Perbandingan Aktivitas Anticandida Infusa Daun Sirih (Piper Betle Lynn) Segar Dengan Sabun Cair Pembersih Vagina Kemasan Secara In Vitro.

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN AKTIVITAS ANTICANDIDA INFUSA DAUN SIRIH (Piper betle Lynn) SEGAR DENGAN SABUN CAIR PEMBERSIH VAGINA

KEMASAN SECARA IN VITRO

Melissa Hascatri Wulan, 2005; Pembimbing I : Triswaty Winata dr., MKes. Pembimbing II : Endah Tyasrini S.Si., M.Si.

Daun sirih sangat kaya akan zat berkhasiat. Salah satu zat yang terkandung di dalamnya, yaitu eugenol, diduga mampu membasmi Candida albicans dan bersifat analgetik. Daun sirih juga digunakan oleh sebagian masyarakat untuk mengatasi keputihan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya zona inhibisi yang terbentuk di sekeliling cakram, pada medium yang telah diulas dengan suspensi Candida albicans, setelah ditetesi infusa daun sirih segar dan sabun cair pembersih vagina.

Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental laboratorik. Infusa daun sirih segar dibuat dengan merebus daun sirih dalam penangas selama 15 menit. Konsentrasi infusa kemudian dinaikkan dua kali lipat dengan proses pemekatan sampai konsentrasi 400%. Dari tiap konsentrasi infusa daun sirih segar dan sabun sirih diambil 15 µL, kemudian diteteskan pada cakram steril yang diletakkan pada medium SDA yang telah diulas dengan suspensi Candida albicans. Medium kemudian dimasukkan ke dalam inkubator 37 0C dan diinkubasi selama 24 jam. Hasil pengamatan menunjukkan zona inhibisi terbentuk di sekeliling cakram yang ditetesi sabun sirih dengan konsentrasi ekstrak daun sirih 2,5%, 5% dan 80%, sedangkan infusa daun sirih segar tidak membentuk zona inhibisi. Infusa daun sirih segar baru memberikan efek (ada zona inhibisi) pada konsentrasi 200% dan 400%.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaituinfusa daun sirih segar baru memiliki aktivitas anticandida pada konsentrasi tinggi (≥ 200%). Pada konsentrasi ekstrak daun sirih yang rendah, aktivitas anticandida cairan sabun pembersih vagina kemasan yang mengandung ekstrak daun sirih lebih baik dibandingkan dengan infusa daun sirih segar.

Kata kunci : daun sirih, eugenol, Candida albicans, aktivitas anticandida, keputihan


(2)

ABSTRACT

THE ANTICANDIDAL ACTIVITY COMPARISON OF PIPER BETLE LEAVES (Piper betle Lynn) FRESH INFUSION AND

VAGINAL CLEANSING SOAP IN VITRO

Melissa Hascatri Wulan, 2005 ; Tutor I : Triswaty Winata dr., MKes. Tutor II : Endah Tyasrini S.Si., M.Si.

Piper betle leaves enriched with many useful substances. One of these substances, eugenol, is thought capable to eliminate Candida albicans and has analgetic effect. Piper betle leaves are also used by people to overcome vaginal thrush.

The objective of this research to observe the presence of inhibition zone that is formed around sterile disk, on a medium that has been inoculated with Candida albicans suspension, after expeled with Piper betle leaves infusion and vaginal cleansing soap.

This research was done with laboratory experimental method. Piper betle leave fresh infusion was made by boiling Piper betle leaves in a waterbath for 15 minutes. The concentration was then increased double through evaporation until 400%. From each Piper betle leave fresh infusion and Piper betle leaves extract in vaginal cleansing soap concentration 15 µL were taken, then expeled on a disk placed in SDA medium that has been inoculated with Candida albicans suspension. This medium was then put in a 37 0C incubator and incubated for 24 hours.

The result showed that inhibition zone was formed around the disk which was tipped with vaginal cleansing soap (concentration 2,5%; 5%; 80%) while Piper betle leaves infusion did not show effect on that concentration. Piper betle leaves infusion showed effect on concentration 200% and 400%.

As a conclusion, Piper betle leaves infusion showed anticandidal activity on higher concentration (≥ 200%). On lower concentration, vaginal cleansing soap, which has Piper betle leaves extract in it, has anticandidal activity better than Piper betle leaves infusion.

