STRATEGI PEMBENTUKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ KECAMATAN RANCABALI, KABUPATEN BANDUNG

(1)

KECAMATAN RANCABALI, KABUPATEN BANDUNG

Skripsi

Disusun oleh: Hanif Nafiah 20120220012

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(2)

KECAMATAN RANCABALI, KABUPATEN BANDUNG

Skripsi

Disusun oleh: Hanif Nafiah 20120220012

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

YOGYAKARTA


(3)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Disusun Oleh: Hanif Nafiah 20120220012

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA YOGYAKARTA


(4)

iii

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran dalam penyusunan skripsi dengan judul “Strategi Pembentukan Jiwa Kewirausahaan Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah pada suri

tauladan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.

Penyusunan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya berbagai pihak yang memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan do’a, dukungan, nasihat, serta semangat kepada penulis demi terselesainya skripsi ini.

2. Ir. Siti Yusi Rusimah, M.S. dan Ir. Hj. Lestari Rahayu, M.P. selaku dosen pembimbing yang selalu menyemangati, membimbing dan memberikan arahan.

3. Ir. Nur Rahmawati, M.P. selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan pada skripsi ini.

4. Retno Wulandari, S.P., M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

5. K.H. Fuad Affandi selaku Pimpinan Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Pak Pipin, Mang Deden & keluarga, santri-santri, dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis selama melakukan penelitian di pesantren.

6. Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam proses penyusunan skripsi ini mb Galuh, Rina, Septi, Rifni, Hanifah, Soraya, Sevi, Mentari, Z.N, Tunjung, dan Mawar.

7. Teman-teman agribisnis 2012 atas semangat, bantuan, dukungan dari awal penyusunan proposal hingga berakhirnya skripsi ini.


(5)

iv

9. Teman-teman pengurus dan demisioner HIMASEPTA UMY atas pemberian semangatnya agar skripsi ini segera terselesaikan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada Bapak/ Ibu/ sdr sekalian. Penulis berharap skripsi ini memberikan tambahan informasi dan manfaat.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Agustus 2016


(6)

v

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

INTISARI ... ix

ABSTRACT ... x

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kegunaan Penelitian ... 3

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Pondok Pesantren ... 5

2. Kewirausahaan ... 11

3. Minat ... 16

B. Kerangka Pemikiran ... 19

C. Hipotesis ... 20

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 22

1. Penentuan Lokasi ... 22

2. Pengambilan Sampel ... 22

B. Teknik pengumpulan data... 24

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah ... 25

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 26

E. Teknik Analisis ... 33

1. Strategi Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 33

2. Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha ... 33

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 37

IV. PROFIL PONDOK PESANTREN AL-ITTIFAQ SEBAGAI PONDOK PESANTREN AGRIBISNIS A. Sejarah Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 41


(7)

vi

4. Sumber Daya Manusia ... 50

C. Fasilitas Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 51

D. Kegiatan Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Strategi Pembentukan Jiwa Kewirausahaan Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq... 55

1. Perekrutan Santri ... 56

2. Penempatan Santri ... 60

3. Pemindahan Jenjang Santri ... 63

B. Jiwa Kewirausahaan Santri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya ... 66

1. Jiwa Kewirausahaan Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 66

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jiwa Kewirausahaan ... 72

C. Motivasi Berwirausaha Santri dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya 73 1. Motivasi Berwirausaha Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 73

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Agribisnis ... 77

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(8)

vii

Tabel 1. Jumlah sampel dalam penelitian ... 24

Tabel 2. Skor Hipotesis Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha ... 36

Tabel 3. Kontingensi 2X2 ... 39

Tabel 4. Fasilitas Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 52

Tabel 5. Kegiatan Santri di Pondok Pesatren Al-Ittifaq ... 53

Tabel 6. Profil Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 57

Tabel 7. Lingkungan Keluarga Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 59

Tabel 8. Skor Interaksi Sosial Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 61

Tabel 9. Lama Belajar Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 65

Tabel 10. Skor Jiwa Kewirausahaan Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 66

Tabel 11. Indikator Jiwa Kewirausahaan Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq... 68

Tabel 12. Signifikansi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jiwa Kewirausahaan . 73 Tabel 13. Motivasi Berwirausaha Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 74

Tabel 14. Indikator Motivasi Berwirausaha Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq . 75 Tabel 15. Minat Berwirausaha Agribisnis Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq ... 76

Tabel 16. Signifikansi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha . 78 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 20


(9)

viii

Lampiran 1. Uji Validitas Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha ... 87

Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Jiwa Kewirausahaan ... 88

Lampiran 3. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Motivasi Berwirausaha ... 88

Lampiran 4. Hasil Uji Kolmogorof Smirnov Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha ... 89

Lampiran 5. Hasil Uji Rank Spearman ... 89

Lampiran 6. Hasil Uji Fisher Minat dengan Jenis Kelamin ... 90

Lampiran 7. Hasil Uji Fisher Minat dengan Umur ... 90

Lampiran 8. Hasil Uji Fisher Minat dengan Daerah Asal ... 91

Lampiran 9. Hasil Uji Fisher Minat dengan Lama Belajar ... 91

Lampiran 10. Hasil Uji Fisher Minat dengan Pendidikan Terakhir ... 92

Lampiran 11. Hasil Uji Fisher Minat dengan Status Santri ... 92

Lampiran 12. Hasil Uji Fisher Minat dengan Interaksi Sosial ... 93

Lampiran 13. Hasil Uji Fisher Minat dengan Lingkungan Keluarga... 93

Lampiran 14. Hasil Uji Fisher Minat dengan Jiwa Kewirausahaan ... 94

Lampiran 15. Hasil Uji Fisher Minat dengan Motivasi Berwirausaha ... 94


(10)

