MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BERBASIS KOMPUTER MELALUI PERANGKAT LUNAK BLUEBERRY FLASHBACK : Studi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2010/2011.

(1)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……… iv

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ……… x

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR GRAFIK... xii

DAFTAR DIAGRAM... xiii

DAFTAR BAGAN... xiv

DAFTAR LAMPIRAN………... xv

BAB I PENDAHULUAN ……….... 1

A.Latar Belakang Penelitian ………... 1

B.Identifikasi Masalah .………... 9

C.Batasan Masalah ………... 10

D.Rumusan Masalah ………... 11

E. Tujuan Penelitian ………... 11

F. Manfaat Penelitian ………... 12

G.Anggapan Dasar ………... 14

H.Definisi Operasional ……….... 14

I. Hipotesis Penelitian ………... 17

J. Paradigma Penelitian ……... 18

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BERBASIS KOMPUTER MELALUI PERANGKAT LUNAK BLUEBERRY FLASHBACK... 19

A.Model Pembelajaran ………... 19

1. Pengertian Model Pembelajaran ………... 19

2. Komponen Model Pembelajaran ………... 30

B.Pembelajaran Membaca Pemahaman ………... 32

1. Ihwal Membaca Pemahaman ………... 32

2. Konsep Pembelajaran Membaca ………... 44

3. Kemampuan Membaca Pemahaman ………... 50

4. Tingkat Pemahaman dalam Membaca... 58

5. Kriteria Penilaian Membaca... 60

C.Model Pembelajaran Berbasis Komputer …………... 62

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Komputer ………... 62

2. Jenis-jenis Pembelajaran Berbasis Komputer ……... 63

3. Bentuk-bentuk Penggunaan Komputer sebagai Media Pembelajaran ………... 83

D.Model Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Pemetaan Pikiran ………... 86


(2)

BB Flashback……… 90

F. Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak BB Flashback.………... 94

G.Perangkat Lunak Blueberry Flashback... 104

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN ………... 105

A.Metode Penelitian ……….... 105

B.Variabel Penelitian..………... 106

C.Sumber Data……….. ………... 107

D.Teknik Pengumpulan Data ………... 108

E.Instrumen Penelitian.………... 109

F. Teknik Analisis Data... 131

G.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 133

H.Pedoman Penilaian... 136

I. Prosedur Penelitian... 137

BAB IV RANCANGAN MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN BERBASIS KOMPUTER MELALUI PERANGKAT LUNAK BB FLASHBACK ………... 138

A. Pengembangan Model Pembelajaran Membaca Pemahaman………... 138

B. Penerapan Pembelajaran Membaca Pemahaman... 151

C. Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar ………... 154

D. Cara Pemakaian Perangkat Lunak BB Flashback …... 157

E. Penentuan Materi Latihan BB Flashback... 158

F. Pelaksanaan Model Pembelajaran Membaca Pemahaman 159 G. Storyboard Model Pembelajaran Membaca Pemahaman... 163

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 169 A. Profil Siswa Kelas VII SMPN 1 Cimahi... 170

B. Profil Proses Belajar Mengajar Membaca Pemahaman di SMPN 1 Cimahi... 173

a. Deskripsi Proses Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Pemetaan Pikiran 173 1. Deskripsi Pertemuan Pertama... 173

2. Deskripsi Pertemuan Kedua... 175

3. Deskripsi Pertemuan Ketiga... 178

4. Deskripsi Pertemuan Keempat... 180

5. Deskripsi Pertemuan Kelima... 182

6. Deskripsi Pertemuan Keenam... 183

7. Deskripsi Pertemuan Ketujuh... 184


(3)

2. Deskripsi Pertemuan Kedua... 189

3. Deskripsi Pertemuan Ketiga... 191

4. Deskripsi Pertemuan Keempat... 194

5. Deskripsi Pertemuan Kelima... 196

6. Deskripsi Pertemuan Keenam... 197

7. Deskripsi Pertemuan Ketujuh... 199

c. Evaluasi Pembelajaran Membaca Pemahaman... 200

C. Analisis Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Kontrol... 202

D. Analisis Nilai Tes Awal dan Tes Akhir Kelas Eksperimen 205 E. Analisis Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Kelas Kontrol... 214

F. Analisis Hasil Kemampuan Membaca Pemahaman Kelas Eksperimen... 215

G. Hasil Pembelajaran Membaca Pemahaman Sebelum dan Sesudah Perlakuan... 216

H. Pengujian Sifat Data Siswa Kelas VII SMPN 1 Cimahi.. 221

1. Uji Normalitas... 221

2. Uji Homogenitas... 224

3. Uji Rata-rata (uji-t)... 226

I. Observasi terhadap Penerapan Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak BB Flashback... 230

J. Analisis Angket Siswa tentang Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak BB Flashback... 231

K. Tanggapan Siswa tentang Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak BB Flashback... 234

L. Tanggapan Guru dan Siswa tentang Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak BB Flashback... 235

M. Analisis Hasil Wawancara dengan Guru tentang Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak BB Flashback... 237

N. Perbedaan Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman pada Kelas Kontrol dan Eksperimen... 240

O. Model Perbaikan Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak BB Flashback... 241

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ………... 251

A. Simpulan ……… 251


(4)

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat. Perkembangan ini memiliki dampak semakin terbuka dan tersebarnya informasi dan pengetahuan dari dan seluruh dunia menembus batas jarak, tempat, ruang, dan waktu. Pengaruhnya pun meluas ke berbagai kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Pendidikan merupakan komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang dirancang untuk menumbuhkan kegiatan belajar pada diri pembelajar. Pembelajar mampu mengembangkan kemampuannya menemukan, mengelola, dan mengevaluasi informasi dan pengetahuan untuk memecahkan masalah. Untuk itu diperlukan proses pembelajaran yang efektif dan efisien melalui komputer yang menjadikan pembelajar menyerap informasi dan pengetahuan serta teknologi yang dipelajarinya sebagai bagian dari dirinya.

Keberadaan komputer yang telah meluas sampai tingkat sekolah menengah saat ini belum banyak digunakan untuk meningkatkan prestasi, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Penggunaan komputer dalam bidang pendidikan hingga saat ini belum maksimal. Pembelajaran berbasis komputer merupakan komponen sistem penyampaian pengajaran yang dapat digunakan dalam mendukung proses pembelajaran. Penerapan berbasis komputer dilandasi oleh persepsi bahwa pembelajaran akan berlangsung dengan baik,


(6)

efektif, dan menyenangkan jika didukung oleh media pembelajaran yang dapat menarik minat dan perhatian siswa.

Pembelajaran berbasis komputer merupakan sebuah program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa komputer yang berisi materi pelajaran. Dalam pembelajaran berbasis komputer ini, sajian utamanya berupa bacaan dan demonstrasi. Tujuan dari pembelajaran ini adalah untuk memberikan pemahaman secara tuntas kepada siswa mengenai materi atau pelajaran yang sedang dipelajarinya. Dalam pembelajaran ini, guru sebagai tutor berorientasi pada upaya membangun perilaku siswa melalui penggunaan komputer.

Belajar dengan bantuan komputer atau belajar dengan bantuan media yang lain, misalnya: buku, kaset, dan sebagainya, memiliki tujuan yang sama yaitu memberi pengetahuan kepada siswa. Akan tetapi untuk saat ini pembelajaran berbasis komputer merupakan salah satu solusi yang cukup baik dalam dunia pendidikan terutama dalam proses belajar dan mengajar karena mencakup semua media yang digunakan dalam belajar. Mulai dari materi untuk dibaca, suara yang memberi penjelasan sampai tersedianya soal latihan dan pembahasannya. Selain itu juga memungkinkan waktu belajar yang fleksibel.

Penggunaan komputer sebagai media pembelajaran memberikan kemungkinan pengelolaan proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, karena penggunaan komputer model interaktif ini mempunyai berbagai manfaat, sebagai berikut:


(7)

a) menyajikan informasi yang bervariasi kepada siswa melalui penggunaan animasi, presentasi, dan penyajian materi dalam bentuk teks;

b) menciptakan lingkungan belajar dengan interaksi tinggi antara siswa dengan bahan belajar; dan

c) meningkatkan proses berpikir siswa, nilai kemandirian, dan kepercayaan diri dengan penekanan kepada pembelajaran berpusat pada siswa.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era informasi dan komunikasi sekarang ini, membaca menduduki posisi serta peran yang sangat penting dalam konteks kehidupan manusia. Membaca juga merupakan sebuah jembatan bagi siapa saja dan dimana saja yang berkeinginan meraih kemajuan dan kesuksesan.

Dalam proses membaca terlibat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membandingkan, membedakan, menemukan, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan apa-apa yang terkandung dalam bacaan ke dalam kehidupannya. Dari literatur yang dilaksanakan peneliti ditemukan bahwa masyarakat Indonesia belum memiliki ketergantungan pada membaca sebagai proses belajar. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian para ahli yang menyatakan bahwa kemampuan membaca anak-anak Indonesia berada paling bawah bila dibandingkan dengan anak-anak Asia pada umumnya.

Pernyataan-pernyataan miring tentang daya baca siswa diberbagai tingkat sekolah banyak kita dengar. Berdasarkan hasil penelitian Lembaga Penelitian Internasional menempatkan kemampuan membaca anak-anak di Indonesia pada peringkat ke-26 dari 28 negara yang diteliti. Seorang ahli melakukan penelitian


(8)

kemampuan membaca siswa pada tahun 1999 terhadap 133 siswa menunjukkan bahwa 83% kemampuan membaca siswa masih rendah dan 16,8% kemampuan membaca siswa berkategori sedang.

