquinas bersifat finalistis.
Ini berarti bahwa apa yang menjadi
tujuannya itu dikemukakan terlebih
dahulu, baru kemudian harus diusahakan
supaya tujuan itu dapat tercapai.
 Manusia sebagai makhluk sosial yang
berhasrat untuk bermasyarakat, tetapi
manusia hanyaah salah satu unsur dalam
pembentukan
masyarakat,
yang
terpenting adalah masyarakat itu sendiri.
Di
dalam
masyarakat
harus
ada
penguasa, harus ada yang memerintah.

 Bentuk pemerintahan :
1.Pemerintahan oleh satu orang. Ini yang
baik disebut Monarki, yang jelek disebut
Tyranni.
2.Pemerintahan oleh beberapa orang, ini
yang baik disebut Aristokrasi, yang jelek
disebut oligarki.
3.Pemerintahan oleh seluruh rakyat. Ini yang
baik disebut politeia, ini kalau menurut
Aristoteles disebut Republik Konstitusional,
yang jelek disebut demokrasi.



Bentuk pemerintahan yang
paling baik adalah Monarki. Oleh
karena tujuan negara itu selain
memberi kemungkinan supaya
manusia
dapat
mencapai
kemuliaan abadi, juga supaya
manusia hidup susila. Hal ini
dapat
terlaksana
apabila
terdapat perdamaian di dalam
masyarakat dan untuk ini yang
terpenting
adalah
adanya

 Thomas Aquinas membedakan hukum dalam empat
golongan:
1. Hukum abadi atau lex aeterna, hukum dari
keseluruhannya yang berakar dalam jiwa Tuhan.
2. Hukum alam. Manusia adalah sebagai makhluk yang
berpikir, maka ia merupakan bagian daripada-Nya. Ini
adalah merupakan hukum alam.
3. Hukum positif. Ini adalah pelaksanaan daripada huum
alam oleh manusia, yang disesuaikan dengan syaratsyarat khusus yang diperlukan untuk mengatur soalsoal keduniawian di dalam negara.
4. Hukum Tuhan. Ini adalah yang mengisi kekurangankekurangan daripada pikiran manusia dan memimpin
manusia dengan wahyu-wahyunya ke arah kesucian
untuk hidup di alam baka, dan ini dengan cara yang
tidak mungkin salah. Wahyu-wahyu inilah yang
akhirnya terhimpun dalam kitab suci.

Dante Alleghiere (1265 – 1321)

 Bukunya “Die Monarchia” (1313) berisi ajaran anti
Paus. Ia menulis tentang kekuasaan keduniawian dan
menolak setiap kekuasaan Paus dalam urusan
keduniawian. Sebagai akibat dari tulisan Dante
tersebut, pada permulaan abad ke-14 terjadi
perselisihan antara Paus dengan Raja yang berakhir
dengan kemenangan raja.
 Dalam bukunya Dante memimpikan suatu kerajaan
dunia sebagai lawan dari kerajaan paus. Kerajaan
dunia itulah yang dia impikan guna penyelenggaraan
perdamaian dunia. Sehingga tujuan negara menurut
Dante untuk menyelenggarakan perdamaian dunia
dengan jalan mengadakan undang-undang yang sama
bagi semua ummat.

Marsilius van Padua
(1270 – 1340)
 Seorang tokoh terbesar dari aliran filsafat
nominalist. Sikapnya adaah bahwa hal-hal yang
bersifat khusus bernilai tinggi, sedangkan hal-hal
yang bersifat umum itu hanya merupakan
abstraksi dari pikiran saja
 Mengenai ajarannya tentang kenegaraan, marsilius
sangat dipengaruhi oleh ajaran aristoteles. Negara
adalah suatu badan atau organisme yang
mempunyai dasar-dasar hidup dan mempunyai
tujuan tertinggi, yaitu menyelenggarakan dan
mempertahankan perdamaian