(11)

x Hanif Nafiah

Ir. Siti Yusi Rusimah, M.S./ Ir. Lestari Rahayu, M.P. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

This research aims to describe the formation strategy of entrepreneurship spirit of students, analyze the entrepreneurship spirit and interest of agribusisness

entrepreneurships’s students and the factors that affect it. This research use descriptive quantitative method involving 50 students. Primary data was collected by using questionnaire, interview, and observation. Meanwhile, secondary data obtained from the islamic boarding school. Build of agribusiness entrepreneurship to khalafi’s students and salafi’s students using strategy that

consist of three steps, such as: students’s recruitment, students’s placement, and

displacement level. Entrepreneurship spirit of khalafi’s students and salafi’s students classified in high and very high category. The older students, the higher courage in risk-taking; the higher family environment on agribusiness sector, the higher level of task and results orientation; and the higher students’s social interaction in the boarding school, the higher trust, task and results orientation, leadership, and risk-taking. Interest of agribusiness entrepreneurship’s students classified in high category. Male students have an interest of agribusiness entrepreneurship higher than women. The higher motivation of

entrepreneurship’s students, the higher interest of agribusiness entrepreneurship. Keywords: entrepreneurship spirit, interest of entrepreneurship, islamic boarding school, students, strategy building


(12)

Indonesia merupakan salah satu negara yang terkenal sebagai negara agraris. Bidang pertanian menjadi andalan negara dalam menyumbangkan pemasukan perekonomian masyarakat Indonesia. Badan Pusat Statistika bulan Februari 2014 dalam Indonesia Investmens (2015) menyebutkan bahwa sektor pertanian berada pada posisi teratas dalam menyerap tenaga kerja sebesar 40,8% dibandingkan dengan restoran dan hotel (25,8%); jasa masyarakat (18,5%); dan industri manufaktur (15,4%). Sektor pertanian tidak mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa sehingga diperlukan perubahan demi mendukung kemajuan perekonomian masyarakat Indonesia (BPP ISMPI, 2009).

Tahun 2016 Indonesia telah resmi memasuki masyarakat ekonomi Asean (MEA) maka persaingan produk antar negara akan semakin mudah ditemukan di dunia global. Integrasi ekonomi di Asia Tenggara merupakan tujuan akhir dibentuknya MEA. Bagi Indonesia, MEA akan menjadi kesempatan baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan tidak ada. Di sisi lain, muncul tantangan baru berupa permasalahan persaingan komoditas yang diperjualbelikan (Baskoro, 2013). Tantangan yang lainnya yaitu sumber daya manusia masih perlu ditingkatkan karena tenaga kerja profesional di Indonesia masih kurang.

Strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia salah satunya gencar melakukan sosialisasi akan pentingnya kewirausahaan di era MEA. Menurut


(13)

Sutedjo dalam Adhitya (2015) peran pemuda sangat dibutuhkan mengingat pemuda sebagai tonggak perubahan. Salah satu upaya memberdayakan pemuda Indonesia adalah dengan penanaman dan pengembangan jiwa kewirausahaan (entrepreneur skill).

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang mayoritas muslim sehingga sudah tentu memiliki lembaga pendidikan yang berbasis keagamaan Islam atau yang lebih dikenal dengan nama pondok pesantren. Data Kementrian Agama tahun 2012 menunjukkan jumlah pesantren tercatat sebanyak 27.230 pondok pesantren yang terdapat di Indonesia (Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementrian Agama Republik Indonesia, 2014). Sebagian besar pondok pesantren di Indonesia pembelajarannya masih terfokus pada pengetahuan agama, sedangkan sebagian yang lainnya sudah memberikan ilmu tambahan kewirausahaan pada santri.

Salah satu pondok pesantren yang memberikan tambahan pendidikan kewirausahaan pada santriadalah Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Pondok Pesantren Al-Ittifaq terletak di Ciburial, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Pondok pesantren ini memberikan ilmu kewirausahaan di bidang pertanian karena kondisi lingkungan mendukung untuk dilaksanakan budidaya pertanian khususnya tanaman hortikultura. Tidak hanya santri yang diberikan pendidikan kewirausahaan di bidang pertanian, melainkan juga masyarakat yang berada di sekitar Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Hasil dari pertanian tersebut sebagian dikonsumsi oleh santri dan sebagian yang lainnya dipasarkan ke supermarket yang ada di Jakarta dan Bandung.

Santri-santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq diberikan pengetahuan dengan praktik secara langsung dalam proses budidaya sampai pemasarannya. Setiap


(14)

santri menangani tahapan yang berbeda-beda tergantung kemampuan yang dimiliki serta tingkat pendidikan yang ditempuh. Kegiatan agribisnis yang dilakukan para santri seperti budidaya tanaman hortikultura, peternakan, pengolahan pasca panen, pemasaran, dan koperasi. Adanya kegiatan agribisnis yang diterapkan kepada santri dan keberhasilan pondok dalam membentuk alumni menjadi wirausahawan baik di bidang agribisnis maupun non-agribisnis sebanyak 75% mendorong untuk dilakukan penelitian tentang strategi pembentukan jiwa kewirausahaan santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui strategi pembentukan jiwa kewirausahaan pada santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

2. Mengetahui jiwa kewirausahaan santri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Mengetahui minat berwirausaha agribisnis santri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

C. Kegunaan Penelitian

Hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang memiliki kepentingan dengan penelitian:

1. Bagi peneliti, mengetahui strategi Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam pembentukan jiwa kewirausahaan.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai parameter Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk mengetahui jiwa kewirausahaan santri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.


