Penentuan Konsentrasi Minimal Infusa Daun Sirih (Piper betle Linn.) Sebagai Antifungi Terhadap Candida albicans Secara In Vitro.
ABSTRAK
PENENTUAN KONSENTRASI MINIMAL INFUSA DAUN SIRIH
( Piper betle Linn.) SEBAGAI ANTIFUNGI
TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO
Maria Merlin, 2005, Pembimbing Utama : Diana K. Jasaputra, dr. M. Kes.
Khasiat daun sirih telah dikenal sejak dahulu kala. Penggunaan daun ini adalah
sebagai obat tradisional antara lain sebagai penyegar nafas, menjaga kekuatan
gigi, untuk menghentikan perdarahan hidung, juga sebagai antiseptik dan
antifungi. Sifat antiseptik dan antifungi ini disebabkan oleh kandungan zat
chavieol para allyphenol, isoeugenole, limonene, fJ-pinene, dan earyophyllene.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi infusa daun sirih
terhadap Candida alMeans in vitro. Pereobaan dilakukan seeara prospektif
ekperimental sungguhan dengan menggunakan metode difusi agar Sabouraud
Dextrose, kemudian diukur zona inhibisi yang terbentuk.
Rata-rata besarnya diameter hambatan pertumbuhan Candida alMeans yang
diperoleh dari pereobaan adalah sebagai berikut : pada konsentrasi infusa daun
sirih 50 % tidak didapatkan zona hambatan, pada konsentrasi 75 % didapatkan
rata-rata diameter hambatan sebesar 12,45 mm, pada konsentrasi 100 % yaitu
13,15 mm, pada konsentrasi 125 % yaitu 13,77 mm, pada konsentrasi 150 % yaitu
13,91 nun, pada konsentrasi 175 % yaitu 14,95 mm, pada konsentrasi 200 % yaitu
15,03 nun, pada konsentrasi 225 % yaitu 15,37 mm, pada konsentrasi 250 % yaitu
16,03 mm, pada konsentrasi 275 % yaitu 17,11 em, dan pada konsentrasi 300 %
sebesar 18,37 nun.
Dari pereobaan dapat ditarik kesimpulan bahwa infusa daun sirih dengan
konsentrasi tinggi memiliki aktivitas antifungi terhadap Candida albieans in vitro.
Besarnya hambatan sebanding dengan semakin besamya konsentrasi ( % ) infusa
daun sirih yang digunakan.
IV
ABSTRACT
DETERMINATION OF MINIMAL CONCENTRATION OF
BETEL'S LEA VES INFUSION ( Piper belle Linn.)
AS AN ANTIFUNGAL
ON Candida albicans IN VITRO
Maria Merlin, 2005, Tutor: Diana K. Jasaputra, dr. M Kes
The usefulness of betel's leaves has been known for long. It was used as a
traditional medicine to freshen up the breath, stopp nose bleeding, and was
trusted as an antiseptic and an antifungal agent. This function was due to its
contain, such as : chavicol para allyphenol, isoeugenole, limonene, fi -pinene, and
caryophyllene.
This experiment was made to know antifungal activity of betel's leaves irifusion
on Candida albicans in vitro. Experiment used diffusion methods of Sabouraud
Dextrose agar and then measured its inhibition zone.
The average of inhibition zone diameter on Candida albicans was shown by
these following data: on concentration betel leaves irifusion 50 % there was no
inhibition zone, on concentration 75 % the inhibition zone was 12,45 mm, on
concentration 100 % was 13,15 mm, on concentration 125 % was 13, 77 mm, on
concentration 150 % was 13,91 mm, on concentration 175 % was 14,95 mm, on
concentration 200 % was 15,03 mm, on concentration 225 % was 15,37 mm, on
concentration 250 % was 16,03 mm, on concentration 275 % was 17,11 mm, and
on 300 % was 18,37 mm.
Conclusion of the experiment is that betel's leaves irifusion has an antifungal
activity on Candida albicans in vitro. The bigger the inhibition zone, the bigger
concentration is needed.
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUWAN
11
LEMBAR PERNY AT AAN
11]
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KAT A PENGANT AR
V]
DAFT AR ISI
viii
DAFT AR TABEL .
xi
DAFT AR GAMBAR
. xii
1.1.1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi Masalah...
... 2
1.3 Maksud dan Tujuan
2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
2
1.5 Kerangka Pemikiran
3
1.6 Metode Penelitian
3
1.7 Lokasi dan Waktu .Penelitian
3
1.1.2 BAB II TINJAUAN PUST AKA
2.1 Tanaman Sirih ( Piper betle Linn)
4
2.1.1 Taksonomi dan Tinjauan Botani
5
2.1.2 Kandungan Kimia
6
2.1.3 Kegunaan Tanaman Sirih
7
2.1 Candida albicans...
8
2.1.1
Morfologi dan Sifat Candida albicans
2.1.2
Patologi dan Patogenesis
9
11
2.2 Kandidiasis
..12
2.2.1
Faktor Predisposisi Kandidiasis
13
2.2.2
KlasifIkasi Kandidiasis
14
Vlll
2.2.3
Manifestasi Klinis..
15
2.3.3.1 Kandidiasis Selaput Lendir
15
2.3.3.2 Kandidiasis Kutaneus
17
2.3.3.3 Kandidiasis Sistemik
19
23.3.4
20
Reaksi Id ( Kandidid )
2.3.4
Diagnosis
20
2.3.5
Diagnosis Banding
23
2.3.6
Terapi Kandidiasis
...
