PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP

MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Basar Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Cici Zulfa Kirana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar

Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013) Oleh

CICI ZULFA KIRANA

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruhh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMPN 1 Terbanggi Besar. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar tahun pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII A sebagai kelas kontrol yang dipilih dengan teknik Purposive Random Sampling. Berdasarkan hasil analisis data dan hasil uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran tipe Make A Match lebih baik dari pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran tipe Make A Match terhadap pemahaman konsep matemattis siswa.


(3)

Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match, Pemahaman Konsep Matematis.


(4)

(5)

(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 8

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 9

a. Model Pembelajaran ... 9

b. Pembelajaran Kooperatif ... 10

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match ... 12

3. Pemahaman Konsep Matematis ... 17

B. Kerangka Pikir ... 20


(8)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 23

B. Desain Penelitian ... 23

C. Langkah-Langkah Penelitian ... 23

D. Data Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 24

F. Instrumen Penelitian ... 24

1. Instrumen Tes ... 24

2. Pelaksanaan Tes Uji Coba ... 26

3. Analisis perangkat Tes ... 26

a. Validitas Isi ... 27

b. Reliabilitas ... 27

G. Analisis Data ... 28

1. Uji Normalitas ... 28

2. Uji Homogenitas Varians Populasi ... 29

3. Uji Hipotesis ... 30

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

B. Pembahasan ... 37

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud adalah untuk mencerdaskan siswa, mengembangkan potensi siswa, dan menghasilkan perubahan yang lebih baik untuk siswa.

Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan formal dilaksanakan di sekolah melalui berbagai mata pelajaran. Salah satu mata pelajaran yang paling dasar ialah pelajaran matematika. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri peserta didik yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sis-tematis, dan memiliki sifat objektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu per-masalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun di dalam kehidupan sehari-hari (Widdhiharto, 2004: 2).

Pada pembelajaran matematika, dibutuhkan suatu pemahaman konsep matematis yang matang agar siswa dapat memecahkan suatu permasalahan dalam bidang matematika dengan baik. Pemahaman konsep memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi


(10)

2 dalam matematika. Jika siswa tidak memiliki pemahaman konsep matematis yang baik maka siswa tersebut kurang mengerti akan konsep materi-materi dalam matematika, sehingga siswa tidak dapat memecahkan permasalahan matematika dengan baik.

Memahami konsep matematika merupakan salah satu syarat untuk dapat menguasai matematika, karena konsep matematika merupakan objek pertama yang dipelajari dalam matematika selain berhitung. Pada setiap pembahasan materi baru, selalu diawali dengan pengenalan konsep, baik pengenalan konsep secara induktif maupun secara deduktif. Pengenalan konsep secara induktif yaitu berupa konsep-konsep yang menyangkut kehidupan sehari-hari, sedangkan pengenalan konsep secara deduktif yaitu berupa pemaparan konsep, definisi, dan istilah-istilah. Dalam matematika, kesalahan pemahaman suatu konsep terdahulu akan berpengaruh terhadap pemahaman konsep berikutnya. Pemahaman konsep awal yang salah, akan menyebabkan kesalahan pada pemahaman konsep selanjutnya, karena matematika merupakan pelajaran yang terstruktur. Sehingga untuk meningkatkan keberhasilan belajar matematika pemahaman konsep harus diperhatikan.

Pemahaman konsep dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan guru saat proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran yang saat ini digunakan oleh guru-guru adalah berbagai model pembelajaran yang inovatif. Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai tipe, diantaranya ialah STAD, NHT, TGT, Jigsaw, TPS, Make A Match dan masih banyak yang lainnya. Model pembelajaran Make A Match adalah model pembelajaran kooperatif yang


(11)

3 membagi siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif (cooperative group), selanjutnya setiap anggota kelompok membuat soal/pertanyaan dan jawaban pada kertas yang berbeda. Model pembelajaran mencari pasangan (Make A Match) dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Model ini dapat membangkitkan semangat siswa dengan mengikutsertakan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu keunggulan model pembelajaran Make A Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Berdasarkan observasi dan wawancara, pada umumnya masih banyak guru di Lampung Tengah yang menerapkan pendekatan konvensional pada pembelajaran matematika. Guru masih menjadi pusat dalam pembelajaran. Dominasi peran guru sangat terlihat dari awal hingga akhir pembelajaran. Guru menjelaskan konsep melalui metode ceramah kemudian memberikan beberapa contoh soal dan langkah-langkah pengerjaannya, latihan soal, dan pekerjaan rumah. Dengan demikian siswa cenderung pasif, enggan bertanya apabila terdapat materi pelajaran matematika yang belum dipahami dan hanya menerima penjelasan yang diberikan oleh guru tanpa ada timbal balik antara guru dengan siswa maupun antar siswa. Hal ini menyebabkan pemahaman konsep matematika siswa lemah.

Sehubungan dengan hal tersebut, perlu adanya suatu model pembelajaran mate-matika yang dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Penggu-naan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa dalam mempelajari matematika. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif diantara


(12)

4 siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian setiap siswa memiliki peluang yang sama dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal serta tercipta suasana yang menyenangkan. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah sehingga siswa dapat memahami konsep materi pelajaran dengan baik.

SMP N 1 Terbanggi Besar merupakan salah satu SMP di Lampung Tengah yang sebagian besar siswanya masih kurang dalam memahami suatu konsep pada pelajaran matematika. Guru matematika kelas VII SMP N 1 Terbanggi Besar juga mengatakan bahwa pelajaran matematika masih diangap sulit oleh siswa. Sebagian besar siswa kurang tertarik pada pelajaran matematika, siswa cenderung kurang memperhatikan dan kurang aktif saat pelajaran matematika berlangsung. Model pembelajaran Make A Match dirasakan perlu diterapkan dalam pengajaran matematika karena dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa pada konsep matematis. Dengan meningkatnya pemahaman konsep matematis, hasil belajar pun diharapkan meningkat pula. Selain itu dapat melatih guru dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu dari guru sebagai pusat belajar agar beralih ke siswa.

Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran tipe Make A Match pada siswa kelas VII SMP N 1 Terbanggi Besar semester genap tahun ajaran 2012/2013.


(13)

5 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran tipe Make A Match terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”.

Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan pertanyaan penelitian: “apakah pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran tipe Make A Match lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konven-sional?”.

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruuh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMPN 1 Terbanggi Besar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoritis

Penelitian secara teoritis diharapkan mampu memberikan sumbangan terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model pembelajaran kooperatif tipe Make A match. 2. Manfaat Praktis

Dilihat dari segi praktis, penelitian ini memberikan manfaat antara lain :

a. Bagi siswa, memperoleh pengalaman baru dalam belajar matematika, dimana mereka belajar secara berkelompok yang menuntut untuk memiliki


(14)

6 ketergantungan positif dan tanggung jawab untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan kelompok.

b. Bagi guru, memberikan wawasan tentang salah satu penerapan model pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran matematika. c. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain:

1. Model pembelajaran Make A Match atau mencari pasangan merupakan model pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini, siswa dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemegang masalah dan pemegang jawaban. Pada pembelajaran Make sA Match, siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang mereka dapatkan yang kemudian mereka harus mencocokkannya dengan jawaban atau soal yang sesuai dengan kartu mereka.