Dalam hal ini peneliti mengemukakan beberapa faktor yang menjadi masalah membaca yang dihadapi oleh para siswa Sekolah Menengah Pertama sebagai berikut.

1. Kurangnya Minat Baca

Faktor yang melatarbelakangi kurangnya minat baca siswa adalah faktor kebiasaan, sarana, buku-buku yang dibaca, atau kurang adanya kesesuaian bahan bacaan yang tersedia dengan minat yang dimiliki. Rendahnya minat baca siswa diantaranya disebabkan kurangnya latihan dan menguasai strategi membaca secara efektif.

2. Membaca merupakan Kegiatan Reseptif

Ada kecenderungan dari siswa bahwa membaca merupakan kegiatan menerima. Akan tetapi, untuk mendapatkan pemahaman yang baik dan menyeluruh, siswa tidak dapat melakukannya dengan pasrah diri (reseptif). Untuk memperoleh itu, siswa secara aktif bekerja untuk mengelola teks bacaan menjadi bahan yang bermakna, bahkan bukan hanya pemahaman yang dituntut dalam membaca melainkan juga pengelolaan bacaan secara kritis dan kreatif.


(9)

3. Membaca sebagai Proses Mengingat

Ada kecenderungan di kalangan siswa menyamakan membaca sebagai proses menghafal informasi atau rumus-rumus yang tersaji secara eksplisit dalam buku. Apa yang diperoleh pada akhirnya adalah ingatan tak bermakna sehingga ingatan tersebut akan luntur dalam beberapa saat. Membaca bukan saja proses mengingat, melainkan juga proses kerja mental yang melibatkan aspek-aspek berpikir kritis dan kreatif. Pembaca yang baik adalah pembaca yang tahu mengelola bahan bacaan secara kritis dan kreatif. Dalam proses membaca siswa diharapkan menganalisis, menimbang, menilai bacaan secara kritis.

4. Minimnya Pengetahuan tentang Cara Membaca yang Cepat dan Efektif Secara teoretis, seorang siswa yang lambat dalam memahami teks-teks pada hakikatnya bukanlah pembaca yang kurang pintar melainkan mungkin ia hanya seorang pembaca yang kurang efisien. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan menerapkan teknik dan metode mengembangkan kecepatan membaca serta mengetahui variasi teknik sesuai dengan tujuan membaca.

Sampai saat ini masyarakat pada umumnya belum merasa puas terhadap hasil pembelajaran bahasa Indonesia yang didapatkan. Hal ini terbukti dengan banyaknya keluhan lulusan dari pendidikan dasar sampai ke pendidikan menengah yang belum terampil berbahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara tulisan. Penekanan pembelajaran bahasa Indonesia hanya berorientasi pada target kurikulum, lulus ujian nasional, serta diterima pada jenjang pendidikan tinggi


(10)

yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Akibatnya, pembelajaran Bahasa Indonesia banyak diwarnai dengan pembelajaran teori dan bukan pada keterampilan berbahasa.

Para pakar dan pengamat pendidikan menilai bahwa pada umumnya siswa-siswa sekolah menengah sekarang dinilai hanya pandai menghafal daripada memahaminya. Para siswa cenderung tidak mampu memecahkan masalah yang menuntut keterampilan berpikir analisis dan logis. Hal ini dikarenakan dalam waktu bertahun-tahun para guru sekolah menengah menyaksikan sebagian besar siswanya tidak mampu mempelajari buku-buku teks secara efisien.

Sebagai implikasi dari kondisi-kondisi tersebut, tidak ada jalan lain bagi pendidik untuk selalu berusaha dan bekerja keras untuk menjadikan murid-muridnya sebagai pembaca yang mahir dan mampu memahami pesan yang terkandung dalam teks-teks yang dibacanya. Untuk menjadi pembaca yang mahir dibutuhkan banyak latihan membaca dan banyak terlibat dalam aktivitas membaca dengan strategi-strategi membaca yang efektif dan efisien sehingga para siswa mampu menyerap dan mengelola berbagai informasi baik dari buku teks maupun media cetak yang lain untuk kepentingan studinya.

Dalam proses pembelajaran, guru sering sekali melakukan kegiatan belajar mengajar yang monoton. Siswa hanya diminta membaca dalam hati kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan isi bacaan dengan posisi terbuka. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif untuk mengikuti pembelajaran membaca sehingga kemampuan kognitif siswa menjadi kurang. Oleh karena itu, guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi yang didalamnya terdapat


(11)

pendekatan, metode dan teknik secara spesifik. Guru harus pandai memilih dan menggunakan metode mengajar yang dianggap sesuai dengan tujuan, bahan, dan keadaan siswa.

Motivasi yang tinggi perlu ditanamkan kepada peserta didik oleh guru agar siswa terbiasa dengan berbagai bahan bacaan dan informasi melalui sarana tulis yang sudah mendunia. Penyampaian informasi melalui sarana tulis untuk berbagai keperluan dalam abad modern ini merupakan suatu hal yang tidak dapat ditinggalkan. Nurgiyantoro (2001:247) mengemukakan bahwa “Berbagai informasi baik berupa berita, cerita, atau ilmu pengetahuan, dan lain-lain, sangat efektif diumumkan melalui sarana tulisan, baik dalam bentuk surat kabar, majalah, surat, selebaran, buku-buku cerita, buku pelajaran, dan sebagainya.” Dengan demikian, aktivitas membaca tentang berbagai sumber informasi tersebut akan sangat membuka dan memperluas pengetahuan seseorang.

Berkaitan dengan pendapat di atas, Tampubolon (1990:8) mengatakan bahwa “Memiliki kemampuan membaca secara maksimal sangat penting, sehubungan dengan arus informasi yang semakin deras dalam berbagai bidang kehidupan di masa kini, lebih-lebih di masa depan”.

Pencapaian pembelajaran siswa sangat dipengaruhi oleh penggunaan media yang diterapkan oleh guru. Bisa jadi penerapan media kurang variatif dan kurang mengena pada materi. Pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer merupakan salah satu alternatif untuk menyikapi situasi tersebut.

Pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer adalah metode dalam pengajaran dan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan


(12)

teknologi komputer sebagai sarana presentasi, pembantu dan penafsir materi yang diajarkan, dan biasanya dimasukkan unsur interaksi dengan pengguna program. Peneliti mencoba menerapkan sistem ini sebagai metode pembelajaran. Hal ini karena siswa memiliki kapasitas konsentrasi yang singkat dan mudah sekali bosan, maka peneliti mencoba menarik minat siswa dengan gambar, cerita, dan permainan.

Pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer ini membantu membuka dan mengubah cara pandang siswa tentang pembelajaran membaca pemahaman. Siswa dikondisikan menjadi lebih aktif dan menyenangkan dalam proses pembelajaran. Untuk menunjang penerapan media ini ruang belajar harus di laboratorium komputer. Kemudian para siswa akan mempelajari materi membaca pemahaman secara aktif melalui program komputer yang diberikan guru. Di dalam program tersebut materi membaca pemahaman dikemas semenarik mungkin melalui penggunaan animasi, audio, dan presentasi. Semua ini dilakukan untuk mempertegas siswa bahwa belajar membaca itu menyenangkan dan tidak membosankan seperti yang mereka alami sebelumnya.

Selama ini, pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer dengan menggunakan perangkat lunak Blueberry Flashback belum pernah dilakukan oleh beberapa peneliti tesis. Namun beberapa penelitian yang relevan sudah pernah dilakukan. Seperti halnya tesis yang ditulis oleh Elia Suganda (2008) dari Universitas Pendidikan Indonesia dengan judul “Peningkatan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Metode Pemikiran (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 33 Bandung)”, B. Faris J.M (2008) dari


(13)

Universitas Pendidikan Indonesia yang berjudul ”Model Pembelajaran Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Software Speed Reading and Comprehension Tool (S2RCT) pada Siswa Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut, dan penelitian Rae Dadela dengan judul “Model Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Pendekatan Respons Pembaca Berbasis Blog di Internet (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Margahayu Kab. Bandung Tahun Ajaran 2009/2010)”.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan uji coba pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer dengan perangkat lunak Blueberry Flashback. Tesis ini akan memperkenalkan satu pendekatan inovatif model pembelajaran membaca pemahaman yang dikemas dalam bentuk perangkat lunak.

B. Identifikasi Masalah

Peneliti mengidentifikasi masalah penelitian sebagai berikut. 1. Rendahnya kemampuan membaca siswa dalam menguasai bacaan.

Kemampuan siswa di sekolah menengah yang masih rendah menyebabkan banyak siswa yang belum terampil dalam memahami teks bacaan atau wacana sehingga kesulitan untuk menemukan ide-ide yang terkandung dalam teks-teks bacaan atau wacana tersebut.


(14)

2. Kurangnya motivasi siswa dalam kegiatan membaca.

Kegiatan membaca dalam proses pembelajaran perlu dilatihkan secara berkala kepada peserta didik agar menjadi suatu kebiasaan yang menyenangkan dan menjadi suatu kebutuhan bagi peserta didik. Peserta didik yang sudah merasakan bahwa hal tersebut adalah suatu kebutuhan, sehingga timbul motivasi pada dirinya bahwa membaca itu sangat diperlukan bagi kehidupannya.

