PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS PONDOK PESANTREN TERPADU DENGAN SISWA REGULER.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Oleh CUCU SUANDA

0705179

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Oleh Cucu Suanda

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Cucu Suanda 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

0705179

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SMA PADA LEMBAGA PENDIDIKAN BERBASIS PONDOK PESANTREN TERPADU

DENGAN SISWA REGULER

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Dra. Lilis Komariyah, M. Pd. NIP. 195906281989012001

Pembimbing II

Dra. Hj. Oom Rohmah, M.Pd. NIP. 196005181987032003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi FPOK UPI

Drs. Mudjihartono, M.Pd. NIP. 196508171990011001


(4)

TERPADU DENGAN SISWA REGULER

Cucu Suanda1, Lilis Komariyah2, Oom Rohmah3 Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi,

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Pendidikan jasmani di lingkungan sekolah pada dasarnya merupakan sarana pendidikan yang dilaksanakan melalui aktivitas fisik dan olahraga tertentu yang dilakukan melalui proses pembelajaran atau bimbingan guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Perkembangan lingkungan sosial yang begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi perkembangan pendidikan di sekolah dan pembentukan pribadi anak. Untuk itu, pendidikan yang memadukan sekolah dan pesantren (Sekolah Terpadu) dipandang sebagai salah satu solusi baik bagi orang tua dan anak dalam mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang. Namun dengan perbedaan kultur pendidikan yang berbeda serta sarana dan prasarana penunjang yang tersedia antara sekolah terpadu dengan sekolah reguler tentu akan memberikan dampak yang berbeda terhadap kebugaran jasmani siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa di SMA Terpadu Darul ‘Amal dengan siswa di SMA Negeri 1 Jampangkulon. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Terpadu Darul ‘Amal dan SMA Negeri 1 Jampangkulon yang berjumlah 469 orang siswa. Sementara jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 25% dari total populasi, yaitu berjumlah 118 orang siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode ex post facto dengan pendekatan static group commparisson, menitik beratkan pada penelitian komparatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes psikomotor berupa Tes Kebugaran Jasmani untuk anak usia SMA (16-19 tahun), yaitu: a. lari cepat (sprint) 60 meter, b. gantung siku tekuk (pull up), c. baring duduk (sit up) 30 detik, d. loncat tegak (vertical jump), dan e. lari jarak sedang 1200 meter. Hasilnya terjadi perbedaan signifikan nilai rata-rata tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul ‘Amal dengan rata-rata 13,69 dan siswa SMA Negeri 1 Jampangkulon dengan rata-rata 11,58. Dengan demikian tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul ‘Amal lebih baik dibandingkan SMA Negeri 1 Jampangkulon.

Kata Kunci : Perbandingan, kebugaran jasmani, pendidikan, sekolah terpadu, sekolah regular.

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Indonesia

2Penulis Penanggung Jawab 3


(5)

STUDENTS

Cucu Suanda1, Lilis Komariyah2, Oom Rohmah3 Physical Education Healthy and Recreation,

Faculty of Sport Education and Healthy, Indonesia Education University ABSTRAC

Physical education in the school environment is essentially education tools supported througha physical activity and certain sports made through the process of learning or teacher guidance in efforts to achieve the goal of education. The development of a social environment rapidly increasing challenges and no small influence for the development of education in private schools and the formation of the child. There for, an education that combined school and boarding school (Integrated School) is seen as one of the solutions for parents and children in addressing the challenges of the times right now. But with the difference of the different educational cultures as well supporting infrastructure and facilities that are available between the school integrated with the school's regular course will give you a different impact on the physical fitness of students.This research aims to identify differences between level of physical fitness in integrated senior high school student of Darul ‘Amal with students in Jampangkulon 1st senior high school. The population used in this research is an integrated High School class XII students of Darul ’Amal and Jampangkulon 1st senior high school totalling 469 students. While the number of samples used in this study is 25% total of population, which is totalling 118 students. The research method used was ex post facto method with a static group approach commparisson, drip at a series of comparative research. Research instrument used is a psychomotor test Physical fitness test for High School-aged children (16-19 years), namely:a. Sprint 60 meters, b. Hanging elbow bend (pull up), c. Sit up, d. 30 sec vertical jump, and e. Run medium distance 1200 meters. Results significant differences occurred average value physical fitness level high school students Integrated of Darul ‘Amal with average 13,69 and Jampangkulon 1st senior high school with an average 11,58. Thus physical fitness level high school students of Darul ‘Amal better than Jampangkulon 1st senior high school.

Keywords: Comparison, Education Integrated , Physical Fitness, Education, Regular School

1

Student of Physical Health and Recreation Education , Sport and Healthy Education Faculty, Indonesia Education University

2

Responsible Author 3


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... . 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 11

A. Kajian Pustaka ... 11

1. Pendidikan Jasmani ... 11

a. Hakekat Pendidikan Jasmani ... 11

b. Esensi Pembelajaran Penjas ... 12

2. Kebugaran Jasmani ... 13

a. Pengertian Kebugaran Jasmani ... 13

b. Fungsi Kebugaran Jasmani ... 15

c. Komponen Kebugaran Jasmani ... 15


(7)

3. Pendidikan Terpadu ... 17

a. Pengertian Pendidikan Terpadu ... 17

b. Penerapan Kurikulum Terpadu ... 18

c. Sistem Boarding School ... 19

4. Pondok Pesantren Terpadu Darul ‘Amal ... 21

a. Profil Pondok Pesantren Terpadu Darul ‘Amal ... 21

b. Visi, Misi dan Tujuan ... 21

c. Sarana dan Prasarana ... 23

d. Jadwal Kegiatan ... 25

e. Satuan Pendidikan ... 27

5. SMA Terpadu Darul ‘Amal ... 27

a. Profil SMA Terpadu Darul ‘Amal ... 27

b. Visi, Misi dan Tujuan ... 29

c. Sarana dan Prasarana ... 30

6. SMA Negeri 1 Jampangkulon ... 31

a. Profil SMA Negeri 1 Jampangkulon ... 31

b. Visi, Misi dan Tujuan ... 34

c. Sarana dan Prasarana ... 35

B. Kerangka Pemikiran ... 36

C. Hipotesis Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 38

1. Lokasi Penelitian ... 38

2. Populasi ... 38

3. Sampel ... 40

B. Desain Penelitian ... 42

C. Metode Penelitian ... 43


(8)

E. Instrumen Penelitian ... 45

F. Teknik Pengumpulan Data ... 59

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 64

A. Hasil Penelitian ... 64

1. Data Tes Kebugaran Jasmani ... 64

2. Uji Normalitas ... 69

3. Uji Homogenitas ... 69

4. Uji Hipotesis ... 71

B. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat berperan penting dalam upaya peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Disadari atau tidak, sejak lahir hingga sekarang ini manusia terus dididik dan dibina agar mendapat tempat terbaik dikemudian hari serta berguna bagi dirinya, masyarakat di lingkungannya, maupun bagi bangsa dan negaranya.

Proses pendidikan merupakan salah satu upaya yang dilakukan terhadap peserta didik agar mampu mengembangkan kemampuan dan potensi dalam dirinya. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan menurut Syaripudin (2007:27), pendidikan adalah hidup, pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup, pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu.

Pendidikan jasmani sebagai salah satu program pendidikan yang tercantum dalam kurikulum pendidikan nasional, yaitu dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Abduljabar (2010:v) mengungkapkan bahwa pendidikan jasmani dalam kurikulum sekolah adalah sebuah mata pelajaran unik, merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar gerak, mengembangkan kebugaran jasmani, dan mendapatkan pemahaman tentang aktivitas jasmani.

Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan aktivitas fisik dan atau kecabangan olahraga tertentu yang dilakukan melalui proses pembelajaran atau bimbingan guru dalam upaya mencapai tujuan pendidikan. Menurut Saputra


(10)

(2008:40) pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik sebagai media utama untuk mencapai tujuan. Senada dengan hal tersebut, Mahendra (2003:3) mengungkapkan bahwa pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktifitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik secara fisik, mental, serta emosional. Pendapat lain juga mengungkapkan hal yang sama, Harold M. Barrow (dalam Abduljabar, 2010:4) mengungkapkan bahwa:

Pendidikan jasmani dapat didefinisikan sebagai pendidikan tentang dan melalui gerak insani, ketika tujuan kependidikan dicapai melalui media aktivitas otot-otot, termasuk: olahraga (sport), permainan, senam, dan

latihan (exercise). Hasil yang dicapai… individu yang terdidik secara fisik.Nilai ini menjadi salah satu bagian nilai individu yang terdidik, dan bermakna hanya ketika berhubungan dengan sisi kehidupan individu.

Berdasarkan uraian tersebut, maka nampak jelas bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang menggunakan aktivitas jasmani melalui gerakan, permainan, dan kecabangan olahraga sebagai media untuk mengembangkan kemampuan dan potensi siswa agar berkembang secara kesuluruhan, khususnya penekanan pada tiga domain kependidikan, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor.

Salah satu tujuan utama dari pendidikan jasmani adalah mengarah pada penekanan aspek psikomotor, yaitu perbaikan kebugaran jasmani siswa. Hal ini dikarenakan kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh. Sebagaimana diungkapkan oleh Adisasmita (1989:23) bahwa “perbaikan status kebugaran jasmani siswa adalah merupakan tujuan terpenting dari pendidikan jasmani. Hal ini disebabkan karena pengembangan kebugaran jasmani merupakan tanggungjawab pendidikan jasmani, dan tidak ada yang lainnya dalam kurikulum”.


(11)

Kebugaran jasmani juga memiliki fungsi dan manfaat bagi setiap orang dengan latar belakang atau kalangan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, bagi olahragawan kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan prestasi, sementara bagi karyawan kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan produktivitas kerja, sedangkan bagi pelajar kebugaran jasmani berfungsi untuk meningkatkan kemampuan belajar. Selain itu kebugaran jasmani juga berlaku untuk keadaan tertentu, misalkan bagi orang yang mengalami kecacatan kebugaran jasmani dapat dijadikan sebagai rehabilitasi. Sementara bagi ibu hamil kebugaran jasmani dapat berfungsi dalam mempersiapkan proses melahirkan, serta dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan bagi kalangan anak-anak.

Berkaitan dengan kebugaran jasmani, Giriwijoyo (dalam Hakama, 2013:2) mengemukakan definisi tentang jebugaran jasmani sebagai berikut:

Kebugaran jasmani adalah keadaan kemampuan jasmani yang dapat menyesuaikan fungsi alat-alat tubuhnya terhadap tugas jasmani tertentu dan/atau terhadap lingkungan yang harus diatasi dengan cara efisien, tanpa kelelahan yang berlebihan dan telah pulih sempurna sebelum datang tugas yang sama pada esok harinya.

Lebih lanjut Komariyah dan Angkawijaya (2010:21) mengungkapkan

bahwa “kebugaran jasmani (KJ) adalah derajat sehat dinamis seseorang yang merupakan kemampuan jasmani yang menjadi dasar untuk keberhasilan pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan”. Sementara menurut Pekik (2004:2), mengemukakan bahwa “kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih menikmati waktu luangnya”. Senada dengan hal tersebut Wahjoedi (2001:58) mengungkapkan bahwa:


(12)

Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari dengan giat, tanpa mengalami kelelahan yang berarti serta dengan cadangan energi yang tersisa ia masih mampu menikmati waktu luang dan menghadapi hal-hal darurat yang tidak terduga sebelumnya.

Secara konseptual kebugaran jasmani lebih menunjuk kepada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya, seperti kekuatan (otot), daya tahan (jantung-paru), dan kelentukan (otot dan persendian). Sehingga dengan demikian kebugaran jasmani juga kerap diartikan sebagai keadaan seseorang yang mempunyai kekuatan (strength), kemampuan (ability), kesanggupan, dan daya tahan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa kelelahan (Kosasih, 1985:10).

Kebugaran jasmani dimiliki oleh semua orang, namun tidak semua memiliki tingkat kebugaran jasmani yang sama, ada yang mempunyai derajat sehat yang tinggi namun adapula yang memiliki derajat sehat yang rendah (sakit). Derajat sehat yang tinggi berarti memiliki kemampuan melakukan kerja fisik yang lebih berat. Hal ini dapat disebabkan dari segi anatomis, fisiologis, maupun ergosistema seseorang yang berbeda-beda.

Kebugaran jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang menjadi kemampuan dasar untuk dapat melaksanakan tugas yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang agar kebugaran jasmaninya dapat terus terjaga. Tak terkecuali dalam dunia pendidikan khusunya di lingkungan sekolah.

Kebugaran jasmani di lingkungan sekolah perlu dibina untuk tercapainya proses belajar mengajar yang optimal, karena penulis meyakini bahwa siswa yang memiliki kebugaran jasmani yang baik maka tugas belajarnya dapat dilaksanakan dengan baik pula. Selain itu dengan kondisi kebugaran siswa yang baik, siswa akan dapat mengembangkan keterampilan fisikal yang memungkinkan siswa berpartisipasi dalam berbagai aktivitas jasmani, serta mampu mengembangkan


(13)

kebugaran fisikal dan berfungsi normalnya system tubuh untuk hidup aktif siswa pada lingkungannya.

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, Tarigan (dalam Benny, 2013:3) mengemukakan bahwa “...seorang siswa yang memiliki tubuh yang bugar akan mampu menjalani aktivitas fisik sehari-hari tanpa ada keluhan dan kelelahan berarti. Sebaliknya tingkat kebugaran jasmani yang rendah akan merupakan kendala dalam pelaksanaan pekerjaan...”.

Pendidikan jasmani di lingkungan sekolah dalam pelaksanaannya mempunyai tiga kegiatan, yaitu intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan melalui tahap tatap muka yang alokasi waktunya telah ditentukan dengan struktur program yang bertujuan mencapai kemampuan minimal untuk bidang studi. Kegiatan kokurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran biasa yang bertujuan agar siswa lebih memahami dan menghayati apa yang dipelajari dalam kegiatan intrakurikuler. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka, dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah untuk lebih memperluas atau kemampuan peningkatan dan penerapan nilai pengetahuan dan kemampuan yang telah dipelajari dari berbagai mata pelajaran.

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang memiliki organisasi yang tersusun rapi. Segala kegiatannya direncanakan dan diatur dengan kurikulum. Untuk menghadapi perkembangan zaman, maka kurikulum selalu diadakan perubahan, diperbaiki dan disempurnakan agar apa yang diberikan sekolah terhadap anak didiknya dapat digunakan untuk menghadapi tantangan hidup di masa sekarang serta di masa yang akan datang, sehingga sekolah merupakan tempat untuk belajar agar tujuan hidup dan cita-citanya dapat tercapai.