2. Pemahaman konsep matematis adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan tes. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberikan contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk represents matematika e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.


(15)

7 f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep.

3. Pengaruh adalah daya yang ditimbulkan dari penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match pada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP N 1 Terbanggi Besar. Selanjutnya model pembelajaran ini dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa apabila rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran Matematika

Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam proses pembelajaran adalah teori belajar konstruktivisme. Piaget (dalam Dahar, 1989: 159) berpendapat bahwa pengetahuan yang dibangun dalam pikiran anak, selama anak tersebut terlibat dalam proses pembelajaran merupakan akibat dari interaksi secara aktif dengan lingkungannya. Selain Piaget, dikenal pula Vygotzky sebagai ahli konstruktivisme sosial. Dinyatakan oleh Vygotzky (dalam Slavin, 2000: 17) bahwa perkembangan intelektual seorang anak yang sedang mengalami proses pembelajaran juga dipengaruhi oleh faktor sosial.

Dalam proses pembelajaran, secara lebih khusus konstruktivisme mempunyai pandangan bahwa seseorang pada umumnya melalui empat tahap dalam belajar sesuai yang dikemukakan Horsley (1990: 59) yaitu:

(1) tahap apersepsi, tahap ini berguna untuk mengungkapkan konsepsi awal siswa dan digunakan untuk membangkitkan motivasi belajar; (2) tahap eksplorasi, tahap ini berfungsi sebagai mediasi pengungkapan ide-ide atau pengetahuan dalam diri siswa; (3) tahap diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa diupayakan untuk bekerjasama dengan temannya, berusaha menjelaskan pemahamannya kepada orang lain dan mendengar, bahkan menghargai temuan temannya; (4) tahap pengembangan dan aplikasi konsep, tahap ini merupakan tahap untuk mengukur sejauh mana siswa telah memahami suatu konsep dengan menyelesaikan permasalahan.


(17)

9

Dalam Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama, dinyatakan bahwa salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran. Sementara itu, dikemukakan juga oleh Suhito (2000: 12) bahwa agar tujuan pengajaran dapat tercapai, guru harus mampu mengorganisir semua komponen sedemikian rupa sehingga komponen yang satu dengan lainnya dapat berinteraksi secara harmonis.

Menurut Suherman (2001: 60), dua hal penting yang merupakan bagian dari tujuan pembelajaran matematika adalah pembentukan sifat dengan berpikir kritis dan kreatif. Dengan berlandaskan kepada prinsip pembelajaran matematika yang tidak sekedar learning to know (belajar untuk mengetahui), tetapi harus ditingkatkan menjadi learning to do (belajar untuk melakukan), learning to be (belajar untuk menjiwai), hingga learning to live together (belajar untuk hidup bersama).

2. Model Pembelajaran Kooperatif a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterap-kan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas (Tim MPKBM, 2001: 6).


(18)

10

Menurut Suprijono (2011: 46) model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

b. Pembelajaran Kooperatif

Menuurut Suprijono (2009: 54) Pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih diarahkan oleh guru. Menurut Lie (2002: 12) sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur disebut sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif. Tanpa interaksi sosial tidak akan ada pengetahuan (Suprijono, 2009: 56).

Sedangkan menurut Nurhadi (2004: 112) pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang terfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Selanjutnya, menurut Sudjana (2001: 10) pembelajaran kooperatif adalah prosedural yang sistematik dan terencana untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di dalam dan memulai kelompok dalam rangka mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan.

Selain itu, pembelajaran kooperatif mendorong terbentuknya pribadi siswa yang utuh, karena selain mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, melalui pembelajaran kooperatif siswa juga dibekali kemampuan untuk dapat bersosialisasi dengan baik. Pembelajaran kooperatif juga merupakan salah satu


(19)

11 pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan interaksi antar siswa serta hubungan yang saling menguntungkan diantara mereka.

Adapun konsep utama dari pembelajaran kooperatif menurut Salvin (dalam Trianto, 2010: 61) ,adalah sebagai berikut :

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.

3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok sangat bernilai.”

Selanjutnya, menurut Nurhadi (2004: 116) pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan, diantaranya adalah:

1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan – pandangan.

3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.”

Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar bersama, saling membantu, berani mengeluarkan ide, dapat memecahkan masalah melalui diskusi, dapat menjelaskan dan mengajukan pertanyaan dalam kelompoknya. Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai tipe, diantaranya ialah STAD, NHT, TGT, Jigsaw, TPS, Make A Match dan masih banyak yang lainnya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk pemahaman konsep matematis siswa ialah tipe Make A Match.

“ “


(20)

12 Menurut Ibrahim (2000: 10), langkah-langkah pembelajaran kooperatif disajikan dalam Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Indikator Aktivitas Guru

1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa.

2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3 Mengorganisasikan siswa

kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi efisien.

4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mengerjakan tugas.

5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

6 Memberikan penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar siswa baik individu maupun kelompok.

c. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match

Model pembelajaran Make A Match adalah model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif (cooperative group), selanjutnya setiap anggota kelompok membuat soal/pertanyaan dan jawaban pada kertas yang berbeda. Model pembelajaran mencari pasangan (Make A Match) dikembangkan oleh Lorna Curran pada tahun 1994. Model ini dapat mem-bangkitkan semangat siswa dengan mengikutsertakan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran (Irnawati, 2011: 33). Menurut Huda (2011: 135) Salah satu keunggulan model pembelajaran Make A Match adalah siswa mencari pasangan


(21)

13 sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Penerapan model pembelajaran koopertif tipe Make A Match ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan yang memiliki kartu yang me-rupakan jawaban/soal dari kartu yang dimilikinya sebelum batas waktu yang disepakati selesai, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin. Model Make A Match ini bertujuan untuk memperluas wawasan serta kecermatan siswa dalam menyelami suatu konsep. Sebelum permainan dimulai, guru me-nyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi belajar, pokok bahasan meng-organisasikan siswa, menyampaikan langkah-langkah permainan, membimbing siswa dan mengevaluasi hasil serta memberikan penghargaan bagi siwa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu yang ditentukan diberi point.

Ada beberapa macam langkah penggunaan model pembelajaran Make A Match, diantaranya sebagai berikut:

1) Menurut Lorna Curran, 1994 model pembelajaran kooperatif Make A Match memiliki langkah-langkah sebagai berikut.

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

b) Setiap siswa mendapat satu buah kartu

c) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.

d) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawabannya).


(22)

14 e) Setiap siswa yang dapat mencocokan kartu sebelum batas waktu diberi poin. f) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang

berbeda dari sebelumnya. g) Demikian selanjutnya. h) Kesimpulan/penutup.