(15)

3. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai parameter Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk mengetahui minat berwirausaha agribisnis santri dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Bagi pondok pesantren lainnya dapat digunakan sebagai panduan untuk menerapkan strategi pembentukan jiwa kewirausahaan santri yang


(16)

1. Pondok Pesantren

Pondok Pesantren dalam penyelenggaraan pendidikannya berbentuk asrama yang merupakan komunitas khusus di bawah pimpinan kiai dan dibantu oleh ustadz yang berdomisili bersama-sama santri dengan masjid sebagai pusat aktivitas belajar mengajar, serta pondok atau asrama sebagai tempat tinggal para santri dan kehidupan bersifat kreatif, seperti satu keluarga. Mastuhu dalam Badruzaman (2009) mendefinisikan pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam dengan menekan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.

Menurut Hasbullah (1999) tujuan terbentuknya pondok pesantren ada dua yaitu: i) tujuan umum untuk membimbing anak didik menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang dengan ilmu agamanya sanggup menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya; ii) tujuan khusus untuk mempersiapkan para santri menjadi orang alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh kiai yang bersangkutan serta mengamalkannya dalam masyarakat. Halim & Suhartini (2005) dalam Balukia & Yogi (2014) mengemukakan pondok pesantren memiliki tiga fungsi utama: pertama, sebagai pengkaderan pemikir-pemikir agama (center of excellence). Kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource). Ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan masyarakat (agent of development).


(17)

Menurut Hasbullah sistem pendidikan di pondok pesantren memiliki perbedaan dibandingkan dengan pendidikan pada umumnya yaitu sebagai berikut.

a. Memakai sistem tradisional yang mempunyai kebebasan penuh dibandingkan dengan sekolah modern, sehingga terjadi hubungan dua arah antara santri dan kiai.

b. Kehidupan di pesantren menampakkan semangat demokrasi karena mereka praktis bekerja sama mengatasi problema nonkurikuler.

c. Para santri tidak berorientasi untuk memperoleh gelar dan ijazah karena sebagian besar pesantren tidak mengeluarkan ijazah, sedangkan santri dengan ketulusan hatinya masuk pesantren tanpa adanya ijazah tersebut.

d. Sistem pondok pesantren mengutamakan kesederhanaan, idealisme, persaudaraan, persamaan, rasa percaya diri dan keberanian hidup.

e. Alumni pondok pesantren tidak ingin menduduki jabatan pemerintahan, sehingga mereka hampir tidak dapat dikuasai oleh pemerintah.

Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tentunya memiliki unsur-unsur dalam sistem pendidikannya. Menurut Hasbullah (1999) ada lima unsur-unsur pokok dalam pondok pesantren yaitu pondok, masjid, santri, kiai, dan kitab-kitab Islam klasik.

a. Pondok

Pondok merupakan tempat tinggal kiai bersama para santri. Pesantren juga menampung santri-santri yang berasal dari daerah yang jauh untuk bermukim. Pada awal perkembangannya, pondok bukanlah semata-mata dimaksudkan sebagai tempat tinggal atau asrama para santri untuk mengikuti pelajaran oleh kiai, tetapi juga tempat latihan santri agar mampu hidup mandiri dalam masyarakat. Para santri dibimbing kiai memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dalam situasi kekeluargaan dan bergotong-royong sesama warga pesantren.


(18)

b. Masjid

Masjid digunakan sebagai pusat kegiatan ibadah dan belajar mengajar. Waktu belajar mengajar dalam pesantren berkaitan dengan waktu shalat berjama’ah, baik sebelum dan sesudahnya. Sesuai dengan perkembangan jumlah santri dan tingkatan pelajaran dibangunlah tempat atau ruangan-ruangan khusus untuk halaqah-halaqah. Walaupun demikian, masjid masih tetap digunakan sebagai tempat belajar mengajar. Sebagian besar pesantren memanfaatkan masjid sebagai tempat i’tikaf dan melaksanakan latihan-latihan, atau suluk (pembersihan lahir dan batin) dan dzikir, maupun amalan-amalan lainnya dalam kehidupan tarekat dan sufi.

c. Santri

Santri merupakan unsur pokok dari suatu pesantren. Biasanya terdiri dari dua kelompok yaitu: pertama, santri mukim ialah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam pondok pesantren. Kedua, santri kalong ialah santri-santri yang berasal dari daerah-daerah sekitar pesantren dan biasanya mereka tidak menetap di pesantren. Mereka pulang ke rumah masing-masing setiap selesai mengikuti suatu pelajaran di pesantren.

Perbedaan pesantren besar dan pesantren kecil terletak pada komposisi antara kedua kelompok santri tersebut. Pesantren besar (seperti Gontor Ponorogo, Tebuireng Jombang, Darussalam Martapura) mempunyai jumlah santri mukim yang lebih besar dibandingkan santri kalong, sedangkan pesantren yang tergolong kecil mempunyai lebih banyak santri kalong.

d. Kiai

Kiai merupakan tokoh sentral dalam pesantren yang memberikan pengajaran. Kemasyuran, perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu pesantren banyak tergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, kharismatik dan


(19)

wibawa, serta ketrampilan kiai yang bersangkutan dalam mengelola pesantren. Gelar kiai diberikan oleh masyarakat kepada orang yang mempunyai ilmu pengetahuan mendalam tentang agama Islam, memimpin pondok pesantren, serta mengajarkan kitab-kitab kepada santri.

e. Kitab-kitab Islam klasik

Para santri diajarkan kitab-kitab klasik yang dikarang para ulama terdahulu mengenai berbagai macam ilmu pengetahuan agama Islam dan bahasa Arab. Tingkatan suatu pesantren dan pengajarannya biasanya diketahui dari jenis kitab-kitab yang diajarkannya.

Sistem penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren semakin lama semakin berubah seiring perkembangan pendidikan. Menurut Hasbullah (1999) penyelenggaraan sistem pendidikan dan pengajaran di pondok pesantren dewasa ini dibedakan dalam tiga bentuk.

1) Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran diberikan dengan cara nonklasikal (sistem bandungan-sorongan). Seorang kiai mengajar santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan dan para santri biasanya tinggal di pondok tersebut.

2) Pesantren adalah lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada dasarnya sama dengan pondok pesantren, tetapi para santri tinggal tersebar di seluruh penjuru desa sekeliling pesantren tersebut (santri kalong). Metode pendidikan dan pengajaran diberikan dengan sistem weton yaitu santri datang berduyun-duyun pada waktu tertentu.

3) Pondok pesantren dewasa ini merupakan gabungan antara sistem pondok dan pesantren yang memberikan pendidikan dan pengajaran dengan sistem


(20)

bandungan, sorongan ataupun wetonan dengan santri pondokan atau santri kalong. Pondok pesantren tersebut menyelenggarakan pendidikan nonformal dan formal berbentuk madrasah bahkan sekolah umum dengan berbagai tingkatan.

Hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pondok pesantren yaitu berjudul “Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri di Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor” oleh Badruzaman (2009) mengemukakan bahwa pondok pesantren mampu menumbuhkan kemandirian santri dengan memenuhi 4 aspek sikap. Aspek-aspek tersebut yaitu aspek kognitif (mampu mengenal dan memahami diri sendiri dan lingkungannya), aspek afektif (keberanian mampu mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri, bertanggung jawab, percaya diri, optimis, sabar, tawakal, dan ikhlas), aspek konatif (mampu menerima diri sendiri dan lingkungan secara positif dan dinamis, mampu mengendalikan diri sendiri), dan aspek psikomotorik (mampu mewujudkan aktualisasi diri secara optimal sesuai potensi, minat dan kemampuan).

Penelitian lain tentang “Pembelajaran Kewirausahaan bagi Santri Putri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta” oleh Hidayati (2011) menunjukkan pengetahuan kewirausahaan dan minat berwirausaha santri putri Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta pada kelompok yang diberikan bahan ajar dengan bimbingan guru lebih tinggi dari kelompok yang diberikan bahan ajar dengan belajar mandiri. Penelitian yang dihasilkan oleh Balukia & Yogi (2014) yang berjudul “Dampak Pesantren Terhadap Pengembangan Ekonomi Desa” menyatakan bahwa usahatani yang dijalankan


(21)

oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq mampu menjadi salah satu motor penggerak ekonomi petani perdesaan. Petani yang tergabung ke dalam kelompok usahatani pesantren memiliki keuntungan diantaranya mendapatkan fasilitas dalam pelatihan usahatani yang dilakukan pesantren yang telah bekerjasama dengan akademisi dan lembaga pemerintah terkait serta mendapatkan pelatihan manajemen pertanian.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap pondok pesantren memiliki visi dan misi yang berbeda-beda antara satu pondok pesantren dengan yang lainnya, sehingga tentunya memiliki keorganisasian dan kegiatan yang berbeda pula. Oleh karena itu, setiap pondok pesantren menggunakan strategi sesuai dengan pembentukan dari pondok pesantren. Mulai dari penerimaan santri hingga pemindahan tingkatan pendidikan setiap pondok memiliki kriteria yang berbeda-beda. Hal inilah yang akan berpengaruh terhadap hasil akhir dari sistem pendidikan yang diterapkan di masing-masing pondok pesantren.

2. Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang. Menurut Zimmere (1996:51) dalam Suryana (2003) kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang, sedangkan inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan


(22)

kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan.

Objek studi kewirausahaan adalah nilai-nilai dan kemampuan seseorang dalam bentuk perilaku. Menurut Soeparman Soemahanidjaja (1997:14-15) dalam Suryana (2003) terdapat delapan kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan sebagai berikut.

i. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/ usaha. Merumuskan tujuan hidup/ usaha diperlukan perenungan, koreksi, yang kemudian berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemampuannya.

ii. Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang menyala-nyala.

iii. Kemampuan untuk berinisiatif yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain dan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.

iv. Kemampuan berinovasi yang melahirkan kreativitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang-ulang akan melahirkan motivasi.

v. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal.

vi. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakan.

vii. Kemampuan mental yang dilandasi agama.

viii. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

Meredith dkk (2000) mengemukakan ciri-ciri dan sifat-sifat yang terdapat pada diri kewirausahaan sebagai berikut.

a. Penuh percaya diri

Percaya diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1988:33 dalam Suryana, 2003). Orang yang percaya diri memiliki kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sistematis, terencana, efektif dan efisien.


(23)

Kepercayaan diri selalu ditunjukkan dengan ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan suatu pekerjaan. Kepercayaan diri merupakan landasan yang kuat untuk meningkatkan karsa dan karya seseorang. Orang yang memiliki kepercayaan diri akan memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dalam mengorganisir, mengawasi, dan meraihnya. Indikator dari percaya diri yaitu penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin dan bertanggung jawab.

b. Berorientasi tugas dan hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Membiasakan untuk memiliki target harian, bulanan, maupun tahunan. Apapun target yang ingin dicapai harus mengingat kata kunci SMART (Specific, Measurable, Achieveable, Reality based, Time frame), yang berarti spesifik, terukur, dapat dicapai, berdasarkan realita, dan memiliki jangka waktu tertentu. Indikatornya terdiri atas orientasi pada hasil dan wawasan ke depan.

c. Memiliki jiwa kepemimpinan

Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama yaitu (a) berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan, mencapai sasaran dan (b) berorientasi pada orang yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi. Pemimpin yang kadar orientasi tugasnya rendah cenderung menjadi tidak aktif dalam mengarahkan perilaku yang berorientasi tujuan, seperti perencanaan dan penjadwalan. Pemimpin yang orientasi pada orang rendah cenderung bersikap dingin dalam hubungan dengan karyawan, memusatkan perhatian pada prestasi individu dan persaingan ketimbang kerjasama, serta tidak mendelegasikan kekuasaan dan tanggungjawab.


