PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBINA PERILAKU SANTRI YANG BERWATAK TERPELAJAR DAN ISLAMI : Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

(1)

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBINA PERILAKU SANTRI YANG BERWATAK TERPELAJAR DAN ISLAMI

(Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh: Lena Mulyani

0806978

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBINA PERILAKU SANTRI YANG BERWATAK TERPELAJAR DAN ISLAMI

(Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)

Lena Mulyani 0806987

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M.Ed 194107151967031001

Pembimbing II

Drs. Muhammad Halimi, M.Pd 195806051988031001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Syaifullah, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 1 001


(3)

ABSTRAK

LENA MULYANI (0806978). PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBINA PERILAKU SANTRI YANG BERWATAK TERPELAJAR DAN ISLAMI (Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung)

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Penulis mengambil lokasi penelitian di Pondok Pesantren Al-Basyariah. Lokasi penelitian dipilih karena berdasarkan pra penelitian yang dilakukan penulis bahwa Pondok Pesantren Al-Basyariah melakukan pembinaan terhadap santri dalam rangka membentuk perilaku santri yang terpelajar dan islami. Subjek dalam penelitian ini adalah Pimpinan, Staf Pengajar dan santri Pondok Pesantren Al-Basyariah Bandung.

Pondok Pesantren Al-Basyariah berperan dalam mengajarkan nilai-nilai keIslaman (ukhuwah Islamiyah) sebagai dasar perilaku para santri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang diajarkan adalah nilai sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni kejujuran, kedisiplinan, pengendalian nafsu, keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, berakhlak mulia dan menyiapkan santri sebagai calon pengabdi masyarakat, bangsa dan negara, terutama dalam menjalankan syiar agama. Selain itu, para santri dibekali pula dengan pengetahuan umum yang dikerucutkan pada nilai-nilai agama.

Pembinaan watak di Pesantren Al-Basyariah dilakukan melalui pembiasaan (habituasi) serta penerapan reward and punishman. Pola pendidikan yang diterapkan menggunakan TMI (Tarbiyatul Mu'allimin Al-Islamiyah) yang mengharuskan calon santri mengikuti program intensif selama 1 tahun sebelum masuk dan program masa bakti selama 1 tahun setelah santri mengikuti pendidikan selama 4-6 tahun. Setelah mengikuti pendidikan di Pesantren Al-Basyariah, santri menunjukan perubahan watak dan perilaku kearah yang lebih baik terutama dalam hal perilaku, bahasa, kedisiplinan, tanggungjawab, kejujuran dalam berkata dan berbuat, menghargai waktu, menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai umat muslim, serta meningkatnya kesadaran dan ketaatan terhadap peraturan.

Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pendidikan di Pesantren Al-Basyariah adalah adanya santri yang melanggar peraturan seperti terlambat mengikuti program, tidak shalat tahajud dan shalat subuh berjamaah, merokok, kabur dari pondok, menggunakan alat komunikasi (handphone), berkomunikasi dengan lawan jenis, serta berkomunikasi dengan menggunakan bahasa selain bahasa Arab dan Inggris, Untuk mengatasi hal itu, Pesantren memberikan hukuman secara berjenjang sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan, seperti teguran, berdiri (strap), dibotak dan dipenjara.


(4)

ii ABSTRACT

LENA MULYANI (0806978). The Role Of Islamic Boarding School In Building Student Character Educated and Islamic Behavior (Descriptive Studies in Al-Basyariah Islamic School Bandung)

In this study the authors used a qualitative approach with descriptive methods. The author takes research sites in Al-Basyariah islamic boarding school. Locations were selected because based on pre-research by the author that the Al-Basyariah Boarding School guide the students in order to shape the behavior of students who are educated and Islamic behaviour. Subjects in this study were leader, teacher and students of Al-Basyariah Islamic Boarding School.

Boarding School Al-Basyariah role in teaching Islamic values (Ukhuwah Islamiyah) as the basic of behavior of the students life everyday. The values taught is the value, as was done by the Prophet Muhammad, namely honesty, discipline, control appetite, faith and devotion to Allah SWT, noble and prepare students as prospective public servants, state and nation, especially in running religious symbols. In addition, the students are also equipped with general knowledge refers to religious values.

Fostering character in Al-Basyariah Islamic Boarding School through habituation and the implementation of reward and punishman. Educational patterns are applied using TMI (Tarbiyatul Mu'allimin Al-Islamiyah) that requires prospective students follow an intensive program for 1 year prior to admission and program service period of 1 year after the students attend school for 4-6 years. After attending boarding school education in Al-Basyariah, students showed character and behavior change towards the better, especially in terms of behavior, language, discipline, responsibility, honesty in saying and doing, appreciate the time, running duties as muslim, as well as increased awareness and regulatory compliance.

Obstacles encountered in the implementation of education in Al-Basyariah Islamic Boarding School are the students who break the rules as late to the program, do not pray “tahajud” and dawn prayer in congregation, smoke, run away from the cottage, using communication devices, communicating with the opposite sex, as well as communicate in a language other than Arabic and English, to solve it, boarding a tiered punishment in accordance with the level of mistakes made, such as a reprimand, standing (strap), shaved and jailed.


(5)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTARGAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 5

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

1. Secara teoretis ... 7

2. Secara praktis ... 7

E. Anggapan Dasar ... 7

F. Penjelasan Istilah ... 8

G. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

A. Tinjauan tentang Pondok Pesantren ... 10

1. Hakikat Pondok Pesantren ... 10

2. Elemen Dasar Pondok Pesantren ... 12

3. Pola Pendidikan Pondok Pesantren ... 21

B. Tinjauan tentang Perilaku Terpelajar dan Islami ... 29

1. Pengertian Perilaku ... 29

2. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Perilaku ... 31

3. Perilaku Terpelajar ... 33

4. Perilaku yang Sesuai dengan Nilai-Nilai Keislaman ... 35

C. Tinjauan tentang Nilai... 36

1. Pengertian Nilai ... 36

2. Ciri-Ciri Nilai ... 38

3. Nilai dalam Perspektif Islam ... 40

D. Tinjauan tentang Peran Pondok Pesantren dalam Membentuk Perilaku Terpelajar dan Islami ... 41


(6)

