KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI : Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung.
No. Daftar FPIPS 1522/UN.40.2.2/PL/2013
KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI
(Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung) SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh Dwi Ratna Dewi
0903972
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013
(2)
KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI
(Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung)
Oleh
DWI RATNA DEWI
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Dwi Ratna Dewi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
KAJIAN TENTANG BUDAYA DEMOKRASI DI PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN CIVIC DISPOSITION SANTRI
(Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung) Oleh
DWI RATNA DEWI 0903972
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,
Prof. Dr. H. Karim Suryadi,. M.Si NIP. 197008141994021001
Pembimbing II,
Syaifullah S.Pd,. M.Si NIP. 197211121999031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Syaifullah S.Pd,. M.Si NIP. 197211121999031001
(4)
Skripsi ini telah diuji pada,
Hari, Tanggal : Jumat, 31 Mei 2013
Tempat : Gedung FPIPS UPI
Panitia ujian terdiri dari
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris :
Syaifullah, S.Pd,. M.Si NIP. 19721112 199903 1 001
3. Penguji : 3.1
Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si NIP. 19620102 198608 2 001 3.2
Prof. Dr. H. Endang Sumantri, M. Ed NIP. 19410715 196703 1 001
3.3
Drs. Muhammad Halimi, M.Pd NIP. 19580605 198803 1 001
(5)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Dwi Ratna Dewi (0903972) “Kajian Tentang Budaya Demokrasi di Pesantren Dalam Mengembangkan Civic Disposition Santri” (Studi Deskriptif di Pesantren Al-Basyariah Bandung). Keterlibatan kaum santri dalam pembumian nilai-nilai budaya demokrasi di pesantren sangat besar pengaruhnya, keterbatasan pengetahuan terkait demokrasi, serta adanya perbedaan persepsi yang mendasar tentang demokrasi dalam pengimplementasiannya, demokrasi sering disalahartikan dengan kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa memikirkan efek kebebasan yang mereka yakini. Fenomena di Pesantren terkait demokrasi, kebebasan berpendapat ketika santri merasa terkungkung dengan banyaknya aturan yang ditetapkan oleh pesantren sehingga banyak anggapan, bahwa aturan tersebut tidak demokratis dan melanggar hak azasi manusia. Penelitian ini bertujuan untuk, 1) Mengetahui proses pengembangan civic disposition santri Pesantren Al-Basyariah; 2) Mengidentifikasi nilai budaya demokrasi yang dikembangkan di Pesantren Al-Basyariah; 3) Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri; 4) Mengidentifikasi upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti langsung bertindak sebagai subjek yang terjun langsung ke lapangan dan untuk melengkapi hasil pengamatan data-data diperoleh melalui teknik wawancara, obsevasi, studi dokumentasi dan catatan lapangan. Berdasarkan hasil penelitian bahwa: 1) Proses pengembangan civic disposition santri di Pesantren Al-Basyariah dilakukan melalui, pemberian materi-materi pembelajaran di kelas dan kegiatan-kegiatan pembiasaan dalam kehidupan keseharian santri. 2) Nilai budaya demokrasi yang dikembangkan di Pesantren Al-Basyariah yaitu kebebasan mengemukakan pendapat, kesamaan dalam kesempatan dan kemandirian. 3) Hambatan-hambatan yang dihadapi pesantren Al-Basyariah dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri terdiri dari beberapa faktor yaitu Kader Pondok, Santri, Asatidz dan Asatidzah. 4) Upaya-upaya yang dilakukan Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam proses pengembangan civic disposition santri dilakukan dengan cara, pemberlakuan sanksi yang tegas sesuai kesepakatan, bimbingan dan pendekatan yang lebih intens, evaluasi bulanan untuk mengatasi hambatan yang ditimbulkan oleh kelalaian Asatidz dan Asatidzah.
(6)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kata Kunci: Civic Disposition, Budaya Demokrasi, Pesantren ABSTRACT
Dwi Ratna Dewi (0903972) "Studies On Culture of Democracy in the Developing Civic Disposition Boarding School Students" (Descriptive Study in Pesantren Al-Basyariah Bandung). Involvement of students in the grounding of the values of democracy in Islamic culture is very big influence, lack of knowledge related to democracy, as well as the perception of the fundamental differences in the implementation of democracy, democracy is often confused with freedom freely without thinking about the effect of the freedom they believe. Pesantren related phenomena in democracy, freedom of speech when many students feel confined by the rules set by the schools so much contention, that these rules are undemocratic and violate human rights. This study aims to, 1) Know the process for developing civic disposition Pesantren Al-Basyariah students; 2) Identify the cultural values of democracy developed in Pesantren Al-Basyariah; 3) Identify barriers faced by Pesantren Al-Basyariah in the process of civilizing values democracy as a form of civic development of students disposition; 4) Identify Pesantren Al-Basyariah efforts to overcome the obstacles encountered in the process of civilizing values of democracy as a form of civic development of students disposition. The approach used in this study is a qualitative approach using descriptive methods. In this study the researcher directly act as a subject who go directly to the field and to complement the observation data obtained through interview techniques, observation, documentation studies and field notes. Based on the findings that: 1) The process of development of civic disposition students at Pesantren Al-Basyariah carried through, provision of learning materials in the classroom and habituation activities in daily life of students. 2) The value of democratic culture that developed in Pesantren Al-Basyariah namely freedom of expression, equality in opportunity and independence. 3) The constraints faced pesantren Al-Basyariah in the process of civilizing values of democracy as a form of civic development of students disposition consists of several factors, namely Kader cottage, Rasta, asatidz and Asatidzah. 4) The efforts made Pesantren Al-Basyariah to overcome obstacles in the process of civic development of students is done by way of disposition, strict sanctions according to the agreement, guidance and
(7)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a more intense approach, monthly evaluation to overcome barriers caused by negligence asatidz and Asatidzah.
(8)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ………
ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMAKASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR BAGAN ... DAFTAR LAMPIRAN ...
BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Penjelasan Istilah ... F. Metode dan Teknik Penelitian ...
G. Lokasi dan Subjek………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... A. Budaya Demokrasi………...
i ii iii vi viii xiii xiv xv 1 1 5 6 6 8 10 16 18 18
(9)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Pengertian Budaya Demokrasi……….. ... 2. Prinsip Budaya Demokrasi………. ... 3. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Demokrasi ... B. Pesantren ... 1. Ciri-Ciri Komunitas Pesantren... 2. Tipologi Pesantren ... 3. Pengertian dan Tujuan Pesantren ... 4. Unsur-unsur Pesantren ... C. Civic Disposition ...
1. Civic Disposition ... 2. Komponen Civic Disposition...
a. Kejujuran ………..
b. Tanggung Jawab………...
c. Disiplin ……….
d. Kemandirian ………... D. Kaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Budaya Demokrasi...
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 2. Tujuan dan Fungsi Kewarganegaraan ... 3. Kaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Budaya
Demokrasi……….. BAB III METODE PENELITIAN ...