(24)

Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik ialah perlakukan orang-orang lain sebagaimana anda ingin diperlakukan. Berusahalah memandang suatu keadaan dari sudut pandang orang lain maka akan timbul sikap tepo sliro. Indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak.

d. Pengambilan risiko

Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Unsur lain yang penting dari wirausaha terhadap situasi pengambilan risiko adalah ketersediaan menerima tanggungjawab pribadi atas akibat-akibat keputusan, baik yang menguntungkan maupun tidak. Semakin besar risiko yang dihadapi, semakin besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. Berani mengambil risiko yang telah diperhitungkan sebelumnya merupakan kunci awal dalam dunia usaha, karena hasil yang akan dicapai akan proporsional terhadap risiko yang akan diambil. Risiko yang diperhitungkan dengan baik akan memberikan kemungkinan berhasil.

e. Keorisinilan

Watak pribadi yang terdapat dalam ciri keorisinilan yaitu inovatif, kreatif, fleksibel. Ciri-ciri wirausaha yang inovatif adalah tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan meskipun cukup baik, selalu menuangkan imajinasi dalam pekerjaan, dan selalu ingin tampil beda. Menurut Zimmerer dalam Suryana (2003), “creativity ideas often arise when entrepreneurs look at something old and think something new or different” (ide-ide sering muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu yang baru dan berbeda). Rahasia kewirausahaan dalam menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada


(25)

penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi setiap hari (Suryana, 2003).

f. Berorientasi pada masa depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Kunci yang harus dimiliki adalah menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada sekarang. Meskipun dengan resiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi mempertahankan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada sekarang.

Menurut Priyanto dalam Lieli (2011) jiwa kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri dapat berupa sifat-sifat personal, sikap, pendidikan, dan pengalaman. Faktor eksternal yang berasal dari luar dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan sosial ekonomi, lingkungan usaha, da lingkungan fisik.

Hasil penelitian terdahulu Supriyatningsih (2012) dengan judul “Penanaman Nilai-nilai Kewirausahaan pada Siswa Melalui Praktik kerja Industri” menyatakan program Prakerin (Praktek kerja Industri) mampu menanamkan nilai-nilai kewirausahaan pada siswa diantaranya nilai keimanan dan ketaqwaan, kedisiplinan, kejujuran, perilaku kerja prestasif (meliputi kerja ikhlas, kerja cerdas, mawas diri terhadap emosional, kerja keras dan kerja tuntas, kreativitas dan inovasi, percaya diri dan tanggung jawab). Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dilaksanakan dengan cara pengintegrasian nilai-nilai kewirausahaan ke dalam mata pelajaran melalui pengembangan diri dan Prakerin.


(26)

Berdasarkan pendapat yang diungkapkan oleh Soeparman mengenai kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan termasuk dalam bagian ciri dan sifat seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan yang diungkapkan oleh Meredith. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dalam penelitian ini meliputi umur, lama belajar, dan pendidikan terakhir. Faktor eksternal berasal dari lingkungan keluarga dan interaksi sosial.

3. Minat

Hurlock (1991) dalam Adhitama (2014) menyatakan bahwa minat adalah motif yang menunjukkan arah perhatian individu kepada obyek yang menarik serta menyenangkan, apabila individu berminat terhadap obyek atau aktivitas tertentu maka ia akan cenderung untuk berhubungan lebih aktif dengan obyek atau aktivitas tersebut. Menurut Bhandari (2007) dalam Adhitama (2000) minat berwirausaha dapat didorong oleh hal-hal sebagai berikut

a. Prestis sosial merupakan suatu rasa penghargaan tersendiri yang dirasakan seseorang bila melakukan salah satunya dengan berwirausaha untuk dilihat di masyarakat ataupun diakui oleh lingkungan sehingga menaikkan derajatnya. b. Tantangan pribadi merupakan suatu tantangan untuk diri sendiri yang

membuat seseorang ingin membuktikan apakah dia mampu atau tidak melakukan suatu hal yang mungkin belum pernah dilakukan sehingga memicu dirinya untuk belajar mencoba.


(27)

c. Menjadi pemimpin adalah keinginan untuk menjadi pemimpin suatu saat atau mendirikan usaha sendiri.

d. Fleksibilitas merupakan kelonggaran saat memiliki suatu usaha sendiri seperti jam kerja yang bisa diatur sendiri.

Alma (2008) menyatakan terdapat tiga faktor kritis yang berperan dalam mempengaruhi minat seseorang berwirausaha yaitu sebagai berikut.

a. Personal

Personal yaitu menyangkut aspek-aspek kepribadian seseorang. Penelitian di Inggris menyatakan motivasi seseorang membuka bisnis adalah 50% ingin mempunyai kebebasan dengan berbisnis sendiri, hanya 18% menyatakan ingin memperoleh uang dan 10% menyatakan jawaban membuka bisnis untuk kesenangan, hobi, tantangan atau kepuasan pribadi dan melakukan kreativitas. Penelitian di Rusia 80% menyatakan mereka membuka bisnis karena ingin menjadi bos dan memperoleh otonomi serta kemerdekaan pribadi.

b. Sociological

Sociological menyangkut masalah hubungan dengan keluarga dan hubungan sosial lainnya. Faktor sosial yang berpengaruh terhadap minat berwirausaha ialah masalah tanggung jawab terhadap keluarga. Orang yang berumur 25 tahun akan lebih mudah membuka bisnis dibandingkan dengan seseorang yang berumur 45 tahun, yang sudah punya istri, beberapa anak, banyak beban, cicilan rumah, biaya rumah tangga dan sebagainya.


