EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN
KONSEP MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung
Tahun Pelajaran 2013-2014)
Oleh
LEO CHANDRA

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk
mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe TGT ditinjau dari
pemahaman konsep matematis siswa. Desain yang digunakan dalam Penelitian
ini adalah post-test only control design dengan populasi seluruh siswa kelas VII
SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014 yang terdistribusi ke
dalam 11 kelas dengan sampel penelitian siswa kelas VIIE dan VIIF yang
ditentukan dengan teknik purposive sampling. Data dalam penelitian ini adalah
data kuantitatif kemampuan pemahaman konsep matematis yang diperoleh
melalui tes dengan instrumen berbentuk uraian. Dari penelitian ini, diperoleh
kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak efektif ditinjau
dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII Semester Ganjil SMP Negeri

8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014 pada materi Aljabar.
Kata Kunci

: Efektivitas, Pemahaman konsep Matematis, TGT

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Papahan, Kecamatan Kinal, Kabupaten Kaur, Provinsi
Bengkulu pada tanggal 2 Juli 1991. Penulis merupakan anak pertama dari empat
bersaudara pasangan Bapak Sinardi dan Ibu Hartati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 22 Pinang Jawa pada tahun
2003, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Bengkulu Selatan pada
tahun 2006, dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 5 Bengkulu Selatan
pada tahun 2009. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada
tahun 2009 melalui jalur penerimaan Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB)
dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika sebagai pilihan
pertama.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Way Urang,

Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Selain itu, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran yang terintegrasi dengan program KKN tersebut. Selain itu
selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam organisasi yaitu BEM FKIP, FPPI
dan HIMASAKTA.

MOTO

Kegagalan bukanlah akhir dari segalanya,
Tapi kegagalan adalah motivasi untuk
selalu memberikan yang terbaik.

Persembahan
Segala Puji syukurku ucapkan kepada Allah SWT, Dzat Yang Maha
Sempurna Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Muhammad
SAW.
Kupersembahkan karya kecil ini kepada :
 Orang tuaku, Bapak (Sinardi) dan ibu (Hartati), yang telah

membesarkan, mendidik dan selalu mendo’akan yang terbaik untuk
keberhasilanku. Semoga suatu hari nanti Leo mampu membahagiakan

Bapak dan ibu.

 Adik-adikku Piki, Roji, dan Rendra yang telah memberikan do’a,

dukungan dan semangatnya kepadaku.
 Septiana Kurniasih, S.Pd tercinta yang telah memberikan do’a,

dukungan, kasih sayang dan semangatnya kepadaku.
 Seluruh keluarga besar yang terus memberikan do’anya, terima kasih.
 Para guru dan dosenku yang telah sabar dan ikhlas memberikan bekal

ilmu kepadaku, terimaksih atas ilmu yang telah diberikan.
 Sahabat-sahabatku baik di kampus maupun di luar kampus, terimakasih

atas kebersamaan yang telah diberikan.
 Almamater Universitas Lampung tercinta

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT
Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013-2014)
adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer,M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat kepada penulis
selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik.
2. Ibu Dr. Tina Yunarti, M.Si., selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran,
memberikan perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat kepada


penulis selama penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik.
3. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung beserta staf dan jajarannya;
4.

Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA dan Dosen
pembahas atas kesediaan memberikan kritik dan saran dalam proses
penyelesaian skripsi ini;

5.

Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika;

6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
7. Bapak Sudjasman, S.H., selaku kepala SMP Negeri 8 Bandarlampung beserta
Wakil, staf, dan karyawan yang telah memberikan kemudahan selama

penelitian.
8. Ibu Nurbaiti, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam
penelitian.
9. Seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 20132014, khususnya siswa kelas VIIIE, VIIIF, VIIE dan VIIF atas perhatian dan
kerja sama yang telah terjalin.
10. Bapak dan ibuku, terimakasih atas perhatian, kasih sayang, dan do’a yang
selalu diberikan kepadaku.
11. Adik-adikku (Piki, Roji dan Rendra) yang telah memberikan doa, semangat,
dan motivasi kepadaku.
12. Septiana Kurniasih, S.Pd tercinta yang telah memberikan do’a, dukungan dan
semangatnya padaku.

13. Paman-pamanku (Saduk, Yansyah, Hanzaini, Pudit dan Yaidin) beserta
keluarga yang telah banyak memberikan sumbangan baik materi maupun
pemikirannya.
14. Sepupu-sepupuku (Icun, Nita, Lipi, Dita,Yoyoh, dan Nindi) terimakasih atas
do’a, dukungan dan semangatnya kepadaku.
15. Yurismah dan keluarga yang telah memberikan dukungan kepadaku.
16. Teman-temanku (Adi, Arif, Umpu, Restu, Sulis, Risa, Vira, Rita, Vera, Vindi,
Lia, Masni, Arini, Nurdin, Yulian, Elvandri dan Udin) terimakasih atas

kebersamaan yang telah diberikan.
17. Teman-teman, seluruh angkatan 2009 Pendidikan Matematika.
18. Teman-teman seperjuangan PPL di SMP Negeri 2 Padang Cermin dan KKN
di desa Way Urang.
19. Pak Liyanto, penjaga Gedung G, terima kasih atas bantuan dan perhatiannya
selama ini.
20. Almamater tercinta.
21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap semoga bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan
pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.

