FAKTOR- FAKTOR DETERMINAN TERHADAP MOTIVASI KERJA PAMONG BELAJAR DI UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR ( SKB) PROPINSI JAWA BARAT.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………...i

LEMBAR PERSETUJUAN………ii

PERNYATAAN……….iii

ABSTRAK………..iv

KATA PENGANTAR……….v

UCAPAN TERIMA KASIH……….vii

DAFTAR ISI ………...xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… ….. BAB I PENDAHULUAN ……… A. Latar Belakang Masalah ……….1

B. Identifikasi Masalah ………13

C. Pembatasan Masalah ……….14

D. Perumusan Masalah ………. 15

E. Tujuan Penelitian ……….16

F. Manfaat Penelitian………17

G. Hipotesis Penelitian ……….18

H. Kerangka Pemikiran ……….18

I. Definisi Operasional Variabel ………20 J. Waktu dan Tempat Penelitian ………..24

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar………26

B. Disiplin Kerja Pamong Belajar………..29

C. Iklim Organisasi Kerja Pamong Belajar………32

D. Hubungan Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar…………... 39


(2)

E. Hubungan Disiplin Kerja dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar ……39

F. Hubungan Iklim Organisasi Kerja dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar……….41

G. Hubungan Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan ( Diklat ) dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar……….42

H. Hubungan antara Persepsi tentang Tugas Pokok , Iklim Organisasi Kerja, Disiplin Kerja , Pendidikan dan Latihan dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar ………...46

I. Motivasi Kerja Pamong Belajar……….48

J. Hakekat Pamong Belajar………62

BAB III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ………63

B. Populasi dan Sampel Penelitian ………..64

C. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ………...66

D. Langkah- Langkah Penelitian………...68

E. Instrumen Penelitian dan Pengolahan……….69

F. Uji Coba Instrumen……….77

G. Validitas dan Relibilitas Instrumen……….79

H. Teknik Analisis Data………. .96

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data ………..99

B. Hitungan Korelasi antar Variabel Penelitian………....113

C. Pembahasan………..121

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ………132

B. Rekomendasi………133

DAFTAR PUSTAKA………..137


(3)

LAMPIRAN-LAMPIRAN………143

REKAP SKOR JAWABAN UJI COBA INSTRUMENVARIABEL BEBAS DAN VARIABEL TERIKAT………..144 UJI VALIDITAS ( KESAHEHAN ) INSTRUMEN PENELITIAN…………...145

ANALISIS HASIL UJI COBA VALIDITAS………..152

UJI RELIABILITAS ( KEANDALAN ) INSTRUMEN PENELITIAN……...164 VARIABEL TERIKAT ( Y )………...186

REKAPITULASI JAWABAN RESPONDEN TERHADAP INSTRUMEN PENELTIAN………...202 ANALISIS PRODUCT MOMENT……….219

KORELASI VARIABEL TERIKAT (Y) DENGAN EMPAT VARIABEL BEBAS (X1,X2,X3,X4)………..220

TUGAS POKOK DAN WEWENANG PAMONG BELAJAR (PB) SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB)………..222

DATA RESPONDEN (PAMONG BELAJAR) IIIC ………..225

DATA RESPONDEN (PAMONG BELAJAR) IIID ………..226

PETA KEMAMPUAN RESPONDEN GOLONGAN IIIC……….. 227


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad XXI, merupakan suatu era dimana globalisasi semakin mewarnai tata budaya, tata ekonomi, tata hukum maupun tata politik dari setiap Negara maupun bangsa.Banyak perubahan yang telah terjadi sebagai dampak dari hasil perkembangan ilmu dan teknologi pada era globalisasi sekarang ini. Era globalisasi bukan merupakan ancaman akan tetapi bisa dijadikan sebagai peluang

khususnya bagi generasi muda untuk lebih maju dan mampu

berkompetensi.Sumber daya manusia yang berkualitas dapat memanfaatkan peluang serta meminimalisasi tantangan untuk maju serta berkompetensi.

Negara Indonesia dituntut untuk bisa menghadapi berbagai kemungkinan dengan adanya perkembangan dan perubahan.Oleh sebab itu, perlu adanya kesiapan sumber daya manusia supaya mempunyai daya saing untuk mengahadapi kemungkinan berbagai perubahan dalam berbagai aspek. Pendidikan merupakan landasan untuk melahirkan banyak generasi muda yang mampu berkiprah untuk merebut peluang dan tantangan guna mendukung tegak dan lestarinya negara Indonesia yang maju dalam masyarakat pasar bebas global abad milinium yang sarat dengan kompetensi.

Persiapan sumber daya manusia yang handal merupakan kata kunci utama untuk memetik kemenangan pada persaingan era globalisasi.Indonesia yang merupakan salah satu negara anggota yang sudah menandatangani konvensi internasional pendidikan untuk semua Education for All ( EFA) sudah


(5)

menyepakati deklarasi The Dakar Framework for Action (kerangka aksi Dakar ). Untuk mencapai target EFA merupakan bagian dari upaya pembangunan pendidikan nasional secara menyeluruh, sedangkan pendidikan merupakam salah satu indeks untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia ( Human Development Index ).

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung kebutuhan sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik untuk mendukung perkembangan dan perubahan struktur ekonomi di dalam negeri. Disadari atau tidak kita semua dihadapkan pada masalah –masalah diantaranya masih banyak terdapat anak usia sekolah formal yang keluar dari sistem pendidikan persekolahan; banyaknya alumni sekolah dasar SD, SMP dan SMA yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan belum siap untuk memasuki dunia kerja; banyaknya jumlah penduduk angkatan kerja yang menganggur karena belum mampu bersaing dalam pasar kerja; serta beratnya beban keluarga dan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya disebabkan kemiskinan dan kebodohan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam meningkatkan dan mempersipkan keterampilan generasi muda yang akan datang ialah hanya dengan melalui pendidikan.

Kaitannya dengan ketidaktuntasan pendidikan sekolah formal didalam menjalankan fungsinya mendidik anak dan remaja usia sekolah, maka peran pendidikan nonformal sangat diperlukan untuk memberikan solusi adanya keterbatasan yang dimiliki pendidikan nonformal tersebut.Dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menegaskan dengan


(6)

jelas, bahwa Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang membutuhkan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti ( substitution), penambah ( supplement ) dan atau pelengkap ( complement ) pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat ( life long education ) .Selain dari pada itu pula ditegaskan bahwa pendidikan non formal berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik atau warga belajar dengan lebih menekankan pada penguasaan pengetahuan ( knowledge) dan keterampilan (skills) fungsional serta pengembangan sikap, dan kepribadian professional.

Mengacu pada Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional yang telah disebutkan diatas, maka pendidikan nonformal perlu dikembangkan dengan didukung oleh sumber daya manusia ( human resources ) sebagai pelaku dan atau pelaksana yang berkualitas. Sumber daya manusia sebagai pelaku pendidikan nonformal tersebut ialah mereka yang mengabdikan dirinya sebagai pendidik pada jalur pendidikan nonformal, diantaranya tutor, instruktur, falisitator, pamong belajar, dan tenaga kependidikan misalnya pengelola kursus, pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ( PKBM ), dan atau pengelola satuan- satuan pendidikan sejenis lainnya.

Program pendidikan luar sekolah semakin sarat dengan beban tugas yang diembannya berhubung dengan adanya program pencanangan wajib berlajar Sembilan tahun. Kegiatan- kegiatan pada jalur pendidikan luar sekolah memang belum mampu menjangkau sasaran wajib belajar yang belum tuntas,apalagi keadaan sosial ekonomi masyarakat saat ini belum menentu sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah anak putus dan bertambah pula jumlah


(7)

pengangguran. Untuk itu peranan lembaga yang sangat mempengaruhi dan lebih menentukan keberhasilan penuntasan wajib belajar sembilan tahun, adalah jalur pendidikan luar sekolah. Implementasinya untuk memerankan fungsi dan tugas dari aparat penyelenggara pendidikan luar sekolah harus didukung kuantitas sumber daya yang memadai. Pamong Belajar merupakan salah satu komponen penyelenggara pendidikan luar sekolah atau pendidikan nonformal dan pengemban tugas fungsional serta aparat Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB ) yang dalam dalam hal ini sebagai pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal yang bertugas sebagai Pegawai Negeri Sipil pada unit- unit pelaksana teknis seperti Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) baik yang berada di SKB Kabupaten maupun Kota, UPTD di Provinsi yang berada di Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) dan pada Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (P2PNFI) Regional I Jayagiri Bandung memegang peranan strategis sebagai ujung tombak dan mitra kerja kepala atau pimpinan dalam melaksanakan tugas di lapangan yang secara langsung terlibat dengan masyarakat harus memiliki bekal pengetahuan dan keteramplian yang memadai. Dengan demikian pamong belajar dituntut bekerja sebagai seorang professional,yang mampu melaksanakan kegiatan mulai dari mengidentifikasi sampai dengan menganalisis dan melaporkan secara tertulis, baik yang menyangkut data kelompok sasaran maupun langkah- langkah kegiatan dalam rangka mendidik, mengajar dan atau melatih , memotivasi, serta menggerakan calon warga belajar menjadi warga belajar. Selain itu juga pamong belajar dituntut untuk melakukan tugas- tugas sebagai pengajar / guru dan mampu membuat karya tulis ilmiah, membuat dan


(8)

mengembangkan alat pelajaran, serta mampu mengembangkan pribadinya dalam arti harus belajar baik melaui pelatihan maupun belajar sendiri.

Agar seorang pamong belajar menjadi profesional, selalu dituntut untuk mampu mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan di bidang pendidikan laur sekolah dan atau pendidikan nonformal khususnya, serta mampu memantau sistem pendidikan, terutama yang berkaitan dengan program pendidikan luar sekolah, kebijakan- kebijakan serta keberhasilan program-program pembangunan dan pemberdayaan pendidikan nonformal dan informal.

Visi, Misi dan kebijakan- kebijakan pendidikan nonformal dan informal hanya akan terwujud diantaranya dengan melalui kinerja Pamong Belajar yang ditentukan oleh kompetensi para Pamong Belajar itu sendiri. Belum optimalnya kinerja Pamong Belajar secara umum dapat dilihat dari beberapa aspek , antara lain : Pertama , 19 Tugas Pokok Pamong Belajar sebagaimana tersurat dalam SK MENPAN No.17 Tahun 1989 ( telah diganti dengan SK MENPAN No :25 /MENPAN / 1999, belum sepenuhnya dilaksanakan. Kedua ,belum seluruh Pamong Belajar melibatkan dan terlibat dalam keseluruhan aktifitas kegiatan secara penuh ( all out ). Baik dari segi pemikiran, waktu maupun tenaga.Ketiga, dalam forum-forum tertentu baik secara formal ataupun informal, sering terungkap ungkapan- ungkapan aspirasi Pamong Belajar, yang intinya mereka belum bisa mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk mencurahkan segala kemampuan yang dimilikinya untuk memberikan yang terbaik bagi lembaga dimana para Pamong Belajar berada.Keempat, adanya kecenderungan pindahnya Pamong Belajar kejenjang karier lain.Seperti pindah ke


(9)

penilik Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, khususnya Penilik Pendidikan Luar Sekolah ( PLS).Hal ini menunjukan bahwa jabatan profesi Pamong Belajar masih dianggap kurang bergengsi.