2.4 Obat Anti Jamur .
23
24
2.4.1
Obat Anti Jamur untuk Kandidiasis Sistemik
25
2.4.2
Obat Anti Jamur untuk Kandidiasis Mukokutan
30
2.4.3
Obat Anti Jamur Topikal untuk Kandidiasis
31
2.4.4 Sifat Anti-Candida albieans dari Daun Sirih
32
1.1.3 BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat-a1at Penelitian
34
3.2 Bahan-bahan Penelitian...
34
3.3 Metode Penelitian ..
35
3.3.1
Desain Penelitian
35
3.3.2
Prosedur Penelitian
35
3.3.2.1 Pembuatan Suspensi Candida a/bieans
35
3.3.2.2 Pembuatan Sabouraud Dextrose Agar ( 1000 m1)
35
3.3.2.3 Pembuatan Infusa Daun Sirih
36
3.3.2.4 Pengujian Aktivitas Anti Candida albieans
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Percobaan
37
4.2
Pembahasan
45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
47
IX
5.2
Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
48
RIW AYAT HIDUP
52
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Penentuan Konsentrasi Minimal Infusa
Daun Sirih ( Piper betle Linn. ) dalam Berbagai Konsentrasi
sebagai Antifungi terhadap Candida albieans secara In Vitro
44
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Zona Inhibisi yang Terbentuk oleh Nistatin
45
Xl
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Daun Sirih (Piper betle Linn. )
5
Gambar 2.2 Koloni Candida albieans pada Sabouraud Dextrose Agar
10
Gambar 2.3 GermTtube dari Candida albieans.. . ... . .. . . .. .. . .. ... . .. ... .. .. ..
10
Gambar 2.4 Lesi Pseudomembran pada Palatum Durum
15
Gambar 2.5 Perleche
16
... .. . ... .. . . .
. . ... ... . .. ... .. . .. ... .
Gambar 2.6 Kandidiasis pada Axilla
18
Gambar 2.7 Onikomikosis Candida albieans
19
Gambar 2.8 Candida albieans pada Pewamaan Gram
21
Gambar 2.9 Klamidospora dalam Cornmeal-Tween 80 Agar. .. ... . .. .. . .. . ...
22
Gambar 2.10 Klamidospora dari Darah... .. . ... ... ... . .. . .. . .. . .. ... .. . ... . .. .. .
23
Gambar 4.1 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 50 %
37
Gambar 4.2 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 75%...
...
38
Gambar 4.3 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 100 %
38
Gambar 4.4 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 125 %
39
Gambar 4.5 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 150 %
39
Gambar 4.6 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 175 %
40
Gambar 4.7 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 200 %
40
Gambar 4.8 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 225 %
XlI
41
Gambar 4.9 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albicans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 250 %...
41
Gambar 4.10 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albicans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 275 %
...
42
Gambar 4.11 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albicans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 300 %
42
Gambar 4.12 Kontrol Positifdengan Nistatin
43
Gambar 4.13 Kontrol Negatif
43
Xlll
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Maria Merlin
Nomor Pokok Mahasiswa
: 0110134
Tempat dan Tanggal Lahir
: Bandung, 18 Juni 1983
Alamat
: J1.Gandawijaya no. 103 Cimahi
Riwayat Pendidikan :
Tahun 1995: Lulus SD St. Maria Cimahi
Tahun 1998: Lulus SMP St. Aloysius II Bandung
Tahun 2001 : Lulus SMU St. Aloysius I Bandung
Tahun 2001 : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen
Maranatha Bandung 2001
52
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara berkembang, dan masalah kesehatan masih
merupakan masalah utama yang harus ditanggulangi. Salah satu masalah
kesehatan tersebut adalah penyakit infeksi akibat jamur ( mikosis ), dan
kandidiasis termasuk dalam kategori mikosis karena disebabkan oleh jamur
Candida albieans.
Pengobatan kandidiasis masih mengalami kesulitan hingga saat ini
disebabkan karena tingkat kekambuhan penyakit yang tinggi dan resistensi
Candida alMeans terhadap antibiotik maupun antifungi tertentu.
Sirih ( Piper betle Linn. ) termasuk tanaman obat tradisional yang telah
digunakan secara turun-temurun. Ekstrak minyak atsiri daun sirih segar
sebagian besar mengandung ehavieol yang memberikan bau khas pada sirih.
Karena kandungan minyak atsiri inilah, daun sirih banyak digunakan sebagai
ramuan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan mulut, tenggorokan, dan
untuk menghentikan pendarahan hidung. Salah satu kegunaan khas daun
sirih adalah sebagai betelpruim, yaitu campuran daun sirih, pinang, kapur,
dan tembakau yang dikunyah untuk menjaga kekuatan gigi, kesehatan
mulut, dan kesegaran nafas.. ( Heyne, 1987 )
Daun sirih mengandung ehavieol berkhasiat sebagai antiseptik dan
antifungi,
isoeugenol
dan limonene,
kandidistatik, dan juga mengandung
yang
bersifat
fungistatik
dan
p-pinene dan earyophyllene, yang
bersifat fungisida dan kandidisida. Berdasarkan sifat inilah daun sirih dapat
dimanfaatkan sebagai antifungi. (Hertiani, Purwantini, 200] )
Penelitian mengenai sifat antiseptik infusa daun sirih sudah pernah
dilakukan dan memberikan hasil positif terhadap beberapa flora rongga
mulut, namun khasiat antifungi infusa daun sirih, khususnya terhadap
1
2
Candida alMeans dan besarnya konsentrasi yang dapat menghambat
pertumbuhan Candida alMeans secara in vitro belum dilakukan secara
khusus. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan infusa daun sirih sebagai antifungi terhadap Candida albieans
secara in vitro dengan konsentrasi terkecil ( 50 % ) hingga 300 %.
