POLA PEMUKIMAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL BELANDA DI SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI (1908-1942).
POLA PEMUKIMAN MASYARAKAT PADA MASA
KOLONIAL BELANDA DI SIDIKALANG
KABUPATEN DAIRI (1908-1942)
SKRIPSI
Disetujui Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
DARNITA NIM. 309421003
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
(3)
(4)
(5)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan rasa syukur yang tiada hentinya kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dalam bentuk karya tulis skripsi dengan judul ”Pola Pemukiman Masyarakat Pada Masa Kolonial Belanda di Sidikalang Kabupaten Dairi (1908-1942) ” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Sejarah. Kemudian tak lupa penulis ucapkan shalawat beriring salam kepada nabi kita tercinta Muhammad Saw.
Dalam penulisan skripsi ini penulis tidaklah terlepas dari dari segala bantuan beberapa pihak yang dengan tulus memberikan bimbingan berupa kritik, saran, arahan serta semangat kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Bapak Prof. Drs. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan beserta staf pegawai lainnya.
2. Bapak Drs. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan yang telah banyak membantu penulis dalam kepentingan berbagai pengumpulan berkas untuk keperluan administrasi perkuliahan hingga selesai.
4. Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis sekaligus sebagai Dosen Pembanding Utama, terima kasih atas semua arahan dan saran yang bermanfaat yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis, terima kasih banyak untuk segala bimbingan berupa saran, kritik, serta arahan-arahan bermanfaat yang diberikan kepada penulis mulai dari penulisan rencana penelitian hingga sampai kepada selesainya penyusunan skripsi ini.
(6)
6. Ibu Dra. Flores Tanjung, MA sebagai Dosen Pembanding Ahli saat seminar proposal penulis, terima kasih atas kritik, saran, dan arahan bermanfaat yang diberikan kepada penulis dalam berbagai hal.
7. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Dosen Pembanding bebas penulis, terima kasih atas segala kritik, saran, dan arahan yang membangun bagi penulis.
8. Bapak dan Ibu staf pengajar jurusan Pendidikan Sejarah, terima kasih atas segala jasanya yang telah diberikan kepada penulis selaku mahasiswa di jurusan Pendidikan Sejarah.
9. Pihak Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan penelitian di kota Sidikalang hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Teristimewa untuk Ibunda Darmini dan Ayahanda Kino Leong yang penulis sayangi. Terima kasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang tiada henti kepada penulis sehingga menjadi sumber motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini hingga akhir perkuliahan.
11. Teristimewa untuk Wawak Riswan dan Wawak Rismauli Lingga yang penulis sayangi. Terima kasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang tiada henti kepada penulis sehingga menjadi sumber motivasi bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan ini hingga akhir perkuliahan.
12. Untuk saudara-saudara penulis, kepada adik tersayang Nafia Sari dan Nola Fitrianis terima kasih banyak atas segala bantuannya baik moral dan materil hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
13. Untuk saudara-saudara penulis, kepada adik-adikku Rahman Eka Triyansyah Putra, Putri Dewi Astuti, dan Monika Yulianti. Terima kasih banyak atas segala bantuannya baik moral dan materil hingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.
14. Untuk orang terdekat penulis, kepada Pratu Suheri yang selalu menemani, memberikan saya dukungan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
(7)
15. Untuk sahabat-sahabat ku tercinta dan tersayang selama masa perkuliahan, Rara Khalidazia, Erviana Aisyah Lubis, S.Pd, dan Monika Sari S.Pd terima kasih banyak atas segala keceriaan dan kebahagiaan selama masa perkuliahan, begitu banyak bantuan dan segala kenangan tak terlupakan yang telah kalian berikan kepada penulis.
16. Untuk teman-teman semasa perkuliahan kelas A/Reg Stambuk 2009, terima kasih banyak kawan atas segala kenangan-kenangan indah kita yang takkan terlupakan. Semoga kita selalu diberikan kebahagiaan dan kesuksesan dimana pun berada. Amin.