Berdasarkan pemantauan, diketahui bahwa 55 orang pamong belajar di SKB Propinsi Jawa Barat dalam menjalankan tugasnya tidak merata.Bagi Pamong Belajar yang banyak inisiatif, kreatif dan memiliki keterampilan, mereka kelihatan sibuk karena pekerjaan yang dilakukan.Akan tetapi ada pula pamong belajar yang kelihatan santai dan waktu tidak banyak digunakan untuk bekerja karena bekerja hanya merupakan perintah dari atasannya. Hal – hal seperti ini jika berlanjut akan dapat mengakibatkan :

1. Khusus bagi pamong belajar, yang mempunyai beban tugas banyak semakin terampil karena semakin banyak tugas berarti semakin banyak pengalaman.Pamong belajar yang tidak banyak menerima tugas berarti tidak banyak memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman, akibatnya akan menjadi tenaga yang tidak berkualitas.

2. Pamong belajar yang tidak banyak menerima tugas berarti tidak banyak bekerja, maka diangap kurang mampu atau tidak terampil.Jika ada pelatihan atau peningkatan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, mereka sulit mendapatkan untuk diikutkannya, akibatnya pamong belajar yang terampil semakin tinggi kemampuannya, dan yang tidak terampil tidak dapat berkembang.

3. Pamong belajar yang tinggi kinerjanya, akan mempengaruhi jenjang kepangkatan lebih cepat naik bahkan setiap dua tahun sekali.Akan tetapi


(10)

sebaliknya, bagi pamong belajar yang kinerjanya rendah kenaikan kepangkatannya akan terlambat.Bahkan jika kenaikan pangkatnya lebih dari 4 tahun, akan mendapatkan peringatan dari atasan sebagai pamong belajar dapat dicabut sehingga mereka menjadi tenaga administrasi.

Konsekuensi dari adanya keragaman kualitas pamong belajar ialah timbulnya keragaman hasil pencapaian pelaksanaan program pendidikan luar sekolah antara daerah satu dengan daerah yang lain. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan delapan standar pendidikan.Pasal 28 ayat (1) dalam peraturan tersebut dinyatakan, bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya pada ayat (3) dalam peraturan tersebut dinyatakan, bahwa kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, professional, dan sosial. Implikasi dari peraturan pemerintah tersebut bahwa penyelengaraan pendidikan harus memenuhi standar kompetensi.

Kiranya persoalan di atas tidak akan teratasi jika tugas pamong belajar sebagai pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal yang ada tidak berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan jabatannya.Tinggi rendahnya kinerja dan motivasi kerja pamong belajar dalam melaksanakan pengembangan model, proses belajar mengajar, dan penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan


(11)

nonformal dalam hal ini pendidikan luar sekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : sosial budaya dan geografis, manajemen personel, serta penunjang, kemampuan menelaah terhadap tugas- tugas yang diterima, iklim organisasi kerja, latar belakang pendidikan, pengalaman kerja mereka dan kebijakan- kebijakan pimpinan. Dalam Surat Edaran Bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan kepala BAKN : ( 1990) kemampuan pamong belajar dituntut untuk dapat mengikuti dan melaksanakan berbagai kegiatan pada jabatan pamong belajar yang meliputi : (1) Pendidikan dan latihan, (2) Penyuluhan dan proses kegiatan belajar mengajar, (3) Pengembangan profesi, dan (4) Kegiatan penunjang penyuluhan dan proses kegiatan belajar mengajar.

Asumsi sementara bahwa kinerja seorang pamong belajar di SKB Propinsi Jawa Barat ada kaitannya dengan pendidikan formal dan jenis latihan yang pernah diikuti, serta banyaknya pengalaman yang dimiliki. Berkaitan dengan tingkat pendidikan formal, keberadaan dan peranan pamong belajar dalam kehidupan masyarakat sangat penting, baik ditinjau dari segi pembinaan masyarakat bidang moral, bidang keterampilan maupun bidang intelektual. Jabantan pamong belajar sangat penting keberadaanya di Sanggar Kegiatan Belajar dalam kehidupan dan pembangunan masyarakat, karena dalam kegiatan sehari- hari pamong belajar berhubungan langsung dengan warga masyarakat dengan memberikan pengetahuaan maupun keterampilan untuk kehidupan sehari-sehari .

Pamong Belajar SKB mempunyai peranan yang sangat strategis dan menentukan bagi terwujudnya produktifitas Sanggar Kegiatan Belajar sebagai


(12)

salah satu lembaga yang mengelola pendidikan melalui jalur pendidikan luar sekolah.Pamong Belajar memberikan sumbangan yang sangat berarti bagi keberhasilan pelaksanaan tugas dan fungsi S K B sebagaimaa yang tertuang dalam SK Mendikbud No.023/0/ 1997.Walaupun begitu untuk memperoleh gambaran tentang pamong belajar yang ideal dengan berbagai tugas yang telah dilaksanakan dan beberapa kecakapan yang perlu dikuasai tidak mudah karena adanya latar belakang sosial, pendidikan pamong yang berbeda- beda.

Pamong belajar sebagai pemangku jabatan professional perlu dibekali dengan berbagai kemampuan dan kecapakan agar dalam melaksanakan tugasnya dapat berhasil.Selanjutnya dalam Kepmenkowasbangpan tertuang:

Keputusan Menteri Koordinator Bidang Pengawasan Pembangunan

dan Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 25 / KEP/

MENKOWASPAN/ 6 /1999 tentang Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kreditnya, Pasal 2 menyebutkan bahwa tugas pokok pamong belajar terdiri atas : 1) Melaksanakan pengembangan model program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga; 2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pengembangan model dan pembuatan percontohan program pendidikan luar sekolah , pemuda dan olah raga; dan 3) Melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga. ( Lazuardi, dkk, 2008 : 1 ).

Kinerja Pamong belajar yang dalam hal ini apabila dikaitkan dengan tugas pokoknya (SK Menpan No.127 / MENPAN /198) sebagai salah satu tenaga pendidikan luar sekolah mempunyai makna ganda, artinya kinerja dapat dilihat dari kualitas unjuk kerjanya dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan dan proses pembelajaran serta pengembangan profesi, dan usahanya untuk meningkatkan serta memperkaya kualitas kemampuannya sebagai pamong belajar dan wawasan berpikirnya dengan terus-menerus belajar melalui berbagai kegiatan yang


(13)

diselenggarakan oleh SKB maupun pihak lain dituntut untuk dapat mengakomodir perubahan dengan berpegang pada tugas , pokok dan fungsi serta tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pamong belajar harus memiliki kompetensi yang disyaratkan sebagai pendidik dan tenaga kependidikan.

Dalam melakukan tugasnya, tanaga PLS berfungsi sebagai pendidik ( seperti …. Pamong belajar ), ...Tenaga PLS harus mampu mengakomodir dinamika perubahan yang terjadi dalam lingkup nasional, regional dan global, dengan tetap berpegang pada fungsi dan tujuan pendidikan nasional.Tenaga PLS yang mampu mengemban tugas tersebut adalah tenaga yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan.Pada tataran operasional tenaga PLS dapat mengelola program pembelajaran, memfasilitasi proses pembelajaran dan memperhatikan perkembangan peserta didik dalam berbagai dimensinya, yang mengarah pada kepemilikan dan perkembangan intelegensi, kebutuhan belajar, ketempilan belajar, keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian professional, dan kemandirian sosial, membentuk dan mengelola satuan pendidikan luar sekolah, serta mengembangkan program pendidikan sesuai dengan satuan pendidikannya. ( Sutisna, A, 2007 : 4 ).

Berangkat dari hal- hal tersebut diatas,penulis mencoba menyinggung peran salah satu sub aktor yang ikut bertanggung jawab atas perkembangan dalam dunia pendidikan,khususnya pendidikan luar sekolah atau yang disebut istilah sekarang yaitu pendidikan nonformal dan informal (PNFI) yakni Pamong Belajar. Secara global sudah jelas skenario tugas, pokok dan fungsi ( tupoksi ) Pamong Belajar yang tertuang dalam Kep.Menpan Nomor. 127 / MENPAN/ 1989, pasal 3 ( telah diganti dengan SK MENPAN No :25 /MENPAN / 1999, namun yang lebih penting adalah bagaimana Pamong Belajar mampu menjabarkan tugas- tugas pokok tersebut di arena pendidikan luar sekolah bagi masyarakat sehingga bisa berdaya guna dan berhasil guna.

Kompleksnya tugas yang diemban Pamong Belajar di lapangan , dituntut dengan berbagai macam kemampuan.Tidak hanya menjabarkan tugas yang ada


(14)

dengan apa adanya, sehingga memberikan dampak kurang berkembangnya pola berpikir kreatif yang mengarah pada kemampuan statis. Sebagaimana ditegaskan oleh Kusmiadi (2006:19-2007), bahwa :

Pamong Belajar sebagai petugas lapangan,ternyata selain orang yang secara langsung berhubungan dengan sasaran layanan pendidikan

nonformal dan informal, juga sebagai penentu dalam

mengimplementasikan dan memadukan keseluruhan program pendidikan nonformal baik secara horizontal maupun secara vertikal. Di sisi lain mereka juga menjadi penyeimbang antara kebutuhan yang akan datang dari penentu kebijakan maupun yang berasal dari masyarakat itu sendiri.Untuk itulah,maka Pamong Belajar senantiasa dituntut untuk berusaha mengembangkan kemampuannya baik bersifat pengetahuan maupun keterampilan sebagai perwujudan atas upaya meningkatkan produktivitas dan kinerja dirinya yang pada hakekatnya adalah juga meningkatkan produktivitas organisasi atau lembaga tempat di mana mereka bekerja.

Pamong Belajar sebagai pendidik pendidikan nonformal dan informal dituntut untuk melaksanakan tugas, pokok dan fungsinya secara professional.Peningkatan profesionalisme pendidik pendidikan nonformal dan informal merupakan sebuah kiniscahayaan dalam mencapai pendidikan nonformal yang berkualitas,apalagi jika hal itu dikaitkan dengan perubahan yang terjadi dalam semua aspek termasuk di dalamnya pendidikan.Dunia pendidikan seyogyanya terus mengalami peningkatan dan perubahan, sehingga menuntut peran pendidik nonformal khusunya Pamong Belajar yang ada di UPTD SKB baik diwilayah Kabupaten atau Kotamadya agar dapat merespon, mengakomodir, serta mengkondisikan kompetensinya untuk dapat mengantisipasi segala permasalahan dan perkembangan yang terjadi di masyarakat khususnya dilapangan.