Bandarlampung, 23 Juni 2014
Penulis

Leo Chandra

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

ix

I.

II.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................

1


B. Rumusan Masalah ..............................................................................

7

C. Tujuan Penelitian ...............................................................................

7

D. Manfaat Penelitian .............................................................................

7

E. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................

9

TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran matematika ....................................................................


10

B. Efektivitas Pembelajaran .....................................................................

12

C. Pemahaman Konsep Matematis ..........................................................

13

D. Pembelajaran Kooperatif tipe TGT .....................................................

15

E. Pembelajaran Konvensional .................................................................

22

F. Kerangka Pikir......................................................................................


23

G. Anggapan Dasar .................................................................................

25

H. Hipotesis ..............................................................................................

25

III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel ...........................................................................

26

B. Desain Penelitian ................................................................................

27
vi

C Data Penelitian ....................................................................................

28

D. Teknik Pengumpulan Data .................................................................

28

F. Instrumen Penelitian .............................................................................

29

1. Validitas Instrumen ........................................................................

30

a. Uji Reliabilitas Instrumen ..............................................................

32

b. Tingkat Kesukaran .........................................................................

33

c. Daya Pembeda ................................................................................

34

G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...............................................

35

1. Uji Normalitas ................................................................................

35

2. Uji Homogenitas Varians ...............................................................

37

3. Uji Hipotesis ..................................................................................

38

4. Uji Proporsi ....................................................................................

40

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ...................................................................................

41

1. Uji Hipotesis ..................................................................................

42

2. Uji Proporsi ....................................................................................

43

B. Pembahasan ........................................................................................

45

V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .........................................................................................

51

B. Saran ...................................................................................................

51

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

53

LAMPIRAN ....................................................................................................

55

vii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1 Perhitungan Poin Permainan untuk Empat Pemain ...............................

18

2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok ............................................................

20

3.1 Hasil Mid Semester Siswa Kelas VII SMPN 8 Bandarlampung ............

27

3.2 Desain Penelitian ...................................................................................

28

3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep.......................................

30

3.4 Validitas Butir Soal ................................................................................

32

3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran .....................................................

34

3.6 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ...........................................................

35

3.7 Hasil Uji Normalitas .............................................................................

36

3.8 Uji Homogenitas .....................................................................................

37

4.1 Rekapitulasi Nilai Pemahaman Konsep Matematis Siswa ...................

41

4.2 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................

42

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

A. Perangkat Pembelajaran
A.1 Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) TGT .........................

55

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ............

97

A.3 Lembar Latihan Soal .....................................................................

132

A.4 Soal Permainan (Games) .............................................................

144

A.5 Soal Turnamen (Tournament) .....................................................

150

B. Instrumen Penelitian
B.1 Kisi-Kisi Soal-Soal Post-test .....................................................

154

B.2 Soal Post-test ..............................................................................

155

B.3 Kunci Jawaban Soal Post-test .......................................................

157

B.4 Form Penilaian Post-test ..............................................................

161

C. Analisis Data
C.1 Hasil Post-test Kelas Uji Coba .....................................................

163

C.2 Analisis Reliabilitas Hasil Uji Coba Post-test .............................

164

C.3 Analisis Daya Beda dan Tingkat Kesukaran ................................

165

C.4 Hasil Nilai Post-test Kelas Eksperimen .......................................

168

C.5 Hasil Nilai Post-test Kelas Kontrol ..............................................

169

C.6 Uji Normalitas Post-test Kelas Eksperimen ...............................

170

C.7 Uji Normalitas Post-test Kelas Kontrol ........................................

174

C.8 Uji Homogenitas Varians Data Post-test ......................................

178

C.9 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Pihak Kanan Post-test ..........

179

C.10 Analisis Pemahaman Konsep .......................................................

184

C.11 Analisis Pencapaian Indikator .....................................................

186

ix

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena
pendidikan dapat mengembangkan potensi diri seseorang untuk mencapai
kesejahteraan hidupnya. Pendidikan yang baik tentunya akan mencetak sumber
daya manusia yang berkualitas baik pula dari segi spiritual maupun intelegensi
serta mampu menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan dan
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa
terhadap Tuhan YME, berilmu, kreatif, sehat dan kepribadian yang mantap dan
mandiri, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia saat ini telah banyak
dilakukan oleh guru, masyarakat dan pemerintah tidak terkecuali di Lampung.
Peningkatan mutu pendidikan ini dilakukan di segala bidang pelajaran tidak
terkecuali bidang matematika. Sebagai salah satu bidang ilmu yang sangat erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari, matematika perlu dipelajari dan
dipahami dengan baik. Pada kenyataannya sampai saat ini matematika masih
dianggap sebagai salah satu pelajaran yang sulit, hal ini menyebabkan pelajaran
matematika tidak favorit dibandingkan dengan pelajaran lain.

