Koefisien Fenol Beberapa Pembersih Lantai Terhadap Staphylococcus aureaus dan Escherichia coli.

(1)

iv ABSTRAK

KOEFISIEN FENOL BENZALKONIUM KLORIDA 1,5% DAN PINE OIL 2,5% DALAM LARUTAN PEMBERSIH LANTAI TERHADAP

Staphylococcus aureus DAN Escherichia coli

Lindawaty Valentina, 2012

Pembimbing I : dr. Widura, M.S.

Pembimbing II : dr. Wenny Waty, M.Pd.Ked

Saat ini banyak beredar produk pembersih lantai dengan berbagai kandungan zat disinfektan di pasaran yang oleh produsennya diakui dapat membunuh kuman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai koefisien fenol sampel pembersih lantai dengan kandungan benzalkonium klorida 1,5% dan sampel lain yang mengandung pine oil 2,5% terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Suatu disinfektan dianggap efektif bila keofisien fenolnya lebih besar dari 1. Metode yang dipakai adalah eksperimental laboratorik dengan uji koefisien fenol untuk membandingkan aktivitas antiseptik kedua sampel pembersih lantai. Sampel yang diuji diencerkan dalam berbagai konsentrasi dan dicampurkan dengan suspensi S. aureus dan E. coli Setelah berbagai interval waktu di menit-menit tertentu, akan diperiksa ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri pada medium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik sampel X maupun Y yang diuji terhadap S. aureus memiliki koefisien fenol masing-masing adalah 1,33 dan 1,75. Sedangkan koefisien fenol terhadap E. coli adalah 1,67 untuk sampel X dan 2 untuk sampel Y.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sampel pembersih lantai yang diuji cukup baik daya antibakterinya dan sampel Y lebih efektif baik terhadap S. aureus maupun E. coli.

Kata Kunci : koefisien fenol, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, benzalkonium klorida, pine oil


(2)

ABSTRACT

THE PHENOL COEFFICIENT OF BENZALKONIUM CHLORIDE 1,5% AND PINE OIL 2,5% IN FLOOR CLEANERS AGAINST

Staphylococcus aureus and Escherichia coli

Lindawaty Valentina Legowo, 2012 Tutor I : dr. Widura, M.S.

Tutor II : dr. Wenny Waty, M.Pd.Ked

Nowadays, many floor cleaner products claim themselves as a disinfectant effective in killing bacteria.

The objective of this study is to reveal the phenol coefficient of 2 floor cleaners X and Y which consist of benzalkonium chloride 1,5% and pine oil 2,5% respectively. Staphylococcus aureus and Escherichia coli were used as the test bacteria.

The antiseptic activity of those floor cleaner samples were tested by phenol coefficient test in laboratory experiments. The samples are diluted serially and mixed with Staphylococcus aureus or Escherichia coli suspension. After various intervals of time, the presences of bacterial growth in the mixtures were observed. The result showed that the phenol coefficient of sample X against Staphylococcus aureus and Escherichia coli is 1,33 and 1,67 respectively. While sample Y’s phenol coefficient is 1,75 against Escherichia coli and 2 against Escherichia coli.

In conclusion, both tested samples have a good antiseptic effect but sample Y is more effective than sample X against S. aureus or E. coli.

Kata Kunci : phenol coefficient, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, benzalkonium chloride, pine oil


(3)

viii

DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3

1.6 Metodologi Penelitian ... 5

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Disinfektan dan Antiseptik ... 6

2.1.1 Evaluasi Disinfektan dan Antiseptik ... 8

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Antiseptik dan Desinfektan ... 10

2.2 Macam Kandungan Antiseptik Untuk Pembersih Lantai ... 11

2.2.1 Benzalkonium Klorida ... 11

2.2.2 Pine Oil ... 12

2.2.3 Kresol ... 13

2.3 Staphylococcus aureus ... 14


(4)