(15)

Peningkatan kompetensi dan kualifikasi Pamong Belajar merupakan salah satu kebutuhan yang tentunya tidak bisa dihindari dan harus selalu dilakukan sebagai sebuah langkah antisipasi dan jawaban pada perubahan- perubahan yang ada di masyarakat pada umumnya, dan perkembangan pendidikan nonformal dan informal pada khususnya.Terlebih lagi pada saat ini teknologi yang sudah berkembang dengan pesat menuntut Pamong Belajar untuk selalu mengikuti keterbelakangan dan ketertinggalannya.Perkembangan sistem teknologi informasi dan komunikasi tidak bisa dihindari, mau tidak mau,siap atau tidak siap teknologi dan informasi ini akan hadir di tengah- tengah kehidupan masyarakat.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kinerja Pamong Belajar dalam menjalankan tugas, pokok dan fungsinya di antaranya yaitu kompetensi yang dimilikinya, motivasi atau dorongan,ketersediaan sarana dan prasarana demi untuk menunjang kinerjanya yang berada dimasyarakat,dukungan dan pembinaan yang secara langsung dilakukan oleh pemimpin dalam hal ini kepala SKB. Pamong Belajar tentu dituntut untuk bisa mengakomodir perubahan dan tantangan dengan merujuk pada tugas, pokok dan fungsi yang tercantum pada tujuan pendidikan nasional.Untuk itu, Pamong Belajar diharuskan mempunyai kompetensi dan kualifikasi yang telah disyaratkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional sebagai tenaga pendidik nonformal dan informal yang profesional.

Untuk melaksanakan dan mengimplementasikan program–program pendidikan nonformal dan informal serta kinerja Pamong Belajar dipengaruhi oleh faktor- faktor yang mempengaruhi peningkatkan motivasi kerja Pamong


(16)

Belajar.Topik bahasan dalam penelitian ini adalah faktor- faktor determinan terhadap motivasi kerja Pamong Belajar di UPTD SKB Kabupaten Propinsi Jawa Barat.

B. Identifikasi Masalah

Pendidikan adalah usaha untuk meningkatkan dan mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah formal maupun di luar sekolah nonformal.Pada dasarnya seorang pamong belajar selaku pelaksana pendidikan luar sekolah harus mampu mengembangkan profesinya sebagai pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar.Oleh sebab itu seorang pamong belajar selama melaksanakan tugas- tugas yang diembannya sering mengalami beberapa masalah yang berkaitan dengan profesinya sebagai tenaga lapangan atau tenaga SKB. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat penulis identifikasikan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan kemampuan professional yang dapat mempengaruhi motivasi kerja pamong belajar di SKB adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk mempersepsikan tugas pokok antara pamong belajar yang satu dengan pamong belajar yang lainnya berbeda-beda.

2. Ada pamong belajar yang belum dapat melaksankan manajemen personal dengan baik, dan ada pula yang sudah dapat melaksanakan manajemen personelnya dengan baik

3. Tingkat disiplin pamong belajar antara SKB yang satu dengan yang lain berbeda-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah.

4. Iklim organisasi kerja antar SKB di Jawa Barat berbeda- beda, ada yang sudah baik dan ada yang belum baik.


(17)

5. Terdapat kesenjangan antara latar belakang pendidikan formal dengan tugas pamong belajar yang diembannya.

6. Pengalaman kerja pamong belajar berbeda- beda, dan bagi pamong belajar yang belum banyak pengalaman, mereka sulit dan berat dalam melaksanakan tugas- tugasnya sebagai pamong belajar.

Selain masalah- maslah tersebut diatas, faktor lingkungan sosial diduga juga berpengaruh dalam pembentukan sikap dan kinerja pamong belajar, terutama dalam melaksanakan pekerjaan agar pelaksanaan program pendidikan nonformal, pemuda dan olah raga di Provinsi Jawa Barat dapat berjalan dengan baik dan berhasil secara optimal sesuai dengan harapan. Akan tetapi dari beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja pamong belajar tersebut seluruhnya diteliti dalam penelitian ini, maka dari masalah yang akan diteliti perlu dibatasi.

C. Pembatasan Masalah

Dari beberapa permasalahan di atas, penelitian ini membatasi permasalahan yang akan diteliti pada kemampuan professional dan faktor- faktor determinan yang mempengaruhi motivasi kerja pamong belajar dalam melaksanakan tugas- tugas sebagai tenaga teknis lapangan.Oleh karena itu dari sejumlah permasalahan yang timbul pada indetifikasi masalah penelitian ini dimaksudkan untuk mencoba menelusuri sejauh mana usaha yang dilakukan pamong belajar dalam melaksanakan tugas.Untuk menelaah motivasi kerja pamong belajar, tidak terlepas dari faktor-faktor individu pamong belajar itu sendiri. Mengingat banyaknya faktor- faktor yang mempengaruhi terhadap motivasi kerja pamong belajar, maka dalam perumusan masalah, peneliti hanya


(18)

memfokuskan pada faktor- faktor yang diperkirakan mempunyai hubungan yang berarti terhadap motivasi kerja pamong belajar. Oleh karena itu, variable bebas yang merupakan determinan dapat mempengaruhi motivasi kerja pamong belajar dibatasi pada persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar, disiplin kerja, iklim kerja , organisasi kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan. Diharapkan dengan pembatasan variabel yang diteliti akan diperoleh hasil kajian yang lebih mendalam terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan indetifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Seberapa jauh pengaruh persepsi tentang tugas pokok Pamong Belajar terhadap motivasi kerja di SKB Propinsi Jawa Barat ?

2. Berapa besar pengaruh disiplin kerja Pamong Belajar terhadap motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat ?

3. Berapa besar pengaruh iklim organisasi kerja Pamong Belajar terhadap motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat ?

4. Berapa besar pengaruh pendidikan dan latihan Pamong Belajar terhadap motivasi kerja pamong Belajar di Propinsi Jawa Barat ?

5. Berapa besar pengaruh secara bersama- sama tentang tugas pokok ,disiplin kerja, iklim kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan terhadap motivasi kerja Pamong Belajar di Propinsi Jawa Barat ?


(19)

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengambil keputusan untuk penyempurnaan kebijakan dan secara khusus dapat dirinci sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh persepsi tentang tugas pokok Pamong Belajar terhadap motivasi kerja di SKB Propinsi Jawa Barat

2. Untuk mengetahui pengaruh disiplin kerja Pamong Belajar terhadap motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat

3. Untuk mengetahui pengaruh iklim organisasi kerja Pamong Belajar terhadap motivasi kerja Pamong belajar di Propinsi Jawa Barat

4. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan latihan Pamong Belajar terhadap motivasi kerja pamong Belajar di Propinsi Jawa Barat

5. Untuk mengetahui pengaruh secara bersama- sama tentang tugas pokok ,disiplin kerja, iklim kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan terhadap motivasi kerja Pamong Belajar di Propinsi Jawa Barat ?


(20)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga melalui Kepala Bidang Pendidikan Nonformal dan Informal baik di tingkat daerah sampai tingkat pusat dan Kepala SKB untuk mendorong, memotivasi dan membimbing tenaga pamong belajar dalam lingkungan kinerjanya.

2. Sebagai masukan bagi para pamong belajar SKB untuk meningkatkan kemampuan kerja yang lebih tinggi, dengan tidak mengabaikan faktor- faktor yang dapat mendukung kemampuan profesionalnya.

3. Sebagai bahan untuk mengevaluasi pamong belajar dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas kerjanya.

Secara praktis hasil dari pada penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan masukan (input) untuk menyusun strategi atau program kegiatan baik bagi Pusat Pengembangan Pendidikan NonFormal dan Informal ( P2PNFI) yang dapat menunjang untuk meningkatkan kinerja pamong belajar, dan institusi pendidikan maupun sebagai penentu kebijakan untuk lebih mengimplementasikan dan mengakomodir program-program pendidikan nonformal dan informal khususnya program- program yang ada di SKB.


(21)

G. Hipotesis Penelitian

Bertitik tolak dari uraian tersebut diatas , pada bagian ini akan dikemukakan hipotesis. Hipotesis yang dimaksud diatas adalah sebagai berikut :

1. Semakin tinggi persepsi tentang tugas pokok, maka semakin tinggi pula motivasi kerja pamong belajar di SKB.

2. Semakin tinggi disiplin bekerja, maka semakin tinggi pula motivasi kerja pamong belajar di SKB.

3. Semakin tinggi iklim organisasi kerja, maka semakin tinggi pula motivasi kerja pamong belajar di SKB.

4. Semakin tinggi pendidikan dan latihan dalam jabatan, maka semakin tinggi pula motivasi kerja pamong belajar di SKB..

5. Terdapat hubungan secara bersama-sama antara persepsi tentang tugas pokok, disiplin kerja, iklim kerja, iklim organisasi kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan terhadap motivasi kerja pamong belajar.

H. Kerangka Pemikiran

Karangka pemikiran sebagai asumsi dasar yang akan dikemukakan dalam penelitian ini adalah dapat digambarkan sebagai berikut :


(22)

Bagan I-I

HUBUNGAN ANTAR VARIABEL BEBAS DAN TERIKAT

Keterangan Variabel

X1 = Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar X2 = Disiplin dalam Kerja

X3 = Iklim Kerja

X4 = Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan Y = Motivasi Kerja Pamong Belajar

X1

X2

X3

X4


(23)

I. Definisi Operasional Variabel

a.Persepsi Tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

Mar’at ( 1981: 154 ) menjelaskan bahwa, persepsi merupakan proses pengamatan yang berasal dari komponen kognisi. Di lain pihak Buss (1978: 78 ) mengartikan sebagai suatu proses pengumpulan, penginterpretasikan informasi. Sementara menurut Crow dan Chow (1972: 56 ) memberikan batasan bahwa, persepsi adalah proses mengorganisasikan dan menginterpretasikan data berdasarkan hasil pengalaman sebelumnya. Persepsi sebagai fungsi spikologis yang memungkinkan individu menerima dan mengolah informasi dari lingkungan dan mengadakan perubahan di lingkungannya. Disamping itu Hothersall (1985:55 ) mengasumsikan persepsi sebagai interpretasi pengalaman yang terelaborasi, sedangkan Bower dkk. ( 1987: 65 ) memaknai persepsi sebagai keseluruhan proses stimulasi eksternal yang tampak pada cara pandang seseorang. Munculnya persepsi dapat dipengaruhi oleh faktor stimulus dan faktor fungsional. Menurut Buss ( 1978:15 ) faktor stimulus berupa kesamaan ( similarity), kelancaran, kedekatan dan konteks. Sedangkan faktor fungsional adalah pengaruh dalam diri seseorang, seperti perhatian, kebutuhan, dan sebagainya. Persepsi juga berhubungan dengan tingkah laku. Sedangkan tingkah laku manusia ditentukan oleh persepsinya terhadap obyek tertentu, yang kemudian digunakan sebagian dasar dalam mengambil kesempatan terhadap obyek tersebut. Tindakan orang sehari –hari dipengaruhi oleh persepsinya terhadap rangsangan dari luar dirinya.


(24)

Yang dimaksud dengan persepsi tentang tugas pokok pamong belajar dalam penelitian ini adalah bagaimana seorang pamong belajar dapat menerima, menterjemaahkan, menguraikan atau menjabarkan, serta mengorganisir terhadap tugas-tugas yang mudah dilaksanakan, dengan tugas- tugas tersebut dapat mendorong untuk meningkatkan semangat kerja dan kemampuan kerjanya.

Oleh karena itu persepsi tentang tugas pokok pamong belajar, adalah proses untuk mencoba memberikan arti terhadap tugas pokoknya yang dipahami melalui belajar, latihan dan interaksi dengan lingkungan sekitar.