18 20 21 23 23 25 27 28 34 34 35 36 36 37 39 40 40 41 43 47
(10)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ...
1. Pendekatan Penelitian ………
2. Metode Penelitian ………..
B. Teknik Pengumpulan Data ... 1. Wawancara... 2. Observasi ... 3. Catatan Lapangan ... 4. Studi Dokumentasi ...
C. Prosedur Penelitian ……….
D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... E. Pengujian Keabsahan Data ... 1. Credibility ... 2. Transferability ... 3. Dependability ... 4. Confirmability ... F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...
1. Profil Pesantren Al-Basyariah Bandung ... 2. Visi dan Misi Pesantren Al-Basyariah ……….. 3. Sarana dan Prasarana ...
47 47 48 49 49 51 51 52 52 54 55 55 58 59 59 60 63 63 64 64 65
(11)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Tenaga Pengajar ………
5. Jadwal Harian Santri... 6. Badan Pengurus Pesantren ... B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ...
1. Proses Pengembangan Civic Disposition Santri di Pesantren Al-Basyariah Bandung ... 2. Nilai Budaya Demokrasi yang dikembangkan di Pesantren Al-
Basyariah Bandung……….
3. Hambatan yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam Proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition Santri……….. 4. Upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition Santri………... C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 1. Proses Pengembangan Civic Disposition Santri di Pesantren
Al-Basyariah Bandung ... 2. Nilai Budaya Demokrasi yang dikembangkan di Pesantren Al-
Basyariah Bandung………..
a. Kebebasan Mengemukakan Pendapat ……….... 66 66 67 69
69
77
79
82 84
84
89 90
(12)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Kesamaan dalam Kesempatan ………
c. Kemandirian ………...
3. Hambatan yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam Proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition Santri………....
a. Kader Pondok ……….
b. Santri ………..
c. Asatidz dan Asatidzah ……… 4. Upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition Santri ………... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...
A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ...
DAFTAR PUSTAKA ………...
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………..
RIWAYAT HIDUP
92 93
95 95 96 97
99 103 103 104 106 109
(13)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara bertaburan etnik, agama, bahasa, budaya, kelompok sosial dan nilai memiliki tantangan tersendiri. Tantangan utama adalah bagaimana menyatukan segala perbedaan, menjadi suatu tatanan masyarakat yang demokratis. Tuntutan agar demokrasi lebih optimal hanya akan terjadi apabila semua rakyat dapat mengenal, percaya, dan memiliki komitmen satu sama lain.
Keterlibatan kaum santri dalam pembumian nilai-nilai demokrasi di pesantren sangat besar pengaruhnya. Pengaruh tersebut, tidak terlepas dari peran kyai sebagai sosok kharismatik yang sangat dihormati dan diyakini memiliki pengetahuan agama yang luas sebagai pemimpin. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraan pendidikan di pesantren, kyai merupakan figur yang memiliki otoritas untuk merencanakan, menyelenggarakan, dan mengendalikan seluruh pelaksanaan pendidikan di Pesantren.
Demokrasi sebagai salah satu faham kebebasan merambah keberbagai bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan di pesantren. Namun, keterbatasan pengetahuan terkait demokrasi, serta adanya perbedaan persepsi yang mendasar tentang demokrasi dalam pengimplementasiannya, demokrasi sering disalahartikan dengan kebebasan, dimana kebebasan yang sebebas-bebasnya tanpa memikirkan efek dari sebuah kebebasan yang mereka yakini.
(14)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
“…Ketidakmatangan, ketidakdewasaan, dan ketidakarifan warga negara dalam mengimplementasikan demokrasi tidak terlepas dari kurang berhasilnya penanaman nilai-nilai demokrasi dalam dunia pendidikan” (Sundawa, 2011). Banyak fenomena merebak terkait demokrasi, misalnya kebebasan berpendapat ketika santri merasa terkungkung dengan banyaknya aturan yang diterapkan oleh pihak pesantren sehingga banyak anggapan, bahwa aturan tersebut tidak demokratis dan melanggar hak azasi manusia.
Di Pesantren Al- Basyariah, sebelum santri bergabung, santri dan orang tua santri disodorkan MOU (Memorandum Of Understanding). MOU tersebut berisi peraturan mengenai prilaku yang harus dijaga oleh santri selama berada di pondok pesantren dan selama masih dalam binaan pesantren.
Dalam MOU tertera peraturan, salah satunya adalah dilarang membawa alat komunikasi dan alat hiburan. Jika hal itu dilanggar, maka santri akan dikenakan sanksi yang mendidik. Diantaranya, sanksi hapalan, sanksi fisik berupa push up, lari mengelilingi pesantren, membersihkan kamar mandi dan penggundulan rambut di depan rekan-rekan sebayanya. Sanksi ini diberikan sesuai dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.
Dalam mengembangkan Civic Disposition santri yang ungggul, pesantren sudah barang tentu memiliki tujuan. Tujuan pendidikan pesantren seperti halnya yang dikemukakan oleh Mastuhu (2007: 13) yaitu:
“Menciptakan dan mengembangkan kepribadian muslim, yaitu kepribadian muslim yang beriman dan bertakwa kepada tuhan, berakhlak mulia, bermanfaat dan berkhidmat kepada masyarakat, mampu
(15)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
berdiri sendiri, bebas dan teguh dalam kepribadian, menyebarkan agama dan menegakkan Islam dan kejayaan umat, mencintai ilmu dalam rangka mengembangkan kepribadian Indonesia.”
Dari tujuan pesantren tersebut, dapat dipahami bahwa pengembangan civic disposition sangat dibutuhkan santri sehingga santri memiliki nilai lebih dibanding dengan siswa sekolah umum. Selain itu, santri akan terjaga dan dapat menerapkan nilai-nilai demokratis. Hal tersebut, diperkuat dengan hasil penelitian Nurdiansyah (2011) bahwa ciri utama yang menjadi pembeda antara pesantren dan lembaga pendidikan formal lainnya, dilihat dari keteraturan dan kedisiplinan pesantren dalam mengkondisikan santrinya, diantaranya dengan melakukan pembiasaan sebagai berikut :
1) Melatih santri dalam melaksanakan kewajiban agama, seperti shalat berjamaah dan puasa sunnat. Apabila santri melanggar, maka dikanakan hukuman yang bersifat mendidik.
2) Para santri tidak diperkenankan bergaul dengan masyarakat luar secara bebas, hal ini dimaksudkan dalam rangka membentuk kepribadian mereka.
3) Dibatasinya hubungan laki-laki dengan perempuan secara ketat.
4) Pemisahan tempat tinggal (asrama) santri, antara laki-laki dan perempuan tidak berdampingan.