2.3.2 Struktur Antigen ... 15

2.3.3 Enzim dan Toksin ... 16

2.3.4 Patogenitas ... 19

2.3.5 Epidemiologi ... 20

2.4 Escherichia coli ... 20

2.4.1 Morfologi dan Identifikasi ... 21

2.4.2 Struktur Antigen ... 21

2.4.3 Patogenitas ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian... 25

3.2 Bahan Penelitian ... 25

3.2.1 Bahan Uji ... 25

3.2.2 Bakteri Uji ... 25

3.2.3 Bahan Lain ... 25

3.3 Prosedur Penelitian ... 25

3.3.1 Persiapan Pengenceran Sampel Antiseptik ... 25

3.3.2 Persiapan Bakteri Uji ... 26

3.4 Formula Perhitungan Koefisien Fenol ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 33

5.2 Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 37


(5)

x

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 2. 1 Beberapa Golongan Antiseptik Secara Umum

... ….7 Tabel 2. 2 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Efektivitas Disinfektan dan

Antiseptik

... ….11 Tabel 2. 3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan S. aureus

... ….15 Tabel 4. 2 Waktu Bunuh Rata-rata Fenol dan Sampel X terhadap Staphylococcus

aureus

... ….28 Tabel 4. 2 Waktu Bunuh Rata-rata Fenol dan Sampel Y terhadap Staphylococcus

aureus

... ….29 Tabel 4. 3 Waktu Bunuh Rata-rata Fenol dan Sampel X terhadap Escherichia

coli

... ….30 Tabel 4. 4 Waktu Bunuh Rata-rata Fenol dan Sampel Y terhadap Escherichia

coli

... ….31 Tabel 4. 5 Koefisien Fenol Pembersih Lantai Terhadap S. aureus dan E. coli ... ….31


(6)

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1 Struktur Kimia Komponen Kresol ... 13 Gambar 2.2 Struktur Dinding Sel Staphylococcus aureus ... 16 Gambar 2.3 Struktur Dinding Sel Escherichia coli ... 22


(7)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1 Fenol 5%, sampel X dan sampel Y ... 37

Lampiran 2 Suspensi Staphylococcus aureus ... 37

Lampiran 3 Suspensi Escherichia coli ... 38


(8)

LAMPIRAN

1. Fenol 5%, sampel X dan sampel Y


(9)

38

3. Suspensi Escherichia coli


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Kebersihan lantai merupakan salah satu indikasi kebersihan suatu tempat secara umum dan dapat dikaitkan dengan penularan berbagai penyakit ataupun penyebaran mikroorganisme. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan lantai. Contohnya, kebiasaan melepas sepatu sebelum masuk ke rumah dapat mengurangi penyebaran mikroorganisme penyebab infeksi mata, perut dan paru-paru (Pohla, 2008).

Selain kebiasaan tersebut, masyarakat juga menggunakan cairan pembersih lantai untuk menjaga kebersihan lantai. Cairan pembersih lantai memiliki berbagai macam komposisi; antara lain air, pewarna, pewangi dan zat disinfektan.

Disinfektan adalah produk atau biosida yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam maupun di permukaan suatu benda mati. Zat ini tidak harus bersifat sporosidal, melainkan sporostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan kuman. Antiseptik adalah produk atau biosida yang dapat menghancurkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme di dalam maupun permukaan suatu jaringan hidup (Brooks et al., 2007). Beberapa disinfektan yang biasa digunakan sebagai pembersih lantai adalah lysol (klorofenol dan kresol), karbol (fenol) dan kreolin (Rasmika Dewi Dap dkk., 2008).

Zat disinfektan dalam cairan pembersih lantai akan membunuh mikroorganisme yang terdapat di lantai. Mikroorganisme tersebut antara lain adalah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella sp. dan lain-lain (Rasmika Dewi Dap dkk., 2008). Beberapa penelitian membuktikan bahwa Escherichia coli (E. coli) termasuk salah satu bakteri yang paling sering ditemukan di lantai (Nurina Susanti Listyawati, 2007; Rasmika Dewi Dap dkk., 2008). Selain itu, Staphylococcus aureus (S. aureus) merupakan salah satu bakteri yang sering ditemukan di berbagai tempat, antara lain: permukaan benda, baju, lantai, tanah, rumah sakit, bahkan pada kulit manusia, dan


(11)

2

bersifat patogen bagi manusia (Brooks et al., 2007). Berdasarkan uraian tersebut, S. aureus & E. coli menjadi pilihan untuk digunakan sebagai bakteri uji pada penelitian ini.