Namun demikian, perkembangan lingkungan sosial yang begitu pesat meningkatkan tantangan dan pengaruh yang tidak kecil bagi perkembangan pendidikan di sekolah dan pembentukan pribadi anak, seperti meluasnya peredaran obat terlarang, narkotik, pergaulan bebas, tawuran remaja sehingga menumbuhkan kekhawatiran pada orang tua dari anak-anak tersebut. Ditambah


(14)

lagi dengan globalisasi dalam bidang budaya, etika dan moral yang didukung oleh kemajuan teknologi di bidang tarnsportasi dan teknologi. Bagi anak yang tidak dapat memanfaatkan perkembangan dunia dengan baik dan benar akan menghantarkan mereka pada perilaku yang menyimpang dari agama dan mangakibatkan krisis moral pada anak bangsa.

Dari hal itulah beberapa pihak memandang perlunya suatu pendidikan yang mana didalamnya tidak hanya memberikan pengetahuan-pengetahuan pada anak yang hanya bersifat umum, tetapi juga pengetahuan keagamaan yang dapat memperbaiki akhlak dan dapat dijadikan panduan untuk menjalani kehidupan yang lebih terarah dan tidak menyimpang dari ajaran sang kholik. Ini berarti ada keseimbangan antara pengetahuan umum dan agama. Untuk itu, pendidikan yang memadukan sekolah dan pesantren (Sekolah Terpadu) dipandang sebagai salah satu solusi baik bagi orang tua dan anak dalam mengatasi tantangan perkembangan zaman sekarang dan untuk mencapai keunggulan, baik pada aspek akademik, nonakademik, maupun pribadi yang kuat, kokoh dan mantap dalam diri anak atau siswa.

Salah satu lembaga pendidikan yang menjalankan sistem pendidikan

terpadu (sekolah dan pesantren) adalah Pondok Pesantren Terpadu Darul „Amal

yang terletak di Kampung Selajati, Desa Bojong Genteng, Kecamatan Jampang Kulon, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Lembaga pendidikan ini melaksanakan program pendidikan yang memadukan pendidikan sekolah secara umum dengan pendidikan pesantren dan sistem asrama (Boarding School) dengan jenjang pendidikan bertahap dari mulai Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Kurikulum yang digunakan pun adalah perpaduan antara Kurikulum Pesantren dan Kurikulum Pendidikan Nasional, termasuk di dalamnya adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani.

Melihat konsep kurikulum terpadu yang kompleks dan sarat dengan perubahan dan penambahan dari berbagai sisi, maka proses pembelajaran pada lembaga pendidikan terpadu memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan waktu sekolah biasanya. Selain itu, konsekuensi dari model


(15)

boarding school ini adalah seluruh waktu siswa dalam beraktivitas dihabiskan di

pondokan (asrama) dan sekolah, sehingga boleh jadi rasa jenuh dan kebosanan akan selalu menghantui siswa selama berada di pondokan atau sekolah tersebut.

Ditengah kemungkinan munculnya kejenuhan dan kebosanan pada diri siswa pada lembaga pendidikan terpadu, muncul suatu kekhawatiran terhadap kebugaran jasmani siswa-siswi yang berada pada lingkungan tersebut. Guna menjawab kekhawatiran tersebut, Pondok Pesantren Terpadu Darul „Amal kemudian menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kebugaran jasmani siswa-siswinya. Hal tersebut juga sebagai implementasi dari motto “Olah

Rasa, Olah Rasio, dan Olah Raga” yang diterapkan oleh lembaga tersebut.

Namun kemudian muncul sebuah pertanyaan, dengan kultur pendidikan yang berbeda serta ditunjang sarana dan prasarana yang tersedia, apakah tingkat kebugaran jasmani siswa di SMA pada lembaga pendidikan berbasis pondok pesantren tersebut akan lebih baik dibandingkan siswa SMA regular lainnya?

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut perihal perbandingan tingkat kebugaran jasmani siswa di pondok pesantren terpadu dengan siswa di sekolah reguler lainnya. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian ex post facto pada pokok pembahasan tingkat kebugaran jasmani pada satuan pendidikan tingkat menengah atas (SMA)

di pondok pesantren terpadu Darul „Amal dan SMA regular lain pada semester genap tahun pelajaran 2013/14.

B. Identifikasi Masalah

Menurut Riduwan (2011:21), identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah atau variabel yang akan diteliti. Maka berdasarkan pada latar belakang penelitian diatas, masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut, yaitu: (1) kebugaran jasmani, (2) Pendidikan Terpadu, dan (3) SMA Terpadu dan SMA reguler. Penjabaran dari hal tersebut adalah:


(16)

1. Kebugaran jasmani, meliputi: a. Pengertian kebugaran jasmani b. Fungsi kebugaran jasmani c. Komponen kebugaran jasmani

d. Upaya meningkatkan kebugaran jasmani 2. Pendidikan terpadu, meliputi:

a. Pengertian Pendidikan Terpadu b. Penerapan Kurikulum Terpadu c. Sistem Asrama (Boarding School) 3. SMA terpadu dan SMA reguler, meliputi:

a. Profil sekolah

b. Sarana dan prasarana c. Jumlah dan Kegiatan Siswa

C. Batasan Masalah

Secara konseptual penelitian ini akan menelaah dua unsur yang terjadi dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani pada lembaga pendidikan, yaitu unsur siswa dengan menelaah kebugaran jasmaninya dan unsur lembaga pendidikan dengan menelaah sistem pendidikan terpadu dan pendidikan reguler. Secara hipotetik diduga ada keterkaitan antara kebugaran jasmani siswa dengan sistem pendidikan yang diterapkan pada sebuah lembaga pendidikan terpadu berbasis asrama (boarding school) dengan sistem pendidikan reguler.

Untuk menghindari terjadinya kesalahan pemahaman dan penafsiran yang terlampau luas dalam menafsirkan dan mengartikan judul penelitian ini, maka penulis akan membatasi masalah yang berkaitan dengan judul penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel dalam penelitian ini adalah:

a. Tingkat kebugaran jasmani siswa (variabel bebas).

b. SMA berbasis pondok pesantren terpadu (variabel bebas). c. SMA regular (variabel bebas).


(17)

2. Populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di SMA Terpadu Darul „Amal dan SMA Negeri 1 Jampangkulon.

3. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini metode penelitian ex post facto.

4. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes kebugaran jasmani.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan tingkat kebugaran

jasmani antara siswa SMA Terpadu Darul „Amal dengan siswa SMA Negeri 1 Jampangkulon?”.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

“Untuk mengidentifikasi perbedaan tingkat kebugaran jasmani antara siswa di

SMA Terpadu Darul „Amal dengan siswa di SMA Negeri 1 Jampangkulon”.

F. Manfaat Penelitian

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman dan keilmuan dalam bidang pendidikan jasmani dan olahraga. Adapun manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Sebagai gambaran bagi guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajaran di sekolah terkait dengan upaya peningkatan kebugaran jasmani siswa.

2. Masukan bagi lembaga-lembaga pendidikan agar lebih memperhatikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran pendidikan jasmani.


(18)

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan jasmani agar lebih memperhatikan kebugaran jasmani siswa, sehingga kemampuan dan potensi siswa dapat berkembang secara utuh dan menyeluruh.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Pada bab ini berisikan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, batasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Pada bab ini berisikan tentang deskripsi teori, penelitian-penelitian

terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Adapun teori-teori yang digunakan dalam penelitian dapat diambil dari berbagai sumber dan literatur yang berkaitan dengan pembahasan penelitian

BAB III Metode Penelitian. Pada bab ini berisikan tentang lokasi dan

subjek/populasi dan sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, serta teknik pengumpulan dan pengolahan data. Metodologi penelitian ini digunakan untuk mendukung dalam pengolahan data yang dikumpulkan selama penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini berisikan hasil

dari pengolahan atau analisis penelitian serta pembahasannya, yang akan digunakan sebagai jawaban terhadap masalah yang timbul dalam penelitian ini.