17. Untuk abangda Pratu Puguh Setiawan dan teman penulis Dian Lestiani terima kasih banyak atas segala keceriaan dan segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
18. Untuk teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Sumbul (Olotci, Resni, Ida, Eva, Fransisko, Janri, Seru, Andro, Iin, Evi, Desi, Dewi, dan Parningotan) terima kasih untuk masa-masa indah kita selama PPL dan kenangan-kenangan indah tak terlupakan. Semoga kita selalu diberikan kebahagiaan dan kesuksesan dimana pun berada. Amin.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, namun penulis sadar akan kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis berharap pembaca dapat memberi saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dalam menambah informasi dan khasanah ilmu pendidikan. Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bukan hanya bagi saya melainkan bagi semuanya.
Medan, Agustus 2013 Penulis
Darnita
(8)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 3
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 4
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Konseptual ... 6
1. Konsep Pola Pemukiman ... 6
2. Konsep Masyarakat ... 8
3. Konsep Kolonial ... 9
4. Konsep Perubahan ... 9
B. Kerangka Berpikir ... 11
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 13
B. Lokasi Penelitian ... 14
C. Sumber Data ... 14
D. Teknik Pengumpulan Data ... 15
E. Teknik Analisis Data ... 17
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 19
(9)
B. Latar Belakang Masuknya Kolonial Belanda ke Sidikalang... 42 C. Bentuk Pola Pemukiman Masyarakat pada Masa Kolonial Belanda
di Sidikalang ... 49 D. Bentuk Perubahan Pola pemukiman Masyarakat Masa Kolonial Belanda
di Sidikalang ... 54 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA ... 61 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Jumlah Desa/Kelurahan ... 20 Tabel 2
Klasifikasi Desa Menurut jenisnya ... 23 Tabel 3
Luas, Jumlah Pendudukdan Kepadatan Penduduk... 24 Tabel 4
Banyaknya Penduduk dan Ratio Jenis Kelamin Tahun 2011 ... 25 Tabel 5
Banyaknya Tenaga Kerja yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan
Tahun 2011 ... 29 Tabel 6
Banyaknya SD, SLTP, SLTA Tahun 2011 ... 32 Tabel 7
Banyaknya Sarana Kesehatan Tahun 2011 ... 33 Tabel 8
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Tipe-tipa Pola Pemukiman ... 51 Gambar 4.2. Pola Pemukiman Masyarakat Mengikuti Jalan ... 52
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta Sumatera Utara Lampiran 2 Peta Kabupaten Dairi Lampiran 3 Peta Kecamatan Sidikalang Lampiran 4 Pedoman Wawancara Lampiran 5 Daftar Informan
(13)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Pulau Sumatera bagian utara pada umumnya merupakan kawasan yang memiliki peran penting bagi perjalanan sejarah Nusantara. Sebuah Kabupaten yang menempati bagian barat laut Provinsi Sumatera Utara, yang berada di lintang pegunungan Bukit Barisan dikenal dengan sebutan Kabupaten Dairi. Sidikalang merupakan Ibu kota dari Kabupaten Dairi. Kabupaten ini berbatasan dengan wilayah Kabupaten Aceh Tenggara (Provinsi Nanggro Aceh Darussalam) dan Kabupaten Karo di sebelah utara, kemudian dengan wilayah Kabupaten Toba Samosir di sebelah timur, berbatasan dengan wilayah Samosir dan Humbang Hasundutan di sebelah tenggara, berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan di sebelah barat. Udara yang sejuk ditambah jumlah penduduk yang masih seimbang dengan luas wilayah menjadikan Sidikalang kota yang enak dijadikan tempat tinggal. Bagi penduduk di Kabupaten Dairi, Sidikalang merupakan kota pusat perdagangan, pendidikan, kesehatan,dan pelayanan umum lainnya.
Tanjung (2011:1) mengatakan tanah Dairi juga sering disebut dengan istilah “Tanah Pakpak” sebab penduduknya didominasi masyarakat subetnis orang Pakpak. Sejak tahun 2003 Dairi terpecah menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat. Kabupaten Pakpak Barat berada di sebelah
(14)
selatan dari Kabupaten Dairi. Setelah pemecahan terjadi istilah “Tanah Pakpak” masih tetap melekat pada Kabupaten Dairi.