Banyak cairan pembersih lantai di pasaran yang oleh produsen diakui dapat membunuh kuman, namun perlu diuji kebenarannya. Di lain pihak, suatu produk yang menjadi pilihan tentunya adalah yang paling ampuh dalam membunuh kuman. Pengujian koefisien fenol merupakan suatu uji baku efektivitas suatu disinfektan yang umum dilakukan & telah distandardisasi oleh British Standard 5197: 1976 (Universitas Padjadjaran, 2007). Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin mengetahui koefisien fenol beberapa sampel cairan pembersih lantai yang mencantumkan zat disinfektan sebagai salah satu kandungannya dan sebagai bakteri uji dipilih S. aureus dan E. coli.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

 Berapa koefisien fenol sampel pembersih lantai yang mengandung benzalkonium klorida 1,5% dengan bakteri uji Staphylococcus aureus  Berapa koefisien fenol sampel pembersih lantai yang mengandung

benzalkonium klorida 1,5% dengan bakteri uji Escherichia coli

Berapa koefisien fenol sampel pembersih lantai yang mengandung pine oil 2,5% dengan bakteri uji Staphylococcus aureus

Berapa koefisien fenol sampel pembersih lantai yang mengandung pine oil 2,5% dengan bakteri uji Escherichia coli

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk menguji koefisien fenol benzalkonium klorida 1,5% dan pine oil 2,5% dalam beberapa sampel pembersih lantai yang beredar di pasaran dengan bakteri uji Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.


(12)

3

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas daya antibakteri sampel-sampel pembersih lantai di pasaran yang mengandung benzalkonium klorida 1,5% dan pine oil 2,5%.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademik dari penelitian ini adalah mengetahui koefisien fenol pembersih lantai yang memiliki daya antibakteri lebih tinggi terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan informasi pada masyarakat untuk memilih produk pembersih lantai di pasaran yang efektif dalam membunuh kuman.

1.5 Kerangka Pemikiran & Hipotesis

Kebersihan lantai berkaitan dengan kebersihan suatu tempat, penularan penyakit dan pertumbuhan mikroorganisme di sekitarnya. Di negara-negara berkembang, risiko untuk terpapar suatu penyakit makin meningkat. Itulah sebabnya banyak sekali dibuat produk dengan berbagai kandungan zat disinfektan (antiseptik) dan berbagai merk yang dipasarkan ke masyarakat luas (Universitas Padjadjaran, 2007).

Disinfektan adalah produk atau biosida yang digunakan untuk membunuh mikroorganisme di dalam maupun di permukaan suatu benda mati. Zat ini tidak harus bersifat sporosidal, melainkan sporostatik yaitu dapat menghambat pertumbuhan kuman. Antiseptik adalah produk atau biosida yang dapat menghancurkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme di dalam maupun permukaan suatu jaringan hidup. Sedangkan sterilisasi adalah suatu proses fisik atau kimiawi yang menghancurkan atau menghilangkan semua mikroorganisme, termasuk spora (Brooks et al., 2007).

Disinfektan juga sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Disinfektan akan membantu mencegah infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatan maupun dari staf medis yang ada di rumah sakit dan juga membantu mencegah tertularnya


(13)

4

tenaga medis oleh penyakit pasien (Muhammad Fathin Nahar dan Wahyu Prayogi, 2011).

Terdapat beberapa jenis disinfektan, antara lain: fenol, klorofenol, kresol, alkohol, klorin, natrium hipoklorit, iodin dan H2O2. Jenis yang paling sering digunakan sebagai bahan pembersih lantai adalah fenol, klorofenol dan kresol. Masing-masing jenis disinfektan memiliki cara kerja yang berbeda-beda terhadap mikroorganisme. Salah satu cara kerjanya adalah melisis sel bakteri hingga mati (Muhammad Fathin Nahar dan Wahyu Prayogi, 2011).

Beberapa bakteri yang terdapat di lantai adalah Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella sp. dan lain-lain (Rasmika Dewi Dap dkk., 2008). Escherichia coli (E. coli) termasuk salah satu bakteri yang paling sering ditemukan di lantai (Nurina Susanti Listyawati, 2007; Rasmika Dewi Dap dkk., 2008). Bakteri uji yang digunakan pada penelitian ini adalah Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, dikarenakan kedua bakteri tersebut mudah ditemukan di berbagai tempat, dengan permukaan lantai sebagai contohnya.

Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri batang gram negatif yang termasuk dalam golongan Enterobacteriaceae dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli merupakan salah satu faktor penularan infeksi terutama melalui jalur fekal-oral. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit; contohnya diare, infeksi saluran kemih (ISK), sepsis dan meningitis. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan terhadap infeksi E. coli antara lain adalah mencuci tangan, sterilisasi dan disinfeksi (Brooks et al., 2007).

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri kokus gram positif yang termasuk dalam golongan Staphylococcus dan tersusun seperti buah anggur pada pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan gram. Bakteri ini ada yang bersifat komunal dan ada pula yang bersifat patogen pada manusia. S. aureus didapatkan secara normal pada nasal (hidung) 20-50% populasi manusia. S. aureus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka (lesi), sistem pencernaan dan kulit. Beberapa pencegahan infeksi S. aureus adalah menjaga hygiene dan melakukan tindakan-tindakan aseptik (Brooks et al., 2007).


(14)

5

Peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah sampel pembersih lantai, yang menurut produsen mengandung disinfektan, memiliki daya bunuh E. coli dan S. aureus yang efektif dengan uji koefisien fenol.

1.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ini adalah deskriptif dengan metode eksperimental laboratorik sungguhan dengan uji koefisien fenol untuk memeriksa efektivitas antiseptik beberapa sampel pembersih lantai. Sampel yang diuji diencerkan dalam berbagai konsentrasi dan dicampurkan dengan suspensi S. aureus dan E. coli. Setelah berbagai interval waktu di menit-menit tertentu, akan diperiksa ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri pada medium.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung


(15)

33 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa koefisien fenol sampel X yang mengandung benzalkonium klorida 1,5% terhadap Staphylococcus aureus adalah 1,33. Sedangkan koefisien fenol sampel yang sama terhadap Escherichia coli adalah 1,75. Sampel Y yang mengandung pine oil 2,5% memiliki koefisien fenol sebesar 1,67 terhadap S. aureus dan 2 terhadap E. coli. Sampel Y lebih efektif membunuh S. aureus maupun E. coli dibandingkan sampel X.

5.2Saran

Penulis menyarankan bahwa perlu dilakukan:

1. Penelitian koefisien fenol sampel pembersih lantai dengan kandungan lain yang beredar di pasaran.

2. Penelitian koefisien fenol lebih banyak sampel pembersih lantai yang beredar di pasaran.

3. Penelitian koefisien fenol sampel pembersih lantai dengan bakteri uji selain Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Accelerated Study Notes. 2009. IB Biology: Prokaryotic Cells. https://www.acceleratedstudynotes.com/ib-biology-table-of-contents/2-2/., 26 November 2012.

Adnan Agnesa. 2009. Desinfektan. Purwokerto.

British Standards Institute. 1986. BS ISO 5197: Specification. Aromatic Disinfectant Fluid. London: British Standards Institute.

Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S., Morse, S.A. 2007. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. 24th ed. New York: McGraw-Hill Companies. p. 57, 174, 224-30, 249-56.

Chan, T.Y. 1994. Poisoning Due to Savlon (Cetrimide) Liquid. Hum Exp Toxicol, 13. p. 681-2.

Chronic Toxicity Summary - Cresol Mixtures. 2000. Determination of Noncancer Chronic Reference Exposure Levels Batch 2A. http://oehha.ca.gov/air/chronic_rels/pdf/cresols.pdf., 9 November 2012.

Davis, B.D., Dulbecco, R., Elsen, H.N., Ginsberg, H.S. 1980. Microbiology. 4th ed. Singapore: Harper and Row Publisher. p. 571-5, 83-5

Forbes, B.A., Sahm, D.F., Wessfeld, A.S. 1988. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology a Guide to Microbial Infection. 14th ed. Nottingham. p. 62-5. Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T., Williams, S.T. 1994.

Bergey’s Manual of Determinantive Bacteriology. 9th ed. Maryland, USA: Williams and Wilkins. p. 179-80.

Imbang Dwi Rahayu. 2006. Tindakan-tindakan Pencegahan Penyakit. Malang.

Indah Entjang. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Jeffrey, D.J., Matthews, N. 1981. The Effect of Temperature and Concentration on the Antimicrobial Effect of U.K. Pine Fluids. In: Collins, C. et al (eds). Disinfectants: Their Use and Evaluation of Effectiveness. London: Academic Press. p. 85-90.

