PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MATERI CERITA ANAK MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) PADA SISWA KELAS V MI NURUL ISLAM SIDOARJO.

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

MATERI CERITA ANAK MELALUI MODEL

COOPERATIVE

INTEGRATED READING AND COMPOSITION

(CIRC)

PADA SISWA KELAS V MI NURUL ISLAM SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh SITI JULAIKAH NIM : D07211027

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH

IBTIDAIYAH


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Siti Julaikah. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Cerita Anak

melalui Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Pada

Siswa Kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo.

Kata Kunci : Hasil Belajar. Bahasa Indonesia. Cerita Anak. Model Pembelajaran

Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anak. Hal ini disebabkan guru sering menggunakan model pembelajaran langsung. Saat diterapkan model pembelajaran ini banyak siswa yang mengobrol dan kurang antusias terhadap pembelajaran. Hal tersebut dikarenakan siswa sudah bosan dengan model yang digunakan. Akibatnya berdampak pada hasil belajar siswa yag rendah yang dibuktikan dari nilai ulangan harian yaitu dengan rata-rata nilai siswa 65,35. Jumlah total 20 siswa terdapat 15 siswa belum mencapai KKM dan hanya 5 siswa mencapai KKM. Model pembelajaran langsung kurang efektif apabila diterapkan pada materi cerita anak karena siswa cenderung hanya sebagai pendengar yang pasif. Padahal materi cerita anak KD menyimpulkan isi cerita anak bukan hanya pemahaman teori tetapi menekankan keaktifan siswa untuk membaca dan memahami isi cerita. Hal tersebut berdampak siswa mengalami kesulitan untuk menyimpulkan isi cerita anak yang dibaca.Untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka peneliti mengambil tindakan pembelajaran melalui model pembelajaran (CIRC).

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana

penerapan Model CIRC dalam Meningkatkan Hasil Belajar bahasa Indonesia materi Cerita Anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo ? (2) Bagaimana Peningkatan hasil belajar materi Cerita Anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo setelah penerapan CIRC ?

Untuk memperoleh hasil penelitian tersebut, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan model PTK Kurt Lewin. Dimana dalam setiap siklusnya terdiri dari 4 komponen yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, tes tulis, penilaian performance. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa: (1) Penerapan model pembelajaran CIRCdalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi cerita anak berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan aktifitas guru siklus I adalah 72,2 meningkat menjadi 94,4 pada siklus II. Sedangkan perolehan aktifitas siswa siklus I adalah 69 meningkat menjadi 88,8 pada siklus II. (2) Hasil belajar siswa dengan menerapkan model CIRC mengalami peningkatan. Hal tersebut dilihat dari perolehan nilai rata-rata pra siklus , prosentase ketuntasan

25%, meningkat pada siklus I nilai rata-rata , presentase ketuntasan 70% (Cukup)

tapi belum sesuai target yang ditentukan yaitu 80% dan silkus II meningkat dengan rata-rata 80,95 prosentase ketuntasan 85% (Baik).


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR DIAGRAM ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tindakan yang Dipilih... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Lingkup Penelitian ... 8

F. Signifikasi Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional... 10


(7)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Hasil Belajar ... 13

1. Hasil Belajar ... 13

2. Tipe Hasil Belajar ... 16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi proses dan Hasil Belajar ... 19

4. Cara Menentukan Hasil Belajar ... 20

B. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia... 24

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 24

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 26

3. Cerita Anak ... 27

C. Model Pembelajaran CIRC ... 32

D. Pengertian Model CIRC ... 32

1. Langkah-langkah Model CIRC ... 34

2. Kelebihan dan Kekurangan Model CIRC ... 35

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 38

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 40

C. Variabel yang Diteliti ... 42

D. Rencana Tindakan ... 42

E. Data dan Cara Pengumpulan ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 60

G. Indikator Kinerja ... 63

H. Tim Peneliti dan Tugasnya... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Hasil Penelitian ... 66

1. Pra Siklus ... 66


(8)

3. Siklus II ... 93

B. Hasil Penelitian ... 116

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 127

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 129

RIWAYAT HIDUP.. ... 130


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib disetiap jenjang pendidikan baik SD/MI, SMP maupun SMA/MA. Tujuan dari pengajaran bahasa Indonesia di sekolah adalah menanamkam, memupuk, mengembangkan (1) perasaan dan kesadaran nasional, (2) kecakapan bahasa Indonesia lisan dan tulis, (3) kecakapan berfikir dinamis, rasional, dan praktis dalam bahasa Indonesia, (4) kemampuan memahami, mengungkapkan dan menikmati keindahan bahasa Indonesia yang sederhana baik lisan maupun tulisan. Tujuan -tujuan itu terperinci dalam tujuan setiap segi pendidikan bahasa Indonesia

berupa percakapan, mengarang, membaca, dan pengetahuan bahasa.1

Pengajaran Bahasa Indonesia pada semua jenjang mencakup empat aspek yaitu keterampilan mendengarkan (menyimak), keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.Keterampilan mendengakan dan keterampilan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis

1 Yus Rusyana, Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, ( Bandung : CV Diponegoro : 1984),


(10)

2

merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Keterampilan mendengarkan dan keterampilan membaca bersifat reseptif karena kedua keterampilan ini bersifat pasif atau menyerap informasi yang disampaikan pembicara atau penulis dalam aktifitas berbahasasedangkan keterampilan berbicara dan menulis dikatakan sebagai keterampilan yang bersifat produktifkarena keterampilan ini termasuk ke dalam tindak bahasa yang aktif di dalam aktivitas berbahasa. Informasi-informasi yang disampaikan, baik kepada pendengar maupun kepada pembaca, yang merupakan hasil penalaran

yang matang dari pihak pembicaraan atau penulis.2

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran bahasa Indonesia tingkat Madrasah Ibtidaiyah, membaca merupakan salah satu keterampilan yang ditekankan pembinaannya. Hal tersebut terjabarkan dalam Standar Kompetensi (SK)memahami teks dengan membaca sekilas, membaca memindai, dan membaca cerita anak khususnya dalam keterampilan membaca cerita anak yang terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) yakni menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat. Dalam kegiatan membaca ini siswa diharapkan mampu menyimpulkan isi cerita anak. Akan tetapi dalam kegiatan membaca untuk menyimpulkan isi cerita anak mengalami kesulitan.

2 Mohd Harun dkk, Pembelajaran Bahasa Indonesia, ( Universitas Syiah Kuala Lumpur Banda Aceh :


(11)

3

Pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo mengalami kesulitan dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita anak. Hal tersebut didasarkan atas hasil wawancara peneliti dengan guru kelas V. Saat pembelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anaksiswa cenderung pasif, keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan juga kurang. Sehingga proses kegiatan belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan aktivitas yang berarti. Kodisi ini mengakibatkanbanyak siswa yang kurang memahami materi cerita anak yang berkaitan dengan macam-macam cerita anak serta unsur-unsur unsur cerita anak. Hal tersebut terlihat ketika guru meminta siswa membaca dan memahami isi cerita anak untuk megidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan menyimpulkan isi cerita anak siswa mengalami kesulitan.

Proses pembelajaran materi ini guru sering sekali digunakan model pembelajaran langsung. Dalam model pembelajaran tersebut guru menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan. Kendala saat diterapkannya model pembelajaran langsung adalah banyak siswa yang mengobrol sendiri, mengantuk serta kurang antusiasnya siswa terhadap pembelajaran. Hal tersebut dikarenakansiswasudah bosan dan tidak tertarik dalam setiap psoses pembelajaran. Model ini juga kurang mengaktifkan siswa dalam pembelajaran. Siswa cenderung hanya sebagai pendengar yang pasif, padahal materi cerita anak KD menyimpulkan isi cerita anak ini bukan hanya pemahama teori tetapi juga menekankan keaktifan siswa untuk membaca dan


(12)

4

memahami isi cerita. Sehingga para siswa mampu membuat kesimpulan dari

membaca untuk menyimpulkan isi cerita anak yang dibaca mengalami kesulitan sehingga menyebabkan sebagian besar siswa, memperolah nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut pada pembelajaran bahasa Indonesia pada setiap Kompetensi Dasar (KD) yaitu70, akan tetapi pada materi cerita anak memperoleh nilai rata-rata 65,5 yang diperoleh dari 20 siswa, hanya 5 siswa mencapai KKM dengan prosentase 25%. Sedangkan 15 siswa belum mencapai KKM dengan prosentase

75%. 3Hal tersebut menunjukkan kalau nilai siswa sangat jauh dari standart nilai

yang seharusnya diperoleh.

Sebagai alternatif solusi masalah, dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model Kurt Lewin dan penelitian ingin menerapkan

model Cooperative Intregrated Reading and Composition (CIRC)yang

merupakan model pembelajajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis terutama dalam pembelajaran membaca. Model ini mendorong siswa untuk bekerja sama dalam tim dengan anggota-anggota yang heterogen. Dengan model ini diharapkan siswa mampumegidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan menyimpulkan isi cerita anak yang mereka baca. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan pemahan siswa tentang cerita anak.

3Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V pada hari Senin tanggal 23

Februari 2015.