Persepsi juga sebagai cara pandang yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi : tanggapan terhadap tugas yang diterima, dorongan untuk meningkatkan kemampuan kerja, rasa betah dan bergairah untuk bekerja.

b.Disiplin dalam Bekerja

Yang dimaksud dengan disiplin dalam bekerja bagi pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB ), adalah suatu sikap ketaatan melaksanakan pekerjaan secara tertib dan lancar serta berusaha bekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan selalu berusaha untuk berfikir secara dinamis kearah masa depan. Disiplin dalam bekerja merupakan proses untuk perubahan sikap diri seorang pamong belajar untuk melatih diri dan belajar sambil bekerja, pertumbuhan dan perkembangan kearah tingkah laku yang bermoral guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Disiplin dalam bekerja pamong belajar dimaksudkan sebagai ketaatan untuk melaksanakan pekerjaan secara tertib dan lancar, tidak menunda- nunda tugas yang diberikan, dan selalu berusaha untuk


(25)

menyelesaikan tugas- tugas tepat waktu serta bertanggung jawab terhadap tugas- tugas yang diterimanya.

c.Iklim Organisasi Kerja

Iklim organisasi kerja pamong belajar adalah suasana dan kondisi fisik tempat bekerja, nilai- nilai budaya lingkungan pamong belajar yang terwujud dalam bentuk mendukung atau tidak mendukung, menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi pamong belajar dari hasil interaksi antara sesama pamong belajar ( teman sekerja ). Adapun iklim organisasi kerja pada penelitian ini meliputi: hubungan dengan sesama pamong belajar, hubungan dengan Kepala SKB, hubungan dengan tenaga administrasi, hubungan dengan Penilik PLS, hubungan dengan masyarakat dan warga belajar, rasa tenang dan aman, motivasi untuk kerja, dapat mendiskusikan informasi- informasi baru yang berkaitan dengan tugasnya sehingga dapat diselesaikan bersama- sama.

d.Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan

Yang dimaksud pendidikan dalam penelitian ini adalah kesempatan yang diperoleh seorang pamong belajar untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan yang telah diikuti melalui sekolah, dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi, dan secara formal dapat ditunjukan dengan Surat Tanda Tamat Belajar ( STTB) atau surat- surat lain yang mememiliki nilai yang sama dengan STTB tersebut.Adapun jenjang pendidikan yang ada pada pamong belajar saat ini adalah pendidikan jenjang : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ) dengan


(26)

berbagai jurusan,, Diploma III Pendidikan Luar sekolah, dan Strata I(S1) dan Strata 2 ( S2 ) dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda- beda.

Adapun latihan dalam jabatan dimaksud dalam penelitian ini adalah ikut sertanya pamong belajar dalam berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan kerja. Kegiatan tersebut meliputi pelatihan yang berkaitan dengan tugas- tugas sebagai pamong belajar SKB, kursus, dan pendidikan sejenisnya sejak diangkat sebagai pamong belajar hingga saat penelitian dilakukan.

Pendidikan dan latihan, yaitu suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan secara terprogram dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pesertanya.Pendidikan dan latihan yang dimaksudkan adalah jenis pelatihan atau kegiatan yang diselenggarakan di P2PNFI yang pesertanya pamong belajar dari SKB di Propinsi Jawa Barat dan dengan waktu tertentu dapat memberikan dampak peningkatan pengetahuan, keterampilan, damsikap bagi pamong belajar yang mengikutinya sehingga akan meningkatkan motivasi dan kinerjanya.

e. Motivasi kerja

Secara etimologi kata motivasi berasal dari kata movere yang berarti bergerak, atau dorongan bagi seseorang untuk berbuat, atau ide pokok yang selalu berpengaruh besar terhadap tingkah laku manusia dalam hal ini pamong belajar dalam melaksanakan tugas- tugas dalam jabatannya yang merupakan realisasi dari implementasi kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan pamong


(27)

belajar.Adapun motivasi dan kinerja pamong belajar sesuai dengan tugas pokoknya dalam penelitian ini meliputi : bimbingan, penyuluhan, proses pembelajaran, pengembangan profesi, pengamdian pada masyarakat, dan keterlibatan dalam kegiatan- kegiatan kerja baik di kantor maupun di masyarakat. f.Pamong Belajar

adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk; (a) melaksanakan pengembangan model program pendidikan luar sekolah, pemuda dan olah raga ,(b) melaksanakan kegiatan belajar mengajar dalam rangka pengembangan model dan pembuatan percontohan program pendidikan luar sekolah,pemuda dan olah raga dan (c) melaksanakan penilaian dalam rangka pengendalian mutu dan dampak pelaksanaan program pendidikan luar sekolah. ( KEP /MENKOWASPAN / 6 / 1999 )

statistik.Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriftif dan statistik inferensial.

J. Waktu dan Tempat Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara intensif mulai dari mengurus perijinan hingga pengumpulan data dari responden, yaitu pada bulan Maret, April dan Mei 2010.Sebagai lokasi penelitian yang telah dilaksanakan yaitu di Pusat Pengembangan Pendidikan NonFormal dan Informal ( P2PNFI) Regional I Jaya Giri Lembang Bandung Propinsi Jawa Barat untuk memperoleh data awal .


(28)

Adapun Sampel dalam pelaksanaan penelitian ini adalah 8 UPTD Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yaitu pada:

1. UPTD SKB Kabupaten Purwakarta. 2. UPTD SKB Kabupaten Sumedang. 3. UPTD SKB Kabupaten Subang, 4. UPTD SKB Kabupaten Karawang 5. UPTD SKB Kabupaten Cimahi. 6. UPTD SKB Kabupaten Garut 7. UPTD SKB Kabupaten Cianjur . 8. UPTD SKB Kabupaten Bogor

Jumlah Populasi Sampel seluruhnya yaitu sebanyak 55 orang pamong belajar. Yang menjadi obyek populasi dari penelitian ini ialah Pamong Belajar. Karena semua pamong belajar yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini dapat disebut penelitian populasi.Penelitian ini dilaksanakan di SKB di Wilayah Provinsi Jawa Barat sebagai lokasi tersebut dipilih dimana pamong belajar berada. Alasan mengambil lokasi penelitian ini ialah peneliti bertugas di SKB Kabupaten Purwakarta, dan menurut pengamatan sementara peneliti terjadi variasi motivasi dan kinerja pamong belajar khususnya di SKB. Selain itu juga bahwa di SKB Provinsi Jawa Barat hingga saat ini belum ada penelitian berkaitan dengan pamong belajar yang dilaksanakan dari pihak manapun juga.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dimana dalam penelitian kuantitatif analisis data merupakan kegiatan setelah data dari responden atau sumber data lain terkumpul.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian kuantitatif menggunakan statisitk. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriftif dan statistik nonparametrik. Statistik parametrik digunakan untuk mengetahui keterkaitan atau hubungan antar variabel digunakan uji korelasi person product moment terhadap fokus permasalahan yang dilaksanakan. Statistik deskrifrif adalah merupakan statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Dalam penelitian ini tentunya informasi dan data dikumpulkan terlebih dahulu

dari para responden dengan menggunakan beberapa kuesioner.Setelah data tersebut diperoleh lalu hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian itu akan dianalisis untuk menguji suatu hipotesis yang diajukan pada awal penelitian tersebut

Metode deskritif yaitu suatu metode dalam meneliti status komunitas manusia yang dianggap suatu objek, suatu perangkat situasi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas kejadian pada masa sekarang. Tujuan dari pada


(30)

metode deskriptif yaitu untuk membuat deskripsi atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta serta korelasi antara fenomena yang diinvestigasi ( Nazir, 1988 : 63 ) . .

Merujuk pada asumsi yang disebutkan diatas, maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan bahwa metode deskriptif korelasional sangat sesuai apabila digunakan di dalam penelitian ini dikarenakan dimaksudkan untuk mengungkap korelasi antara variabel Independen (X), persepsi tentang tugas pokok pamong belajar( X1), variabel disiplin dalam bekerja ( X2 ), variabel iklim kerja ( X3), variabel pendidikan dan pelatihan ( X4) dengan variabel Dependen( Y) Motivasi Kerja Pamong Belajar.

B.Populasi dan Sampel Penelitian

1.Populasi Penelitian

Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang merupakan kuantitas dan ciri- ciri tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2002 : 57 ). Interpretasi lain dari populasi menurut ( Nazir, 1988 : 3 ) ialah berhubungan dengan data, bukan orang atau bendanya.Populasi merupakan totalitas seluruh nilai yang mungkin, baik dari hasil penghitungan ataupun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif dari pada ciri- ciri tertentu tentang sekumpulan objek yang lengkap ( Handari, 1995 : 14 )


(31)

Dengan demikian bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, baik itu berupa tempat, benda, maupun simbol- simbol yang biasa dijadikan sebagai sumber data.Sebab penelitian ini berhubungan antara Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar ,Disiplin dalam Bekerja, Iklim Organisasi Kerja, Pendidikan dan Latihan dalam jabatan dan dengan motivasi kerja Pamong Belajar ,oleh karena itu Sampel merupakan bagian dari atau wakil populasi yang diteliti termasuk didalammnya karakteristik dan jumlahnya. Teknik sampling yang digunakan dalam sampel penelitian ini ialah sampling acak sederhana. Dalam penelitian ini dimana jumlah populasi sebanyak 55 orang pamong belajar tersebut semuanya dijadikan responden peneltian dari 8 UPTD Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

).

Tabel 3.1.

POPULASI PENELITIAN

No Pamong Belajar UPTD SKB di Jawa Barat Jumlah

Pamong

1 UPTD SKB Kabupaten Purwakarta 9 orang

2. UPTD SKB Kabupaten Karawang 8 orang

3. UPTD SKB Kabupaten Subang 30 orang

4. UPTDSKB Kabupaten Cianjur 10 orang

5.. UPTD SKB Kabupaten Sumedang 18 orang

6. UPTD SKB Kabupaten Garut 14 orang

7 8..

UPTD SKB Kota Cimahi UPTD SKB Kabupaten Bogor

10 orang 10 orang Jumlah 99 orang


(32)

2.Sampel penelitian

Sampel merupakan bagian dari atau wakil populasi yang diteliti termasuk didalammnya karakteristik dan jumlahnya. Teknik sampling yang digunakan dalam sampel penelitian ini ialah sampling acak sederhana. Dalam penelitian ini dimana jumlah populasi sebanyak 55 orang pamong belajar tersebut semuanya dijadikan responden penelitian dari 8 UPTD Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

C.Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Sesuai dengan fokus permasalahan penelitian, data- data yang diperlukan dikumpulkan melalui kuesioner, wawancara, observasi dan dokumentasi. Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan variabel- variabel seperti variabel bebas ( independen) ( X ) yaitu Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar (X1), Disiplin dalam Bekerja (X2). Iklim Organisasi Kerja (X3) ,Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan (X4) Sedangkan untuk variabel terika ( independen ) yakni Motivasi Pamong Belajar selain menggunakan kuesioner juga menggunakan observasi dan catatan- catatan atau dokumentasi tentang motivasi kerja Pamong Belajar yang menjadi responden dalam penelitian ini.

1. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik untuk mendapatkan keterangan atau hal- hal dari responden secara lebih mendalam.Hal ini dilakukan berhubungan dengan Faktor- faktor Determinan dan Motivasi Kerja Pamong Belajar.Hasil wawancara tentu sangat bermanfaat terutama untuk membuat instrumen pengumpul data.