3. Pemanfaatan jaringan komputer sebagai media pembelajaran belum optimal. Artinya, peluang untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan bahasa melalui teknologi informasi belum tersentuh secara maksimal. Oleh karena itu, berbagai upaya pemanfaatan teknologi informasi ini harus segera dirumuskan agar dapat memberikan konstribusi maksimal bagi dunia pendidikan bahasa.

C. Batasan Masalah

Dengan adanya pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer, maka studi ini akan difokuskan pada perancangan materi pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan perangkat lunak Blueberry Flashback.


(15)

D. Rumusan Masalah

Penelitian ini dirumuskan melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah rancangan model pembelajaran membaca pemahaman

berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback?

2. Bagaimanakah profil kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cimahi sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback?

3. Apakah model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran membaca pemahaman dengan pemetaan pikiran di kelas VII SMP Negeri 1 Cimahi tahun ajaran 2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian atau produk akhir penelitian ini ialah model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback. Tujuan ini dicapai melalui eksperimen dalam proses pengujian keefektifan model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer dengan tes hasil belajar, termasuk tes awal dan tes akhir.

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam menunjang tujuan umum penelitian ini adalah menganalisis dan menjelaskan:

1. rancangan model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback;


(16)

2. profil siswa sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback; dan

3. kefektifan model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback di kelas VII SMP Negeri 1 Cimahi tahun ajaran 2010/2011.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini, sebagai berikut. 1. Secara Teoretis

a. Penelitian ini dapat dielaborasi dalam tataran teoretis dan empiris perpaduan antara prinsip-prinsip ilmu pendidikan dan prinsip-prinsip ilmu bahasa yang dalam pelaksanaannya terwujud dalam sebuah model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback.

b. Penelitian ini memberikan kontribusi terhadap pelaksanaan pembelajaran dibidang ilmu pendidikan, khususnya pelajaran bahasa Indonesia dalam hal membaca pemahaman pada siswa.

c. Penelitian ini akan memperkenalkan cara baru dalam pembelajaran membaca pemahaman melalui perangkat lunak Blueberry Flashback.


(17)

2. Secara Praktis a. Bagi guru

• Penelitian ini dapat memberikan masukan sekaligus memicu guru dalam menciptakan suasana belajar yang lebih efektif dan menyenangkan.

• Penelitian ini sebagai solusi bagi guru dalam pemecahan masalah rendahnya kemampuan membaca siswa.

b. Bagi siswa

• Penelitian ini memberi suasana baru bagi siswa dalam kegiatan belajar, yang diharapkan memberi semangat baru.

• Penelitian ini memungkinkan siswa untuk mengulang sendiri materi yang belum dipahaminya dan memberi kesempatan pada siswa untuk lebih memahami materi yang telah disampaikan.

• Penelitian ini memotivasi siswa untuk terus melanjutkan materi pelajaran yang disajikan di dalam program. Program ini menyediakan fitur-fitur yang menarik sehingga dapat memicu semangat belajar siswa untuk meningkatkan hasil belajar.


(18)

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini, sebagai berikut.

1. Model pembelajaran membaca pemahaman melalui perangkat lunak Blueberry Flashback memiliki potensi untuk mengembangkan pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Model pembelajaran membaca pemahaman melalui perangkat lunak Blueberry Flashback memiliki karakteristik sebagai media pembelajaran yang cepat, murah, dan komunikatif.

3. Penggunaan model pembelajaran yang menarik dan tepat sasaran dapat menentukan keberhasilan belajar siswa.

4. Model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer dapat membantu siswa dalam memusatkan konsentrasinya dalam memahami bacaan.

5. Membaca merupakan sebuah keterampilan yang diperoleh dari sebuah proses yang harus terus-menerus dilatih agar dapat meningkatkan kemampuan membaca yang dimiliki.

H. Definisi Operasional

Berkut ini dikemukakan beberapa definisi operasional yang berhubungan dengan istilah-istilah dalam penelitian ini.

1. Model mengajar adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam pelaksanaan kurikulum, menyusun materi pengajaran, dan memberi arah pembelajaran di kelas ataupun lainnya (Joyce dan Weil, 2009:1). Jadi, yang


(19)

dimaksud model mengajar dalam penelitian ini adalah sebagai rumusan rencana, cara atau langkah-langkah dalam mengajar membaca pemahaman yang meliputi tujuan, bahan, metode pembelajaran, media, dan evaluasi yang disusun untuk meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman.

2. Pembelajaran adalah proses, cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar (depdikbud, 1995:14). Batasan tersebut didasarkan atas kebutuhan vital manusia dalam usaha mengembangkan diri dan mempertahankan eksistensinya. Dalam bidang kebahasaan, pengertian pembelajaran berkaitan erat dengan materi pembelajaran dan berbagai langkah kerjanya. Dengan demikian, model pembelajaran dalam penelitian ini adalah strategi atau pola untuk belajar membaca pemahaman melalui komputer dengan konsep multimedia yang dikemas ke dalam perangkat lunak Blueberry Flashback. 3. Model pembelajaran berbasis komputer merupakan suatu pembelajaran

terprogram yang menggunakan komputer sebagai sarana atau alat bantu dalam mengkomunikasikan pengalaman belajar siswa. Dalam hal ini materi disusun secara sistematis dan dirancang dengan menggunakan bahasa pemograman (perangkat lunak) yaitu Blueberry Flashback. Pemrograman materi pembelajaran tersebut meliputi penyampaian informasi, kompetensi, pemberian dan soal-soal latihan. Pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer ini diterapkan dengan perpaduan antara model penyajian drills, tutorial, simulasi, dan materi membaca pemahaman yang dikemas ke dalam perangkat lunak yang dinamakan Blueberry Flashback. Di dalam perangkat lunak ini berisi tujuan, petunjuk penggunaan, dan materi membaca


(20)

pemahaman. Di dalamnya terdapat empat bagian utama yakni: (1) pembukaan; (2) sajian materi; (3) evaluasi, dan (4) penutup. Model ini memiliki enam fase, yaitu: (a) siswa berlatih fiksasi guna membiasakan mata bergerak (melompat) dari satu fiksasi ke fiksasi berikutnya secara berirama dan dengan jangkauan mata yang melebar. Dengan mengikuti latihan ini diharapkan gerakan mata menjadi lentur dan tidak kaku; (b) Siswa berlatih mengingat kata-kata dalam waktu yang cepat; (c) siswa berlatih untuk mengurutkan kalimat dengan cepat dan tepat; (d) siswa berlatih untuk mampu memenggal kata dengan cepat dan tepat; (e) Siswa berlatih kegesitan mata untuk melihat serta kepekaan ingatan dan kejelian pemahaman; (f) siswa berlatih menemukan ide pokok dalam sebuah wacana secara cepat dan tepat. 4. Membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang dilakukan seseorang

dengan tujuan untuk menangkap isi atau makna yang terkandung dalam wacana secara mendalam dan menyeluruh. Dalam proses membaca pemahaman, pembaca juga mempelajari cara-cara pengarang dalam menyajikan pikirannya. Proses (kegiatan) membaca pemahaman yang dilakukan oleh para siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah untuk memahami keterkaitan kata-kata dalam bacaan dan menarik makna dari rangkaian kata-kata.


(21)

I. Hipotesis Penelitian

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya suatu hipotesis yang dibuat sebagai tuntutan sementara dalam penyelidikan untuk mencari jawaban yang sebenarnya. Adapun hipotesis dari penelitian ini dirumuskan dalam hipotesis kerja (Ha) dan hipotesis Nol (H0).

1) Hipotesis Nol (H0): tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback dengan model pembelajaran membaca pemahaman pemetaan pikiran.

2) Hipotesis Kerja (Ha): terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback dengan model pembelajaran membaca pemahaman pemetaan pikiran pada tingkat kepercayaan 0,05.


(22)

J. Paradigma Penelitian

Adapun paradigma penelitian ini dapat digambarkan dengan bagan di bawah ini.

Bagan 1.1 Paradigma Penelitian

! " "#$# #% #&# #'# #% # ( ) * "#"*( #%+)# "*%#) "* , "# ' #&)


(23)

105

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data dan prosedur penelitian.

A. Metode Penelitian

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, sedangkan penelitian merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kebenaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan the randomized pretest-posttest control group design. Pengaruh perlakuan diperhitungkan melalui perbedaan antara tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Desain Eksperimen

Kelompok eksperimen R O X O

Kelompok Kontrol R O C O

(Fraenkel dan Wallen 2007:274)

Keterangan:

R : Random assignment untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

O : Tes awal dan tes akhir yang diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

X : Perlakuan pembelajaran kelas eksperimen model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui Blueberry Flashback


(24)

C : Perlakuan pembelajaran kelas kontrol dengan model pembelajaran membaca pemahaman dengan pemetaan pikiran

Rancangan penelitian ini melibatkan dua kelompok yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang ditentukan secara random atau acak. Kelompok eksperimen adalah kelompok yang akan melakukan proses pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback, sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang akan melakukan proses pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan pemetaan pikiran.

Kedua kelompok tersebut, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan tes awal dan akhir. Tes awal diberikan untuk mengukur kemampuan awal dari masing-masing kelompok tersebut sedangkan tes akhir diberikan setelah perlakuan untuk mengukur signifikansi peningkatan yang terjadi dalam kelompok eksperimen.