1.2 Identifikasi masalah
Pada konsentrasi minimal berapakah infusa daun sirih dapat berefek
antifungi terhadap Candida alMeans secara in vitro?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan pengujian aktivitas
antifungi infusa daun sirih ( Piper belle Linn. ) terhadap Candida alMeans
secara in vitro.Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi
minimal infusa daun sirih sebagai antifungi terhadap Candida alMeans in
vitro.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala Farmakologi
tumbuhan obat tradisional, khususnya efek infusa daun sirih ( Piper belle
Linn.) sebagai antifungi terhadap Candida albieans secara in vitro.
3
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca,
peningkatan, pengembangan dan penggunaan daun sirih sebagai antifungi,
terutama terhadap Candida a/bieans.
1.5 Kerangka Pemikiran
Candida a/bieans merupakan patogen oportunistik yang menginfeksi
tubuh dari bagian superfisial hingga ke organ dalam, juga merupakan salah
satu
mikroorganisme
yang
sermg
menyebabkan
keputihan
dan
vulvovaginitis. (Kuswadji, 1999)
Daun sirih mengandung senyawa ehavieo/ yang memilki efek antifungi,
juga terhadap Candida a/bieans. (Heyne, 1987)
Daun
fungistatik
sirih mengandung
dan
earyophyllene,
kandidistatik,
isoeugeno/e,
dan
juga
limonene,
yang bersifat
mengandung
yang bersifat fungisida dan kandidisida.
p-pinene,
( Hertiani,
Purwantini, 2001 )
1.6 Metode
Penelitian
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan. Aktivitas
anti fungi infusa daun sirih diukur dengan menggunakan metode difusi agar
Sabouraud Dextrose, kemudian diukur zona inhibisi yang terbentuk
(millimeter) dari Candida a/bieans yang diuji.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan
di Laboratorium
Mikrobiologi,
Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran Maranatha, Bandung dari bulan Januari
hingga Desember 2004.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesirnpulan
Infusa daun sirih ( Piper betle Linn. ) memiliki aktivitas antifungi terhadap
Candida albieans secara in vitro. Besarnya diameter hambatan sebanding dengan
kenaikan konsentrasi infusa daun sirih yang digunakan. Harnbatan terhadap
pertumbuhan Candida albieans in vitro dimulai dari konsentrasi infusa daun sirih
sebesar 75 %, narnun daya harnbat pada konsentrasi ini masih lebih lemah
dibandingkan daya hambat nistatin, sedangkan untuk menghasilkan daya hambat
menyerupai nistatin membutuhkan konsentrasi sebesar 300 %.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemarnpuan infusa daun sirih
untuk menghambat pertumbuhan Candida albieans secara in vivo, apakah lebih
baik, sarna baiknya, atau lebih tidak efektif dan penelitian mengenai besarnya
konsentrasi yang aman bila diaplikasikan langsung pada manusia sehingga
pengobatan kandidiasis dapat diatasi dengan cara yang lebih sederhana, arnan,
murah, dan lebih efektif.
47
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrahman M.H., Bujang R.F., Dahlan AM., Dana K., Ginting M., Ikhsan
D.P., Maria A, dkk. 1998. Infeksi Khusus Kandidiasis. Dalam: Rusepno
Hassan, Husein Alatas, editor: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta:
Percetakan Infomedia. hal. 103-04
Anna Rozaliyani., Retno Wahyuningsih., 2002. Peran Makrofag dalam Proses
Kekebalan terhadap Infeksi Candida. Dalam: Majalah Kedokteran
Indonesia. Vol.52. No.4. Jakarta: BalaiPenerbitan IDI. hal. 149-53
Anonimous,
2002.
http://www.giftplanzen.comlpiperbetle.html.
Medicinal
June 18th, 2004
Plants.
Aurora D.S., Kaur J., 1999. International Journal of Antimicrobial Agent.
http://www.Lser:pies.com.triplocated-isc.. May 12th,2004
Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A, 2001. Jawetz, Melnick & Adelberg Medical
Microbiology. 22nd ed.
New York: The McGraw-Hill Company
Incorporation. p. 276-77
Bahroelim Bahry., Rianto Setiabudy., 1997. Obat Anti Jamur. Dalam: Rianto
Setiabudy., Sulistia Ganiswara., Frans Suyatna., Purwantyastuti., NafTiadi.,
editor: Farmakologi dan Terapi. Edisi.4. Jakarta: Gaya Barn. hal. 560-70
Chamberlain
N.R.,
2002.
Oral
Candidiasis.
http://www.dentalcare.comlintermed/oralcan.l07.html., March 26th, 2004
Durjadin L.,
Walbaum., 2001. About Candida
http://www.arachnosia.univ-lille4.fT/parasito/candida.html.
2004
Candidiasis.
March 26th,
Durjadin
L.,
Walbaum., 2001. About Candida
http://www .arachnosia. univ-lille2. fT/parasito/candida. html.
2004
Candidiasis.
March 26th,
Dian Sundari., Wien Winarno., 2001. Informasi Tumbuhan Obat Sebagai Anti
Jamur. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran. No. 130. Jakarta: PT. Temprint.
hal. 28-30
Digrak M., Alma M.K., I1cim A, Antibacterial and Antifungal Activities of
Turkish Medicinal Plants. Dalam: Pharmaceutical Biology. No.5. Vol. 39.
p.348
48
49
Denis
M.D.,
Walsh
T.J.,
Spectrum
of
Mycoses.
http://www.geocities.com/doctor uae/ micro02.html., April 1S\ 2004
Ema Harijati., Dwi Murtiastutik., 2004. Kandidiasis Vulvovaginitis pada Wanita
Imunokompromais karena Infeksi HIV. Dalam: Majalah Berkala Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Vol. 16. No.1.