BAB III METODE PENELITAN ... 43

A. Metode Penelitian ... 43

B. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Wawancara ... 45

2. Studi Dokumentasi ... 46

3. Observasi... 46

C. Pertanyaan Penelitian ... 48

D. Validitas Data... 51

1. Memperpanjang Masa Observasi ... 51

2. Pengamatan Terus-Menerus ... 52

3. Triangulasi ... 52

4. Menggunakan Bahan Referensi ... 54

5. Mengadakan Member Check ... 54

E. Tahap-Tahap Penelitian ... 55

1. Tahap Pra Penelitian ... 55

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 55

F. Teknik Pengolahan Data ... 56

1. Reduksi Data ... 58

2. Display Data ... 58

3. Kesimpulan ... 58

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 60

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 60

1. Profil Pondok Pesantren Al-Basyariah ... 60

2. Sarana dan Prasarana ... 64

3. Dewan Bimbingan dan Badan Pengurus Pondok ... 66

a. Dewan Bimbingan dan Konseling Santri ... 66

b. Badan Pengurus Pondok ... 67

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 68

1. Peran Pondok Pesantren Al-Basyariah dalam Membina Watak Santri yang Terpelajar dan Islami ... 69

2. Pola Pembinaan Watak Santri yang Terpelajar dan Islami di Pesantren Al-Basyariah ... 72

3. Pelaksanaan Pembinaan Watak Santri yang Terpelajar dan Islami di Pondok Pesantren Al-Basyariah ... 81

4. Hasil yang Diperoleh Setelah Dilaksanakannya Pembinaan Watak Santri yang Terpelajar dan Islami ... 83

5. Hambatan yang Ditemui dan Upaya yang Dilakukan dalam Pembinaan Watak Bagi Santri Al- Basyariah ... 85

C. Analisis Hasil Penelitian ... 88

1. Peran Pondok Pesantren Al-Basyariah dalam Membentuk Perilaku Santri yang Berwatak Terpelajar dan Islami ... 88


(7)

2. Pola Pembinaan Watak Santri yang Terpelajar dan Islami di

Pesantren Al-Basyariah ... 91

3. Pelaksanaan Pembinaan Watak Santri yang Terpelajar dan Islami di Pondok Pesantren Al-Basyariah ... 97

4. Hasil yang Diperoleh Setelah Dilaksanakannya Pembinaan Watak Santri yang Terpelajar dan Islami ... 100

5. Hambatan yang Ditemui dan Upaya yang Dilakukan dalam Pembinaan Watak Bagi Santri Al- Basyariah ... 104

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Saran ... 111 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Al-Basyariah…... 65

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Sehari-Hari Pondok Pesantren Al-Basyariah…….. 73

Tabel 4.3 Mata Pelajaran Kajian Islam……… 98

DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Triangulasi dengan Tiga Sumber Data……… 53

Gambar 3.2 Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data……….. 53

Gambar 3.3 Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data………... 54


(9)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Degradasi nilai di kalangan generasi muda sangat menghawatirkan. Pergaulan bebas di kalangan remaja, penyalahgunaan narkotika atau obat-obat terlarang serta tingginya budaya kekerasan merupakan contoh permasalahaan yang kerap terjadi pada generasi muda yang tidak mencerminkan perilaku terpelajar dan Islami. Disisi lain generasi muda adalah penerus cita-cita bangsa dan merupakan generasi yang akan bertanggung jawab pada penyelesaian kompleksitas persoalan bangsa.

Menurunnya nilai-nilai yang mengandung nafas terpelajar sesuai dengan sendi-sendi agama Islam menjadi sesuatu yang harus mendapat perhatian ekstra, baik itu dari pengampu kebijakan, orang tua dan seluruh elemen masyarakat. Hal ini merupakan salah satu dampak dari modernisasi yang mana akulturasi budaya berlangsung sangat cepat yang akhirnya mampu mengubah kepribadian, watak dan karakter generasi bangsa apabila kita tidak mampu untuk melakukan filterisasi terhadap hal tersebut.

Modernisasi tidak hanya membawa perubahan positif pada efisiensi kerja, alih teknologi dan pengetahuan, efektivitas komunikasi dan kemudahan hidup. Modernisai membawa dampak pada perubahan nilai-nilai kehidupan masyarakat. Pola kehidupan baru ditengah modernisasi dan sistem sosial masyarakat yang lebih longgar berdampak pada perubahan pola perilaku yang lebih bebas. Secara


(11)

prinsip kehidupan yang bebas dan kebarat-baratan akan berdampak pada ditinggalkannya nilai-nilai yang bersumber pada nilai agama dan budaya luhur. Modernisasi adalah perubahan yang progresif (Suwarsono & Alvin , 1994:22). Dampak perubahan akibat moderinisasi beraneka ragam dan dampak perubahan tersebut berada di luar batas-batas kemanusiaan dan nilai-nilai agama.

Salah satu upaya untuk menjaga dan membentuk watak generasi muda Indonesia adalah melalui pendidikan. Pendidikan tidak hanya dipahami sebagai pendidikan formal. Pendidikan diartikan sebagai upaya sepanjang hayat untuk menjadi manusia seutuhnya. Oleh karena itu pendidikan nasional bertujuan mempersiapkan generasi muda yang lebih ideal, yaitu generasi yang mengerti hak dan kewajiban dan berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa di masa depan. Esensi dari tujuan pendidikan nasional adalah proses menumbuhkan bentuk budaya keilmuan, sosial, ekonomi, dan politik yang lebih baik dalam perspektif tertentu harus mengacu pada masa depan yang jelas (pembukaan UUD 1945 alinea 4). Melalui kegiatan pendidikan, gambaran tentang generasi yang ideal itu dituangkan dalam proses transformasi nilai-nilai agama, budaya dan sosial. Pemahaman ini mengandung makna bahwa lembaga pendidikan sebagai tempat pembelajaran manusia memiliki fungsi sosial yaitu menanamkan nilai-nilai sosial dalam pergaulan sehari-hari sehingga terbentuknya watak dan kepribadian manusia yang terpelajar tanpa meninggalkan sendi-sendi agama.

