BahanAjar Hukum dan HAM
HUKUM
HAK ASASI MANUSIA
Bagian Hukum Tata Negara
Fakultas Hukum Universitas Andalas
PENGANTAR DAN ORIENTASI BELAJAR
Perkenalan
Apa yang anda pahami tentang HAM? Jawaban dituangkan
dalam bentuk gambar. Beberapa orang mahasiswa diminta
untuk menjelaskan gambarnya dan hubungannya dengan HAM.
Apa yang ingin anda peroleh dari kuliah HAM? Tulis dalam
kertas 1 lembar.
Metode belajar orang dewas (antragogi) – asumsi tentang belajar
orang dewasa ; konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar,
orientasi belajar.
Salah satu metode yang digunakan, metode socratic.
Kompetensi yang diharapkan dari perkuliahan : (1) memahami
masalah dalam berbagai perspektif ; (2) mencoba menjawab
dengan melakukan riset; (3) mampu berargumen dengan baiK,
secara lisan dan tulisan.
Sistem evaluasi belajar. Penilaian tidak saja berdasarkan ujian
akhir. partisipasi dalam PMB juga ikut menentukan nilai.
ISTILAH HAM
Berasal dari 3 kata, Hak, Asasi dan Manusia
Kata “Hak” berasal dari Bahasa Arab haqqa,
yahiqqu,haqqaan yg artinya benar,pasti,nyata dan
tetap. krn itu haqq dipahami sebagai kewenangan
untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu.
Kata “asasity” berasal dari kata assa,yaussu, asasaan
yg berarti membangun, mendirikan meletakan, sama
dengan asal.asas, pangkal, dasar. Asasi dipahami
sebagai segala sesuatu yg bersifat mendasar &
fundamental yg selalu melekat pd objeknya.
Sementara kata “manusia”, kata Indonesia yg artinya
umat, ciptaan Tuhan yg berakal budi.
Jadi HAM diartikan sbg hakhak mendasar pd diri
manusia
PERKEMBANGAN ISTILAH HAM
Menurut Philipus M.Hadjon pada abab XIX muncul istilah
HUMAN RIGHTS dan Abad XX muncul istilah
FUNDAMENTAL RIGHTS. konsep ini menjelmakan
pergeseran “natural rights” menjadi “positive legal rights”.
Penggunaan istilah itu menurut M.Hadjon dapat dilihat dari
skema:
Fundamental rights
Grunddrechten
Droits
Fundamentaux
Nasional
Internasional
Positive Rights
Ius Constituendum
Human Rights
Mensenrechten
Droits de L’home
Jadi, HAM dalam hukum domestik disebut sebagai hak
sipil/konstitusional.
Jika diimplementasikan dalam Hukum Internasional
disebut sebagai HAM.
Ada 2 jenis hak yakni; 1). Hak Hukum
(Legal Rights) yg merupakan hak seseorang
dlm kapasitasnya sebagai subyek hukum yg
secara legal tercantum dlm hukum yg
berlaku; 2). Hak Alamiah (Natural Rights).
Jadi hak hkm lebih menekan sisi legalitas
formal, sedangkan hak alami menekankan
sisi alamiah manusia (naturally human
being) Inalianable rights (hak yg tdk
terpisahkan dari dimensi kemanusiaan
DEFENISI HAM
John Locke, HAM adalah hakhak yang diberikan
langsung oleh Tuhan yang Maha Pencipta sebagai
sesuatu yang bersifat kodrati.
Dardji Darmodiharjo, HAM adalah hakhak dasar atau
hakhak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Prof. Dr. Kuntjono Purbo Pranoto, HAM adalah Hak
yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak
dipisahkan hakikatnya.
LANJUTAN…
Hendarmin Ranadireksa, HAM adalah seperangkat
ketentuan atau aturan untuk melindungi warga negara dari
kemungkinan penindasan, pemasungan dan atau pembatasan
ruang gerak warga negara oleh negara.
Mahmud MD, HAM merupakan hak yg melekat pada
martabat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan , dan hak
tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga
hak tersebut bersifat fitri (kodrati).
Antony Flew, HAM merupakan suatu perangkat asas
asas yang timbul dari nilainilai yang kemudian menjadi
kaidahkaidah yang mengatur perilaku manusia dlm
hubungan dgn sesama manusia
LANJUTAN…
DUHAM, HAM adalah martabat yang melekat pada
dan hakhak yang sama dan tidak dapat dicabut dari
semua anggota keluarga manusia.
UU HAM, HAM adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia;
DEFENISI HAM DALAM BEBERAPA
PERSPEKTIF
Pendekatan Deskriptif – Hakhak dasar, yang
memberdayakan manusia untuk membentuk kehidupan
mereka sesuai dengan kemerdekaan, kesetaraan dan rasa
hormat pada martabat manusia.
Pendekatan Hukum – Hakhak sipil, politik, ekonomi,
sosial, budaya dan kolektif yang tertuang dalam berbagai
instrumen HAM internasional dan regional serta dalam
undangundang dasar setiap negara.
Pendekatan Filosofis Satusatunya sistem nilai yang
diakui secara universal dalam hukum internasional saat
ini dan terdiri dari elemen liberalisme, demokrasi,
partisipasi, keadilan sosial, berkuasanya hukum (rule of
law) dan good governance.
FOKUS HAM
Fokus HAM adalah tentang kehidupan dan martabat
manusia.
Martabat dilanggar ketika mereka menjadi subjek
penyiksaan, terpaksa hidup dalam perbudakan dan
kemiskinan, minimnya akses pendidikan, pelayanan
kesehatan dan keamanan sosial minimum.
Hakhak yang menekankan bahwa manusia bebas
memilih (inti) tindakan mereka, yang merupakan
manifestasi dari martabat manusia.
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
HAM
Peristiwa
Penting
Penjelasan
Magna Charta
(1215)
Penjanjian antara Raja John dengan sejumlah bangsawan
Inggris, dimana Raja dipaksa mengakui beberapa hak
bangsawan (hak sipol) sebagai imbalan dari dukungan mereka
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan
perang. (ini baru sekedar keprihatinan terhadap HAM, belum
dirmuskan dalam teks yang penuh makna)
Tahun 1537
Menurut Michel Villey, istilah dan gagasan HAM pertama kali
muncul.
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Petition of
Rights (1628)
Diajukan bangsawan kepada raja, yang isinya secara garis
besar menuntut hakhak sebagai berikut :
Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di
rumahnya.
Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam
keadaan damai.
Perjanjian of
Westphalia
(1648)
Perjanjian Westphalia berkaitan erat dengan munculnya dua
aliran besar dalam ajaran kristen secara umum. Diskriminasi
pihak Gereja Katolik terhadap Yahudi dan Islam menyebabkan
munculnya reaksi dari kelompok Chatari, yang kemudian
dikenal dengan gerakan Protestantisme yang dimotori Martin
Luther (1483). Perjanjian Westphalia mengakhiri perang
antara Katolik & Protestan di Eropa, yang isinya antara lain :
1. Mengenai toleransi – adanya hak berimigrasi bagi yang
berseberangan dengan agama resmi penguasa.
2. Hubungan antara negaranegara dilepaskan dari persoalan
hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Habeas Corpus
Act (1679)
Merupakan undang undang Inggris yang mengatur tentang
penahanan seseorang. Isinya :
Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2
hari setelah penahanan.
Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah
menurut hukum.
Bill of Rights
(1689)
Merupakan undangundang yang dicetuskan pada 1689 dan
diterima parlemen Inggris. Isinya mengatur tentang :
Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
Pajak, undangundang dan pembentukan tentara tetap
harus seizin parlemen.
Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut
kepercayaan masingmasing .
Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Lahirnya teori
kontrak sosial pada
abad pencerahan
(abad 1718)
Perlunya perlindungan hakhak kodrati, yaitu hakhak
yang inheren sebagai manusia yang dipelopori John
Locek, JJ Rousseau (1762).
Ajaran ini mengilhami revolusi Perancis dan Amerika
Deklarasi
Kemerdekaan
Amerika (1776)
Deklarasi kemerdekaan (Declaration of Independen)
dan berbagai peraturan tentang HAM di Virginia dan
wilayahwilayah bekas koloni Inggris lainnya (berisi
pernyataan : kebebasan dan kesetaraan bagi semua)
Perancis (1789)
Declaration des droits de I’homme et du citoyen (bagian
dari konstitusi Perancis) (kebebasan dan kesetaraan
bagi semua) – HAM dinyatakan sebagai kategori yang
tidak bisa dipisahkan dari hukum politik modern.
Rusia (1917)
Deklarasi Hak Pekerja dan orangorang tereksploitasi.
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Perdamaian
Versailles
(1919/1920)
Reaksi terhadap PD1 dan tujuan utamanya adalah
untuk mencegah terjadinya perang dunia lainnya.
Menciptakan dua organisasi internasional yang berarti
untuk perkembangan HAM : LBB dan Kantor Buruh
Internasional
Depresi Ekonomi
(19241934)
Sebagian besar masyarakat ditimpa kemiskinan dan
pengangguran. Banyak org berimigrasi ke Amerika.
Presiden Roosevelt (1941) merumuskan empat kebebasan
: freedom to speech, freedom of religion, freedom form fear,
freedom from want (kemiskinan)
DUHAM (1948)
Timbulnya keinginan untuk merumuskan HAM yang
diakui seluruh dunia sebagai standar universal. Dibentuk
Komisi HAM PBB pada 1946. Komisi ini merancang
DUHAM, dimana pada tahun 1948 diterima oleh 48
negara.
DUHAM dimaksudkan sebagai pedoman sekaligus
standar minimal yang dicitacitakan umat manusia.
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Sidang Umum PBB
(1966)
Menerima dan mengesahkan Kovenan Hak Sipol dan
Kovenan Hak Ekosob
Berlakunya 2
Kovenan (1976)
Pada tahun ini, dua kovenan utama HAM dinyatakan
berlaku setelah diratifikasi oleh 35 negara.
Piagam HAM Afrika
(1981)
Organisasi Persatuan Afrika (OUA) berhasil menyusun
Banjul Charter yang mulai berlaku sejak 1987 –
tekanan pengaturan pada piagam ini terkait
kolektivitas atau kelompok. Individu mempunyai
kewajiban terhadap keluarga, masyarakat dan negara.
Deklarasi Kairo
(1990)
Dirumuskan sesudah perundingan dalam OKI.Terdapat
setidaknya 14 jenis hak yang dinyatakan dalam
deklarasi ini, meliputi hak sipol dan hak ekosob.
Bangkok Declaration
(1993)
Naskah ini mempertegas konsep dan prinsip (1) HAM
bersifat universal; (2) HAM tidak boleh dibagibagi; (3)
tidak dibenarkan memilih satu kategori HAM dan
menganggap kategori tidak penting; (4) hak atas
pembangunan; (5) hak untuk menentukan nasib
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Vienna Declaration
(1993)
Konverensi Dunia tentang HAM. Merupakan hasil
kompromi antara negaranegara barat dan negara dunia
ketiga terkait konsep : universal, indivisible,
interdependent, saling berhubungan, dan diakuinya hak
atas pembangunan.
Eropa (2000)
Piagam Hakhak Dasar, yang memuat :
kesemestaan dan keutuhan hak asasi manusia dan
kebebasan fundamental, penghormatan pada martabat
manusia, prinsipprinsip kesetaraan dan solidaritas
Pendirian ICC
(2002)
Dibawah Statuta Roma, didirikan Internastional
Criminal Court yang berwenang mengadili kejahatan
genosida, kejahatan kemanusiaan, dan kejahatan perang.
GAGASAN UTAMA TAHAP
SEJARAH KEMUNCULAN DUHAM
1.
2.
3.
4.
Martabat (Pasal 1 2)
Kebebasan ( Pasal 3 – 19)
Kesetaraan (Pasal 20 – 26)
Persaudaraan (Pasal 27 – 28)
KELAHIRAN HAK SIPOL
Reformasi Gereja pada abad ke16, dimana perlakuan
diskriminasi gereja terhadap yahudi dan islam menimbulkan
reaksi dari dalam gereja yang melahirkan gerakan
Protestantisme : lahirnya gagasan kebebasan beragama
Revolusi Amerika pada abad ke18. Bapak pendiri bangsa AS
dipengaruhi gagasan Montesquieu. Mereka menyuarakan
pentinnya hak untuk mengeluarkan pendapat, kebebasan
sipil, pentingnya toleransi sebagai atribut kemanusiaan.