Surabaya: Percetakan
Universitas Airlangga. hal. 52-59
Hart T., Shears P., 1997. Jamur Yang Penting Bagi Kedokteran. Dalam: Sugiarto
Komala., Alexander Halim Santoso., editor: Atlas Berwarna Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: Hipokrates. hal. 240-42
Hesti Adininggar., Jan Susilo., 1996. Identifikasi Spesies Candida. Dalam:
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 46. No.9. Jakarta: Balai Penerbitan
IDI. hal. 515-18
Herman M.J., 2000. Penyakit Menular Seksual Akibat Jamur, Protozoa, dan
Parasit. Dalam: Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol. 9.
No. 20. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. hal. 14-20
Heyne K., 1987. Piperaceae. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 2. Jakarta:
Yayasan Sarana Wana Jaya. hal. 622-27
Henderson
O.S.,
Candidiasis
2001.
http://www.emedicine.org/photo/candidiasis/calbl.jpg., Aug 4th, 2004
Henderson
O.S.,
Candidiasis
2001.
http://www.emedicine.org/photo/candidiasis/calb4.ipg., Aug 4th, 2004
Henderson
O.S.,
Candidiasis
2001.
http://www.emedicine.org/photo/candidiasis/calb3.jpg., Aug 4th, 2004
Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A., Brooks G.F., Butel J.S., amston L.N.,
1996. Mikologi Kedokteran. Dalam: I. Setiawan. editor: Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC. hal. 627-41
Jawetz E., Katzung B.G., 1995. Obat Anti Jamur. Dalam: Budi Indrawasih.,
Hermawan Setiadi., editor: Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.
hal. 662-67
Kuswadji., 1999. Kandidiasis. Dalam: Adhi Djuanda., Mocthar Hamzah., Siti
Aisah., editor: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 103-06
50
Kuswadji., 1999. Kandidiasis. Dalam: Adhi Djuanda., Mocthar Hamzah., Siti
Aisah., editor: Ilmu Penyakit Ku/it dan Kelamin. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 103-06
Murray P.R., Rosenthal K.S., Kobayashi G.S., Pfaller M.A., 2002. Medical
Microbiology. 4th ed. St. Louis: Mosby Incorporation. p. 550-52
Lily M.P., Metzger J., 1980. Medicinal Plants of Cast and Southeast Asia.
Cambridge, Massachusetts, London: The MIT Press. p. 312-15
Raflizar., 2001. Gambaran
Klinis Paronikia dan Penatalaksanaannya.
Dalam: Cermin Dunia Kedokteran. No. 130. Jakarta: PT. Temprint. hal.
25-27
Rassner., Steinert U., 1995. Infeksi Candida. Dalam: Melfiawati S., Toni
Harijanto editor: Buku Ajar dan Atlas Berwarna Dermatologi. Edisi 4.
Jakarta: EGC. hal. 67-68
Scarbrough
M.,
2002.
htt ://www.microbiolo.mtsinai.on.ca/fi
16t ,2004
Yeast
Infection.,
.c.albicans.sda/html.,
Sept
Scarbrough
M.,
2002.
Yeast
http://www.microbiologv.mtsinai.on.ca/fig.germtube/html..
2004
Shulgin
T.A.,
2001.
Fungal
http://www.aci.mta.ca/biologv /images/fungaldiseasesI20folder
Oct 25th, 2004
Shulgin
T.A.,
/www.aci.mta.ca/biolo
~r:/
25t ,2004
Infection.,
Sept 16th,
Diseases.,
/i peg.,
Fungal
Diseases.,
aldiseases/22folder/i peg., Oct
Sudibyo Supardji., Sarjaini Jamal., Agnes M. Louparty., 2003. Beberapa
Faktor yang Berhubungan
Dengan Penggunaan Obat Tradisional
Dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Dalam: Buletin Penelitian
Kesehatan.
Vol. 31. No. 1. Jakarta:
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. hal. 25-31
Triana Hertiani., Indah Purwantini., 2002. Minyak Atsiri Hasil Destilasi
Ekstrak Etanol Daun Sirh ( Piper betle Linn. ) dari Beberapa Daerah di
Yogyakarta dan Aktivitas Anti Jamurnya terhadap Candida albicans.
Dalam: Majalah Farmasi Indonesia. Vol 13. No.4. Yogyakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada. hal. 27-28
SolI D., 2002. Opportunistic Mycoses., http://arpa.alIenpress.com/arpaonline/
108.htmi., Aug 24th, 2004
51
Tortora G.J., Funke B.R., Case C.L., 2001. Microbiology an Introduction. 7th.
San Francisco: Benjamin Cushing Publishing Company Incorporation. p.
573-74
Volk & Wheeler. 1990. Penyakit yang Disebabkan Fungi. Dalam: S.
Adisoemarto., editor: Mikrobiologi Dasar. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. hal.
195-96
Y. Ogata., 1995. Piperaceae. Dalam: Indeks Tumbuhan Obat di Indonesia. Edisi 2.
Jakarta: PT. Eisai Indonesia. hal. 21
PENENTUAN KONSENTRASI MINIMAL INFUSA DAUN SIRIH
( Piper betle Linn.) SEBAGAI ANTIFUNGI
TERHADAP Candida albicans SECARA IN VITRO
Maria Merlin, 2005, Pembimbing Utama : Diana K. Jasaputra, dr. M. Kes.