Kahrs, R.F. 1995. General Disinfection Guidelines. Rev. sci. tech. Off. Int. Epiz, 14 (1). p. 105-22.


(17)

35

Koppel, C., Tenezer, J., Tennesmann, U. et al. 1981. Acute Poisoning with Pine Oil – Metabolism of Moneterpenes. Arch Toxicol, 49. p. 73-8.

Litovitz, T.L., Schmidz, B.L., Matyunas, N. et al. 1987. Annual Report of the American Association of Poison Control Centers National Data Collection System. AmJ Emerg Med, 6. p. 479-515.

Maris, P. 1995. Modes of Action of Disinfectant. Rev. sci. tech. Off. Int. Epiz, 14 (1). p. 47-55.

McDonnell, G., Russell, A.D. 1999. Antiseptics and Disinfectants: Activity, Action and Resistance. Clin. Microbiol. Rev., 12 (1). p. 147-79.

Muhammad Fathin Nahar, Wahyu Prayogi. 2011. Mengenal Desinfektan dan Antiseptik. http://environment.uii.ac.id/index2.php?option=com_content&do_ pdf=1&id=273., 9 Januari 2012.

Nurina Susanti Listyawati. 2007. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Angka Kuman Pada Lantai Unit Perawatan Rumah Sakit Banyumanik Semarang. Semarang.

Occupational Safety and Health Branch of Labour Department. 2007. Chemical Safety in The Workplace – Guidance Notes on Safe Use of Chemical Disinfectants. 1st ed. Hongkong: HKSAR Government.

Pohla, S., 2008. Sole Survivors Bacteria Build Up on Shoe Bottoms. http://www.post-gazette.com/stories/news/health/sole-survivors-bacteria-build-up-on-shoe-bottoms-394927/., 29 November 2012.

Rasmika Dewi Dap, Susi Iravati, Sarto. 2008. Efektivitas Beberapa Desinfektan Terhadap Isolat Bakteri Lantai Ruang Bedah Instalasi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Medicina, 39 (2). p. 132-7.

Sittig, M. 1981. Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals. New Jersey: Noyes Data Corporation.

Sulistiyaningsih. 2010. Uji Kepekaan Beberapa Sediaan Antiseptik Terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas aeruginosa Multi Resisten (PAMR). http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/663/uji_ kepekaan_beberapa_kesediaan_antiseptik_terhadap_bakteri_multi_resisten.pdf ?sequence=1., 30 November 2012.

The Australian Society of Microbiology. 2009. Staphylococcus aureus Resistance and Virulence. http://www.asig.org.au/?page_id=197., 26 November 2012.


(18)

36

Todar, K. 2012a. Pathogenic E. coli. http://textbookofbacteriology.net/ e.coli.html., 29 November 2012.

. 2012b. Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease. http://textbookofbacteriology.net/staph.html., 29 November 2012.

Universitas Padjadjaran. 2007. Koefisien Fenol Beberapa Sampel Pembersih Tangan Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Bandung. US Department of Health and Human Service. 1988. Occupational Safety and

Health Guideline for Cresol, All Isomers. http://www.cdc.gov/niosh/docs/81-123/pdfs/0154.pdf., 9 November 2012.


(1)

4

tenaga medis oleh penyakit pasien (Muhammad Fathin Nahar dan Wahyu Prayogi, 2011).

Terdapat beberapa jenis disinfektan, antara lain: fenol, klorofenol, kresol, alkohol, klorin, natrium hipoklorit, iodin dan H2O2. Jenis yang paling sering digunakan sebagai bahan pembersih lantai adalah fenol, klorofenol dan kresol. Masing-masing jenis disinfektan memiliki cara kerja yang berbeda-beda terhadap mikroorganisme. Salah satu cara kerjanya adalah melisis sel bakteri hingga mati (Muhammad Fathin Nahar dan Wahyu Prayogi, 2011).

Beberapa bakteri yang terdapat di lantai adalah Escherichia coli, Pseudomonas

aeruginosa, Enterobacter cloacae, Salmonella sp. dan lain-lain (Rasmika Dewi

Dap dkk., 2008). Escherichia coli (E. coli) termasuk salah satu bakteri yang paling sering ditemukan di lantai (Nurina Susanti Listyawati, 2007; Rasmika Dewi Dap dkk., 2008). Bakteri uji yang digunakan pada penelitian ini adalah

Escherichia coli dan Staphylococcus aureus, dikarenakan kedua bakteri tersebut

mudah ditemukan di berbagai tempat, dengan permukaan lantai sebagai contohnya.