(28)

Environmental yaitu menyangkut hubungan dengan lingkungan. Amerika terkenal dengan Silicon Valley dimana dijumpai banyak pengusaha-pengusaha besar, kegiatan tersebut meliputi jual-beli barang, transportasi, pergudangan, perbankan, dan berbagai jasa konsultan. Suasana seperti itu mendukung warga masyarakat untuk menumbuhkan minat berwirausaha.

Suryana (2003) mengemukakan bahwa perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi hak kepemilikan, kemampuan/ kompetensi, dan insentif. Faktor eksternalnya meliputi lingkungan. Menurut Ibnoe Soedjono dalam Suryana (2003) kemampuan afektif mencakup sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaan, dan emosi yang kesemuanya sangat tergantung pada kondisi lingkungan yang ada. Jadi kemampuan berwirausaha merupakan fungsi dari perilaku dalam mengkombinasikan kreativitas, inovasi, kerja keras, dan keberanian menghadapi risiko untuk memperoleh peluang.

Hasil penelitian terdahulu dari Putra (2012) yang berjudul “Faktor-Faktor Penentu Minat Mahasiswa Manajemen untuk Berwirausaha” menyatakan bahwa ada 6 faktor yang berpengaruh dalam minat mahasiswa dalam berwirausaha yaitu lingkungan, harga diri, peluang, kepribadian, visi, serta pendapatan dan percaya diri. Hasil penelitian lainnya dari Utin dkk (2011) tentang “Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha pada Program Studi Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Pontianak” menunjukkan keterlibatan keluarga, masyarakat, dan pembelajaran yang didapatkan dari mata kuliah kewirausahaan mendukung minat untuk menjadi wirausaha. Pembelajaran


(29)

dengan menanamkan nilai-nilai, pemahaman, jiwa, sikap dan perilaku mampu menumbuhkan pemikiran dan karakteristik wirausaha dalam diri mahasiswa.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat untuk berwirausaha santri dalam penelitian ini yaitu personal (jenis kelamin, umur, daerah asal, lama belajar, pendidikan terakhir, status santri), interaksi santri, lingkungan keluarga, jiwa kewirausahaan, dan motivasi berwirausaha.

B. Kerangka Pemikiran

Minat santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq untuk berwirausaha agribisnis dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan yang terbentuk dalam diri santri, profil santri, lingkungan keluarga, dan interaksi sosial yang dilakukan oleh santri selama berada di pondok. Jiwa kewirausahaan dipengaruhi oleh sistem pendidikan atau strategi pembentukan yang diterapkan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq mulai dari perekrutan santri, penempatan santri, dan pemindahan jenjang pembelajaran. Strategi yang digunakan merupakan langkah-langkah dalam mewujudkan visi dan misi pendirian Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Pengadaan kegiatan-kegiatan dan disediakannya fasilitas menjadi pendukung para santri untuk lebih memahami pengetahuan mengenai berwirausaha agribisnis. Selain itu, jiwa kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal (umur, lama belajar, pendidikan terakhir) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga dan interaksi sosial).


(30)

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

= dianalisis secara statistik = dianalisis secara deskriptif

C. Hipotesis

1. Diduga jiwa kewirausahaan yang dimiliki santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq tinggi.

Strategi Pembentukan 1. Perekrutan Santri

2. Penempatan Santri 3. Pemindahan Jenjang

Profil

Pondok PesantrenAl-Ittifaq 1. Sejarah

2. Visi dan misi 3. Keorganisasian 4. Fasilitas 5.Kegiatan

Jiwa Kewirausahaan 1. Kepercayaan diri

2. Orientasi tugas dan hasil 3. Kepemimpinan

4. Orientasi masa depan 5. Pengambilan resiko 6.Keorisinilan

Profil Santri 1. Jenis kelamin 2. Umur

3. Daerah asal 4. Lama belajar 5. Pendidikan terakhir 6.Status santri

Lingkungan Keluarga 1. Keluarga berlatar

belakang wirausaha agribisnis

2. Keluarga mendukung berwirausaha agribisnis

Interaksi Sosial di luar Pembelajaran pPondok 1. Menjalin komunikasi 2. Mengikuti

kegiatan-kegiatan

3. Menjalin kerjasama 4. Membantu pihak-pihak

yang membutuhkan

Minat 1. Berminat berwirausaha

agribisnis

2. Tidak berminat berwirausaha agribisnis


(31)

2. Diduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jiwa kewirausahaan santri adalah profil santri (umur dan lama belajar, pendidikan terakhir), lingkungan keluarga, dan interaksi sosial

3. Diduga minat berwirausaha agribisnis yang dimiliki santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq tinggi.

4. Diduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap minat berwirausaha agribisnis adalah profil santri, interaksi sosial, lingkungan keluarga, jiwa kewirausahaan, dan motivasi berwirausaha.


(32)

yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian dengan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka, meskipun berupa data kualitatif sebagai pendukungnya. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2016.

A. Metode Dasar Penelitian 1. Penentuan Lokasi

Penelitian ini dilakukan terhadap santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang terletak di Ciburial, Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian ini dipilih atas karena Pondok Pesantren Al-Ittifaq merupakan salah satu pondok pesantren di Kabupaten Bandung yang menerapkan pembelajaran kewirausahaan agribisnis kepada santri. Selain itu, Pondok Pesantren Al-Ittifaq juga memberdayakan masyarakat di sekitarnya untuk melakukan kegiatan agribisnis.