Kata Pakpak sendiri yang menjadi nama subetnis dan nama kabupaten ini tidak jelas. Banyak persepsi sumber tutur Pakpak itu sendiri menyebutkan bahwa kata pakpak berasal dari orang yang membelah kayu dengan menghasilkan bunyi “pak, pak, pak”, dan ada juga yang menyebutkan bunyi itu dihasilkan sewaktu orang menakik pohon kemenyan atau kapur barus.
Menurut Soedewo, dkk, (2009:1) pada masa yang lebih muda jejak peradaban di wilayah kabupaten ini terutama dipengaruhi oleh tumbuh dan berkembangnya Barus sebagai bandar internasional pada masanya. Melalui Bandar inilah berbagai produk daerah Pakpak seperti kemenyan dan kapur barus (kamper) yang di ekspor ke berbagai bagian dunia sebagai suatu mata dagangan yang tinggi nilainya. Kontak antara produsen (masyarakat Pakpak) dengan para pembeli (terutama India) telah menghasilkan sebuah kebudayaan baru yang bercorak ke-Indiaan. Menjelang akhir abad ke-19 datanglah pengaruh asing lain di daerah Pakpak yakni kebudayaan Eropa.
Kebudayaan Eropa yang masuk ke daerah Pakpak ialah orang Belanda. Kebudayaan Eropa di wakili oleh Agama Kristen dengan memulai sejarah kekristenan dan berkembangnya agama tersebut dengan membangun Gereja HKBP di Sidikalang yang berdiri pada tahun 1908 dengan mendatangkan misionaris Pdt. R. Brinkschmidt (Jerman) dan Pdt. Nikolaus Fucks (Belanda). Pada tanggal 25 Desember 1909 dilakukan pembaptisan kepada 17 orang yang belum menganut agama.
Belanda menjajah Indonesia dengan meninggalkan banyak catatan sejarah. Kota, permukiman, maupun bangunan-bangunan merupakan peninggalan yang dibentuk atau dibangun dengan suasana tata kota, dan arsitektur yang sama persis dengan kondisi di Belanda. Begitu juga dengan di tanah Pakpak salah satunya di
(15)
Kota Sidikalang. Pemukiman menjadi salah satu wadah untuk melakukan aktivitas berkehidupan secara berkelompok yang dibangun oleh Belanda. Melalui aktivitas berkelompok tersebut, maka terjadilah suatu penggunaan ruang bersama, sehingga menimbulkan suatu bentuk arsitektur pola pemukiman tertentu.
Kedatangan Belanda ke Kota Sidikalang dengan mendirikan fasilitas yang didalamnya mencakup aktifitas pemerintahan, pendidikan, religi serta perekonomian yang membentuk suatu pola pemukiman membawa perubahan terhadap Kota Sidikalang. Pola tatanan pemukiman yang dibentuk pada masa kolonial Belanda yang sangat khas merupakan potensi kawasan yang perlu dipertahankan. Sampai saat ini tatanan pemukiman tersebut masih ada dengan kondisi yang terawat akan tetapi sebagian dari fasilitas yang dibangun pada masa kolonial belanda ini sudah mengalami perubahan, peralihan fungsi bahkan sudah ada yang di bongkar.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ POLA PEMUKIMAN MASYARAKAT PADA MASA KOLONIAL BELANDA DI SIDIKALANG KABUPATEN DAIRI
(1908-1942)“.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah adalah sebagai berikut :
(16)
2. Hubungan kolonial Belanda dengan masyarakat di Kota Sidikalang.
3. Sarana yang dibangun kolonial Belanda
4. Pola pemukiman kolonial Belanda di Kota Sidikalang.
5. Perubahan pola pemukiman kolonial Belanda saat ini di Kota Sidikalang.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dilakukan dalam studi ini dimaksudkan agar proses pembahasan ataupun analisis yang dilaksanakan tidak melebar terlalu jauh dari tujuan penelitian. Penelitian difokuskan pada masuknya Belanda ke Sidikalang serta pola pemukiman pada kondisi masa kolonial Belanda dan perubahannya.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang masuknya kolonial Belanda ke Kota Sidikalang? 2. Bagaimana bentuk pola pemukiman masyarakat pada masa kolonial
Belanda di Kota Sidikalang?