(13)

5

Model pembelajaran kooperatif mempunyai peran untuk meningkaatkan hasil belajar siswa dalam kelompok dan individu. Saat belajar kelompok ada tanggung jawab dari setiap anggota untuk menguasai materi yang diberikan guru. Siswa dari kelompok tinggi membantu siswa dari kelompok rendah agar memahami konsep, siswa dari kelompok rendah berani menanyakan kekurangan mengertinya pada anggota kelompoknya agar tidak tertinggal. Tanggung jawab setiap anggota kelompok ini dapat meningkatkan kepercayaan diri pada setiap anggota kelompoknya, karena ada peningkatan penguasaan materi pembelajaran.

Penelitian model cooperative intregrated reading and composition

(CIRC) yang pernah dilakukan antara lain penerapan model cooperative

Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SDN pancakarya 01 Ajung Jember yang ditulis oleh Eka Rista Pratiwi pada tahun 2013 dimana dalam penerapannya model CIRC mampu meningkatan hasilbelajarsiswasetiapsiklusmenunjukkan

bahwasiklusIsecarakeseluruhandidapatpersentaseketuntasansebesar64.3%naik sebanyak23.8%dariprasiklus.kemudianpadasiklusIIketuntasanhasilbelajar

siswamencapai76.2%naiksebanyak11.9%dibandingkandengandengansiklusI.4

4


(14)

6

Penerapan model CIRC untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi himpunan kelas VII SMP Negeri 13 Malang yang ditulis oleh Atik Yulina pada tahun 2013 menunjukkan bahwa model CIRC dapat meningkatkan keterampilan dalam menyelesaikan soal cerita matematika dengan persentase keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita siklus I adalah 47, 37% dengan kategori kurang dan meningkat pada

siklus II menjadi 89, 47% dengan kategori sangat baik.5

“Penerapan model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated Reading And Composition) pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel di

Kelas VIII MTs Nurul Falah Sugiharjo-Tuban” yang ditulis oleh Jainatur

Rofiqoh pada tahun 2010. Siklus 1 dengan hasil presentase 67,44% dan pada

siklus 2 mengalami peningkatan yaitu 83,72%.6

Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Materi Cerita Anak melalui Model Cooperative Integrated Reading and

5http//jurnal-online.um.ac.iddataartikelartikelB4DE0263B53B5933C4FEACF38A22C3B9.pdf diakses

tanggal 23 Desember 2014 pkl.08.13

6Jannatur Rofiqah, Penerapan Model Pembelajaran Kooperative CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) pada Materi Persamaan Linear Satu Variabel di Kelas VII MTs Nurul Falah Sugiharjo-Tuban(First Developed: Maret 11, 2015).


(15)

7

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti dapat merumuskan masalah seperti berikut :

1. Bagaimana penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo setelah penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ?

C. Tindakan yang Dipilih

Tindakan yang dipilih untuk pemecahan masalah yang dihadapi dalam meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita anak yaitu model Cooperative Integrated Reading and Coposition (CIRC). Dengan model ini diharapkan bisa membantu peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia. Model ini memberikan variasi baru pada proses pembelajaran siswa, melalui model ini bersama kelompoknya siswa mengorganisasikan materi yang dipelajari dengan cara siswa saling membacakan bacaan, menemukan ide pokok dari bacaan yag berupa unsur-unsur cerita anak serta menyimpulkan isi cerita yag mereka baca.


(16)

8

D. Tujuan Penelitian

Berdasarakan rumusan masalah yang dibuat, maka tujuan dari penelitian adalah:

1. Dapat mengetahui penerapan model Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC) dalam meningkatan hasil belajar bahasa Indonesia

materi cerita anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo

2. Dapat mengetahui peningkatan hasil belajar bahasa Indonesia materi cerita

anak pada siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo setelah penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

E. Lingkup Penelitian

Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini, maka perlu diberikan batasan penelitian dengan tujuan supaya penelitian ini tidak terlalu luas dan sesuai dengan harapan peneliti.

Agar penelitian bisa tuntas dan fokus permasalahan dibatasi pada hal-hal dibawah ini:

1. Penelitian ini membahas mengenai Peningkatan Hasil Belajar Bahasa

Indonesia Materi Cerita anak dalam KD menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat pada Siswa Kelas V MI Nurul IslamSidoarjo setelah Penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)


(17)

9

2. Subyek penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas V MI Nurul Islam

Sidoarjo tahun ajaran 2014-2015 yang berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.

F. Signifikansi Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

Manfaat khusus :

1. Bagi Guru

a. Guru dapat mengetahui model pembelajaran yang dapat meningkatkan

sistem pembelajaran di kelas.

b. Dapat meningkatkan hasil belajar menyimpulkan isi cerita anak.

c. Dapat meningkatkan kemampuan dalam Mengaplikasikan

pembelajaran PAIKEM yang telah dipelajari selama berada di bangku kuliah.

d. Menjadi bekal sebagai pendidik dalam menentukan model

pembelajaran.

2. Bagi Siswa

a. Menanamkan sikap kreatif, keaktifan siswa dalam bekerjasama dan

komitmen dalam belajar bekerja sama untuk menyelesaikan problem.

b. Melatih kemampuan membaca, menulis, dan mendengarkan siswa


(18)

10

d. Tercipta suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan

sehingga diharapkan situasi tersebut memberikan kontribusi terhadap kemampuan siswa .

3. Bagi sekolah

a. Sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha-usaha yang mengarah pada

peningkatan kemampuan siswa dalammengidentifikasi dan

menyimpulkan isi cerita anak yangt mereka baca.

b. Meningkatkan mutu sekolah melalui penggunaan model pembelajaran

yang sesuai dengan karakteristik siswa disekolah. G. Definisi Operasional

Dalam peelitian tindakan kelas penulis mengangkat judul “Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Cerita Anak melalui Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada Siswa Kelas V

MI Nurul Islam Sidoarjo.” Agar tidak terjadi salah arti dalam penulisan, maka

dijelaskan beberapa Istilah berikut :

1. Peningkatan merupakan kemajuan, perubahan, proses, cara

meningkatkan usaha.7

2. Hasil Belajar adalah hasil yang dicapai setelah melakukan kegiatan

Pembelajaran. Hasil belajar terdiri dari tiga ranah yaitu ranah kognitif,


(19)

11

ranah afektif dan rana psikomotorik. Penelitian ini menfokuskan pada ranah kognitif yakni pengetahuan, pemahaman dan penerapan.

3. Materi Pelajaran Bahasa Indonesia MI Kelas V semester 2 adalah materi

cerita anak. Cerita anak adalah cerita yang diperuntukkan bagi anak baik cerita yang menyangkut kehidupan anak maupun cerita tentang binatang, cerita para tokoh-tokoh yang berjasa bagi bangsanya, cerita tentang alam, dan cerita kepercayaan. Kompetensi Dasar (KD)

menyimpulkan isi cerita anak dengan beberapa

kalimat.Menyimpulkanisi cerita anak adalah menarik kesimpulan dari bacaan atau informasi yang diberikan dari cerita anak.

4. Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis).merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini penulis susun secara sistematis dari bab ke bab yang terdiri dari lima bab dan anatara bab satu dengan bab yang lainnya meruapakan intgritas atau kesatuan yang tak terpisahkan serta memberikan atau menggambarkan secara lengkap dan jelas tentang penelitian dan hasil-hasilnya.


(20)

12

Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan, meliputi: (a) Latar Belakang Masalah (b)

Rumusan Masalah (c) Tindakan yang dipilih (d) Tujuan Penelitian (e) Lingkup Penelitian (f) Manfaat penelitian (g) Sistematika Pembahasan.

BAB II : Kajian teori, meliputi: (a) Hakikat Hasil Belajar, (b) Hakikat Pembelajaran BahasaIndonesia, (c) Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). BAB III : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, meliputi:

Metode Penelitian, (b) Setting Penelitian,(c) Variabel yang diteliti, (d) Rencana Tindakan, (e) Data dan Cara Pengumpulan, (f) Indikator Kerja, (g) Tim Peneliti dan Tugas.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, meliputi: (a) Hasil penelitian meliputi: (1) Pra siklus (2) Siklus I, (2) Siklus II, (b) Pembahasan. BAB V : Penutup meliputi (a) Kesimpulan (b) Saran dan kritik


(21)

13

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Hasil Belajar 1. Hasil Belajar

Mc Geoch memberikan definisi mengenai belajar “Learning is a change in performance as a result of practive.” Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice).8

Morgan memberikan definisi mengenai belajar “Learning can be

defined as any relatively permanent shange in behavior which occurs as result of practice experience.” Ini berarti bahwa perubahan perilaku atau performance itu relatif permanen dan juga perubahan perilaku itu sebagai akibat belajar

karena latihan (practice) atau karena pengalaman (experience).9

Moh.Surya, definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

8 Bimo Walgito,pengantar psikologi umum,(Yogyakarta: Andi 2003), hal 166-167 9 Ibid, hal 176


(22)

14

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan.

Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan belajar mengajar guru menetapkan beberapa tujuan pembelajaran. Siswa yang berhasil dalam belajar

adalah berhasil mencapai tujuan – tujuan pembelajaran atau tujuan

intruksional.10

Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi tiga ranah,

yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.11Ketiga domain

tersebut akan memberikan tolak ukur dalam keberhasilan belajar yang ditempuh siswa dalam proses pembelajaran. menurut ranah tersebut mempunyai beberapa domain kemampuan yang mendukung keberhasilan belajar. Menurut Anderson dan Krathwohl masing-masing ranah itu dapat

dibagi dalam berbagai dimensi atau kategori dan.12

10Jihad Dan Haris, Evaluasi Pembelajaran,(Yogjakarta: Multi Presindo 2010), hal 14

11Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar,(Bandung: PT. Remaja1999), hal 22- 31 12 B.P Sitepu,2012,Penulisan Buku Teks Pelajaran, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya 2012), hal


(23)

15

a. Ranah Kognitif

Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan “berfikir”,

mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu “mengingat”, sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah (problem solving) yang menuntut peserta didik untuk memecahkan masalah tersebut. Sebagaimana disebutkan sebelumnya tujuan kognitif ini paling sering digunakan dalam proses instruksional.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif berkaitan dengan kondisi ketika kita menhadapi sesuatu menggunakan emosi, seperti perasaan, nilai, penghargaan, antusiasme, motivasi dan sikap. Terdapat lima kategori ranah afektif mulai dari prilaku yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.

c. Ranah psikomotorik

Ranah psikomotorik berkaitan dengan gerakan fisik, koordinasi, dan penggunaan keterampi lan motorik. Penilaian dilakukan dari segi kecepatan, keteapatan, prosedur dan cara melakukakannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori hasil belajar yang dijelaskan oleh Bloom, yaitu ranah kognitif Dalam ranah ini, peneliti akan mengungkapkan kompetensi atau indikator yang dicapai dalam pembelajaran


(24)

16

yaitu: siswa mengidentifkasi unsur-unsur cerita dari cerita anak yang dibaca dan menyimpulkan isi cerita.

2. Tipe-tipe Hasil Belajar

Menurut Bloom, Kratwohl dan Anita Harrow, mengemukakan ada tiga tipe, yakni (a) kognitif, (b) afektif, (c) psikomotorik. Ketiga tipe hasil belajar ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, dan merupakan hubungan hiraki. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam tiga aspek

hasil belajar tersebut.13

a. Tipe Hasil Belajar bidang Kognitif

1) Tipe hasil belajar pegetahuan hafalan (Knowledge)

Tipe hasil belajar ini temasuk tipe hasil belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Namun tipe hasi belajar ini penting sebagai prasyarat untuk menguasai dan mempelajari tipe hasil belajar lainnya.

2) Tipe Hasil Belajar Pemahaman (Comprehention)

Tipe hasil belajar pemahaman lebih tinggi satu tingkat dari tipe hasil belajar pengetahuan hafalan. Pemahaman memerlukan kemampuan menangkap makna dari suatu konsep. Untuk itu diperlukan adanya


(25)

17

hubungan atau tautan antara konsep dengan makna yang ada dalam konsep tersebut.

3) Tipe Hasil Belajar Penerapan (aplikasi)

Tipe hasil belajar ini memerlukan kesanggupan menerapkan, dan mengabstraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.

4) Tipe Hasil Belajar Analisis

Analisis merupakan tipe hasil belajar yang kompleks, yang memanfaatkan unsur tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi.

5) Tipe Hasil Belajar Sintesis

Sintesis adalah lawan dari analisis. Analisis ditekankan pada kesanggupan menguraikan suatu integritas menjadi bagian yang bermakna sedangkan sintesis merupakan kesanggupan meyatuhkan unsur atau bagian menjadi satu integritas. Tipe hasil sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis.

6) Tipe Hasil Belajar Evaluasi

Evaluasi merupakan kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan kriteria yang dipakainya. Tipe hasil belajar ini dikategorikan paling tinggi, karena diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, yakni kemampuan hafalan, pemahanan, aplikasi, analisis, sintesis.


(26)

18

b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif

Ada beberapa tingkatan tipe hasil belajar afektif sebagai tujuan dan hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai dari tingkatan yang sederhana sampai tingkatan yang kompleks :

1)Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan dari luar yang datang pada siswa., baik dalam bentuk masalah situasi, gejala.

2)Responding/jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

3)Valuing (penilainan), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus. Dalam hal termasuk kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

4)Organisasi. Yakni pengembangan nilai dengan nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan. Yang termasuk dalam organisasi adalah konsep tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai.


(27)

19

c. Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotor

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk

keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Dalam

tipe hasil belajar tersebut ada 6 tingkatan keterampilan yakni:

1) Gerak refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar).

2) Keteampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual,

auditif motorik dll.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan,

ketepatan.

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada

keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi

seperti gerakan ekspresif, interpretatif.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

a. Faktor Internal

Faktor Fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh, dan sebagainya


(28)

20

1) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang

meliputi: (a) Faktor intelektualFaktor (b) non-intelektual (c) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor sosial yang terdiri atas : (a) Faktor lingkungan keluarga. (b)

Faktor lingkungan sekolah. (c) Faktor lingkungan masyarakat. (d) Faktor kelompok.

2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,

kesenian dan sebagainya.

3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,iklim,

dan sebagainya.

4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.

Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung atau tidak

langsung dalam mempengaruhi hasil belajar yang dicapai seseorang. 14

4. Cara Menentukan Hasil Belajar

Menentukan hasil belajar dengan melaksanakan penilaian atau evaluation dari hasil belajar. Penilaian merupakan kegiatan yang dillakukan guru untuk memperoleh informasi secara objektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dah hasil belajar yang dicapai siswa, yang hasilnya

14Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:


(29)

21

digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakukan selanjutnya. Dalam penilain membutuhkan instrumen atau alat yang digunakan menghimpun data atau informasi yang dibutuhkan dengan melaksanakan pengukuran baik dengan menggunakan tes (tes formatif, sumatif maupun sub sumatif) ataupun juga dengan teknik non tes (seperti : wawancara, angket maupun pengamatan). Apabila tehnik tes maka alat penilaiannya menggunakan tes, sedangkan tehnik non tes bisa menggunakan alat penilaian non tes.

a. Prosedur Penilaian

Penilaian Tes.15

1) Penilaian tes tulis suatu tes yang menuntut siswa siswi memberikan

jawaban secara tulis.

Tes Tulis terdiri dari 2 Bentuk yaitu :

a) Tes objektif adalah testulis yang menuntut siswa siswi memilih

jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat terbatas. Bentuk-bentuknya berupa:

 Tes benar salah (true false)

 Tes pilihan ganda (multiple choice)

 Tes menjodohkan (matching)

 Tes melengkapi (completion)


(30)

22

 Tes jawaban singkat.

b) Tes subjektif atau essai adalah tes tulis yang meminta siswa

memberikan jawaban berupa uraian. Bentuk-bentuknya berupa

 Esai bebas

 Esai terbatas.

2) Penilaian tes lisan (Oral Test), suatu tes yang menuntut siswa siswi

memberikan jawaban secara lisan, melalui percakapan testee (orang yang dites) dengan tester (orang yang memberikan tes) tentang permasalahannya yang diujikan. Tes lisan digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa mengungkapkan pengetahuan dan sikapnya secara langsung

Penilaian non tes.16

a) Pengamatan (Observation) adalah proses penilaian dengan cara

mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap tingkah laku peserta didik di dalam kelas maupun di luar kelas sebagai alat evaluasi.

b) Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) adalah

penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Unjuk kerja yang dapat diamati seperti: bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi,


(31)

23

membaca puisi/deklamasi, menggunakan peralatan laboratorium, dan lain-lain.

c) Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap suatu tugas

yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas yang diberikan kepada peserta didik merupakan tugas terstruktur di luar kelas.

d) Penilaian produk (Product Assessment) adalah penilaian terhadap

keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas hasil produk tersebut. Seperti makanan, pakaian, hasll karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan penilaian performance

dan penilaian tes tulis. Penilaian performance dilakukan saat siswa

melakukan diskusi kelompok pada siklus I dan II. Sedangkan tes tulis diberikan kepada masing-masing siswa yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II. Hal itu disesuaikan dengan kemampuan siswa.

b. Pengolahan hasil penilaian.17

Prosedur pelaksanaan pengolahan hasil penilaian adalah sebagai berikut:

17 Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, 212


(32)

24

1) Menskor, kegiatan pemberian skor pada hasil penilaian yang dapat dicapai oleh responden (siswa). Untuk menskor dibutuhkan 3 bantuan yakni: kunci jawaban, kunci skoring, pedoman pengangkaan.

2) Mengubah skor mentah menjadi skor standart, yakni kegiatan evaluator menghitung untuk mengubah skor yang diperoleh siswa yang mengerjakan alat penilaian disesuaikan dengan norma yang dipakai

3) Mengkonversikan skor standar ke dalam nilai, yakni kegiatan akhir dari pengolahan hasil penilaian yang berupa pengunahan skor ke nilai,

baik berupa huruf atau kata–kata.18

B. Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia

1. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik.Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan


(33)

25

baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan Indonesia.19

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global.