Revolusi Perancis pada abad ke18, deklarasi hakhak
manusia dan warga negara.
Revolusi Inggris abad ke 17. akibat industriailisasi, terjadi
ketidakadilan sosial.
KELAHIRAN HAK EKOSOB
Mereka yang berada di bawah garis kemiskinan terikat
tangannya karena keterbatasan ekonomi.
Kesetaraan akses pada barang dan kesetaraan partisipasi
dalam keputusan sosial.
Marx : manusia bebas bukan karena tiada penghalang untuk
melakukan sesuatu. Manusia bebas saat ia mampu
merealisasikan dirinya melalui kesetaraan akses pada barang.
Marx menempatkan hak ekosob pada posisi yang cukup
sentral.
Kerja bagi Marxbukan sekedar sarana pemenuhan kebutuhan
untuk sunsisten. Lebih dari itu, kerja mengangkat manusia
dari animalitas menuju kesempurnaan eksistensinya lewat
aktualisasi diri.
KATA KUNCI PEMBEDAAN JENIS
HAK
Hak sipil kata kuncinya adalah kebebasan.
Individu sebagai dirinya sendiri.
Hak sosial, individu itu dalam hubungannya
dengan orang lain.
Hak politik, kalau akan diatur, siapa yang akan
diatur harus dilibatkan. Hak dalam kaitannya
untuk turut serta dalam pemerintahan.
Hak ekonomi, kaitannya dengan keberlanjutan
hidup. Sumber penghasilan.
Hak budaya, yang berkenaan dengan seni, dll.
PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA
Pembahasan tentang ide dasar negara di BPUPKI –
kelompok yang menilai HAM sebagai invidualisme yang
tidak sesuai dengan Indonesia (Sukarno, Supomo).
Kelompo yang menilai, kekosongan HAM
dikhawatirkan membawa bangsa Indonesia pada
negara kekuasaan (Hatta dan Yamin).
Piagam Jakarta : dihilangkannya 7 kata dalam piagam
Jakarta – netralitas negara dari setiap keyakinan yang
ada.
UUD 1945 dan HAM : terdapat 4 jenis Hak yang
dijamin : hak berserikat &berkumpul, hak
mengeluarkan pendapat, hak untuk bekerja, hak
beragama.
LANJUTAN…
Konstitusi RIS : mengatur secara detil HAM sekaligus
kewajiban negara dalam menjamin penegakannya.
Konstitusi RIS mengadopsi secara sempurna DUHAM.
UUDS 1950 : terdapat 3 perbedaan dengan KRIS :
Kebebasan bertukar agama dijamin dalam KRIS, dalam
UUDS hal ini dihilangkan.
Hak berdemonstrasi dan hak mogok dalam KRIS tidak
diatur, dalam UUDS diatur.
UUDS mengadopsi dasar perekonomian sebagaimana dimuat
Pasal 33 UUD 1945, dimana hal ini tidak ditemukan dalam
KRIS.
LANJUTAN…
Konstituante : terdapat empat pandangan tentang
HAM dalam Konstituante :
HAM adalah kebebasan dasar semua manusia.
HAM sebagai prinsip melawan fasisme, genosida dan
militerisme berdasarkan kebutuhan revolusi.
HAM bersumber dari syariat Islam.
HAM bersifat kolektif.
Pembentukan Komnas HAM : Kepres 50/1993 tentang
Komnas HAM
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
UU No. 26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM.
PRINSIPPRINSIP HAK ASASI MANUSIA
Kesetaraan (equaity)
Nondiskriminasi (nondiscrimination)
Ketergantungan (Interdependency)
Tidak bisa dibagibagi (indivisiblity)
Tidak dapat dicabut
Universalitas (universalitas)
Martabat kemanusiaan (human dignity)
Kewajiban negara (state obligation)
DEKLARASI WINA (1993)
171 negara menyepakati formulasi Deklarasi Wina
yang menyatakan bahwa seluruh HAM adalah
UNIVERSAL, TIDAK DAPAT DIBAGI, SALING
BERGANTUNG, DAN SALING TERKAIT.
Keistimewaan nasional, perbedaan latar belakang
sejarah, budaya dan agama tidak menghilangkan
kewajiban negara untuk melindungi HAM dan
kebebasankebebasan dasar.
KESETARAAN (EQUAITY)
Adanya perlakuan yang setara, dimana pada
situasi sama harus diperlakukan dengan sama
dan pada situasi yang berbeda diperlakukan
secara berbeda pula.
Tindakan afirmatif mengizinkan negara untuk
memperlakukan secara lebih kepada kelompok
tertentu yang tidak terwakili.
Contoh Pasal 2 CERD, Pasal 4 CEDAW
NONDISKRIMINASI (NON
DISCRIMINATION)
Tidak adanya perlakukan yang diskriminatif (selain
tindakan afirmatif yang dilakukan untuk mencapai
keseteraan);
Diskriminasi langsung – ketika seseorang baik langsung
maupun tidak langsung diperlakukan secara berbeda
daripada lainnya.
Disriminasi tidak langsung – muncul ketika dampak dari
hukum atau dalam praktik hukum merupakan
diskriminasi, walaupun hal itu tidak ditujukan untuk
tujuan diskriminasi.
Contoh : Pasal 7 DUHAM, Pasal 28I ayat (2) UUD 45
KETERGANTUNGAN
(INTERDEPENDENCY)
Saling bergantung, pemenuhan satu hak akan
berpengaruh pada pemenuhan hak lain.
Misalnya penggusuran secara sewenangwenang
terhadap pedagang kaki lima (PKL), itu bukan
pelanggaran satu hak saja tetapi juga ada hak lain
juga yang dilanggar. Jadi satu pelanggaran hak,
maka akan berhubungan, punya relasi dengan hak
lain yang juga dilanggar.
TIDAK DAPAT DIBAGI
(INDIVISIBILITY)
Tak terbagi, hak itu utuh. Seperti tubuh. Kalau
kita bicara hak ekosob, hak sipol, itu hanyalah
pengkategorian dalam pembicaraan konseptual,
namun pada hakekatnya adalah satu kesatuan
yang utuh.
Pemenuhan Hak Ekosob tidak dapat dipisahkan
dari pemenuhan Hak Sipol, sebaliknya
pemenuhan Hak Ekosob sangat penting untuk
menjamin dapat dinikmatinya hak sipol.
TIDAK DAPAT DICABUT
Hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau
diserahkan dan tidak ada satu perbuatan
apapun yang dapat menghilangkan hakhak itu.
HAM itu lebih tinggi dari instansiinstansi
manusia. Manusia adalah ciptaan Tuhan, maka
manusia tidak dapat mencabutnya.
UNIVERSALITAS
Pasal 1 DUHAM “Semua manusia dilahirkan merdeka dan
mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai
akal budi dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu
dengan yang lain dalam semangat persaudaraan.”
HAM adalah milik semua orang karena kodratnya sebagai
manusia, sebagaimana tersebut dalam DUHAM Pasal 1: “All
human beings are born free and equal in dignity and rights”.
Penggunaan istilah “all human beings” berarti bahwa
“everyone (setiap orang)” memiliki hak yang sama atau
dengan kata lain “ no one (tidak seorangpun)” boleh
diabaikan hakhaknya atau diperlakukan secara berbeda
berdasarkan misalnya perbedaan ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, politik yang dianut, kebangsaan,
atau asal usul, tingkat kekayaan, kelahiran, atau status
yang lainnya.
LANJUTAN…
Berlaku (yurisdiksi) secara internasional dan
merupakan ideologi universal – pengakuan HAM
melampuai batas negara.
Dimana ada individu, disitu ada hak asasi
manusia.
Semua negara berkewajiban menghormati,
melindungi dan memenuhi HAM dalam
yurisdiksinya
MARTABAT KEMANUSIAAN
(HUMAN DIGNITY)
Bahwa ada tingkat tertentu dari otonomi manusia
untuk tidak di intervensi oleh sesuatu dari luar
dirinya
KEWAJIBAN NEGARA (STATE OBLIGATION)
Suatu negara tidak boleh secara sengaja mengabaikan
hakhak dan kebebasankebebasan;
Negara punya kewajiban positif untuk melindungi secara
aktif dan memastikan terpenuhinya hakhak dan
kebebasankebebasan.
RELATIVISME BUDAYA
Praktik dari relativisme budaya adalah memberikan
prioritas pada keputusankeputusan yang berlaku
secara budaya di dalam masyarakatnya.
Bagi HAM internasional menghormati tradisi lokal
adalah penting karena pada dasarnya customary law
diakui. Namun bila relativisme budaya menolak hak
hak dasar lainnya seperti kebebasan berekspresi,
kebebasan berfikir dan beragama, kebebasan
berasosiasi, dan sebagainya, maka hukum internasional
HAM menjadi tidak berguna.
Konvensi Internasional Tentang HAM
DUHAM
(morality
binding)
ICESCR
CERD =
konvensi paling
tua
Konvensi
Khusus
Intl’ Bill
of
Human
Rights
CEDAW
ICCPR
CAT
CMW =buruh
migran –
kovenan
terbaru
CRC =
Konvens
i Anak
Isi Instrumen HAM
Hak - Individu
Perjanjian
Internasional
ttg HAM
Norma
Kewajiban
- negara
Laporan
Mekanisme
Syarat jadi anggota komite:
Anggota Komite
Negara Pihak
Diusulkan
negara pihak
Komite
Keluhan
Individu
Keluhan
Antar
Negara
Komentar
Umum
Kapasitas
Pribadi
Keterwakilan:
wlyh, sistem
hkm, dll
Klausul
Khusus
Mengatur tentang bagaimana syarat ratifikasi, perubahan perjanjian dll
KOVENAN INTERNASIONAL
HAKHAK SIPIL & POLITIK
SEJARAH
Disahkan oleh Majelis Umum PBB tahun 1966
Mulai berlaku tahun 1976 setelah 35 negara
meratifikasi
ISI ICCPR
Hakhak yg diatur di dalamnya
Kewajiban dan tanggung jawab negara
Mekanisme pengawasan
HAKHAK YG DIATUR
Negative rights: hakhak dan kebebasan yg dijamin
di dalamnya akan dpt terpenuhi apabila peran
negara dibatasi (diminimalisir)
Terdiri dari derogable dan nonderogable rights
NONDEROGABLE RIGHTS
Bersifat absolut. Tidak boleh dikurangi
pemenuhannya oleh negara pihak dalam kondisi
apapun
Pelanggaran terhadap hak jenis ini dianggap
sebagai “gross violations of human rights”
NONDEROGABLE RIGHTS
Hak atas hidup
Hak bebas dari penyiksaan
Hak bebas dari perbudakan
Hak bebas dari penahanan karena gagal
memenuhi perjanjian (utang)
Hak bebas dari pemidanaan yg berlaku surut
Hak sebagai subyek hukum
Hak atas kebebasan berpikir, keyakinan, dan
agama
DEROGABLE RIGHTS
Hakhak yang boleh dikurangi atau dibatasi
pemenuhannya oleh negara pihak
Hanya dpt dilakukan dg prinsip:
Demi menjaga keamanan nasional atau ketertiban
umum (emergency state)
Menghormati hak atau kebebasan orang lain
DEROGABLE RIGHTS
Hak atas kebebasan berkumpul secara damai
Hak atas kebebasan berserikat, termasuk
membentuk dan menjadi anggota serikat buruh
Hak atas kebebasan menyatakan pendapat,
ekspresi, dan arus informasi
KONSEKUENSI RATIFIKASI
Kewajiban sebagai Negara Pihak untuk memajukan,
melindungi, dan memenuhi hakhak asasi sebagaimana
tersebut dalam instrumen terkait, kecuali jika dilakukan
reservasi (pensyaratan) atau deklarasi (pernyataan) khusus
pada pasalpasal tertentu.