2) Menurut Irnawati (2001: 34) langkah-langkah model pembelajaran Make A Match seperti berikut.

a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes). Kartu yang disiapkan sebagian berisi pertanyaan tentang materi yang ajarkan dan sebagian lagi berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.

b) Guru mengocok semua kartu hingga tercampur antara soal dan jawaban dan setiap siswa mendapat satu buah kartu.

c) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap kelompok menganalisis atau memikirkan pasangan dari kartu yang didapatkan. Setelah selesai, setiap kelompok mencari pasangan kartunya dalam waktu yang telah disepakati. Bagi kelompok yang dapat mencocokkan kartunya dengan memberikan alasan cocoknya soal dan jawaban yang mereka pegang sebelum batas waktu berakhir akan mendapatkan poin.

d) Siswa bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Setelah menemukan pasangannya setiap kelompok bergabung dalam kelompok pasangannya setelah batas waku selesai, guru mengecek setiap pasangan dalam mencocokkan kartu.


(23)

15 3) Langkah-langkah model pembelajaran Make A Match menurut Suprijono

(2009: 94-95) sebagai berikut.

a) Guru menyiapkan kartu-kartu yang berisi pertanyaan yang berisi soal dan jawaban.

b) Guru membagi menjadi komunitas kelas menjadi tiga kelompok, yang terdiri dari kelompok pemegang kartu soal, kelompok pemegang kartu jawaban, dan kelompok penilai. Posisi kelompok-kelompok tersebut diatur berbentuk U, dengan kelompok pemegang kartu jawaban dan kelompok pemegang soal berhadapan.

c) Guru membunyikan peluit sebagai tanda dimulainya pencocokan kartu. d) Pasangan kelompok pemegang kartu soal dan jawaban yang sudah

terbentuk wajib menunjukkan soal dan jawaban kepada kelompok penilai. e) Langkah ini dilakukan ulang pada tahap berikutnya.

Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat dibuat langkah model pembelajaran Make A Match yang sesuai dengan kondisi kelas dan lebih efisien, langkahnya adalah sebagai berikut.

1) Membagi siswa menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban, kemudian dua kelompok tersebut dibagi lagi masing-masing menjadi delapan kelompok, yang beranggotakan dua orang. 2) Masing-masing kelompok dibagikan soal untuk kelompok pemegang kartu soal

dan dibagikan jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban. Siswa mendiskusikan mengenai soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Untuk kelompok pemegang kartu soal, mereka mendiskusikan jawabannya.


(24)

16 Sedangkan untuk kelompok pemegang kartu jawaban, mereka mendiskuusikan soaln dari jawaban tersebut.

3) Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocokan soal atau jawaban dengan kelompok lain.

4) Siswa bersama kelompoknya mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudian menuliskannya di lembar yang telah disediakan(Lembar Pencocokan Kartu). Setelah waktu diskusi habis siswa mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Pencocokan Kartu.

Menurut Irnawati (2011: 35) model pembelajaran Make A Match mempunyai kelebihan. Kelebihan model Make A Match yaitu :

“ 1) Dapat melatih ketelitian, kecermatan, serta kecepatan.

Pada pembelajaran Make A Match, siswa mencari pasangan dari kartu yang diperolehnya dalam waktu yang ditetapkan sehingga siswa harus cermat, tepat dan tepat dalam mencari pasangannya.

2) Lebih banyak ide muncul

Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match disertai dengan metode kerja kelompok maka dalam melaksanakan tugasnya siswa bersama siswa lain bekerja sama dan mengeluarkan ide-ide yang dimilikinya masing-masing.

3) Lebih banyak tugas yang bisa dilakukan

Siswa bekerja sama dengan siswa lain sehingga tugas yang diperoleh dari guru dapat dibagi-bagi sehingga tugas yang banyak pun dapat diselesaikan.


(25)

17 4) Guru mudah memonitor

Ketika siswa melakukan tugasnya memikirkan dan mencari pasangan soal atau jawaban yang diperolehnya, guru dapat memonitor dengan mendatangi kelom-pok siswa yang membutuhkan bimbingan dari guru satu per satu.”

Dengan menggunakan model Make A Match guru dapat melatih ketelitian, kecermatan, dan kecepatan siswa. Selain itu, siswa dapat mengerjakan lebih banyak soal. Guru mudah mengontrol kelas karena siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Namun guru juga harus pandai mengatur waktu agar siswa tidak banyak bermain.

3. Pemahaman Konsep Matematis

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Melalui konsep, diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran dengan menggunakan satu istilah. Seperti yang diungkapkan Nasution (2008: 161) yang mengungkapkan bahwa “Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep”. Sedangkan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.

Kemampuan Pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan


(26)

18 kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang dismpaikan oleh guru, sebab guuru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diterapkan. Hal ini sesuai dengan Carpenter (dalam Bennu, 2010) yang menyatakan „‟ salah satu ide yang diterima secara luas dalam pendidikan matematika adalah bahwa siswa harus memahami matematika”.

Ada beberapa indikator khusus yang membedakan antara soal pemahaman konsep dengan soal untuk pemahaman aspek yang lain. Menurut Yustisia (2011:21) Penskoran pemahaman konsep matematis disajikan pada tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Penskoran Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1 Menyatakan ulang suatu konsep  Tidak menjawab

 Menyatakan ulang suatu konsep, tetapi salah

 Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar

0 1 2 2 Mengklasifikasikan obyek-obyek

menurut sifat-sifat tertentu

 Tidak menjawab

 Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu, tetapi salah

 Mengklasifikasikan obyek-obyek menurut sifat-sifat tertentu dengan benar

0 1

2

3 Memberi contoh dan noncontoh dari konsep

 Tidak menjawab

 Memberi contoh dan non contoh dari konsep, tetapi salah.

 Memberi contoh dan non contoh dari konsep dengan benar

0 1 2 4 Menyajikan konsep dalam berbagai

bentuk representasi matematika

 Tidak menjawab

 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika, tetapi salah.

 Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika

0 1


(27)

19 dengan benar

5 Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

 Tidak menjawab

 Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, tetapi salah

 Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep dengan benar

0 1

2 6 Menggunakan, memanfaatkan, dan

memilih prosedur atau operasi tertentu

 Tidak menjawab

 Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu, tetapi salah

 Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu dengan benar

0 1

2

7 Mengaplikasikan konsep  Tidak menjawab

 Mengaplikasikan konsep, tetapi salah

 Mengaplikasikan konsep dengan benar 0 1 2

Menurut Yustisia (2007: 20), indikator dari pemahaman konsep tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasian objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep dan algoritma pemecahan masalah.

Pemahaman konsep yang dimaksud alam penelitian ini adalah siswa dapat memahami, mengerti teori-teori tentang materi Garis dan Sudut dengan meng-gunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match.


(28)

20 B. Kerangka Pikir

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk be-kerja dalam sebuah kelompok sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan berperan aktif dalam pembelajaran siswa akan lebih memahami konsep daripada siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru.

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match me-rupakan model pembelajaran pencocokkan jawaban dan soal, sehingga menarik dan hampir menyerupai permainan dengan menggunakan kecepatan dan ketepatan waktu. Pada model pembelajaran Make A Match siswa saling mencari pasangan soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Dengan model pembelajaran Make A Match siswa diharapakan dapat lebih tertarik dengan pelajaran matematika. Apabila siswa tertarik terhadap pelajaran matematika, maka secara otomatis siswa akan sungguh-sungguh dan aktif dalam pembelajaran sehingga siswa dapat memahami konsep dengan baik.