Pendidikan tidak hanya berlangsung di lembaga formal. Pendidikan dapat berlangsung dimasyarakat melalui penyelenggaran pendidikan non formal atau perpaduan pendidikan formal dan non formal. Lembaga pendidikan pesantren


(12)

3

dikenal sebagai lembaga pendidikan masyarakat yang berbasis agama. Lembaga pendidikan pesantren merupakan bagian dari institusi pendidikan yang hadir dan hidup di tengah masyarakat (Sulaeman, 2010:9). Pondok pesantren memiliki peran strategis untuk mempersiapkan para santri muda yang memiliki watak dan kepribadian terpelajar berdasarkan nilai-nilai agama.

Pondok pesantren selama ini diakui telah mampu memberikan pembinaan dan pendidikan bagi para santri untuk menyadari sepenuhnya atas kedudukannya sebagai manusia dan sebagai mahluk tuhan yang harus mengaktualisasikan perintah-perintah agama dalam kehidupannya. Hasil pembinaan pondok pesantren membuktikan bahwa para santri menerima pendidikan untuk memeiliki nilai-nilai kemasyarakatan selain akademis. Keberhasilan pondok pesantren dalam bidang pembinaan bangsa di dorong oleh adanya potensi besar yang dimiliki oleh pondok pesantren, yakni potensi pengembangan masyarakat dan potensi pendidikan keagamaan.

Perkembangan masyarakat dewasa ini menghendaki adanya pembinaan peserta didik yang dilaksanakan secara seimbang antara sikap, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat luas dengan berlandaskan pada nilai-nilai agama. Dalam perkembangannya pondok pesantren yang dikenal sebagai lembaga pendidikan tertua mengalami perubahan dan diklasifikasikan pada beberapa tipe seperti pondok pesantren modern, salafiyah, perpaduan antara pondok pesantren dengan pendidikan formal.


(13)

Pondok pesantren Al-Basyariah Margaasih Bandung adalah salah satu pondok pesantren yang berusaha menanamkan nilai-nilai agama kepada santri terkait dengan kehidupan sehari hari di masyarakat. Pondok pesantren Al- Basyariah menginginkan terjadinya proses pendidikan dalam memanusiakan santrinya agar berakhlak dan berwatak melalui penanaman nilai-nilai islami dalam pergaulan di tengah masyarakat. Pendidikan yang ditanamkan pada hakekatnya adalah modal dasar untuk membina watak, perilaku dan karakter para santri dalam menata kehidupannya. Pendidikan yang ditanamkan merupakan investasi sumber daya manusia di masa depan. Investasi SDM diharapkan dapat memberikan manfaat yang luas terhadap pembangunan masyarakat.

Kehadiran pondok pesantren Al-Basyariah adalah sebuah bentuk kepedulian dan kepekaan terhadap pentingnya pembinaan watak generasi muda yang saat ini sudah mulai rapuh diterjang angin modernisasi. Fenomena rapuhnya nilai-nilai seperti kejujuran, sopan santun, tolong-menolong, dan saling menghargai erat kaitannya dengan lemahnya perilaku sosial dimasyarakat. Pentingnya penanaman pendidikan agama yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari disadari akan membawa dampak positif bagi kesejahteraan bagi masyarakat.

Tujuan penanaman nilai-nilai keagamaan bagi para santri , sebagaimana pesan UUD 1945 adalah untuk mewujudkan santri yang cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab dalam mengisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagaimana diiungkapkan oleh Chaedar (2009:12) bahwa “kebutuhan untuk membina generasi yang akan datang adalah dengan kemampuan menyusun kerangka moral imajinatif kian penting bukan saja untuk menyelesaikan persoalan


(14)

5

dengan cara-cara yang rasional dan saling menghargai tetapi penting untuk menjaga keutuhan masyarakat Indonesia yang majemuk”.

Menyadari betapa pentingnya pembinaan perilaku generasi muda yang mengaktualisasikan nilai-nilai agama Islam dalam kehidupannya maka penulis mencoba untuk lebih memahami kondisi empiris di lapangan dengan mengambil

judul penelitian ini “PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MEMBINA

PERILAKU SANTRI YANG BERWATAK TERPELAJAR DAN ISLAMI” (Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung).

B. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian penulis adalah mengenai peran pondok pesantren dalam membina perilaku santri yang berwatak terpelajar dan islami. Mengingat luasnya kajian permasalahan pada penulisan ini, maka penulis membatasi masalah kedalam beberapa rumusan, antara lain :

1. Bagaimana peran pesantren Al-Basyariah dalam membina watak santri yang terpelajar dan islami?

2. Bagaimana pola pembinaan yang dilakukan di pesantren Al-Basyariah dalam pembentukan watak santri yang terpelajar dan islami?

3. Bagaimana pelaksanaan pembinaan yang dilakukan pesantren

Al-Basyariah dalam membentuk watak santri yang terpelajar dan Isami?

4. Bagaimana hasil yang diperoleh setelah dilaksanakannya pembinaan


(15)

5. Bagaimana hambatan yang muncul dan upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pembinaan watak santri Al- Basyariah?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh data mengenai peran pondok pesantren dalam membina perilaku santri yang berwatak terpelajar dan islami.

2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus antara lain:

a. Untuk mengetahui peran pesantren Al-Basyariah dalam membina

watak santri yang terpelajar dan islami.

b. Bagaimana peran pesantren Al-Basyariah dalam membina watak santri

yang terpelajar dan islami?

c. Untuk mengetahui pola pembinaan yang dilakukan di pesantren Al-Basyariah dalam pembentukan watak santri yang terpelajar dan islami. d. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan yang dilakukan pesantren

Al-Basyariah dalam membentuk watak santri yang terpelajar dan Isami.

e. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh setelah dilaksanakannya pembinaan watak bagi santri pesantren Al-Basyariah.

f. Untuk mengetahui hambatan yang muncul dan upaya yang dilakukan dalam melaksanakan pembinaan watak santri Al- Basyariah.


(16)

7

D. Manfaat penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki manfaat baik bagi penulis atau masyarakat umum sehingga penelitian dianggap memiliki nilai bagi pengembangan nilai–nilai dalam masyarakat .