BAB V Kesimpulan dan Saran. Pada bab ini berisikan kesimpulan dari

penelitian yang telah dilakukan serta berisikan saran-saran yang kiranya bersifat membangun bagi kepentingan ilmu pengetahuan pada umumnya dan lembaga pendidikan pada khususnya.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan pada dua tempat yang berbeda.

Pertama, lokasi penelitian dilakukan di SMA Terpadu Darul „Amal yang

beralamat di Jalan Cikaso-Cinagen, Kampung Selajati RT 02/01, Desa Bojonggenteng, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kedua, lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Jampangkulon, yang beralamat di Jalan Raya Warungtagog, Desa Nagraksari, Kecamatan Jampangkulon, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

2. Populasi

Sugiyono (2011:80) memberikan pengertian bahwa “populasi adalah

wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Zuriah (dalam Benny 2007:116) menyebutkan bahwa

“populasi merupakan seluruh data yang menjadi perhatian peneliti”. Sedangkan Riduwan (2009:6) mengatakan bahwa “populasi merupakan subjek atau objek

yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan

dengan masalah penelitian”.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas, maka populasi dalam penelitian dapat disimpulkan sebagai subjek/objek penelitian yang mengenainya dapat diperoleh data yang dipermasalahkan. Adapun populasi yang berkenaan dengan penelitian ini adalah siswa kelas XII SMA Terpadu Darul „Amal dan siswa kelas XII SMA Negeri 1 jampangkulon. Adapun jumlah populasi tersebut adalah sebagai berikut:


(20)

a) Kelompok SMA Terpadu Darul „Amal Tabel 3.1

Populasi di SMA Terpadu Darul „Amal

Kelas Jurusan Jenis Kelamin Jumlah

L P

XII

IPA 1 20 - 20

IPA 2 18 - 18

IPA 3 - 21 21

IPA 4 - 21 21

IPS 1 21 - 21

IPS 2 - 25 25

Jumlah 59 67 126

b) Kelompok SMA Negeri 1 Jampangkulon Tabel 3.2

Populasi di SMA Negeri 1 Jampangkulon

Kelas Jurusan Jenis Kelamin Jumlah

L P

XII

IPA 1 17 23 40

IPA 2 17 26 43

IPA 3 18 25 43

IPA 4 18 26 44

IPS 1 25 20 45

IPS 2 23 20 43

IPS 3 22 19 41

IPS 4 24 20 44


(21)

3. Sampel

Secara garis besar sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti (Arikunto, 2002:29). Sementara Sugiyono (2011:81) mengungkapkan

bahwa “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”. Maka dengan demikian yang dimaksud sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian jumlah siswa yang menjadi subjek dalam penelitian.

Adapun cara menentukan sampel dalam penelitian ini penulis berpedoman pada pendapat Arikunto (2002:112) yang mengungkapkan bahwa

”untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau

20-25% atau lebih”.

Berdasar pada pendapat tersebut diatas dan karena keterbatasan penelitian yaitu dengan jumlah anggota populasi, anggaran biaya, dan waktu penelitian. Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel 25% dari populasi diatas 100 atau dinamakan sampel Propotional Random Sampling. Proporsional digunakan untuk menentukan besarnya sampel pada tiap-tiap kelas, sedangkan random adalah pengambilan sampel dengan cara mengacak jumlah sampel yang ada. Adapun sebaran sampel untuk kedua sekolah tersebut diuraikan sebagai berikut:

a) Kelompok SMA Terpadu Darul „Amal

Karena populasi pada kelompok SMA Terpadu Darul „Amal berjumlah 126 siswa (lebih dari 100), maka sampel jumlah sampel untuk kelompok tersebut adalah 126 x 25% = 31,5 atau 32 orang siswa, dengan penyebaran jumlah sampel dipaparkan dalam tabel 3.3 sebagai berikut:


(22)

Tabel 3.3

Penyebaran sampel di SMA Terpadu Darul „Amal

Kelas Jurusan Jenis Kelamin Jumlah Sampel

L P L P Total

XII

IPA 1 20 x 25% = 5,00 - 5 - 5

IPA 2 18 x 25% = 4,50 - 5 - 5

IPA`3 - 21 x 25% = 5,25 - 5 5

IPA 4 - 21 x 25% = 5,25 - 5 5

IPS 1 21 x 25% = 5,25 - 5 - 5

IPS 2 - 25 x 25% = 6,25 - 7 7

Jumlah 59 x 25% = 14,75 67 x 25% = 16,75 15 17 32

b) Kelompok SMA Negeri 1 Jampangkulon

Karena populasi pada kelompok SMA Negeri 1 Jampangkulon berjumlah 343 siswa (lebih dari 100), maka jumlah sampel untuk kelompok tersebut adalah 343 x 25% = 85,75 atau 86 orang siswa, dengan penyebaran jumlah sampel dipaparkan dalam tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.4

Penyebaran sampel di SMA Negeri 1 Jampangkulon

Kelas Jurusan Jenis Kelamin Jumlah Sampel

L P L P Total

XII

IPA 1 17 x 25% = 4,25 23 x 25% = 5,75 4 6 10 IPA 2 17 x 25% = 4,25 26 x 25% = 6,50 4 7 11 IPA`3 18 x 25% = 4,50 25 x 25% = 6,25 5 6 11 IPA 4 18 x 25% = 4,50 26 x 25% = 6,50 5 6 11 IPS 1 25 x 25% = 6,25 20 x 25% = 5,00 6 5 11 IPS 2 23 x 25% = 5,75 20 x 25% = 5,00 6 5 11


(23)

IPS 3 22 x 25% = 5,50 19 x 25% = 4,75 5 5 10 IPS 4 24 x 25% = 6,00 20 x 25% = 5,00 6 5 11

Jumlah 164 x 25% = 41,00 179 x 25% = 44,75 41 45 86 B. Desain Penelitian

Desain penelitian dalam suatu penelitian diperlukan sebagai pedoman atau pegangan yang lebih jelas bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Design

research atau rancangan penelitian merupakan gambaran umum penelitian yang

akan dilaksanakan oleh peneliti untuk mencapai tujuan tertentu. Rancangan penelitian disajikan dalam satu kesatuan naskah yang ringkas dan utuh. Rancangan penelitian menunjukkan adanya format penulisan yang disusun secara sistematis dan operasional meliputi langkah-langkah dan tahapan yang harus dijalani oleh peneliti. Rancangan penelitian memiliki beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan pedoman penelitian kepada peneliti

2. Menentukan batas penelitian yang berhubungan dengan tujuan penelitian 3. Memberikan gambaran yang jelas tentang hal-hal yang kemungkinan

dihadapi dan seharusnya dilakukan

Adapun desain dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.5

Desain penelitian

Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMA Terpadu Darul Amal

(X1)

Uji perbedaan (uji T)

Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMAN 1 Jampangkulon


(24)

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Melalui penelitian secara umum data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah.

Berkaitan dengan metode penelitian, Sugiyono (2012:6) mengemukakan bahwa:

Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi maslah dalam bidang pendidikan.

Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini berupa penelitian ex post facto dengan pendekatan static group commparisson. Metode yang penulis gunakan ini menitik beratkan pada penelitian komparatif. Berkaitan dengan penelitian ex post facto, Arikunto (dalam Hakama, 2013:30)

menjelaskan bahwa “Pada penelitian ini peneliti tidak memulai prosesnya dari

awal, tetapi langsung mengambil hasil”.