Pembelajaran dengan model Make A Match dimulai dengan guru membagi siswa menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pemegang kartu soal dan kartu jawaban, kemudian dari kedua kelompok besar tersebut dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan tediri dari 2 siswa, setiap kelompok-kelompok kecil. Kegiatan selanjutnya ialah guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada siswa, dengan LKS siswa dapat menggali pengetahuan secara mandiri dan untuk memperdalam pemahaman konsep matematisnya akan digunakan model pembelajaran Make A Match.


(29)

21

Setelah kelompok-kelompok kecil tersebut selesai mengerjakan LKS, salah satu kelompok mempersentasikan hasil diskusi. Kelompok tersebut kemudian dibagikan kartu soal untuk kelompok pemegang kartu soal dan dibagikan jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban. Kelompok-kelompok tersebut mendiskusikan soal dan jawaban yang mereka dapatkan, untuk kelompok pemegang kartu jawaban diberikan soal rangsangan yang merupakan soal dari jawaban yang mereka dapatkan tanpa memberi tahu bahwa soal tersebut sama dengan soal yang diberikan pada kelompok pemegang kartu soal. Setelah diskusi selesai, mereka mencari pasangan-pasangan jawaban atau soal yang mereka pegang kemudian mendiskusikan dan mengemukakan alasannya. Pada tahap pencocokan kartu inilah, siswa mematangkan pemahaman konsep matematisnya. Dengan kegiatan yang menyerupai permaianan ini siswa dituntut agar cepat dalam berpikir, mengingat konsep-konsep yang telah didapatkan dari LKS, sehingga siswa dapat mencocokkan kartu soal dan jawaban yang mereka pegang. Kegiatan ini juga menghilangkan kejenuhan mereka setelah mengerjakan LKS.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah Rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran tipe Make A Match lebih tinggi daripada rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(30)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari delapan kelas, yaitu VII Axcel, VII A, VII B, VII C, VII D, VII E, VIIF, dan VIIG. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik Purposive Random Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:300). Pengambilan sampel ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata nilai tes semester ganjil setiap kelas pada populasi.

2. Mengambil dua kelas yang mempunyai rata-rata nilai semester sama atau yang paling mendekati.

Sample pada penelitian ini ditentukan oleh guru mitra. Sehingga diperoleh kelas VII A dan VII B sebagai sampel penelitian. Kelas VII A dan kelas B di ajar oleh guru matematika yang sama dan kedua kelas memiliki rata-rata nilai semester paling mendekati. Kelas VII B yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol.


(31)

23 B.Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen menggunakan desain post-test only dengan kelompok pengendali yang tidak diacak (Furchan,1982: 368).

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

E X O1

P C O2

Keterangan:

E = Kelas eksperimen

P = Kelas pengendali atau kontrol

X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran dengan metode Make A Match

C = Kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen

O2 = Skor post-test pada kelas kontrol

C. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi awal untuk melihat kondisi lapangan atau tempat penelitian seperti banyak kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa 2. Menentukan populasi dan sampel.

3. Menetapkan materi pelajaran dan menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan dalam penelitian.

4. Pembuatan Instrumen Penelitian 5. Melakukan validasi instrumen. 6. Uji Coba Instrumen Penelitian


(32)

24 7. Melakukan perbaikan instrumen

8. Melaksanakan perlakuan pada kelas eksperimen

9. Mengadakan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

D.Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data berupa nilai kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh melalui tes pemahaman konsep terhadap kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional.

E.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes, baik dalam pembelajaran dengan metode Make A Match maupun dengan pembelajaran konvensional. Tes yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk uraian. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Tes

Soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis disusun dalam bentuk tes uraian. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep. Menurut Sartika ( 2011: 22 ) pensekoran untuk soal tes uraian dapat dilihat pada Tabel 3.2.


(33)

25 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1. Menyatakan ulang sebuah konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi salah

1 c. Menyatakan ulang sebuah konsep dengan benar 2

2.

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

a. Tidak menjawab 0

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai

dengan konsepnya 2

3.

Memberi contoh dan non contoh dari konsep

a. Tidak menjawab 0

b.Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1 c.Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2

4.

Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis

a. Tidak menjawab 0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematis tetapi salah 1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematis dengan benar 2

5.

Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu

konsep tetapi salah 1

c. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari suatu

konsep dengan benar 2

6.

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur tertentu

a. Tidak menjawab 0

b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1 c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar 2

7.

Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan masalah tetapi tidak tepat 1 c. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan

masalah dengan tepat 2

Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes diberikan sesudah pembelajaran dimaksudkan untuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap pemahaman konsep siswa SMP Negeri 1 terbanggi Besar. Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Tes yang telah disusun, diantaranya harus memenuhi kriteria valid dan reliabel.


(34)

26 2. Pelaksanaan Tes Uji Coba

Setelah perangkat tes tersusun, kemudian diujicobakan pada kelas yang bukan merupakan sampel penelitian, melainkan pada kelas yang tingkatkannya lebih tinggi dari populasi yaitu pada kelas VIII B. Tes uji coba dilakukan untuk meng-uji apakah butir-butir soal tersebut memenuhi kualifikasi soal yang layak diguna-kan, yaitu butir soal valid dan perangkat tes tersebut reliabel.

3. Analisis Perangkat Tes

Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik.

a. Validitas Isi

Validitas isi yaitu validitas yang ditinjau dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Validitas isi dari suatu tes pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan jalan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, apakah hal-hal yang tercantum dalam indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sudah terwakili dalam tes pemahaman konsep tersebut atau belum terwakili. Validitas tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VII. Jika penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.


(35)

27 b. Reliabilitas

Reliabilitas merupakan konsistensi suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil yang relatif tetap apabila diteskan berkali-kali atau dengan kata lain tes dikatakan reliabel jika hasil-hasil tes tersebut tidak berubah-ubah atau menunjukkan ketetapan/keajegan hasil. Menurut Sudijono (2008: 207) bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :

Keterangan:

11

r = Koefisien reliabilitas tes

n = Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

2

Si

= Jumlah varians skor dari tiap butir item Si2 = Varians total

Sudijono (2008:207) berpendapat bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika r11 lebih dari atau sama dengan 0,70 yaitu soal memiliki reliabilitas tinggi. Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai

r

11= 0,79. Berdasarkan pendapat Sudijono (2008:207) di atas, nilai

r

11 memenuhi kriteria tinggi karena koefisien reliabiltasnya lebih dari 0,70. Oleh karena itu instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.

    

  

      

2

2

11 1

1 Si

Si n

n r


(36)

28 Tabel 3.3 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen

No.

Soal Validitas Reliabilitas 1. Valid

0,79 (reliabilitas

tinggi) 2. Valid

3. Valid 4. Valid 5. Valid .

Soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis disusun dalam bentuk tes uraian. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep.

G. Analisis Data

Analisis data hasil tess dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Make A Match ddan siswa yang mendapat pembelajaran secara konvensional. Adapun langkah-langkah dalam melakukan uji statistik data hasil tea addalah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Langkah awal untuk menganalisis data adaah menguuji kenormalan distribusi. Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah populasi berdistribusi normal atau sebaliknya. Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273). Berikut langkah-langkah uji normalitas.