(33)

2. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data yang bisa dilakukan dengan pengamatan secara langsung, sengaja dan sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap penomena yang sedang diteliti.Kegunaan teknik observasi dalam penelitian ini yaitu untuk mengamati kompetensi dan motivasi kerja Pamong Belajar yang ada di masing- masing satuan unit kerja UPTD SKB.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik Dokumentasi yaitu pengumpulan data melalui hasil laporan tulisan yang secara formal.Adapun tujuan dari teknik dokumentasi adalah untuk melihat perkembangan kinerja dan motivasi Pamong Belajar.

4. Angket atau Kuisioner

Kuisioner atau angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk pertanyaan- pertanyaan dalam bentuk tertutup.Kegunaan dari angket atau kuisioner digunakan untuk menggali serta dapat mengungkapkan hal- hal atau informasi yang bersifat rahasia sehingga data yang diperoleh akan lebih lengkap, konsisiten dan akurat. Adapun bahan- bahan yang diambil untuk penyusunan kuisioner ini dikumpulkan dari berbagai sumber diantaranya melalui; wawancara, observasi dan dokumentasi.

Beberapa pertimbangan utama dalam menggunakan dan memilih alat pengumpul data tersebut diantaranya adalah :


(34)

a. .Agar hasil dari pengukuran terhadap variabel- variabel yang diteliti bisa dianalisis serta diolah secara statistik.

b. Dengan alat pengumpul data yang dimaksud akan sangat memungkinkan memperoleh data yang seobyektif mungkin.

c. Penelitian ini tentunya bisa dilakukan dengan mudah serta bisa menghemat biaya, waktu dan tenaga.

D.Langkah- langkah Penelitian

Pada umumnya dalam sebuah penelitian dapat dilakukan dalam beberapa tahap, diantaranya :

1. Tahap persiapan; tahapan dimana seorang peneliti melakukan penjajakan serta pengkajian terhadap fokus masalah penelitian, menentukan populasi dan sampel, kelengkapan administrasi, studi pendahuluan,penyusunan instrumen pengumpulan data serta kelengkapan- kelengkapan lainnya.

2. Pengumpulan data merupakan suatu tahapan di mana seorang peneliti melakukan pengumpulan data, dengan menggunakan alat ( kuisioner) yang telah divalidasi dan atau direvisi.

3. Pengolahan data dan penyusunan laporan penelitian sebagai bentuk pertanggung jawaban. Data- data yang diolah dan dianalisis dengan menggunakan prosedur statistik.

Berikut ini dikemukakan secara rinci proses perumusan instrumen kuesioner dan pengolahan data yang terkumpul.


(35)

1.Penyusunan Kuesioner

Untuk mengungkap persepsi tentang tugas pamong belajar ( X1), disiplin dalam bekerja ( X2 ), iklim organisasi kerja ( X3 ) , pendidikan dan latihan ( X4 ) dengan motivasi kerja Pamong Belajar (Y) digunakan skala tertentu untuk meminta seseorang ataupun responden agar supaya memberikan jawaban dan atau pilihan dari berberapa statemen yang ada dalam lembaran kuisioner.

Setiap pernyataan disusun berdasarkan penjabaran dari bagian - bagian yang terkandung dalam setiap variabel penelitian. Dalam hal ini baik wawancara, observasi dan studi kepustakaan yang dilakukan sebelumnya sangat mendukung dan menjadi suatu landasan dalam menyusun bagian pertanyaan dan atau pernyataan.

E.Instrumen Penelitian dan Pensekoran

Instrumen merupakan alat pengumpul data yang disusun dan dikembangkan berdasarkan prosedur serta tahapan-tahapan tertentu. Adapun sebagai langkah-langkah dalam pengembangan instrument pada penelitian ini adalah :

Menentukan konstruksi yang diukur, merumuskan definisi operasional. Mendefinisikan konstruk, menyusun butir-butir pertanyaan, melakukan uji coba, dan menyempurnakan pernyataan.

Secara garis besar bahwa penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Agar diperoleh data yang lengkap tentang kedua varabel tersebut, digunakan beberapa insturmen dengan skala pengukurnnya. Adapun jenis instrumen yang digunakan sebagai pengumpul data dalam penelitian ini adalah


(36)

angket berupa kuestioner dengan skala sikap. Kuesioner dipakai untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan variable-variabel persepsi tentang tugas pokok pamong belajar, disiplin kerja, iklim organisasi kerja, pendidikan dan latihan dalam jabatan, motivasi kerja pamong belajar.

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan pada kisi-kisi yang mengacu pada konsep teoritik. Kisi-kisi tersebut disusun berdasarkan variabel peneltian yaitu : Persepsi tentang tugas pokok pamong belajar sebanyak 36 item; Disiplin dalam bekerja sebanyak 20 butir; iklim organisasi kerja sebanyak 67 butir item; Motivasi Kerja pamong belajar ( golongan IIIc sebanyak 40 butir item; Golongan IIId sebanyak 56 butir item).

1. Instrumen Pengukuran Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

Data tentang persepsi tugas pamong belajar ini, diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan angket. Angket ini memuat indikator seperti tanggapan terhadap cara kerja, dorongan untuk meningkatkan kemampuan kerja, rasa betah dan bergairah. Adapun instrumen yang dikembangkan untuk mengukur persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar kisi- kisinya sebagai berikut :


(37)

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

Sub variabel Indikator Respon

den

Nomor Butir Jumlah

Item Positif Negatif

a. Persepsi Tugas Pokok Pamong Belajar a.1.Rasa betah dan bersemangat untuk bekerja a.2.Dorongan untuk meningkatkan kemampuan kerja. a.3.Tanggapan terhadap cara kerja. PB PB PB 1,5,6,8,11,13, 21,23,26,27 7, 18,19,29,30,3 1,32,35,36,37 12, 16, 20, 22, 25, 33, 34

2, 3, 4, 24

9,28,

10 ,14, 15, 17

14

12

11

Jumlah 27 10 37

Berdasarkan indikator tersebut diatas disusun angket dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan yang terdiri dari lima pilihan jawaban yang diberikan skor lima sampai dengan satu.Untuk jawaban positif diberi bobot skor seperti : sangat setuju = 5, setuju= 4, ragu- ragu = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1. Sedangkan jawaban negative diberi bobot skor : sangat setuju = 1, setuju= 2, ragu- ragu= 3, tidak setuju = 4, sangat stidak setuju = 5. Dengan pensekoran tersebut, akan diperoleh sekor minimal 37, dan sekor maksimal 180.


(38)

2. Instrumen Pengukuran Disiplin dalam Bekerja

Data tentang disiplin dalam bekerja pamong belajar di SKB Propinsi Jawa Barat akan dikumpulkan berdasarkan indikator- indikator : ketaatan terhadap peraturan, tanggung jawab terhadap tugasnya, inisiatif dalam bekerja, dan pengendalian diri. Adapun untuk jelasnya dapat dilihat pada kisi- kisi berikut:

Tabel 3.3

Kisi- Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Disiplin dalam Bekerja

Sub variabel Indikator Responden Nomor Butir Jumlah

a.Disiplin dalam bekerja

a.1.Ketaatan terhadap peraturan a.2. Tanggung

jawab. a.3.Inisiatip

dalam bekerja a.4.Pengendalian

diri

PB

PB PB PB

1, 3, 4 , 5, 6, 7, 8

2, 9 , 15 , 19 10 , 11 , 12 , 13 , 17 14, 16, 18, 20

7

4 5 4

JUMLAH 20

Dari indikator tersebut disusun butir- butir pertanyaan dalam bentuk checklist dan disertai pedoman untuk memberikan nilai dengan menggunakan lima pilihan, yaitu dari kedisiplinannya tinggi sampai rendah, dengan rentang nilai : sangat tinggi = 5, tinggi = 4, sedang = 3, rendah = 2, sangat rendah = 1. Data ini diisi oleh kepala SKB terhadap setiap pamong belajar yang dijadikan responden. Dengan pensekoran tersebut akan diperoleh sekor minimal 20, dan sekor maksimal 100.


(39)

3. Instrumen Pengukuran Iklim Organisasi Kerja Pamong Belajar

Data tentang iklim organisasi kerja pamong belajar dikumpulkan berdasarkan indikator- indikator : hubungan sesama pamong belajar, hubungan dengan kepala SKB, hubungan dengan penilik PLS ( PNFI), hubungan dengan tenaga administrasi, hubungan dengan warga belajar, hubungan dengan warga masyarakat, hubungan dengan orang tua warga belajar. Berdasarkan indikator- indikator tersebut disusun kisi- kisi instrumen sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kisi- kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Iklim Organisasi Kerja

Sub variabel Indikator Respon

den

Nomor Butir Jumlah

Positif Negatif a.Iklim Organisa si Kerja a.1.Hubungan sesama Pamong Belajar. a.2. Hubungan PB

dengan kepala SKB a.3.Hubungan PB dengan tenaga administrasi a.4.Hubungan PBdengan Penilik PLS (PNFI) a.5.Hubungan PB dengan WargaBelajar . a.6.Hubungan PB dengan orang tua warga belajar PB PB PB PB PB PB 1,2,3,6,9, 10, 18, 22, 38, 59

14, 26, 35, 36, 47 11, 46, 48, 50, 52, 61, 64

31, 32, 40, 49,51, 54

7, 21, 34, 67,

13, 28, 58

16, 17

23,41, 44

37,

4,39, 45,

5, 15, 65, 66, 12 8 7 7 7 7


(40)

a.7.Hubungan PB dengan masyarakat sekitar SKB. a.8. Rasa aman

dan tenang a.9.Motivasi

untuk bekerja PB

PB

PB

53, 56, 57, 62, 63,

20, 25, 27, 29, 42, 43, 8,12, 19, 30,

33

55,60,

24,

7

6

6

JUMLAH 50 17 67

Dari indikator- indikator tersebut, diberikan skor pada pernyataan positifnya jika ya = 3, ragu- ragu / kadang- kadang = 2, tidak = 1. Dan sebaiknya untuk pernyataan negatif , jika ya = 1, ragu- ragu / kadang- kadang= 2, jika tidak 3. Dengan pensekoran tersebut, akan diperoleh sekor minimal 67, dan sekor maksimal 201.

4. Instrumen Pengukuran Pendidikan dan Latihan dalam Jabatan

Data mengenai pendidikan dan latihan dalam jabatan, diperoleh melalui pengukuran dengan angket isian menurut : jenis dan jenjang pendidikan, jenis latihan, waktu / hari dan tempat pelaksanaan pelatihan. Berdasakan keputusan Menpan dalam menetapkan angka kredit bagi jabatan pamong belajar SKB adalah : jumlah hari untuk setiap latihan. Untuk memperoleh data latihan maka dibuat lima alternatif penilaian sebagai berikut : 1- 7 hari = 1, 8- 14 hari= 2, 15- 21 hari = 3, 22 – 28 hari = 4 ,29 hari keatas = 5. Sedangkan untuk penilaian data pendidikan formal bagi pamong belajar dibuat alternatif penilaian sebagai berikut : Diploma = 4 ,S1 Umum = 8 , S1 Kependidikan = 6 , dan S1 PLS = 6 .