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dirumuskan, agar menjadikan (1) Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri (2) Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar;guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya (3) Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan daan kesastraan di sekolah (4) Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik


(34)

26

dansumber belajar yang tersedia (5) Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan

daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional.20

2. TujuanPembelajaran Bahasa Indonesia

agar peserta didik memiliki beberapa kemampuan yaitu :

a) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

berlaku, baik secara lisan maupun tulis.

b) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara.

c) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan

d) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial

e) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

f) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia. 3. Materi Cerita Anak

20 Ibid


(35)

27

Materi cerita anak merupakan salah satu materi dalam Standar Kompetensi (SK) keterampilan membaca. Keterampilan membaca penting bagi siswa dari kegiatan membaca siswa mampu memperoleh berbagai macam pengetahun. Sedangkan yang diharapkan setelah melakukan kegiatan membaca cerita anak siswa mampu memperoleh informasi tentang cerita anak yang mereka baca.

Macam-macam cerita anak

Cerita untuk anak adalah cerita yang diperuntukkan bagi anak baik cerita yang menyangkut kehidupan anak maupun cerita tentang binatang, cerita para tokoh-tokoh yang berjasa bagi bangsanya, cerita tentang alam, dan cerita

kepercayaan. Cerita anak secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) cerita

rakyat, baik berupa cerita binatang, dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi sejarah, (4) fiksi realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7)biografi.

1) Buku Bergambar

Buku bergambar juga banyak diartikan sebagai buku berisi cerita untuk anak yang digarap melalui pemanfaatan tulisan dan gambar. Bagi anak-anak, buku bergambar idealnya bersifat atraktif, memberikan gambaran tentang sesuatu secara jelas, dan bisa membangkitkan pengalaman keindahan secara kreatif. Nilai demikian tercapai apabila melalui buku bergambar yang dibacanya anak bisa membentuk penghubungan antara


(36)

28

dunia skemata yang ada dalam dunia pengalaman dan pengetahuannya dengan dunia yang digambarkan dalam bacaan secara berkelanjutan.

2) Pengertian cerita Rakyat

3) Cerita rakyat adalah cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang

dalam masyarakat pada masa lampau yang menjadi ciri khas setiap bangsa yang memiliki kultur budaya yang beraneka ragam mencakup kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa.

Cerita rakyat menurut Nurgiantoro bisa dibagi-bagi menjadi beberapa jenis, meliputi (1) fabel, (2) dongeng, (3) legenda, dan (4) mite.

a) Fabelmerupakan cerita dengan pelaku binatang yang di dalamnya memuat

ajaran tertentu. Binantang yang diangkat sebagai pelaku cerita tersebut bisa berbagai macam, sehingga antara wilayah yang satu dan yang lain yang berbeda-beda.

b) Dongeng merupakan cerita rakyat yang penyampaiannya lazimnya diawali

penggunaan ungkapan, Pada zaman dahulu kala. Dongeng biasanya memuat cerita yang singkat dengan menggunakan setting yang tidak jelas. Dongeng


(37)

29

c) Legenda merupakan cerita kepahlawanan dari sosok tokoh yang dianggap

sakti, suci, atau memiliki kelebihan tertentu dibandingkan manusia pada umumnya. Meskipun jelas merupakan cerita yang bersifat imajinatif, karena biasa dihubungkan dengan peristiwa kesejarahan akhirnya legenda sering dianggap sebagai cerita yang seakan sungguh-sungguh pernah terjadi. Legenda yang dikenal mendunia

d) Mite merupakan cerita yang berkaitan dengan asal usul kehidupan

manusia, asal usul keberadaan suatu tempat yang berhubungan dengan kehidupan dewa-dewi maupun tokoh yang memiliki hubungan dengan kehidupan.

4) Fiksi sejarah merupakan cerita yang isinya memanfaatkan peristiwa

kesejarahan yang dibaurkan dengan cerita fiksi. Fiksi sejarah yang dikenal luas masyarakat di dunia adalah cerita tentang perjalanan Columbus.

5) Fiksi realistik merupakan cerita yang menggambarkan peristiwa dan cerita

yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Cerita tersebut mungkin berkaitan dengan kehidupan keluarga, perjalanan wisata, maupun peristiwa yang menggambarkan upaya pelaku memecahkan permasalahan yang tidak lazim.

6) Cerita fantasi dan fiksi ilmiah merupakan cerita yang menggambarkan

pelaku, peristiwa, maupun latar secara fantastis, dalam arti di luar nalar tetapi mampu menekan ketidakpercayaan pembaca sehingga sesuatu sungguh-sungguh tidak akan bisa terjadi dalam kehidupan nyata tergambarkan sebagai sesuatu yang seakan-akan bisa benar-benar terjadi. Cerita fantasi


(38)

30

tentang Kursi Ajaib. Cerita fantasi tidak dapat dilepaskan dari fiksi ilmiah, yaitu cerita yang berkaitan dengan fantasi tetapi di dalamnya memuat penggambaran realitas yang bersifat futuristik maupun penggambaran yang didasarkan pada konsep keilmuan.

Unsur-unsur Pembentuk Cerita anak anak adalah:

a. Tema adalah Gagasan, ide, atau pikiran utama yang mendasari suatu

cerita disebut tema. Atau gampangnya, tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam cerita. Tema merupakan jiwa dari seluruh bagian cerita. Karena itu, tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita. Tema ada yang dinyatakan secara eksplisit (disebutkan) dan ada pula yang dinyatakan secara implisit (tanpa disebutkan tetapi dipahami).

b. Amanat adalah ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh

pengarang melalui karyanya. Sebagaimana tema, amanat dapat disampaikan secara implisit yaitu dengan cara memberikan ajaran moral atau pesan dalam tingkah laku atau peristiwa yang terjadi pada tokoh menjelang cerita berakhir, dan dapat pula disampaikan secara eksplisit yaitu dengan penyampaian seruan, saran, peringatan, nasehat, anjuran, atau larangan yang berhubungan dengan gagasan utama cerita.

c. Tokoh adalah orang yang mengalami peristiwa-peristiwa dalam berbagai


(39)

31

pula berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Ada dua macam tokoh dalam sebuah cerita, yaitu :

Tokoh protagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai positif.

Tokoh antagonis, yaitu tokoh yang membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau menyampaikan nilai-nilai negatif.

d. Watak adalah sifat, perangai, kelakuan tokoh.

e. Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita. Alur dapat

disusun berdasarkan dua hal, yaitu:

Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus. Dimana cerita bergerak dari suatu titik dan kemudian berkembang sampai klimaks dan akhir atau penyelesaian cerita tersebut

Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur. Cerita dimulai dari suatu situasi yang merupakan akibat dari runtutan peristiwa sebelumnya. Penceritaan bergerak mundur mengurai setiap peristiwa yang menjadi penyebab situasi akhir tersebut.


(40)

32

f. Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan

dengan waktu, ruang, suasana, dan situasi terjadinya peristiwa dalam cerita. Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok:

Latar tempat, mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita.

Latar waktu, berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah cerita.

Latar sosial, mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial bisa mencakup kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta status sosial.

Latar Suasana adalah penjelasan mengenai suasana pada saat peristiwa terjadi. Latar suasana dapat berupa suasana menegangkan, lucu, bahagia, sedih, haru ataupun duka

C. Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) 1. Pengertian Model Cooperative Integrated Reading and Composition

Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC) dikembangkan pertama kali oleh Stevens, dkk.21 Model pembelajaran

21Miftahul Huda, Model- Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),


(41)

33

Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping. Model pembelajaran CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai model pembelajaran yang mengintegrasikannya suatu bacaan secara menyeluruh kemudian memngkomposisikannya menjadi

bagian-bagian yang penting.22

Dalam pembelajaran CIRC, setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman dan pengamalan belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi

dengan lingkungan.Manfaat model Cooperative Integrated Reading and

Composition (CIRC):

a. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, siswa mendapat

pengalaman baru dalam proses pembelajaran, selain itu model pembelajaran CIRC juga mengasah daya pikir siswa karena siswa akan dituntut lebih aktif dan selain itu juga dapat menghemat waktu.

22Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: AR-RUZZ


(42)

34

b. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, guru dapat dengan

mudah menyampaikan materi pelajaran, selain itu guru juga lebih kreatif dalam penyampaian materi serta dalam memotivasi peserta didik.

c. Dengan menggunakan model pembelajaran CIRC, sekolah akan lebih

bermutu karena peningkatan keberhasilan dari hasil belajar siswa.

2. Langkah-langkah Model Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC) :23

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

2) Guru memberikan wancana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.

3) Siswa bekerja sama, saling membacakan, menemukan ide pokok, memberi

tanggapan terhadap wacana/kliping, dan ditulis pada lembar kertas.

4) Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok

5) Guru membuat kesimpulan bersama

6) Penutup.

Berdasarkan langkah-langkah model CIRC, dapat terlihat tahapan-tahapan sebagai berikut :

23Hamzah B.Uno, dkk, Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hal 128


(43)

35

Tahap 1: Pengenalan konsep

Tahap ini, guru mulai mengenalkan konsep atau istilahbaru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru,buku paket, atau media lainnya.

Tahap 2: Eksplorasi dan aplikasi

Tahap ini memberi peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awal, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik sehingga mereka akan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasi.

Tahap 3: Publikasi

Tahapan ini, siswa mampu mengomuikaskan hasil temuan-temuan serta membuktikan dan memperagakan materi yang dibahas.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model CooperativeIntegrated Reading and Composition (CIRC)

a. Kelebihan Model CooperativeIntegrated Reading and Composition

(CIRC) adalah:24

24Miftahul Huda, Model- Model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),


(44)

36

1) pengalaman dan kegiatan siswa akan selalu relevan dengan tingkat

perkembangan siswa.