Sejalan dengan temuan-temuan diatas, nilai-nilai demokrasi dan civic disposition sangatlah berkaitan erat. Quigley dalam Winataputra dan Budimansyah (2007: 61) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan civic disposition adalah:
(16)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kepribadian yang mencakup kesopanan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme pengenalan terhadap kemenduaan, sikap kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajegan, keharuan, kemurahan hati, dan kesetian terhadap bangsa dan segala prinsipnya.
Pesantren merupakan salah satu “benteng moral bangsa dan indigenous Indonesia” (Dhofier, 2000). Fakta menunjukkan, bahwa budaya dalam proses demokrasi dan pengaruh kiyai dalam pesantren, sangat dominan. Hal ini terlihat, ketika para caleg menemui sang kyai untuk mencalonkan diri dalam pemilu. Di sisi lain, pesantren sebagai lembaga pendidikan diharapkan memiliki peranan dalam membudayakan nilai-nilai demokrasi.
Oleh karena itu, nilai-nilai dasar demokrasi perlu ditanamkan melalui pengembangannya dan ditopang dengan civic disposition yang baik, agar santri tidak tercabut dari realitas sosial yang mereka hadapi. Hal tersebut, sejalan dengan penelitian Yuniar (2011). Dalam penelitiannya juga dijelaskan bahwa penanaman dan pembumian nilai-nilai demokrasi ini sangat signifikan dalam membina santri agar mereka tidak tercabut dari akar budaya demokrasi yang seutuhnya ketika berhadapan dengan realitas sosial budaya di era globalisasi.
Fokus dalam penelitian ini adalah Pesantren Al-Basyariah Bandung, dengan alasan Pesantren Al-Basyariah memiliki keterwakilan gambaran dan ciri utama pesantren secara keseluruhan seperti yang dijelaskan di atas. Di Pesantren Al-Basyariah, santri barasal dari berbagai daerah sehingga dipastikan budaya yang
(17)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mereka miliki berbeda sehingga santri dapat mengembangkan civic disposition dan membumikan nilai-nilai demokrasi.
Berdasarkan penelitian Layanti (2007), dalam mengembangkan akhlak (civic disposition) santri dididik dengan berbagai cara yaitu dengan: 1) keteladanan; 2) latihan dan pembiasaan; 3) mendidik melalui ibrah (mengambil pelajaran); 4) mendidik melalui mauidzah (nasehat); 5) mendidik melalui disiplin; dan 6) mendidik targib wa tahzid (bujukan dan ancaman).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui dan mengkaji budaya demokrasi santri Al-Basyariah dalam mengembangkan civic disposition. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul “Kajian Tentang Budaya Demokrasi di Pesantren Dalam Mengembangkan Civic Disposition Santri” (Studi Deskriptif di Pondok Pesantren Al-Basyariah Bandung)
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana proses pengembangan Civic Disposition santri di Pesantren Al-Basyariah Bandung?
2. Nilai budaya demokrasi apa yang dikembangkan di Pesantren Al-Basyariah Bandung?
(18)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri?
4. Bagaimana upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pengembangan civic disposition santri di Pesantren Al-Basyariah Bandung
2. Mengidentifikasi nilai budaya demokrasi yang dikembangkan di Pesantren Al-Basyariah Bandung
3. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam proses pembudayaan nilai nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri
4. Mengidentifikasi upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri
D.Manfaat Penelitian
Secara garis besar hasil penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:
(19)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan pada umumnya, dan khususnya pengembangan budaya demokrasi di Pesantren dalam meningkatkan civic disposition santri.
2. Praktis
a. Bagi Pesantren
1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pengkajian bagaimana pesantren sebagai jalur formal mampu memberikan sumbangannya dalam membentuk perilaku dan sikap positif santri.
2) Pihak pesantren dapat menerapkan pendekatan yang tepat dalam membina perilaku dan sikap positif santri.
b. Bagi Santri
1) Santri dapat mengetahui bentuk prilaku yang sesuai dengan aturan yang berlaku di pondok pesantren.
2) Santri dapat menerapkan segala peraturan yang dibuat pesantren dalam upaya pengembangan civic disposition.
c. Asatidz dan Ustadzah
1) Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan oleh para asatidz dalam menggunakan proses pembelajaran demokrasi yang mendorong dan menjamin kebebasan berbicara dan berpendapat, sebagai upaya pengembangan civic disposition santri
(20)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Mendorong para asatidz dan ustadzah untuk lebih meningkatkan perannya sebagai pembimbing dalam pembinaan sikap dan prilaku santri
d. Orangtua
1) Penelitian ini dapat dijadikan bahan masukkan oleh para orangtua untuk lebih mengenal pendidikan di pesantren dalam mendidik dan membimbing anaknya dalam pembinaan sikap dan prilaku.
e. Masyarakat
1) Penelitian ini dapat mendukung pesantren dalam usaha mencetak santri yang baik dan berguna di masyarakat kelak.
2) Masyarakat dapat mengetahui keunggulan pesantren dalam pembinaan budaya demokrasi yang didasarkan pada kebiasaan santri untuk menghargai dan menumbuhkembangkan nilai-nilai kebebasan, toleransi, dan kepercayaan dalam mengembangkan civic disposition santri.
E.Penjelasan Istilah
Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah, yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi pengertian dari setiap istilah tersebut sebagai berikut:
(21)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1. Budaya
Menurut Pandangan Greetz (Sutrisno dan Putranto, 2005:212) memandang budaya adalah suatu dimensi yang aktif dan konstitutif dari kehidupan social dari pada sekedar mekanisme panjamin integrasi social. Almond dan Verba (Gafar, 2006:99), menjelaskan bahwa budaya merupakan sikap individu terhadap sistem politik dan komponen-komponennya, juga sikap individu terhadap peranan yang dapat dimainkan dalam sebuah sistem politik. Selanjutnya antara budaya demokrasi dan politik ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat di pisahkan.
2. Demokrasi
Menurut Winataputra dan Budimansyah (2007: 200) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan demokrasi adalah : Demokrasi merujuk pada konsep kehidupan negara atau masyarakat dimana warganegara dewasa turut berparisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahan yang mendorong dan menjamin kebebasan berbicara, beragama, berpendapat, berserikat, menegakan “rule of law”, adanya pemerintahan mayoritas yang menghormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat yang warga negaranya saling memberi perlakuan yang sama.
3. Budaya Demokrasi
Menurut Rufai Usman (2011:18) Budaya Demokrasi adalah :
Yang dimaksud dengan budaya demokrasi dalam penelitian ini adalah sebuah sikap pengakuan terhadap keseluruhan proses interaksi yang didasarkan pada habituasi atau kebiasaan warganegara (santri) secara
(22)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
normative maupun empirik untuk menghargai dan menumbuh- kembangkan nilai-nilai kebebasan, toleransi, self-evidenct, dan trust.