(37)

29

  k

i i i i hitung

E E O x

1

2 2

H0 : Data sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Data sample berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat:

dengan:

X2 = harga Chi-kuadrat Oi = frekuensi pengamatan Ei = frekuensi yang diharapan k = banyaknya kelas interval

Menurut Sudjana (2005: 273) kriteria pengujian, Tolak H0 jika 1  1

2

 

x k

x

dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian. Dalam hal lainnya H0 diterima, dengan dk= (k – 3 ).

2. Uji Homogenitas Varians Populasi

Jika sampel berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas variansi. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data skor tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan homogen (Arikunto, 2005: 318). Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:


(38)

30 , artinya kedua kelompok populasi mempunyai varians tidak

sama.

Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan uji F.

Rumus Uji F yaitu :

dan tolak H0 hanya jika F ≥ F1/2 α (v1,v2), dengan F1/2 α (v1,v2) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang 1/2 α, sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2

masing-masing sesuai dk pembilang dan penyebut dalam rumus. Dengan α = 0,1 (Sudjana, 2005:250)

3. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen. Oleh sebab itu, langkah selanjut-nya adalah melakukan uji hipotesis, yaitu uji kesamaan rata-rata skor posttest (skor pemahaman konsep). Analisis data menggunakan uji t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Dengan hipotesisi sebagai berikut:

a) Hipotesis Uji

H0 : µ1 = µ2 ( pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match sama dengan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah)

H1 : µ1 > µ2 (pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih tinggi


(39)

31 dari pemahaman konsep matematis siswa dengan

pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah)

Keterangan:

= rata-rata skor posttest pemahaman konsep matematis kelas eksperimen = rata-rata skor posttest pemahaman konsep matematis kelas kontrol Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah:

̅ ̅ √

dengan

keterangan:

̅ = skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen

̅ = skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen n2 = banyaknya subjek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 – 2) dan peluang dengan taraf signifikan

. Untuk harga t lainnya H0 ditolak.

2 1 1

2 1

2 2 2 2 1 1 2

 

   

n n

s n s n s


(40)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil analisis dilihat bahwa nilai rata-rata pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran Make A Match lebih tinngi dari nilai rata-rata pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran konvensional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMPN 1 Terbanggi Besar.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.

1. Penerapan model pembelajaran Make A Match perlu terus dikembangkan dan diterapkan karena model pembelajaran tersebut dapat meningkatkan pe-mahaman konsep matematis siswa.

2. Saat pembelajaran Make A Match berlangsung, perlu pengkondisian yang baik saat pencocokan kartu agar suasana kelas kondusif dan tidak gaduh. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan dari penelitian ini

untuk menambah referensi tentang model pembelajaraan kooperatif tipe Make A Match.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka cipta.

Ariesvio. 2011. Mengenal Model Pembelajaran Make A Match (Mencari Pasang-an). [On Line]. Tersedia: http://ariesvio.blogspot.com/2011_03_01_archive. html (diakses pada tanggal 20 November 2011).

Bennu, Sudarman. 2010. Pemahaman Konsep. [On line]. Tersedia: http:// sudarmanbennu.blogspot. com/2010/02/pemahaman-konsep.html (diakses pada tanggal 17 Desember 2011).

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Furchan, Arief. 2010. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. . 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Horsley, S. L. 1990. Elementary School Science for the 90S. Virginia: Association Supervision and Curriculum Development.

Ibrahim, Muslimin dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Irnawati. 2007. Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan Strategi Bertukar Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II Pokok Bahasan Prisma dan Limas MTsN 1 Semarang Tahun Ajaran 2010/2011. [On Line]. Tersedia: Andynuriman.files.word- press.com/2011/10/skripsi1.pdf .(diakses pada tanggal 19 November 2011). Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP

Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). [On


(42)

Line]. Tersedia: digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9 /doc.pdf (diakses pada tanggal 21 November 2011).

Masmud. 2009. Tingkat Kesukaran dan Daya Beda. [Online]. Tersedia: http:// masmud09.blogspot.com/2009/06/tingkat-kesukaran-dan-daya-beda.html (diakses tanggal 4 Januari 2012).

NN. 2011. Pemahaman Konsep. [On line]. Tersedia: http://ahli-definisi.-blog-spot.com/2011/03/definisi-pemahaman-konsep.html (diakses pada tanggal 15 Desember 2011).

Slavin, Robert. 2000. Educational Psycology: Theory and Practice. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Slavin, R. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Jakarta: Pt.Indeks Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, E. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

__________. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI.

__________. 2003. Individual Textbook Evaluasi Pembelajaran Matematika. UPI Bandung : Tidak Diterbitkan.

__________. 2008. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Refika Aditama.

Suhito, Suparyan, Suyitno, dkk. 2000. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Pendidikan Matematika FMIPA UNNES.

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Widdhiharto, Rachmadi. 2004. Model-model Pembelajaran Matematika SMP.

Yogyakarta: Diklat Pengembangan Matematika SMP Jenjang Dasar. (diakses pada tanggal 24 Oktober 2011)


(43)

A.1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MAKE A MATCH

(RPP 1)

Sekolah : SMPN 1 Terbanggi Besar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : VII / 2

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta

menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut

I. Indikator a. Kognitif

Menentukan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan).

b. Psikomotor

1. Menggambar contoh kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan).

2. Membagi garis menjadi n bagian sama panjang. c. Afektif

1. Karakter yang dikembangkan: a. Teliti

b. Kreatif

c. Pantang menyerah d. Rasa ingin tahu 2. Keterampilan sosial

a. Bertanya

b. Memberikan ide atau pendapat c. Kerja sama

II. Tujuan pembelajaran a. Kognitif

Jika siswa diberikan beberapa gambar benda yang berkaitan dengan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan), maka


(44)

45

siswa dapat membedakan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan).

b. Psikomotor

Jika siswa diberikan perintah menggambarkan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan), maka siswa dapat menjelaskan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan) dengan gambar.

c. Afektif

1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan karakter:

a) Teliti: diantaranya adalah siswa cermat dan hati-hati dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

b) Kreatif: diantaranya adalah siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan menuangkan ide-ide atau gagasan yang mereka miliki.

c) Pantang menyerah: diantaranya adalah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, tetap berusaha dan bekerja keras meskipun tugas yang diberikan sulit.

d) Rasa ingin tahu: diantaranya adalah siswa mempunyai minat yang besar untuk menggali/memperoleh

pengetahuan-pengetahuan baru, menggali cara memecahkan masalah, misalnya dengan cara aktif berdiskusi dan aktif bertanya.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan keterampilan sosial:

a) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

b) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

c) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

III. Materi Pokok Pembelajaran

Kedudukan dua garis(sejajar, berimpit, berpotongan, bersilang). IV.Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match V. Strategi Pembelajaran

Diskusi


(45)

46

Kegiatan Awal (10 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran. -

2 menit

2. Untuk memotivasi siswa mempelajari kompetensi ini, guru memberi contoh dalam kehidupan sehari – hari yang terkait dengan kedudukan dua garis (sejajar, berimpit, berpotongan, bersilangan).