2. Pengambilan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang minimal menempuh pendidikan di pondok setara SMA/MA dengan jumlah 187


(33)

santri. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah proporsional stratified random sampling, yaitu penarikan sampel pada populasi anggota atauunsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Slovin dalam Adhitama (2014) yaitu

n= N

1+Ne2

n = ukuran sampel N = jumlah populasi

e = persen kesalahan yang diinginkan/ ditolerir (sebesar 12 %), dengan tingkat kepercayaan 88%. Maka dapat dihitung jumlah responden yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebesar:

n = N 1 + Ne2 n = 187 1 + 187 (0,12)2 n = 50 santri

Santri di Pondok Pesantren Al-Ittifaq terdiri dari dua macam, santri salafi dengan jumlah santri 127 dan santri khalafi dengan jumlah 60. Santri salafi merupakan santri yang hanya melakukan pembelajaran agama dan ilmu pertanian di pondok pesantren, sedangkan santri khalafi merupakan santri yang mendapatkan pendidikan di sekolah (di dalamnya terdapat pembelajaran kewirausahaan agribisnis) dan pembelajaran agama di pondok. Berdasarkan


(34)

perhitungan jumlah sampel di atas, maka pembagian strata dalam pengambilan sampel sebagai berikut.

Tabel 1. Jumlah sampel dalam penelitian

Strata Jumlah populasi Jumlah sampel

Santri putri salafi Santri putra salafi Santri putri khalafi Santri putra khalafi

Total

50 77 31 29 187

13 21 8 8 50 Cara perhitungan sampel :

Santri putri salafi = 51/187 x 50 santri = 13 santri Santri putra salafi = 77/187 x 50 santri = 21 santri Santri putri khalafi = 31/187 x 50 santri = 8 santri Santri putra khalafi = 29/187 x 50 santri = 8 santri

Jumlah sampel diambil secara proporsional sebesar 27% dari jumlah populasi dan penentuan sampel dilakukan dengan teknik random (acak) pada masing-masing strata menggunakan bantuan software microsoft excel.

B. Teknik pengumpulan data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.

1. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari santri-santri dan pengurus pondok pesantren dengan menggunakan kuesioner, wawancara, dan observasi.

a. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2014).


(35)

b. Wawancara dilakukan untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur yaitu peneliti menggunakan instrumen berupa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan sebagai panduan dalam berwawancara.

c. Observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (S. Margono (1997:158) dalam Zuriah, 2006)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber data kedua yang berkaitan dengan pondok pesantren. Data sekunder didapatkan dari Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang berkaitan dengan kajian penelitian ini seperti keadaan umum, keadaan santri, dan profil pondok pesantren.

C. Asumsi dan Pembatasan Masalah 1. Asumsi

Dalam penelitian ini diasumsikan santri diperlakukan secara sama oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

2. Pembatasan Masalah

a. Santri yang diteliti adalah santri yang berada di Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

b. Sampel santri yang diambil adalah santri yang minimal memiliki pendidikan tingkat akhir SMP.

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Profil Pondok Pesantren adalah data-data yang memberikan informasi mengenai

Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Indikator dari profil pondok pesantren dilihat dari hal-hal sebagai berikut.


(36)

a. Sejarah pesantren adalah perjalanan yang dialami pondok pesantren dari awal tahun pendirian hingga saat penelitian berlangsung.

b. Visi adalah tujuan pendirian Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

c. Misi adalah langkah-langkah pondok pesantren dalam rangka mewujudkan visi Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

d. Keorganisasian adalah struktur kepengurusan yang terdapat di pondok Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

e. Fasilitas adalah sarana yang diberikan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam rangka mewujudkan visi dan misi pondok pesantren.

f. Kegiatan adalah macam-macam program yang diadakan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang mendukung santri dalam pemahaman kewirausahaan agribisnis.

2. Strategi pembentukan adalah teknik yang disusun untuk mencapai tujuan Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam pembentukan jiwa kewirausahaan pada santri. Indikator dari strategi pembentukan dilihat dari hal-hal berikut ini. a. Perekrutan santri adalah penerimaan calon santri untuk menjadi santri di

Pondok Pesantren Al-Ittifaq sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh pondok.

b. Penempatan santri adalah langkah Pondok Pesantren Al-Ittifaq dalam meletakkan santri ke dalam bidang tertentu yang berkaitan dengan pembelajaran agribisnis dengan melihat tingkat pendidikan terakhir yang dijalani calon santri.


(37)

c. Pemindahan jenjang adalah pemindahan santri di bagian tertentu karena dianggap santri telah memahami apa yang telah diajarkan sebelumnya dengan melihat kemampuan santri dalam jangka tahun.

3. Jiwa kewirausahaan adalah karakteristik yang muncul pada diri santri setelah mengikuti kegiatan-kegiatan yang terdapat di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Indikator pada jiwa kewirausahaan dilihat dari hal-hal sebagai berikut:

a. Kepercayaan diri adalah keyakinan yang terdapat pada diri santri dalam menghadapi kegiatan, tugas yang diberikan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert dari angka 1 (sangat tidak setuju), angka 2 (tidak setuju), angka 3 (ragu-ragu), angka 4 (setuju), dan angka 5 (sangat setuju). Semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi tingkat kepercayaan dirinya. Kepercayaan diri dilihat dari hal-hal sebagai berikut.

1) Mampu menyelesaikan kegiatan dengan penuh keyakinan. 2) Membiasakan diri selalu tepat waktu dalam segala tindakan. 3) Melakukan kegiatan dengan tekun dan tenang.

4) Mampu menyelesaikan kegiatan dengan terencana dan efektif. b. Orientasi tugas dan hasil adalah santri memiliki motif untuk berprestasi

di dalam kegiatan yang diberikan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert dari angka 1 (sangat tidak setuju), angka 2 (tidak setuju), angka 3 (ragu-ragu), angka 4 (setuju), dan angka 5 (sangat setuju). Semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi tingkat orientasi tugas dan hasilnya. Indikator orientasi tugas dan hasil dilihat dari hal-hal sebagai berikut.

1) Membiasakan memiliki target harian, bulanan, tahunan. 2) Mengerjakan sesuatu yang baik dan berulang-ulang.