Pemilihan metode eksperimen ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar keefektifan model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer yang peneliti eksperimenkan terhadap hasil belajar siswa.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel penelitian yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Kemudian sebagai variabel bebasnya adalah Model Pembelajaran Membaca Pemahaman


(25)

Berbasis Komputer (X), sedangkan sebagai variabel terikatnya adalah Kemampuan Membaca Pemahaman (Y).

Tabel 3.1

Hubungan antarvariabel

Keterangan: X = Variabel Bebas Y = Variabel Terikat

C. Sumber Data

a. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cimahi Tahun Ajaran 2010/2011.

b. Sampel

Pengklasifikasian kelas VII SMP Negeri 1 Cimahi menggunakan kriteria yang menunjukkan perlakuan yang seimbang baik prestasi siswa, jumlah siswa, maupun keadaan siswa karena di sekolah ini tidak ada kelas unggulan, dengan kata lain, keadaan kelas VII homogen. Sampel dalam penelitian ini diambil secara random atau acak dari populasi tersebut. Adapun tekniknya dengan mengundi gulungan kertas sejumlah kelas yang didalamnya tertulis

X

Model Pembelajaran Membaca Pemahaman

Berbasis Komputer

Y

Kemampuan Membaca Pemahaman


(26)

nomor kelas, sehingga didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.

Berdasarkan pertimbangan keefektifan kegiatan pembelajaran dan pembatasan jumlah siswa di kelas, jumlah sampel yang akan ditarik sebanyak 60 siswa, 30 siswa untuk kelas eksperimen dan 30 siswa untuk kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan yang berkaitan dengan penelitian ini maka diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data tersebut sebagai berikut:

a) observasi, peneliti mengamati aktivitas pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak Blueberry Flashback di kelas eksperimen yang meliputi kegiatan awal, inti dan akhir.

b) wawancara, peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan para pelaku yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti guna mendapatkan data akurat yang tidak dapat diperoleh dari buku-buku karya para ahli, dokumen-dokumen, karya ilmiah lain;

c) angket/kuesioner, angket yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angket tertutup karena jawaban pertanyaan dalam angket telah disertakan atau disediakan. Angket diberikan sesudah perlakuan Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui


(27)

Perangkat Lunak Blueberry Flashback dilaksanakan. Tujuan penyebaran angket adalah untuk mengetahui respon siswa dan guru terhadap model yang telah diterapkan; dan

d) tes, yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran meliputi tes awal (dilakukan sebelum pembelajaran) dan tes akhir (dilakukan setelah pembelajaran), baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

Pengumpulan data dilakukan peneliti dan dibantu oleh guru bahasa Indonesia sebagai guru model membaca pemahaman mulai dari tes awal, siklus pembelajaran, dan tes akhir. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik-teknik yang merupakan rangkaian proses berupa langkah-langkah yang sesuai dengan rencana dan sistematika untuk mendapatkan data dalam memecahkan masalah.

E. Instrumen Penelitian

Sesuai dengan tujuan dari pengumpulan data, instrumen penelitian ini terdiri atas tes membaca pemahaman, pedoman penilaian membaca pemahaman. Tes membaca pemahaman terdiri atas tes awal dan tes akhir. Tes awal ini dirancang untuk mengukur kemampuan membaca siswa baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Tes akhir dilaksanakan setelah perlakuan yang berbeda diberikan kepada kedua kelompok. Terakhir penulis menyiapkan angket sebagai instrumen untuk menggali informasi lebih jauh dari responden sesuai dengan permintaan penulis (Arikunto, 2006:151).


(28)

Instrumen-instrumen yang dibuat sebagai acuan pembelajaran bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran dalam membaca pemahaman adalah: 1) soal tes; 2) pedoman observasi; 3) pedoman wawancara ; dan 5) pedoman penilaian.

Untuk lebih jelasnya, peneliti menempatkan instrumen penelitian di atas pada bagian lampiran. Selain itu, peneliti menampilkan pula instrumen Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak Blueberry Flashback.

1. Instrumen Tes

Instrumen ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan data tentang keefektifan Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat Lunak Blueberry Flashback. Keefektifan sebuah model pembelajaran terlihat dari hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa diukur melalui tes. Tes dilaksanakan dua kali, yaitu sebelum perlakuan dan setelah perlakuan. Hasil kedua tes ini dibandingkan untuk melihat perbedaannya. Jika perbedaannya signifikan maka berarti model belajar tersebut efektif.

• Tes Pemahaman Bacaan

Tes pemahaman bacaan digunakan untuk mengukur pemahaman siswa terhadap wacana, bentuk soal yang digunakan berupa 25 soal pilihan ganda, sedangkan untuk menguji validitas soal pilihan ganda yang digunakan peneliti menggunakan perangkat lunak Anates.


(29)

Berikut ini peneliti paparkan kisi-kisi tes awal dan tes akhir pemahaman bacaan.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Soal Tes Awal Pemahaman Bacaan

Tabel 3.3

Kisi-kisi Soal Tes Akhir Pemahaman Bacaan

Keterangan:

C1 : jenjang ingatan C5 : jenjang analisis C2 : jenjang terjemahan C6 : jenjang sintesis C3 : jenjang interpretasi C7 : jenjang evaluasi C4 : jenjang aplikasi

Materi Ujian Tingkat Kognisi dan Nomor Soal

C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7

Wacana 1 “Budaya Sains

Perlu Ditumbuhkan” 1 2 3,4 5 6 7 8

Wacana 2 “Warna-warni

Pelangi” 9 10 11,12 13 14,15 16 17

Wacana 3 “Perilaku Bersih” 18 19 20,21 22 23 24 25

Materi Ujian Tingkat Kognisi dan Nomor Soal

C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7

Wacana 1 “ Wayang yang

Terancam Punah” 1 2 3,4 5 6 7 8

Wacana 2 “Pesona

Kampung Muslim Bali” 9 10 11,12 13 14,15 16 17 Wacana 3 “Menjaga


(30)

Langkah-langkah peneliti lakukan sebagai berikut.

a) peneliti menguji-cobakan soal-soal yang dijadikan penelitian pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cimahi;

b) peneliti memasukkan hasil jawaban siswa pada perangkat lunak anates; dan c) hasil dari anates dijadikan landasan untuk mengukur kevalidan instrumen soal

yang digunakan peneliti.

Penggunaan instrumen tes dalam penelitian ini pun berdasarkan pada teori yang dikemukakan Bloom (dalam Harjasujana dan Mulyati, 1997:82) bahwa kemampuan membaca merupakan kemampuan kognisi. Pengukuran kemampuan membaca yang berkaitan dengan ranah kognisi tersebut bisa dilakukan melalui tes. Pertanyaan-pertanyaan instrumen tes dalam penelitian ini mengacu pada tingkat kesulitan kognitif. Ranah kognisi dalam Taksonomi Bloom yang dikembangkan lagi oleh Harjasujana dan Mulyati merupakan alternatif yang baik untuk menjadi landasan pembuatan tes pemahaman bacaan dalam penelitian ini. Pertanyaan dalam instrumen tersebut berupa pertanyaan ingatan (C1), terjemahan (C2), interpretasi (C3), aplikasi (C4), analisis (C5), sintesis (C6) dan evaluatif (C7).

a. Tes Awal

Berdasarkan jadwal di atas, tes awal menempati kegiatan penelitian yang

pertama dilakukan. Tes ini melibatkan kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Tes ini ditujukan untuk memperoleh informasi awal tentang kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VII SMPN Negeri 1 Cimahi tahun ajaran 2010/2011. Selain itu, tes ini dimaksudkan pula


(31)

untuk memastikan bahwa kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama dalam memahami suatu bacaan.

b. Perlakuan

Dalam penelitian ini terdapat perbedaan perlakuan yang akan diterapkan

kepada kedua kelompok. Kelompok eksperimen akan memperoleh perlakuan model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer, sedangkan kelompok kontrol memperoleh perlakuan pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan pemetaan pikiran.

c. Tes Akhir

Sama halnya dengan tes awal, tes akhir ini merupakan tes membaca

pemahaman kedua yang dilaksanakan oleh kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Di akhir penelitian, peneliti menganalisis hasil perlakuan. Tujuan tes ini adalah untuk menemukan perbedaan skor antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol setelah keduanya mengalami perlakuan. Dengan kata lain, dari tes akhir inilah peneliti dapat memperkirakan keefektifan dalam pembelajaran membaca pemahaman, khususnya pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Cimahi tahun ajaran 2010/2011.

2. Pedoman Observasi

Pedoman observasi memuat segala tingkah laku siswa selama pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer. Adapun aspek yang diamati, antara lain: 1) antusiasme siswa dalam mengikuti model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer; 2) respons siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer; 3) respons siswa pada saat mendiskusikan isi bacaan; 4)


(32)

antusiasme siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer; dan 5) kesesuaian antara rencana pembelajaran yang ditetapkan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas.

3. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi atau pendapat siswa tentang model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer. Dalam pedoman wawancara ini, hal-hal yang ditanyakan, antara lain yaitu: 1) pendapat mengenai model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui perangkat lunak Blueberry Flashback; 2) kesulitan yang dialami oleh siswa dalam kegiatan membaca pemahaman; 3) manfaat yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut; dan 4) keefektifan pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer.

4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas teoretik untuk isi dan konstruk dilakukan peneliti dengan cara menjabarkan kisi-kisi dari karakteristik kemampuan yang hendak diujikan. Penjabaran kisi-kisi ini kemudian dikonsultasikan dengan para ahli yang dalam hal ini adalah dosen bahasa Indonesia dan para pembimbing.