(41)

5. Instrumen Pengukuran Motivasi Kerja Pamong Belajar

Sehubungan dengan pamong belajar di Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB) Propinsi Jawa Barat terdiri dari golongan IIIc, dan golongan IIId, maka untuk menjaring data- data tentang motivasi kerja pamong belajar,isntrumennya juga dipisahkan antara pamong belajar golongan IIIc, dengan pamong belajar golongan IIId. Data tentang motivasi kerja pamong belajar golongan III, diperoleh dengan angket isian untuk mengukur indikator- indikator : bimbingan, penyuluhan, proses pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian pada masyarakat, keterlibatan dalam kegiatan kerja. Dari indikator yang ada, disusun kisi- kisi sebagai berikut :

Tabel 3.5

Kisi –Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Motivasi kerja Pamong Belajar Golongan III c

Indikator Responden Nomor Butir Jumlah

1. Bimbingan

2. Penyuluhan 3. Proses

Pembelajaran

4. Pengembangan Profesi.

5. Pengabdian pada Masyarakat

6. Keterlibatan dalam kegiatan PB PB PB PB PB PB

5, 6, 7, 8, 13, 14,15, 16,24, 25, 50, 51,

10, 11, 12, 17, 18, 19, 2 0, 21, 27, 28, 29, 30.

22, 23, 31, 44, 45, 49, 52, 53, 54, 55, 56

26, 33, 34, 35, 40, 47, 48

32, 36, 37, 38, 39, 42, 43

1, 2, 3, 4, 5, 9, 41

12 12 11 7 7 7


(42)

JUMLAH 56

Berdasarkan kisi- kisi yang ada disusun instrumen sesuai dengan keperluannya. Setiap pertanyaan atau pernyataan dalam instrumen disediakan empat pilihan jawaban dengan kategori : selalu / sangat aktif, sering / aktif, kadang- datang / kurang aktif, dan pernah / tidak pernah. Adapun pensekorannya ialah 4 untuk pilihan jawaban selalu / sangat aktif , 3 untuk pilihan jawaban sering / aktif, 2 untuk pilihan jawaban kadang- kadang / kurang aktif, dan1 untuk pilihan jawaban tidak pernah / tidak aktif. Dalam instrumen ini juga terdapat pertanyaan/ pernyataan tentang bimbingan , maka untuk bimbingan maupun latihan dengan kategori pensekorannya : 6 kelompok / lebih = 4, 4-5 kelompok = 3, 2-3 kelompok = 2, 0-1 kelompok = 1. Dari pensekoran tersebut, maka akan diperoleh sekor minimal 56, dan sekor maksimal 224.

Sedangkan kisi- kisi instrumen untuk variabel Motivasi Kerja Pamong Belajar golongan III d, sebagai berikut:

Tabel 3. 6

Kisi- Kisi Instrumen Pengumpulan Data untuk Variabel Motivasi kerja Pamong Belajar Golongan IIId

Indikator Responden Nomor Butir Jumlah

1. Bimbingan 2. Penyuluhan 3. Proses

pembelajaran 4. Pengabdian

pada masyarakat

PB PB PB PB

10,11,12,17,18 19,20,21,27,28

1,2,3,4,5,6,7,13,14,15,1 6

24,25,26,33,34,35,40 29,30,32,36,38,39

10 11 7 6 6


(43)

5. Keterlibatan dalam kegiatan.

PB 8,9,22,23,31,37

JUMLAH 40

Berdasarkan kisi- kisi yang ada disusun instrumen sesuai dengan keperluannya.Setiap pertanyaan / pernyataan dalam instrumen disediakan empat pilihan jawaban dengan kategori : selalu/ sangat aktif, sering / aktif, kadang- kadang / kurang aktif, dan tidak pernah / tidak aktif. Adapun pensekorannya ialah 4 untuk pilihan jawaban selalu / sangat aktif, 3 untuk pilihan sering/ aktif, 2 untuk pilihan jawaban kadang- kadang / kurang aktif, dan 1 untuk pilihan jawaban tidak pernah / tidak aktif.

Sedangkan untuk kegiatan bimbingan disediakan juga empat pilihan jawaban dengan kriteria sekor 4 untuk pilihan jawaban 6 kelompok / lebih, skor 3 untuk pilihan jawaban 4 -5 kelompok, skor 2 untuk pilihan jawaban 2 -3 kelompok, dan sekor 1 untuk pilihan jawaban 0 – 1 kelompok. Dari penyekoran tersebut, maka akan diperoleh sekor minimal 40, dan sekor maksimal 160.

F. Uji Coba Instrumen

Setelah instrumen tersusun dan sebelum digunakan untuk mengumpulkan data, maka instrumen tersebut perlu penyempurnaan dengan cara uji coba terlebih dahulu terhadap sejumlah sampel tertentu. Dengan uji coba ini diharapkan dapat memperoleh suatu instrumen yang baik memiliki reliabilitas dan validitas yang tinggi serta dapat dipahami dengan baik oleh responden yang akan diukur. Uji


(44)

coba ini dimaksudkan pula untuk mengetahui apakah instrument yang telah dikembangkan berdasarkan konstruk teori dapat mencakup indicator- indicator yang dikembangkan secara teoritis. Untuk itu perlu pengujian secara redibiliti maupun secara empirik.

Pengujian secara reabiliti dilakukan terhadap teman sejawat, dalam hal ini pamong belajar SKB Purwakarta dan mahasiswa Program Pasca Sarjana UPI Bandung sebanyak 10 orang.Pengujian ini juga untuk mengetahui bagaimana item-item yang telah disusun dapat dipahami atau belum sekaligus untuk mendapatkan koreksi, masukan dan saran- saran untuk menyempurnaan masing- masing item. Sedangkan pengujian secara empirik dilakukan terhadap sampel sebanyak 99 orang pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Adapun pamong belajar yang dijadikan sampel uji coba berasal dari : SKB Kabupaten Purwakarta sebanyak 9 orang, SKB Kabupaten Sumedang sebanyak 18 orang, SKB Kabupaten Garut sebanyak 14 Orang., SKB Kabupaten Cimahi sebanyak10. Orang, SKB Kabupaten Subang sebanyak 30 Orang, SKB Kabupaten Cianjur sebanyak 10 Orang, SKB Kabupaten Karawang sebanyak 8 Orang, SKB Kabupaten Bogor sebanyak 10 Orang. Dipilihnya delapan SKB tersebut sebagai tempat uji coba, karena dilihat dari segi geografis dan keberadaan pamong belajarnya memiliki karakteristik yang hampir mirip dengan SKB yang akan dijadikan wilayah penelitian khususnya di Propinsi Jawa Barat

Adapun langkah- langkah yang ditempuh dalam uji coba ini ialah : (1) Mengidentifikasi pamong belajar yang memiliki karakteristik mirip dengan pamong belajar Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB ) di Propinsi Jawa Barat.(2)


(45)

Menetapkan jumlah sampel sebanyak 99 orang.( 3) Melaksanakan uji coba dari tanggal 15 Maret sampai dengan 31 Mei 2010.(4) Menelaah hasil uji coba. (5) Merevisi instrumen.

G.Validitas dan Relibilitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan baik sebagai alat ukur apabila memenuhi cirri- cirri sahih ( valid) dan andal ( reliable ). Untuk itu diperlukan uji coba instrument dengan maksud untuk melihat keandalan dan kesahihan ( validitas dan reliabilitas). Validitas menunjukan sejauh mana suatu alat ukur pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur ( Masri Singaribuan, 1990). Sebagi alat ukur pada penelitian ini adalah instrumen, dan lebih lanjut lagi Djamaludin Ancok ( 1991 ) mengatakan bahwa, validitas menunjukan sejauh mana instrumen yang disusun dapat mengukur apa yang ingin diukur. Adapun validitas yang akan diuji adalah validitas isi ( content validity ) yaitu sejauh mana isi alat pengukur tersebut mewakili semua aspek dianggap sebagai aspek kerangka konsep ( Marsi Singaribuan, 1990). Suatu instrumen akan dinyatakan valid jika koefisien korelasinya > 0,50 ( Gay, 1991 ).

Malalui uji coba instrumen dapat disempurnakan antara lain dengan cara Menghilangkan butir- butir pertanyaan yang tidak sahih, memperbaiki pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden, menyempurnakan kalimat dalam pertanyaan tertentu, dan menyesuaikan waktu yang tepat.

Dalam hal ini instrumen yang diuji cobakan ada lima bagian. Yaitu persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar ( X1 ), disiplin dalam bekerja ( X2),iklim organisasi kerja ( X3). Pendidikandan latihan dalam jabatan ( X4), dan


(46)

motivasi kerja pamong belajar ( Y). Namun dari lima instrumen ini hanya empat yang dilakukan pengujian kesahihan dan keandalannya, yakni persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar, disiplin dalam bekerja, iklim organisasi kerja, dan motivasi kerja pamong belajar. Sedangkan ubahan latihan dalam jabatan dilakukan uji coba hanya untuk mendapatkan gambaran dari responden dan menyempurnakan angket.

1.Instrumen Pengukuran Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar Untuk memperoleh data ubahan persepsi tentang tugas pokok pamong belajar digunakan angket yang berisi daftar pertanyaan / pernyataan dengan lima katagori jawaban. Angket tersebut diberikan kepada pamong belajar yang tidak sebagai responden penelitian. Selanjutnya pada data tersebut dilakukan analisis faktor untuk untuk mengetahui kesahihan dan keandalan instrumen.

a.Validitas

Validitas yang akan dilakukan pada penelitian ini adalaha validitas isi, sehingga uji validitas isi terhadap alat ukur penelitian ini dilakukan dengan menggunakan " Rational Judgment ' , yaitu apakah butir instrumen dapat menggambarkan sesuai dengan indikator dari variabel yang dimaksudkan atau belum. Validitas isi dilakukan dengan penelaahan secara cermat terhadap butir- butir pertanyaan karena setiap butir pernyataan sangat erat kaitannya dengan isi dari variabel yang bersangkutan.

Uji kesahihan dilakukan juga dengan teknik analisis faktor yang menggunakan bantuan komputer dengan paket program SPSS for windows.


(47)

Penggunaan teknik analisis tersebut dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi butir- butir pertanyaan / pernyataan yang dijabarkan dari konstruk- konstruk secara konseptual dengan pengujian secara empirik. Dengan demikian tujuan analisis faktor yang digunakan ialah untuk mengkonfirmasikan hasil pengembangan butir pertanyaan/ pernyataan secara konseptual dengan pengujian berdasarkan data empirik. Butir- butir pertanyaan / pernyataan yang masuk lebih dari satu faktor, atau tidak masuk dalam faktor, maka butir- butir pertanyaan / pernyataan tersebut dinyatakan gugur (lampiran3). Adapun hasil uji coba instrumen persepsi terhadap tugas pokok pamong belajar dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 3.7

Pengelompokan Butir Angket Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar

Karangka Teori Butir Hasil Analisis

Faktor

Butir 1. Rasa betah dan

bersemangat untuk bekerja 2. Dorongan untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja 3. Tanggapan Terhadap Cara kerja

1, 2*, 3, 4, 5, 6, 8, 11, 13, 21, 23, 24, 26, 27.

7, 9, 18, 19, 28, 29, 30, 31*, 32*, 35, 36, 37.

10, 12, 14, 15, 16, 17*, 20, 22, 25, 33, 34.