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan keilmuan dalam bidang pendidikan kewarganegaraan, khususnya dalam pendidikan nilai dan moral.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam melakukan pembinaan watak masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai islami.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu bahan

pertimbangan bagi tenaga pendidik, pengambil kebijakan, terutama pendidik bidang kewarganegaraan dalam menanamkan nilai yang terpelajar dengan menitikberatkan pada sendi-sendi agama Islam.

c. Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi terhadap

pengembangan pendidikan pesantren guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang lebih baik.

E. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan penjelas kedudukan permasalahan dalam penelitian. Anggapan dasar merupakan landasan teori dalam penelitian agar teori dapat secara lebih mudah dipahami peneliti. Surakhmad (1999: 96)


(17)

mengungkapkan bahwa anggapan dasar adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Gagasan tentang letak persoalan atau permasalahan dalam hubungan yang lebih luas harus memiliki anggapan dasar. Anggapan dasar pada penelitian ini adalah:

1. Pondok pesantren diyakini sangat efektif membentuk karakter santrinya dengan baik (Penelitian Muharyadi Tri Yuli Setiabudi, tersedia di http://journal.unnes.ac.id).

2. Pesantren merupakan lembaga yang paling menentukan watak keislaman (Soebadri dan Johns dalam Zamakhsyari Dhofier, 2001:13)

3. Penanaman nilai-nilai islam di pesantren dibentuk melalui pembiasaan berperilaku sesuai dengan ajaran islam, sehingga dapat berpengaruh terhadap pembentukan watak santri yang islami. Hal itu senada dengan pandangan behavioristik yang menekankan bahwa pola-pola perilaku itu dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan dengan mengondisikan stimulus dalam lingkungan (Abin Syamsudin, 2007:23).

F. Penjelasan Istilah

1. Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang

utama (Poerwadarminta, 1985:735).

2. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam (tafaqqul fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama Islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari (Maftuhu, 1994:6).


(18)

9

3. Santri adalah warga belajar dalam pondok pesantren yang mengkaji

ilmu-ilmu agama (Sudirman, 2010:11).

4. Perilaku yaitu maksud untuk berperilaku dalam cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu ( Robbins, 2006:93).

5. Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan

tingkah lakunya; budi pekerti; tabiat (http://kbbi.web.id).

6. Terpelajar adalah karakter seseorang yang telah memperoleh pelajaran (http://kbbi.web.id).

7. Islami adalah bersifat keislaman (http://kbbi.web.id).

G. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah kyai, staf pengajar dan santri pondok pesantren Al-Basyariah, diharapkan subjek peneltian tersebut dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan dirancang untuk menjawab permasalahan yang dikaji dalam penelitian

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian terletak di Pondok Pesantren Al-Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada pra penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa tujuan daripada pembelajaran di pesantren ini salah satunya adalah membentuk perilaku santri yang terpelajar dengan berdasarkan syariat-syariat agama Islam.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”

Pendekatan ini dipilih berdasarkan dua alasan. Pertama,

permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar belakang alamiahnya. Disamping itu, metode kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,. karena berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang sedang berlangsung dan berkenaan dengan kondisi masa sekarang. Sebagaimana Nazir (1988:63) mengemukakan bahwa :


(20)

44

Metode deskriptif adalah satu metoda dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau pun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Metode ini sangat cocok digunakan dalam penelitian ini karena penelitian ini berusaha mencari gambaran satu kelompok manusia untuk mencapai tujuan kelompok tersebut. Sehingga fenomena kelompok tersebut dapat terungkap secara jelas dan akurat. Sesuai dengan metode penelitian tersebut maka penelitian ini berusaha untuk mendapatkan gambaran real mengenai peran pondok Pesantren dalam membina perilaku santri yang terpelajar dan Islami.

Pengertian metode deskriptif lebih ditegaskan lagi oleh Winarno Surakhmad (1990:140) dengan mengungkapkan ciri-cirinya sebagai berikut :

Pertama, memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada pada saat sekarang atau bersifat sakral (up to date). Kedua, data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan yang kemudian dianalisis (karena ini metode ini sering pula disebut metode analitik).

Dalam penelitian ini, penulis merupakan instrumen penting yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa alat pengumpulan data lainnya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2000:132) bahwa:

Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan


(21)

perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor penelitiannya

Selain itu, penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

B. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moleong, 2000: 150). Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain (S. Nasution, 1996:73).

Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan

dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi dalam


(22)

46

berupa transkrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti analisis dokumen dan studi literatur.

Berdasarkan hal ini, peneliti harus mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan, disesuaikan dengan keadaan dan ciri yang unik dari responden. Dalam hal ini, pewawancara harus penuh perhatian terhadap apa yang diungkapkan, berusaha bertanya secara rinci kepada

responden, menghindari pertanyaan yang kemungkinan hanya dijawab “ya”

atau “tidak”, dan berusaha menghubungkan keseluruhan hasil wawancara melalui persiapan pertanyaan penelitian yang direncanakan ini diharapkan dalam merespon pertanyaan responden lebih bebas dan terbuka, sehingga pertanyaan/proses tanya jawab mengalir seperti pada percakapan sehari-hari.

2. Studi Dokumentasi

Penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif membutuhkan jenis data primer dan sekunder. Dalam hal ini studi dokumentasi termasuk kedalam jenis data sekunder, yakni berupa dokumen-dokumen yang dibutuhkan untuk menunjang data penelitian. Seperti yang dijelaskan oleh Moleong (1998:161), ”…dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan”.

Menurut Endang Danial (2009:79) studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik,


(23)

jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb.

3. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Arikunto (1998:129) berpendapat bahwa “observasi dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan instrumen pengamatan maupun tanpa instrumen pengamatan”.

Lebih lanjut Nazir (1988:65) mengemukakan bahwa metode survey (observasi) adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah.

Melalui teknik ini diharapkan dapat menghasilkan data yang lebih faktual mengenai situasi dan kondisi kegiatan penelitian di lapangan. Menurut M.Q. Patton (dalam Nasution 1996:59) manfaat data observasi adalah sebagai berikut:

a. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami

konteks data dalam keseluruhan situasi, jdai ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan

pendekatan induktif, jadi tidak dapat dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka

kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu,


(24)

48

karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan

terungkapkan dalam wawancara.

d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan

terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga. e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden

sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan

sehingga akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan situasi sosial.