4. Pesantren
Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama islam (tafaqquh fiddin) dengan menekankan pentingnya moral agama islam sebagai pedoman hidup bermasyarakat sehari-hari. (Mastuhu, 2007: 6)
5. Civic Disposition
Menurut Winataputra dan Budimansyah (2007: 61) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan “civic disposition” adalah :
Sejumlah karakteristik kepribadian, yakni : kesopanan yang mencakup kesopanan dan interaksi manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri, kepdulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup keterbukaan, skeptisisme pengenalan terhadap kemenduaan, sikap kompromi yang mencakup prisnsip-prinsip konflik dan batas-batas kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajegan, keharuan, kemurahan hati, dan kesetian terhadap bangsa dan segala prinsipnya.
6. Santri
Menurut Umiarso dan Zazin (2011: 33) Santri adalah seorang pelajar sekolah agama. Sedangkan menurut Dhoefier (2000: 51), santri adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh yang menetap dalam kelompok pesantren.
F. Metode danTeknik Penelitian 1. Pendekatan dan Metode
(23)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri memerlukan data dan gambaran yang nyata dari kondisi keseharian santri di pesantren. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yang didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bodgan dan Taylor, dalam Moleong 2010: 4).
Selanjutnya menurut Nasution (2003: 5) mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai berikut :
Pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian salah satu sifat pendekatan kualitatif adalah sangat deskriptif, artinya dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data-data deskriptif yang banyak dan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitan ini juga tidak menggunakan angka-angka dan statistik, walau tidak menolak data kuantitatif.
Lebih lanjut, Nasution (2003: 9) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah “key instrument” atau alat peneliti utama. Penulis mengadakan sendiri pengamatan dan wawancara tak berstruktur sehingga bisa menyelami dan memahami interaksi antar-manusia secara mendalam dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ialah pendekatan penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu masalah yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
(24)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, tetapi belum terungkapkan penyelesaiannya.
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah agar memudahkan peneliti dalam menganalisis, mengkaji, dan mengungkapkan informasi argumentatif dan teoritik terkait budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri. Dengan menggunakan metode deskriptif, peneliti dapat memperoleh gambaran terkait budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri secara lebih mendalam. Sukmadinata (2006: 72) menyatakan bahwa:
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa metode deskriptif
ialah metode yang memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi yang
sedang terjadi saat sekarang untuk mengangkat fakta dan menyajikannya secara
akurat apa adanya.
1. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(25)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Wawancara merupakan kegiatan dialogis yang dilakukan peneliti dengan sumber data. Peneliti dapat melakukan dialog secara langsung dengan sumber data sehingga dapat mengungkap pernyataan dari sumber data secara bebas. Menurut Lincoln dan Guba (Moleong, 2010: 186) maksud dari mengadakan wawancara adalah untuk mengkonstruksikan mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain.
Wawancara dalam penelitian ini merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh informasi langsung dari responden, menggunakan pedoman yang terstruktur secara terperinci mengenai permasalahan yang akan diteliti yang ditujukan kepada pimpinan pesantren, pembina santri, santri, asatidz dan ustadzah Pesantren Al-Basyariah Bandung yang menjadi responden dengan mengungkapkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti. perencanaan, pelaksanaan, evaluasi terkait budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri.
b. Observasi/ Pengamatan
Sebagai metode ilmiah observasi diartikan pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti yang sebenarnya tidak hanya sebatas pada pengamatan yang dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung. Observasi yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan pengamatan yang berkaitan dengan keadaan umum lokasi penelitian serta proses penanaman budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri.
(26)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Studi Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal berupa catatan, transkip, buku, agenda dan photo yang berhubungan dengan rumusan masalah. Menurut Guba dan Lincoln (Moleong, 2010: 217) dokumen sering digunakan dalam penelitian karena dokumen merupakan sumber yang stabil, hasil pengkajian dokumen akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
d. Catatan lapangan
Peneliti membuat catatan singkat mengenai pokok-pokok pembicaraan dan pengamatan tentang segala sesuatu yang diamati selama penelitian berlangsung. Bodgan dan Bikle mengemukakan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2010: 153).
2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul.
Analisis data merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu penelitian, pengolahan data dan analisis dilakukan melalui suatu proses mulai dari menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari data yang diperoleh, memilih data yang penting dan akan dipelajari sehingga mudah dipahami oleh sendiri maupun oranglain. Menurut Patton dalam Moleong (2010: 280) mengemukakan bahwa
(27)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
“analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar”.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data hasil wawancara, hasil observasi, studi dokumentasi dan hasil pengamatan dalam bentuk catatan lapangan. Menurut Miles dan Hubermen dalam Sugiyono (2010: 246) mengemukakan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.
Bagan 1.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif (Miles dan Huberman). Analisis data kualitatif selama dilapangan berdasarkan model Miles dan
Huberman dalam Sugiyono (2010: 337) terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data
reduction, data display dan conslusion drawing/verification. Ketiga rangkaian aktivitas teknik analisis data tersebut penulis terapkan dalam penelitian sebagai
berikut:
a. Reduksi Data(Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data “kasar” yang muncul dari hasil penelitian di lapangan.
Pengumpulan Data
Kesimpulan/ Verifikasi
Penyajian Data
Reduksi Data
(28)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Reduksi data dilakukan untuk mempermudah pengolahan data mentah yang diperoleh oleh peneliti di lapangan, sehingga peneliti lebih mudah untuk mengolah dan memahami data yang telah terkumpul.
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah proses reduksi data selesai, selanjutnya data diolah dengan menyusun atau menyajikannya ke dalam matriks, tabel, dan bentuk representasi visual lainnya yang sesuai dengan keadaan data.
Penyajian data dilakukan dengan singkat, jelas dan dapat dipahami sehingga memudahkan dalam memahami aspek-aspek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dengan mempersentasikan budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri.
c. Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi merupakan hasil dari penelitian yang dipaparkan secara singkat dan jelas serta mudah dipahami. Kesimpulan diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan penelitian yang diuraikan terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengungkap permasalahan santri berkenaan dengan budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri di Pesantren Al-Basyariah Bandung.
G.Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan guna memperoleh gambaran atau data yang berasal dari responden. Penelitian ini dilaksanakan di Pesantren Al-Basyariah Bandung yang berlokasi di Jalan
(29)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Cigondewah Hilir, Margaasih, Bandung. Telepon. (022) 5415424. Alasan peneliti memilih pesantren ini, karena Pesantren Al-Basyariah memiliki keterwakilan gambaran dan ciri utama pesantren secara keseluruhan seperti yang dijelaskan di atas.
2. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdiri dari: Pimpinan Pesantren Al-Basyariah, Asatidz dan Asatidzah pengasuhan santri, Asatidz dan Asatidzah Pembina ektrakulikuler, dan Asatidz dan Asatidzah Pembina OSPA.
Hal ini dilakukan agar ada perbandingan antara pernyataan satu dengan yang lainnya. Selain itu, penulis juga memperoleh informasi dari informan lain yang dapat menambah dan memperkuat data penelitian.