2

Salah satu penyebab pelajaran matematika menjadi tidak favorit di sekolah karena
matematika berhubungan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hudoyo (1988:3) yang menyatakan bahwa
matematika berkenaan dengan ide-ide dan konsep yang abstrak dan tersusun
secara hierarki dan penalaran deduktif. Berdasarkan pendapat di atas maka
seharusnya matematika diajarkan secara sistematis dan berkelanjutan sehingga
usaha yang sedemikian itu diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar
matematika. Salah satu hal yang sangat penting dikuasai oleh siswa dalam belajar
matematika yaitu pemahaman konsep, karena dengan memahami konsep siswa
akan lebih mudah untuk mempelajari matematika.

Guru juga dituntut untuk

mampu lebih kreatif dalam mengajar agar ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak
itu dapat disajikan dalam bentuk yang lebih mudah dipahami oleh siswa.

Pentingnya pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika sesuai dengan
tujuan utama pembelajaran matematika yang dinyatakan dalam (Permendiknas no
22 tahun 2006) yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan
antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat,
efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Berdasarkan tujuan dari
pembelajaran matematika maka diharapkan setelah mengikuti pembelajaran siswa
mampu menguasai konsep matematika sehingga kemampuan tersebut dapat
mempermudah siswa dalam memecahkan berbagai masalah pada pelajaran
matematika.

Namun pada kenyataanya pemahaman konsep dalam pembelajaran matematika
merupakan bentuk kesulitan lain yang dihadapi sebagian besar siswa di Indonesia.

3

Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2011
dinyatakan bahwa prestasi matematika siswa Indonesia berada pada urutan ke-38
dari 42 negara dengan skor rata-rata 386 (Mullis dkk, 2012). Hal yang tidak jauh
berbeda juga terlihat pada hasil studi Programme for International Student
Assesment (PISA) pada tahun 2013, Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65
negara dalam mata pelajaran matematika (OECD, 2013). Hasil survey tersebut
mengindikasikan siswa di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam belajar
diduga salah satu penyebabnya karena rendahnya kemampuan dasar yang dimiliki
siswa. Sebagai salah satu kemampuan dasar dalam pembelajaran matematika
yaitu pemahaman konsep, harusnya dikuasai dengan baik oleh siswa. Namun
berdasarkan survey tersebut kuat dugaan bahwa rendahnya posisi Indonesia
disebabkan karena rendahnya pemahaman konsep matematis siswa. Salah satu
sekolah di Indonesia yang memiliki pemahaman konsep seperti sekolah di
Indonesia pada umumnya yaitu SMP Negeri 8 Bandarlampung.

Berdasarkan hasil ujian mid semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014 kelas VII
SMP Negeri 8 Bandarlampung yang diikuti oleh 258 siswa diperoleh informasi
bahwa pemahaman konsep matematis siswa masih sangat rendah yaitu hanya
memiliki rata-rata nilai 40,63. Hal ini menyebabkan banyaknya siswa kelas VII
di SMP Negeri 8 Bandarlampung tidak tuntas belajar atau memiliki nilai di bawah
KKM yang telah ditetapkan yaitu

. Rendahnya pemahaman konsep matematis

siswa disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya faktor dari diri siswa itu
sendiri, guru, model pembelajaran yang digunakan guru, maupun lingkungan
belajar.

4

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru matematika di SMP Negeri 8
Bandarlampung, diketahui pula bahwa pada proses pembelajaran masih berpusat
pada guru. Proses pembelajarannya dimulai dari guru menjelaskan materi dan
contoh soal, setelah itu memberikan latihan soal kepada siswa. Pada proses
belajar seperti ini, siswa hanya aktif sebagai penerima ilmu pengetahuan.
Meskipun ada kegiatan diskusi, biasanya hanya melibatkan siswa tertentu. Siswa
banyak duduk diam mendengarkan dan mencatat apa yang disampaikan dan
sedikit peluang untuk bertanya, sehingga siswa kurang aktif selama proses
pembelajaran. Kurang aktifnya siswa dalam proses pembelajaran mengakibatkan
rendahnya pemahaman konsep matematis siswa.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep matematis
siswa adalah adanya paradigma yang keliru dari guru yang menganggap bahwa
pengetahuan itu dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.
Hal ini menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran guru bertugas
menyampaikan suatu pengetahuan dan tugas siswa hanya menerimanya.
Pembelajaran yang seperti ini tidak membuat siswa terlibat secara maksimal
dalam pembelajaran. Sehingga siswa tidak kreatif dalam belajar dan juga siswa
cenderung acuh dengan apa yang disampaikan oleh guru.

Model pembelajaran yang dipilih oleh guru juga berperan dalam menentukan
tingkat pemahaman konsep matematis yang diperoleh siswa. Pemilihan model
pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi yang akan diajarkan menyebabkan
tujuan yang ingin dicapai dari suatu pembelajaran tidak tercapai.