Escherichia coli (E. coli) adalah bakteri batang gram negatif yang termasuk

dalam golongan Enterobacteriaceae dan bersifat anaerob fakultatif. E. coli merupakan salah satu faktor penularan infeksi terutama melalui jalur fekal-oral. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit; contohnya diare, infeksi saluran kemih (ISK), sepsis dan meningitis. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan terhadap infeksi E. coli antara lain adalah mencuci tangan, sterilisasi dan disinfeksi (Brooks et al., 2007).

Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri kokus gram positif yang

termasuk dalam golongan Staphylococcus dan tersusun seperti buah anggur pada pemeriksaan mikroskopis dengan pewarnaan gram. Bakteri ini ada yang bersifat komunal dan ada pula yang bersifat patogen pada manusia. S. aureus didapatkan secara normal pada nasal (hidung) 20-50% populasi manusia. S. aureus masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka (lesi), sistem pencernaan dan kulit. Beberapa pencegahan infeksi S. aureus adalah menjaga hygiene dan melakukan tindakan-tindakan aseptik (Brooks et al., 2007).


(2)

Peneliti bermaksud untuk mengetahui apakah sampel pembersih lantai, yang menurut produsen mengandung disinfektan, memiliki daya bunuh E. coli dan S.

aureus yang efektif dengan uji koefisien fenol.

1.6 Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian ini adalah deskriptif dengan metode eksperimental laboratorik sungguhan dengan uji koefisien fenol untuk memeriksa efektivitas antiseptik beberapa sampel pembersih lantai. Sampel yang diuji diencerkan dalam berbagai konsentrasi dan dicampurkan dengan suspensi S. aureus dan E. coli. Setelah berbagai interval waktu di menit-menit tertentu, akan diperiksa ada atau tidaknya pertumbuhan bakteri pada medium.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa koefisien fenol sampel X yang mengandung benzalkonium klorida 1,5% terhadap Staphylococcus aureus adalah 1,33. Sedangkan koefisien fenol sampel yang sama terhadap Escherichia

coli adalah 1,75. Sampel Y yang mengandung pine oil 2,5% memiliki koefisien

fenol sebesar 1,67 terhadap S. aureus dan 2 terhadap E. coli. Sampel Y lebih efektif membunuh S. aureus maupun E. coli dibandingkan sampel X.

5.2Saran

Penulis menyarankan bahwa perlu dilakukan:

1. Penelitian koefisien fenol sampel pembersih lantai dengan kandungan lain yang beredar di pasaran.

2. Penelitian koefisien fenol lebih banyak sampel pembersih lantai yang beredar di pasaran.

3. Penelitian koefisien fenol sampel pembersih lantai dengan bakteri uji selain Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.


(4)

Accelerated Study Notes. 2009. IB Biology: Prokaryotic Cells.

https://www.acceleratedstudynotes.com/ib-biology-table-of-contents/2-2/., 26 November 2012.

Adnan Agnesa. 2009. Desinfektan. Purwokerto.

British Standards Institute. 1986. BS ISO 5197: Specification. Aromatic

Disinfectant Fluid. London: British Standards Institute.

Brooks, G.F., Carroll, K.C., Butel, J.S., Morse, S.A. 2007. Jawetz, Melnick &

Adelberg’s Medical Microbiology. 24th ed. New York: McGraw-Hill

Companies. p. 57, 174, 224-30, 249-56.

Chan, T.Y. 1994. Poisoning Due to Savlon (Cetrimide) Liquid. Hum Exp Toxicol, 13. p. 681-2.

Chronic Toxicity Summary - Cresol Mixtures. 2000. Determination of Noncancer

Chronic Reference Exposure Levels Batch 2A.

http://oehha.ca.gov/air/chronic_rels/pdf/cresols.pdf., 9 November 2012.