Rasa ingin tahu

5 menit

3. Guru menyampaikan langkah-langkah model pembelajaran Make A Match

- 3 menit

Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Guru memberikan LKS1 (materi

kedudukan dua garis;sejajar; berimpit; berpotongan; bersillang ). Kepada masing-masing siswa. Guru

mengarahkan siswa, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila

dibutuhkan. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 3 menit 20 menit 2. Siswa melengkapi, merevisi, dan

mengonstruksi hasil kegiatan pada LKS1.

Teliti Rasa ingin tahu 3. Siswa dibagi menjadi dua kelompok

besar, yaitu kelompok pemegang kartu soal dan pemegang kartu jawaban, kemudian dua kelompok tersebut dibagi lagi menjadi kelompok - kelompok kecil, yang beranggotakan dua orang.

_

2 menit

4. Masing-masing kelompok dibagikan soal untuk kelompok pemegang kartu soal dan dibagikan jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban.


(46)

47

5. Siswa mendiskusikan soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Untuk kelompok pemegang kartu soal, mereka mendiskusikan jawabannya. Sedangkan untuk kelompok pemegang kartu jawaban, mereka mendiskusikan soal untuk jawaban tersebut. Guru memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 15 menit

6. Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok

mencocokkan soal dan jawaban dengan kelompok lain.

Rasa ingin tahu Teliti

5 menit

7. Siswa bersama kelompoknya

mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudian menuliskannya di lembar yang telah disediakan (Lembar Pencocokan Kartu). Guru

memperhatikan dengan seksama, memotivasi jika ada siswa yang tidak terlibat diskusi. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 5 menit

8. Siswa mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Pencocokan Kartu.

- 2 menit

9. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.

Rasa ingin

tahu 5 menit

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran.

- 8 menit

2. Siswa menerima tugas membaca dan mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Kreatif Rasa ingin

tahu 2 menit

VII. Alat/ Bahan/ Sumber pembelajaran  Buku Matematika SMP Kelas VII :


(47)

48

 Atik. W, dkk. 2008. Matematika Kelas VII. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 A. Wagiyo. Dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika 1. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 Dewi Nuharini, Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/Mts Kelas VII. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 Lembar Kerja Kelompok (LKS I)

 White Board, Spidol, penggaris dan alat tulis lainnya

VIII. Penilaian

Teknik penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik : Tes Tertulis

Bentuk Instrumen: Uraian Soal tes terlampir


(48)

49

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MAKE A MATCH

(RPP 2)

Sekolah : SMPN 1 Terbanggi Besar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : VII / 2

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta

menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut

IX. Indikator d. Kognitif

1. Menyebutkan satuan- satuan sudut.

2. Mengubah bentuk satuan sudut ke bentuk satuan sudut lainnya. 3. Menjumlahkan satuan -satuan sudut.

4. Mengurangkan satuan-satuan sudut. e. Psikomotor

Mengukur besar sudut dengan busur derajat. f. Afektif

3. Karakter yang dikembangkan: e. Teliti

f. Kreatif

g. Pantang menyerah h. Rasa ingin tahu 4. Keterampilan sosial

d. Bertanya

e. Memberikan ide atau pendapat f. Kerja sama

X. Tujuan pembelajaran d. Kognitif

1. Jika siswa diberikan materi tentang satuan sudut yang sering digunakan, maka siswa menunjukkan satuan sudut yang sering digunakan.


(49)

50

2. Jika siswa diberikan soal terbimbing tentang mengubah ke bentuk satuan sudut lain, maka siswa dapat mengubah ke bentuk satuan sudut lainnya.

3. Jika siswa diberikan soal terbimbing tentang penjumlahan dan pengurangan dengan satuan sudut, maka siswa dapat menjumlahkan dan mengurangkan dengan satuan sudut.

e. Psikomotor

Jika siswa diberikan langkah-langkah mengukur besar sudut dengan menggunakan busur derajat, siswa dapat mengukur besar sudut dengan menggunakan busur derajat.

f. Afektif

3. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan karakter:

e) Teliti: diantaranya adalah siswa cermat dan hati-hati dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

f) Kreatif: diantaranya adalah siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan menuangkan ide-ide atau gagasan yang mereka miliki.

g) Pantang menyerah: diantaranya adalah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, tetap berusaha dan bekerja keras meskipun tugas yang diberikan sulit.

h) Rasa ingin tahu: diantaranya adalah siswa mempunyai minat yang besar untuk menggali/memperoleh

pengetahuan-pengetahuan baru, menggali cara memecahkan masalah, misalnya dengan cara aktif berdiskusi dan aktif bertanya.

4. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan keterampilan sosial:

d) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

e) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

f) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

XI. Materi Pokok Pembelajaran a. Satuan sudut

b. Penjumlahan ddan pengurangan sudut


(50)

51

XII. Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match XIII. Strategi Pembelajaran

Diskusi

XIV. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (10 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Guru membagikan LKS pada

pertemuan sebelumnya, yang telah dikoreksi.

-

3 menit 2. Guru menyampaikan tujuan dan

manfaat pembelajaran.

Rasa ingin

tahu 5menit 3. Guru mengingatkan kembali

langkah-langkah model pembelajaran Make A Match

-

2 menit

Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Masing-masing siswa mendapatkan

LKS2 (materi satuan sudut,

penjumlahan dan pengurangan sudut, mengukur besar sudut dengan menggunakan busur derajat).

-

2 menit

2menit 2. Siswa dalam kelompok diminta

mengerjakan kegiatan pada LKS 2. Guru mengarahkan siswa, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 3. Siswa melengkapi, merevisi, dan

mengonstruksi hasil diskusi pada LKS.

Teliti Rasa ingin

tahu 3 menit 4. Siswa berkelompok sesuuai dengan

kelompok pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya untuk kelompok yang pada pertemuan sebelumnya merupakan kelompok pemegang kartu soal di tukar menjjadi pemegang kartu

-


(51)

52

jawwaban.

5. Siswa mendiskusikan mengenai soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Untuk kelompok pemegang kartu soal, mereka mendiskusikan jawabannya. Sedangkan untuk kelompok pemegang kartu jawaban, mereka mendiskusikan sal untuk jawaban tersebut. Guru memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 15 menit

6. Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok lain.

Rasa ingin tahu Teliti

5 menit

7. Siswa bersama kelompoknya

mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudian menuliskannya di lembar yang telah disediakan (Lembar Pencocokan Kartu). Guru

memperhatikan dengan seksama, memotivasi jika ada siswa yang tidak terlibat diskusi. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 5 menit

8. Siswa mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Pencocokan Kartu.

- 2 menit

9. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.

Rasa ingin


(52)

53

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 3. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran.

- 8 menit

4. Siswa menerima tugas membaca dan mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Kreatif Rasa ingin

tahu 2 menit

XV. Alat/ Bahan/ Sumber pembelajaran  Buku Matematika SMP Kelas VII :

 Atik. W, dkk. 2008. Matematika Kelas VII. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 A. Wagiyo. Dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika 1. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 Dewi Nuharini, Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/Mts Kelas VII. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 Tamponas Husein. 2006. Matematika Plus 1B SMP. Yudhistira. Jakarta.