2) kegiatan yang dipilih sesuai dan bertolak dari minat dan kebutuhan

siswa.

3) Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil

belajar siswa akan dapat bertahan lebih lama.

4) Pembelajaran terpadu dapat menumbuh kembangkan keterampilan

berfikir siswa.

5) Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis

(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingkungan siswa.

6) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa ke

arah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna.

7) Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan kembangkan interaksi

sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek terhadap gagasan orang lain.

8) Membangkitkan motivasi belajar serta mempeluas wawasan dan


(45)

37

b. Kekurangan Model Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC)

Model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa sehingga tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran, seperti: matematika, fisika, kimia, dan mata pelajaran lain yang

menggunakan prinsip menghitung.25

25Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta: AR-RUZZ


(46)

65

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dipaparkan tentang hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo yang terkait dengan peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia materi cerita anak melalui model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa Kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo.

Lokasi penelitian ini dilakukan di MI Nurul Islam Jumputrejo yang bertempat di Jl. Madrasah No. 1 Desa Jumputrejo Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo dengan kode pos (61258). MI Nurul Islam ini terakreditasi (A) dengan nomor NSS (111235150122). MI Nurul Islam berdiri pada tahun 1979 sampai sekarang. Status tanahnya merupakan waqaf dengan luas tanah 500 M dan luas bangunan 300 M. Jumlah seluruh siswa yang ada di MI Nurul Islam adalah 156 dan memiliki guru sebanyak 11 orang termasuk kepala sekolah.

MI Nurul Islam memiliki visi yakni mewujudkan generasi yang berprestasi, beriman, bertaqwa, dan berakhlakul karimah. Sedangkan misi MI Nurul Islam yakni melaksanakan pembelajaran PAKEMI, menciptakan lingkungan Madrasah yang bersih dan nyaman untuk belajar, menyelenggarakan pembinaan bidang teknologi,


(47)

66

menyelenggarakan pembinaan seni dan olahraga, menyelenggarakan pembinaan kegiatan keagamaan, menumbuh-kembangkan sikap akhlakul karimah, membiasakan prilaku hidup sehat dan disiplin.

A. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan penilaian. Observasi dilakukan untuk mengamati aktifitas guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yag sedang berlangsung. Selain observasi, data diperoleh dari wawancara kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk menemukan gambaran tentang hasil belajar materi cerita anak yakni dalam mengidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan menyimpulkan isi cerita anak sebelum penerapan model Coperative Integreated Reading and Composition. Untuk penyajian data penilaian ini peneliti mengelompokkan tahap-tahap menjadi tiga kelompok yaitu

1. Tahap Pra Siklus 2. Tahap Siklus I, dan 3. Tahap Siklus II.

Berikut penyajian data pada tiap-tiap tahapnya:

1. Tahap Pra siklus

Pelaksanaaan kegiatan Pra Siklus dalam penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara, yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu Ibu Ana Mufidah, S.Pd.


(48)

67

Pelaksanaan kegiatan wawancara tersebut dilakukan pada hari Senin pada tanggal 23Februari 2015 pukul 09.30 WIB. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia terkait model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia serta hasil ulangan kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo pada materi Cerita anak.

Hasil wawancara dapat dijelaskan bahwa model yang sering digunakan adalah model pembelajaran langsung. Dalam model pembelajaran tersebut guru menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, tanya jawab dan penugasan. Kendala saat diterapkannya model pembelajaran langsung adalah banyak siswa yang mengobrol sendiri, mengantuk serta kurang antusiasnya siswa terhadap pembelajaran. Sehingga mengakibatkan banyak siswa yang kurang memahami materi cerita anak mengenai macam-macam cerita anak serta unsur-unsur unsur cerita anak. Sehingga ketika guru meminta siswa membaca dan memahami isi cerita anak untuk megidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan memyimpulkan isi cerita anak mereka mengalami kesulitan. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan hasil ulangan harian siswa. Dimana banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM sebesar 70.Sedangkan hasil belajar siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo dikatakan tuntas, jika nilai siswa sesuai dengan KKM yang ditentukan yaitu 70. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ulangan harian siswa kelas V. Diketahui bahwa hasil belajar siswa kurang memuaskan.


(49)

68

Hal ini dilihat dari jumlah siswa yang belum tuntas lebih banyak daripada jumlah jumlah siswa yang tuntas. Sebagaimana dapat di lihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Hasil Ulangan Harian Siswa Kelas V

No Nama Siswa Skor Hasil Belajar Keterangan

1 Andini Wahyu Oktavia 62 Tidak Tuntas

2 Arista Aprilia 64 Tidak Tuntas

3 Ayu Eka Cahyani 65 Tidak Tuntas

4 Azizah Arzy Khumaiyah 69 Tidak Tuntas

5 Dedik Siswanto 62 Tidak Tuntas

6 Didik Dwi Prasetyo 78 Tuntas

7 Fadhilatuz Salamah 70 Tuntas

8 Hilal Humam Al-Hamdani 60 Tidak Tuntas

9 M. Bagas Ariansyah 68 Tidak Tuntas

10 M. Irfandi 78 Tuntas

11 M. Agil Subakti 42 Tidak Tuntas

12 M. Faisul Anwar 69 Tidak Tuntas

13 M.Tegar Dwi .S. 72 Tuntas

14 1LKD\DWXV6D¶LGDK 69 Tidak tuntas

15 Nur Laili Lestari 75 Tuntas

16 Rifqiyah Hanif 64 Tidak Tuntas


(50)

69

18 Silvi Nadila Fardani 67 Tidak Tuntas

19 Siti Fatimawati Usman 60 Tidak Tuntas

20 M. Putra 45 Tidak Tuntas

Nilai (σܺ) 1307

Jumlah siswa secara keseluruhan (σܰ) : 20 Siswa

Jumlah siswa yang sudah tuntas : 5 Siswa

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 15 Siswa

Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V( ݔഥ)

ݔ ഥൌσܺ

σܰ ݔ ഥ=ͳ͵Ͳ͹

ʹͲ ݔ

ഥ=͸ͷǡ͵ͷ

Prosentase ketuntasan = σݏ݅ݏݓܽݕܽ݊݃ݐݑ݊ݐܽݏܾ݈݆݁ܽܽݎσݏ݅ݏݓܽ × 100% =ʹͲͷ ൈ ͳͲͲΨ=25 %

Prosentase siswa yang tidak tuntas = 100% - 25% = 75%

Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V adalah 65,35. Dari 20 siswa, hanya 5 siswa mencapai KKM dengan prosentase 25% sedangkan 15 siswa belum mencapai KKM dengan prosentase 75%. Dari prosentase ketuntasan yang didapatkan oleh siswa keberhasilan belajar siswa <55% yang menunjukkan kriteria TL (Tidak Lulus) atau gagal. Hal ini dikarenakan jumlah siswa yang tuntas lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang belum tuntas. Nilai tertinggi dari ulangan harian siswa adalah nilai 78 dan nilai terendah adalah nilai 42. Dikarenakan nilai ulangan harian siswa banyak yang belum tuntas maka perlu adanya tindakan perbaikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan


(51)

70

model pembelajaran CIRC yang diharapkan hasil belajar siswa meningkat atau sesuai KKM yang telah ditentukan yaitu 70.

2. Siklus I

Pada penelitian tindakan kelas ini, siklus I dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan dalam waktu 2x 30 menit. Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

a. Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana kegiatan yang akan dilakukan sebelum melakukan tindakan pada siklus I, berikut ini merupakan kegiatan yang dilakukan:

1) Menyiapkan RPP yang difokuskan pada perencanaan langkah-langkah

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran. Dalam rencana pembelajaran ini peneliti menggunakan model CIRC. Rencana tindakan juga dilengkapi dengan Lembar Kerja (LK) siswa

yang digunakan dalam penerapan model CIRC.

2) Menyiapkan instrumen pengumpulan data:

a) Lembar observasi aktifitas guru selama proses pembelajaran. b) Lembar observasi aktifitas siswa selama proses pembelajaran.


(52)

71

3) Menyiapkan soal tes hasil belajar sebagai penilaian hasil belajar secara individu untuk mengetahui tigkat keberhasilan hasil belajar dalam penerapan model pembelajaran CIRC.

b. Tindakan (Acting)

Pelaksanaan PTK ini dilakukan di MI Nurul Islam Jumputrejo Sidoarjo dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anak semester Genap pelajaran 2014/2015. Pelaksanaan tindakan Kelas pada siklus I dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2015 pukul 10.30-11.30. Subyek penelitian adalah siswa kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo dengan 20 siswa yag terdiri dari 9 perempuan dan 11 laki-laki.

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pelaksana pembelajaran yang telah dirancang untuk pembelajaran di kelas dan guru sebagai observer atau pengamat dari proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Proses belajar mengajar yang dilakukan mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dipersiapkan. Berikut ini adalah deskripsi kegiatan guru dan kegiatan siswa ketika proses pembelajaran pada siklus I.