Pemilihan

model pembelajaran yang salah biasanya juga membuat siswa kurang semangat

5

dalam belajar dan motivasi, hal ini menyebabkan pembelajaran tidak efektif
sehingga berdampak pada rendahnya pemahaman konsep matematis.

Ada banyak alternatif yang bisa dilakukan dalam upaya meningkatkan
pemahaman konsep matematis siswa. Salah satu alternatif yang cocok digunakan
untuk siswa yang memiliki karaktristik seperti itu adalah dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari
beberapa tipe di antaranya TGT (teams games tournament). Model pembelajaran
kooperatif tipe TGT merupakan salah satu model pembelajaran yang menuntut
siswa aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Adapun langkah-langkah
pembelajaran kooperati tipe TGT seperti yang diungkapkan oleh Slavin (2005:
166) “ yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5
tahapan yaitu : presentasi kelas (class precentation), belajar dalam kelompok
(teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan perhargaan
kelompok (team recognition)”.

Tahapan pertama siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang
heterogen dan terdiri dari 4-5 orang. Setiap kelompok diberikan lembar latihan
soal yang dikerjakan dengan cara diskusi. Setelah diskusi dan latihan soal selesai
dikerjakan, diadakan permainan (games) yang dimaksudkan agar dapat
memperkuat pemahaman kosep matematis yang diperoleh selama diskusi dan
mengerjakan latihan soal. Kemudian turnamen (tournament) dilaksanakan pada
pertemuan ke 4 dan ke 8 bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep
matematis yang diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung. Turnamen
dilakukan dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok sesuai dengan

6

kemampuan yang dimilikinya. Tiap kelompok diberikan soal berdasarkan tingkat
kemampuan mereka masing-masing.

Salah satu ciri dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah belajar dalam
kelompok yang heterogen. Melalui kelompok itu siswa diberikan lembar latihan
soal yang dikerjakan secara berdiskusi. Dalam kelompok yang heterogen ini
masing-masing siswa akan saling bertukar pikiran sehingga hal ini dapat
membantu proses pemahaman konsep matematis yang merupakan elemen penting
dalam pembelajaran matematika.

Pada pembelajaran kooperatif tipe TGT tahapan permainan (games) dilakukan
setelah siswa selesai mengerjakan latihan soal, permainan bertujuan untuk
mengukur pemahaman konsep yang di dapat siswa pada tahap diskusi. Permainan
juga berfungsi membuat suasana belajar kondusif, memotivasi siswa dan
menimbulkan daya saing antar sesama siswa, adanya motivasi dan daya saing
antar sesama siswa akan mendorong siswa untuk lebih giat lagi dalam belajar,
sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Tahapan
turnamen (tournament) di laksanakan setelah siswa selesai mengerjakan latihan
soal, turnamen bertujuan untuk menguatkan kemampuan pemahaman konsep
matematis siswa. Turnamen juga berfungsi memotivasi siswa, meningkatkan daya
saing, dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Efektivitas Model Pembelajaran kooperatif tipe TGT Ditinjau dari

7

Pemahaman Konsep Matematis Siswa di SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun
pelajaran 2013-2014”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka yang menjadi permasalahan
dalam penelitian ini adalah: “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe TGT
efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 8
Bandarlampung”
Dari rumusan masalah di atas, maka dapat dijabarkan pertanyaan penelitian
sebagai berikut.
1. Apakah pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional ?
2. Apakah persentase siswa tuntas belajar yang mengikuti pembelajaran
kooperatif tipe TGT lebih dari atau sama dengan 75% dari jumlah siswa?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran kooperatif tipe TGT ditinjau dari pemahaman konsep matematis
siswa VII SMP Negeri 8 Bandarlampung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini diantaranya:
1. Manfaat teoritis

8

Setelah dilaksanakan penelitian ini secara teoritis diharapkan mampu
memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika,
terutama

terkait

dengan

pemahaman

konsep

matematis

siswa

dan

pembelajaran kooperatif tipe TGT.
2. Manfaat praktis
a. Manfaat bagi sekolah
Sebagai salah satu alternatif dalam pembelajaran yaitu dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT.
b. Guru dan calon guru
Bagi guru dan calon guru penelitian ini sebagai tambahan informasi
tentang salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran
matematika yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini dilihat dari beberapa aspek
yaitu:
a. Aspek

pemahaman

konsep

matematis

siswa.