Adapun penentuan wacana dan soal uji kemampuan membaca, terlebih dahulu peneliti menentukan wacana yang sesuai dengan tingkat keterbacaan wacana untuk kelas VII. Formula keterbacaan yang dapat digunakan adalah formula Edward Fry. Karena formula Fry ini untuk teks berbahasa Inggris, maka formula ini tidak sesuai seratus persen untuk teks yang berbahasa Indonesia. Untuk itu, Harjasujana dkk. (1988) mengemukakan alternatif pengujian


(33)

keterbacaan teks Grafik Fry (modifikasi). Modifikasi yang dilakukan berdasarkan pada perbandingan suku kata bahasa Inggris dan suku kata bahasa Indonesia. Setelah diperoleh jumlah suku kata wacana sampel dan menghitung rata-rata perolehan jumlah suku kata pada bagian awal, tengah, dan akhir wacana, hasilnya dikalikan 0,6.

Untuk menguji keterbacaan wacana sesuai jenjang pendidikan siswa dengan menggunakan Grafik Fry (Modifikasi) adalah melalui cara berikut ini: a) menghitung 100 kata hingga puluhan terdekat sebagai wacana sampel; b) menghitung suku kata wacana sampel;

c) jumlah rata-rata kalimat dan suku kata dikalikan 0,6;

d) hasil penghitungan di atas dikonversikan pada Grafik Fry berikut ini.

Grafik 3.1


(34)

Penentuan Wacana

Wacana yang digunakan untuk tes awal adalah wacana yang memiliki tingkat keterbacaan sesuai dengan kelas VII. Untuk menentukan tingkat keterbacaan wacananya, digunakan Grafik Fry.

Wacana 1

Budaya Sains Perlu Ditumbuhkan

Olimpiade Sains Nasional merupakan ajang kompetisi yang cukup bergengsi. Namun, ajang ini masih dipandang sebagai kompetisi belaka. Kompetisi ini belum dipandang sebagai upaya untuk mendorong tumbuhnya budaya mencintai sains. Akibatnya, kegiatan ini hanya sebatas mendulang medali saja. Hal ini akan memberi rasa kebanggaan bagi provinsi yang diwakilinya.

Kegiatan ini terangkat dalam perbincangan dengan sejumlah guru, siswa, dan orang tua dalam pelaksanaan Olimpiade Sains Nasional (OSN) VI di Surabaya, Rabu (5/9). "Semangat untuk unggul di pelajaran sains memang masih untuk kompetisi. Untuk pembelajaran di kelas, masih terkendala sarana dan prasarananya. Kesannya kegiatan ini hanya untuk anak-anak yang cerdas saja. Belajar sains itu harus bisa disukai setiap anak-anak kata wakil komite sekolah di M akassar. "Persiapan untuk siswa yang ikut OSN kan terbatas. Jika sains diajarkan dengan enak, alat-alat laboratoriumnya lengkap, belajar sains jadi menyenangkan," kata Hana M. Aritonang, peserta dari Papua.

Selain itu, seorang guru pendamping dari daerah lain mengeluh bahwa siswanya yang ikut terseleksi hingga tingkat provinsi belum mendapat pembinaan yang maksimal.


(35)

Berdasarkan langkah-langkah pengukuran keterbacaan teks menggunakan Grafik Fry, maka cara menghitung keterbacaan teks di atas adalah sebagai berikut.

1. Hitungan kata ke-100 jatuh pada kata ini.

2. Kata ke-100 ditandai dengan kata yang ditebalkan.

3. Jumlah suku kata dari awal sampai kata ke-100 adalah 250. Hasil perhitungan jumlah suku kata ini kemudian dikalikan 0,6 hasilnya sama dengan 150.

4. Jumlah kalimat dari awal sampai kata ke-100 adalah 8. Angka tersebut diperoleh karena kata ini (kata ke-100) posisinya terletak di kata ke-3 dari 9 kata yang terdapat pada kalimat ke-8. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa panjang kalimat hingga kata ke-100 ini ada 8 3/9. Angka tersebut apabila diubah ke dalam desimal menjadi 8,3.

5. Tarik garis pada angka 150 di bagian jumlah suku kata per 100 kata dan tarik pula garis 8,3 di bagian jumlah kalimat per 100 kata. Setelah itu hubungkan titik temu antara garis jumlah suku kata dan garis jumlah kalimat menunjukkan tingkat keterbacaan teks tersebut. Gambaran yang lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.


(36)

Statistik:

Jumlah kata = 100

Jumlah suku kata = 250 x 0,6 = 150 Jumlah kalimat = 8 + 3/9 = 8,3

Melihat Grafik Fry di atas, titik temu antara 150 dan 8,3 terletak pada approximate grade level 7, sehingga dapat disimpulkan bahwa wacana tersebut mempunyai tingkat keterbacaan yang sesuai diberikan pada siswa kelas VII.


(37)

Wacana 2

Warna-warni Pelangi

Pelangi merupakan salah satu pemandangan indah yang jarang kita lihat. Jika dilihat, bentuk pelangi seperti busur di langit biru yang muncul karena pembiasan dari sinar matahari ketika hujan. Biasanya pelangi bisa dilihat di daerah pegunungan atau ketika mendung atau ketika hujan baru berhenti turun.

Pelangi merupakan satu-satunya gelombang elektromagnetik yang dapat kita lihat. Ia terdiri dari beberapa spektrum warna. Teman-teman bisa menyebutkan warna apa sajakah yang bisa kita lihat pada pelangi tersebut? Ya benar, diantara warna tersebut adalah merah, kuning, hijau, biru, jingga, ungu, dan sebenarnya ada warna-warna lain yang tidak bisa kita lihat langsung dengan mata. Warna merah memiliki panjang gelombang paling besar, sedangkan violet memiliki panjang gelombang paling terkecil.

Coba kita amati ketika sinar matahari mengenai cermin siku-siku atau tepi prisma gelas, atau permukaan buih sabun, kita melihat berbagai warna dalam cahaya. Apa yang terjadi adalah cahaya putih dibiaskan menjadi berbagai panjang gelombang cahaya yang terlihat oleh mata kita sebagai merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu.

Panjang gelombang cahaya ini membentuk pita garis-garis pararel, tiap warna bernuansa dengan warna disebelahnya. Pita ini disebut “Spektrum”. Di dalam spektrum garis merah selalu berada pada salah satu ujung dan biru serta ungu di sisi lain, dan ini ditentukan oleh perbedaan panjang gelombang.

Ketika kita melihat pelangi, sama saja ketika kita melihat spektrum. Bahkan, pelangi adalah spektrum melengkung besar yang disebabkan oleh pembiasan cahaya matahari. Ketika cahaya matahari melewati tetesan air, ia membias seperti ketika melalui prisma kaca. Jadi, di dalam tetesan air, kita sudah mendapatkan warna yang berbeda memanjang dari satu sisi ke sisi tetesan air lainnya. Beberapa dari cahaya berwarna ini kemudian dipantulkan dari sisi yang jauh dari tetesan air, kembali dan keluar lagi dari tetesan air.

Cahaya keluar kembali dari tetesan air ke arah yang berbeda, tergantung pada warnanya. Dan ketika kita melihat warna-warna ini pada pelangi, kita akan melihatnya tersusun dengan merah dipaling atas dan ungu dipaling bawah pelangi.


(38)

Statistik:

Jumlah kata = 100

Jumlah suku kata = 237 x 0,6 = 142, 2 Jumlah kalimat = 6

Melihat Grafik Fry di atas, titik temu antara 142,2 dan 6 terletak pada approximate grade level 7, sehingga dapat disimpulkan bahwa wacana tersebut mempunyai tingkat keterbacaan yang sesuai diberikan pada siswa kelas VII.


(39)

Wacana 3

Perilaku Bersih

Pencemaran lingkungan (tanah, air, dan udara) oleh limbah rumah tangga, pertanian, peternakan dan industri sering mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan manusia. Contoh konkret, limbah industri yang mengandung air raksa di Jepang menimbulkan bencana penyakit (Minamata). Air Susu Ibu (ASI) juga ikut tercemar akibat penggunaan pestisida DDT pada sayuran.

Selain itu, ada satu kelompok penyakit yang erat hubungannya dengan masalah lingkungan, yakni infeksi yang disebabkan cacing usus. Penyakit yang disebabkan oleh parasit ini prevelensinya sangat tinggi terutama di negara berkembang yang beriklim tropis, seperti Indonesia. Faktor penyebabnya, iklim tropis yang menyebabkan parasit berkembang dengan subur. Keadaan ekonomi termasuk masih kurang memadai di samping derajat pendidikan serta kepadatan penduduk.

“Usaha pengendalian infeksi cacing usus, khususnya cacing yang ditularkan melalui tanah, telah dilakukan diberbagai daerah di Indonesia sejak 1976”, ungkap Doktor Sri Surastuti Margono dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar tetap FKUI di Jakarta belum lama ini.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghindari penyakit cacingan ini. Misalnya, BKKBN dan Depkes pada tahun 1976 melahirkan proyek integrasi KB dengan pemberantasan penyakit cacingan.

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberantasan penyakit cacing itu kurang bermakna terhadap status gizi anak balita. Usaha itu harus dipadukan lagi dengan pemberian obat cacing usus secara berkala dan makanan tambahan serta vitamin dan penyuluhan gizi. “Pengendalian infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah ini tidak akan berhasil jika tidak disertai perilaku pencegahan oleh masyarakat” katanya.