Dimasukkannya instrumen internasional terkait ke dalam
hukum nasional positif: menyediakan infrastruktur
pendukung pelaksanaannya
Pelaporan secara berkala (periodic report) sebagai bagian
dari State SelfReporting Mechanism yang disyaratkan oleh
instrumeninstrumen internasional tersebut.
TANGGUNG JAWAB NEGARA PIHAK
Menghormati dan menjamin hakhak yg diakui
dalam kovenan ini, yg diperuntukan bagi semua
individu yg berada di dalam wilayah hukumnya
dan tunduk pada yurisdiksinya
Menjamin setiap orang yg haknya dilanggar
mendapatkan pemulihan yang efektif
TANGGUNG JAWAB NEGARA PIHAK
Menjamin setiap orang yg menuntut
pemulihan, haknya atas pemulihan tersebut
ditetapkan oleh lembaga peradilan,
administrasi, atau legislatif yg berwenang yg
ditentukan oleh sistem hukum negara pihak
ybs; dan untuk mengembangkan
kemungkinan pemulihan yang bersifat
hukum.
Menjamin bahwa lembaga yg berwenang
akan melaksanakan pemulihan tersebut
apabila dikabulkan
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
melakukan transformasi dan penerjemahan
normanorma yang ada dalam ICCPR ke
dalam hukum nasional. Transformasi ini bisa
dalam bentuk mengamandemen atau
mengajukan peraturan perundangundangan
baru sesuai yang diamanatkan oleh ICCPR.
Pemerintah harus menyisir berbagai
peraturan perundangundangan yang tidak
seirama dengan ICCPR.
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
Sosialisasi khususnya pada aparatur penegak
hukum agar mereka memahami berbagai
peraturan perundangundangan yang telah
diamandemen ataupun diajukan secara baru
sebagai konsekuensi ratifikasi ICCPR.
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
memastikan agar ketentuan ICCPR yang telah
ditransformasikan ke dalam peraturan
perundangundangan dapat berlaku secara
seragam di seluruh wilayah hukum Negara
Pihak
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
menyediakan infrastruktur pendukung bagi
terlaksananya peraturan perundangundangan
hasil transformasi ICCPR. (termasuk di
dalamnya adalah infrastruktur pengadilan dan
lembaga pemasyarakatan)
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
mengubah budaya masyarakat dan aparat
pemerintah yang kurang sadar terhadap HAM,
termasuk di bidang sipil dan politik, menjadi
sangat sadar. Terkadang peraturan
perundangundangan gagal berlaku karena tidak
didukung oleh budaya hukum masyarakat.
MEKANISME PENGAWASAN
Kovenan membentuk badan pengawasannya
sendiri (treatybased organ) yaitu Komite Hak
Asasi Manusia
Anggota Komite Hak Asasi Manusia terdiri atas
18 orang yg dipilih dari warga Negara Pihak
Anggota Komite hanya memiliki komitmen pada
Komite, bukan pada negara yang
mencalonkannya
MEKANISME PENGAWASAN
Sistem laporan berkala dari Negara Pihak
(mekanisme wajib)
Pengaduan AntarNegara Pihak (mekanisme
opsional atau fakultatif, hanya berlaku pada
Negara2 Pihak yang menyetujui mekanisme
ini)
Mekanisme Pengaduan Individual
(mekanisme opsional, hanya diterapkan pada
Negara Pihak yg telah meratifikasi First
Optional Protocol ICCPR)
MEKANISME PENGADUAN
INDIVIDU
Syarat umum:
Pengaduan tertulis harus berasal dari individu yg
menyatakan diri sebagai korban
Pengaduan tsb tidak sedang dipertimbangkan
melalui prosedur penyidikan atau posedur
penyelesaian internasional lain apapun
Exhaustion of domestic remedies
Didukung oleh fakta yang kuat
KONVENSI MENENTANG
PENYIKSAAN
dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam,
Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat
Manusia
Sejarah
Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi oleh
Majelis Umum Perserikatan Bangsabangsa (PBB)
dalam Resolusinya No. 39/46 tanggal 10 Desember
1984 dan mulai diberlakukan tanggal 26 Juni 1987.
Status Ratifikasi
Konvensi ini adalah yang paling banyak diratifikasi oleh
negara2 anggota PBB, yaitu 142 negara.
Indonesia telah melakukan ratifikasinya terhadap
Konvensi pada tanggal 28 September 1998 melalui UU
No.5 tahun 1998 dan karenanya menjadi Negara Pihak
(negara yang ikut dalam ketentuan) Konvensi.
Muatan Konvensi
16 pasal dari 33 pasal dalam konvensi ini mengatur kewajiban
negara untuk menghormati berbagai hak dasar manusia untuk
bebas, tidak disiksa dan mendapatkan perlakuan kejam lainnya.
Pasal 2 ayat 1 dari Konvensi ini misalnya menyebut soal
kewajiban setiap negara pihak untuk “mengambil langkah
langkah legislatif, administratif, hukum dan langkahlangkah
efektif untuk mencegah tindakan penyiksaan di wilayah
manapun dalam batas kekuasaannya”.
Sementara itu dalam ayat 2 pasal 2 juga diingatkan: “Tiada ada
keadaan pengecualian apapun, apakah keadaan perang atau
ancaman perang, ketidakstabilan politik dalam negeri ataupun
keadaan darurat, yang dapat digunakan sebagai pembenaran
untuk penyiksaan”.
Muatan Konvensi
bagian kedua dari Konvensi ini mengatur hal tentang
pendirian Komite Anti Penyiksaan, yang terdiri dari
“sepuluh pakar yang bermoral tinggi dan diakui
kemampuannya di bidang hak asasi manusia, yang
akan bertugas dalam kapasitas pribadi mereka.”
(pasal 17)
Anggota Komite ini diambil dari negara pihak
konvensi ini, dan mulai berfungsi sejak 1 Januari
1988. Para pakar akan menjabat untuk masa 4 tahun
dan bisa dipilih kembali.
Kewajiban Negara Pihak
Negara Pihak juga menanggung seperangkat
kewajibankewajiban lainnya yang tertera dalam
pasal 3 sampai 16 konvensi ini.
Konvensi meminta negaranegara peserta untuk
melapor secara periodik mengenai langkahlangkah
yang telah, sedang, dan akan diambil untuk
menjamin hakhak yang tertera dalam konvensi.
(lihat pasal 19, yang juga menggariskan prosedur
pemeriksaan laporan)
Kewajiban Negara Pihak
dalam waktu satu tahun setelah ratifikasi konvensi
ini, setiap negara Pihak harus menyerahkan suatu
laporan awal (initial report) mengenai langkah
langkah yang diambil untuk menerapkan kewajiban
kewajiban yang tertera dalam konvensi ini.
Seterusnya, setiap negara peserta harus
menyerahkan laporan berkala (periodic report) setiap
empat tahun, juga laporanlaporan lain yang diminta
komite.
Mekanisme Perlindungan
Mekanisme Pelaporan Negara Pihak
(State Selfreporting Mechanism)
Bagian pertama laporan selalu harus bersifat
umum. Bagian itu harus menyediakan informasi
dasar dan menguraikan konteks peraturan
perundangundangan mana pelarangan
penyiksaan dijamin dalam negara pelapor.
Bagian kedua dari laporan harus menyediakan
informasi terperinci atas dasar pasal demi pasal
mengenai bagaimana negara pelapor menerapkan
pasalpasal 2 sampai 16 Konvensi.
Mekanisme Perlindungan
Mekanisme Tematik PBB: Pelapor
Khusus (Special Rapporteur)
Secara umum, kegiatan dari seorang Pelapor
Khusus atau sebuah Kelompok Kerja
biasanya mencakup halhal berikut :
Penelitian
Menerima pengaduan
Komunikasi dg Pemerintah Negara Pihak
Laporan tahunan kepada Dewan HAM PBB
Kunjungan ke Negaranegara
Sidang Tahunan PBB
Mekanisme Perlindungan
Prosedur Pengaduan Individual menurut
Konvensi
Sistem pengaduan perorangan mengenai
pelanggaran yang dilakukan negara atas hak
individu warganya dan terjadi di dalam wilayah
negara yang bersangkutan tercantum dalam
Konvensi Anti Penyiksaan pasal 22
sistem ini berlaku terbatas hanya pada Negara
Pihak yang menyatakan persetujuannya pada
mekanisme ini ketika mereka meratifikasi
Konvensi Anti Penyiksaan (declaration of
competence)
Negara pihak juga dapat sewaktuwaktu
menyatakan pembatalan atas declaration of
competence yang dibuat sebelumnya.
Prosedur Pengaduan
1.
2.
3.
Penerimaan pengaduan oleh Komite
Pengecekan administratif untuk memastikan
bahwa negara yang diadukan memang menjadi
Pihak dari konvensi
penilaian lebih lanjut apakah pengaduan dapat
diterima atau tidak, termasuk memberikan
kesempatan bagi kedua belah pihak untuk saling
memberikan tanggapan
Prosedur Pengaduan
1.
2.
3.
pemeriksaan akan kesahihan pengaduan
(examination of the merits).
Komite menganalisa semua informasi yang
mereka miliki lalu mengeluarkan pendapat
mereka terhadap kasus yang diadukan
tersebut, termasuk juga pendapat apakah
benar terjadi pelanggaran atau tidak.
Ringkasan penjelasan tentang kasus
tersebut dipublikasikan dalam laporan
tahunan Komite Anti Penyiksaan.
Indonesia & CAT
Konsekuensi Ratifikasi bagi Indonesia
antara lain:
Kewajiban negara Indonesia sebagai Negara Pihak
untuk memajukan, melindungi, dan memenuhi
hakhak asasi sebagaimana tersebut dalam
Konvensi, kecuali jika dilakukan reservasi
(pensyaratan) atau deklarasi (pernyataan) khusus
pada pasalpasal tertentu.
Dimasukkannya Konvensi sebagai bagian dari
instrumen hukum nasional positif Indonesia,
sehingga bisa digunakan dalam proses litigasi.
Pelaporan secara berkala (periodic report) sebagai
bagian dari State SelfReporting Mechanism yang
disyaratkan oleh Konvensi
Indonesia & CAT
(a)
(b)
Deklarasi dan reservasi yang dilakukan oleh Indonesia terhadap Konvensi
Anti Penyiksaan adalah:
Deklarasi terhadap pasal 20 ayat 1,2, dan 3 (prosedur
penyelidikan), dimana Indonesia tidak mengakui kewenangan Komite
Menentang Penyiksaan untuk melakukan penyelidikan jika ada petunjuk
yang kuat bahwa telah atau terus terjadi penyiksaan secara sistematik di
wilayah Indonesia serta menyatakan bahwa halhal yang diatur dalam
pasal 20 ayat 1, 2, dan 3 dari Konvensi hanya dapat diimplementasikan
jika tidak membahayakan pada kedaulatan (sovereignty) dan integritas
teritorial Indonesia;
Reservasi terhadap pasal 30 ayat (1) Konvensi; dimana Indonesia
berpendirian bahwa segala perselisihan Indonesia dengan Negara Pihak
lain yang berkaitan dengan penafsiran atau penerapan Konvensi ini yang
tidak dapat diselesaikan melalui perundingan, tidak dapat diajukan
kepada arbitrasi hanya oleh salah satu pihak, melainkan harus atas
kesepakatan kedua belah pihak yang bertikai. Indonesia tidak mengakui
yurisdiksi International Court of Justice untuk menyelesaikan perselisihan
tersebut jika jalur arbitrasi gagal.
KOVENAN HAK
EKONOMI SOSIAL
DAN BUDAYA
SEJARAH
Disahkan Majelis Umum PBB pada 1966
SUBSTANSI HAK EKOSOB
1.
Hak atas Standar Hidup yang Layak, termasuk Hak
Atas Pangan
Pasal 11 CESCR, Pasal 27 CRC
Standar layak – Pasal 25 DUHAM, Pasal 11
CESCR, CRC.
“kelayakan standar hidup” – mesti dipahami
sebagai cara mempertahankan tingkat kehidupan
di atas garis kemiskinan
Garis kemiskinan (Bank Dunia) – biaya yang
diperlukan untuk membeli standar gizi dan
kebutuhan dasar lainnya.