(30)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(31)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian:Studi Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Budimansyah D dan Suryadi K. (2008). PKN dan Masyarakat Multikulural. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya ksara Pers
Creswell, J.W. 1994. Research Design: Qualitative & Quantitativ Approaches. London: Sage Publication.
Dhofier, Zamakhasyari. (2000). Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangn Hidup kiyai. Semarang: LP3ES
Fachruddin, Fuad. (2006). Agama dan Pendidikan Demokrasi Pengalaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Jakarta: Pustaka Alvabet.
Gafar, Afan. (2006). Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Koesoema, Doni. (2010). Pendidikan karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
Madjid, Nurcholish. (2010). Bilik-Bilik Pesantren. Jakarta: Dian Rakyat. Mastuhu. (1994). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.
Moleong, LJ. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muthohar, Ahmad. (2007). Ideologi Pendidikan Pesantren. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Nasution (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito Nurdiansyah. (2011). Kajian Tentang Pola Pendidikan di Pesantren Dalam
Membentuk Karakter Santri di Era Globalisasi. Skripsi, Sarjana pada PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Nurmalina, K. dan Syaifullah. (2008) Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: UPI Lab Pendidikan Kewarganegaraan
(32)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Nurtjahjo, Hendra. (2008). Filsafat Demokrasi. Jakarta: Bumi Aksara
Sundawa, Dadang. (2011). Membangun Kecerdasan Berdemokrasi Warga Negara Muda Melalui Perwujudan Kelas Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Laboratorium Demokrasi: Disertasi. Doktor pada Prodi SPs PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sugiyono. (2010) Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif R&D. Bandung: Afabeta
Susilo, Muhammad Joko. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sutrisno dan Putranto. (2005). Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius Suyatno. (2008). Menjelajah Demokrasi. Bandung: Humaniora.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Umiarso dan Zazin, Nur. (2011). Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan Menjawab Problematika Kontemporer Manajemen Mutu Pesantren. Semarang: RaSAIL Media.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasiona. Surabaya: Media Centre, 2005.
Urbaningrum, Anas. (2004). Melamar Demokrasi Dinamika Politik Indonesia. Jakarta : Republika
Usman, R (2011) Pengembangan Budaya Demokrasi Dalam Relasi Antar Etnik Siswa di SMA Negeri 1 Kota Ternate Pasca Konflik. Tesis, Magister pada PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Winataputra, U.S dan Budimansyah D. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan, Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Yalanti, Lina (2007). Implementasi Pola Pembinaan Moral dikalangan Santri Pesantren Al-Basyariah. (Studi Kasus Tentang Pola Pembinaan Moral dan Aplikasinya di Pesantren Al-Basyariah). Skripsi, Sarjana pada PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan
Yuniar, Y (2011). Penerapan Metode Based Learning Dalam Pembelajaran PKn Untuk Membangun Budaya Demokrasi Siswa. Skripsi, Sarjana pada PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan.
(33)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
(34)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri
(studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pemilihan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri memerlukan data dan gambaran yang nyata dari kondisi keseharian santri di pesantren. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif yang didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Bodgan dan Taylor, dalam Moleong 2010: 4).
Selanjutnya menurut Nasution (2003: 5) mendefinisikan penelitian
kualitatif sebagai berikut :
Pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian salah satu sifat pendekatan kualitatif adalah sangat deskriptif, artinya dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data-data deskriptif yang banyak dan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitan ini juga tidak menggunakan angka-angka dan statistik, walau tidak menolak data kuantitatif.
Lebih lanjut, Nasution (2003: 9) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian. Peneliti adalah “key instrument”
(35)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
atau alat peneliti utama. Penulis mengadakan sendiri pengamatan dan wawancara tak berstruktur sehingga bisa menyelami dan memahami interaksi antar-manusia secara mendalam dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ialah pendekatan penelitian yang dilakukan untuk meneliti suatu masalah yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, tetapi belum terungkapkan penyelesaiannya.
2. Metode Penelitian
Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Alasan peneliti menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini adalah agar memudahkan peneliti dalam menganalisis, mengkaji, dan mengungkapkan informasi argumentatif dan teoritik terkait budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri. Dengan menggunakan metode deskriptif, peneliti dapat memperoleh gambaran terkait budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri secara lebih mendalam. Sukmadinata (2006: 72) menyatakan bahwa:
Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi.
Selain itu metode deskriptif menurut Subana (2009: 26) mengemukakan
(36)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
variable, dan fenomena-fenomena yang terjadi ketika penelitian berlangsung dan
menyajikannya apa adanya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditegaskan bahwa metode deskriptif
ialah metode yang memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi yang
sedang terjadi saat sekarang untuk mengangkat fakta dan menyajikannya secara
akurat apa adanya.
Pemilihan metode deskriptif dalam penelitian ini di karenakan penelitian
ini didasarkan pada permasalahan mengenai kajian budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri memerlukan data yang berkenaan dengan situasi santri di pesantren secara faktual mengenai kondisi yang sebenarnya. Sehingga dengan menggunakan metode deskriptif penulis dapat
menggambarkan dan mempelajari situasi, masalah-masalah dalam pesantren,
termasuk hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta
proses-proses yang berlangsung di pesantren secara lebih mendalam.
B. Teknik Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam kualitatif adalah peneliti itu sendiri dalam mengungkap sumber data (responden) secara mendalam, sehingga diperoleh data yang utuh tentang segala pernyataan yang disampaikan sumber data. Oleh karena itu, teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada Mudirroh (Kepala Sekolah), Asatidzah majelis pembantu pimpinan pondok bidang pengasuhan
(37)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
santri putri, Asatidz majelis pembantu pimpinan pondok bidang pengasuhan santri putra, Asatidz dan Asatidzah bidang ekstrakulikuler, santri dan pimpinan pesantren dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan.
Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka antara pewawancara (peneliti) dengan responden (Asatidz) dan kegiatannya dilakukan secara lisan. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan pedoman yang terstruktur secara terperinci mengenai permasalahan yang akan diteliti.
Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini ialah untuk memperoleh data dan informasi secara mendalam yang berkenaan pendapat Asatidz, Asatidzah dan pimpinan pesantren, mengenai proses pengembangan civic disposition santri di Pesantren Al-Basyariah, nilai budaya demokrasi apa yang dikembangkan di Pesantren Al-Basyariah, hambatan apa saja yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri, upaya Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mulyana (2002: 180) bahwa wawancara merupakan bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu. Pendapat tersebut sejalan dengan Estenberg (Sugiyono, 2010: 317) menjelaskan bahwa “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksi makna dalam suatu topik tertentu”.
(38)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Observasi
Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek penelitian, melalui observasi penulis mempunyai kesempatan untuk mengamati kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan berkempok, kerjasama, santri ketika berada dikelas, aktifitas santri dalam pergaulan keseharian di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri secara lebih mendalam, terinci, dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh dalam situasi yang sebenarnya dan langsung.