Untuk itu, perlu penyuluhan praktis, misalnya kamar harus dibersihkan sesering mungkin. Apalagi bila banyak angin yang mungkin membawa debu yang mengandung telur cacing masuk ke rumah. Sayuran, khususnya yang berupa daun, harus dicuci sebaik mungkin dengan air mengalir dan sebaiknya dicuci dengan air mendidih atau dimasak. Jangan lupa mencuci tangan dengan sabun sebelum makan.


(40)

Statistik:

Jumlah kata = 100

Jumlah suku kata = 248 x 0,6 = 149 Jumlah kalimat = 6 + 6/13 = 6,4

Melihat Grafik Fry di atas, titik temu antara 149 dan 6,4 terletak pada approximate grade level 7, sehingga dapat disimpulkan bahwa wacana tersebut mempunyai tingkat keterbacaan yang sesuai diberikan pada siswa kelas VII.


(41)

Wacana 4

Wayang yang Terancam Punah

Berbicara tentang wayang mungkin dapat menghabiskan waktu yang lama karena dari kesenian wayang dapat dibicarakan berbagai unsur seni yang terkait dengannya. Wayang banyak mengandung unsur seni, diantaranya seni ukir, lukis, tari, karawitan, suara dan panggung. Bahkan, wayang jug amerupakan salah satu wahana pendidikan etika dan estetika.

Namun sayang, wayang yang merupakan hasil kebudayaan bangsa Indonesia ini tampaknya mulai ditinggalkan penggemarnya. Wayang pada saat ini seperti hidup segan mati tak mau. Keadaan ini sangat memprihatinkan. Dulu, kesenian ini pernah menjadi primadona seni pentas. Wayang pernah naik daun dan banyak digandrungi semua lapisan masyarakat saat ini, kita cukup sulit untuk melihat

pertunjukkan wayang. Bahkan, instansi pemerintah pun sudah mulai jarang

menggelar wayang sebagai pertunjukan rakyat.

Menurut Prof. Dr.dr. KRT Soejono, pemilik Museum Wayang Kekayon, kondisi seperti ini sangat memprihatinkan, karena itu, pihaknya telah merintis untuk mendirikan Satuan Tugas (Satgas) wayang bersama Prof. Wisnu Wardana sejak 1976. Satgas wayang ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat yang tidak mampu mengadakan pementasan wayang. Caranya dengan menyiapkan seperangkat wayang dan gamelannya, sedangkan dalang dan pesindennya bisa ditentukan oleh orang yang mengadakan acara pementasan.

Sejak abad ke-11 hingga saat ini, tidak kurang dari 20 macam wayang berkembang sesuai dengan sejarahnya. Diantaranya, wayang purwa, wayang madya, wayang gedhog, wayang klitik, wayang beber, wayang kartosuran, atau wayang dupara, wayang suluh, wayang golek cepak, wayang golek sunda, wayang golek menak, wayang tengul, wayang wahyu, wayang wong, dan wayang kreasi baru. Kini berbagai macam wayang tersebut tersimpan di Museum wayang Kekayon yang terkenal di Jalan Wonosari, Yogyakarta. Menurut Soejono, museum tersebut didirikan sebagai salah satu usaha untuk melestarikan wayang. Sudah sewajarnya Yogyakarta yang merupakan salah satu tempat berkembangnya wayang untuk ikut melestarikan wayang. Wayang yang sarat dengan falsafah hidup Jawa, etika, dan estetika harus dijaga jangan sampai larut dengan kebudayaan asing.

Diakui Soejono bahwa mendirikan museum yang bisa disenangi pengunjung tidaklah mudah. Minimal museum tersebut harus memiliki master piece atau salah satu koleksi yang menarik banyak orang. Jika ada koleksi yang menarik seperti itu, tentu pengunjung pun akan meningkat. Akan tetapi, akhir-akhir ini Museum Wayang Kakayon yang diresmikan oleh Gubernur DIY, Pakualam pada 1991 semakin sedikit pengunjungnya. Seiring dengan pudarnya kecintaan masyarakat Indonesia terhadap wayang.


(42)

Statistik:

Jumlah kata = 100

Jumlah suku kata = 252 x 0,6 = 151 Jumlah kalimat = 9 + 8/9 = 9,9

Melihat Grafik Fry di atas, titik temu antara 151 dan 9,9 terletak pada approximate grade level 7, sehingga dapat disimpulkan bahwa wacana tersebut mempunyai tingkat keterbacaan yang sesuai diberikan pada siswa kelas VII.


(43)

Wacana 5

Pesona Kampung Muslim Bali

Banyak orang yang mengira Bali hanya agama Hindu atau Budha saja. Pandangan itu mungkin benar karena hampir semua orang Bali beragama Hindu, namun pernahkah Anda mendengar sebuah perkampungan muslim di Bali. Di tengah-tengah kehidupan masyarakat Hindu-Bali yang sangat syarat ritual keagamaan dan adat istiadatnya. Ada sebuah perkampungan muslim dan keberadaannya memberikan warna tersendiri bagi Bali, itulah Pegayaman sebuah desa muslim di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Bali Utara.

Nenek moyang berasal dari Jawa dan Makasar-Bugis yang datang sekitar abad ke-16. Pada masa itu, Bali Utara diperintahkan oleh seorang raja bernama I Gusti Ngurah Panji Sakti (Ki Barak Panji Sakti). Pada saat perluasan wilayah, Ki Barak Panji Sakti meminta bala bantuan kepada kerajaan Balambangan sehingga memperoleh kemenangan. Sebagai tanda persahabatan, Raja Mataram memberikan hadiah gajah kepada Raja Panji Sakti. Sedangkan sebagai rasa terima kasih, Raja Panji Sakti menghadiahkan tempat pemukiman di wilayah hutan sebelah selatan yang dikenal sebagai desa Pegayaman. Adapun perantau asal Makasar-Bugis menurut keterangan lontar yang terdapat di Gedung Kertya, Sigaraja, pada masa pemerintahan Panji sakti tahun 1650, sekelompok imigran muslim datang, kemudian beberapa diantara mereka bermukim di sana.

Orang Pegayaman memiliki nama-nama unik, perpaduan antara nama khas Bali dan Islam, misalnya Wayan Imam Mujahir, Nyoman Siti Hikmawati, Ketut Syaruwardi Abbas, dan lain-lain. Orang Bali juga memanggil orang Pegayaman dengan sebutan nyama selam yang artinya orang Islam sedangkan orang Pegayaman memanggil orang Bali di sekitarnya dengan sebutan nyama Bali yang berarti sedulur (saudara). Dalam perayaan maulid Nabi Muhammad SAW. Selain mengikuti tata cara dalam agama Islam, mereka juga mengikuti adat istiadat kebiasaan masyarakat Hindu-Bali. Orang Pegayaman juga mengenal adanya hari panapean, penjajaan, dan penampahan yang dilakukan sebelum perayaan Galungan dan Kuningan. Di samping itu, masyarakat Pegayaman miliki kesenian khas yang disebut hadrah dan bordah yang hanya tampil pada acara khusus, seperti maulid, khitanan, dan pernikahan. Mereka membacakan kitab Barjanji berbahasa Arab yang dibacakan mirip dengan kakawin, kidung, dan guguritan Bali.


(44)

Statistik:

Jumlah kata = 100

Jumlah suku kata = 247 x 0,6 = 148,2 Jumlah kalimat = 6 + 2/17 = 6,1

Melihat Grafik Fry di atas, titik temu antara 148,2 dan 6,1 terletak pada approximate grade level 7, sehingga dapat disimpulkan bahwa wacana tersebut mempunyai tingkat keterbacaan yang sesuai diberikan pada siswa kelas VII.


(45)

Wacana 6

Menjaga Keseimbangan Air

Tubuh manusia cerdas dalam menjaga keseimbangan air. Rasa haus misalnya, merupakan mekanisme alami mempertahankan asupan air dalam tubuh. Agar kebutuhan tubuh akan air (murni) tercukupi dibutuhkan 30 mililiter air per kilogram berat badan. Secara umum, konsumsi air per orang minimal 1,5-2 liter per hari (8-10 gelas per hari). Perempuan hamil, ibu menyusui, orang berolahraga, serta orang di lingkungan dingin butuh lebih banyak. Konsumsi air itu “disebar” sepanjang hari mulai dari minum setelah bangun tidur hingga malam hari.

Menjaga keseimbangan air dalam tubuh menjadi penting karena dalam kerja tubuh, air dikeluarkan kembali dalam bentuk air seni sekitar 1 liter per hari, melalui keringat dan saluran nafas sekitar 1 liter (tergantung suhu udara), dan sebagian lain terbuang bersama tinja. Aktivitas, kondisi tubuh saat sakit seperti demam, kelembaban udara juga ikut memengaruhi pengeluaran air dalam tubuh. Orang yang di daerah dingin, misalnya, lebih butuh air banyak karena cukup besarnya penguapan.

Kurangnya air dalam tubuh jangan dianggap enteng. Kekurangan air tubuh 1 persen menimbulkan rasa haus dan gangguan suasana hati (mood). Kekurangan 2-3 persen stamina turun, hingga 4 persen turunkan kemampuan fisik sampai 25 persen. Bahkan, bisa pingsan jika kekurangan air mencapai 7 persen. Kekurangan asupan cairan, khususnya air, meningkatkan risiko penyakit batu ginjal, infeksi, saluran kencing, kanker usus besar, obesitas, stroke pembuluh darah otak, dan gangguan lain. Jika kandungan air dalam organ tubuh menurun, fungsi organ berkurang dan lebih mudah terpapar bakteri atau virus.