Keywords: Piper betle leave, eugenol, Candida albicans, anticandidal activity, vaginal thrush


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Kerangka Pemikiran... 2

1.6 Hipotesis Penelitian... 2

1.7 Metode Penelitian ... 3

1.8 Tempat dan Waktu Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirih ... 4

2.1.1 Taksonomi Sirih ... 5

2.1.2 Jenis-jenis Sirih ... 5

2.1.3 Aroma dan Rasa Daun Sirih... 6

2.1.4 Kandungan Daun Sirih... 6

2.1.5 Manfaat dan Khasiat Daun Sirih ... 7

2.2 Eugenol ... 8


(4)

ix

2.3 Candida albicans ... 9

2.3.1 Sistem Klasifikasi ... 9

2.3.2 Morfologi dan Identifikasi ... 9

2.3.3 Kandidiasis... 13

2.3.3.1 Kandidiasis Kulit dan Mukosa ... 14

2.3.3.2 Kandidiasis Sistemik... 17

2.3.3.3 Kandidiasis Mukokutan Kronis... 17

2.4 Keputihan ... 18

2.4.1 Infeksi Bakteri... 18

2.4.1.1 Neisseria gonorrhoeae ... 18

2.4.1.2 Chlamydia trachomatis ... 19

2.4.1.3 Gardnerella vaginalis ... 20

2.4.2 Infeksi Jamur... 21

2.4.3 Infeksi Parasit... 22

2.4.4 Infeksi Virus... 23

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 25

3.2 Alat-alat... 25

3.3 Bahan-bahan... 26

3.4 Metode Penelitian ... 26

3.4.1 Tahap Persiapan ... 26

3.4.1.1 Persiapan Medium... 27

3.4.1.2 Persiapan Mikroba Uji ... 27

3.4.2 Tahap Penelitian... 27

3.4.3 Tahap Pengamatan Hasil... 28

3.5 Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ... 29


(5)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN... 36


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Sirih ... 5

Gambar 2.2 Struktur kimia Eugenol ... 8

Gambar 2.3 Budding yeast cell dengan septum yang belum terpisah dengan sel anak (tunas) ... 10

Gambar 2.4 Koloni Candida albicans pada SDA... 11

Gambar 2.5 Candida albicans, pewarnaan Gram ... 11

Gambar 2.6 Germ Tube... 12

Gambar 2.7 Sel Candida albicans 3 jam setelah pertumbuhan germ tube, hifa bersepta, dan tumbuh germ tube baru di kutub distal sel... 12

Gambar 2.8 Chlamydospora ... 13

Gambar 2.9 Infeksi Candida albicans (oral thrush) pada tonsil dan uvula bayi berumur 6 bulan ... 14

Gambar 2.10 Vulvovaginitis ... 15

Gambar 2.11 Infeksi intertrigia... 16

Gambar 2.12 (A) Acute paronychia; (B) Chronic paronychia ... 16

Gambar 2.13 (A) Neisseria gonorrhoeae, pewarnaan Gram dari kultur murni; (B) Neisseria gonorrhoeae, pewarnaan Gram dari eksudat, tampak bakteri intraseluler sel PMN ... 19

Gambar 2.14 Chlamydia trachomatis, inklusi intraseluler ... 20

Gambar 2.15 Clue cell ... 21

Gambar 2.16 Trichomonas vaginalis, bentuk trophozoit... 22

Gambar 2.17 (A) Telur Oxyuris vermicularis; (B) Cacing Oxyuris vermicularis betina dewasa... 23

Gambar 2.18 Condylomata acuminata ... 24


(7)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Diameter Zona Inhibisi ... 30


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Foto 1 Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 2,5%, 5% dan

Sabun Sirih 2,5%, 5% (Plate I) ... 36 Foto 2 Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi

Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 2,5%, 5% dan

Sabun Sirih 2,5%, 5% (Plate II) ... 36 Foto 3 Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi

Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 12,5%, 25%, 80%

dan Sabun Sirih 80% (Plate I)... 38 Foto 4 Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi

Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 12,5%, 25%, 80%

dan Sabun Sirih 80% (Plate II) ... 38 Foto 5 Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi

Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 50%, 100%, 200%

dan 400% (Plate I)... 40 Foto 6 Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi

Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 50%, 100%, 200%

dan 400% (Plate II) ... 40 Foto 7 Nystatin (kontrol positif) ... 42


(9)

LAMPIRAN

Foto 1. Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 2,5%, 5% dan Sabun Sirih 2,5%, 5% (Plate I)

Foto 2. Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 2,5%, 5% dan Sabun Sirih 2,5%, 5% (Plate II)


(10)

37

Keterangan Foto 1 dan Foto 2:

Cakram 2,5 Æ cakram yang ditetesi sabun pembersih vagina dengan konsentrasi ekstrak daun sirih 2,5%

Cakram 5 Æ cakram yang ditetesi sabun pembersih vagina dengan konsentrasi ekstrak daun sirih 5%

Cakram 2,5% Æ cakram yang ditetesi infusa daun sirih segar dengan konsentrasi 2,5%

Cakram 5% Æ cakram yang ditetesi infusa daun sirih segar dengan konsentrasi 5%


(11)

38

Foto 3. Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 12,5%, 25%, 80% dan Sabun Sirih 80% (Plate I)

Foto 4. Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 12,5%, 25%, 80% dan Sabun Sirih 80% (Plate II)


(12)

39

Keterangan Foto 3 dan Foto 4:

Cakram 80 Æ cakram yang ditetesi sabun pembersih vagina dengan konsentrasi ekstrak daun sirih 80%

Cakram 80% Æ cakram yang ditetesi ekstrak daun sirih segar dengan konsentrasi 80%

Cakram 12,5% Æ cakram yang ditetesi infusa daun sirih segar dengan konsentrasi 12,5%

Cakram 25% Æ cakram yang ditetesi infusa daun sirih segar dengan konsentrasi 25%


(13)

40

Foto 5. Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 50%, 100%, 200% dan 400% (Plate I)

Foto 6. Zona Inhibisi Pertumbuhan Candida albicans Setelah Diberi Perlakuan Dengan Infusa Daun Sirih Segar 50%, 100%, 200% dan 400% (Plate II)


(14)

41

Keterangan Foto 5 dan Foto 6:

Cakram 50% Æ cakram yang ditetesi ekstrak daun sirih segar dengan konsentrasi 50%

Cakram 100% Æ cakram yang ditetesi ekstrak daun sirih segar dengan konsentrasi 100%

Cakram 200% Æ cakram yang ditetesi infusa daun sirih segar dengan konsentrasi 200%

Cakram 400% Æ cakram yang ditetesi infusa daun sirih segar dengan konsentrasi 400%


(15)

42


(16)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Melissa Hascatri Wulan

NRP : 0210122

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 21 Mei 1984

Alamat : Jl. Pratista Timur I No. 20 Bandung Nama Ayah : Suharjono

Nama Ibu : Dyah Suswati Pratiwi

Riwayat Pendidikan : - TK Santa Maria, Cirebon, tahun 1988

- TK Santa Melania, Bandung, tahun 1988-1990 - SD Santa Melania, Bandung, tahun 1990-1996 - SLTP Kristen Yahya, Bandung, tahun 1996-1999 - SMU Negeri 5, Bandung, tahun 1999-2002 - Fakultas Kedokteran Universitas Kristen

Maranatha, tahun 2002-sekarang


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Daun sirih sangat kaya dengan zat-zat berkhasiat, diantaranya minyak atsiri, hydroxychavicol, chavicol, chavibetol, allylpyrocatechol, cyneole, caryophyllene, cadinene, estragol, terpennena, sesquiterpena, phenyl propana, tanin, diastase, gula, pati, dan eugenol. Eugenol yang terkandung dalam daun sirih diduga mampu membasmi Candida albicans, mencegah ejakulasi dini, dan bersifat analgetik (meredakan rasa nyeri). Sirih, yang telah berabad-abad dikenal oleh nenek moyang kita mempunyai manfaat yang besar, berkhasiat untuk mengobati keputihan dan pernah diuji secara klinis. Secara tradisional, daun sirih juga sering digunakan sebagai tanaman obat, mengatasi bau badan, bau mulut, sariawan dan mimisan (Diyah Triarsari, 2000).