Obsevasi merupakan suatu aktivitas penelitian dalam rangka mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah penelitian melalui proses pengamatan langsung terhadap objek penelitian di lapangan. Sutrisno Hadi dalam (Sugiyono, 2010: 203) mengemukakan bahwa “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Diantara yang terpending adalah proses-proses ingatan dan pengamatan”.
3. Catatan Lapangan
Peneliti membuat catatan singkat mengenai interaksi santri dipesantren, dalam kegiatan pembelajarannya, kegiatan sehari-harinya apakah budaya demokrasi diterapkan, sehingga dapat mengembangkan civic disposition sikap (tanggung jawab, disiplin, mandiri dan jujur), serta mencatat pokok-pokok pembicaraan dengan Asatidzahah, Asatidz dan pimpinan pesantren mengenai budaya demokrasi yang ada di pesantren dalam mengembangkan civic disposition
(39)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
santri. Sejalan dengan hal tersebut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2010 : 153) mengemukakan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara melihat,
menganalisa data-data yang berupa dokumentasi yang berkaitan dan menunjang penelitian ini, seperti foto, video, dan gambar-gambar lainnya. Serta tentang bukti fisik kegiatan santri baik berupa kegiatan belajarnya, jenis kegiatan yang sudah dilaksanakan, untuk menunjang perwujudan budaya demokrasi. Demikian pula studi dokumentasi dilakukan terhadap bukti-bukti tertulis tentang gambaran Pondok Pesantren Al-Basyariah Bandung.
Sejalan dengan hal tersebut studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data tidak langsung ditunjukan kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi
merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugiono (2010: 240) bahwa: “Studi dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau
karya-karya monumental dari seseorang”.
C. Prosedur Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan peneliti bisa efektif sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Maka peneliti mengacu pada prosedur penelitian yang terbagi kedalam dua tahapan penelitian, diantaranya :
(40)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Persiapan Penelitian
Dalam tahap persiapan penelitian terdapat beberapa langkah, diantaranya:
a. memilih masalah, menentukan judul, dan menentukan lokasi penelitian.
b. Setelah masalah dan judul penelitian disetujui oleh pembimbing, penulis
membuat surat perizinan observasi ke ketua jurusan yang kemudian di
setujui oleh Dekan Fakultas FPIPS.
c. Setelah surat observasi disetujui, penelitian melakukan observasi atau
studi pendahuluan ke lokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran
tentang Subjek yang akan diteliti.
d. Setelah mendapatkan gambaran tentang Subjek yang akan diteliti dan
masalah yang relevan dengan kondisi objektif di lapangan, peneliti
menyusun proposal penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
Setelah observasi awal atau studi pendahuluan, kemudian melakukan
penelitian ke lapangan. Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti
harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:
a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada
ketua jurusan PKn, selanjutnya diteruskan kepada Dekan FPIPS melalui
pembantu Dekan I untuk mendapatkan surat rekomendasi dari kepala
BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan
(41)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
b. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian dari Rektor Universitas pendidikan Indonesia UPI bandung kepada Kantor Kesatuan Bangsa (KesBang) Kabupaten Bandung.
c. Surat izin penelitian langsung diserahkan pada bagian administrasi
pesantren sebagai permohonan izin melakukan penelitian di tempat
tersebut.
d. Setelah penelitian diizinkan oleh pesantren, kemudian melakukan
penelitian dengan menyiapkan instrumen penelitian terlebih dahulu,
misalnya pedoman wawancara dan pedoman observasi
D. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan guna memperoleh gambaran atau data yang berasal dari responden. Penelitian ini dilaksanakan di Pesantren Al-Basyariah Bandung yang berlokasi di Jalan Cigondewah Hilir, Margaasih, Bandung. Telepon. (022) 5415424. Alasan peneliti memilih pesantren ini, karena Pesantren Al-Basyariah memiliki keterwakilan gambaran dan ciri utama pesantren secara keseluruhan seperti yang dijelaskan di atas.
2. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdiri dari: Pimpinan Pesantren Al-Basyariah, Asatidz dan Asatidzah
(42)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengasuhan santri, Asatidz dan Asatidzah Pembina ektrakulikuler, dan Asatidz dan Asatidzah Pembina OSPA.
Hal ini dilakukan agar ada perbandingan antara pernyataan satu dengan yang lainnya. Selain itu, penulis juga memperoleh informasi dari informan lain yang dapat menambah dan memperkuat data penelitian.
E.Pengujian Keabsahan Data
L.J Moleong (2010: 325) menyebutkan prosedur validasi data adalah sebagai berikut: (1) perpanjangan keikutsertaan dalam penelitian, (2) ketekunan melakukan penelitian, (3) triangulasi data, (4) pemeriksaan oleh teman sejawat melalui diskusi, dan (5) mengupayakan referensi yang cukup.
Sugiyono (2010: 366) menjelaskan bahwa “uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas Internal), transferability
(validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas)”.
1. Credibility (Validitas Internal)
Menurut Sugiyono (2010: 368) “uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, analisis kasus
negatif, menggunakan bahan referensi, dan member check”. Rangkaian aktivitas crediblity data dalam penelitian ini sebagai berkut:
(43)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Memperpanjang pengamatan
Perpanjangan pengamatan penulis lakukan guna memperoleh data yang
sahih (valid) dari sumber data dengan cara meningkatkan intensitas pertemuan
dan melakukan penelitian dalam kondisi yang wajar dan waktu yang tepat.
b. Peningkatan ketekunan dalam penelitian
Terkadang seorang peneliti dalam melakukan penelitian dilanda penyakit
malas, maka untuk mengantisipasi hal tersebut penulis meningkatkan ketekunan
dengan membulatkan niat dan menjaga semangat dengan meningkatkan intimitas
hubungan dengan motivator. Hal ini penulis lakukan agar dapat melakukan
penelitian dengan lebih cermat dan berkesinambungan.
c. Triangulasi data
Tujuan dari triangulasi data adalah pengecekan kebenaran data tertetentu
dari berbagai cara, dan berbagai waktu. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan
terhadap informasi yang diberikan Pimpinan pesantren, Asatidzah/ Asatidz, dan
pengurus.
1) Trangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan
dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.
Asatidzah,Asatidz
Pimpinan Pesantren Pembina asrama,
& Pengurus Pesantren
Asatidz Pengasuhan
Bagan 3.1 Triangulasi dengan tiga sumber data (Sumber : Sugiyono, 2010 : 372)
(44)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Triangulasi Teknik
Triangulasi terbaik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.
Wawancara Observasi
Dokumentasi
Bagan 3.2. Triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data (Sumber : Sugiyono, 2010 : 373)
3) Triangulasi Waktu
Waktu yang sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga
lebih kredibel.