Oleh karena itu, keberadaan peneliti secara langsung dilapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk mendapatkan data yang lebih terinci dan akurat.

C. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengajukan pertanyaan-pertanyaan penelitian kepada objek penelitian dengan tujuan agar dapat menjawab masalah yang terdapat dalam fokus penelitian. Adapun pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Pesantren Al-Basyariah dalam membina watak

santri yang terpelajar dan Islami?

a. Nilai-nilai apa sajakah yang diajarkan Pesantren Al-Basyariah kepada para santri?

b. Apakah yang menjadi tujuan pembinaan watak santri yang pelajar dan Islami?

c. Bagaimana peran Pesantren Al-Basyariah dalam membentuk


(25)

d. Bagaimana peran Pesantren Al-Basyariah dalam membentuk sikap para santri?

e. Bagaimana tanggapan santri mengenai peran Pesantren dalam membentuk watak santri yang terpelajar dan Islami?

2. Bagaimana pola pembinaan yang dilakukan di Pesantren

Al-Basyariah dalam pembentukan watak santri yang terpelajar dan Islami?

a. Bagaimana sistem kurikulum yang diterapkan oleh Pesantren

Al-Basyariah dalam membentuk watak santri yang terpelajar dan Islami?

b. Pola pembinaan seperti apakah yang dilakukan Pesantren Al-Basyariah dalam membentuk watak santri yang terpelajar dan Islami?

c. Hal apa yang menjadi latar belakang penerapan pola pembinaan

tersebut?

d. Bagaimana tanggapan santri mengenai pola pembinaan watak santri yang terpelajar dan Islami?

3. Bagaimana pelaksanaan pembinaan yang dilakukan Pesantren Al-Basyariah dalam membentuk watak santri yang terpelajar dan Islami?

a. Bagaimanakah sikap/watak santri sebelum dilakukannya


(26)

50

b. Apakah pelaksanaan program pembinaan watak santri berjalan sesuai dengan pola/kurikulum yang ditetapkan ?

c. Bagaimana partisipasi santri dalam mengikuti pembelajaran di Pesantren Al-Basyariah ?

d. Dalam kurun waktu berapa lama pelaksanaan pembinaan santri tersebut dilakukan?

4. Bagaimana hasil yang diperoleh setelah dilaksanakannya pembinaan

watak santri yang terpelajar dan Islami di Pesantren Al-Basyariah?

a. Hasil apakah yang diinginkan setelah dilaksanakannya

pembinaan santri?

b. Apakah indikator keberhasilan program pembinaan yang

dilakukan di pondok Pesantren Al-Basyariah?

c. Bagaimana pola perilaku santri setelah mengikuti program pembinaan?

d. Perubahan apakah yang sangat nampak terjadi setelah

dilaksanakannya pembinaan?

5. Hambatan apa yang ditemui dan upaya yang dilakukan dalam

pelaksanaan pembinaan watak bagi santri Al- Basyariah?

a. Kendala apa sajakah yang ditemui dalam membina watak santri yang terpelajar dan Islami?

b. Hal apa saja yang sering muncul sebagai penghambat dalam pembinaan watak santri yang terpelajar dan Islami?


(27)

c. Bagaimana respon santri terhadap peraturan-peraturan yang diterapkan di Pesantren Al-Basyariah?

d. Apa yang dilakukan oleh Pesantren terhadap santri yang tidak mengikuti pembelajaran di Pesantren?

e. Hukuman apakah yang diberikan Pesantren kepada santri yang tidak mematuhi peraturan Pesantren?

f. Hal apa yang dilakukan oleh Pesantren untuk meningkatkan partisipasi santri dalam mengikuti pembelajaran di Pesantren?

D. Validitas Data

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena dianggap tidak memenuhi syarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (validitas internal). Menurut Nasution (1996: 114-118) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya yaitu antara lain:

1. Memperpanjang masa observasi

Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk betul-betul

mengenal suatu lingkungan, oleh sebab itu peneliti berusaha

memperpanjang waktu penelitian dengan cara mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan cara mengenal kebiasaan yang ada dan


(28)

52

mengecek kebenaran informasi guna memperoleh data dan informasi yang valid yang diperlukan dalam penelitian ini.

2. Pengamatan yang terus menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti akan dapat memberikan deskripsi yang terinci mengenai apa yang sedang diamatinya, yang berkaitan dengan peran pondok Pesantren dalam membina perilaku santri yang terpelajar dan Islami.

3. Triangulasi

Tujuan triangulasi ialah mencek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data-data yang diperoleh dari sumber lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Moleong (2008:330) bahwa:

“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu”.

Dalam penelitian ini triangulasi data dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh kyai, staf pengajar dan santri Pondok Pesantren Al-Basyariah Desa Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung.

Menurut Sugiyono (2009: 372) “dalam pengujian kredibilitas terdapat berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu”. Berikut adalah bagan


(29)

triangulasi sumber, triangulasi cara, dan triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini.

Gambar 3.1

Triangulasi dengan Tiga Sumber Data

Sumber : Buku Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono : 2009)

Gambar 3.2

Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan data

Sumber : Buku Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono : 2009)

Kyai Staf Pengajar

Santri

Wawancara Observasi


(30)

54

Gambar 3.3

Triangulasi dengan Tiga Waktu Pengumpulan Data

Sumber : Buku Metode Penelitian Pendidikan (Sugiyono : 2009)

4. Menggunakan bahan referensi

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi.

5. Mengadakan member check

Salah satu cara yang sangat penting ialah melakukan member chek pada akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Tujuan member chek ialah agar informasi yang penulis peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan.

Pagi Siang


(31)

E. Tahap-Tahap Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian

Tahap pra penelitian yang dilakukan adalah:

a. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai subjek yang akan diteliti serta kajian teori mengenai peran pondok Pesantren dalam membina perilaku santri yang terpelajar dan Islami.

b. Memilih dan merumuskan masalah penelitian

c. Menentukan judul dan lokasi penelitian d. Menyusun proposal penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari responden. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti sebagai berikut:

a. Menghubungi pimpinan Pondok Pesantren Al-Basyariah Desa

Rahayu Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung untuk meminta ijin mengadakan penelitian.

b. Menghubungi kyai, staf pengajar yang ditunjuk dan santri untuk membuat janji melakukan wawancara.