2.
Hak untuk bekerja dan hak dalam pekerjaan
Pasal 6, Pasal 7, pasal 8 CESCR
Pasal 23 ayat (1) DUHAM
3. Hak atas pendidikan (Pasal 13)
4. Hak atas kesehatan (pasal 12
5. Hak atas perumahan
SISTEM PEMANTAUAN PERJANJIAN PBB
Perjanj
ian
Tanggal
Penerapan/b
erlakunya
Pjj
Badan
Pemantau
an Perjj
Jumla
h
Pakar
Dipilih
Oleh
Pelapor
an
Negara
Pengaduan
Antarnega
ra
CERD
21.12.1965/
4.1.1969
Komite
Penghapus
an Rasial
18
Negara
pihak
Pasal 19
Wajib
Pasal 11, 12, Pasal 14
13 Wajib
Pilihan
CCPR
16.12.1966/
23.3.1976
Komite
HAM
18
Negara
pihak
Pasal 40
Wajib
Pasal 41, 42, Protokol
Pilihan
Pilihan I
CESCR
16.12.1966/
3.3. 1976
Komite
Hak
Ekosob
18
ECOSOC
(1995)
Pasal 16,
17 Wajib
Protokol
Pilihan
Naskah
CEDAW
18.12. 1979/
3.9.1981
Komite
Penghapus
an
Diskrimisi
Prempuan
23
Negara
pihak
Pasal 18
Wajib
Protokol
Pilihan
CAT
10.12.1984/
26.6.1987
Komite
Menentang
Penyiksaan
10
Negara
pihak
Pasal 19
wajib
CRC
20.11.1989/
2.9.1990
Komite
Anak
10 (18)
Negara
pihak
Pasal 44
Wajib
MWC
18.12.1990/
1.7.2003
Komite
perlindung
an Semua
TKM dan
10 (14)
Negara
pihak
Pasal 73
Wajib
Pasal 21
Pilihan
Pengadua
n
Individu
Pasa 22
Pilihan
Prosedur
Penyelidi
kan
Protokol
Pilihan
Pasal 8, 10
Pasal 20,
28 Wajib
Pasal 76
Pilihan
Pasal 77
Pilihan
MEKANISME HUKUM
HAK ASASI MANUSIA
INTERNASIONAL
MEKANISME HAM PBB
Mekanisme Berlandaskan Piagam
Mekanisme Berlandaskan Perjanjian
MEKANISME BERBASIS PIAGAM
Majelis Umum – salah satu fungsi utama meneliti
dan merekomendasikan pelaksanaan HAM dan
kebebasan hakiki bagi semua orang
Dewan Keamanan – memiliki kekuatan khusus
terhadap Pengadilan Internasional : ICTY dan ICTR
Dewan ECOSOB – salah satu fungsi utama (pasal 62
Piagam PBB) – rekomendasi pada pemajuan rasa
penghormatan dan ketaatan terhadap HAM bagi
semua.
a.
Komisi HAM
b.
Komisaris Tinggi HAM (OHCHR)
KOMISI HAM
1.
Resolusi ECOSOB 1235, tanggal 6 Juni 1967
Pelaksana : Komisi dan SubKomisi HAM dengan tugas:
pemeriksaan informasi terkait pelanggaran HAM, penelitian
mendalam tentang situasi yang mengungkapkan pol
pelanggaran HAM yg tetap, melaporkan kepada ECOSOB.
Informasi disampaikan oleh : Negara, anggota sub komisi,
LSMLSM dengan status kosultatif.
Penelitian mendalam dilakukan oleh : kelompok kerja, pakar
individu (pelapor khusus, perwakilan), sekretariat jenderal.
LANJUTAN…
2.
Resolusi ECOSOB 1503, 27 Mei 1970
Prosedur pengadua rahasia.
Komunikasi dilakukan korban, orang lain atau LSM yang
ditujukan kepada Komisaris Tinggi HAM.
Komisi memutuskan tentang : penelitian mendalam +
membuat laporan dan rekomendasi kepada ECOSOB,
apakah perlu pindah dari 1503 ke 1235 (untuk
dipublikasi), mengakhiri penyelidikan.
3.
Mekanisme Ekstra konvensional
• Working groups (kelompok kerja)
• Special rapporteurs
SPECIAL RAPPORTEUR
Berbasis tema –
Berbasis negara
MEKANISME BERBASIS PERJANJIAN
Komite Hak Asasi Manusia
Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial
Komite Menentang Penyiksaan dan Perlakukan atau
Penghukuman yang Kejam, tak Manusiawi dan
merendahkan Martabat.
Komite Penghapusan Diskriminsi Terhadap
Prempuan
Komite ECOSOB
Komite Hak Anak
PROSEDUR PENGADUAN
ICCPR 1st Optional Protocol: Mekanisme
pengaduan individual
• ICERD
CEDAW Protokol Tambahan: Mekanisme
pengaduan individual
CAT Protokol Tambahan: MekanismeSupervisi
dan Sub Komite PencegahanPenyiksaan
UNIVERSAL PERIODICAL REVIEW
(UPR)
Melalui Resolusi 60/251 tanggal 15 Maret 2006, Sidang
Umum PBB memandatkan Dewan HAM untuk
melaksanakan UPR.
UPR adalah mekanisme berkala (4 tahunan) Dewan
HAM untuk meninjau komitmen dan pemenuhan
kewajiban negaranegara anggota PBB terhadap
pemajuan dan perlindungan HAM di tingkat nasional.
LANJUTAN…
Tujuan
Memperbaiki situasi HAM di lapangan
Pemenuhan kewajiban HAM negara dan
komitment dan penilaian perkembangan positif
serta tantangan yang dihadapi oleh Negara
bersangkutan;
Peningkatan kapasitas negara dan penyediaan
pendampingan teknis, dengan konsultasi dan
dengan kesadaran dari negara yang
bersangkutan;
LANJUTAN…
Berbagi pengalamanpengalaman baik antar Negara
dan pemangkupemangku kepentingan dengan
konsultasi dan dengan kesadaran dari negara yang
bersangkutan
Mendorong kerjasama dalam mempromosikan dan
perlindungan HAM
Mendukung sepenuhnya kerjama dan keterlibatan
dalam Dewan, badanbadan HAM yang lain dan Kantor
Komisioner Tinggi HAM (KT HAM OHCHR).
MEKANISME PERADILAN UNTUK
KEJAHATAN PALING SERIUS
Permanen ICC / Statuta Roma tentang Mahkamah
Pidana Internasional
Ad Hoc – International Criminal Tribunal for
Rwanda (ICTR), Internasional Criminal Tribunal for
Yogoslavia (ICTY)
Karakter
Tanggung jawab individu dan komandan
Kejahatan terhadap Kemanusiaan, Genosida, dan
Perang
MEKANISME PENYELESAIAN
PELANGGARAN HAM NASIONAL
PELANGGARAN HAM
Pasal 1 ayat (6) UU No. 39/1999 tentang HAM
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara
baik disengaja maupun tidak sengaja, atau kelalaian
yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undangundang ini, dan tidak mendapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.
PELANGGARAN HAM BERAT
Genosida
Kejahatan Kemanusiaan
GENOSIDA (PASAL 8)
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
kelompok agama, dengan cara:
a.
membunuh anggota kelompok;
b.
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat
terhadap anggotaanggota kelompok;
c.
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh
atau sebagiannya;
d.
memaksakan tindakantindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau
e.
memindahkan secara paksa anakanak dari kelompok
tertentu ke kelompok lain.
KEJAHATAN KEMANUSIAAN
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan
yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil, berupa:
a.
pembunuhan;
b.
pemusnahan;
c.
perbudakan;
d. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e.
perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
fisik lain secara sewenangwenang yang melanggar (asas
asas) ketentuan pokok hukum internasional;
f.
penyiksaan;
LANJUTAN…
g.
h.
i.
j.
perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara
paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau
sterilisasi secara paksa atau bentukbentuk
kekerasan seksual lain yang setara;
penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham
politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional;
penghilangan orang secara paksa; atau
kejahatan apartheid.
PERADILAN HAM PERMANEN
Contoh Peradilan HAM Permanen Kasus Abepura :
1. a/n Terdakwa : Brigjen (Pol) Drs. Johny Wainal Usman ;
No Perkara : 01/Pid.HAM/2004/PN.MKS Pengadilan
HAM pada Pengadilan Negeri Makasar ; Diputus pada
tanggal 8 September 2005 "tidak terbukti secara sah
melakukan pelanggaran HAM"
2. a/n Terdakwa : Kombbes Daud Sihombing,S.H. ; No
Perkara : 02/Pid.HAM/2004/PN.MKS Pengadilan HAM
pada Pengadilan Negeri Makasar ; Diputus pada tanggal
8 September 2005 "tidak terbukti secara sah
melakukan pelanggaran HAM"
PENGADILAN HAM AD HOC (PASAL 43)
1)
2)
3)
Pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang
terjadi sebelum diundangkannya Undangundang
ini, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM ad
hoc.
Pengadilan HAM ad hoc sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dibentuk atas usul Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia berdasarkan peristiwa
tertentu dengan Keputusan Presiden.
Pengadilan HAM ad hoc sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berada di lingkungan Peradilan
Umum.
PERADILAN HAM AD HOC
Contoh Peradilan HAM Ad Hoc, Kasus Tanjung Priuk :
Terdakwa I : Sutrisno Mascung , Terdakwa II : Asrori , Terdakwa
III: Siswoyo, Terdakwa IV : Abdul Halim, Terdakwa V : Zulfata,
Terdakwa VI : Sumitro, Terdakwa VII : Sofyan Hadi, Terdakwa
VIII : Prayogi, Terdakwa IX : Winarko, Terdakwa X : Idrus,
Terdakwa XI : Muhson;
No Perkara : No.01/Pid.HAM/Ad Hoc/2003/ PN.Jkt.Pst Pengadilan
HAM pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (pada tingkat pertama)
No
Perkara : 01/PID.HAM/AD.HOC/2005/PT DKI Pengadilan
Tinggi HAM pada Pengadilan Tinggi D.K.I. Jakarta (tingkat
Banding)
No
Perkara : 09 K/Pid.Ham.ad.hoc/2005 Peradilan HAM pada
tingkat Kasasi Mahkamah Agung ;
LANJUTAN…
PENYELESAIAN MELALUI KOMNAS
HAM
Tujuan Komnas HAM :
a. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, Undangundang Dasar 1945, dan
Piagam Perserikatan BangsaBangsa, serta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia; dan
b. meningkatkan perlindungan dan penegakan hak
asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
LANJUTAN…
Fungsi Komnas HAM :
a.
Pengkajian dan penelitian – pengkajian instrumen
HAM, perundang2an, pembahasan masalah berkaitan
dengan perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM.
b.
Penyuluhan – penyebarluasan wawasan HAM,
peningkatan kesadaran.
c.
Pemantauan – pengamatan dan penyusunan laporan,
penyidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang
diduga terdapat pelanggaran HAM, pemanggilan pihak
pihak, saksi, peninjauan tempat kejadian.
d. Mediasi – perdamaian kedua pihak, penyelesaian melalui
konsultasi, negosiasi, mediasi, pemberian saran untuk
penyelesian sengketa melalui pengadilan, penyampaian
rekomendasi atas pelanggaran HAM kepada pemerintah,
penyampaian rekomendasi kepada DPR.
Demikian, terima kasih
HAK ASASI MANUSIA
Bagian Hukum Tata Negara
Fakultas Hukum Universitas Andalas
PENGANTAR DAN ORIENTASI BELAJAR
Perkenalan
Apa yang anda pahami tentang HAM? Jawaban dituangkan
dalam bentuk gambar. Beberapa orang mahasiswa diminta
untuk menjelaskan gambarnya dan hubungannya dengan HAM.
Apa yang ingin anda peroleh dari kuliah HAM? Tulis dalam
kertas 1 lembar.
Metode belajar orang dewas (antragogi) – asumsi tentang belajar
orang dewasa ; konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar,
orientasi belajar.