Siang Sore
Pagi
Bagan 3.3. Triangulasi dengan tiga waktu pengumpulan data (Sumber : Sugiyono, 2010 : 374)
d. Analisis kasus negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang
(45)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
e. Menggunakan referensi yang cukup
Yang dimaksud menggunakan referensi yang cukup disini adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Oleh
karena itu supaya validitas penelitian ini dapat dipercaya maka penulis
mengumpulkan semua bukti penelitian yang ada.
f. Member check
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data tujuan member check ini adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data. Dalam
penelitian ini penulis melakukan member check kepada semua sumber data
terutama kepada Pimpinan Pesantren, Pembina asrama, Asatidz, Asatidzah, Santri
dan Pengurus Santri.
2. Transferability (Validitas Eksternal)
Sugiyono (2010: 376) menjelaskan bahwa:
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke subjek dimana Subjek tersebut diambil. Nilai transfer berkenaan dengan kenyataan, hingga mana hasil penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif yang penulis lakukan sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan
hasil penelitian ini, maka penulis dalam membuat laporan memberikan uraian
yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian penulis
(46)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menentukan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut
di tempat lain.
3. Dependability (Reliabilitas)
Mengenai dependability Sugiyono (2010: 377) menjelaskan bahwa:
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/merepleksi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Penelitian seperti ini perlu diuji Dependability.
Berkaitan uji dependability, penulis bekerja sama dengan pembimbing
untuk mengaudit terhadap keseluruhan proses penelitian dengan maksud supaya
penulis dapat menunjukan jejak aktivitas di lapangan dan mempertanggung
jawabkan seluruh rangkaian penelitian di lapangan mulai dari menentukan
masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis
data, melakukan keabsahan data, sampai membuat kesimpulan.
4. Confirmability (Obyektivitas)
Sugiyono (2010: 377) menjelaskan bahwa:
Pengujian konfirmability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar confirmability.
Berkenaan dengan hal tersebut peneliti menguji hasil penelitian dengan
mengaitkannya dengan proses penelitian dan mengevaluasi apakah hasil
(47)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Kegiatan analisis data dilakukan setelah data yang diperlukan terkumpul.
Analisis data merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu penelitian, pengolahan data dan analisis dilakukan melalui suatu proses mulai dari menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari data yang diperoleh, memilih data yang penting dan akan dipelajari sehingga mudah dipahami oleh sendiri maupun oranglain. Menurut Patton dalam Moleong (2010: 280) mengemukakan bahwa “analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar”.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah mengolah dan menganalisis data hasil wawancara, hasil angket, hasil observasi, studi dokumentasi dan hasil pengamatan dalam bentuk catatan lapangan. Menurut Miles dan Hubermen dalam Sugiyono (2010: 338) mengemukakan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh”.
Bagan 3.4 Komponen Analisis Data Model Interaktif (Miles dan Huberman). Analisis data kualitatif selama dilapangan berdasarkan model Miles dan
Huberman dalam Sugiyono (2010: 337) terdiri atas tiga aktivitas, yaitu data Pengumpulan
Data
Kesimpulan/ Verifikasi
Penyajian Data
Reduksi Data
(48)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
reduction, data display dan conslusion drawing/verification. Ketiga rangkaian aktivitas teknik analisis data tersebut penulis terapkan dalam penelitian sebagai
berikut:
a. Reduksi Data(Data Reduction)
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data “kasar” yang muncul dari hasil penelitian di lapangan.
Reduksi data dilakukan untuk mempermudah pengolahan data mentah yang diperoleh oleh peneliti di lapangan, sehingga peneliti lebih mudah untuk mengolah dan memahami data yang telah terkumpul. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data melalui wawancara, observasi serta dari informasi lain mengenai budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri.
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah proses reduksi data selesai, selanjutnya data diolah dengan menyusun atau menyajikannya ke dalam matriks, tabel, dan bentuk representasi visual lainnya yang sesuai dengan keadaan data.
Penyajian data dilakukan dengan singkat, jelas dan dapat dipahami sehingga memudahkan dalam memahami aspek-aspek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dengan mendeskripsikan hasil penelitian yang dituangkan melalui uraian singkat mengenai budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition Santri.
(49)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
c. Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi merupakan hasil dari penelitian yang dipaparkan secara singkat dan jelas serta mudah dipahami. Kesimpulan diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu pada tujuan penelitian yang diuraikan terdahulu. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini mengungkap permasalahan santri berkenaan dengan budaya demokrasi di Pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri di Pesantren Al-Basyariah Bandung
(50)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, pada bab ini akan dikemukakan pokok-pokok penting sebagai kesimpulan tentang Budaya Demokrasi di Pesantren dalam Mengembangkan Civic Disposition Santri di Pesantren Al-Basyariah Bandung sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Proses pengembangan civic disposition santri di Pesantren Al-Basyariah dilakukan melalui dua kegiatan yaitu: 1) Pembelajaran di kelas dalam bentuk pemberian materi-materi Aqidah Akhlak, Alquran Hadist, dan Pendidikan Kewarganegaraan. 2) Kegiatan-kegiatan pembiasaan dalam kehidupan keseharian santri, dalam bentuk shalat berjamaah, belajar malam (Ta’alum Muawajah), bersih-bersih (Tandzif), piket malam (Bolis Lail), dan diwajibkan mengikuti organisasi untuk melatih jiwa kepemimpinan pada santri.
2. Nilai-nilai budaya demokrasi yang dikembangkan di Pesantren Al-Basyariah dalam mengembangkan civic disposition santri yaitu: 1) Kebebasan Mengemukakan Pendapat. 2) Kesamaan dalam Kesempatan. 3) Kemandirian. 3. Hambatan-hambatan yang dihadapi Pesantren Al-Basyariah dalam proses
pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri, terdiri dari atas: 1) Kader Pondok yakni, dimanfaatkan oleh santri yang berada di Pondok Pesantren untuk membeli barang-barang yang tidak
(51)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
disediakan di Pondok. 2) Santri, yakni bersikap manja dan tidak patuh pada peraturan. 3) Asatidz dan Asatidzah, yakni kurang memberikan tauladan dan kurang maksimal dalam membina dan mengembangkan akhlak santrinya.
4. Upaya-upaya yang dilakukan Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri dilakukan dengan cara: 1) Pemberlakuan sanksi tegas kepada santri (kader pondok) ketika akan masuk ke wilayah Pesantren, ketika terbukti melanggar maka akan dikenakan sanksi sesuai kesepakatan. 2) Bimbingan dan pendekatan yang lebih intens kepada santri yang berontak dan membiasakan santri untuk hidup sederhana serta mandiri. 3) Evaluasi bulanan untuk mengatasi hambatan yang di timbulkan oleh kelalaian Asatidz, bersama Pimpinan dan semua Asatidz dan Asatidzah.
B. Saran
1. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Basyariah
a. Pimpinan pondok hendaknya selalu mempertahankan karakter mandiri, disiplin, jujur dan tangung jawab yang di kembangkan di Pesantren dalam membina santri, sehingga menciptakan santri sebagai agen benteng moral bangsa, agar santri tidak tercabut dari realitas sosial yang kekinian dan meninggalkan ajaran-ajaran yang sudah didapat dari pesantren.