Dalam

penelitian

ini

pembelajaran dikatakan efektif apabila pemahaman konsep matematis siswa
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
b. Aspek ketuntasan belajar siswa. Dikatakan tuntas apabila minimal 75% siswa
tuntas belajar.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian ini diawali dengan
guru memberikan informasi mengenai materi yang akan dibahas, kemudian

9

siswa dikelompokkan yang terdiri dari 4-5 orang siswa, siswa melakukan
diskusi kelompok, pelaksanaan permainan dilakukan setiap pertemuan, dan
pertandingan atau turnamen dilakukan di pertemuan ke 4 dan pertemuan ke 8.
3. Pemahaman konsep siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami isi
materi pelajaran matematika berupa ide abstrak yang dapat dilihat melalui
hasil tes. Pemahaman konsep yang dimaksudkan adalah kemampuan siswa
dalam (a) Menyatakan ulang suatu konsep (b) Menggolongkan objek-objek
menurut sifat-sifat tertentu (c) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep
(d) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representatif matematika (e)
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu dan
(f) Mengaplikasikan konsep

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika
Pembelajaran merupakan suatu proses hubungan timbal balik antara guru dengan
siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan lingkungan belajar, serta
pembelajaran juga memiliki tujuan yang akan dicapai.

Hal ini senada dengan

pendapat yang diungkapkan Arihi dan Iru (2012:1), “yang menyatakan bahwa
pembelajaran merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar
dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal,
sehingga kompentensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai”. Sementara itu
Usman (2002: 4),”menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atau suatu dasar hubungan
timbal balik yang berlangsung di situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu”.
Lebih lanjut Abdurrahman (1999:28) ”mengungkapkan bahwa belajar merupakan
suatu proses dari seorang individu yang berupaya mencapai tujuan belajar atau
hasil belajar, yaitu suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap”.
Pembelajaran juga merupakan proses pendewasaan dan perubahan tingkah laku
dari kurang baik menjadi lebih baik. Hal ini sesuai dengan tujuan belajar seperti
yang diungkapkan oleh Sardiman (2007: 25) ”Tujuan belajar ada tiga jenis, yaitu:
a) Untuk mendapatkan pengetahuan, b) Penanaman konsep keterampilan baru, c)
Pembentukan sikap”.

11

Hudoyo (1988:3) “menyatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide dan
konsep yang abstrak dan tersusun secara hierarki dan penalaran deduktif”.
Pendapat lain seperti yang diungkapkan oleh Soedjadi (2000:13) mengatakan
bahwa karateristik dari matematika yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Memiliki objek kajian abstrak.
Bertumpu pada kesepakatan.
Berpola pikir deduktif.
Memiliki simbol yang kosong dari arti.
Memperhatikan semesta pembicaraan.
Konsisten dalam sistemnya.

Nurhadi (2004: 8), “menyatakan bahwa belajar matematika berarti belajar ilmu
pasti, belajar ilmu pasti berarti belajar bernalar”. Berdasarkan pendapat di atas
matematika

seharusnya

berhubungan

dengan

dipelajari

secara

konsep-konsep

yang

sistematis
abstrak.

karena

matematika

Pemahaman

akan

konsep-konsep matematika akan membantu siswa mencapai tujuan dari
pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses pengembangan bakat dan minat
dari siswa guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pembelajaran juga

merupakan suatu proses hubungan timbal balik siswa dengan guru maupun siswa
dengan siswa.

Hubungan timbal balik yang dimaksud adalah proses saling

bertukar pikiran antara siswa dengan guru, maupun siswa dengan siswa dalam
rangka mencapai tujuan dari pembelajaran yang telah ditetapkan.

B. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas secara harfiah berasal dari kata efektif, sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008) efektivitas berasal dari kata efektif

12

yang berarti berhasil guna yang bisa diartikan sebagai kegiatan yang dapat
memberikan hasil yang maksimal. Efektivitas juga berarti terciptanya suasana
belajar yang kondusif sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan
hasil yang maksimal. Pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Sutikno
(2005) “pembelajaran efektif berarti merupakan kemampuan dalam melaksanakan
pembelajaran yang telah direncanakan sehingga memungkinkan siswa dapat
belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan”.
Senada dengan pendapat yang diungkapkan oleh Hamalik (2004:171),
pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar
Penyediaan kesempatan untuk belajar secara mandiri ini diharapkan dapat
membantu

siswa dalam memahami

makna pembelajaran

yang sedang

dipelajarinya.
Lebih lanjut Rohani (2004:28) “menyatakan prinsip efisien dan efektif dalam
pembelajaran adalah apabila proses pengajarannya menggunakan waktu yang
cukup sekaligus dapat membuahkan hasil secara tepat dan cermat serta optimal”.
Mulyasa (2006: 193) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan efektif jika
mampu memberikan pengalaman baru, dan membentuk kompetensi peserta didik,
serta mengantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Hal ini
dapat dicapai dengan melibatkan peserta didik dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan penilaian pembelajaran. Seluruh peserta didik harus dilibatkan secara penuh
agar bergairah dalam pembelajaran, sehingga suasana pembelajaran betul-betul
kondusif, dan terarah pada tujuan dan pembentukkan kompetensi peserta didik.