1. Rasa betah dan bersemangat untuk bekerja 2. Dorongan untuk Meningkatkan Kemampuan Kerja 3. Tanggapan Terhadap Cara kerja 1,3,4,5,11,13, 19**, 21, 22**, 23, 24, 26,27, 29** 6**, 7, 8**, 18, 25**, 28, 30, 34**, 35, 36, 37

9**, 10, 12, 14, 15, 16, 20, 33

Jumlah 37 Jumlah 33

Keterangan : ° = Gugur

** = Pindahan dari indikator lain


(48)

Dengan meilhat tabel tersebut di atas, dapat diketahui bahwa dari 37 butir pertanyaaan/ pernyataan pada instrumen persepsi tentang tugas pokok pamong belajar terdapat empat butir yang dinyatakan gugur karena tidak memenuhipersyarakatn yaitu nomor butir 2, 17, 31, dan 32. Selain itu ada pula butirpertanyaan/ pernyataan yang mengalami pergeseran atau perpindahan dari indicator ke indikator lain. Adapun nomor butir ynga mengalami perpindahan tersebut berjumlah delapan butir yaitu butir nomor 6, 8,19, 22, 25, 29, dan 34.

b.Reliabilitas

Uji keandalan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keandalan isntrumen yang akan digunakan dalam pengelompokan data penelitian. Pengujian instrumen ini dilakukan dengan teknik koefisien alpha dari Cronbach. Teknik ini dipakai karena instrumen yang dikembangkan berbentuk skala sikap dengan rentangan 1 sampai dengan 5. Kriteria yang digunakan untuk menetapkan keterandalan instrumen adalah jika koefisien gabungan > 0,50 maka instrumen tersebut dinyatakan andal ( Gay, 1991)

Pengujian dilakukan terhadap masing- masing faktor/ indikator untuk mengetahui tingkat keandalan yang dimiliki faktor/ indikator pada variabel.Formula ini digunakan berdasarkan atas jawaban angket yang dikembangkan..Pengujian ini dilakukan dua tahap.Tahap pertama pengujian keandalan masing- masing faktor, dan tahap kedua pengujian keandalan faktor angket secara keseluruhan butir. Dengan bantuan komputer paket program SPSS for windows untuk menganalisis data hasil uji coba.


(49)

Tabel 3.8

Tingkat Keandalan Instrumen Persepsi tentang Tugas Pokok Pamong Belajar Indikator/ Faktor Koefisien Reliabilitas

Alpha

Koefisien Reliabilitas Alpha

Keseluruhan 1.Rasa betah dan bersemangat

untuk kerja. 2.Dorongan untuk

meningkatkan kemampuan kerja

3.Tanggapan terhadap cara kerja

0,9351

0,9359

0,8111

0,8830

2.Instrumen Pengukuran Disiplin dalam Bekerja

Untuk memperoleh data uji coba ubahan dalam kerja dugunakan angket yang berisi daftar pertanyaan / pernyataan dengan lima katagori jawaban.Angket tersebut diberikan kepada Kepala Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB) untuk menilai pamong belajar yang dijadikan responden uji coba dan tidak terjaring sebagai responden penelitian. Dari data tersebut dilakukan analisis untuk mengetahui kesahihan dan keandalan instrumen.

a. Validitas

Pengujian kesahehan dilakukan dengan " Rational Judgment ', yaitu apakah butir instrumen dapat menggambarkan sesuai dengan indikator dari variabel yang dimaksudkan atau belum. Validitas isi dilakukan dengan penelaahan secara cermat terhadap butir- butir pertanyaan/ pernyataan karena setiap butir pertanyaaan/ pernyataan sangat erat kaitannya dengan isi dari variabel yang bersangkutan.Selain dari pada itu dilakukan dengan teknik analisis faktor yang


(50)

menggunakan bantuan komputer paket program SPSS for windows.Analisis ini dilakukan untuk menentukan butir mana yang memenuhi persyaratan yaitu sesuai dengan faktor- faktor yang diharapkan, print out pada Lammpiran 3. Jika terdapat butir yang memuat lebih dari satu faktor atau tidak termuat dalam salah satu faktor, maka butir tersebut dinyatakan gugur.

Tabel 3.9

Pengelompokan Butir Angket Disiplin dalam Bekerja

Kerangka Teori Butir

Σ

Hasil Analisis

Faktor

Butir Σ

1.Ketaatan terhadap Peraturan. 2.Tanggungjawab terhadap Pekerjaan. 3.Inisiatip dalam Bekerja. 4.Pengendalian diri 1,3,4,5 ,6,7,8 2,9,15, 19 10,11,12, 13,17 14,16,18,20 7 4 5 4 1.Ketaatan terhadap Peraturan. 2.Tanggungjawab terhadap Pekerjaan. 3.Inisiatip dalam Bekerja. 4.Pengendalian Diri

1, 4, 6, 7, 8, 9,

2, 15, 19, 20* 3*,5*,10, 12,13,17, 11*,14, 16, 18 6 4 6 4

Jumlah 20 Jumlah 20

Keterangan : * = Pindahan

Berdasarkan data dari hasil uji coba tersebut diatas, diketahui bahwa insrtumen disiplin dalam bekerja dapat diketahui sebanyak 20 butir pernyataan/ pertanyaan tidak ada yang dinyatakan gugur, akan tetapi ada lima butir


(51)

pertanyaan/ pernyataan yang mengalami pergeseran dari faktor satu ke faktor lain, yaitu butir nomor 3, 5, 9, 11 dan 20.

b.Relibilitas

Uji keandalan untuk mengetahui tingkat keandalan instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data penelitian. Uji keandalan pada ubahan ini dilakukan dengan teknik koefisien alpha dari Cronbach. Formula ini dilakukan berdasarkan atas jawaban angket yang telah dikembangkan.Pengujian ini dilakukan melalui dua tahap, tahap pertama pengujian keandalan masing- masing faktor, dan tahap kedua pengujian keandalan angket secara keseluruhan ( seluruh butir). Analisis ini dilakukan dengan bantuan computer paket program SPSS Windows

Tabel 3.10

Tingkat Keandalan Instrumen Disiplin dalam Bekerja

Indikator / Faktor Koefisien

Reliabilitas Alpha

Koefisien Reliabilitas

Alpha 1.Ketaatan terhadap Peraturan.

2.Tanggungjawab terhadap. Pekerjaan

3.Inisiatip dalam bekerja

4.Pengendalian diri

0,9704 0,9901 0,8283 0,8730

0,7564

3.Instrumen Pengukuran Iklim Organisasi Kerja

Untuk memperoleh data ubahan iklim organisasi kerja ini, digunakan angket yang berisi daftar pertanyaan / pernyataan dengan dua katagori jawaban. Instrumen ini terlebih dahulu diberikan kepada pamong belajar yang bukan merupakan responden


(52)

penelitian.Selanjutnya data tersebut dianalisis untuk mengetahui kesahihan dan keandalan instrumen.

a. Validitas

Kesahihan angket iklm organisasi kerja ditentukan dengan kesahihan isi ( content validity ) dan kesahihan konstruk (construct validity ). Kesahihan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana instrumen dapat mencerminkan isi sesuai dengan yang dikehendaki, sedangkan validitas konstruk mengarah kepada sejauh mana suatu instrumen mengukur sifat atau konstruk teoritis tertentu.Analisis faktor ini dilakukan terhadap angket yang telah diuji cobakan. Jika terdapat butir yang termuat lebih dari satu faktor atau tidak masuk dalam satu faktor, maka butir tersebut akan dinyatakan gugur, dan sisanya dianalisis kembali untuk menentukan suatu butir sahih atau tidak.Analisis hasil uji coba dilakukan dengan bantuan komputer paket program SPSS for windows, print out pada Lampiran 3. Hasiluji coba dapat dilhat pada Tabel 11 berikut:

Tabel 3.11

Pengelompokam Butir Angket Iklim Organisasi Kerja

Kerangka Teori Butir Σ Hasil Analsis

Faktor

Butir Σ

1.Hubungan sesama Pamong Belajar. 2.Hubungan PB Dengan kepala SKB 1,2,3,6,9,10,16,17, 18**,22,38,59. 14,23,26,35,36,41, 44,47 12 8 1.Hubungan sesama Pamong Belajar. 2.Hubungan PB Dengan kepala SKB

2,6, 9, 10, 16,17, 22, 38, 59, 64*

14, 23, 26, 35, 36, 39, 41, 44, 47, 52 *

10

10


(53)

3.Hubungan PB Dengan tenaga Administrasi 4.Hubungan PB Dengan penilik PLS( PNFI) 5.Hubungan PB Dengan warga Belajar 6.Hubungan PB Dengan Orang tua 7.Hubungan PB Dengan Masyarakat Sekitar SKB 8.,Rasa aman dan tenang 9.Motivasi untuk Bekerja 11,46,48**,50,52,61, 64.

31,32, 37,40, 49, 51

4,7, 21, 34, 39,67

5,13**,15,28,58,65, 66 53**,55**,56, 57,60,62,63 20,25,27,29,42,43, 8,12,19,24**,30** 33. 7 7 7 7 7 6 3.Hubungan PB Dengan tenaga Administrasi 4.Hubungan PB Dengan penilik PLS( PNFI) 5.Hubungan PB Dengan warga Belajar 6.Hubungan PB Dengan Orang tua 7.Hubungan PB Dengan Masyarakat Sekitar SKB 8.,Rasa aman dan tenang 9.Motivasi untuk Bekerja

11, 46, 50, 61

3*,31, 32,

37,40, 43*, 49, 51, 54, 60*, 63*

4,7, 21, 34, 45, 67

1,*5,15,28, 58, 65, 66

56,57,62

20,25,27,29,42

8, 12, 19, 33

11 6 7 3 5 4

Jumlah 67 60

Keterangan :

*= Pindahan dari indicator lain **= Gugur


(54)

b. Reliabilitas.

Uji keandalan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keandalan instrumen yang akan digunakan dalam pengumpulan data penelitian.Uji keandalan pada ubahan ini dilakukan dengan tehnik koefisien alpha dari Cronbach. Formula ini dilakukan berdasarkan atas jawaban angket yang dikembangkan.Pengujian ini dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama pengujian keandalan masing- masing faktor, sedangkan tahap kedua yaitu pengujian keandalan faktor angket secara keseluruhan ( keseluruhan butir ). Uji keandalan dilakukan dengan bantuan computer paket program SPSS for windows seperti pada Lampiran 4.Hasil uji coba analisisnya dapat dilihat pada Tabel 12

Tabel 3.12

Tingkat Keandalan Instrumen Iklim Organisasi Kerja Indikator / Faktor Koefisien Reliabilitas

Alpha

Koepisien Reliabilitas Apha

Keseluruhan 1.Hubungan sesama pamong

Belajar

2.Hubungan PB dengan kepala SKB

3.Hubungan PB dengan

tenaga administrasi

4.Hubungan PB dengan

penilik PLS / PNFI

5.Hubungan PB dengan

warga belajar

6.Hubungan PB dengan orang tua warga belajar

7.Hubungan PB dengan

masyarakat sekitar SKB 8.Rasa aman dan tenang 9.Motivasi untuk bekerja

0,8069 0,7087 0,9264 0,7797 0,6308 0,6394 0,7287 0,7991 0,7585 0,7494


(55)

Berdasarkan hasil analisis tersebut di atas diketahui bahwa koefisien reabilitas setiap indikator/ faktor mmaupun secara keseluruhan memiliki koefisien alpa > 0,50, sehinggamasing- masing butir instrument iklim organisasi kerja dapat dikatakan andal sehingga dapat dipakai untuk menjaring data yang diperlukan.