Salah satu metode yang digunakan, metode socratic.
Kompetensi yang diharapkan dari perkuliahan : (1) memahami
masalah dalam berbagai perspektif ; (2) mencoba menjawab
dengan melakukan riset; (3) mampu berargumen dengan baiK,
secara lisan dan tulisan.
Sistem evaluasi belajar. Penilaian tidak saja berdasarkan ujian
akhir. partisipasi dalam PMB juga ikut menentukan nilai.
ISTILAH HAM
Berasal dari 3 kata, Hak, Asasi dan Manusia
Kata “Hak” berasal dari Bahasa Arab haqqa,
yahiqqu,haqqaan yg artinya benar,pasti,nyata dan
tetap. krn itu haqq dipahami sebagai kewenangan
untuk melakukan/tidak melakukan sesuatu.
Kata “asasity” berasal dari kata assa,yaussu, asasaan
yg berarti membangun, mendirikan meletakan, sama
dengan asal.asas, pangkal, dasar. Asasi dipahami
sebagai segala sesuatu yg bersifat mendasar &
fundamental yg selalu melekat pd objeknya.
Sementara kata “manusia”, kata Indonesia yg artinya
umat, ciptaan Tuhan yg berakal budi.
Jadi HAM diartikan sbg hakhak mendasar pd diri
manusia
PERKEMBANGAN ISTILAH HAM
Menurut Philipus M.Hadjon pada abab XIX muncul istilah
HUMAN RIGHTS dan Abad XX muncul istilah
FUNDAMENTAL RIGHTS. konsep ini menjelmakan
pergeseran “natural rights” menjadi “positive legal rights”.
Penggunaan istilah itu menurut M.Hadjon dapat dilihat dari
skema:
Fundamental rights
Grunddrechten
Droits
Fundamentaux
Nasional
Internasional
Positive Rights
Ius Constituendum
Human Rights
Mensenrechten
Droits de L’home
Jadi, HAM dalam hukum domestik disebut sebagai hak
sipil/konstitusional.
Jika diimplementasikan dalam Hukum Internasional
disebut sebagai HAM.
Ada 2 jenis hak yakni; 1). Hak Hukum
(Legal Rights) yg merupakan hak seseorang
dlm kapasitasnya sebagai subyek hukum yg
secara legal tercantum dlm hukum yg
berlaku; 2). Hak Alamiah (Natural Rights).
Jadi hak hkm lebih menekan sisi legalitas
formal, sedangkan hak alami menekankan
sisi alamiah manusia (naturally human
being) Inalianable rights (hak yg tdk
terpisahkan dari dimensi kemanusiaan
DEFENISI HAM
John Locke, HAM adalah hakhak yang diberikan
langsung oleh Tuhan yang Maha Pencipta sebagai
sesuatu yang bersifat kodrati.
Dardji Darmodiharjo, HAM adalah hakhak dasar atau
hakhak pokok yang dibawa manusia sejak lahir sebagai
anugerah Tuhan Yang Maha Esa.
Prof. Dr. Kuntjono Purbo Pranoto, HAM adalah Hak
yang dimiliki manusia menurut kodratnya yang tidak
dipisahkan hakikatnya.
LANJUTAN…
Hendarmin Ranadireksa, HAM adalah seperangkat
ketentuan atau aturan untuk melindungi warga negara dari
kemungkinan penindasan, pemasungan dan atau pembatasan
ruang gerak warga negara oleh negara.
Mahmud MD, HAM merupakan hak yg melekat pada
martabat manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan , dan hak
tersebut dibawa manusia sejak lahir ke muka bumi sehingga
hak tersebut bersifat fitri (kodrati).
Antony Flew, HAM merupakan suatu perangkat asas
asas yang timbul dari nilainilai yang kemudian menjadi
kaidahkaidah yang mengatur perilaku manusia dlm
hubungan dgn sesama manusia
LANJUTAN…
DUHAM, HAM adalah martabat yang melekat pada
dan hakhak yang sama dan tidak dapat dicabut dari
semua anggota keluarga manusia.
UU HAM, HAM adalah seperangkat hak yang melekat
pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh negara, hukum dan Pemerintah,
dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan
harkat dan martabat manusia;
DEFENISI HAM DALAM BEBERAPA
PERSPEKTIF
Pendekatan Deskriptif – Hakhak dasar, yang
memberdayakan manusia untuk membentuk kehidupan
mereka sesuai dengan kemerdekaan, kesetaraan dan rasa
hormat pada martabat manusia.
Pendekatan Hukum – Hakhak sipil, politik, ekonomi,
sosial, budaya dan kolektif yang tertuang dalam berbagai
instrumen HAM internasional dan regional serta dalam
undangundang dasar setiap negara.
Pendekatan Filosofis Satusatunya sistem nilai yang
diakui secara universal dalam hukum internasional saat
ini dan terdiri dari elemen liberalisme, demokrasi,
partisipasi, keadilan sosial, berkuasanya hukum (rule of
law) dan good governance.
FOKUS HAM
Fokus HAM adalah tentang kehidupan dan martabat
manusia.
Martabat dilanggar ketika mereka menjadi subjek
penyiksaan, terpaksa hidup dalam perbudakan dan
kemiskinan, minimnya akses pendidikan, pelayanan
kesehatan dan keamanan sosial minimum.
Hakhak yang menekankan bahwa manusia bebas
memilih (inti) tindakan mereka, yang merupakan
manifestasi dari martabat manusia.
PERKEMBANGAN PEMIKIRAN
HAM
Peristiwa
Penting
Penjelasan
Magna Charta
(1215)
Penjanjian antara Raja John dengan sejumlah bangsawan
Inggris, dimana Raja dipaksa mengakui beberapa hak
bangsawan (hak sipol) sebagai imbalan dari dukungan mereka
membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan
perang. (ini baru sekedar keprihatinan terhadap HAM, belum
dirmuskan dalam teks yang penuh makna)
Tahun 1537
Menurut Michel Villey, istilah dan gagasan HAM pertama kali
muncul.
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Petition of
Rights (1628)
Diajukan bangsawan kepada raja, yang isinya secara garis
besar menuntut hakhak sebagai berikut :
Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di
rumahnya.
Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam
keadaan damai.
Perjanjian of
Westphalia
(1648)
Perjanjian Westphalia berkaitan erat dengan munculnya dua
aliran besar dalam ajaran kristen secara umum. Diskriminasi
pihak Gereja Katolik terhadap Yahudi dan Islam menyebabkan
munculnya reaksi dari kelompok Chatari, yang kemudian
dikenal dengan gerakan Protestantisme yang dimotori Martin
Luther (1483). Perjanjian Westphalia mengakhiri perang
antara Katolik & Protestan di Eropa, yang isinya antara lain :
1. Mengenai toleransi – adanya hak berimigrasi bagi yang
berseberangan dengan agama resmi penguasa.
2. Hubungan antara negaranegara dilepaskan dari persoalan
hubungan kegerejaan dan didasarkan atas kepentingan
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Habeas Corpus
Act (1679)
Merupakan undang undang Inggris yang mengatur tentang
penahanan seseorang. Isinya :
Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2
hari setelah penahanan.
Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah
menurut hukum.
Bill of Rights
(1689)
Merupakan undangundang yang dicetuskan pada 1689 dan
diterima parlemen Inggris. Isinya mengatur tentang :
Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
Pajak, undangundang dan pembentukan tentara tetap
harus seizin parlemen.
Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut
kepercayaan masingmasing .
Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja.
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Lahirnya teori
kontrak sosial pada
abad pencerahan
(abad 1718)
Perlunya perlindungan hakhak kodrati, yaitu hakhak
yang inheren sebagai manusia yang dipelopori John
Locek, JJ Rousseau (1762).
Ajaran ini mengilhami revolusi Perancis dan Amerika
Deklarasi
Kemerdekaan
Amerika (1776)
Deklarasi kemerdekaan (Declaration of Independen)
dan berbagai peraturan tentang HAM di Virginia dan
wilayahwilayah bekas koloni Inggris lainnya (berisi
pernyataan : kebebasan dan kesetaraan bagi semua)
Perancis (1789)
Declaration des droits de I’homme et du citoyen (bagian
dari konstitusi Perancis) (kebebasan dan kesetaraan
bagi semua) – HAM dinyatakan sebagai kategori yang
tidak bisa dipisahkan dari hukum politik modern.
Rusia (1917)
Deklarasi Hak Pekerja dan orangorang tereksploitasi.
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Perdamaian
Versailles
(1919/1920)
Reaksi terhadap PD1 dan tujuan utamanya adalah
untuk mencegah terjadinya perang dunia lainnya.
Menciptakan dua organisasi internasional yang berarti
untuk perkembangan HAM : LBB dan Kantor Buruh
Internasional
Depresi Ekonomi
(19241934)
Sebagian besar masyarakat ditimpa kemiskinan dan
pengangguran. Banyak org berimigrasi ke Amerika.
Presiden Roosevelt (1941) merumuskan empat kebebasan
: freedom to speech, freedom of religion, freedom form fear,
freedom from want (kemiskinan)
DUHAM (1948)
Timbulnya keinginan untuk merumuskan HAM yang
diakui seluruh dunia sebagai standar universal. Dibentuk
Komisi HAM PBB pada 1946. Komisi ini merancang
DUHAM, dimana pada tahun 1948 diterima oleh 48
negara.
DUHAM dimaksudkan sebagai pedoman sekaligus
standar minimal yang dicitacitakan umat manusia.
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Sidang Umum PBB
(1966)
Menerima dan mengesahkan Kovenan Hak Sipol dan
Kovenan Hak Ekosob
Berlakunya 2
Kovenan (1976)
Pada tahun ini, dua kovenan utama HAM dinyatakan
berlaku setelah diratifikasi oleh 35 negara.
Piagam HAM Afrika
(1981)
Organisasi Persatuan Afrika (OUA) berhasil menyusun
Banjul Charter yang mulai berlaku sejak 1987 –
tekanan pengaturan pada piagam ini terkait
kolektivitas atau kelompok. Individu mempunyai
kewajiban terhadap keluarga, masyarakat dan negara.
Deklarasi Kairo
(1990)
Dirumuskan sesudah perundingan dalam OKI.Terdapat
setidaknya 14 jenis hak yang dinyatakan dalam
deklarasi ini, meliputi hak sipol dan hak ekosob.
Bangkok Declaration
(1993)
Naskah ini mempertegas konsep dan prinsip (1) HAM
bersifat universal; (2) HAM tidak boleh dibagibagi; (3)
tidak dibenarkan memilih satu kategori HAM dan
menganggap kategori tidak penting; (4) hak atas
pembangunan; (5) hak untuk menentukan nasib
LANJUTAN…
Peristiwa
Penjelasan
Vienna Declaration
(1993)
Konverensi Dunia tentang HAM. Merupakan hasil
kompromi antara negaranegara barat dan negara dunia
ketiga terkait konsep : universal, indivisible,
interdependent, saling berhubungan, dan diakuinya hak
atas pembangunan.
Eropa (2000)
Piagam Hakhak Dasar, yang memuat :
kesemestaan dan keutuhan hak asasi manusia dan
kebebasan fundamental, penghormatan pada martabat
manusia, prinsipprinsip kesetaraan dan solidaritas
Pendirian ICC
(2002)
Dibawah Statuta Roma, didirikan Internastional
Criminal Court yang berwenang mengadili kejahatan
genosida, kejahatan kemanusiaan, dan kejahatan perang.
GAGASAN UTAMA TAHAP
SEJARAH KEMUNCULAN DUHAM
1.
2.
3.
4.
Martabat (Pasal 1 2)
Kebebasan ( Pasal 3 – 19)
Kesetaraan (Pasal 20 – 26)
Persaudaraan (Pasal 27 – 28)
KELAHIRAN HAK SIPOL
Reformasi Gereja pada abad ke16, dimana perlakuan
diskriminasi gereja terhadap yahudi dan islam menimbulkan
reaksi dari dalam gereja yang melahirkan gerakan
Protestantisme : lahirnya gagasan kebebasan beragama
Revolusi Amerika pada abad ke18. Bapak pendiri bangsa AS
dipengaruhi gagasan Montesquieu. Mereka menyuarakan
pentinnya hak untuk mengeluarkan pendapat, kebebasan
sipil, pentingnya toleransi sebagai atribut kemanusiaan.