Khasiat daun sirih telah dikenal sejak dahulu kala. Penggunaan daun ini adalah
sebagai obat tradisional antara lain sebagai penyegar nafas, menjaga kekuatan
gigi, untuk menghentikan perdarahan hidung, juga sebagai antiseptik dan
antifungi. Sifat antiseptik dan antifungi ini disebabkan oleh kandungan zat
chavieol para allyphenol, isoeugenole, limonene, fJ-pinene, dan earyophyllene.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antifungi infusa daun sirih
terhadap Candida alMeans in vitro. Pereobaan dilakukan seeara prospektif
ekperimental sungguhan dengan menggunakan metode difusi agar Sabouraud
Dextrose, kemudian diukur zona inhibisi yang terbentuk.
Rata-rata besarnya diameter hambatan pertumbuhan Candida alMeans yang
diperoleh dari pereobaan adalah sebagai berikut : pada konsentrasi infusa daun
sirih 50 % tidak didapatkan zona hambatan, pada konsentrasi 75 % didapatkan
rata-rata diameter hambatan sebesar 12,45 mm, pada konsentrasi 100 % yaitu
13,15 mm, pada konsentrasi 125 % yaitu 13,77 mm, pada konsentrasi 150 % yaitu
13,91 nun, pada konsentrasi 175 % yaitu 14,95 mm, pada konsentrasi 200 % yaitu
15,03 nun, pada konsentrasi 225 % yaitu 15,37 mm, pada konsentrasi 250 % yaitu
16,03 mm, pada konsentrasi 275 % yaitu 17,11 em, dan pada konsentrasi 300 %
sebesar 18,37 nun.
Dari pereobaan dapat ditarik kesimpulan bahwa infusa daun sirih dengan
konsentrasi tinggi memiliki aktivitas antifungi terhadap Candida albieans in vitro.
Besarnya hambatan sebanding dengan semakin besamya konsentrasi ( % ) infusa
daun sirih yang digunakan.
IV
ABSTRACT
DETERMINATION OF MINIMAL CONCENTRATION OF
BETEL'S LEA VES INFUSION ( Piper belle Linn.)
AS AN ANTIFUNGAL
ON Candida albicans IN VITRO
Maria Merlin, 2005, Tutor: Diana K. Jasaputra, dr. M Kes
The usefulness of betel's leaves has been known for long. It was used as a
traditional medicine to freshen up the breath, stopp nose bleeding, and was
trusted as an antiseptic and an antifungal agent. This function was due to its
contain, such as : chavicol para allyphenol, isoeugenole, limonene, fi -pinene, and
caryophyllene.
This experiment was made to know antifungal activity of betel's leaves irifusion
on Candida albicans in vitro. Experiment used diffusion methods of Sabouraud
Dextrose agar and then measured its inhibition zone.
The average of inhibition zone diameter on Candida albicans was shown by
these following data: on concentration betel leaves irifusion 50 % there was no
inhibition zone, on concentration 75 % the inhibition zone was 12,45 mm, on
concentration 100 % was 13,15 mm, on concentration 125 % was 13, 77 mm, on
concentration 150 % was 13,91 mm, on concentration 175 % was 14,95 mm, on
concentration 200 % was 15,03 mm, on concentration 225 % was 15,37 mm, on
concentration 250 % was 16,03 mm, on concentration 275 % was 17,11 mm, and
on 300 % was 18,37 mm.
Conclusion of the experiment is that betel's leaves irifusion has an antifungal
activity on Candida albicans in vitro. The bigger the inhibition zone, the bigger
concentration is needed.
v
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUWAN
11
LEMBAR PERNY AT AAN
11]
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
v
KAT A PENGANT AR
V]
DAFT AR ISI
viii
DAFT AR TABEL .
xi
DAFT AR GAMBAR
. xii
1.1.1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Identifikasi Masalah...
... 2
1.3 Maksud dan Tujuan
2
1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah
2
1.5 Kerangka Pemikiran
3
1.6 Metode Penelitian
3
1.7 Lokasi dan Waktu .Penelitian
3
1.1.2 BAB II TINJAUAN PUST AKA
2.1 Tanaman Sirih ( Piper betle Linn)
4
2.1.1 Taksonomi dan Tinjauan Botani
5
2.1.2 Kandungan Kimia
6
2.1.3 Kegunaan Tanaman Sirih
7
2.1 Candida albicans...
8
2.1.1
Morfologi dan Sifat Candida albicans
2.1.2
Patologi dan Patogenesis
9
11
2.2 Kandidiasis
..12
2.2.1
Faktor Predisposisi Kandidiasis
13
2.2.2
KlasifIkasi Kandidiasis
14
Vlll
2.2.3
Manifestasi Klinis..
15
2.3.3.1 Kandidiasis Selaput Lendir
15
2.3.3.2 Kandidiasis Kutaneus
17
2.3.3.3 Kandidiasis Sistemik
19
23.3.4
20
Reaksi Id ( Kandidid )
2.3.4
Diagnosis
20
2.3.5
Diagnosis Banding
23
2.3.6
Terapi Kandidiasis
...