 Ajaran Marsilius ini untuk selanjutnya
adalah sangat berbeda dengan
ajaran dari Augustius dan Thomas
Aquinas. Dalam ajaran Marsilius
nampak benar peranan orang atau
individu dalam pembentukan negara
atau masyarakat. Menurut Marsiius
terbentuknya negara itu tidaklah
semata-mata karena kehendak tuhan
atau karena kodrat Tuhan, melainkan
negara itu terjadi karena perjanjian
daripada orang-orang, yang hidup
bersama untuk menyelenggarakan

 Dari
ajaran
Marsilius
tentang
terjadinya negara telah terlihat
dasar-dasar
daripada
perjanjian
masyarakat,
yang
merupakan
lanjutan dari ajaran Epicurus yang
telah meletakkan benih-benihnya.
Dalam
perjanjian
itu
menurut
marsilius,
rakyat
menunjuk
seseorang yang diserahi untuk
memelihara perdamaian. Terhadap
orang
mereka
tunjuk
tersebut
mereka saling menundukkan diri.
Inilah yang disebut dengan perjanjian

 Ada dua macam factum subjektiones, yaitu:
1.Jika kekuasaan penguasa, atau raja, hanya untuk
menyelenggarakan atau menjalankan kekuasaan dari
rakyat. Jadi sifatnya hanya eksekutif. Raja tidak boleh dan
tikdak wenang menentukan peraturan atau undangundang. Yang menciptakan atau membuat peraturan
dan
undang-undang
itu
adalah
rakyat
sendiri.
Penyerahan Bila penundukan itu sifatnya terbatas pada
apa yang dikehendaki oleh rakyat kekuasaan atau sifat
penundukan yang demikian ini disbeut concessio.
2. Sedang kalau rakyat itu secara mutlak tunduk kepada
penguasa atau raja yang mereka pilih itu dan hak untuk
membuat peraturan atau undang-undang itu ada pada
tangan raja, maka kekuasaan yang mereka serahkan
kepada raja itu tidak hanya bersifat eksekutif melainkan
juga bersifat konstitutif. Penyerahan kekuasaan yang
demikian ini disebut translatio.

Zaman Renaissance
(abad XVI)
Niccolo Machiavelli (1469 – 1527)
 Menurut Machiavelli, seorang raja harus belajar
supaya menjadi orang tidak baik, harus sanggup tidak
menepati janji. Sebab yang melakukan demikian yang
telah menghasilkan hasil-hasil yang besar
 Orng seharusnya berjuang menggunakan kekerasan
dan kekuasaan seperti binatang-binatang dan tidak
menggunakan hukum. Seorang raja harus dapat
menjadi binatang, kancil dan singa sekaligus;
merupakan kancil supaya ia tidak terjerat dalam jaring
orang lain dan merupakan singa supaya ia tidak
gentar mendengar raungan serigala.

 Ia menulis buku karangannya “I L
Principe”. artinya Sang Raja, yang
dimaksudkan untuk pedoman bagi raja
dalam menjalankan pemerintahannya
agar dapat menjalankannya dengan baik,
untuk menyatukan kembali negara Italia
yang
kacau
dan
terpecah-pecah.
Pemimpin negara harus mempunyai sifat
bagaikan seekor kancil dan seekor singa,
maksudnya orang yang cerdik pandai
tetapi sekaligus juga harus dapat
bersikap keras, kejam untuk kepentingan
negara.