3. Bagaimana bentuk perubahan yang terjadi pada pola pemukiman peninggalan kolonial Belanda saat ini di Kota Sidikalang?
(17)
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi latar belakang masuknya kolonial Belanda di Kota Sidikalang.
2. Untuk mengetahui bentuk pola pemukiman masyarakat pada masa kolonial Belanda di Kota Sidikalang.
3. Untuk mengetahui bentuk perubahan pola pemukiman peninggalan kolonial Belanda saat ini di Kota Sidikalang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan atau manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain:
1. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, informasi, dan tambahanpengetahuan pada kalangan akademisi jurusan pendidikan Sejarah. Selain itu,penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan oleh peneliti lainnya.
2. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan memberikan wacana ilmu pengetahuan mengenai aspek sejarah, sehingga menggerakkan masyarakat dalam menggali nilai-nilai sejarah,seni, dan arsitektur untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap bangunan-bangunan bersejarah.
(18)
3. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah mengenai wacana pelestarian lingkungan, khususnya bangunan bersejarah yangterabaikan. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat dalam menentukan kebijaksanaan pembangunan perkotaan, khususnya perencanaan sektor pemukiman.
(19)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pola Pemukiman masyarakat pada masa Kolonial Belanda Di Sidikalang Kabupaten Dairi (1908-1942) yang telah peneliti kemukakan, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Latar belakang masuknya Belanda ke Sidikalang adalah untuk menyebarkan agama Kristen. Agama Kristen berkembang di Sidikalang setelah wafatnya Sisingamangaraja XII (Sisingamangaraa XII lahir di Bakara 18 Februari 1845 adalah seorang raja di negeri Toba yang menentang berkembangnya keKristenan di Tanah Batak dan melakukan perlawanan terhadap Belanda yang dikenal dengan ”Perang Toba”). Kemudian dibangun gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Sidikalang pada tahun 1908. Dan sebagai hasil dari zending tersebut dilakukan pembaptisan pada tahun 1909 Raja Ekuten Keppas yaitu Raja Asah Ujung beserta saudara-saudaranya Raja Alang, Raja Kundeng, dan Raja Jonang menjadi Kristen.
2. Setelah berhasil berkembang dan diterima baik di Sidikalang, pembangunan terus dilaksanakan. Pembangunan dilakukan oleh Pemerintahan Belanda untuk memfasilitasi kehidupan Belanda di Sidikalang dengan corak arsitektur Belanda.
(20)
3. Ciri gaya arsitektur kolonial Belanda, antara lain:
a. Banyaknya bukaan/ventilasi pada bangunan yang dipergunakan untuk aliran udara dengan bentuk bangunan yang ramping.
b. Pembuatan galeri sepanjang bangunan untuk mengantisipasi air hujan dan sinar matahari, sehingga apabila jendela-jendela ruangan dibuka, maka ruang tersebut terlindung dari sinar matahari langsung dan tempias air hujan. Dengan adanya galeri keliling tersebut, maka tampak bangunan menjadi berbentuk yang sering disebut sebagai double gevel.
c. Lay out bangunan juga diusahakan agar menghadap ke arah utara-selatan untuk menghindari sinar matahari.
4. Pembangunan fasilitas terus dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan Belanda selama berada di Sidikalang, diantaranya membangun fasilitas kantor pemerintahan, religi, pertokoan (pasar), pendidikan, maupun hunian.
5. Kesemua fasilitas yang dibangun ini membentuk suatu pola pemukiman masyarakat yang dimana bangunan ini kesemuanya terletak memanjang di pinggir jalan atau yang disebut dengan pola pemukiman linier yang hingga saat ini pola pemukiman masyarakat masih tetap berada di pinggir jalan. 6. Sidikalang sudah banyak mengalami perubahan dari yang dulu hingga
sekarang melalui pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah setempat maupun masyarakat sekitar, namun perhatian pemerintah terhadap peninggalan sejarah di Sidikalang masih sangat kurang. Ini terbukti
(21)
dengan beberapa bangunan peninggalan kolonial Belanda dibiarkan atau tidak dirawat sama sekali.