(1)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
disediakan di Pondok. 2) Santri, yakni bersikap manja dan tidak patuh pada peraturan. 3) Asatidz dan Asatidzah, yakni kurang memberikan tauladan dan kurang maksimal dalam membina dan mengembangkan akhlak santrinya.
4. Upaya-upaya yang dilakukan Pesantren Al-Basyariah untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi dalam proses pembudayaan nilai-nilai demokrasi sebagai bentuk pengembangan civic disposition santri dilakukan dengan cara: 1) Pemberlakuan sanksi tegas kepada santri (kader pondok) ketika akan masuk ke wilayah Pesantren, ketika terbukti melanggar maka akan dikenakan sanksi sesuai kesepakatan. 2) Bimbingan dan pendekatan yang lebih intens kepada santri yang berontak dan membiasakan santri untuk hidup sederhana serta mandiri. 3) Evaluasi bulanan untuk mengatasi hambatan yang di timbulkan oleh kelalaian Asatidz, bersama Pimpinan dan semua Asatidz dan Asatidzah.
B. Saran
1. Pimpinan Pondok Pesantren Al-Basyariah
a. Pimpinan pondok hendaknya selalu mempertahankan karakter mandiri, disiplin, jujur dan tangung jawab yang di kembangkan di Pesantren dalam membina santri, sehingga menciptakan santri sebagai agen benteng moral bangsa, agar santri tidak tercabut dari realitas sosial yang kekinian dan meninggalkan ajaran-ajaran yang sudah didapat dari pesantren.
(2)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Santri yang merupakan Kader Pondok hendaknya patuh terhadap peraturan yang diterapkan oleh pesantren, serta selalu mendukung pembinaan dan pengembangan akhlak (civic disposition) agar tercipta pribadi santri yang baik.
b. Santri hendaknya menjadi pribadi yang tidak manja, serta dapat mengembangkan karakter mandiri, disiplin dan tanggung jawab yang sudah didapat dari Pesantren sehingga ketika terjun di masyarakat dapat menjadi tauladan.
3. Asatidz dan Asatidzah Pondok Pesantren Al-Basyariah
a. Asatidz dan Asatidzah hendaknya mengembangkan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan santri untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas, dan memberikan arahan mengenai budaya demokrasi yang perlu dikembangkan di Pesantren
b. Asatidz dan Asatidzah hendaknya dapat menjadi tauladan/panutan bagi santri yang mereka bina, sehingga tercipta pengembangan dan pembinaan akhlak (civic disposition) santri yang dilandasi dari perbaikan diri terlebih dahulu (ibda binafsik), guna menciptakan kader-kader pesantren yang religius dan beradab.
(3)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Budimansyah D dan Suryadi K. (2008). PKN dan Masyarakat Multikulural. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya ksara Pers
Branson. (1999). (Terjemahan Syarifudin dkk). Belajar “Civic Education” dari
Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islan dan Sosial (LKIS).
Dhofier, Zamakhasyari. (2000). Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangn Hidup
kiyai. Semarang: LP3ES
Gafar, Afan. (2006). Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ghazali, M. Bahri. (2003). Pesantren Berwawasan Lingkungan, Jakarta: Prasasti Hasim,M. (2012) Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Quadra
Mastuhu. (2007). Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS.
Moleong, LJ. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyana, dedy. (2002). Metode penelitian kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Mulyasa, E. (2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya.
Muthohar, Ahmad. (2007). Ideologi Pendidikan Pesantren. Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Nasution (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito
Nurmalina, K. dan Syaifullah. (2008) Memahami Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: UPI Lab Pendidikan Kewarganegaraan
(4)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Noor, Mahpuddin. (2006). Potret Dunia Pesantren. Bandung: Humaniora
Peraturan Mentri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Rasyid, D. (1998). Pergumulan Dunia Pesantren. Jakarta: P3M
Silaen, Victor. (2012). Prospek Demokrasi Di Negara Pancasila. Jakarta: Permata Aksara
Srijanti dan Rahman A, dkk. (2009). Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Mahasiswa. Yogyakarta: Graha Ilmu
Subana dan Sudrajat. (2009). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung : CV. Pustaka Setia.
Sugiyono. (2010) Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif R&D. Bandung: Afabeta
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sumahamidjaya, S. (2003). Pendidikan Karakter mandiri dan Kewiraswastaan. Bandung: Angkasa
Sutrisno dan Putranto. (2005). Teori-Teori Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Tilaar, H.A.R. (2002). Pendidikan Kebudayaan, Dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tu’us, Tulus. (2004). Peran Disiplin pada Prilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta: Gresindo
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasiona. Surabaya: Media Centre, 2005.
Umiarso dan Zazin, Nur. (2011). Pesantren di Tengah Arus Mutu Pendidikan
Menjawab Problematika Kontemporer Manajemen Mutu Pesantren. Semarang:
(5)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasiona. Surabaya: Media Centre, 2005.
Winarno (2010). Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Bumi Aksara
Winataputra, U.S dan Budimansyah D. (2007). Civic Education (Konteks, Landasan,
Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung: UPI Program Studi Pendidikan
Kewarganegaraan
__________ (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional
(Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran. Bandung: Widya Aksara Press
Winataputra. (2000). Pendidikan Demokrasi dalam Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Tidak diterbitkan
Wuryan, Sri dan Syaifullah. (2009). Ilmu Kewarganegaraan (Civics). Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.
B. Karya Ilmiah
Nurdiansyah. (2011). Kajian Tentang Pola Pendidikan di Pesantren Dalam
Membentuk Karakter Santri di Era Globalisasi. Skripsi, Sarjana pada PKn
UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sundawa, Dadang. (2011). Membangun Kecerdasan Berdemokrasi Warga Negara
Muda Melalui Perwujudan Kelas Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Laboratorium Demokrasi: Disertasi. Doktor pada Prodi SPs PKn UPI Bandung:
tidak diterbitkan.
Usman, R (2011) Pengembangan Budaya Demokrasi Dalam Relasi Antar Etnik
Siswa di SMA Negeri 1 Kota Ternate Pasca Konflik. Tesis, Magister pada
PKn UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Yalanti, Lina (2007). Implementasi Pola Pembinaan Moral dikalangan Santri
Pesantren Al-Basyariah. (Studi Kasus Tentang Pola Pembinaan Moral dan Aplikasinya di Pesantren Al-Basyariah). Skripsi, Sarjana pada PKn
(6)
Dwi Ratna Dewi, 2013
Kajian tentang budaya demokrasi di pesantren dalam mengembangkan civic disposition santri (studi deskriptif di pesantren Al’Basyariah bandung.
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Yuniar, Y (2011). Penerapan Metode Based Learning Dalam Pembelajaran PKn
Untuk Membangun Budaya Demokrasi Siswa. Skripsi, Sarjana pada PKn