Keputihan adalah keluarnya sekret vagina yang memiliki konsistensi, warna dan bau yang berbeda-beda sesuai dengan etiologinya. Wanita yang mengalami keputihan datang ke dokter dengan keluhan antara lain rasa gatal, nyeri, rasa terbakar di bibir kemaluan. Keputihan yang disebabkan oleh Candida albicans akan menghasilkan sekret yang kental, berwarna putih susu, dan disertai rasa gatal. Sekret vagina yang berlebihan akan mengakibatkan kelembaban tinggi yang menyebabkan rasa tidak nyaman pada seorang wanita (M.H.R. Sianturi, 2001). Keputihan dapat menyerang wanita mulai dari anak-anak sampai wanita dewasa, juga wanita yang telah mengalami menopause. Akibat adanya keputihan, sebagian wanita mencari pertolongan kepada dokter, tetapi sebagian lagi berusaha menyembuhkan dengan pengobatan sendiri. Usaha yang dilakukan dapat dengan membilas atau mencuci vagina dengan larutan antiseptik yang banyak dijual di pasaran. Larutan antiseptik ini digunakan untuk membersihkan sekret keputihan dari vagina, tetapi tidak untuk membunuh kuman penyebab (M.H.R. Sianturi, 2001).


(18)

2

1.2Identifikasi Masalah

Apakah infusa daun sirih segar memiliki aktivitas anticandida yang lebih baik dibandingkan dengan cairan sabun pembersih vagina kemasan?

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mengamati aktivitas anticandida infusa daun sirih segar dan cairan sabun pembersih vagina kemasan secara in vitro. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya zona inhibisi yang terbentuk di sekeliling cakram, pada medium yang telah diulas dengan suspensi Candida albicans, setelah ditetesi infusa daun sirih segar dan cairan sabun pembersih vagina.

1.4Manfaat Penelitian

Mengetahui aktivitas anticandida dari infusa daun sirih segar yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai pembersih vagina.

1.5 Kerangka Pemikiran

1. Daun sirih memiliki zat aktif, eugenol, yang dapat membasmi Candida

albicans secara in vitro.

2. Eugenol secara signifikan merusak permukaan sel, baik membran maupun dinding sel, yang telah diberi perlakuan dengan eugenol sehingga sel mengalami lisis.

1.6Hipotesis

Infusa daun sirih memiliki aktivitas anticandida yang lebih baik dibandingkan dengan cairan sabun pembersih vagina kemasan.


(19)

3

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, dengan cara mengamati dan mengukur diameter zona inhibisi pertumbuhan Candida albicans yang terbentuk pada konsentrasi tertentu infusa daun sirih segar dan cairan sabun pembersih vagina.

1.8 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran - Universitas Kristen Maranatha Bandung, pada bulan Maret 2005 sampai dengan Januari 2006.


(20)

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hipotesis penelitian tidak terbukti karena infusa daun sirih segar baru memiliki aktivitas anticandida pada konsentrasi tinggi (≥ 200%).

Pada konsentrasi rendah,aktivitas anticandida cairan sabun pembersih vagina kemasan lebih baik dibandingkan dengan ekstrak daun sirih segar.

5.2 Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang:

1. Efek triclosan dan zat lainnya dalam sabun sirih seperti Laureth Sulfate,

Potassium Cocoyl Glycinate, Polyoxyethylene Hydrogenated Castor Oil dan

Lactic Acid terhadap pertumbuhan Candida albicans;

2. Efek zat aktif lain dalam daun sirih seperti betlephenol, chavicol, carvacrol, estragol, diastase, tanin dan lain-lain terhadap pertumbuhan Candida albicans;

3. Efek eugenol murni terhadap pertumbuhan Candida albicans.

Saran untuk masyarakat luas:

1. Penggunaan rebusan daun sirih untuk mecegah dan mengatasi keputihan; 2. Penggunaan daun sirih yang lebih banyak untuk membuat infusa dalam


(21)

DAFTAR PUSTAKA

American Academy of Pediatrics. 2005. Candidiasis.

http://aapredbook.aappublications.org/cgi/content/full/2003/1/3.23/023_06. December 20th, 2005.

Asri Bindusari. 2001. Terapi Kandidiasis Vulvovaginalis. Berkala Ilmu Penyakit Kulit & Kelamin, 4 (13): 147-155

Baker, B. 1997. The John Hopkins Microbiology Newsletter.

http://pathology5.pathology.jhmi.edu/micro/v16n05.htm. November 24th, 2005.

Bambang Mursito & Heru Prihmantoro. 2004. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.