B. Saran
1. Pemerintah setempat dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang menangani masalah peninggalan sejarah hendaknya lebih peka terhadap nasib beberapa bangunan peninggalan sejarah yang ada di kota Perbaungan ini, jangan sampai peninggalan bersejarah ini hanya menjadi bangunan tua yang tidak bernilai karena kurangnya perhatian pemerintah. 2. Pemerintah seharusnya bertindak lebih cerdas untuk mengajak masyarakat
agar lebih mengetahui sejarah lokal dan dapat mencintainya serta akan lebih baik jika dapat melestarikannya dan pemanfaatan dan pelestarian peninggalan bersejarah sangat perlu dilakukan agar tidak hilang tergerus jaman.
(22)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi . 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta Bintarto. 1983. Interaksi Desa Kota. Yogyakarta: Ghalia Indonesia
BPS. 2012. Kabupaten Dairi Dalam Angka 2012. Dairi: Mantri Statistik Kecamatan Sidikalang
BPS. 2012. Kecamatan Sidikalang Dalam Angka 2012. Dairi: Mantri Statistik Kecamatan Sidikalang
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Koestoer Hendro, Raldi. 1997. Perspektif Lingkungan Desa Kota: Teori dan Kasus. Jakarta: Universitas Indonesia
Koestoer Hendro, Raldi, dkk. 2001. Dimensi Keruangan Kota :Teori dan Kasus. Jakarta: Universitas Indonesia
Kozok, Uli. 2009. Peran Zending Dalam Batak Toba. Medan: Universitas Negeri Medan
Notosusanto, Nugroho. 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Sjamsudin, Helius . 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Soedewo, Ery, dkk. 2009. Berita Penelitian Arkeologi No. 21. Medan: Balai Arkeologi Medan
Sugihen, Bahrein. 1996. Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suharso, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang: WidyaKarya
Tanjung, Flores, dkk. 2011. Dairi :Dalam Kilatan Sejarah. Medan: Perdana Publishing
(1)
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengidentifikasi latar belakang masuknya kolonial Belanda di Kota Sidikalang.
2. Untuk mengetahui bentuk pola pemukiman masyarakat pada masa kolonial Belanda di Kota Sidikalang.
3. Untuk mengetahui bentuk perubahan pola pemukiman peninggalan kolonial Belanda saat ini di Kota Sidikalang.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kegunaan atau manfaat bagi pihak-pihak yang terkait, antara lain:
1. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, informasi, dan tambahanpengetahuan pada kalangan akademisi jurusan pendidikan Sejarah. Selain itu,penelitian ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi penelitian sejenis yang akan dilakukan oleh peneliti lainnya.
2. Masyarakat
Penelitian ini diharapkan memberikan wacana ilmu pengetahuan mengenai aspek sejarah, sehingga menggerakkan masyarakat dalam menggali nilai-nilai sejarah,seni, dan arsitektur untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap bangunan-bangunan bersejarah.
(2)
3. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah mengenai wacana pelestarian lingkungan, khususnya bangunan bersejarah yangterabaikan. Selain itu, penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat dalam menentukan kebijaksanaan pembangunan perkotaan, khususnya perencanaan sektor pemukiman.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Pola Pemukiman masyarakat pada masa Kolonial Belanda Di Sidikalang Kabupaten Dairi (1908-1942) yang telah peneliti kemukakan, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Latar belakang masuknya Belanda ke Sidikalang adalah untuk menyebarkan agama Kristen. Agama Kristen berkembang di Sidikalang setelah wafatnya Sisingamangaraja XII (Sisingamangaraa XII lahir di Bakara 18 Februari 1845 adalah seorang raja di negeri Toba yang menentang berkembangnya keKristenan di Tanah Batak dan melakukan perlawanan terhadap Belanda yang dikenal dengan ”Perang Toba”). Kemudian dibangun gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) di Sidikalang pada tahun 1908. Dan sebagai hasil dari zending tersebut dilakukan pembaptisan pada tahun 1909 Raja Ekuten Keppas yaitu Raja Asah Ujung beserta saudara-saudaranya Raja Alang, Raja Kundeng, dan Raja Jonang menjadi Kristen.