Revolusi Perancis pada abad ke18, deklarasi hakhak
manusia dan warga negara.
Revolusi Inggris abad ke 17. akibat industriailisasi, terjadi
ketidakadilan sosial.
KELAHIRAN HAK EKOSOB
Mereka yang berada di bawah garis kemiskinan terikat
tangannya karena keterbatasan ekonomi.
Kesetaraan akses pada barang dan kesetaraan partisipasi
dalam keputusan sosial.
Marx : manusia bebas bukan karena tiada penghalang untuk
melakukan sesuatu. Manusia bebas saat ia mampu
merealisasikan dirinya melalui kesetaraan akses pada barang.
Marx menempatkan hak ekosob pada posisi yang cukup
sentral.
Kerja bagi Marxbukan sekedar sarana pemenuhan kebutuhan
untuk sunsisten. Lebih dari itu, kerja mengangkat manusia
dari animalitas menuju kesempurnaan eksistensinya lewat
aktualisasi diri.
KATA KUNCI PEMBEDAAN JENIS
HAK
Hak sipil kata kuncinya adalah kebebasan.
Individu sebagai dirinya sendiri.
Hak sosial, individu itu dalam hubungannya
dengan orang lain.
Hak politik, kalau akan diatur, siapa yang akan
diatur harus dilibatkan. Hak dalam kaitannya
untuk turut serta dalam pemerintahan.
Hak ekonomi, kaitannya dengan keberlanjutan
hidup. Sumber penghasilan.
Hak budaya, yang berkenaan dengan seni, dll.
PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA
Pembahasan tentang ide dasar negara di BPUPKI –
kelompok yang menilai HAM sebagai invidualisme yang
tidak sesuai dengan Indonesia (Sukarno, Supomo).
Kelompo yang menilai, kekosongan HAM
dikhawatirkan membawa bangsa Indonesia pada
negara kekuasaan (Hatta dan Yamin).
Piagam Jakarta : dihilangkannya 7 kata dalam piagam
Jakarta – netralitas negara dari setiap keyakinan yang
ada.
UUD 1945 dan HAM : terdapat 4 jenis Hak yang
dijamin : hak berserikat &berkumpul, hak
mengeluarkan pendapat, hak untuk bekerja, hak
beragama.
LANJUTAN…
Konstitusi RIS : mengatur secara detil HAM sekaligus
kewajiban negara dalam menjamin penegakannya.
Konstitusi RIS mengadopsi secara sempurna DUHAM.
UUDS 1950 : terdapat 3 perbedaan dengan KRIS :
Kebebasan bertukar agama dijamin dalam KRIS, dalam
UUDS hal ini dihilangkan.
Hak berdemonstrasi dan hak mogok dalam KRIS tidak
diatur, dalam UUDS diatur.
UUDS mengadopsi dasar perekonomian sebagaimana dimuat
Pasal 33 UUD 1945, dimana hal ini tidak ditemukan dalam
KRIS.
LANJUTAN…
Konstituante : terdapat empat pandangan tentang
HAM dalam Konstituante :
HAM adalah kebebasan dasar semua manusia.
HAM sebagai prinsip melawan fasisme, genosida dan
militerisme berdasarkan kebutuhan revolusi.
HAM bersumber dari syariat Islam.
HAM bersifat kolektif.
Pembentukan Komnas HAM : Kepres 50/1993 tentang
Komnas HAM
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
UU No. 26 Tahun 2000 tentang Peradilan HAM.
PRINSIPPRINSIP HAK ASASI MANUSIA
Kesetaraan (equaity)
Nondiskriminasi (nondiscrimination)
Ketergantungan (Interdependency)
Tidak bisa dibagibagi (indivisiblity)
Tidak dapat dicabut
Universalitas (universalitas)
Martabat kemanusiaan (human dignity)
Kewajiban negara (state obligation)
DEKLARASI WINA (1993)
171 negara menyepakati formulasi Deklarasi Wina
yang menyatakan bahwa seluruh HAM adalah
UNIVERSAL, TIDAK DAPAT DIBAGI, SALING
BERGANTUNG, DAN SALING TERKAIT.
Keistimewaan nasional, perbedaan latar belakang
sejarah, budaya dan agama tidak menghilangkan
kewajiban negara untuk melindungi HAM dan
kebebasankebebasan dasar.
KESETARAAN (EQUAITY)
Adanya perlakuan yang setara, dimana pada
situasi sama harus diperlakukan dengan sama
dan pada situasi yang berbeda diperlakukan
secara berbeda pula.
Tindakan afirmatif mengizinkan negara untuk
memperlakukan secara lebih kepada kelompok
tertentu yang tidak terwakili.
Contoh Pasal 2 CERD, Pasal 4 CEDAW
NONDISKRIMINASI (NON
DISCRIMINATION)
Tidak adanya perlakukan yang diskriminatif (selain
tindakan afirmatif yang dilakukan untuk mencapai
keseteraan);
Diskriminasi langsung – ketika seseorang baik langsung
maupun tidak langsung diperlakukan secara berbeda
daripada lainnya.
Disriminasi tidak langsung – muncul ketika dampak dari
hukum atau dalam praktik hukum merupakan
diskriminasi, walaupun hal itu tidak ditujukan untuk
tujuan diskriminasi.
Contoh : Pasal 7 DUHAM, Pasal 28I ayat (2) UUD 45
KETERGANTUNGAN
(INTERDEPENDENCY)
Saling bergantung, pemenuhan satu hak akan
berpengaruh pada pemenuhan hak lain.
Misalnya penggusuran secara sewenangwenang
terhadap pedagang kaki lima (PKL), itu bukan
pelanggaran satu hak saja tetapi juga ada hak lain
juga yang dilanggar. Jadi satu pelanggaran hak,
maka akan berhubungan, punya relasi dengan hak
lain yang juga dilanggar.
TIDAK DAPAT DIBAGI
(INDIVISIBILITY)
Tak terbagi, hak itu utuh. Seperti tubuh. Kalau
kita bicara hak ekosob, hak sipol, itu hanyalah
pengkategorian dalam pembicaraan konseptual,
namun pada hakekatnya adalah satu kesatuan
yang utuh.
Pemenuhan Hak Ekosob tidak dapat dipisahkan
dari pemenuhan Hak Sipol, sebaliknya
pemenuhan Hak Ekosob sangat penting untuk
menjamin dapat dinikmatinya hak sipol.
TIDAK DAPAT DICABUT
Hak asasi manusia tidak dapat dicabut atau
diserahkan dan tidak ada satu perbuatan
apapun yang dapat menghilangkan hakhak itu.
HAM itu lebih tinggi dari instansiinstansi
manusia. Manusia adalah ciptaan Tuhan, maka
manusia tidak dapat mencabutnya.
UNIVERSALITAS
Pasal 1 DUHAM “Semua manusia dilahirkan merdeka dan
mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai
akal budi dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu
dengan yang lain dalam semangat persaudaraan.”
HAM adalah milik semua orang karena kodratnya sebagai
manusia, sebagaimana tersebut dalam DUHAM Pasal 1: “All
human beings are born free and equal in dignity and rights”.
Penggunaan istilah “all human beings” berarti bahwa
“everyone (setiap orang)” memiliki hak yang sama atau
dengan kata lain “ no one (tidak seorangpun)” boleh
diabaikan hakhaknya atau diperlakukan secara berbeda
berdasarkan misalnya perbedaan ras, warna kulit, jenis
kelamin, bahasa, agama, politik yang dianut, kebangsaan,
atau asal usul, tingkat kekayaan, kelahiran, atau status
yang lainnya.
LANJUTAN…
Berlaku (yurisdiksi) secara internasional dan
merupakan ideologi universal – pengakuan HAM
melampuai batas negara.
Dimana ada individu, disitu ada hak asasi
manusia.
Semua negara berkewajiban menghormati,
melindungi dan memenuhi HAM dalam
yurisdiksinya
MARTABAT KEMANUSIAAN
(HUMAN DIGNITY)
Bahwa ada tingkat tertentu dari otonomi manusia
untuk tidak di intervensi oleh sesuatu dari luar
dirinya
KEWAJIBAN NEGARA (STATE OBLIGATION)
Suatu negara tidak boleh secara sengaja mengabaikan
hakhak dan kebebasankebebasan;
Negara punya kewajiban positif untuk melindungi secara
aktif dan memastikan terpenuhinya hakhak dan
kebebasankebebasan.
RELATIVISME BUDAYA
Praktik dari relativisme budaya adalah memberikan
prioritas pada keputusankeputusan yang berlaku
secara budaya di dalam masyarakatnya.
Bagi HAM internasional menghormati tradisi lokal
adalah penting karena pada dasarnya customary law
diakui. Namun bila relativisme budaya menolak hak
hak dasar lainnya seperti kebebasan berekspresi,
kebebasan berfikir dan beragama, kebebasan
berasosiasi, dan sebagainya, maka hukum internasional
HAM menjadi tidak berguna.
Konvensi Internasional Tentang HAM
DUHAM
(morality
binding)
ICESCR
CERD =
konvensi paling
tua
Konvensi
Khusus
Intl’ Bill
of
Human
Rights
CEDAW
ICCPR
CAT
CMW =buruh
migran –
kovenan
terbaru
CRC =
Konvens
i Anak
Isi Instrumen HAM
Hak - Individu
Perjanjian
Internasional
ttg HAM
Norma
Kewajiban
- negara
Laporan
Mekanisme
Syarat jadi anggota komite:
Anggota Komite
Negara Pihak
Diusulkan
negara pihak
Komite
Keluhan
Individu
Keluhan
Antar
Negara
Komentar
Umum
Kapasitas
Pribadi
Keterwakilan:
wlyh, sistem
hkm, dll
Klausul
Khusus
Mengatur tentang bagaimana syarat ratifikasi, perubahan perjanjian dll
KOVENAN INTERNASIONAL
HAKHAK SIPIL & POLITIK
SEJARAH
Disahkan oleh Majelis Umum PBB tahun 1966
Mulai berlaku tahun 1976 setelah 35 negara
meratifikasi
ISI ICCPR
Hakhak yg diatur di dalamnya
Kewajiban dan tanggung jawab negara
Mekanisme pengawasan
HAKHAK YG DIATUR
Negative rights: hakhak dan kebebasan yg dijamin
di dalamnya akan dpt terpenuhi apabila peran
negara dibatasi (diminimalisir)
Terdiri dari derogable dan nonderogable rights
NONDEROGABLE RIGHTS
Bersifat absolut. Tidak boleh dikurangi
pemenuhannya oleh negara pihak dalam kondisi
apapun
Pelanggaran terhadap hak jenis ini dianggap
sebagai “gross violations of human rights”
NONDEROGABLE RIGHTS
Hak atas hidup
Hak bebas dari penyiksaan
Hak bebas dari perbudakan
Hak bebas dari penahanan karena gagal
memenuhi perjanjian (utang)
Hak bebas dari pemidanaan yg berlaku surut
Hak sebagai subyek hukum
Hak atas kebebasan berpikir, keyakinan, dan
agama
DEROGABLE RIGHTS
Hakhak yang boleh dikurangi atau dibatasi
pemenuhannya oleh negara pihak
Hanya dpt dilakukan dg prinsip:
Demi menjaga keamanan nasional atau ketertiban
umum (emergency state)
Menghormati hak atau kebebasan orang lain
DEROGABLE RIGHTS
Hak atas kebebasan berkumpul secara damai
Hak atas kebebasan berserikat, termasuk
membentuk dan menjadi anggota serikat buruh
Hak atas kebebasan menyatakan pendapat,
ekspresi, dan arus informasi
KONSEKUENSI RATIFIKASI
Kewajiban sebagai Negara Pihak untuk memajukan,
melindungi, dan memenuhi hakhak asasi sebagaimana
tersebut dalam instrumen terkait, kecuali jika dilakukan
reservasi (pensyaratan) atau deklarasi (pernyataan) khusus
pada pasalpasal tertentu.