2.4 Obat Anti Jamur .
23
24
2.4.1
Obat Anti Jamur untuk Kandidiasis Sistemik
25
2.4.2
Obat Anti Jamur untuk Kandidiasis Mukokutan
30
2.4.3
Obat Anti Jamur Topikal untuk Kandidiasis
31
2.4.4 Sifat Anti-Candida albieans dari Daun Sirih
32
1.1.3 BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN
3.1 Alat-a1at Penelitian
34
3.2 Bahan-bahan Penelitian...
34
3.3 Metode Penelitian ..
35
3.3.1
Desain Penelitian
35
3.3.2
Prosedur Penelitian
35
3.3.2.1 Pembuatan Suspensi Candida a/bieans
35
3.3.2.2 Pembuatan Sabouraud Dextrose Agar ( 1000 m1)
35
3.3.2.3 Pembuatan Infusa Daun Sirih
36
3.3.2.4 Pengujian Aktivitas Anti Candida albieans
36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Percobaan
37
4.2
Pembahasan
45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
47
IX
5.2
Saran
47
DAFTAR PUSTAKA
48
RIW AYAT HIDUP
52
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Penentuan Konsentrasi Minimal Infusa
Daun Sirih ( Piper betle Linn. ) dalam Berbagai Konsentrasi
sebagai Antifungi terhadap Candida albieans secara In Vitro
44
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Zona Inhibisi yang Terbentuk oleh Nistatin
45
Xl
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Daun Sirih (Piper betle Linn. )
5
Gambar 2.2 Koloni Candida albieans pada Sabouraud Dextrose Agar
10
Gambar 2.3 GermTtube dari Candida albieans.. . ... . .. . . .. .. . .. ... . .. ... .. .. ..
10
Gambar 2.4 Lesi Pseudomembran pada Palatum Durum
15
Gambar 2.5 Perleche
16
... .. . ... .. . . .
. . ... ... . .. ... .. . .. ... .
Gambar 2.6 Kandidiasis pada Axilla
18
Gambar 2.7 Onikomikosis Candida albieans
19
Gambar 2.8 Candida albieans pada Pewamaan Gram
21
Gambar 2.9 Klamidospora dalam Cornmeal-Tween 80 Agar. .. ... . .. .. . .. . ...
22
Gambar 2.10 Klamidospora dari Darah... .. . ... ... ... . .. . .. . .. . .. ... .. . ... . .. .. .
23
Gambar 4.1 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 50 %
37
Gambar 4.2 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 75%...
...
38
Gambar 4.3 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 100 %
38
Gambar 4.4 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 125 %
39
Gambar 4.5 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 150 %
39
Gambar 4.6 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 175 %
40
Gambar 4.7 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 200 %
40
Gambar 4.8 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albieans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 225 %
XlI
41
Gambar 4.9 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albicans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 250 %...
41
Gambar 4.10 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albicans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 275 %
...
42
Gambar 4.11 Zona Hambatan Pertumbuhan Candida albicans dalam Cawan Petri
dengan Konsentrasi Infusa Daun Sirih 300 %
42
Gambar 4.12 Kontrol Positifdengan Nistatin
43
Gambar 4.13 Kontrol Negatif
43
Xlll
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Maria Merlin
Nomor Pokok Mahasiswa
: 0110134
Tempat dan Tanggal Lahir
: Bandung, 18 Juni 1983
Alamat
: J1.Gandawijaya no. 103 Cimahi
Riwayat Pendidikan :
Tahun 1995: Lulus SD St. Maria Cimahi
Tahun 1998: Lulus SMP St. Aloysius II Bandung
Tahun 2001 : Lulus SMU St. Aloysius I Bandung
Tahun 2001 : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen
Maranatha Bandung 2001
52
BABI
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara berkembang, dan masalah kesehatan masih
merupakan masalah utama yang harus ditanggulangi. Salah satu masalah
kesehatan tersebut adalah penyakit infeksi akibat jamur ( mikosis ), dan
kandidiasis termasuk dalam kategori mikosis karena disebabkan oleh jamur
Candida albieans.
Pengobatan kandidiasis masih mengalami kesulitan hingga saat ini
disebabkan karena tingkat kekambuhan penyakit yang tinggi dan resistensi
Candida alMeans terhadap antibiotik maupun antifungi tertentu.
Sirih ( Piper betle Linn. ) termasuk tanaman obat tradisional yang telah
digunakan secara turun-temurun. Ekstrak minyak atsiri daun sirih segar
sebagian besar mengandung ehavieol yang memberikan bau khas pada sirih.
Karena kandungan minyak atsiri inilah, daun sirih banyak digunakan sebagai
ramuan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan mulut, tenggorokan, dan
untuk menghentikan pendarahan hidung. Salah satu kegunaan khas daun
sirih adalah sebagai betelpruim, yaitu campuran daun sirih, pinang, kapur,
dan tembakau yang dikunyah untuk menjaga kekuatan gigi, kesehatan
mulut, dan kesegaran nafas.. ( Heyne, 1987 )
Daun sirih mengandung ehavieol berkhasiat sebagai antiseptik dan
antifungi,
isoeugenol
dan limonene,
kandidistatik, dan juga mengandung
yang
bersifat
fungistatik
dan
p-pinene dan earyophyllene, yang
bersifat fungisida dan kandidisida. Berdasarkan sifat inilah daun sirih dapat
dimanfaatkan sebagai antifungi. (Hertiani, Purwantini, 200] )
Penelitian mengenai sifat antiseptik infusa daun sirih sudah pernah
dilakukan dan memberikan hasil positif terhadap beberapa flora rongga
mulut, namun khasiat antifungi infusa daun sirih, khususnya terhadap
1
2
Candida alMeans dan besarnya konsentrasi yang dapat menghambat
pertumbuhan Candida alMeans secara in vitro belum dilakukan secara
khusus. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk
membuktikan infusa daun sirih sebagai antifungi terhadap Candida albieans
secara in vitro dengan konsentrasi terkecil ( 50 % ) hingga 300 %.