Bennis, S., Chami, F., Chami, N., Bouchikhi, T. & Remmal, A. 2005. Study of anticandidal activity of carvacrol and eugenol in vitro and in vivo.

http://www.blackwell-synergy.com/links/doi/10.1111/j.1399-302X.2004.00202.x/abs/. December 14th, 2005.

Beus, T., 2001. Trush – causes and risk factors.

http://www.womenshealthlondon.org.uk/leaflets/thrush/thrushrisks.html. December 21st, 2005.

DeMets, A. 1998. Chlamydia trachomatis.

http://www.bact.wisc.edu/Bact330/lecturechlamydia. December 21st, 2005. Diyah Triarsari. 2000. Daun Sirih Mengobati Mimisan Sampai Keputihan.

http://www.depkes.go.id. March 13th, 2005.

Ellis, D. 2001. Candida albicans. www.mycology.adelaide.edu.au. March 10th, 2005.

Gottlieb, J.S. & Skopit, S.E. 2004. Paronychia Nail Infection.

http://www.aocd.org/skin/dermatologic_diseases/paronychia_nail_in.html. December 20th, 2005.


(22)

33

Heritage, J. 2003. Microscopic Appearance of Germ Tube Production. http://www.bmb.leeds.ac.uk/mbiology/ug/ugteach/icu8/std/germ.html. November 24th, 2005.

Holmes, K.K. 2001. Sexually Transmitted Disease, Overview and Clinical Approach In: Eugene Braunwald, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, Dan L. Longo, J. Larry Jameson, editors: Harrison’s Principles of Internal Medicine, Volume 1. 15th ed. United States of America: McGraw-Hill Medical Publishing Division.

Juni Prianto L.A., Tjahaya P.U. & Darwanto. 2002. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kenneth Todar University. 2004. The Pathogenic Neisseriae.

http://textbookofbacteriology.net/neisseria.html. December 21st, 2005. Klatt, E.C. 2001. Clinical Pathology: Microbiology.

http://www.path.utah.edu/classes/webpath/clinpath/clin054.htm. November 24th, 2005.

M.H.R. Sianturi. 2001. Keputihan: Satu Kenyataan di Balik Suatu Kemelut. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mitchell, T.G. 2004. Medical Mycology In: Geo F. Brooks, Janet S. Butel, Stephen A. Morse, editors: Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. 23rd ed. Singapore: The McGraw-Hill Companies.

Nenden Lilis. 1999. Kandidosis Mukokutan Kronik Pada Anak dengan Gizi Kurang Disertai Tuberkulosis Pulmonal dan Anemia. Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional IX PERDOSKI Surabaya, 8-11 Juli 1999 “Perkembangan Penyakit Kulit & Kelamin di Indonesia menjelang Abad 21”: 133-138

Oman, A.A. 2001. Vulvovaginal Candidiasis.

http://www.emro.who.int/Publications/EMHJ/0706/Gram.htm. November 24th, 2005.

Pappas, P.W. & Wardrop, S.M. 2005. Trichomonas vaginalis. www.icp.ucl.ac.be. December 21st, 2005.


(23)

34

Petrin, D. 1998. Clinical and Microbiological Aspects of Trichomonas vaginalis. http://intl-cmr.asm.org/cgi/content/full/11/2/300#SEC11_7. December 20th, 2005.

R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Buku-Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC.

Reichman, R.C. 2001. Human Papillomaviruses In: Eugene Braunwald, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, Dan L. Longo, J. Larry Jameson, editors: Harrison’s Principles of Internal Medicine, Volume 1. 15th ed. United States of America: McGraw-Hill Medical Publishing Division.

Rinaldi, M.G. 1993. Biology and Pathogenicity of Candida Species In: Gerald P. Bodey., editor: Candidiasis: Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment. 2nd ed. New York: Raven Press. p. 1-13.

Rini Damayanti Moeljanto. 2003. Khasiat & Manfaat Daun Sirih, Obat Mujarab dari Masa ke Masa. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Royal Adelaide Hospital. 2005. Vaginal Candidiasis.,

http://www.stdservices.on.net/std/candidiasis/details.htm. December 21st, 2005.

Salvo, A.D. 2004. Yeasts; Candidiasis (Candida albicans). http://pathmicro.med.sc.edu/mycology/mycology-3.htm. November 24th , 2005.