2. Setelah berhasil berkembang dan diterima baik di Sidikalang, pembangunan terus dilaksanakan. Pembangunan dilakukan oleh Pemerintahan Belanda untuk memfasilitasi kehidupan Belanda di Sidikalang dengan corak arsitektur Belanda.
(4)
3. Ciri gaya arsitektur kolonial Belanda, antara lain:
a. Banyaknya bukaan/ventilasi pada bangunan yang dipergunakan untuk aliran udara dengan bentuk bangunan yang ramping.
b. Pembuatan galeri sepanjang bangunan untuk mengantisipasi air hujan dan sinar matahari, sehingga apabila jendela-jendela ruangan dibuka, maka ruang tersebut terlindung dari sinar matahari langsung dan tempias air hujan. Dengan adanya galeri keliling tersebut, maka tampak bangunan menjadi berbentuk yang sering disebut sebagai double gevel.
c. Lay out bangunan juga diusahakan agar menghadap ke arah utara-selatan untuk menghindari sinar matahari.
4. Pembangunan fasilitas terus dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan Belanda selama berada di Sidikalang, diantaranya membangun fasilitas kantor pemerintahan, religi, pertokoan (pasar), pendidikan, maupun hunian.
5. Kesemua fasilitas yang dibangun ini membentuk suatu pola pemukiman masyarakat yang dimana bangunan ini kesemuanya terletak memanjang di pinggir jalan atau yang disebut dengan pola pemukiman linier yang hingga saat ini pola pemukiman masyarakat masih tetap berada di pinggir jalan. 6. Sidikalang sudah banyak mengalami perubahan dari yang dulu hingga
sekarang melalui pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah setempat maupun masyarakat sekitar, namun perhatian pemerintah terhadap peninggalan sejarah di Sidikalang masih sangat kurang. Ini terbukti
(5)
dengan beberapa bangunan peninggalan kolonial Belanda dibiarkan atau tidak dirawat sama sekali.
B. Saran
1. Pemerintah setempat dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata yang menangani masalah peninggalan sejarah hendaknya lebih peka terhadap nasib beberapa bangunan peninggalan sejarah yang ada di kota Perbaungan ini, jangan sampai peninggalan bersejarah ini hanya menjadi bangunan tua yang tidak bernilai karena kurangnya perhatian pemerintah. 2. Pemerintah seharusnya bertindak lebih cerdas untuk mengajak masyarakat
agar lebih mengetahui sejarah lokal dan dapat mencintainya serta akan lebih baik jika dapat melestarikannya dan pemanfaatan dan pelestarian peninggalan bersejarah sangat perlu dilakukan agar tidak hilang tergerus jaman.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi . 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta Bintarto. 1983. Interaksi Desa Kota. Yogyakarta: Ghalia Indonesia
BPS. 2012. Kabupaten Dairi Dalam Angka 2012. Dairi: Mantri Statistik Kecamatan Sidikalang
BPS. 2012. Kecamatan Sidikalang Dalam Angka 2012. Dairi: Mantri Statistik Kecamatan Sidikalang
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Koestoer Hendro, Raldi. 1997. Perspektif Lingkungan Desa Kota: Teori dan Kasus. Jakarta: Universitas Indonesia
Koestoer Hendro, Raldi, dkk. 2001. Dimensi Keruangan Kota :Teori dan Kasus. Jakarta: Universitas Indonesia
Kozok, Uli. 2009. Peran Zending Dalam Batak Toba. Medan: Universitas Negeri Medan
Notosusanto, Nugroho. 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta: Universitas Indonesia Sjamsudin, Helius . 2007. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Soedewo, Ery, dkk. 2009. Berita Penelitian Arkeologi No. 21. Medan: Balai Arkeologi Medan
Sugihen, Bahrein. 1996. Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar). Jakarta: Raja Grafindo Persada
Suharso, dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux. Semarang: WidyaKarya
Tanjung, Flores, dkk. 2011. Dairi :Dalam Kilatan Sejarah. Medan: Perdana Publishing