Dimasukkannya instrumen internasional terkait ke dalam
hukum nasional positif: menyediakan infrastruktur
pendukung pelaksanaannya
Pelaporan secara berkala (periodic report) sebagai bagian
dari State SelfReporting Mechanism yang disyaratkan oleh
instrumeninstrumen internasional tersebut.
TANGGUNG JAWAB NEGARA PIHAK
Menghormati dan menjamin hakhak yg diakui
dalam kovenan ini, yg diperuntukan bagi semua
individu yg berada di dalam wilayah hukumnya
dan tunduk pada yurisdiksinya
Menjamin setiap orang yg haknya dilanggar
mendapatkan pemulihan yang efektif
TANGGUNG JAWAB NEGARA PIHAK
Menjamin setiap orang yg menuntut
pemulihan, haknya atas pemulihan tersebut
ditetapkan oleh lembaga peradilan,
administrasi, atau legislatif yg berwenang yg
ditentukan oleh sistem hukum negara pihak
ybs; dan untuk mengembangkan
kemungkinan pemulihan yang bersifat
hukum.
Menjamin bahwa lembaga yg berwenang
akan melaksanakan pemulihan tersebut
apabila dikabulkan
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
melakukan transformasi dan penerjemahan
normanorma yang ada dalam ICCPR ke
dalam hukum nasional. Transformasi ini bisa
dalam bentuk mengamandemen atau
mengajukan peraturan perundangundangan
baru sesuai yang diamanatkan oleh ICCPR.
Pemerintah harus menyisir berbagai
peraturan perundangundangan yang tidak
seirama dengan ICCPR.
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
Sosialisasi khususnya pada aparatur penegak
hukum agar mereka memahami berbagai
peraturan perundangundangan yang telah
diamandemen ataupun diajukan secara baru
sebagai konsekuensi ratifikasi ICCPR.
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
memastikan agar ketentuan ICCPR yang telah
ditransformasikan ke dalam peraturan
perundangundangan dapat berlaku secara
seragam di seluruh wilayah hukum Negara
Pihak
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
menyediakan infrastruktur pendukung bagi
terlaksananya peraturan perundangundangan
hasil transformasi ICCPR. (termasuk di
dalamnya adalah infrastruktur pengadilan dan
lembaga pemasyarakatan)
LANGKAH2 SETELAH RATIFIKASI
mengubah budaya masyarakat dan aparat
pemerintah yang kurang sadar terhadap HAM,
termasuk di bidang sipil dan politik, menjadi
sangat sadar. Terkadang peraturan
perundangundangan gagal berlaku karena tidak
didukung oleh budaya hukum masyarakat.
MEKANISME PENGAWASAN
Kovenan membentuk badan pengawasannya
sendiri (treatybased organ) yaitu Komite Hak
Asasi Manusia
Anggota Komite Hak Asasi Manusia terdiri atas
18 orang yg dipilih dari warga Negara Pihak
Anggota Komite hanya memiliki komitmen pada
Komite, bukan pada negara yang
mencalonkannya
MEKANISME PENGAWASAN
Sistem laporan berkala dari Negara Pihak
(mekanisme wajib)
Pengaduan AntarNegara Pihak (mekanisme
opsional atau fakultatif, hanya berlaku pada
Negara2 Pihak yang menyetujui mekanisme
ini)
Mekanisme Pengaduan Individual
(mekanisme opsional, hanya diterapkan pada
Negara Pihak yg telah meratifikasi First
Optional Protocol ICCPR)
MEKANISME PENGADUAN
INDIVIDU
Syarat umum:
Pengaduan tertulis harus berasal dari individu yg
menyatakan diri sebagai korban
Pengaduan tsb tidak sedang dipertimbangkan
melalui prosedur penyidikan atau posedur
penyelesaian internasional lain apapun
Exhaustion of domestic remedies
Didukung oleh fakta yang kuat
KONVENSI MENENTANG
PENYIKSAAN
dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam,
Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat
Manusia
Sejarah
Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau
Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi oleh
Majelis Umum Perserikatan Bangsabangsa (PBB)
dalam Resolusinya No. 39/46 tanggal 10 Desember
1984 dan mulai diberlakukan tanggal 26 Juni 1987.
Status Ratifikasi
Konvensi ini adalah yang paling banyak diratifikasi oleh
negara2 anggota PBB, yaitu 142 negara.
Indonesia telah melakukan ratifikasinya terhadap
Konvensi pada tanggal 28 September 1998 melalui UU
No.5 tahun 1998 dan karenanya menjadi Negara Pihak
(negara yang ikut dalam ketentuan) Konvensi.
Muatan Konvensi
16 pasal dari 33 pasal dalam konvensi ini mengatur kewajiban
negara untuk menghormati berbagai hak dasar manusia untuk
bebas, tidak disiksa dan mendapatkan perlakuan kejam lainnya.
Pasal 2 ayat 1 dari Konvensi ini misalnya menyebut soal
kewajiban setiap negara pihak untuk “mengambil langkah
langkah legislatif, administratif, hukum dan langkahlangkah
efektif untuk mencegah tindakan penyiksaan di wilayah
manapun dalam batas kekuasaannya”.
Sementara itu dalam ayat 2 pasal 2 juga diingatkan: “Tiada ada
keadaan pengecualian apapun, apakah keadaan perang atau
ancaman perang, ketidakstabilan politik dalam negeri ataupun
keadaan darurat, yang dapat digunakan sebagai pembenaran
untuk penyiksaan”.
Muatan Konvensi
bagian kedua dari Konvensi ini mengatur hal tentang
pendirian Komite Anti Penyiksaan, yang terdiri dari
“sepuluh pakar yang bermoral tinggi dan diakui
kemampuannya di bidang hak asasi manusia, yang
akan bertugas dalam kapasitas pribadi mereka.”
(pasal 17)
Anggota Komite ini diambil dari negara pihak
konvensi ini, dan mulai berfungsi sejak 1 Januari
1988. Para pakar akan menjabat untuk masa 4 tahun
dan bisa dipilih kembali.
Kewajiban Negara Pihak
Negara Pihak juga menanggung seperangkat
kewajibankewajiban lainnya yang tertera dalam
pasal 3 sampai 16 konvensi ini.
Konvensi meminta negaranegara peserta untuk
melapor secara periodik mengenai langkahlangkah
yang telah, sedang, dan akan diambil untuk
menjamin hakhak yang tertera dalam konvensi.
(lihat pasal 19, yang juga menggariskan prosedur
pemeriksaan laporan)
Kewajiban Negara Pihak
dalam waktu satu tahun setelah ratifikasi konvensi
ini, setiap negara Pihak harus menyerahkan suatu
laporan awal (initial report) mengenai langkah
langkah yang diambil untuk menerapkan kewajiban
kewajiban yang tertera dalam konvensi ini.
Seterusnya, setiap negara peserta harus
menyerahkan laporan berkala (periodic report) setiap
empat tahun, juga laporanlaporan lain yang diminta
komite.
Mekanisme Perlindungan
Mekanisme Pelaporan Negara Pihak
(State Selfreporting Mechanism)
Bagian pertama laporan selalu harus bersifat
umum. Bagian itu harus menyediakan informasi
dasar dan menguraikan konteks peraturan
perundangundangan mana pelarangan
penyiksaan dijamin dalam negara pelapor.
Bagian kedua dari laporan harus menyediakan
informasi terperinci atas dasar pasal demi pasal
mengenai bagaimana negara pelapor menerapkan
pasalpasal 2 sampai 16 Konvensi.
Mekanisme Perlindungan
Mekanisme Tematik PBB: Pelapor
Khusus (Special Rapporteur)
Secara umum, kegiatan dari seorang Pelapor
Khusus atau sebuah Kelompok Kerja
biasanya mencakup halhal berikut :
Penelitian
Menerima pengaduan
Komunikasi dg Pemerintah Negara Pihak
Laporan tahunan kepada Dewan HAM PBB
Kunjungan ke Negaranegara
Sidang Tahunan PBB
Mekanisme Perlindungan
Prosedur Pengaduan Individual menurut
Konvensi
Sistem pengaduan perorangan mengenai
pelanggaran yang dilakukan negara atas hak
individu warganya dan terjadi di dalam wilayah
negara yang bersangkutan tercantum dalam
Konvensi Anti Penyiksaan pasal 22
sistem ini berlaku terbatas hanya pada Negara
Pihak yang menyatakan persetujuannya pada
mekanisme ini ketika mereka meratifikasi
Konvensi Anti Penyiksaan (declaration of
competence)
Negara pihak juga dapat sewaktuwaktu
menyatakan pembatalan atas declaration of
competence yang dibuat sebelumnya.
Prosedur Pengaduan
1.
2.
3.
Penerimaan pengaduan oleh Komite
Pengecekan administratif untuk memastikan
bahwa negara yang diadukan memang menjadi
Pihak dari konvensi
penilaian lebih lanjut apakah pengaduan dapat
diterima atau tidak, termasuk memberikan
kesempatan bagi kedua belah pihak untuk saling
memberikan tanggapan
Prosedur Pengaduan
1.
2.
3.
pemeriksaan akan kesahihan pengaduan
(examination of the merits).
Komite menganalisa semua informasi yang
mereka miliki lalu mengeluarkan pendapat
mereka terhadap kasus yang diadukan
tersebut, termasuk juga pendapat apakah
benar terjadi pelanggaran atau tidak.
Ringkasan penjelasan tentang kasus
tersebut dipublikasikan dalam laporan
tahunan Komite Anti Penyiksaan.
Indonesia & CAT
Konsekuensi Ratifikasi bagi Indonesia
antara lain:
Kewajiban negara Indonesia sebagai Negara Pihak
untuk memajukan, melindungi, dan memenuhi
hakhak asasi sebagaimana tersebut dalam
Konvensi, kecuali jika dilakukan reservasi
(pensyaratan) atau deklarasi (pernyataan) khusus
pada pasalpasal tertentu.
Dimasukkannya Konvensi sebagai bagian dari
instrumen hukum nasional positif Indonesia,
sehingga bisa digunakan dalam proses litigasi.
Pelaporan secara berkala (periodic report) sebagai
bagian dari State SelfReporting Mechanism yang
disyaratkan oleh Konvensi
Indonesia & CAT
(a)
(b)
Deklarasi dan reservasi yang dilakukan oleh Indonesia terhadap Konvensi
Anti Penyiksaan adalah:
Deklarasi terhadap pasal 20 ayat 1,2, dan 3 (prosedur
penyelidikan), dimana Indonesia tidak mengakui kewenangan Komite
Menentang Penyiksaan untuk melakukan penyelidikan jika ada petunjuk
yang kuat bahwa telah atau terus terjadi penyiksaan secara sistematik di
wilayah Indonesia serta menyatakan bahwa halhal yang diatur dalam
pasal 20 ayat 1, 2, dan 3 dari Konvensi hanya dapat diimplementasikan
jika tidak membahayakan pada kedaulatan (sovereignty) dan integritas
teritorial Indonesia;
Reservasi terhadap pasal 30 ayat (1) Konvensi; dimana Indonesia
berpendirian bahwa segala perselisihan Indonesia dengan Negara Pihak
lain yang berkaitan dengan penafsiran atau penerapan Konvensi ini yang
tidak dapat diselesaikan melalui perundingan, tidak dapat diajukan
kepada arbitrasi hanya oleh salah satu pihak, melainkan harus atas
kesepakatan kedua belah pihak yang bertikai. Indonesia tidak mengakui
yurisdiksi International Court of Justice untuk menyelesaikan perselisihan
tersebut jika jalur arbitrasi gagal.
KOVENAN HAK
EKONOMI SOSIAL
DAN BUDAYA
SEJARAH
Disahkan Majelis Umum PBB pada 1966
SUBSTANSI HAK EKOSOB
1.
Hak atas Standar Hidup yang Layak, termasuk Hak
Atas Pangan
Pasal 11 CESCR, Pasal 27 CRC
Standar layak – Pasal 25 DUHAM, Pasal 11
CESCR, CRC.
“kelayakan standar hidup” – mesti dipahami
sebagai cara mempertahankan tingkat kehidupan
di atas garis kemiskinan
Garis kemiskinan (Bank Dunia) – biaya yang
diperlukan untuk membeli standar gizi dan
kebutuhan dasar lainnya.