Davis, B.D., Dulbecco, R., Elsen, H.N., Ginsberg, H.S. 1980. Microbiology. 4th ed. Singapore: Harper and Row Publisher. p. 571-5, 83-5

Forbes, B.A., Sahm, D.F., Wessfeld, A.S. 1988. Bailey & Scott’s Diagnostic

Microbiology a Guide to Microbial Infection. 14th ed. Nottingham. p. 62-5.

Holt, J.G., Krieg, N.R., Sneath, P.H.A., Staley, J.T., Williams, S.T. 1994. Bergey’s Manual of Determinantive Bacteriology. 9th ed. Maryland, USA:

Williams and Wilkins. p. 179-80.

Imbang Dwi Rahayu. 2006. Tindakan-tindakan Pencegahan Penyakit. Malang. Indah Entjang. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: Citra Aditya

Bakti.

Jeffrey, D.J., Matthews, N. 1981. The Effect of Temperature and Concentration on the Antimicrobial Effect of U.K. Pine Fluids. In: Collins, C. et al (eds).

Disinfectants: Their Use and Evaluation of Effectiveness. London: Academic

Press. p. 85-90.

Kahrs, R.F. 1995. General Disinfection Guidelines. Rev. sci. tech. Off. Int. Epiz, 14 (1). p. 105-22.


(5)

35

Koppel, C., Tenezer, J., Tennesmann, U. et al. 1981. Acute Poisoning with Pine Oil – Metabolism of Moneterpenes. Arch Toxicol, 49. p. 73-8.

Litovitz, T.L., Schmidz, B.L., Matyunas, N. et al. 1987. Annual Report of the American Association of Poison Control Centers National Data Collection System. AmJ Emerg Med, 6. p. 479-515.

Maris, P. 1995. Modes of Action of Disinfectant. Rev. sci. tech. Off. Int. Epiz, 14 (1). p. 47-55.

McDonnell, G., Russell, A.D. 1999. Antiseptics and Disinfectants: Activity, Action and Resistance. Clin. Microbiol. Rev., 12 (1). p. 147-79.

Muhammad Fathin Nahar, Wahyu Prayogi. 2011. Mengenal Desinfektan dan

Antiseptik. http://environment.uii.ac.id/index2.php?option=com_content&do_

pdf=1&id=273., 9 Januari 2012.

Nurina Susanti Listyawati. 2007. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan

Angka Kuman Pada Lantai Unit Perawatan Rumah Sakit Banyumanik Semarang. Semarang.

Occupational Safety and Health Branch of Labour Department. 2007. Chemical

Safety in The Workplace – Guidance Notes on Safe Use of Chemical Disinfectants. 1st ed. Hongkong: HKSAR Government.

Pohla, S., 2008. Sole Survivors Bacteria Build Up on Shoe Bottoms. http://www.post-gazette.com/stories/news/health/sole-survivors-bacteria-build-up-on-shoe-bottoms-394927/., 29 November 2012.

Rasmika Dewi Dap, Susi Iravati, Sarto. 2008. Efektivitas Beberapa Desinfektan Terhadap Isolat Bakteri Lantai Ruang Bedah Instalasi Bedah Sentral (IBS) Rumah Sakit Sanglah Denpasar. Medicina, 39 (2). p. 132-7.

Sittig, M. 1981. Handbook of Toxic and Hazardous Chemicals. New Jersey: Noyes Data Corporation.

Sulistiyaningsih. 2010. Uji Kepekaan Beberapa Sediaan Antiseptik Terhadap

Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Pseudomonas aeruginosa Multi Resisten (PAMR). http://repository.unpad.ac.id/bitstream/handle/123456789/663/uji_ kepekaan_beberapa_kesediaan_antiseptik_terhadap_bakteri_multi_resisten.pdf ?sequence=1., 30 November 2012.

The Australian Society of Microbiology. 2009. Staphylococcus aureus

Resistance and Virulence. http://www.asig.org.au/?page_id=197., 26 November 2012.


(6)

Todar, K. 2012a. Pathogenic E. coli. http://textbookofbacteriology.net/ e.coli.html., 29 November 2012.

. 2012b. Staphylococcus aureus and Staphylococcal Disease.

http://textbookofbacteriology.net/staph.html., 29 November 2012.

Universitas Padjadjaran. 2007. Koefisien Fenol Beberapa Sampel Pembersih

Tangan Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Bandung.

US Department of Health and Human Service. 1988. Occupational Safety and

Health Guideline for Cresol, All Isomers.