(32)

56

c. Melakukan wawancara dengan responden, kemudian hasil

wawancara tersebut ditulis dan disusun dalam bentuk catatan lengkap

d. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan

dan relevan dengan masalah yang diteliti.

e. Melakukan observasi/pengamatan terhadap proses pembelajaran

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh melaui wawancara mendalam, studi dokumentasi dan observasi perlu dianalisis secara akurat dan seksama untuk diberi makna dan selanjutnya mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan mebuat abstraksi.

Moleong (2000:190) mengatakan bahwa “abstraksi merupakan usaha untuk membuat rangkuman yang inti, proses, dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya”. Langkah selanjutnya adalah penyusunannya dalam satuan-satuan. Satuan-satuan ini kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya.

Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Setelah selesai tahap ini, mulailah tahap penafsiran data dalam mengolah hasil sementara menjadi teori substantif dengan menggunakan beberapa metode tertentu. Proses analisis data dimulai dengan


(33)

menelaah, memeriksa seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, dirangkum dan difokuskan pada hal-hal yang penting.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan/verifikasi Miles dan Huberman (1992:16-18). Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus.

Tiga jenis kegiatan utama analisis data merupakan proses siklus dan interaktif. Peneliti harus siap bergerak di antara empat “sumbu” kumparan itu selama pengumpulan data, selanjutnya bergerak bolak balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan kesimpulan/verifikasi untuk lebih memperjelas alur kegiatan analisis data penelitian tersebut, akan dijelaskan pada bagan berikut ini:

Gambar 3.4 Komponen-komponen Analisis Data (Miles dan Huberman, 1992:20)

Pengumpulan data

Reduksi data

Kesimpulan: Penarikan/verifikasi

Penyajian data


(34)

58

1. Reduksi Data

Dalam Penelitian ini, reduksi data dilakukan dengan memfokuskan hasil penelitian pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Penelitian difokuskan pada tanggapan kyai, staf pengajar dan santri tentang peran pondok Pesantren dalam membina perilaku santri yang terpelajar dan Islami.

Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara

merangkum, mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek

permasalahan yang dapat diteliti.

2. Display Data

Display data adalah data-data hasil penelitian yang sudah tersusun secara terperinci untuk memberikan gambaran penelitian secara utuh. Data yang terkumpul secara terperinci dan menyeluruh selanjutnya dicari pola hubungannya untuk mengambil kesimpulan yang tepat. Penyajian data selanjutnya disusun dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.

3. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam


(35)

bentuk pernyataan singkat tentang peran pondok Pesantren dalam membina perilaku santri yang terpelajar dan Islami dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Dengan demikian, secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi, dan disesuaikan dengan masalah penelitian. Selanjutnya data dianalisis dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana diuraikan oleh Moleong (2000:192-205), yaitu:

a. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan responden dilakukan dalam kondisi tenang agar informasi yang diperoleh dapat sedalam mungkin.

b. Wawancara yang diupayakan mengarah pada fokus masalah

penelitian sehingga tercapai kedalaman bahasan yang diajukan. c. Data yang diperoleh melalui wawancara atau studi dokumentasi

dicek keabsahannya dengan memanfaatkan pembanding yang bukan berasal dari data yang terungkap dengan hasil dokumen.

d. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

e. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini. Dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian yang dilakukan penulis dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian.


(36)

Lena Mulyani, 2013

Peran Pondok Pesantren Dalam Membina Perilaku Santri Yang Berwatak Terpelajar Dan Islami BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab V ini peneliti mecoba menarik beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan pada bab-bab sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

1. Pondok Pesantren Al-Basyariah berperan dalam mengajarkan nilai-nilai keislaman (ukhuwah Islamiyah) sebagai dasar perilaku para santri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang diajarkan adalah nilai sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni kejujuran, kedisiplinan, pengendalian nafsu, keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, berakhlak mulia dan menyiapkan santri sebagai calon pengabdi masyarakat, bangsa dan negara, terutama dalam menjalankan syiar agama. Selain itu, para santri dibekali pula dengan pengetahuan umum yang dikerucutkan pada nilai-nilai agama.

2. Pembinaan watak di Pesantren Al-Basyariah dilakukan melalui pembiasaan (habituasi) serta penerapan reward and punishman. Selain itu, pola pendidikan yang diterapkan menggunakan TMI (Tarbiyatul Mu'allimin Al-Islamiyah) yang mengharuskan calon santri mengikuti program intensif selama 1 tahun sebelum masuk dan program masa bakti selama 1 tahun setelah santri mengikuti pendidikan selama 4-6 tahun.


(37)

3. Pelaksanaan pendidikan di Pesantren Al-Basyariah sampai saat ini berjalan dengan lancar mengikuti pola pembelajaran dan aturan yang ditetapkan, selain itu tingkat partisipasi santri dalam mengikuti program sangat tinggi.

4. Setelah mengikuti pendidikan di Pesantren Al-Basyariah, santri menunjukan perubahan watak dan perilaku kearah yang lebih baik terutama dalam hal perilaku, bahasa, kedisiplinan, tanggungjawab, kejujuran dalam berkata dan berbuat, menghargai waktu, menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai umat muslim, serta meningkatnya kesadaran dan ketaatan terhadap peraturan.. 5. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pendidikan di Pesantren

Al-Basyariah adalah adanya santri yang melanggar peraturan seperti terlambat mengikuti program, tidak shalat tahajud dan shalat subuh berjamaah, merokok, kabur dari pondok, menggunakan alat komunikasi (handphone), berkomunikasi dengan lawan jenis, serta berkomunikasi dengan menggunakan bahasa selain bahasa Arab dan Inggris, Untuk mengatasi hal itu, Pesantren memberikan hukuman secara berjenjang sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan, seperti teguran, berdiri (strap), dibotak dan dipenjara.