1.2 Identifikasi masalah
Pada konsentrasi minimal berapakah infusa daun sirih dapat berefek
antifungi terhadap Candida alMeans secara in vitro?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk melakukan pengujian aktivitas
antifungi infusa daun sirih ( Piper belle Linn. ) terhadap Candida alMeans
secara in vitro.Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan konsentrasi
minimal infusa daun sirih sebagai antifungi terhadap Candida alMeans in
vitro.
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas cakrawala Farmakologi
tumbuhan obat tradisional, khususnya efek infusa daun sirih ( Piper belle
Linn.) sebagai antifungi terhadap Candida albieans secara in vitro.
3
1.4.2 Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca,
peningkatan, pengembangan dan penggunaan daun sirih sebagai antifungi,
terutama terhadap Candida a/bieans.
1.5 Kerangka Pemikiran
Candida a/bieans merupakan patogen oportunistik yang menginfeksi
tubuh dari bagian superfisial hingga ke organ dalam, juga merupakan salah
satu
mikroorganisme
yang
sermg
menyebabkan
keputihan
dan
vulvovaginitis. (Kuswadji, 1999)
Daun sirih mengandung senyawa ehavieo/ yang memilki efek antifungi,
juga terhadap Candida a/bieans. (Heyne, 1987)
Daun
fungistatik
sirih mengandung
dan
earyophyllene,
kandidistatik,
isoeugeno/e,
dan
juga
limonene,
yang bersifat
mengandung
yang bersifat fungisida dan kandidisida.
p-pinene,
( Hertiani,
Purwantini, 2001 )
1.6 Metode
Penelitian
Penelitian ini bersifat prospektif eksperimental sungguhan. Aktivitas
anti fungi infusa daun sirih diukur dengan menggunakan metode difusi agar
Sabouraud Dextrose, kemudian diukur zona inhibisi yang terbentuk
(millimeter) dari Candida a/bieans yang diuji.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan
di Laboratorium
Mikrobiologi,
Fakultas
Kedokteran Universitas Kedokteran Maranatha, Bandung dari bulan Januari
hingga Desember 2004.
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesirnpulan
Infusa daun sirih ( Piper betle Linn. ) memiliki aktivitas antifungi terhadap
Candida albieans secara in vitro. Besarnya diameter hambatan sebanding dengan
kenaikan konsentrasi infusa daun sirih yang digunakan. Harnbatan terhadap
pertumbuhan Candida albieans in vitro dimulai dari konsentrasi infusa daun sirih
sebesar 75 %, narnun daya harnbat pada konsentrasi ini masih lebih lemah
dibandingkan daya hambat nistatin, sedangkan untuk menghasilkan daya hambat
menyerupai nistatin membutuhkan konsentrasi sebesar 300 %.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemarnpuan infusa daun sirih
untuk menghambat pertumbuhan Candida albieans secara in vivo, apakah lebih
baik, sarna baiknya, atau lebih tidak efektif dan penelitian mengenai besarnya
konsentrasi yang aman bila diaplikasikan langsung pada manusia sehingga
pengobatan kandidiasis dapat diatasi dengan cara yang lebih sederhana, arnan,
murah, dan lebih efektif.
47
DAFTAR PUSTAKA
Abdoerrahman M.H., Bujang R.F., Dahlan AM., Dana K., Ginting M., Ikhsan
D.P., Maria A, dkk. 1998. Infeksi Khusus Kandidiasis. Dalam: Rusepno
Hassan, Husein Alatas, editor: Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 1. Jakarta:
Percetakan Infomedia. hal. 103-04
Anna Rozaliyani., Retno Wahyuningsih., 2002. Peran Makrofag dalam Proses
Kekebalan terhadap Infeksi Candida. Dalam: Majalah Kedokteran
Indonesia. Vol.52. No.4. Jakarta: BalaiPenerbitan IDI. hal. 149-53
Anonimous,
2002.
http://www.giftplanzen.comlpiperbetle.html.
Medicinal
June 18th, 2004
Plants.
Aurora D.S., Kaur J., 1999. International Journal of Antimicrobial Agent.
http://www.Lser:pies.com.triplocated-isc.. May 12th,2004
Brooks G.F., Butel J.S., Morse S.A, 2001. Jawetz, Melnick & Adelberg Medical
Microbiology. 22nd ed.
New York: The McGraw-Hill Company
Incorporation. p. 276-77
Bahroelim Bahry., Rianto Setiabudy., 1997. Obat Anti Jamur. Dalam: Rianto
Setiabudy., Sulistia Ganiswara., Frans Suyatna., Purwantyastuti., NafTiadi.,
editor: Farmakologi dan Terapi. Edisi.4. Jakarta: Gaya Barn. hal. 560-70
Chamberlain
N.R.,
2002.
Oral
Candidiasis.
http://www.dentalcare.comlintermed/oralcan.l07.html., March 26th, 2004
Durjadin L.,
Walbaum., 2001. About Candida
http://www.arachnosia.univ-lille4.fT/parasito/candida.html.
2004
Candidiasis.
March 26th,
Durjadin
L.,
Walbaum., 2001. About Candida
http://www .arachnosia. univ-lille2. fT/parasito/candida. html.
2004
Candidiasis.
March 26th,
Dian Sundari., Wien Winarno., 2001. Informasi Tumbuhan Obat Sebagai Anti
Jamur. Dalam: Cermin Dunia Kedokteran. No. 130. Jakarta: PT. Temprint.
hal. 28-30
Digrak M., Alma M.K., I1cim A, Antibacterial and Antifungal Activities of
Turkish Medicinal Plants. Dalam: Pharmaceutical Biology. No.5. Vol. 39.
p.348
48
49
Denis
M.D.,
Walsh
T.J.,
Spectrum
of
Mycoses.
http://www.geocities.com/doctor uae/ micro02.html., April 1S\ 2004
Ema Harijati., Dwi Murtiastutik., 2004. Kandidiasis Vulvovaginitis pada Wanita
Imunokompromais karena Infeksi HIV. Dalam: Majalah Berkala Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Vol. 16. No.1.