 Lembar Kerja Kelompok (LKS 2)

 White Board, Spidol, penggaris, busur derajat dan alat tulis lainnya

XVI. Penilaian

Teknik penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik : Tes Tertulis

Bentuk Instrumen: Uraian Soal tes terlampir


(53)

(54)

55

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MAKE A MATCH

(RPP 3)

Sekolah : SMPN 1 Terbanggi Besar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : VII / 2

Alokasi waktu : 1 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta

menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Menentukan hubungan antara dua garis, serta besar dan jenis sudut.

XVII. Indikator g. Kognitif

Menjelaskan perbedaan jenis sudut (siku, lancip, tumpul).

h. Psikomotor

Menggambarkan jenis sudut (siku, lancip, tumpul). i. Afektif

5. Karakter yang dikembangkan: i. Teliti

j. Kreatif

k. Pantang menyerah l. Rasa ingin tahu 6. Keterampilan sosial

g. Bertanya

h. Memberikan ide atau pendapat i. Menjadi pendengar yang baik j. Kerja sama

XVIII.Tujuan pembelajaran g. Kognitif

Jika siswa diberikan gambar dalam kehidupan sehari-hari tentang jenis sudut ( siku, lancip, tumpul), maka siswa dapat menjelaskan perbedaan jenis sudut ( siku, lancip, tumpul).


(55)

56

h. Psikomotor

Jika siswa diberikan definisi tentang macam-macam jenis sudut (siku, lancip, tumpul), kemudian siswa diberikan perintah untuk menggambar jenis sudut (siku, lancip, tumpul), maka siswa dapat menjelaskan perbedaan jenis sudut (siku, lancip, tumpul).

i. Afektif

5. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan karakter:

i) Teliti: diantaranya adalah siswa cermat dan hati-hati dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

j) Kreatif: diantaranya adalah siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan menuangkan ide-ide atau gagasan yang mereka miliki.

k) Pantang menyerah: diantaranya adalah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, tetap berusaha dan bekerja keras meskipun tugas yang diberikan sulit.

l) Rasa ingin tahu: diantaranya adalah siswa mempunyai minat yang besar untuk menggali/memperoleh

pengetahuan-pengetahuan baru, menggali cara memecahkan masalah, misalnya dengan cara aktif berdiskusi dan aktif bertanya.

6. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan keterampilan sosial:

g) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

h) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

i) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

XIX. Materi Pokok Pembelajaran

Garis dan sudut, yaitu mengenai jenis sudut ( siku, lancip, tumpul). XX. Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match XXI. Metode Pembelajaran


(56)

57

XXII.Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Awal (5 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Guru membagikan LKS pada

pertemuan sebelumnya, yang telah dikoreksi.

-

1 menit 2. Guru menyampaikan tujuan

pembelajaran.

- 2 menit

3. Guru mengingatkan kembali langkah-langkah model pembelajaran Make A Match

- 2 menit

Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Masing-masing siswa mendapatkan

LKS 3 (materi sudut siku, lancip,

tumpul). - 2 menit

10 menit 2. Siswa dalam kelompok diminta

mengerjakan kegiatan pada LKS 3. Guru mengarahkan siswa, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 3. Siswa melengkapi, merevisi, dan

mengonstruksi hasil diskusi pada LKS.

Teliti Rasa ingin

tahu 3 menit 4. Siswa berkelompok sesuuai dengan

kelompok pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya untuk kelompok yang pada pertemuan sebelumnya merupakan kelompok pemegang kartu soal di tukar menjadi pemegang kartu jawaban.

-

2 menit

5. Siswa mendiskusikan mengenai soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Untuk kelompok pemegang kartu soal, mereka mendiskusikan jawabannya. Sedangkan untuk kelompok pemegang kartu jawaban, mereka mendiskusikan sal untuk jawaban tersebut. Guru

Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 10 menit


(57)

58

memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.

6. Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok lain.

Rasa ingin tahu Teliti

2 menit

7. Siswa bersama kelompoknya

mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudian menuliskannya di lembar yang telah disediakan (Lembar Pencocokan Kartu). Guru

memperhatikan dengan seksama, memotivasi jika ada siswa yang tidak terlibat diskusi. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 3 menit

8. Siswa mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Pencocokan Kartu.

- 1 menit

Kegiatan Penutup (5 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran.

- 4 menit

2. Siswa menerima tugas membaca dan mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Kreatif Rasa ingin

tahu 1 menit

XXIII.Alat/ Bahan/ Sumber pembelajaran  Buku Matematika SMP Kelas VII :

 Atik. W, dkk. 2008. Matematika Kelas VII. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 A. Wagiyo. Dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika 1. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 Dewi Nuharini, Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/Mts Kelas VII. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.


(58)

59

 Tamponas Husein. 2006. Matematika Plus 1B SMP. Yudhistira. Jakarta.

 Lembar Kerja Kelompok (LKS 3)

 White Board, Spidol, penggaris dan alat tulis lainnya

XXIV.Penilaian

Teknik penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik : Tes Tertulis

Bentuk Instrumen: Uraian Soal tes terlampir


(59)

60

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

MAKE A MATCH

(RPP 4)

Sekolah : SMPN 1 Terbanggi Besar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : VII / 2

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta

menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain.

XXV. Indikator j. Kognitif

1. Menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga (garis lain).

2. Menentukan pasangan sudut yang sama besar pada dua garis sejajar yang dipotong sebuah garis lain.

k. Afektif

7. Karakter yang dikembangkan: m. Teliti

n. Kreatif

o. Pantang menyerah p. Rasa ingin tahu 8. Keterampilan sosial

k. Bertanya

l. Memberikan ide atau pendapat m. Menjadi pendengar yang baik n. Kerja sama

XXVI.Tujuan pembelajaran j. Kognitif

1. Jika siswa diberikan gambar dua garis sejajar yang dipotong oleh garis lain, maka siswa dapat menemukan sifat sudut jika dua garis sejajar dipotong garis ketiga (garis lain).


(60)

61

2. Jika siswa diberikan gambar dua garis sejajar yang dipotong oleh garis lain, maka siswa dapat menentukan pasangan sudut yang sama besar pada dua garis sejajar yang dipotong sebuah garis lain.

k. Afektif

1. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan karakter:

m) Teliti: diantaranya adalah siswa cermat dan hati-hati dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

n) Kreatif: diantaranya adalah siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan menuangkan ide-ide atau gagasan yang mereka miliki.

o) Pantang menyerah: diantaranya adalah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, tetap berusaha dan bekerja keras meskipun tugas yang diberikan sulit.

p) Rasa ingin tahu: diantaranya adalah siswa mempunyai minat yang besar untuk menggali/memperoleh

pengetahuan-pengetahuan baru, menggali cara memecahkan masalah, misalnya dengan cara aktif berdiskusi dan aktif bertanya.

2. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan keterampilan sosial:

j) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

k) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

l) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

XXVII. Materi Pokok Pembelajaran Hubungan antara garis dan sudut.

XXVIII. Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match XXIX.Metode Pembelajaran


(61)

62

XXX.Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Guru membagikan LKS pada

pertemuan sebelumnya, yang telah dikoreksi.