13

Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nasution (2002: 27)
“bahwa belajar yang efektif hasilnya merupakan pemahaman, pengetahuan, atau
wawasan”. Lebih lanjut, Nugraha (1985: 63) mengemukakan bahwa kriteria
efektivitas pembelajaran, yaitu apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah
siswa tuntas belajar atau mancapai nilai KKM yang telah ditentukan. Dalam
penelitian ini pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran tersebut
memberikan kesempatan yang luas pada siswa, tepat guna, tercipta suasana yang
kondusif dan mencapai tujuan yang diharapkan sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan dan siswa tuntas belajar 75% dari jumlah siswa.

C. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman berasal dari kata paham, dalam kamus besar bahasa Indonesia
(Depdiknas, 2008) “paham berarti mengerti dengan benar, tahu benar, sehingga
pemahaman dapat dimaksudkan sebagai proses, cara atau perbuatan memahami”.
Pendapat lain seperti yang diungkapkan oleh Soedjadi (2000: 13) “konsep adalah
ide abstrak yang digunakan untuk menggolongkan sekumpulan objek yang
biasanya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata”. Konsep
berhubungan dengan definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi
suatu konsep.

Pendapat lain seperti yang diungkapkan Hamalik (2002: 164) mengatakan bahwa
peranan konsep dalam suatu pembelajaran terangkum sebagai berikut:
1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.
2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di
sekitar mereka.
3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan
lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat

14

menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari
sesuatu yang baru.
4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental.
5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.

Dalam penelitian ini nilai pemahaman konsep matematis siswa diperoleh dari
hasil tes pemahaman konsep mengacu pada pendapat Wardhani (2008)
menyatakan bahwa indikator yang menunjukkan suatu pemahaman konsep adalah
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Menyatakan ulang suatu konsep.
Menggolongkan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu.
Memberi contoh dan noncontoh dari konsep.
Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika.
Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.
Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu.
Mengaplikasikan konsep.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini
pemahaman konsep matematis yang dimaksud adalah kemampuan untuk (a)
Menyatakan ulang suatu konsep (b) Menggolongkan objek-objek menurut sifatsifat tertentu (c) Memberi contoh dan non-contoh dari konsep (d) Menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representatif matematika (e) Menggunakan,
memanfaatkan,

dan

memilih

prosedur

atau

operasi

tertentu

dan

(f)

Mengaplikasikan konsep.

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Pembelajaran kooperatif sebagai suatu sikap dalam bekerja di antara sesama
dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua
orang atau lebih keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap
anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah

15

satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok
belajar yang beranggotakan tiga sampai empat orang siswa yang memiliki
kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan
materi, kemudian siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing.

Arihi dan Iru (2012:63) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe
TGT merupakan pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok,
setiap siswa dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda.
Arihi dan Iru (2012:63) juga menyatakan tujuan pembelajaran kooperatif tipe
TGT yaitu: 1) Hasil belajar akademik 2) Penerimaan keseragaman atau melatih
siswa untuk menghargai dan mengikuti orang lain 3) Mengembangkan
keterampilan sosial.

Pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Slavin (2005:163) mengatakan
bahwa secara umum TGT sama saja dengan STAD kecuali TGT mengunakan
turnamen akademik, dan menggunakan kuis-kuis dan sistem skor kemajuan
individu, dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota
tim lain yang kinerja akademik sebelumnya setara dengan mereka.

Slavin

(2005:164) “mengatakan bahwa ada 3 ciri dari metode pembelajaran kooperatif
tipe TGT ini yaitu siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil, games
tournament, dan penghargaan kelompok”.

1. Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4
sampai 5 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang

16

berbeda. Heterogenitas anggota kelompok, diharapkan dapat memotifasi siswa
untuk saling membantu antar siswa yang berkemampuan lebih dengan siswa yang
berkemampuan kurang dalam menguasai materi pelajaran.

Hal ini akan

menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara
kooperatif sangat menyenangkan.

2. Game Tournament

Dalam permainan turnamen ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya masing - masing. Siswa yang mewakili kelompoknya, masingmasing ditempatkan dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 4
sampai 5 orang peserta berasal dari kelompok yang berbeda-beda. Dalam setiap
meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen. Permainan ini diawali dengan
memberitahukan aturan permainan. Setelah itu permainan dimulai dengan
membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh terbalik
di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).

Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai berikut.
Pertama, setiap pemain dalam tiap meja menentukan dulu pembaca soal dan
pemain yang pertama dengan cara undian.

Kemudian pemain yang menang

undian mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada
pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian
yang diambil oleh pemain.

Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh

pemain dan penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal.
Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan
hasil pekerjaannya yang akan ditangapi oleh penantang searah jarum jam. Setelah

17

itu pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada
pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan
jawaban benar.

Jika semua pemain menjawab salah, maka kartu dibiarkan saja. Permainan
dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan.
Posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja
turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan penantang. Disini
permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta harus
mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan pembaca
soal.

Dalam permainan ini pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan
membuka kunci jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban
pada peserta lain. Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu
meja menghitung jumlah kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang
diperoleh berdasarkan tabel yang telah disediakan. Selanjutnya setiap pemain
kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh kepada
ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh anggota
kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria
penghargaan yang diterima oleh kelompoknya.