(46)

Statistik:

Jumlah kata = 100

Jumlah suku kata = 239 x 0,6 = 143 Jumlah kalimat = 6 + 23/34 = 6,7

Melihat Grafik Fry di atas, titik temu antara 143 dan 6,7 terletak pada approximate grade level 7, sehingga dapat disimpulkan bahwa wacana tersebut mempunyai tingkat keterbacaan yang sesuai diberikan pada siswa kelas VII.

Setelah menentukan wacana, selanjutnya membuat kisi-kisi soal yang memuat materi ujian, tingkat kognisi dan nomor soal. Setelah itu, barulah disusun


(47)

sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan wacana yang akan diteskan pada siswa.

a. Uji Coba Validitas Soal

Sedang uji coba validitas soal, Scarvia B. Anderson dalam Arikunto (2001: 64) menyatakan bahwa sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Valid atau tidaknya sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran atau pengalaman. Penyusunan instrumen tes ini mengikuti dua validitas yakni logis dan empiris. Instrumen tes ini mempunyai validitas logis karena mengikuti ketentuan yang ada. Adapun validitas empiris dilihat dari pengujian di lapangan. Sebelum diujicobakan pada sampel penelitian, peneliti sudah melakukan ujicoba pada responden lain yang memiliki karakteristik yang sama. Ukuran inilah yang digunakan untuk mengetahui kevalidan tes yang dibuat peneliti. Dengan demikian, kevalidan tes yang dibuat peneliti diketahui dari hasil uji coba, analisis data hasil ujicoba, dan seleksi butir soal berdasarkan kriteria.

Untuk mengetahui kevalidan alat ukur, penulis menggunakan korelasi product moment. Rumus yang digunakan adalah korelasi product moment dengan angka kasar. Rumus korelasi Product Moment dengan angka kasar:

rxy = ∑ ∑ ∑

∑ ∑ ∑ ∑ Keterangan:

rxy = koofisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang dikorelasikan


(48)

Selain mengetahui validitas soal yang diujicobakan, peneliti juga dapat mengetahui butir-butir soal nama yang valid dan yang harus direvisi. Soal yang jelek yakni terlalu mudah ataupun terlalu sulit akan direvisi ataupun diperbaiki. Instrumen yang valid akan ditetapkan dan dipakai menjadi suatu tes yang valid. Instrumen final inilah yang akan digunakan untuk mengukur variabel penelitian (Djojosuroto: 2004).

Suharsimi membagi indeks kesukaran kedalam tiga bagian, yaitu:

Tabel 3.4

Indeks Kesukaran Soal

Jenis Soal Tingkat Kesukaran

Soal dengan P = 0,00 – 0,30 Soal dengan P = 0,30 – 0,70 Soal dengan P = 0,70 – 1,00

Soal sukar Soal sedang Soal mudah

Selanjutnya, untuk menentukan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada skala berikut.

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 = sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup tingi Antara 0,200 sampai dengan 1,400 = rendah

Antara 0,000 sampai dengan 0,200 = sangat rendah

Setelah dilakukan uji coba instrumen dan dicari validitasnya, selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas instrumen. Pengujian reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengorelasikan skor hasil membaca pemahaman siswa antara penilai 1 dengan penilai 2. Rumus reliabilitas yang digunakan adalah seperti berikut ini.


(49)

rn =

1 −

∑ Keterangan:

rn = reliabilitas instrumen k = jumlah butir soal

∑ 2 = jumlah varians

2

2 = varians total

Tolok ukur untuk menginterpretasikan alat tes/evaluasi berpedoman pada rentang berikut ini.

0,90 - 0,99 = reliabilitas tinggi 0,70 - 0,89 = reliabilitas sedang 0,50 - 0,69 = reliabilitas rendah 0,20 - 0,49 = reliabilitas sangat rendah

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 17.0. Sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis inferensial), terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui apakah data yang tersaring dari masing-masing sampel berdistribusi normal atau tidak. Metode yang digunakan adalah metode Kolmogorov Smirnov.

Pengujian Kolmogorov-Smirnov menggunakan kecocokan kumulatif sampel X dengan distribusi probabilitas normal. Distribusi probabilitas pada


(50)

variabel tertentu diakumulasikan dan dibandingkan dengan kumulasi sampel. Selisih dari setiap bagian adalah selisih kumulasi dan selisih yangpaling besar dijadikan patokan pada pengujian hipotesis (Susetyo, 2010: 145).

Apabila dari perhitungan diperoleh bahwa nilai Asyimp. Sig. (2-tailed) > 0,05, maka variabel tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Statistik parameter merupakan statistik untuk pengujian dua rata-rata memiliki distribusi tertentu. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, selain sampel acak berasal dari distribusi populasi berbentuk kurva normal, variansi kedua populasi perlu honogen atau sama besarnya (Susetyo, 2010: 160).

Uji homogenitas ditujukan untuk mengetahui homogen atau tidaknya variansi sampel yang ditarik dari populasi. Pengolahan data untuk menguji homogenitas menggunakan SPSS versi 17.0 dengan metode Levene Statistic. Jika sebuah variabel hasil uji Levene memiliki nilai sig. > 0,05, maka variabel tersebut dapat dikatakan homogen.

3. Analisis Statistik

Pengujian statistik merupakan langkah selanjutnya yang harus ditempuh. Namunn demikian sebelum dilakukan pengujian perlu dirumuskan dahulu bentuk hipotesis yang akan diuji berdasarkan kerangka pemikiran peneliti yang dibangun pada bagian kajian teori. (Susetyo, 2010: 170)

Uji-t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan dalam kemampuan membaca pemahaman antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0.


(51)

4. Menghitung Skor Gain Ternormalisasi

Untuk melihat peningkatan hasil belajar antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g faktor (gain score ternormalisasi) dengan rumus:

g =

!

Keterangan:

g = selisih nilai tes akhir dengan tes awal Spost = skor tes akhir

Spre = skor tes awal Smaks = skor maksimum

Kategori:

Tinggi = g > 0,7 Sedang = 0,3 < g < 0,7 Rendah = g < 0,3

G. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

1. Ihwal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Dalam rangka mengimplementasikan program pembelajaran yang sudah dituangkan dalam silabus, guru harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan lapangan untuk setiap kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP membuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu kompetensi dasar (Depdiknas, 2006:17).


(52)

Dalam menyusun RPP, guru harus mencantumkan Standar Kompetensi (SK) yang memayungi Kompetensi Dasar (KD) yang akan disusun dalam RPP-nya. RPP harus memuat secara rinci tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar dan penilaian.

RPP merupakan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, labolatorium, dan lapangan untuk setiap Kompetensi Dasar (KD). Guru Bahasa Indonesia harus menyadari bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis.

Dalam menyusun RPP, guru harus berpedoman pada kurikulum dan silabus. RPP harus dapat menggambarkan kegiatan belajar mengajar yang diharapkan guru. Dalam terminologi kurikulum 2004 disebut skenario pembelajaran. Dengan demikian, RPP merupakan pedoman guru melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah sebagai berikut:

1) mencantumkan identitas;

2) mencantumkan tujuan pembelajaran; 3) mencantumkan materi pembelajaran; 4) mencantumkan metode pembelajaran;

5) mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran; dan 6) mencantumkan sumber belajar.


(53)

Untuk memudahkan penyusunan program pembelajaran, peneliti menampilkan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berikut.

Tabel 3.5

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

SMP : ... Mata Pelajaran : ... Kelas/Semester : ... Standar Kompetensi : ... Kompetensi Dasar : ... Indikator : ...

Alokasi Waktu : ... x 40 menit ( ... pertemuan) A. Tujuan Pembelajaran

B. Materi Pembelajaran C. Metode Pembelajaran

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan 1

Pertemuan 2 dst.

E. Sumber Belajar F. Penelitian


(54)

H. Pedoman Penilaian

Untuk menilai kemampuan membaca siswa, peneliti akan menyajikan pedoman penilaian dalam mengitung skor tes awal dan skor tes akhir. Penilaian data dilakukan terhadap data yang telah terkumpul.

Langkah-langkah penilaian data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

• Menentukan jumlah hasil skor siswa dari tes awal dan tes akhir pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dan mengubahnya ke dalam nilai dengan rumus:

Setelah melalui penyekoran dan penilaian, nilai rata-rata akhir siswa ditafsirkan sebagai berikut.

85 – 100 = sangat baik 75 – 84 = baik 60 – 74 = cukup 40 – 59 = kurang

0 – 39 = sangat kurang/gagal

(Nurgiyantoro, 2009: 399) Nilai siswa = Skor serolehan seserta didik x 100 (skala 0-100)


(55)

I. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut.

Simpulan Hasil Analisis Data

Tes Awal Tes Awal

Tes Akhir Tes Akhir

Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat lunak BB Flashback Model Pembelajaran Membaca Pemahaman

dengan Pemetaan Pikiran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Studi Pendahuluan

Penentuan model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui

perangkat lunak Blueberry Flashback

Penyusunan Instrumen Berupa Tes


(56)

256

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Alwasilah, Chaedar. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktik. Bandung: Rosda Karya.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bond, G.C. et al. 1979. Reading Difficult. Englewood Cliffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Bloom, Benyamin S. 1990. Taxonomy of Educational Objectives. New York: David Mekay Company Inc.