_____________. 2004. Introduction to Mycology.

http://pathmicro.med.sc.edu/mycology/mycology-3.htm. December 20th, 2005. Spicer, W.J. 2000. Clinical Bacteriology, Mycology and Parasitology: an

Illustrated Colour Text. London: Churchill Livingstone. Sutton, D.A. 2000. The Fungi: Candida.

http://www.doctorfungus.org/thefungi/img/candida.jpg. November 24th, 2005. Tortora, G.J., Funke, B.R. & Case, C.L. 2004. Microbiology: an Introduction.

8th ed. San Fransisco: Pearson Education.


(24)

35

Wikipedia. 2006. Piper betle Scientific Classification. http://en.wikipedia.org/wiki/. February 16th, 2006.

WorldNow and Fisher Communications Inc. 2005. Gardnerella vaginalis. ww3.komotv.com/Global/story. December 21st, 2005.

Yamagiku. 2005. Clue Cell (pathology image).


(1)

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik, dengan cara mengamati dan mengukur diameter zona inhibisi pertumbuhan Candida albicans yang terbentuk pada konsentrasi tertentu infusa daun sirih segar dan cairan sabun pembersih vagina.

1.8 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran - Universitas Kristen Maranatha Bandung, pada bulan Maret 2005 sampai dengan Januari 2006.


(2)

31

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hipotesis penelitian tidak terbukti karena infusa daun sirih segar baru memiliki aktivitas anticandida pada konsentrasi tinggi (≥ 200%).

Pada konsentrasi rendah, aktivitas anticandida cairan sabun pembersih vagina kemasan lebih baik dibandingkan dengan ekstrak daun sirih segar.

5.2 Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang:

1. Efek triclosan dan zat lainnya dalam sabun sirih seperti Laureth Sulfate, Potassium Cocoyl Glycinate, Polyoxyethylene Hydrogenated Castor Oil dan Lactic Acid terhadap pertumbuhan Candida albicans;

2. Efek zat aktif lain dalam daun sirih seperti betlephenol, chavicol, carvacrol, estragol, diastase, tanin dan lain-lain terhadap pertumbuhan Candida albicans;

3. Efek eugenol murni terhadap pertumbuhan Candida albicans.

Saran untuk masyarakat luas:

1. Penggunaan rebusan daun sirih untuk mecegah dan mengatasi keputihan; 2. Penggunaan daun sirih yang lebih banyak untuk membuat infusa dalam


(3)

http://aapredbook.aappublications.org/cgi/content/full/2003/1/3.23/023_06. December 20th, 2005.

Asri Bindusari. 2001. Terapi Kandidiasis Vulvovaginalis. Berkala Ilmu Penyakit

Kulit & Kelamin, 4 (13): 147-155

Baker, B. 1997. The John Hopkins Microbiology Newsletter.

http://pathology5.pathology.jhmi.edu/micro/v16n05.htm. November 24th, 2005.

Bambang Mursito & Heru Prihmantoro. 2004. Tanaman Hias Berkhasiat Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.

Bennis, S., Chami, F., Chami, N., Bouchikhi, T. & Remmal, A. 2005. Study of

anticandidal activity of carvacrol and eugenol in vitro and in vivo.

http://www.blackwell-synergy.com/links/doi/10.1111/j.1399-302X.2004.00202.x/abs/. December 14th, 2005.

Beus, T., 2001. Trush – causes and risk factors.

http://www.womenshealthlondon.org.uk/leaflets/thrush/thrushrisks.html. December 21st, 2005.

DeMets, A. 1998. Chlamydia trachomatis.

http://www.bact.wisc.edu/Bact330/lecturechlamydia. December 21st, 2005. Diyah Triarsari. 2000. Daun Sirih Mengobati Mimisan Sampai Keputihan.

http://www.depkes.go.id. March 13th, 2005.

Ellis, D. 2001. Candida albicans. www.mycology.adelaide.edu.au. March 10th, 2005.

Gottlieb, J.S. & Skopit, S.E. 2004. Paronychia Nail Infection.

http://www.aocd.org/skin/dermatologic_diseases/paronychia_nail_in.html. December 20th, 2005.


(4)

33

Heritage, J. 2003. Microscopic Appearance of Germ Tube Production. http://www.bmb.leeds.ac.uk/mbiology/ug/ugteach/icu8/std/germ.html. November 24th, 2005.