Tujuan penelitian ex post facto adalah melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab-akibat dari data-data setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung. Menurut Sukardi (dalam Hakama, 2013:30) mengungkapkan bahwa “ penelitian ex post facto merupakan penelitian

dimana rangkaian variabel-variabel bebas telah terjadi, ketika peneliti mulai


(25)

adalah tidak adanya kontrol terhadap variabel dan peneliti tidak mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel. Variabel dilihat sebagaimana adanya (Nasir, 1999:73).

Selain penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan, pada bagian ini penulis juga menjelaskan mengenai prosedur penelitian untuk memberikan gambaran mengenai langkah penelitian yang penulis lakukan sebagai bentuk rencana kerja. Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam penelitian ini penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan, yaitu tahap mempersiapkan proposal penelitian, survey pendahuluan untuk memperoleh data yang diperlukan, dan studi dokumentasi serta literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian. 2. Tahap pelaksanaan, yaitu tahap untuk melaksanakan penelitian yang

dimulai dengan menentukan subjek penelitian (populasi dan sampel penelitian), kemudian dilanjutkan dengan melakukan Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) kepada setiap responden yang menjadi subjek penelitian.

3. Tahap pengolahan data, yaitu tahapan yang dilakukan untuk pengumpulan dan pengolahan data yang telah diperoleh dari hasil pengetesan yang kemudian dilakukan analisis dan uji statistik terhadap data-data tersebut. 4. Tahap penyusunan laporan penelitian, yaitu tahapan yang dilakukan untuk

menyusun dan menyajikan hasil penelitian yang berupa skripsi.

D. Definisi Operasional

Adapun defininisi operasional dalam penelitian ini dapat penulis jelaskan sebagai berikut:

1. Perbandingan: dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perbandingan adalah perbedaan tingkat kebugaran jasmani siswa SMA pada lembaga pendidikan terpadu (Pondok Pesantren Terpadu) dengan siswa SMA regular.


(26)

2. Kebugaran Jasmani: yang dimaksud kebugaran jasmani dalam penelitian ini adalah derajat sehat dinamis seseorang yang merupakan kemampuan fisik berupa kekuatan (strength), kemampuan (ability) kesanggupan, dan daya tahan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan berarti dan masih mampu melaksanakan aktivitas lainnya pada waktu luang.

3. Pendidikan Terpadu: yang dimaksud pendidikan terpadu dalam penelitian ini adalah pendidikan yang memadukan kurikulum pesantren dengan kurikulum pendidikan secara umum dalam pelaksanan pendidikan.

4. Siswa SMA Terpadu: yang dimaksud siswa SMA terpadu dalam penelitian ini adalah pelajar/siswa setingkat SMA yang berada di Pondok Pesantren

Terpadu Darul „Amal

5. Siwa SMA Reguler: yang dimaksud siswa SMA reguler dalam penelitian ini adalah pelajar/siswa yang berada SMA Negeri 1 Jampangkulon.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mempermudah metode yang dipakai dalam melakukan penelitian. Sugiyono (2011:102) mengemukakan bahwa “instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang dimati”. Senada dengan

hal tersebut, Arikunto (2011:203) mengungkapkan bahwa “ instrumen penelitian

adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data

agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik…”

Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan instrument tes psikomotor berupa Tes Kebugaran Jasmani untuk anak usia SMA (16-19 tahun) yang berupa:

a. Lari cepat (sprint) 60 meter, b. Gantung siku tekuk (pull up), c. Baring duduk (sit up) 30 detik, d. Loncat tegak (vertical jump), dan


(27)

e. Lari jarak sedang 1200 meter.

Untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan antara variabel penelitian, sumber data, metode, dan instrumen penelitian dapat dipaparkan dalam tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3.6

Rancangan instrumen penelitian

Variabel Sumber Data Metode Instrumen

Tingkat Kebugaran Jasmani

1)Siswa SMA Terpadu Darul

„Amal,

2)Siswa SMA Negeri 1 Jampangkulon

Tes Kebugaran Jasmani

1) Lari cepat (sprint) 60 meter, 2) Gantung siku tekuk (pull up), 3) Baring duduk (sit up), 30 detik 4) Loncat tegak (vertical jump), 5) Lari jarak sedang 1200 meter

Adapun petunjuk pelaksanaan dan penilaian tes kebugaran jasmani yang dilakukan dalam pengambilan data ini sesuai dengan pendapat Nurhasan dan Hasanudin Cholil (2007: 104-116) dan Pusat kebugaran jasmani dan rekreasi dalam http://kebugaran.wordpress.com/2011/07/15/tes-kebugaran-jasmani-indonesia-tkji/ tentang penyusunan rangkaian tes yang diberi nama Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI) adalah sebagai berikut:

a. Lari Cepat (sprint) 60 meter 1) Tujuan

Tes lari ini bertujuan untuk mengukur kecepatan. 2) Alat dan fasilitas

a) Lintasan harus lurus, datar, tidak licin, berjarak 60 meter, dan mempunyai lintasan lanjutan

b) Bendera start c) Peluit


(28)

d) Stopwatch

e) Tiang pancang (berfungsi untuk tanda garis start dan finish) 3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start

b) Gerakan

i. Pada aba-aba “start” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk berlari

Gambar 3.1

Posisi start lari cepat 60 meter

ii. Pada aba-aba “ya” peserta mulai berlari (lihat gambar 3.1) c) Pencatatan hasil

Pengukuran waktu dilakukan pada saat bendera start diangkat hingga pelari tepat melintas garis finish

i. Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 60 meter, dalam satuan detik.

ii. Waktu dicatat dengan satu angka di belakang koma d) Ketentuan lain

Pelaksanaan lari dapat diulang apabila: i. Pelari mencuri start


(29)

iii. Pelari terganggu dengan pelari lain

e) Pedoman penilaian

Tabel 3.7

Pedoman penilaian lari cepat (sprint) 60 meter

Catatan waktu

Nilai

Putera Puteri

Sd - 7.2 detik Sd – 8.4 detik 5 7.3 – 8.3 detik 8.5 – 9.8 detik 4 8.4 – 9.6 detik 9.9 – 11.4 detik 3 9.7 – 11.0 detik 11.5 – 13.4 detik 2

11.1 – dst 13.5 – dst 1

b. Gantung Siku Tekuk (pull up) 1) Tujuan

Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan dan bahu.

2) Alat dan fasilitas

a) Tiang gantung berupa palang tunggal (atau alat lain yang menyerupai palang tunggal) yang dapat diatur ketinggiannya dan disesuaikan dengan ketinggian siswa (lihat gambar 3.2)


(30)

Gambar 3.2 Tiang gantung siku tekuk b) Stopwatch

c) Serbuk kapur atau magnesium karbonat d) Formulir tes dan alat tulis

3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

Peserta berdiri dibawah palang tunggal, kedua tangan berpegangan pada palang tunggal selebar bahu. Pegangan telapak tangan menghadap ke belakang (lihat gambar 3.3)

Gambar 3.3

Sikap permulaan gantung siku tekuk b) Gerakan

Dengan bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk. Dengan


(31)

bantuan tolakan kedua kaki, peserta melompat ke atas sampai mencapai sikap bergantung siku tekuk, dagu berada di atas palang tunggal. Untuk kelompok puteri, sikap tersebut dipertahankan selama mungkin (lihat gambar 3.4). Sementara untuk kelompok putera penilaian gerakan dilakukan pada frekuensi pengulangan dari sikap bergantung hingga dagu berada diatas palang tunggal.