B. Saran

Untuk memberikan masukan kepada berbagai pihak berdasarkan hasil temuan pada penelitian di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut :

1. Hendaknya Pesantren Al-Basyariah melakukan kolaborasi pembelajaran

melalui kunjungan ke luar Pesantren, misalnya studi banding dengan Pesantren lain dan atau sebaliknya. Sehingga santri tidak jenuh dalam belajar,


(38)

112

Lena Mulyani, 2013

Peran Pondok Pesantren Dalam Membina Perilaku Santri Yang Berwatak Terpelajar Dan Islami karena mendapat kesempatan dan pengalaman baru di lingkungan yang berbeda.

2. Menjalin kerjasama dengan instansi/lembaga lain untuk meningkatkan

kualitas, sarana dan prasarana Pesantren.

3. Hendaknya para santri memanfaatkan program masa bakti untuk

mengamalkan ilmu dan menambah pengalaman serta keterampilan dalam menyebarkan nilai-nilai keIslaman.

4. Santri hendaknya mengaplikasikan ilmu dan wawasan yang diperoleh di Pesantren dalam kehidupan sehari-hari.

5. Perlu dilakukan peningkatan pengawasan terhadap santri agar perilaku melanggar peraturan dapat diminimalisir.

6. Diharapkan ada peneliti lain yang mengkaji secara lebih mendalam mengenai

peran pondok Pesantren dalam membina watak santri yang terpelajar dan Islami sehingga pengetahuan mengenai hal ini dapat selalu berkembang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang cenderung berubah.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Alwasilah, A. Chaedar. 2009. Etnopedagogi Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: Kiblat Utama.

Budimansyah, Dasim. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press

Danial, Endang. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Depag R.I. 1985. Tri Darma Pondok Pesantren. Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia

Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta.

Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES

Engkoswara,2002. Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Fachrudin, Fuad. 1984. Suara Islam : Imam, Da’I dan Alim. Darul Insan: Jakarta. Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Maarif, Ahmad Syafi’i. 2008. Dinamika Islam. Jakarta. Shalahudin Press

Maftuhu. 2007. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS

Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage

Foundation.

Miles, Matthew & Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press

Moleong, J.X. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mutakin, Awan. 2006. Individu Masyarakat dan Perubahan Sosial. Jakarta Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nazir, Muhammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.


(40)

Pondok Pesantren Al-Basyariah. 2012. Dokumen Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Al-Basyariah. Bandung: Tidak Diterbitkan

Saepudin, Epin. 2011. Model Pembelajaran Demokrasi Melalui Pengembangan

Organisasi Kemahasiswaan (Studi Kasus Terhadap Mahasiswa di

Universitas Pendidikan Indonesia Bandung). Skripsi Pada Jurusan PKn FPIPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Sudirman, Deden. 2010. Internalisasi Nilai-Nilai Kerjasama Pada KKN

Mahasiswa Berbasis Research Participatory Action Research Sebagai Upaya Mewujudkan Kepedulian Social. Bandung: UPI

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulaeman, Asep 2010. Pengembangan Model Pelatihan Bagi Bantri. Disertasi. Bandung: Tidak diterbitkan.

Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar-dasar Metode Teknik. Bandung : Tarsito.

Syamsuddin Makmun, Abin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tri Yuli Setiabudi, Muharyadi, dkk. 2012. Best Practice Pendidikan Karakter Pada Lembaga Pendidikan Berbasis Agama: Pengalaman Pondok Pesantren Al-Wahdah. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id

Yusuf, Syamsu. LN, 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cetakan kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya.


(1)

59

bentuk pernyataan singkat tentang peran pondok Pesantren dalam membina perilaku santri yang terpelajar dan Islami dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Dengan demikian, secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data, setelah data dirangkum, direduksi, dan disesuaikan dengan masalah penelitian. Selanjutnya data dianalisis dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, sebagaimana diuraikan oleh Moleong (2000:192-205), yaitu:

a. Wawancara yang dilakukan peneliti dengan responden dilakukan dalam kondisi tenang agar informasi yang diperoleh dapat sedalam mungkin.

b. Wawancara yang diupayakan mengarah pada fokus masalah penelitian sehingga tercapai kedalaman bahasan yang diajukan. c. Data yang diperoleh melalui wawancara atau studi dokumentasi

dicek keabsahannya dengan memanfaatkan pembanding yang bukan berasal dari data yang terungkap dengan hasil dokumen.

d. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

e. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif fokus penelitian.

Demikian prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini. Dengan tahap-tahap ini diharapkan penelitian yang dilakukan penulis dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria keabsahan suatu penelitian.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab V ini peneliti mecoba menarik beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan pada bab-bab sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

1. Pondok Pesantren Al-Basyariah berperan dalam mengajarkan nilai-nilai keislaman (ukhuwah Islamiyah) sebagai dasar perilaku para santri dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang diajarkan adalah nilai sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, yakni kejujuran, kedisiplinan, pengendalian nafsu, keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT, berakhlak mulia dan menyiapkan santri sebagai calon pengabdi masyarakat, bangsa dan negara, terutama dalam menjalankan syiar agama. Selain itu, para santri dibekali pula dengan pengetahuan umum yang dikerucutkan pada nilai-nilai agama.

2. Pembinaan watak di Pesantren Al-Basyariah dilakukan melalui pembiasaan (habituasi) serta penerapan reward and punishman. Selain itu, pola pendidikan yang diterapkan menggunakan TMI (Tarbiyatul Mu'allimin Al-Islamiyah)

yang mengharuskan calon santri mengikuti program intensif selama 1 tahun sebelum masuk dan program masa bakti selama 1 tahun setelah santri mengikuti pendidikan selama 4-6 tahun.


(3)

111

3. Pelaksanaan pendidikan di Pesantren Al-Basyariah sampai saat ini berjalan dengan lancar mengikuti pola pembelajaran dan aturan yang ditetapkan, selain itu tingkat partisipasi santri dalam mengikuti program sangat tinggi.