-

3 menit 2. Guru menyampaikan tujuan dan

manfaat pembelajaran.

- 5 menit

3. Guru mengingatkan kembali langkah-langkah model pembelajaran Make A Match

- 2 menit

Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Masing-masing siswa mendapatkan

LKS 4 (hubungan antara garis dan sudut).

-

2 menit

20 menit 2. Siswa dalam kelompok diminta

mengerjakan kegiatan pada LKS 4. Guru mengarahkan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 3. Siswa melengkapi, merevisi, dan

mengonstruksi hasil diskusi pada LKS.

Teliti Rasa ingin

tahu 3 menit 4. Siswa berkelompok sesuuai dengan

kelompok pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya untuk kelompok yang pada pertemuan sebelumnya merupakan kelompok pemegang kartu soal di tukar menjadi pemegang kartu jawaban.

-

5 menit

5. Siswa mendiskusikan mengenai soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Untuk kelompok pemegang kartu soal, mereka mendiskusikan jawabannya.

Teliti Kreatif Pantang


(62)

63

Sedangkan untuk kelompok pemegang kartu jawaban, mereka mendiskusikan sal untuk jawaban tersebut. Guru memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.

Rasa ingin tahu

menit

6. Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok lain.

Rasa ingin tahu Teliti

5 menit

7. Siswa bersama kelompoknya

mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudian menuliskannya di lembar yang telah disediakan (Lembar Pencocokan Kartu). Guru

memperhatikan dengan seksama, memotivasi jika ada siswa yang tidak terlibat diskusi. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 5 menit

8. Siswa mengumpulkan hasil diskusi pada Lembar Pencocokan Kartu.

- 2 menit

9. Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, maupun isyarat terhadap keberhasilan kelompok.

Rasa ingin

tahu 5 menit

Kegiatan Penutup (10 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 3. Siswa dan guru bersama-sama

menyimpulkan pelajaran.

- 8 menit

4. Siswa menerima tugas membaca dan mempersiapkan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya.

Kreatif Rasa ingin

tahu 2 menit

XXXI.Alat/ Bahan/ Sumber pembelajaran  Buku Matematika SMP Kelas VII

 Atik. W, dkk. 2008. Matematika Kelas VII. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.


(63)

64

 A. Wagiyo. Dkk. 2008. Pegangan Belajar Matematika 1. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 Dewi Nuharini, Tri Wahyuni. 2008. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk SMP/Mts Kelas VII. Pusat Perbukuan Depdiknas. Jakarta.

 Tamponas Husein. 2006. Matematika Plus 1B SMP. Yudhistira. Jakarta.

 Lembar Kerja Kelompok (LKS 4)

 White Board, Spidol, penggaris dan alat tulis lainnya

XXXII. Penilaian

Teknik penilaian dan Bentuk Instrumen Teknik : Tes Tertulis

Bentuk Instrumen: Uraian Soal tes terlampir


(64)

65

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP 5)

Sekolah : SMPN 1 Terbanggi Besar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas / Semester : VII / 2

Alokasi waktu : 2 x 40 menit (1 kali pertemuan)

Standar Kompetensi : Memahami hubungan garis dengan garis, garis dengan sudut, sudut dengan sudut, serta

menentukan ukurannya

Kompetensi Dasar : Menggunakan sifat-sifat garis dan sudut. XXXIII. Indikator

l. Kognitif

1. Menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal. 2. Menghitung panjang segmen garis yang diketahui perbandingan. m. Afektif

9. Karakter yang dikembangkan: q. Teliti

r. Kreatif

s. Pantang menyerah t. Rasa ingin tahu 10.Keterampilan sosial

o. Bertanya

p. Memberikan ide atau pendapat q. Menjadi pendengar yang baik r. Kerja sama

XXXIV. Tujuan pembelajaran l. Kognitif

Jika siswa diberikan soal terbimbing yang menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal, maka siswa dapat menggunakan sifat-sifat sudut dan garis untuk menyelesaikan soal.

m. Afektif

7. Karakter

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan karakter:

q) Teliti: diantaranya adalah siswa cermat dan hati-hati dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.


(65)

66

r) Kreatif: diantaranya adalah siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan menuangkan ide-ide atau gagasan yang mereka miliki.

s) Pantang menyerah: diantaranya adalah siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan baik, tetap berusaha dan bekerja keras meskipun tugas yang diberikan sulit.

t) Rasa ingin tahu: diantaranya adalah siswa mempunyai minat yang besar untuk menggali/memperoleh

pengetahuan-pengetahuan baru, menggali cara memecahkan masalah, misalnya dengan cara aktif berdiskusi dan aktif bertanya.

8. Keterampilan Sosial

Terlibat dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa, dan siswa diberi kesempatan melakukan penilaian diri terhadap kesadaran dalam menunjukkan keterampilan sosial:

m) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif mengajukan pertanyaan.

n) Dalam diskusi kelompok atau kelas, siswa aktif memberikan ide atau pendapat.

o) Dalam diskusi kelompok, siswa dapat bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kelompok.

XXXV. Materi Pokok Pembelajaran

Menghitung panjang segmen jika diketahui perbandingannya. XXXVI. Model Pembelajaran

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match XXXVII. Strategi Pembelajaran

Diskusi

XXXVIII. Langkah-langkah Kegiatan

Pembelajaran

Kegiatan Awal (10 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Guru membagikan LKS pada

pertemuan sebelumnya, yang telah dikoreksi.

-

4 menit 2. Guru menyampaikan tujuan ddan

manfaat pembelajaran.

- 4 menit

3. Guru mengingatkan kembali langkah-langkah model pembelajaran Make A Match


(66)

67

Kegiatan inti (60 menit)

No Kegiatan Karakter Waktu

Keterlak-sanaan Ya/tidak 1. Masing-masing siswa mendapat LKS 5

(materi menghitung panjang segmen

garis jika diketahui perbandingannya). - 2 menit

20 menit 2. Siswa dalam kelompok diminta

mengerjakan kegiatan pada LKS 5. Guru mengarahkan siswa,

memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 3. Siswa melengkapi, merevisi, dan

mengonstruksi hasil diskusi pada LKS.

Teliti Rasa ingin

tahu 3 menit 4. Siswa berkelompok sesuuai dengan

kelompok pada pertemuan sebelumnya. Selanjutnya untuk kelompok yang pada pertemuan sebelumnya merupakan kelompok pemegang kartu soal di tukar menjadi pemegang kartu jawaban.

-

5 menit

5. Siswa mendiskusikan mengenai soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Untuk kelompok pemegang kartu soal, mereka mendiskusikan jawabannya. Sedangkan untuk kelompok pemegang kartu jawaban, mereka mendiskusikan sal untuk jawaban tersebut. Guru memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan. Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin tahu 15 menit

6. Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocokkan soal atau jawaban dengan kelompok lain.

Rasa ingin tahu Teliti

5 menit

7. Siswa bersama kelompoknya

mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah mereka cocokkan, kemudian menuliskannya di lembar yang telah disediakan (Lembar

Teliti Kreatif Pantang menyerah Rasa ingin


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

ENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 46

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

9 44 48

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Anak Ratu Aji, Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 6 43

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 29 40

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 19 132

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 161

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 62