Gambar 3.4

Sikap bergantung siku tekuk 4) Pencatatan hasil

Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh peserta untuk mempertahankan sikap tersebut di atas, dalam satuan waktu detik. 5) Ketentuan lain

Peserta yang tidak dapat melakukan gerakan di atas dinyatakan tidak mampu, hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

6) Pedoman penilaian

Tabel 3.8

Pedoman penilain gantung siku tekuk (pull up)

Catatan waktu Nilai

Putera Puteri


(32)

14 – 18 20 – 39 detik 4

09 – 13 08 – 19 detik 3

05 – 08 02 – 07 detik 2

00 – 04 00 – 02 detik 1

c. Baring Duduk (sit up) 30 detik 1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut

2) Alat dan fasilitas

a) Lantai / lapangan yang rata dan bersih b) Stopwatch

c) Formulir tes dan alat tulis d) Alas / tikar / matras

3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

i. Berbaring terlentang di lantai atau rumput, kedua lutut ditekuk dengan sudut ± 90o, kedua tangan jari-jarinya berselang selip diletakkan dibelakang kepala (gambar 3.5) ii. Petugas/peserta lain memegang atau menekan kedua


(33)

Gambar 3.5

Sikap permulaan baring duduk (sit up) b) Gerakan

i. Gerakan aba-aba “Ya” peserta bergerak mengambil sikap duduk (lihat gambar 3.6), sehingga kedua sikunya menyentuh kedua paha, kemudian kembali ke sikap permulaan (lihat gambar 3.7)

Gambar 3.6


(34)

Gambar 3.7

Sikap duduk kedua siku menyentuh paha

ii. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang dengan cepat tanpa istirahat, selama 30 detik

4) Pencatatan hasil

a) Hasil yang dihitung dan dicatat adalah jumlah gerakan baring duduk yang dapat dilakukan dengan sempurna selama 30 detik. b) Peserta yang tidak mampu melakukan tes baring duduk ini,

hasilnya ditulis dengan angka 0 (nol).

5) Ketentuan lain

Gerakan tidak dihitung jika:

a) Tangan terlepas, sehingga jari-jarinya tidak terjalin lagi. b) Kedua siku tidak sampai menyentuh paha

c) Mempergunakan sikunya untuk membantu menolak tubuh 6) Pedoman penilaian

Tabel 3.9

Pedoman penilaian baring duduk (sit up) 30 detik


(35)

Putera Puteri

41 keatas 29 keatas 5

30-40 kali 20-28 kali 4

21-29 kali 10-19 kali 3

10-20 kali 03-09 kali 2

00-09 kali 00-02 kali 1

d. Loncat Tegak (vertical jump) 1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya ledak otot tungkai. 2) Alat dan fasilitas

a) Papan berskala centi meter, warna gelap, ukuran 30 x 150 cm, dipasang pada dinding yang rata atau tiang. Jarak antara lantai dengan angka nol (0) pada papan tes adalah 150 cm (lihat gambar 3.8).

Gambar 3.8

Papan loncat tegak (vertical jump) b) Serbuk kapur


(36)

d) Formulir tes dan alat tulis 3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

i. Terlebih dahulu ujung jari tangan peserta diolesi dengan serbuk kapur atau magnesium karbonat.

ii. Peserta berdiri tegak dekat dinding, kaki rapat, papan skala berada disamping kiri atau kanannya. Kemudian tangan yang dekat dinding diangkat lurus ke atas, telapak tangan ditempelkan pada papan berskala, sehingga meninggalkan bekas raihan jarinya (lihat gambar 3.9).

Gambar 3.9

Sikap menentukan raihan tegak b) Gerakan

i. Peserta mengambil awalan dengan sikap menekukkan lutut dan kedua lengan diayun kebelakang (lihat gambar 3.10). Kemudian peserta meloncat setinggi mungkin sambil menepuk papan dengan tangan yang terdekat dengan dinding papan skala sehingga menimbulkan bekas (lihat gambar 3.11).


(37)

Gambar 3.10 Sikap awal loncatan

Gambar 3.11 Gerakan meloncat

ii. Ulangi loncatan ini sampai 3 kali berturut-turut 4) Pencatatan hasil

a) Raihan tegak dicatat

b) Ketiga raihan loncatan dicatat

c) Raihan loncatan tertinggi dikurangi raihan tegak dicatat 5) Pedoman penilaian

Tabel 3.10


(38)

Lompatan yang diraih

Nilai

Putera Puteri

73 cm keatas 50 cm keatas 5

60-72 cm 39-49 cm 4

50-59 cm 31-38 cm 3

39-49 cm 23-30 cm 2

Dibawah 39 cm Dibawah 23 cm 1

e. Lari Jarak Sedang 1200 meter 1) Tujuan

Tes ini bertujuan untuk mengukur daya tahan paru, jantung, dan pembuluh darah.

2) Alat dan fasilitas

a) Lintasan lari 600 meter b) Stopwatch

c) Bendera start d) Peluit

e) Tiang pancang (berfungsi untuk tanda garis start dan finish) f) Formulir tes dan alat tulis

3) Pelaksanaan

a) Sikap permulaan

Peserta berdiri di belakang garis start b) Gerakan

i. Pada aba-aba “Siap” peserta mengambil sikap start berdiri, siap untuk lari (lihat gambar 3.12).


(39)

Gambar 3.12 Sikap start lari 1200 meter

ii. Pada aba-aba “Ya” peserta lari menuju garis finish, menempuh jarak 1200 meter.

4) Pencatatan hasil

a) Pengambilan waktu dilakkan dari saat bendera diangkat sampai pelari tepat melintas garis finish.

b) Hasil yang dicatat adalah waktu yang dicapai oleh pelari untuk menempuh jarak 600 meter. Waktu dicatat dalam satuan menit dan detik, contoh: seorang pelari dengan hasil waktu 3 menit 12

detik ditulis 3‟12”.

5) Pedoman penilaian

Tabel 3.11

Pedoman penilaian lari 1200 m

Catatan waktu

Nilai

Putera Puteri

Sd 3‟14” Sd 3‟52” 5

3‟15”-4‟25” 3‟53”-4‟56” 4


(40)

5‟13”-6‟33” 5‟59”-7‟23” 2

Dibawah 6‟33” Dibawah 7‟23” 1

Selanjutnya untuk kreteria kategori kebugaran kita harus menjumlahkan semua nilai dari lima item tes tersebut kemudian cocokan dengan tabel berikut:

Tabel 3.12

Kategori Nilai Kebugaran

No. Jumlah Nilai Klasifikasi

1 22 - 25 Baik Sekali (BS)

2 18 - 21 Baik (B)

3 14 - 17 Sedang (S)

4 10 - 13 Kurang (K)

5 05 - 09 Kurang Sekali (KS

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam meneliti, oleh karena itu dalam pengumpulan data terdapat beberapa teknik ataupun metode yang biasanya digunakan. Adapun teknik dalam pengumpulan data menurut Riduwan (2011:69) dilakukan melalui: angket (questionnaire), wawancara

(interview), pengamatan (observation), tes/ujian (test), dan dokumentasi (documentation).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan salah satu teknik yang diungkapkan tersebut diatas, yaitu teknik berupa tes dalam pengumpulan data. Teknik tes (test) menurut Riduwan (2011:76) adalah “sebagai instrument pengumpul data yang merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, maupun kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.