Burners, D. 1985. Insigh and Strategies for Teaching Reading. Australia: Hacort Brace Javanivich.

Buzan Tony. 2007. Buku Pintar Peta Pikiran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chauhan, S.S. 1979. Inovation in Teaching-Learning Process. New Delhi: Vikas Publishing House PVT Ltd.

Dadela, Rae. 2010. Model Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Pendekatan Respons Pembaca Berbasis Blog di Internet (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Margahayu Kab. Bandung Tahun Ajaran 2009/2010). Tesis Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Dahlan. 1990. Model-model Pengajaran (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar). Bandung: Diponegoro.

Depdiknas. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Pengembangan Keterampilan Membaca Pemahaman. Jakarta: Depdiknas.

DePorter, Bobbi, et.al. 2006. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

DePorter, Bobbi, Mike Hernacki. 2002. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. Fraenkel, J.R & Wallen, N.E. 2007. How to Design and Evaluate Research in


(57)

Furqon. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Gie, The Liang. 2002. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: FUBIB. Gie, The Liang. 2003. Efisiensi untuk Meraih Sukses. Yogyakarta: Panduan. Goodman, K. 1988. The Reading Process, Interactive Approaches to Second

language Reading. Cambridge: Cambridge University Press.

Hardini. 2004. Model Pembelajaran Jarak Jauh Bahasa Indonesia untuk Pembelajar Tingkat Awal Melalui Media Internet Berbasis Hipermedia Bagi Penutur Bahasa Perancis (Frankofon). Tesis Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Harjasujana, Ahmadslamet. 1988. Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.

Harjasujana dan Yeti Mulyati. 1996. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud Disdasmen. Harris. TL & Hodges, ER. 1981. A Dictionary of Reading and Related Terms.

Washington: International Reading Asosiations.

Harras, Kholid A., dan Lilis S. 1997. Membaca I. Jakarta: Depdikbud. Hernowo. 2005. Quantum Reading. Bandung: Mizan Media Utama.

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham-Philadelphia: Open University Press.

Joyce Bruce, et.al. 2000. Models of Teaching. United States of America: A Pearson Education Company.

J.M, B. Faris. 2008. Model Pembelajaran Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Software Speed Reading and Comprehension Tool (S2RCT) pada Siswa Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut). Tesis Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Leong, Marlon dan Mulyanta. 2009. Tutorial Membangun Multimedia Interaktif- Media Pembelajaran.Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.


(58)

Nuttal, Christine. 1985. Teaching Reading Skill in a Foreign Language. London: Heinemann Educational Books Ltd.

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Bumi Aksara: Jakarta.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Bandung: PT. Mulia Mandiri.

Saepurokhman, Asep. 2002. Kontribusi Minat dan Kebiasaan Membaca Mahasiswa terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman. Tesis. Bandung: PPS tidak diterbitkan.

Sagala, Saiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Shihabuddin. 2009. Modul: Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung:

tidak diterbitkan.

Smith, F. 1986. Understanding Reading. New Jersey: Lawrance Erlbaum Associates, Inc.

Soedarso. 2005. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Spache, George D., and Evelyn B. Spache. 1973. Reading in The Elementary School. Boston: Allyn and Bacon.

Sudjana, N & Rivai, A. 1990. Media Pengajaran. Bandung CV. Sinar Baru. Sudjana, N. 1988b. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana. 1984. Disain dan Analisis Experimen. Bandung: Tarsito.

Suganda, Elia. 2008. Peningkatan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Metode Pemikiran (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 33 Bandung). Tesis Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPS UPI & PT Remaja Rosdakarya.

Susetyo, Budi. 2010. Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.


(59)

Syamsuddin A.R. dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Bahasa. Bandung: Rosda Karya.

Tafsir, Ahmad. 1995. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tampubolon. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.

Tampubolon. 1993. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, dkk. 1990. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. 1983. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkas.

Usman, M. Basyirudin, dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.


(60)

(1)

137

I. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut.

Simpulan Hasil Analisis Data

Tes Awal Tes Awal

Tes Akhir Tes Akhir

Model Pembelajaran Membaca Pemahaman Berbasis Komputer melalui Perangkat lunak BB Flashback Model Pembelajaran Membaca Pemahaman

dengan Pemetaan Pikiran

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Studi Pendahuluan

Penentuan model pembelajaran membaca pemahaman berbasis komputer melalui

perangkat lunak Blueberry Flashback

Penyusunan Instrumen Berupa Tes


(2)

256

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Alwasilah, Chaedar. 1996. Pengajaran Bahasa Komunikatif Teori dan Praktik. Bandung: Rosda Karya.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bond, G.C. et al. 1979. Reading Difficult. Englewood Cliffs, New Jersey: Prince Hall, Inc.

Bloom, Benyamin S. 1990. Taxonomy of Educational Objectives. New York: David Mekay Company Inc.

Burners, D. 1985. Insigh and Strategies for Teaching Reading. Australia: Hacort Brace Javanivich.

Buzan Tony. 2007. Buku Pintar Peta Pikiran. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Chauhan, S.S. 1979. Inovation in Teaching-Learning Process. New Delhi: Vikas Publishing House PVT Ltd.

Dadela, Rae. 2010. Model Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Pendekatan Respons Pembaca Berbasis Blog di Internet (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Margahayu Kab. Bandung Tahun Ajaran

2009/2010). Tesis Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Dahlan. 1990. Model-model Pengajaran (Beberapa Alternatif Interaksi Belajar

Mengajar). Bandung: Diponegoro.

Depdiknas. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. 2005. Pengembangan Keterampilan Membaca Pemahaman. Jakarta: Depdiknas.

DePorter, Bobbi, et.al. 2006. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

DePorter, Bobbi, Mike Hernacki. 2002. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. Fraenkel, J.R & Wallen, N.E. 2007. How to Design and Evaluate Research in


(3)

257

Furqon. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Gie, The Liang. 2002. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: FUBIB. Gie, The Liang. 2003. Efisiensi untuk Meraih Sukses. Yogyakarta: Panduan. Goodman, K. 1988. The Reading Process, Interactive Approaches to Second

language Reading. Cambridge: Cambridge University Press.

Hardini. 2004. Model Pembelajaran Jarak Jauh Bahasa Indonesia untuk

Pembelajar Tingkat Awal Melalui Media Internet Berbasis Hipermedia Bagi Penutur Bahasa Perancis (Frankofon). Tesis Sps UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Harjasujana, Ahmadslamet. 1988. Materi Pokok Membaca. Jakarta: Universitas Terbuka.

Harjasujana dan Yeti Mulyati. 1996. Membaca 2. Jakarta: Depdikbud Disdasmen. Harris. TL & Hodges, ER. 1981. A Dictionary of Reading and Related Terms.

Washington: International Reading Asosiations.

Harras, Kholid A., dan Lilis S. 1997. Membaca I. Jakarta: Depdikbud. Hernowo. 2005. Quantum Reading. Bandung: Mizan Media Utama.

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Buckingham-Philadelphia: Open University Press.

Joyce Bruce, et.al. 2000. Models of Teaching. United States of America: A Pearson Education Company.

J.M, B. Faris. 2008. Model Pembelajaran Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Software Speed Reading and Comprehension Tool

(S2RCT) pada Siswa Madrasah Aliyah di Kabupaten Garut). Tesis Sps

UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah.

Leong, Marlon dan Mulyanta. 2009. Tutorial Membangun Multimedia Interaktif-

Media Pembelajaran.Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.


(4)

Nuttal, Christine. 1985. Teaching Reading Skill in a Foreign Language. London: Heinemann Educational Books Ltd.

Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Bumi Aksara: Jakarta.

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme

Guru). Bandung: PT. Mulia Mandiri.

Saepurokhman, Asep. 2002. Kontribusi Minat dan Kebiasaan Membaca

Mahasiswa terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman. Tesis.

Bandung: PPS tidak diterbitkan.

Sagala, Saiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Shihabuddin. 2009. Modul: Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung:

tidak diterbitkan.

Smith, F. 1986. Understanding Reading. New Jersey: Lawrance Erlbaum Associates, Inc.

Soedarso. 2005. Speed Reading: Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Spache, George D., and Evelyn B. Spache. 1973. Reading in The Elementary

School. Boston: Allyn and Bacon.

Sudjana, N & Rivai, A. 1990. Media Pengajaran. Bandung CV. Sinar Baru. Sudjana, N. 1988b. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru. Sudjana. 1984. Disain dan Analisis Experimen. Bandung: Tarsito.

Suganda, Elia. 2008. Peningkatan Membaca Pemahaman dengan Menggunakan Metode Pemikiran (Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 33 Bandung). Tesis Sps UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPS UPI & PT Remaja Rosdakarya.

Susetyo, Budi. 2010. Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama.


(5)

259

Syamsuddin A.R. dan Vismaia S. Damaianti. 2006. Metode Penelitian Bahasa. Bandung: Rosda Karya.

Tafsir, Ahmad. 1995. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tampubolon. 1987. Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.

Tampubolon. 1993. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. 2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, dkk. 1990. Membaca dalam Kehidupan. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H.G. 1983. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkas.

Usman, M. Basyirudin, dan Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press.


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2011/2012

0 6 47

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 3 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012)

0 7 53

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pekalongan Kab. Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 16 53

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 11 59

PROFIL KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBUAT HIPOTESIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING (Kajian Deskriptif pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Liwa Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 23 121

EVEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Ketapang TP 2013/2014)

0 20 40

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161