3. Penghargaan Kelompok

Langkah

pertama

sebelum

memberikan

penghargaan

kelompok

adalah

menghitung rata-rata skor kelompok. Dalam memilih rata-rata skor kelompok

18

dilakukan dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing
anggota kelompok dibagi dengan dibagi dengan banyaknya anggota kelompok.
Pemberian penghargaan didasarkan atas rata -rata poin yang didapat oleh
kelompok tersebut. Penentuan poin yang diperoleh oleh masing-masing anggota
kelompok didasarkan pada jumlah kartu yang diperoleh.

Seperti ditunjukkan

pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain dengan

Poin Bila Jumlah Kartu yang di Peroleh

Skor Tertinggi

60

Skor Tinggi

40

Skor Rendah

30

Skor Terendah

20
Sumber : (Slavin, 2005:175)

Menurut Slavin (2005: 163) pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari 5
langkah tahapan yaitu : presentasi kelas (class precentation), belajar dalam
kelompok (teams), permainan (games), pertandingan
perhargaan kelompok, ( team recognition).

(tournament), dan

Seperti yang dijabarkan sebagai

berikut ini.

a. Presentasi kelas

Mempersentasikan

materi secara umum pada awal pembelajaran. Pada saat

presentasi kelas siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami
penjelasan yang disampaikan guru, karena akan sangat membantu siswa bekerja
lebih baik pada saat kerja kelompok atau diskusi berlangsung.

19

b. Kelompok (team)

Siswa bekerja dalam kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 5 orang
anggota dengan kemampuan akademik berbeda. Setelah guru menginformasikan
materi, dan tujuan pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan
latihan soal yang telah disediakan. Dalam kelompok terjadi diskusi sesama
anggota untuk memahami konsep secara bersama, saling bertukar jawaban, dan
mengoreksi jika ada anggota kelompok yang salah dalam menjawab soal-soal
pada lembar latihan soal.

c. Permainan (game)

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok atau diskusi
kelompok.

Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana

bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan
yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan
mendapat skor. Jika memungkinkan, skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa
untuk turnamen mingguan.

d. Turnamen (tournament)

Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah
guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja
atau dalam penelitian ini yang dimaksud lembar kerja adalah Lembar Latihan
Soal. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen.
Setiap meja turnamen diisi oleh siswa-siswa dengan kemampuan yang sama.

20

e. Penghargaan kelompok (team recognition)

Pemberian penghargaan dilakukan berdasarkan pada rata-rata poin yang diperoleh
oleh kelompok dari permainan. Penghargaan ini akan diberikan kepada tim yang
memenuhi kategori rata-rata poin sebagai berikut.

Tabel 2.2 Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria rata-rata kelompok
40
45
50

Predikat
Tim Baik
Tim Baik Sekali
Tim Istimewa
(Slavin, 2005:175)

Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada
kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa, misalnya, akan mengambil sebuah
kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari
semua tingkat kemampuan untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Pada
pelaksanaannya, soal yang sulit untuk siswa pintar, dan soal yang lebih mudah
untuk siswa yang kemampuannya sedang, dan soal yang sangat mudah untuk
siswa yang kemampuannya rendah. Hal ini dimaksudkan agar semua siswa dapat
menyumbangkan poin untuk kelompoknya masing-masing. Turnamen dapat
dijadikan salah satu alat ukur kemampuan siswa dalam menguasai suatu materi
atau bis juga dijadikan sebagai salah satu alternatif penilaian oleh guru.

Pengelompokan siswa yang heterogen mendorong interaksi yang kritis dan saling
mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan atau kognitif.
Penelitian

psikologi

kognitif

menemukan

bahwa

jika

informasi

ingin

dipertahankan di dalam memori dan berhubungan dengan informasi yang sudah

21

ada di dalam memori, orang yang belajar harus terlibat dalam semacam
pengaturan kembali kognitif, atau elaborasi dari materi. Salah satu cara elaborasi
yang paling efektif adalah menjelaskan materinya kepada orang lain.

Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi penekanan dalam
proses implementasinya dan sangat mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.
Secara psikologis, lingkungan belajar yang diciptakan guru dapat direspon
beragam oleh siswa sesuai dengan modalitas mereka.

Dalam hal ini,

pembelajaran kooperatif tipe TGT, memiliki keunggulan dan kelemahan dalam
implementasinya terutama dalam hal pencapaian hasil belajar dan efek psikologis
bagi siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa Model
pembelajaran kooperatif tipe TGT, merupakan suatu model yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk lebih berperan aktif, bersaing, dan berkolaborasi
dalam suatu proses pembelajaran. Sehingga pada prosesnya siswa akan
mendapatkan pengalaman belajar yang lebih dan tercipta suasana yang
menyenangkan pada proses belajar itu sendiri.