Selain teknik pengumpulan data penelitian, pada bagian ini penulis juga mengungkapkan tentang sumber data yang penulis gunakan. Sumber data yang


(41)

digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Secara umum, data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari responden melalui proses penelitian, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen yang sudah ada atau data yang diperoleh dari data yang telah dikumpulkan oleh pihak lain. Berkaitan dengan sumber data dalam

penelitian, Riduwan (2011:69) menjelaskan bahwa “pengambilan data yang

dihimpun langsung oleh peneliti disebut sumber primer, sedangkan apabila

pengambilan data melalui tangan/pihak kedua disebut sumber sekunder”.

Adapun data primer tentang tingkat kebugaran jasmani siswa dalam penelitian ini diperoleh dari tes dan observasi langsung kepada responden melalui tes kebugaran jasmani. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini deperoleh dari beberapa pihak, yaitu pihak sekolah, internet, dan beberapa buku atau literatur yang berkaitan dengan masalah penelitian.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam proses penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:

a. Editing. Pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat

kebenaran data hasil pengetesan kepada responden. Hal ini dilakukan apabila terdapat kesalahan ataupun kekurangan yang kemudian akan segera diperbaiki ataupun dilengkapi.

b. Coding. Yaitu tahapan yang dilakukan untuk mengklarifikasi hasil tes.

Klarifikasi ini dilakukan dengan cara mengelompokkan angka-angka yang kemudian dimasukkan ke dalam lembar tabel kerja.

c. Saving. Yaitu proses penyimpanan data sebelum data tersebut diolah

atau dianalisis.

d. Tabulating. Yaitu proses penyusunan data dalam bentuk tabel maupun


(42)

e. Cleaning. Yaitu proses pengetikan kembali data yang sudah di”entry”

untuk mengetahui apakah terdapat kesalahan ataupun tidak.

Selanjutnya, untuk memperoleh data suatu generalisasi atau kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam penelitian, karena dengan analisis data akan dapat ditarik kesimpulan mengenai masalah yang akan diteliti. Untuk menganalisis data diperlukan suatu teknik analisis yang sesuai dengan bentuk data yang terkumpul. Dan data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa angka-angka, maka penyusun menggunakan analisis data statistik.

Adapun teknik yang digunakan untuk proses analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskripsi dengan uji t. Uji beda rata-rata T-test adalah sebuah teori dalam statistik yang digunakan untuk menguji suatu nilai tertentu (yang diberikan sebagai pembanding) berbeda secara nyata ataukah tidak dengan rata-rata sebuah sampel. Untuk melakukan uji beda rata-rata-rata-rata dengan T-test data yang digunakan adalah data kuantitatif.

Adapun langkah langkah dalam pengolahan data tersebut adalah sebagai berikut:

a. Mencari nila rata-rata (̅) dari setiap kelompok, dengan rumus:

̅

Keterangan:

̅ : rata-rata suatu kelompok : jumlah sampel

: nilai data

: jumlah data suatu kelompok b. Mencari simpangan baku, dengan rumus:


(43)

Keterangan:

S : simpangan baku n : jumlah sampel

̅ : jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata c. Uji Normalitas

Menghitung uji normalitas edengan pendekatan uji liliefors, dimana prosedur penghitungannya sebagai berikut:

1) Pengamatan X1, X2,…, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…, Zn

dengan menggunakan rumus:

Z

=

̅

Keterangan:

̅ : rata-rata sampel : nilai skor sampel

:

simpangan baku

2) Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung F, dengan:

(Zi) = P (Z≤ Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …, Zn yang lebih kecil atau

sama dengan Zi. Jjika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:

=

4) Hitung selisih F (Zi) – S (Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini L0

Dengan bantuan nilai kritis L untuk uji Liliefors, maka tentukanlah nilai L. kemudian bandingkanlah nilai L tersebut dengan nilai L0

untuk mengetahui diterima atau ditolaknya hipotesis, dengan kriteria:


(44)

– Tolak H0 jika L0 L

d. Menghitung homogenitas, dengan rumus:

F=

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika F hitung lebih kecil daripada F tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan

taraf nyata ( ) = 0,05

e. Menghitung signifikansi dua rata-rata (dua pihak) dengan pendekatan uji t sebagai berikut:

t =

Sebelum uji T terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2) melalui rumus sebagai berikut:

=

Keterangan:

T : Nilai t yang dicari (Thitung)

S2 : Simpangan baku gabungan n1 : Jumlah sampel kelompok 1


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul Amal dengan siswa SMAN I Jampangkulon. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul Amal lebih baik dibandingkan SMAN I Jampangkulon.

B. Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh, selanjutnya peneliti mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat digunakan sebagai pemahaman maupun literatur tambahan bagi partisipan olahraga khususnya bagi guru maupun calon guru pada mata pelajaran pendidikan jasmani, saran-saran tersebut antara lain:

1. Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan yang secara khusus lebih membahas mengenai faktor-faktor yang kiranya dapat mempengaruhi kebugaran jasmani siswa di sekolah, seperti pemanfaatan waktu luang, lingkungan, serta hal-hal lainnya.

2. Peneliti berharap agar para guru pendidikan jasmani di sekolah dapat lebih memperhatikan aspek kebugaran jasmani seluruh siswa-siswi disekolahnya.

3. Peneliti berharap kepada lembaga pendidikan, sekolah, dan guru-guru serta pihak-pihak yang berkepentingan lainnya agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu indikator untuk membuat desain kurikulum, program pembelajaran, maupun program latihan yang dapat meningkatkan kualitas kebugaran siswa.


(46)

4. Peneliti berharap agar para siswa di sekolah dapat memiliki dan menjaga kondisi fisik serta kebugaran jasmani agar tetap prima, sehingga kemudian siswa dapat menjalani aktivitas kesehariannya secara optimal.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung. Rizqi.

---. (2009). Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Adisasmita, Yusuf. (1989). Prinsip-prinsip Pendidikan Jasmani Hakekat, Filsafat,

dan Peranan Pendidikan Jasmani dalam Masyarakat. Jakarta. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, T.M. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rienika Cipta.

Asmara, Andri A. A. 2013: Perbandingan Pendekatan Bermain dan Pendekatan

Tradisional Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Pendidikan Jasmani. Skripsi, Universitas

Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/4194/.

[Diakses 22 Februari 2014]

Benny, Niara Ayu. (2013). Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa yang

Mengikuti Ekstrakurikuler Bola Basket dengan Futsal di SMPN 1 Paseh Kabupaten Bandung Tahun 2013. Skripsi, Universitas Pendidikan

Indonesia. [Online]. Tersedia http://repository.upi.edu/3282/. [Diakses 14 Januari 2014].

Furqon. (2004). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Hakama, Adli. (2013). Perbandingan Kebugaran Jasmani Siswa SMP yang

Masuk Pagi dengan Masuk Siang. Skripsi, Universitas Pendidikan

Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/3423/. [Diakses 22 Februari 2014].

Hermawan, (2013). Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani dengan Teknik Dasar

Futsal Siswa SMAN 1 Losarang Kabupaten Indramayu. Skripsi,

Universitas Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/4549/. [Diakses 22 Februari 2014].

Komariyah, L. dan Angkawijaya, L. (2010). Modul Mata Kuliah Kesehatan

Olahraga Sport Medicine. Bandung. FPOK UPI.

Mahendra, Agus. (2009). Asas dan Falsafah Pendidikan Jasmani. Bandung. FPOK UPI.


(48)

Marjaan, Sella. (2012). Pendidikan Terpadu Dengan Sistem Boarding School. [Online]. Tersedia: http://sellamarjaan.blogspot.com/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html. [Diakses 14 Januari 2014].