 Nicollo Machiaveli memisahkan secara tegas
antara azas kesusilaan dan kenegaraan, bahwa
dalam kenegaraan dapat saja tidak menghiraukan
moral dan kesusilaan bahkan pada saat tertentu
negara akan dirugikan apabila menghiraukan
kesusilaan.
 Ajarannya lebih bersifat ilmu kenegaraan praktis,
ia memisahkan dengan tegas moral dan
kesusilaan dari ajaran kenegaraan karena moral
dan kesusilaan adalah suatu hal yang diharapkan
sedangkan ketatanegaraan adalah merupakan
suatu kenyataan. Orang akan binasa apabila lupa
kenyataan yang sesungguhnya. Ajarannya yang
terkenal adalah ajaran Staats-raison atau
kepentingan negara

Thomas Morus (1478 –
1535)
Thomas Morus lahir di London, mrupakan putera seorang
hakim. Pikirannya dituangkan dalam dua buah buku
“utopia”
 Buku pertama menggambarkan tentang kesukarankesukaran kenegaraan dan sosial di Inggris dan masanya.
Kaum bangsawan yang menganggur mengisap rakyatnya.
Rakyat kehilangan mata penghidupan.
 Buku kedua menggambarkan negara yang dikhayalkan oleh
Thomas Morus, bahwa keadaannya di Utopia lain. Seorang
utopos telah membuat penduduk aslinya yang biadab
menjadi suatu nasion. Maka muncullah 54 kota yang indah.
Pusatnya ialah kota Amaurotum. Ia adalah negara pertanian
letak Aumorotum banyak persamaan dengan kota london

Utopia ini dianggap sebagai gugatan
secara diam-diam terhadap hasrat
keluarga raja Tudor yang memerintah
di Inggris untuk mencapai kekuasaan
absolut di lapangan kenegaraan

Jean Bodin (1530 – 1595)
 Buku karangannya yang terkenal adalah “Lex Six
Livres
de
la
Republique”
dan
“Heptaplomeres” . Jean bodin hidup dalam
sistim pemerintahan absolut dan kekuasaan
absolut telah berlangsung lama pada sistim
ketatanegaraan prancis. Dalam bukunya ia
memberi dasar yuridis kekuasaan absolut dari
raja. Ia juga menyatakan sependapat dengan
Machiaveli tentang tujuan negara adalah adanya
kekuasaan yang kuat. Perbedaan pendapatnya
dengan Machiaveli terletak atas pengakuannya
bahwa hukum itu mengandung moral dan moral
tidak boleh diabaikan.

 Negara dirumuskannya sebagai keseluruhan
dari keluarga dengan segala kepentingannya
yang dipimpin oleh akal dari seorang
penguasa yang berdaulat. Jadi ia sependapat
dengan Aristoteles bahwa keluarga adalah
awal dari adanya negara. Untuk memperkuat
pendapatnya tentang negara merupakan
perwujudan kekuasaan maka ia merumuskan
kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan
tertinggi terhadap warga negara dan
rakyatnya tanpa ada suatu pembatasan
apapun dari undang-undang. Raja tidak
terikat dari kekuasaan undang-undang karena
raja yang menetapkannya.

 Dari rumusan Jean Bodin, kedaulatan adalah
kekuasaan tertingggi untuk membuat undangundang dalam suatu negara yang sifatnya:
a.Tunggal, ini berarti hanya negaralah yang memiliki
kedaulatan itu, di dalam negara tidak ada kekuasaan
lain yang berhak membuat UU.
b.Asli, berarti bahwa kekuasaan itu tidak berasal dari
kekuasaan lain atau tidak diberikan oleh kekuasaan
lain.
c. Abadi, berarti bahwa yang mempunyai kekuasaan
tertinggi atau kedaulatan adalah negara, yang
menurut pendapat Jean Bodin negara itu adanya
abadi. Tidak dapat dibagi-bagi, berarti bahwa
kedaulatan itu tidak dapat diserahkan kepada orang
atau badan lain baik sebahagian maupun seluruhnya.

Aliran Monarchomachen

Istilah Monarkomaken dalam pengertian
yang umum berarti anti raja atau menentang
raja. Tetapi sesungguhnya pengertian ini
adalah kurang tepat sebab ajaran-ajaran dari
para ahli pemikir tentang negara dan hukum
yang dimasukkan dalam golongan kaum
monarkomaken sama sekali tidak anti atau
melawan raja-raja, bahkan tidak anti atau
melawan sistem absolutisme pada umumnya,
melainkan yang ditentang atau dilawan itu
adalah eksesnya.