4. Setelah mengikuti pendidikan di Pesantren Al-Basyariah, santri menunjukan perubahan watak dan perilaku kearah yang lebih baik terutama dalam hal perilaku, bahasa, kedisiplinan, tanggungjawab, kejujuran dalam berkata dan berbuat, menghargai waktu, menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai umat muslim, serta meningkatnya kesadaran dan ketaatan terhadap peraturan.. 5. Hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pendidikan di Pesantren

Al-Basyariah adalah adanya santri yang melanggar peraturan seperti terlambat mengikuti program, tidak shalat tahajud dan shalat subuh berjamaah, merokok, kabur dari pondok, menggunakan alat komunikasi (handphone),

berkomunikasi dengan lawan jenis, serta berkomunikasi dengan menggunakan bahasa selain bahasa Arab dan Inggris, Untuk mengatasi hal itu, Pesantren memberikan hukuman secara berjenjang sesuai dengan tingkat kesalahan yang dilakukan, seperti teguran, berdiri (strap), dibotak dan dipenjara.

B. Saran

Untuk memberikan masukan kepada berbagai pihak berdasarkan hasil temuan pada penelitian di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut :

1. Hendaknya Pesantren Al-Basyariah melakukan kolaborasi pembelajaran melalui kunjungan ke luar Pesantren, misalnya studi banding dengan Pesantren lain dan atau sebaliknya. Sehingga santri tidak jenuh dalam belajar,


(4)

112

karena mendapat kesempatan dan pengalaman baru di lingkungan yang berbeda.

2. Menjalin kerjasama dengan instansi/lembaga lain untuk meningkatkan kualitas, sarana dan prasarana Pesantren.

3. Hendaknya para santri memanfaatkan program masa bakti untuk mengamalkan ilmu dan menambah pengalaman serta keterampilan dalam menyebarkan nilai-nilai keIslaman.

4. Santri hendaknya mengaplikasikan ilmu dan wawasan yang diperoleh di Pesantren dalam kehidupan sehari-hari.

5. Perlu dilakukan peningkatan pengawasan terhadap santri agar perilaku melanggar peraturan dapat diminimalisir.

6. Diharapkan ada peneliti lain yang mengkaji secara lebih mendalam mengenai peran pondok Pesantren dalam membina watak santri yang terpelajar dan Islami sehingga pengetahuan mengenai hal ini dapat selalu berkembang disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang cenderung berubah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Alwasilah, A. Chaedar. 2009. Etnopedagogi Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: Kiblat Utama.

Budimansyah, Dasim. 2010. Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press

Danial, Endang. 2009. Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan

Depag R.I. 1985. Tri Darma Pondok Pesantren. Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia

Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Dhofier, Zamakhsyari. 1982. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES

Engkoswara,2002. Lembaga Pendidikan sebagai Pusat Pembudayaan. Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Fachrudin, Fuad. 1984. Suara Islam : Imam, Da’I dan Alim. Darul Insan: Jakarta. Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Maarif, Ahmad Syafi’i. 2008. Dinamika Islam. Jakarta. Shalahudin Press Maftuhu. 2007. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS

Megawangi, R. 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta: Indonesia Heritage Foundation.

Miles, Matthew & Huberman, A. Michael. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI-Press

Moleong, J.X. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Mutakin, Awan. 2006. Individu Masyarakat dan Perubahan Sosial. Jakarta Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito. Nazir, Muhammad. (1988). Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.


(6)

Pondok Pesantren Al-Basyariah. 2012. Dokumen Kurikulum Pendidikan Pondok Pesantren Al-Basyariah. Bandung: Tidak Diterbitkan

Saepudin, Epin. 2011. Model Pembelajaran Demokrasi Melalui Pengembangan Organisasi Kemahasiswaan (Studi Kasus Terhadap Mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung). Skripsi Pada Jurusan PKn FPIPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan

Sudirman, Deden. 2010. Internalisasi Nilai-Nilai Kerjasama Pada KKN Mahasiswa Berbasis Research Participatory Action Research Sebagai Upaya Mewujudkan Kepedulian Social. Bandung: UPI

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2008. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sulaeman, Asep 2010. Pengembangan Model Pelatihan Bagi Bantri. Disertasi. Bandung: Tidak diterbitkan.

Surakhmad, Winarno. (1998). Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar-dasar Metode Teknik. Bandung : Tarsito.

Syamsuddin Makmun, Abin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun Kamus. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tri Yuli Setiabudi, Muharyadi, dkk. 2012. Best Practice Pendidikan Karakter Pada Lembaga Pendidikan Berbasis Agama: Pengalaman Pondok Pesantren Al-Wahdah. Tersedia di http://journal.unnes.ac.id

Yusuf, Syamsu. LN, 2001. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Cetakan kedua, Bandung: Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

Perilaku Komunikasi Santri Dengan Kyai di Lingkungan Pondok Pesantren Al-Basyariah di Cigondewah Kabupaten Bandung

1 55 118

STRATEGI PEMBENTUKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ KECAMATAN RANCABALI, KABUPATEN BANDUNG

1 37 126

PERAN PEMIMPIN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAT DALAM MENANAMKAN ETIKA KEISLAMAN SANTRI Peran Pemimpin Pondok Pesantren Al-Hidayat Dalam Menanamkan Etika Keislaman Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-HIdayat Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2011

3 16 16

PERAN PEMIMPIN PONDOK PESANTREN AL-HIDAYAT DALAM MENANAMKAN ETIKA KEISLAMAN SANTRI Peran Pemimpin Pondok Pesantren Al-Hidayat Dalam Menanamkan Etika Keislaman Santri (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-HIdayat Kecamatan Lasem Kabupaten Rembang Tahun 2011

0 3 18

STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK: Studi Deskriptif Analitis di Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Indramayu.

0 1 28

KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI : Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung.

0 4 56

PERAN KYAI DALAM MEMBINA PERILAKU RELIGIUS SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN RADEN PAKU TRENGGALEK - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 2

Integrasi Kognitif dan Perilaku dalam Pola Penanaman Disiplin Santri di Pesantren Al- Basyariah Bandung

0 0 18

PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SOSIAL SANTRI (STUDI KASUS PADA PONDOK PESANTREN AL-HASAN SALATIGA) - Test Repository

0 1 127

MANAJEMEN ORGANISASI SANTRI PADA PONDOK PESANTREN DI KOTA BANJARMASIN (STUDI MULTI KASUS DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMIYAH, PONDOK PESANTREN AL-ISTIQAMAH,DAN PONDOK PESANTREN AL-FURQAN) Tesis

0 0 14