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung. Alfabeta.

Saputra, Y.M., Sunarya, E., dan Badruzaman. (2007). Modul Mata Kuliah Filsafat

Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi. Bandung. FPOK UPI.

Sharkley, Brian J. (2011). Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta. RajaGrafindo Persada.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika Edisi 6. Bandung. Tarsito.

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sumardiyanto. (2007). Modul Mata Kuliah Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Triantoro, Untung. 2009. Pendidikan Islam Terpadu (Pengembangan Pendidikan

bagi Sekolah Model). [Online]. Tersedia. : http://asyahidah.blogspot.com/.

[Diakses 23 Desember 2013]

Wahjoedi.(2001).Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta. RajaGrafindoPersada.

... (2011). Tes Kebugaran Jasmani (TKJI). [Online]. Tersedia:

http://kebugaran.wordpress.com/2011/07/15/tes-kebugaran-jasmani-indonesia-tkji/. [Diakses 23 Desember 2013].

... (2012). Kebugaran Jasmani. [Online]. Tersedia:

http://dhitblueworld.blogspot.com/2012/08/definisi-kebugaran-jasmani.html. [Diakses 18 Desember 2013].

... (2012). Pengertian Kebugaran Jasmani. [Online]. Tersedia: http://bedande.blogspot.com/2012/01/pengertian-kebugaran-jasmani.html.

[Diakses 18 Desember 2013].

... (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

Keterangan:

S : simpangan baku n : jumlah sampel

̅ : jumlah kuadrat nilai data dikurangi rata-rata

c. Uji Normalitas

Menghitung uji normalitas edengan pendekatan uji liliefors, dimana prosedur penghitungannya sebagai berikut:

1) Pengamatan X1, X2,…, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…, Zn dengan menggunakan rumus:

Z

=

̅

Keterangan:

̅ : rata-rata sampel : nilai skor sampel

:

simpangan baku

2) Untuk bilangan baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung F, dengan:

(Zi) = P (Z≤ Zi)

3) Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2, …, Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi. Jjika proporsi ini dinyatakan oleh S (Zi), maka:

=


(2)

63

Cucu Suanda, 2014

Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMA Pada Lembaga Pendidikan Berbasis Pondok Pesantren Terpadu D engan Siswa Reguler

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

– Tolak H0 jika L0 L

d. Menghitung homogenitas, dengan rumus:

F=

Kriteria pengujian adalah terima hipotesis jika F hitung lebih kecil daripada F tabel distribusi dengan derajat kebebasan = (V1.V2) dengan taraf nyata ( ) = 0,05

e. Menghitung signifikansi dua rata-rata (dua pihak) dengan pendekatan uji t sebagai berikut:

t =

Sebelum uji T terlebih dahulu dicari variansi gabungan (S2) melalui rumus sebagai berikut:

=

Keterangan:

T : Nilai t yang dicari (Thitung) S2 : Simpangan baku gabungan n1 : Jumlah sampel kelompok 1 n2 : Jumlah sampel kelompok 2


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dalam penelitian ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul Amal dengan siswa SMAN I Jampangkulon. Sehingga dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat kebugaran jasmani siswa SMA Terpadu Darul Amal lebih baik dibandingkan SMAN I Jampangkulon.

B. Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian yang telah diperoleh, selanjutnya peneliti mengajukan beberapa saran yang kiranya dapat digunakan sebagai pemahaman maupun literatur tambahan bagi partisipan olahraga khususnya bagi guru maupun calon guru pada mata pelajaran pendidikan jasmani, saran-saran tersebut antara lain:

1. Peneliti berharap adanya penelitian lanjutan yang secara khusus lebih membahas mengenai faktor-faktor yang kiranya dapat mempengaruhi kebugaran jasmani siswa di sekolah, seperti pemanfaatan waktu luang, lingkungan, serta hal-hal lainnya.

2. Peneliti berharap agar para guru pendidikan jasmani di sekolah dapat lebih memperhatikan aspek kebugaran jasmani seluruh siswa-siswi


(4)

77

Cucu Suanda, 2014

Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMA Pada Lembaga Pendidikan Berbasis Pondok Pesantren Terpadu D engan Siswa Reguler

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Peneliti berharap agar para siswa di sekolah dapat memiliki dan menjaga kondisi fisik serta kebugaran jasmani agar tetap prima, sehingga kemudian siswa dapat menjalani aktivitas kesehariannya secara optimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abduljabar, Bambang. (2010). Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual dalam Pendidikan Jasmani. Bandung. Rizqi.

---. (2009). Pembelajaran Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Adisasmita, Yusuf. (1989). Prinsip-prinsip Pendidikan Jasmani Hakekat, Filsafat, dan Peranan Pendidikan Jasmani dalam Masyarakat. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Arikunto, T.M. (2007). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rienika Cipta.

Asmara, Andri A. A. 2013: Perbandingan Pendekatan Bermain dan Pendekatan Tradisional Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Terhadap Minat Belajar Mata Pelajaran Pasca Pendidikan Jasmani. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/4194/. [Diakses 22 Februari 2014]

Benny, Niara Ayu. (2013). Perbedaan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa yang Mengikuti Ekstrakurikuler Bola Basket dengan Futsal di SMPN 1 Paseh Kabupaten Bandung Tahun 2013. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia http://repository.upi.edu/3282/. [Diakses 14 Januari 2014].

Furqon. (2004). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta.

Hakama, Adli. (2013). Perbandingan Kebugaran Jasmani Siswa SMP yang Masuk Pagi dengan Masuk Siang. Skripsi, Universitas Pendidikan Indonesia. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/3423/. [Diakses 22 Februari 2014].


(6)

79

Cucu Suanda, 2014

Perbandingan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa SMA Pada Lembaga Pendidikan Berbasis Pondok Pesantren Terpadu D engan Siswa Reguler

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Marjaan, Sella. (2012). Pendidikan Terpadu Dengan Sistem Boarding School. [Online]. Tersedia: http://sellamarjaan.blogspot.com/2012/04/v-behaviorurldefaultvmlo.html. [Diakses 14 Januari 2014].

Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung. Alfabeta.

Saputra, Y.M., Sunarya, E., dan Badruzaman. (2007). Modul Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi. Bandung. FPOK UPI. Sharkley, Brian J. (2011). Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta. RajaGrafindo

Persada.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika Edisi 6. Bandung. Tarsito.

Sugiyono.(2012). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sumardiyanto. (2007). Modul Mata Kuliah Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung. FPOK UPI.

Triantoro, Untung. 2009. Pendidikan Islam Terpadu (Pengembangan Pendidikan bagi Sekolah Model). [Online]. Tersedia. : http://asyahidah.blogspot.com/. [Diakses 23 Desember 2013]

Wahjoedi.(2001).Landasan Evaluasi Pendidikan Jasmani. Jakarta. RajaGrafindoPersada.

... (2011). Tes Kebugaran Jasmani (TKJI). [Online]. Tersedia:

http://kebugaran.wordpress.com/2011/07/15/tes-kebugaran-jasmani-indonesia-tkji/. [Diakses 23 Desember 2013].

... (2012). Kebugaran Jasmani. [Online]. Tersedia:

http://dhitblueworld.blogspot.com/2012/08/definisi-kebugaran-jasmani.html. [Diakses 18 Desember 2013].

... (2012). Pengertian Kebugaran Jasmani. [Online]. Tersedia: http://bedande.blogspot.com/2012/01/pengertian-kebugaran-jasmani.html. [Diakses 18 Desember 2013].

... (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Pendidikan Indonesia.