Kegiatan awal pembelajaran, guru melakukan pengondisian kelas dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar para siswa. Setelah itu

JXUXEHUWDQ\DWHQWDQJNHVLDSDQVLVZDPHQHULPDSHODMDUDQ³$SDVXGDKsiap

PHQHULPD SHODMDUDQ"´ WDQ\D JXUX VHOXUXK VLVZD GHQJDQ NRPSDN GDQ VHPDQJDW PHQMDZDE ³VXGDK´ *XUX VHEHOXP PHPXODL SHPEHODMDUDQ


(53)

72

mengajak para siswa membaca basmalah. Sebelum masuk dalam materi guru menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini yaitu mengidentifikasi unsur-unsur cerita anak dan menyimpulkan isi cerita anak. Kemudian guru memotivasi seluruh siswa agar semangat belajar dengan menjelaskan manfaat dari mempelajari cerita anak.

Kegiatan inti guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang macam-macam cerita anak dan unsur-unsur cerita intrinsik cerita yang mereka ketahui dari pembelajaran yang sudah dilakukan. Seluruh siswa sangat antusias dengan pertayaan yang diajukan oleh guru setelah siswa menjawab pertanyaan. Guru menjelaskan secara detail tentang macam-macam cerita anak serta unsur-unsur cerita anak.

Setelah itu, guru membentuk 4 kelompok yang terdiri dari 5 siswa. Guru membagi kelompok dengan cara siswa secara bergantian mengambil kertas origami yag telah dilipat agar tidak kelihatan warnanya. Sesuai dengan warna kertas origami yag diambil siswa berkelompok. Kemudian guru membagikan teks cerita anak serta lembar soal dan lembar jawaban. Sebelum mereka mengerjakan tugas kelompok. Guru menjelaskan cara penyelesaian tugas mereka yaitu dengan menerapkan model CIRC yang dilakukan dengan cara mereka saling bergantian membacakan cerita anak, baru setelah itu mereka berdiskusi tentang jawaban dari soal yag diberikan, tentang unsur-unsur cerita anak dan menyimpulkan isi cerita anak yang


(54)

73

mereka baca. Setelah mereka saling membacakan cerita anak, mereka berdiskusi secara kelompok serta menyelesaikan tugas mereka.

Guru secara acak akan menunjuk 1 perwakilan masing-masing kelompok untuk menjelaskan hasil diskusi mereka. Setelah semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Guru meluruskan hasil diskusi. Kemudian guru dan siswa menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan. Untuk mengetahui kemampuan masing-masing siswa, peneliti memberikan soal tulis individu yang berupa uraian. Soal tersebut akan menentukan seberapa jauh pemahaman siswa terhadap cerita anak dari penerapan model CIRC yang telah dilakukan dalam diskusi kelompok. Dalam mengerjakan soal tersebut masih banyak siswa yang bertanya. Setelah mengerjakan soal tersebut siswa diminta untuk mengumpulkan hasilnya kepada guru. Setelah itu guru merefleksikan hasil perkerjaan mereka dengan melakukan tanya jawab mengenai soal yang mereka anggap sulit atau yang kurang mereka pahami.

Pada kegiatan penutup, siswa dan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari secara bersama-sama, kemudian guru meminta salah satu

VLVZD XQWXN PHPLPSLQ GR¶D SXODQJ GDQ JXUX PHQJDNhiri pembelajaran


(55)

74

c. Observasi

Observasi ini dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan observasi ini peneliti dapat mengetahui aktifitas siswa dan guru saat pembelajaran dengan menggunakan model CIRC.

1) Observasi Aktivitas Guru

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, observer mengamati aktifitas guru dengan menerapkan model pembelajaran CIRC. Hasil observerasi dapat di lihat pada Tabel 4.2:

Tabel 4.2

Hasil Observasi Aktifitas Guru pada Siklus I

No Kegiatan Kreteria setiap Aspek Skor Hasil

1. Pendahuluan - Menyampaikan

tujuan pembelajaran

a. guru tidak menjelaskan tujuan pembelajaran

1

b. Guru menyampaikan tujuan secara umun umum sehingga sulit menentukan apakah siswa tahu yang akan dicapai dari suatu pembelajaran

2

c. Guru menyampaikan tujuan secara spesifik tetapi kurang jelas

3 —

d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas sehingga siswa mengetahui yang akan dicapai dalam pembelajaran

4

- Guru memotovasi siswa dengan

Guru tidak memotivasi saat awal pembelajaran


(56)

75 menyampaikan manfaat mempelajari berbagai macam bercerita anak

Guru jarang memotivasi saat awal pembelajaran

2 —

Guru sering memberikan motivasi saat awal pembelajaran tetapi

3

Guru selalu memberikan motivasi saat awal pembelajaran

4

3. Kegiatan Inti

- Guru melakukan tanya jawab

Guru tidak melakukan tanya jawab 1

Guru jarang melakukan tanya jawab 2

Guru sering melakukan tanya jawab 3 —

Guru selalu melakukan yanya jawab 4

- Guru

menjelaskan materi

Guru tidak menjelaskan materi cerita anak

1

Guru menjelaskan sebagian materi yaitu unsur-unsur cerita anak dan macam-macam cerita anak

2

Guru menjelaskan seluruh unsur-unsur cerita dan macam-macam cerita anak tetapi kurang jelas.

3 —

Guru menjelaskan seluruh unsru-unsur cerita anak dan cerita anak secara jelas

4 - Guru menjelaskan cara penerapan model pembelajaran CIRC

Guru tidak menjelaskan cara penerapan model pemelajaran CIRC

1

Guru menjelaskan penerapan model pembelajaran CIRC tetapi kurang jelas dan terlalu singkat sehingga siswa tidak paham


(57)

76

Guru menjelaskan penerapan model pembelajaran CIRC sudah cukup jelas tetapi terlalu singkat sehingga sebagian siswa tidak paham

3 —

Guru menjelaskan penerapan model pembelajaran CIRC sudah jelas dan tidak terlalu singkat sehingga seluruh siswa paham dengan penerapannya.

4 - Guru memberikan lembar kerja kelompok kepada masing-masing kelompok untuk diselesaikan dengan menerapkan model CIRC

Guru tidak memberikan LK kepada masing-masing kelompok

1

Guru memberikan LK tetapi tidak diselesaikan dengan menerapkan model CIRC

2

Guru memberikan LK tetapi sebagian kelompok diselesaikan dengan menerapkan model CIRC

3 —

Guru memberikan LK dan diselesaikan dengan menerapkan model CIRC

4 - Guru mengintruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi

Guru tidak mengintruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi

1

Guru mengintruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi tetapi kurang jelas sehingga seluruh kelompok tidak memahami

2

Guru mengintruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi secara jelas tetapi sebagian kelompok kurang memahami


(58)

77

Guru mengintruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi dengan sangat jelas sehingga seluruh kelompok memahaminya.

4

- Guru meluruskan hasil diskusi kelompok

Guru tidak meluruskan hasil diskusi kelompok

1

Guru meluruskan hasil diskusi kelompok terlalu singkat

2

Guru meluruskan hasil diskusi kelompok secara detail tetapi siswa kurang memahami penjelasan guru

3 —

Guru meluruskan hasil diskusi kelompok secara detail dan siswa memahami penjelasannya.

4

6 Penutup

- Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan

pembelajaran yang dilakukan

Guru tidak mengajak siswa menyimpulkan pembelajaran yang dilakukan

1

Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah melakukan tetapi kurang jelas sehingga seluruh tidak memahami.

2

Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah melakukan dengan jelas tetapi sebagian siswa tidak memahami

3 —

Guru mengajak siswa untuk


(59)

78

melakukan dengan jelas dan seluruh siswa memahaminya.

Skor perolehan 26

Nilai hasil observasi guru = Skor yang diperoleh

Skor Maksimal

= 26

36

Nilai hasil observasi guru (NA)= 72,2

Data hasil observasi guru dalam mengola pembelajaran

menunjukkan bahwa skor yang diperolah yakniʹ͸ dengan nilai hasil

observasi guru adalah 72,2 dari jumlah skor idealnya adalah 36. Berdasarkan hasil observasi tersebut, menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam melakukan proses pembelajaran belum berhasil. Hal ini dikarenakan hasil rata-rata hasil observasi guru yang didapat belum mencapai indikator yang ditentukan yakni 80. Sehingga perlu adanya perbaikan pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran selanjutnya.