4.Instrumen Pengukuran Motivasi Kerja Pamong Belajar

Untuk memperoleh data ubahan ini, digunakan angket pertanyaan / pernyataan dengan 4 (empat) katagori jawaban. Angket tersebut diberikan kepada pamong belajar yang tidak dijadikan responden penelitian.

Selanjutnya dari data tersebut dilakukan analisis untuk mengetahui kesahihan dan keandalan angket.Instrumen pada bagian ini, terdiri dari dari 2 (dua) bagian, yaitu instrumen motivasi kerja pamong belajar golongan III c dan instrumen motivasi kerja untuk pamong belajar golongan III d.

Butir antara instrumen motivasi kerja pamong belajar golongan III c jumlahnya lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah butir instrumen motivasi kerja pamong belajar golongan III d. Adapun butir instrumen motivasi kerja pamong belajar golongan III c berjumlah 56 butir pertanyaan / pernyataan yang memuat enam faktor, sedangkan instrumen motivasi kerja pamong belajar golongan III d berjumlah 40 butir pertanyaan/ penyataan memuat lima faktor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut :

a. Validitas Instrumen Pengukuran Motivasi Kerja Pamong Belajar Golongan III

Kesahihan angket motivasi kerja pamong belajar ini ditentukan dengan kesahihan isi dan kesahihan konstruk.Kesahihan isi bertujuan untuk


(1)

4. Untuk peningkatan dan pembinaan kinerja terhadap pamong belajar, secara berkala pimpinan atau kepala Sanggar Kegiatan Belajar ( SKB) harus selalu mengadakan pemeriksaan dan atau pamantauan terhadap pamong belajar yaitu dengan cara sebagai berikut : (a) pamong belajar diminta untuk menyampaikan laporan kegiatannya kepada pimpinan baik secara lisan maupun secara tertulis; ( b) secara lisan, pamong belajar diminta untuk menjelaskan prosedur kegiatan dari mulai proses identifikasi, memotivasi, mengolah data dasar kelompok sasaran, memonitoring, sampai pada evaluasi akhir program, (c) dari penjelasan pamong belajar tersebut, mereka dimintai untuk menunjukan bukti- bukti fisik / secara tertulis, baik mulai dari penyusunan perencanaan program kegiatan sampai dengan perencanaan tindak lanjut sebagai pertanggungjawaban program yang telah dilaksanakan; (d) Jika ditemukan laporan belum lengkap, maka sambil diarahkan pamong belajar tersebut diminta untuk melengkapi berkas yang kurang; (e) setelah berkas laporan tersebut lengkap, maka pimpinan atau kepala harus memeriksa ulang kembali secara keseluruhan. Dan seandainya masih ada kekurangannya maka dimintakan kelengkapannya kepada pamong belajar yang bersangkutan; (f) jika laporan tersebut sudah lengkap, maka pamong belajar tersebut secara langsung harus diberikan point atau skor yang dapat memotivasi setiap pamong belajar untuk meningkatkan kerjanya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Imam (1986). Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Andi Offset .

Bourne ,Lyle R. and Ekstrand, B.R..(1973) Psychology : It’s principles and meaning .Illionis : The Dyelan Press.

Buss, Arnold H. ( 1987 ) Principles of psychology today : New York : John Weley & Sons Inc.

Crow, L,D and Crow, A. ( 1972 ). General psychology. Englewood Cliffs, New Jessery : Prentice- Hall

Crown, J. ( 1985 ). Effectiveness and efficiency in higher education . San Fransisco : Jossey Bath Publisher.

Davis, Keith. ( 1982 ).Human Behavior at work : Organizational behavior, New Delhi : McGraw Hill Publishing CO, Ltd.

Denyer, J.C ( 1974 ). Office Administration.London : Mac Donald & Evans Ltd.

Djamaludin Acok. ( 1974 ). Metode Penelitian Survey . Jakarta : LP3ES.

Feldman, Daniel C. & Arnold,Hugh J. ( 1983 ). Managing individual and group behavior organization. Tokyo : Tosho Prenting CO, Ltd.

Flippo, Edwin B. ( 1981 ). Principles of Management : McGraw- Hill Book Company Inc, London .New York Toronto.


(3)

Gay, L.R. ( 1981 ) Educational Research : Competencies for analysis & applications. Colombus : Charles E. Merrill Publishing Company, A Bell & Howell Company.

Gibson, J.L. , Ivancevich, J.M. & Donnelly, J.H ( 1988 ). Organisasi dan Manajemen, Jakarta : Erlangga.

Heck, Shirly F. dan Ray, Willliam C. ( 1984 ). The complex roles of the teacher.New York : Teachers college Press.

Hothershall. ( 1985 ). Psychology . New York : Bell and Howel CO.

Hurlock, E.B. ( 1978 ). Child Development. Tokyo : McGraw- Hill.Kogakusa.

Hasibuan,M.S.P. (1987).Manajemen: Dasar, pengertian dan Masalah.Jakarta: CV.H.Mas Agung.

I.G. Wursanto. ( 1992 ). Manajement kepegawaian 2, Yogyakarta : Kanisius.

Knowless, M.S. (1980 ). The modern practice of adult education, Chicago : Association Press Fal;et Publishing Co.

Kartono, Kartini. ( 1983 ). Pemimpin dan Kepemimpinan.Jakarta : C.V. Rajawali.

Kep/MENKO WASPAN /6/1999. Jabatan Fungsional Pamong Belajar dan Angka Kredit

Kusminadi,A.( 2007).‟ Standar Kompetensi Tutor Pendidikan

KeaksaraanRefleksi dari Pengembangan Model di Jayagiri ”. Jurnal Ilmiah Visi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Nonformal ( PTK-PNF)


(4)

Lingdrea,Hendry Clay.( 1976 ).Educational psychology in the classroom, New York : John Welley & Son Inc.

Leighbody,G.B. and Kidd,D.M.( 1978 ). Method of teaching shop and technical subjects.New York : Delmar Publishers.

Lynton, Rolf P. & Pereek, Uday . ( 1984 ). Pelatihan dan pengembangan tenaga kerja ( terjemaahan ). Yogyakarta : Pustaka Binaan Pressindo.

Lazuardi, B.B.dkk. ( 2008 ). Panduan Operasional Pendidikan dan Pelatihan Fungsional Kompetensi Pamong Belajar. Bandung : Depdiknas- BPPNFI Regional II Jayagiri.

Mar’at, N.R. (1981 ). Psychology in Industry , Boston : Houghton and Mifften.

Moekijat. ( 1991 ). Perencanaan dan Pengembangan Karier Pegawai. Bandung : Remaja Karya.

_______, (1993 ) Manajemen Kepegawaian.Bandung: Alumni Bandung.

Musanef. ( 1986 ). Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Jakarta : Gunung Agung.

Mulyana, E. ( 2007 ).“ Akselerasi Peningkatan Kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal” .Jurnal Ilmiah Visi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal ( PTK-PNF ). 2(2), 5-6.

Nitisemito, T. Hani. ( 1996 ). Manajemen Personalia ( Managemen sumber daya manusia ). Kudus : Ghalia Indonesia.


(5)

Nasution,S.(1996).Metode Research ( Penelitian Ilmiah ). Jakarta: Bumi Aksara.

Nazir,M.(2005).Metode Penelitian.Jakarta : Ghalia Indonesia.

Pautler, Albert ( 1971 ). Teaching shop and laboratory subjects. Colombus : Charles E Merril Company.

Rawianto, E. ( 1985 ). Produktivitas Manusia Indonesia. Jakarta : SIUP.

Siagian, Sondang.P. ( 1997 ). Manajemen sumber daya manusia. Jakarta : Bumi Aksara.

Singaribuan, Masri. P. ( 1989 ). Metode Penelitian Survai.Jakarta : PT Pustaka LP3ES.

Sudjana. ( 1996 ).Teknik AnalisisRregresi danKorelasi. Bandung : Tarsito.

Sudjana, D. ( 2000 ).Pendidikan Luar Sekolah : Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Asas. Bandung : Falah Production.

________ .(2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan, Teori danAplikasi.Bandung : Falah Production.

Siagian,P.( 1988). Teori dan Praktek Kepemimpinan.Jakarta:Bina Aksara.

_______(1990). Surat Edaran bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepalan BAKN Nomor : 57253 / MPK / 1990, 43/SE/1990. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(6)

________.(1990).Surat Keputusan MENPAN Nomor 127/ MENPAN / 1989, tentang jabatan Pamong Belajar. Jakarta : Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soenarto. ( 1999).Training Assessment ( Analisis Kebutuhan Pelatihan )” .Bulletin Visi Media Informasi Pendidikan Luar Sekolah. Direktorat Pendidikan Tenaga Teknis, Ditjen PLSOP, Depdiknas. IV (05).062.

Sudjana,D. (2000).Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah Perkembangan Falsafah dan Teori Pendukung, Asas. Bandung :

FalahProduction

________.(2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan: Teori dan Aplikasi. Bandung: Falah Production.

Sugiyono.(2008).Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D.Bandung:PT Alvabeta.


Dokumen yang terkait

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIBILITAS PAMONG TERHADAP MOTIVASI WARGA BELAJAR PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (

1 5 102

Faktor yang Mempengaruhi Kredibilitas Pamong Terhadap Motivasi Warga Belajar Pendidikan Kesetaraan Paket C di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Situbondo Tahun Pelajaran 2011/2012

0 19 5

HUBUNGAN GAYA KEPEMIMPINAN PARTISIPATIF KEPALA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) DAN IKLIM KERJA SAMA DENGAN KEPUASAN KERJA PAMONG BELAJAR SKB SE-SUMATERA UTARA.

0 1 33

HUBUNGAN ANTARA PENILAIAN TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA SANGGAR KEGIATAN BELAJAR, MOTIVASI KERJA PAMONG BELAJAR DAN INSTANSI PELATIHAN PAMONG BELAJAR DENGAN KINERJA PAMONG BELAJAR SANGGAR KEGIATAN BELAJAR SE SUMATERA UTARA.

0 2 41

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Skb, Motivasi Kerja Dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Pamong Belajar Pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Di Wilayah Priangan Jawa Barat.

0 3 29

KINERJA PAMONG BELAJAR SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) : Studi Korelasional antara Intensitas Pelatihan, dan Motivasi Kerja, dengan Kinerja Pamong Belajar SKB, Dibawah Binaan BPKB Palembang Propinsi Sumatera Selatan dan Propinsi Riau.

0 0 91

Pengaruh Jabatan Fungsional Terhadap Motivasi Kerja Pamong Belajar di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) eksKaresidenan Semarang.

0 8 68

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) UPTD SANGGAR KEGIATAN BELAJAR (SKB) GUNUNGKIDUL.

0 0 66

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Skb, Motivasi Kerja Dan Pengan Kerja Terhadap Kinerja Pamong Belajar Pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Di Wilayah Priangan Jawa Barat - repository UPI T PLS 1302778 Title

0 0 4

Kepala Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)

1 5 32