Holmes, K.K. 2001. Sexually Transmitted Disease, Overview and Clinical Approach In: Eugene Braunwald, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, Dan L. Longo, J. Larry Jameson, editors: Harrison’s

Principles of Internal Medicine, Volume 1. 15th ed. United States of America: McGraw-Hill Medical Publishing Division.

Juni Prianto L.A., Tjahaya P.U. & Darwanto. 2002. Atlas Parasitologi

Kedokteran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kenneth Todar University. 2004. The Pathogenic Neisseriae.

http://textbookofbacteriology.net/neisseria.html. December 21st, 2005. Klatt, E.C. 2001. Clinical Pathology: Microbiology.

http://www.path.utah.edu/classes/webpath/clinpath/clin054.htm. November 24th, 2005.

M.H.R. Sianturi. 2001. Keputihan: Satu Kenyataan di Balik Suatu Kemelut. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Mitchell, T.G. 2004. Medical Mycology In: Geo F. Brooks, Janet S. Butel, Stephen A. Morse, editors: Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical

Microbiology. 23rd ed. Singapore: The McGraw-Hill Companies.

Nenden Lilis. 1999. Kandidosis Mukokutan Kronik Pada Anak dengan Gizi Kurang Disertai Tuberkulosis Pulmonal dan Anemia. Kumpulan Naskah

Ilmiah Kongres Nasional IX PERDOSKI Surabaya, 8-11 Juli 1999 “Perkembangan Penyakit Kulit & Kelamin di Indonesia menjelang Abad 21”:

133-138

Oman, A.A. 2001. Vulvovaginal Candidiasis.

http://www.emro.who.int/Publications/EMHJ/0706/Gram.htm. November 24th, 2005.

Pappas, P.W. & Wardrop, S.M. 2005. Trichomonas vaginalis. www.icp.ucl.ac.be. December 21st, 2005.


(5)

Petrin, D. 1998. Clinical and Microbiological Aspects of Trichomonas vaginalis. http://intl-cmr.asm.org/cgi/content/full/11/2/300#SEC11_7. December 20th, 2005.

R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong. 2003. Buku-Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta: EGC.

Reichman, R.C. 2001. Human Papillomaviruses In: Eugene Braunwald, Anthony S. Fauci, Dennis L. Kasper, Stephen L. Hauser, Dan L. Longo, J. Larry Jameson, editors: Harrison’s Principles of Internal Medicine, Volume 1. 15th ed. United States of America: McGraw-Hill Medical Publishing Division.

Rinaldi, M.G. 1993. Biology and Pathogenicity of Candida Species In: Gerald P. Bodey., editor: Candidiasis: Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment. 2nd ed. New York: Raven Press. p. 1-13.

Rini Damayanti Moeljanto. 2003. Khasiat & Manfaat Daun Sirih, Obat Mujarab

dari Masa ke Masa. Jakarta: AgroMedia Pustaka.

Royal Adelaide Hospital. 2005. Vaginal Candidiasis.,

http://www.stdservices.on.net/std/candidiasis/details.htm. December 21st, 2005.

Salvo, A.D. 2004. Yeasts; Candidiasis (Candida albicans). http://pathmicro.med.sc.edu/mycology/mycology-3.htm. November 24th , 2005.

_____________. 2004. Introduction to Mycology.

http://pathmicro.med.sc.edu/mycology/mycology-3.htm. December 20th, 2005. Spicer, W.J. 2000. Clinical Bacteriology, Mycology and Parasitology: an

Illustrated Colour Text. London: Churchill Livingstone.

Sutton, D.A. 2000. The Fungi: Candida.

http://www.doctorfungus.org/thefungi/img/candida.jpg. November 24th, 2005. Tortora, G.J., Funke, B.R. & Case, C.L. 2004. Microbiology: an Introduction.

8th ed. San Fransisco: Pearson Education.


(6)

35

Wikipedia. 2006. Piper betle Scientific Classification. http://en.wikipedia.org/wiki/. February 16th, 2006.

WorldNow and Fisher Communications Inc. 2005. Gardnerella vaginalis. ww3.komotv.com/Global/story. December 21st, 2005.

Yamagiku. 2005. Clue Cell (pathology image).