2) Observasi Aktivitas Siswa

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, observer mengamati aktifitas siswa selama pembelajaran yang dilakukan dengan menerapkan model

X 100


(60)

79

pembelajaran CIRC. Hasil observasi dapat di lihat pada Tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Hasil Observasi Aktifitas Siswa padaSiklus I

No Indikator yang

Diamati

Kriteria Setiap Asek Skor Hasil

1. Pendahuluan - Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Siswa tidak mendengarkan tujuan

pembelajaran yang disampaikan oleh guru 1

Sebagian kecil siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru

2 —

Sebagian besar siswa mendengarkaan tetapi masih ada siswa yang tidak mendengarkan tujuan pembelajaran disampaikan

3

Seluluh siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan dengan serius 4 - memusatkan perhatian terhadap penyampaian manfaat mempelajari cerita anak

Siswa tidak memperhatikan penyampaian

manfaat mempelajari cerita aak 1

Sebagian kecil siswa memperhatikan penyampaian manfaat mempelajari cerita anak tetapi masih banyak siswa yang tidak memperhatikan

2

Sebagian besar siswa memperhatikan


(61)

80

anak hanya sedikit siswa yang tidak memperhatikan

Seluruh siswa memperhatikan penjelasan

materi 4

2. Kegiatan Inti - Siswa menjawab

pertanyaan dari guru

Siswa tidak semangat menjawab

pertanyaan 1

Sebagian kecil siswa semangat menjawab pertanyaan tetapi banyak siswa yang tidak semangat

2

Sebagian besar siswa semangat menjawab pertanyaan

3

— Seluruh siswa semangat menjawab

pertayaan 4 - Memusatkan

perhatian terhadap

penjelasan materi

Siswa tidak memperhatikan penjelasan materi 1 Sebagian kecil siswa memperhatikan pejelasan materi yang ada tetapi masih banyak siswa yang tidak memperhatikan

2

Sebagian besar siswa memperhatikan penjelasan materi hanya sedikit siswa yang tidak memperhatikan

3 —

Seluruh siswa memperhatikan penjelasan

materi 4

- Siswa

mendengarkan penjelasan cara penerapan model CIRC

Siswa tidak mendengarkan penjelasan

cara menerapkan model CIRC 1

Sebagian kecil siswa mendengarkan penjelasan cara penerapan model CIRC tetapi kurang antusias


(62)

81

Sebagian besar siswa mendengarkan penjelasan cara penerapan model CIRC dengan antusias

3

Seluruh siswa mendengarkan penjelasan cara penerapan model CIRC dengan antusias dan semangat

4

- Siswa secara berkelompok

melakukan unjuk kerja dalam menyelesaikan

soal tentang cerita anak dengan menerapkan

model CIRC

Siswa secara berkelompok tidak melaksanakan unjuk kerja dalam menyelesaikan soal tentang cerita anak sesuai dengan model CIRC

1

Sebagian kecil kelompok melaksanakan unjuk kerja mengidentifikasi unsur-unsur cerita rakyat sesuai dengan model CIRC

2

Sebagian besar kelompok melaksanakan unjuk kerja dalam menyelesaikan soal tentang cerita anak sesuai dengan model CIRC

3 —

Seluruh siswa dalam kelompok melaksanakan unjuk kerja dalam menyelesaikan soal tentang cerita anak sesuai dengan model CIRC

4

Respon kelompok terhadap intruksi presentasi kelompok setelah diskusi

Siswa tidak merespon sedikitpun intruksi guru untuk melakukan presentasi setelah diskusi kelompok

1

Sebagian siswa memberikan respon terhadap intruksi guru untuk melakukan presentasi setelah diskusi kelompok tetapi kurang kompak dan semangat


(63)

82

Seluruh siswa memberikan respon terhadap interuksi guru untuk presentasi setelah melakukan diskusi kelompok tetapi kurang kompak dan semangat

3 —

Seluruh siswa memberikan respon terhadap intruksi guru untuk presentasi setelah melakukan diskusi kelompok dengan kompak dan semangat

4

Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang hasil dikusi

yang telah dilakuakan

Siswa tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi yang telah dilakukan.

1

Sebagian kecil siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi yang telah dilakukan.

2

Sebagian besar siswa mendengarkaan tetapi masih ada siswa yang tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi yang telah dilakukan

3

—

Seluluh siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi yang telah dilakukan dengan serius

4

3 Kegiatan Penutup

- Respon siswa terhadap ajakan guru untuk menyimpulkan

pembelajaran

Siswa tidak merespon sedikitpun ajakan

guru untuk menyimpulka pembelajaran 1

Sebagian siswa memberikan respon terhadap ajakan guru untuk mrnyimpulkan pembelajaran tetapi kurang semangat dan serius


(64)

83

Seluruh siswa memberikan respon menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan dengan semangat tetapi tidak serius

3

—

Seluruh siswa memberikan respon terhadap ajakan guru untuk mennyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan dengan serius dan semangat

4

Skor yang diperoleh 25

Nilai hasil observasi guru = Skor yang diperoleh Skor Maksimal

= 25

36

Nilai hasil observasi guru (NA)= 69,4

Data observasi aktivitas siswa pada proses pembelajaran pada siklus I menunjukkan bahwa skor yang diperoleh adalah 25 dengan nilai hasil observasi 69,4 dari jumlah skor idealnya adalah 36.Dari hasil observasi tersebut, menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran dapat dikatakan belum maksimal.Hal ini dikarenakan nilai hasil observasi siswa yang didapatkan belum mencapai indikator yang telah ditentukan yakni 80

X 100


(65)

84

sehingga perlu adanya perbaikan pada proses pembelajaran yang selanjutnya. 3) Hasil belajar siswa

Untuk mengetahui hasil belajar siswa, peneliti memberikan penilaian non tes (Performace) dan tes tulis yang berhubungan dengan materi cerita anak pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

a) Penilaian performance

Penilaian performance ini diberikan kepada para siswa saat diskusi kelompok dengan menerapkan model CIRC. Berikut ini Hasil penilaian performance siswa kelas V. sebagimana dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4

Hasil Penilaian PerformanceSiswa Kelas V pada Siklus I

No. Kelompok merah

Aspek yang dinilai

Nilai KET

A B C D

1 Arista Aprilia 2 2 2 2 ͺ

ͳʹ×100 = 67 Tidak Tuntas

2 Ayu Eka Cahyani 2 3 2 2 ͻ

ͳʹ×100 = 75 Tuntas

3 Dedik Siswanto 2 3 2 2 ͻ

ͳʹ×100 = 75 Tuntas

4 Shinta Ilma 2 3 2 2 ͻ


(66)

85

5 M. Putra 1 2 2 2 ͹

ͳʹ×100 = 58 Tidak Tuntas

Kelompok Kuning

6 Fadhilatuz Salamah 1 2 3 2 ͺ

ͳʹ×100 = 67 Tidak Tuntas

7 Hilal Humam

Al-Hamdani

2 3 3 2 ͳͲ

ͳʹ×100 = 83 Tuntas

8 M. Faisul Anwar 2 2 3 2 ͻ

ͳʹ×100 = 75 Tuntas

9 M.Tegar Dwi .S. 2 2 3 2 ͻ

ͳʹ×100 = 75 Tuntas

10 Nur Laili Lestari 2 3 3 2 ͳͲ

ͳʹ×100 = 83 Tuntas

Kelompok Hijau

11 Azizah Arzy

Khumaiyah

2 3 2 2 ͻ

ͳʹ×100 = 75 Tuntas

12 M. Bagas Ariansyah 2 3 2 2 ͻ

ͳʹ×100 = 75 Tuntas

13 M. Irfandi 2 3 2 2 ͻ

ͳʹ×100 = 75 Tuntas

14 1LKD\DWXV6D¶GLDK 2 2 2 2 ͺ

ͳʹ×100 = 67 Tidak Tuntas

15 M. Agil Subakti 1 2 2 2 ͹

ͳʹ×100 = 58 Tidak tuntas

Kelompok Biru

16 Andini Wahyu

Oktavia

2 1 3 2 ͺ

ͳʹ×100 = 67 Tidak Tuntas

17 Didik Dwi Prasetyo 2 3 3 2 ͳͲ


(67)

86

18 Rifqiyah Hanif 2 3 3 2 ͳͲ

ͳʹ×100 = 75 Tuntas

19 Silvi Nadila Fardani 1 2 3 2 ͺ

ͳʹ×100 = 75 Tuntas

20 Siti Fatimawati

Usman

2 2 3 2 ͻ

ͳʹ×100 = 83 Tuntas

Total nilai performance 1460

Keterangan:

Aspek penilaian A : Intonasi saat membacakan cerita anak Aspek penilaian B : Kelancaran

Aspek penilaian C : Hasil diskusi setelah membacakan cerita anak Aspek penilaian D : Presentasi

Jumlah siswa secara keseluruhan (σܰ) : 20 Siswa

Jumlah siswa yang sudah tuntas : 14 Siswa

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 6 Siswa

Nilai rata-rata performace siswa kelas V( ݔഥ)

ݔҧ ൌ

σ ௑

σ ே

ݔҧ

=

ଵସ଺଴

ଶ଴

ݔҧ

=͹͵

Prosentase ketuntasan = ଵସ

σ ଶ௢

×

100%

=ͳͶ

ʹͲൈ ͳͲͲΨ=70 % (Cukup)

Prosentase siswa yang tidak tuntas= 100% - 70% = 30%


(68)

87

Berdasarkan tabel 4.4 di atas diketahui bahwa hasil penilaian performance siswa kelas V saat diskusi kelompok mendapatkan rata-rata ͹͵ dari 20 siswa, hanya 14 siswa dengan prosentase 70% telah memenuhi KKM. Sedangkan 6 siswa dengan prosentase 30% tidak memenuhi KKM.

b) Tes Tulis

Tes tulis ini diberikan kepada setiap siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. berikut ini hasil tes tulis siswa kelas V. sebagimana dapat dilihat di tabel 4.5:

Tabel 4.5

Hasil Nilai Tes Tulis pada Siswa siklus I

No Nama Siswa Skor Hasil Belajar Keterangan

1 Andini Wahyu Oktavia 70 Tuntas

2 Arista Aprilia 75 Tuntas

3 Ayu Eka Cahyani 78 Tuntas

4 Azizah Arzy Khumaiyah 80 Tuntas

5 Dedik Siswanto 80 Tuntas

6 Didik Dwi Prasetyo 78 Tuntas

7 Fadhilatuz Salamah 77 Tuntas

8 Hilal Humam Al-Hamdani 59 Tidak Tuntas

9 M. Bagas Ariansyah 80 Tuntas

10 M. Irfandi 55 Tidak tuntas

11 M. Agil Subakti 69 Tidak tuntas


(69)

88

13 M.Tegar Dwi .S. 80 Tuntas

14 1LKD\DWXV6D¶LGDK 78 Tuntas

15 Nur Laili Lestari 81 Tuntas

16 Rifqiyah Hanif 50 Tidak Tuntas

17 Shinta Ilma 63 Tuntas

18 Silvi Nadila Fardani 79 Tuntas

19 Siti Fatimawati Usman 73 Tuntas

20 M. Putra 60 Tidak Tuntas

Total Nilai 1438

Jumlah siswa secara keseluruhan (σܰ) : 20 Siswa

Jumlah siswa yang sudah tuntas : 15 Siswa

Jumlah siswa yang tidak tuntas : 5 Siswa

Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas V( ݔഥ)

ݔҧ ൌ

σ ௑

σ ே

ݔҧ

=

ଵସଷ଼

ଶ଴

ݔҧ

=͹ͳǡͻ

Prosentase ketuntasan = σ ௦௜௦௪௔௬௔௡௚௧௨௡௧௔௦௕௘௟௔௝௔௥

σ ௦௜௦௪௔

×

100%

=ͳͷ

ʹͲൈ ͳͲͲΨ=75 % (Cukup)

Prosentase siswa yang tidak tuntas = 100% - 75% = 25%

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa hasil penilaian tes tulis pada siklus I rata-rata yang didapatkan seluruh siswa kelas V adalah ͹ͳǡͻ dari 20 siswa, 15 dengan prosentase 75% telah memenuhi


(70)

89

KKM. Sedangkan 5 siswa dengan prosentase 25% tidak memenuhi KKM. Berikut ini tabel rekapitulasi hasil belajar siswa pada siklus I yang diperoleh dari nilai performancedan tes tulis. Sebagaimana dapat dilihat di Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6

Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Siklus I

N0 Nama siswa L/P

Hasil Nilai

Akhir

Keterangan Nilai

performace

Nilai tes tulis

1 Andini Wahyu Oktavia P 67 70 69 Tidak Tuntas

2 Arista Aprilia P 67 75 71 Tuntas

3 Ayu Eka Cahyani P 75 78 77 Tuntas

4 Azizah Arzy Khumaiyah P 75 80 78 Tuntas

5 Dedik Siswanto L 75 80 78 Tuntas

6 Didik Dwi Prasetyo L 83 78 81 Tuntas

7 Fadhilatuz Salamah P 67 77 72 Tuntas

8 Hilal Humam

Al-Hamdani

L 83 59 71 Tuntas

9 M. Bagas Ariansyah L 75 80 78 Tuntas

10 M. Irfandi L 75 55 65 Tidak Tuntas

11 M. Agil Subakti L 58 69 64 Tidak Tuntas

12 M. Faisul Anwar L 75 73 74 Tuntas


(1)

123

PHQGDSDW QLODL • ..0 GQ GLNDWDNDQ WXQWDV 6HGDQJNDQ3 siswa atau 15% siswa mendapat nilai dibawah KKM Untuk menggambarkan

jumlah siswa yang tuntas pada siklus II dapat dilihat pada diagram

berikut ini:

Diagram 4.5 Hasil Belajar Siswa Siklus II

D. Perbandingan Peningkatan Hasil Belajar setiap Siklus

Hasil yang diperoleh dari hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan

siklus II mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat diketahui

dri peningkatan jumlah siswa yang yag mendapat nilai sesuai dengan KKM yang

telah ditetapkan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari diagram berikut ini

0 5 10 15 20

siswa tuntas siswa tidak tuntas


(2)

124

Diagram 4.6

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

Dari diagram di atas diketahui bahwa jumlah siswa yang tuntas mengalami

peningkatan pada setiap siklusnya. Pada pra siklus jumlah siswa yag tuntas

sebanyak 5 siswa, pada siklus I sebanyak 14 siswa dan pada siklus II sebanyak 17

siswa. Hal tersebut membuktikan bahwa mode Cooperative Integreted Reading

and Compotison meningkatkan hasil belajar siswa.

0 5 10 15 20


(3)

125

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan selama dua siklus dengan menerapkan model Cooperative Integreted Reading and Compotison diperoleh data yang telah dianalisis sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Penerapan model Cooperative Integreted Reading and Compotison pada proses pembelajaran di kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo pada Bahasa Indonesia materi cerita anak dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi guru dan hasil observasi siswa. Hasil observasi guru pada siklus I adalah , dan hasil observasi pada siklus II adalah 94,4. Sedangkan hasil observasi siswa pada siklus I adalah 69,4 dan hasil observasi pada siklus II adalah 88,8. Dalam proses pembelajaran guru dan siswa mampu menerapkan model Cooperative Integreted Reading and

Compotison meskipun dalam penerapannya masih ada kekurangan

b. Hasil belajar siswa setelah diterapkan model Cooperative Integreted Reading and Compotison pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi cerita anak di kelas V MI Nurul Islam Sidoarjo terbukti dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar pada setiap siklusnya. Pada pra siklus nilai rata-rata yang didapatkan siswa adalah ,


(4)

126

dengan prosentase ketuntasan 25% (TT), pada siklus I nilai rata-rata , dengan presentase ketuntasan 70% (Cukup) karena pada siklus I belum memenuhi indikator yang ditetapkan maka dilakukan siklus II. Pada siklus II nilai rata-ratanya 80,95 dengan prosentase ketuntasan 85% (Baik). Dalam setiap siklusnya mengalami peningkatan, pada pra siklus ke siklus I mengalami peningkatan sebesar 45% sedangakan pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 15%.

B. Saran

1. Dalam setiap kegiatan pembelajaran sebaiknya guru menerapkan bermacam-macam model pembelajaran sehingga siswa tidak bosan saat pembelajaran. hal ini dikarenakan kondisi siswa yang kurang diberi variasi model pembelajaran dalam setiap pembelajaran.

2. Pada proses pembelajaran, para guru diajurkan melibatkan seluruh siswa sehingga seluruh siswa aktif dalam pembelajaran. Guru juga dianjurkan untuk memberikan siswa kesempatan untuk mencari pengatahuan sendiri baik dengan membaca dari buku atau internet. Diharapkan siswa akan lebih lama dalam mengingat pengetahuan yang mereka cari sendiri.


(5)

127

DAFTAR PUSTAKA

B.P Sitepu. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran, Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Darmiyati, Zuchdi. 2007 Strategi Meningkatkan Kemampuan Membaca.

Yogyakarta:UNY Press.

Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rieneka Cipta

Hamzah B.Uno, dkk. 2011. Belajar dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Lingkungan Kreatif Efektif Menarik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamzah B dan Nurdin M.2011. Belajar dengan Pendekatan PIKEM. Jakarta:Bumi Aksara.

Harun Mohd dkk. 2007. Pembelajaran Bahasa Indonesia, Universitas Syiah Kuala Lumpur Banda Aceh

Jihad Dan Haris. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogjakarta: Multi Presindo

Kunandar.2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Miftahul Huda Miftahul. 2013. Model- Model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Purwanto Ngalim. 2012. Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Rahim Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : PT Bumi Aksara

Rusyana Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan, Bandung : CV Diponegoro

Standar Isi Permendiknas no 22 dan 23 tahun 2006

Sudjana Nana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja ___________. 1989. Dasar- Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Dunia.


(6)

128

Suharsimi Arikunto, Suhardjono dkk. 2011 Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka

Shoimin Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA

TIM LAPIS PGMI. Evaluasi Pembelajran. Surabaya: Amanah Pustaka paket 3 _______________Penelitan Tindakan Kelas.Surabaya: amanah pustaka paket 3

______________ Evaluasi Pembelajaran.Surabaya : Amanah Pustaka paket 6

______________ Pembalajaran Bahasa Indonesia 1. Surabaya: Amanah Pustaka paket 7

Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia gitamedia prees

Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pembelajaran.201. 1Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KEMBALI ISI CERITA MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) MENGGUNAKAN MEDIA KOMIK SISWA KELAS V SDN SEKARAN 02

0 8 262

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Strategi Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesi

0 0 16

PENERAPAN STRATEGI COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL Penerapan Strategi Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

0 0 12

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Bahasa Indonesia Melalui Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Siswa Kelas IV Sd N 1

0 1 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INTENSIF BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND Peningkatan Kemampuan Membaca Intensif Bahasa Indonesia Melalui Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (Circ) Siswa Kelas IV Sd N 1

0 0 16

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI CERITA PENDEK MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS V SD 3 JARAKAN.

0 3 203

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI METODE COOPERATIVE, INTEGRATED, READING, AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS V MI ROUDLOTUL BANAT SIDOARJO.

0 0 116

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN MATERI CERITA PENDEK MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION SISWA KELAS V MI MAMBAUL ULUM JOMBANG.

0 0 96

MIND MAPPING DAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)KELAS V

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA PADA MATERI KARAKTERISTIK ZAT

0 2 19