Hotman

Hotman pada tahun 1573
menerbitkan buku karangannya yang
diberi nama Pranco Gallia. Dasardasar yang digunakan oleh Hotman
untuk
menentang
absolutisme
bukanlah
dasar-dasar
ajaran
agama,melaikan dasar-dasar ajaran
sejarah. Jadinya ia bukanlah seorang
monarkomaken yang sebenarnya,
meskipun
orang
selalu

Brutus :
Buku tulisan kaum monarkomaken
yang
sesungguhnya,
pertama-tama
terbit pada tahun 1579, nama bukunya
Vindiciae contra Tyrannos, (alat-alat
hukum
melawan
tyranni).
Pengarangnya bersembunyi di belakang
nama Brutus, buku ini merupaan salah
satu tinjauan yang pinsipil tentang
perlawanan terhadp raja-raja yang
mempunyai kekuasaan absolut.

Buchanan :
 Nama lengkapnya George Buchanan. Ia adalah
seorang Skot. Pada tahun 1579 ia menerbitkan
bukunya De Jure regni apud Scotos (Tentang
kekuasaan raja pada bangsa Skot). Buchanan hidup
pada tahun 1506-1582. ia adalah seorang pendidik,
antara lain ia mendidik James, yang kemudian
menjadi raja di Skotlandia dan Inggris.
 Buchanan adalah seorang humanist. Pertama-tama
ia mencari perbedaan antara raja dengan tyran. Raja
itu adalah orang yang memegang pemerintahan,
yang memperoleh kekuasaannya itu dengan bantuan
rakyat, dan yang melaksanakan pemerintahannya
atas dasar keadilan. Jika tidak demikian, ia adalah
seorang tyran. Dan ia boleh dibunuh tanpa hukuman.

Mariana:
Nama lengkapnya Juan de mariana. Ia adalah
seorang sarjana dari spanyol. Pada tahun 1599 ia
menerbitkan bukunya De rege ac Regis Institusione
(tentang hal raja dan kedudukannya). Buku ini khusus
ditujukan sebagai pegangan dari raja Philip III yang
memerintah
di
Spanyol.
Ajarannya
banyak
persamaannya dengan ajaran Buchanan, terutama
mengenai
batas-batas
kekuasaan
raja
dan
pembunuhan
terhadap
Tyran.
Banyak
pula
persamaannya dengan ajaran Niccolo Machiavelli,
Cuma sifatnya agak samar-samar. Sedang semangat
daripada seluruh bukunya menyatakan bahwa negara
itu sebagai suatu masyarakat lebih rendah
kedudukannya daripada gereja dan tidak ada sangkut
pautnya sama sekali dengan kesusilaan.

Bellarmin
 Ia adalah seorang kardinal, hidup pada tahun 1542-1621. ia
adalah seorang kontroversialis. Filsafat negaranya bersifat
kontroversialis, karena sifat james yang membela pendirian
tentang kedaulatan Tuhan, yang kemudian mendapat
perlawanan dari kaum Jesuit dengan kedaulatan rakyatnya.
Bellarmin berpendapat bahwa sungguhpun monarki absolut
adalah bentuk pemerintahan yang paling baik dalam teri,
akan tetapi karena kekurangan-kekurangan daripada akhlak
manusia telah menyebabkan praktekny berlainan sekali.
 Buku
karangan
Bellarmin
yang
terkenal
adalah
Disputationes, yang mengajarkan bahwa Paus tidak
mempunyai kekuasaan dalam lapangan keduaniawian, juga
buku yang berjudul Tractatus de Potestate Summi Pontivicus
in Rebus Temporalibus tentang kekuasaan Paus dalam
lapangan keduniawian.

Francesco Suarez
 Ia juga seoang kontroversial. Ia seorang sarjana
Spanyol, yang h