Adapun susunan meja dalam

turnamen akademik menurut Slavin (2005:168) seperti yang dapat dilihat pada
bagan 2.1:

E. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang paling sering
digunakan guru di sekolah dari dulu sampai sekarang. Pembelajaran

22

konvensional ini ditandai dengan lebih banyak guru berceramah di kelas. Sanjaya
(2009: 177) mengungkapkan bahwa :
Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang
menekankan pada penyampaian materi secara verbal dari seorang guru
kepada kelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi
secara optimal.
pembelajaran konvensional merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru.

Pendapat di atas didukung oleh Ruseffendi (2006) mengungkapkan bahwa
pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya
lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan
berhitung, mengutamakan hasil daripada proses, dan pengajaran berpusat pada
guru.

Berdasarkan pendapat

di

atas

dapat

disimpulkan bahwa

pembelajaran

konvensional adalah pembelajaran yang diterapkan oleh kebanyakan guru yang
bersifat klasikal, pemahaman siswa dibangun berdasarkan hafalan dan juga
menggunaan metode yang digunakan berupa ceramah, memberikan contoh, dan
latihan-latihan soal.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran kooperatif tipe TGT membiasakan siswa untuk memahami konsep
dari suatu materi. Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran ini siswa akan dituntut untuk berperan aktif selama proses
pembelajaran berlangsung. Pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari
beberapa tahapan - tahapan pertama yaitu presentasi kelas pada tahapan ini pokok
materi yang akan dibahas disajikan oleh guru secara umum. Tahap kedua yaitu

23

pembentukan tim yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa setelah tim terbentuk
siswa berdiskusi antar sesama anggota kelompok. Kemudian siswa bersama-sama
mengerjakan latihan soal yang terdiri dari soal-soal uraian setelah melalui tahapan
ini siswa diharapkan mampu menyatakan ulang suatu konsep, memberi contoh
dan non contoh dari konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur.

Kemudian untuk kembali memperdalam kemampuan pemahaman konsep siswa
pada tahap ketiga yaitu games terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan
untuk menguji pemahaman konsep yang diperoleh pada saat presentasi kelas dan
diskusi berlangsung pada tahap ini siswa dapat mengembangkan kemampuan
pemahaman konsep di antaranya menyatakan ulang suatu konsep, menggolongkan
objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberi contoh dan non contoh dari
konsep, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dan mengaplikasikan
suatu konsep.

Setelah pelaksanaan games pemahaman konsep matematis siswa kembali
dikuatkan melalui pelaksanaan pertandingan yang terdiri dari beberapa soal,
sehingga setelah melalui tahapan ini siswa diharapkan benar-benar sudah mampu
memahami suatu konsep matematis. Tahapan terakhir yaitu penghargaan tim,
penghargaan ini berdasarkan kriteria-kriteria penilaian yang telah ditetapkan, hal
ini bertujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar aktif selama proses
pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa siswa yang mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
akan lebih aktif dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

24

Berdasarkan hal tersebut diduga hasil belajar matematika siswa dengan
pembelajaran kooperatif tipe TGT akan lebih besar jika dibandingkan dengan
hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional.

TEAM A
A-1 A-2
A-3
A-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja
Turnamen
1

Meja
Turnamen
2

B-1
B-2
B-3
B-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah

Meja
Turnamen
3

Meja
Turnamen
4

C-1
C-2
C-3
C-4
Tinggi Sedang Sedang Rendah

TEAM B
Bagan: 2.1 Susunan Meja pada Turnamen Akademik

TEAM C

G. Anggapan Dasar

Penelitian ini memiliki anggapan dasar sebagai berikut.
1. Semua siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 8 Bandarlampung tahun
pelajaran 2013/2014 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.

25

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dianggap memilki pengaruh yang
sama.

H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif
tipe TGT lebih tinggi dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
2. Persentase ketuntasan siswa yang mengikuti pemebelajaran kooperatif tipe
TGT lebih dari atau sama dengan 75%.

26

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini di laksanakan di SMP Negeri 8 Bandarlampung yang beralamat di
jalan Untung Suropati 16, Kampung Baru, Kedaton, Bandarlampung. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester ganjil SMP Negeri 8
Bandarlampung tahun pelajaran 2013-2014 yang berjumlah 258 siswa dan
terdistribusi dalam sebelas kelas dengan satu kelas unggulan dan sepuluh kelas
lainnya memiliki rata-rata kemampuan yang sama (Tabel 3.1).

Pengambilan

sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Mengambil 10 kelas yang bukan kelas unggulan sebagai populasi dari 11
kelas yang ada untuk mencari populasi yang mendekati nilai awal yang sama
(lihat Tabel 3.1).
2. Mengambil 2 kelas dari 10 kelas yang merupakan populasi dengan rata-rata
kemampuan awal sama/hampir sama (dengan ketentuan 2 kelas tersebut diajar
oleh guru yang sa

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams-Games Tournament) terhadap pemahaman konsep matematika siswa

1 8 185

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012)

0 7 53

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pekalongan Kab. Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 39

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

1 9 42

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 10 42

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 34

EFEKTIVITAS MODEL DISCOVERY LEARNING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014-2015)

1 13 58

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 60