2.
Hak untuk bekerja dan hak dalam pekerjaan
Pasal 6, Pasal 7, pasal 8 CESCR
Pasal 23 ayat (1) DUHAM
3. Hak atas pendidikan (Pasal 13)
4. Hak atas kesehatan (pasal 12
5. Hak atas perumahan
SISTEM PEMANTAUAN PERJANJIAN PBB
Perjanj
ian
Tanggal
Penerapan/b
erlakunya
Pjj
Badan
Pemantau
an Perjj
Jumla
h
Pakar
Dipilih
Oleh
Pelapor
an
Negara
Pengaduan
Antarnega
ra
CERD
21.12.1965/
4.1.1969
Komite
Penghapus
an Rasial
18
Negara
pihak
Pasal 19
Wajib
Pasal 11, 12, Pasal 14
13 Wajib
Pilihan
CCPR
16.12.1966/
23.3.1976
Komite
HAM
18
Negara
pihak
Pasal 40
Wajib
Pasal 41, 42, Protokol
Pilihan
Pilihan I
CESCR
16.12.1966/
3.3. 1976
Komite
Hak
Ekosob
18
ECOSOC
(1995)
Pasal 16,
17 Wajib
Protokol
Pilihan
Naskah
CEDAW
18.12. 1979/
3.9.1981
Komite
Penghapus
an
Diskrimisi
Prempuan
23
Negara
pihak
Pasal 18
Wajib
Protokol
Pilihan
CAT
10.12.1984/
26.6.1987
Komite
Menentang
Penyiksaan
10
Negara
pihak
Pasal 19
wajib
CRC
20.11.1989/
2.9.1990
Komite
Anak
10 (18)
Negara
pihak
Pasal 44
Wajib
MWC
18.12.1990/
1.7.2003
Komite
perlindung
an Semua
TKM dan
10 (14)
Negara
pihak
Pasal 73
Wajib
Pasal 21
Pilihan
Pengadua
n
Individu
Pasa 22
Pilihan
Prosedur
Penyelidi
kan
Protokol
Pilihan
Pasal 8, 10
Pasal 20,
28 Wajib
Pasal 76
Pilihan
Pasal 77
Pilihan
MEKANISME HUKUM
HAK ASASI MANUSIA
INTERNASIONAL
MEKANISME HAM PBB
Mekanisme Berlandaskan Piagam
Mekanisme Berlandaskan Perjanjian
MEKANISME BERBASIS PIAGAM
Majelis Umum – salah satu fungsi utama meneliti
dan merekomendasikan pelaksanaan HAM dan
kebebasan hakiki bagi semua orang
Dewan Keamanan – memiliki kekuatan khusus
terhadap Pengadilan Internasional : ICTY dan ICTR
Dewan ECOSOB – salah satu fungsi utama (pasal 62
Piagam PBB) – rekomendasi pada pemajuan rasa
penghormatan dan ketaatan terhadap HAM bagi
semua.
a.
Komisi HAM
b.
Komisaris Tinggi HAM (OHCHR)
KOMISI HAM
1.
Resolusi ECOSOB 1235, tanggal 6 Juni 1967
Pelaksana : Komisi dan SubKomisi HAM dengan tugas:
pemeriksaan informasi terkait pelanggaran HAM, penelitian
mendalam tentang situasi yang mengungkapkan pol
pelanggaran HAM yg tetap, melaporkan kepada ECOSOB.
Informasi disampaikan oleh : Negara, anggota sub komisi,
LSMLSM dengan status kosultatif.
Penelitian mendalam dilakukan oleh : kelompok kerja, pakar
individu (pelapor khusus, perwakilan), sekretariat jenderal.
LANJUTAN…
2.
Resolusi ECOSOB 1503, 27 Mei 1970
Prosedur pengadua rahasia.
Komunikasi dilakukan korban, orang lain atau LSM yang
ditujukan kepada Komisaris Tinggi HAM.
Komisi memutuskan tentang : penelitian mendalam +
membuat laporan dan rekomendasi kepada ECOSOB,
apakah perlu pindah dari 1503 ke 1235 (untuk
dipublikasi), mengakhiri penyelidikan.
3.
Mekanisme Ekstra konvensional
• Working groups (kelompok kerja)
• Special rapporteurs
SPECIAL RAPPORTEUR
Berbasis tema –
Berbasis negara
MEKANISME BERBASIS PERJANJIAN
Komite Hak Asasi Manusia
Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial
Komite Menentang Penyiksaan dan Perlakukan atau
Penghukuman yang Kejam, tak Manusiawi dan
merendahkan Martabat.
Komite Penghapusan Diskriminsi Terhadap
Prempuan
Komite ECOSOB
Komite Hak Anak
PROSEDUR PENGADUAN
ICCPR 1st Optional Protocol: Mekanisme
pengaduan individual
• ICERD
CEDAW Protokol Tambahan: Mekanisme
pengaduan individual
CAT Protokol Tambahan: MekanismeSupervisi
dan Sub Komite PencegahanPenyiksaan
UNIVERSAL PERIODICAL REVIEW
(UPR)
Melalui Resolusi 60/251 tanggal 15 Maret 2006, Sidang
Umum PBB memandatkan Dewan HAM untuk
melaksanakan UPR.
UPR adalah mekanisme berkala (4 tahunan) Dewan
HAM untuk meninjau komitmen dan pemenuhan
kewajiban negaranegara anggota PBB terhadap
pemajuan dan perlindungan HAM di tingkat nasional.
LANJUTAN…
Tujuan
Memperbaiki situasi HAM di lapangan
Pemenuhan kewajiban HAM negara dan
komitment dan penilaian perkembangan positif
serta tantangan yang dihadapi oleh Negara
bersangkutan;
Peningkatan kapasitas negara dan penyediaan
pendampingan teknis, dengan konsultasi dan
dengan kesadaran dari negara yang
bersangkutan;
LANJUTAN…
Berbagi pengalamanpengalaman baik antar Negara
dan pemangkupemangku kepentingan dengan
konsultasi dan dengan kesadaran dari negara yang
bersangkutan
Mendorong kerjasama dalam mempromosikan dan
perlindungan HAM
Mendukung sepenuhnya kerjama dan keterlibatan
dalam Dewan, badanbadan HAM yang lain dan Kantor
Komisioner Tinggi HAM (KT HAM OHCHR).
MEKANISME PERADILAN UNTUK
KEJAHATAN PALING SERIUS
Permanen ICC / Statuta Roma tentang Mahkamah
Pidana Internasional
Ad Hoc – International Criminal Tribunal for
Rwanda (ICTR), Internasional Criminal Tribunal for
Yogoslavia (ICTY)
Karakter
Tanggung jawab individu dan komandan
Kejahatan terhadap Kemanusiaan, Genosida, dan
Perang
MEKANISME PENYELESAIAN
PELANGGARAN HAM NASIONAL
PELANGGARAN HAM
Pasal 1 ayat (6) UU No. 39/1999 tentang HAM
Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara
baik disengaja maupun tidak sengaja, atau kelalaian
yang secara melawan hukum mengurangi, menghalangi,
membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia
seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undangundang ini, dan tidak mendapatkan, atau
dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku.
PELANGGARAN HAM BERAT
Genosida
Kejahatan Kemanusiaan
GENOSIDA (PASAL 8)
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
kelompok agama, dengan cara:
a.
membunuh anggota kelompok;
b.
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat
terhadap anggotaanggota kelompok;
c.
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh
atau sebagiannya;
d.
memaksakan tindakantindakan yang bertujuan
mencegah kelahiran di dalam kelompok; atau
e.
memindahkan secara paksa anakanak dari kelompok
tertentu ke kelompok lain.
KEJAHATAN KEMANUSIAAN
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu
perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan
yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap
penduduk sipil, berupa:
a.
pembunuhan;
b.
pemusnahan;
c.
perbudakan;
d. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
e.
perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan
fisik lain secara sewenangwenang yang melanggar (asas
asas) ketentuan pokok hukum internasional;
f.
penyiksaan;
LANJUTAN…
g.
h.
i.
j.
perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara
paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan atau
sterilisasi secara paksa atau bentukbentuk
kekerasan seksual lain yang setara;
penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari persamaan paham
politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara
universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional;
penghilangan orang secara paksa; atau
kejahatan apartheid.
PERADILAN HAM PERMANEN
Contoh Peradilan HAM Permanen Kasus Abepura :
1. a/n Terdakwa : Brigjen (Pol) Drs. Johny Wainal Usman ;
No Perkara : 01/Pid.HAM/2004/PN.MKS Pengadilan
HAM pada Pengadilan Negeri Makasar ; Diputus pada
tanggal 8 September 2005 "tidak terbukti secara sah
melakukan pelanggaran HAM"
2. a/n Terdakwa : Kombbes Daud Sihombing,S.H. ; No
Perkara : 02/Pid.HAM/2004/PN.MKS Pengadilan HAM
pada Pengadilan Negeri Makasar ; Diputus pada tanggal
8 September 2005 "tidak terbukti secara sah
melakukan pelanggaran HAM"
PENGADILAN HAM AD HOC (PASAL 43)
1)
2)
3)
Pelanggaran hak asasi manusia yang berat yang
terjadi sebelum diundangkannya Undangundang
ini, diperiksa dan diputus oleh Pengadilan HAM ad
hoc.
Pengadilan HAM ad hoc sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dibentuk atas usul Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia berdasarkan peristiwa
tertentu dengan Keputusan Presiden.
Pengadilan HAM ad hoc sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) berada di lingkungan Peradilan
Umum.
PERADILAN HAM AD HOC
Contoh Peradilan HAM Ad Hoc, Kasus Tanjung Priuk :
Terdakwa I : Sutrisno Mascung , Terdakwa II : Asrori , Terdakwa
III: Siswoyo, Terdakwa IV : Abdul Halim, Terdakwa V : Zulfata,
Terdakwa VI : Sumitro, Terdakwa VII : Sofyan Hadi, Terdakwa
VIII : Prayogi, Terdakwa IX : Winarko, Terdakwa X : Idrus,
Terdakwa XI : Muhson;
No Perkara : No.01/Pid.HAM/Ad Hoc/2003/ PN.Jkt.Pst Pengadilan
HAM pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (pada tingkat pertama)
No
Perkara : 01/PID.HAM/AD.HOC/2005/PT DKI Pengadilan
Tinggi HAM pada Pengadilan Tinggi D.K.I. Jakarta (tingkat
Banding)
No
Perkara : 09 K/Pid.Ham.ad.hoc/2005 Peradilan HAM pada
tingkat Kasasi Mahkamah Agung ;
LANJUTAN…
PENYELESAIAN MELALUI KOMNAS
HAM
Tujuan Komnas HAM :
a. mengembangkan kondisi yang kondusif bagi
pelaksanaan hak asasi manusia sesuai dengan
Pancasila, Undangundang Dasar 1945, dan
Piagam Perserikatan BangsaBangsa, serta
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia; dan
b. meningkatkan perlindungan dan penegakan hak
asasi manusia guna berkembangnya pribadi
manusia Indonesia seutuhnya dan kemampuan
berpartisipasi dalam berbagai bidang kehidupan.
LANJUTAN…
Fungsi Komnas HAM :
a.
Pengkajian dan penelitian – pengkajian instrumen
HAM, perundang2an, pembahasan masalah berkaitan
dengan perlindungan, penegakan dan pemajuan HAM.
b.
Penyuluhan – penyebarluasan wawasan HAM,
peningkatan kesadaran.
c.
Pemantauan – pengamatan dan penyusunan laporan,
penyidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang
diduga terdapat pelanggaran HAM, pemanggilan pihak
pihak, saksi, peninjauan tempat kejadian.
d. Mediasi – perdamaian kedua pihak, penyelesaian melalui
konsultasi, negosiasi, mediasi, pemberian saran untuk
penyelesian sengketa melalui pengadilan, penyampaian
rekomendasi atas pelanggaran HAM kepada pemerintah,
penyampaian rekomendasi kepada DPR.
Demikian, terima kasih