Surabaya: Percetakan
Universitas Airlangga. hal. 52-59
Hart T., Shears P., 1997. Jamur Yang Penting Bagi Kedokteran. Dalam: Sugiarto
Komala., Alexander Halim Santoso., editor: Atlas Berwarna Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: Hipokrates. hal. 240-42
Hesti Adininggar., Jan Susilo., 1996. Identifikasi Spesies Candida. Dalam:
Majalah Kedokteran Indonesia. Vol. 46. No.9. Jakarta: Balai Penerbitan
IDI. hal. 515-18
Herman M.J., 2000. Penyakit Menular Seksual Akibat Jamur, Protozoa, dan
Parasit. Dalam: Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Vol. 9.
No. 20. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. hal. 14-20
Heyne K., 1987. Piperaceae. Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid 2. Jakarta:
Yayasan Sarana Wana Jaya. hal. 622-27
Henderson
O.S.,
Candidiasis
2001.
http://www.emedicine.org/photo/candidiasis/calbl.jpg., Aug 4th, 2004
Henderson
O.S.,
Candidiasis
2001.
http://www.emedicine.org/photo/candidiasis/calb4.ipg., Aug 4th, 2004
Henderson
O.S.,
Candidiasis
2001.
http://www.emedicine.org/photo/candidiasis/calb3.jpg., Aug 4th, 2004
Jawetz E., Melnick J.L., Adelberg E.A., Brooks G.F., Butel J.S., amston L.N.,
1996. Mikologi Kedokteran. Dalam: I. Setiawan. editor: Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: EGC. hal. 627-41
Jawetz E., Katzung B.G., 1995. Obat Anti Jamur. Dalam: Budi Indrawasih.,
Hermawan Setiadi., editor: Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC.
hal. 662-67
Kuswadji., 1999. Kandidiasis. Dalam: Adhi Djuanda., Mocthar Hamzah., Siti
Aisah., editor: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 103-06
50
Kuswadji., 1999. Kandidiasis. Dalam: Adhi Djuanda., Mocthar Hamzah., Siti
Aisah., editor: Ilmu Penyakit Ku/it dan Kelamin. Edisi 3. Jakarta: Balai
Penerbitan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. hal. 103-06
Murray P.R., Rosenthal K.S., Kobayashi G.S., Pfaller M.A., 2002. Medical
Microbiology. 4th ed. St. Louis: Mosby Incorporation. p. 550-52
Lily M.P., Metzger J., 1980. Medicinal Plants of Cast and Southeast Asia.
Cambridge, Massachusetts, London: The MIT Press. p. 312-15
Raflizar., 2001. Gambaran
Klinis Paronikia dan Penatalaksanaannya.
Dalam: Cermin Dunia Kedokteran. No. 130. Jakarta: PT. Temprint. hal.
25-27
Rassner., Steinert U., 1995. Infeksi Candida. Dalam: Melfiawati S., Toni
Harijanto editor: Buku Ajar dan Atlas Berwarna Dermatologi. Edisi 4.
Jakarta: EGC. hal. 67-68
Scarbrough
M.,
2002.
htt ://www.microbiolo.mtsinai.on.ca/fi
16t ,2004
Yeast
Infection.,
.c.albicans.sda/html.,
Sept
Scarbrough
M.,
2002.
Yeast
http://www.microbiologv.mtsinai.on.ca/fig.germtube/html..
2004
Shulgin
T.A.,
2001.
Fungal
http://www.aci.mta.ca/biologv /images/fungaldiseasesI20folder
Oct 25th, 2004
Shulgin
T.A.,
/www.aci.mta.ca/biolo
~r:/
25t ,2004
Infection.,
Sept 16th,
Diseases.,
/i peg.,
Fungal
Diseases.,
aldiseases/22folder/i peg., Oct
Sudibyo Supardji., Sarjaini Jamal., Agnes M. Louparty., 2003. Beberapa
Faktor yang Berhubungan
Dengan Penggunaan Obat Tradisional
Dalam Pengobatan Sendiri di Indonesia. Dalam: Buletin Penelitian
Kesehatan.
Vol. 31. No. 1. Jakarta:
Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. hal. 25-31
Triana Hertiani., Indah Purwantini., 2002. Minyak Atsiri Hasil Destilasi
Ekstrak Etanol Daun Sirh ( Piper betle Linn. ) dari Beberapa Daerah di
Yogyakarta dan Aktivitas Anti Jamurnya terhadap Candida albicans.
Dalam: Majalah Farmasi Indonesia. Vol 13. No.4. Yogyakarta: Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada. hal. 27-28
SolI D., 2002. Opportunistic Mycoses., http://arpa.alIenpress.com/arpaonline/
108.htmi., Aug 24th, 2004
51
Tortora G.J., Funke B.R., Case C.L., 2001. Microbiology an Introduction. 7th.
San Francisco: Benjamin Cushing Publishing Company Incorporation. p.
573-74
Volk & Wheeler. 1990. Penyakit yang Disebabkan Fungi. Dalam: S.
Adisoemarto., editor: Mikrobiologi Dasar. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. hal.
195-96
Y. Ogata., 1995. Piperaceae. Dalam: Indeks Tumbuhan Obat di Indonesia. Edisi 2.
Jakarta: PT. Eisai Indonesia. hal. 21