3) Mampu memotivasi diri melahirkan tekad kemauan yang menyala-nyala.


(38)

c. Kepemimpinan adalah santri memiliki sifat menjadi pelopor, tampil berbeda dan menjadi teladan untuk santri-santri lainnya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert dari angka 1 (sangat tidak setuju), angka 2 (tidak setuju), angka 3 (ragu-ragu), angka 4 (setuju), dan angka 5 (sangat setuju). Semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi tingkat kepemimpinannya. Kepemimpinan dilihat dari hal-hal sebagai berikut.

1) Mengerjakan sesuatu tanpa menunggu perintah orang lain. 2) Mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain. 3) Memberanikan diri untuk tampil beda dengan yang lain.

d. Orientasi masa depan adalah santri memiliki gambaran ke depannya setelah menyelesaikan pembelajarannya di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert dari angka 1 (sangat tidak setuju), angka 2 (tidak setuju), angka 3 (ragu-ragu), angka 4 (setuju), dan angka 5 (sangat setuju). Semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi tingkat orientasi masa depannya. Seseorang yang memiliki orientasi masa depan dapat dilihat dari hal-hal berikut.

1) Mampu merumuskan tujuan hidup.

2) Membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

e. Pengambilan resiko adalah santri berani untuk memanfaatkan peluang yang ada, walaupun terdapat tantangannya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert dari angka 1 (sangat tidak setuju, angka 2 (tidak setuju), angka 3 (ragu-ragu), angka 4 (setuju), dan angka 5 (sangat setuju). Semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi tingkat pengambilan resikonya. Seseorang yang memiliki jiwa


(39)

kewirausahaan dalam pengambilan resiko dapat dilihat dari hal-hal berikut.

1) Menyukai hal-hal yang lebih menantang.

2) Bersedia menerima tanggungjawab yang telah diberikan. 3) Mampu membentuk modal uang atau barang modal.

f. Keorisinilan adalah santri memiliki kreativitas dan inovasi di dalam mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert dari angka 1 (sangat tidak setuju, angka 2 (tidak setuju), angka 3 (ragu-ragu), angka 4 (setuju), dan angka 5 (sangat setuju). Semakin tinggi skor menunjukkan semakin tinggi tingkat keorisinilannya. Keorisinilan pada diri santri dapat dilihat dari indikator sebagai berikut.

1) Mampu menuangkan imajinasi dalam kegiatan.

2) Mampu memecahkan masalah yang dihadapi setiap harinya.

3) Tidak pernah puas dengan cara-cara yang dilakukan meskipun cukup baik.

4. Profil santri adalah adalah data-data santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq yang digunakan dalam proses penelitian. Indikator dari profil santri dilihat dari hal-hal sebagai berikut.

a. Jenis kelamin adalah pembeda antara responden satu dengan yang lainnya yang dilihat dari sisi seksualitas yang dikategorikan menjadi dua yaitu perempuan (kode 0) dan laki-laki (kode 1).

b. Umur adalah usia santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq selama proses penelitian berlangsung diukur dalam tahun.

c. Daerah asal adalah daerah tempat tinggal santri sebelum berada di Pondok Pesantren Al-Ittifaq dibedakan menjadi Jawa Barat (kode 1) dan luar Jawa Barat (kode 0).


(40)

d. Pendidikan terakhir adalah pendidikan akhir yang sudah ditempuh santri sebelum masuk Pondok Pesantren Al-Ittifaq, dibedakan menjadi 2 yaitu SMP/ MTs (kode 0); dan SMA/ K/ MA (kode 1).

e. Status santri adalah posisi santri yang dijalani saat penelitian ini berlangsung, dibedakan menjadi dua yaitu santri khalafi (kode 0) dan santri salafi (kode 1).

f. Lama belajar adalah lama santri mendapatkan pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Ittifaq sampai penelitian ini berlangsung diukur dalam tahun.

5. Lingkungan keluarga adalah kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan saudara yang dimiliki oleh santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Indikator dari lingkungan keluarga dilihat dari hal-hal sebagai berikut.

1) Keluarga santri memiliki latar belakang berwirausaha agribisnis. Pengukuran dengan menggunakan tiga pilihan sebagai berikut.

a. <32% berlatar belakang wirausaha agribisnis (kode 1). b. 33-66% berlatar belakang wirausaha agribisnis (kode 2). c. 67-100% berlatar belakang wirausaha agribisnis (kode 3).

2) Keluarga mendukung santri untuk berwirausaha agribisnis. Pengukuran dengan menggunakan tiga pilihan sebagai berikut.

a. <32% keluarga menyetujuiuntuk berwirausaha agribisnis (kode 1). b. 33-66% keluarga menyetujui untuk berwirausaha agribisnis (kode 2). c. 67-100% keluarga menyetujui untuk berwirausaha agribisnis (kode 3). 6. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang diberikan santri terhadap

pihak-pihak yang terdapat di Pondok Pesantren Al-Ittifaq di luar jam pembelajaran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert dari angka 1 (tidak pernah), angka 2 (kadang-kadang), angka 3 (sering), angka 4 (selalu). Indikator dari interaksi sosial dilihat dari hal-hal berikut ini.

1. Menjalin komunikasi dengan berbagai pihak yang terdapat di Pondok Pesantren Al-Ittifaq.


(41)

2. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang dilakukandi luar pembelajaran Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

3. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak yang terdapat di Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

4. Membantu pihak-pihak yang membutuhkan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq.

7. Minat adalah kecenderungan dalam diri santri untuk tertarik terhadap kegiatan kewirausahaan agribisnis yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq dan keinginan setelah menyelesaikan pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Minat berwirausaha seseorang dapat dimotivasi oleh beberapa hal yang diukur dengan menggunakan skala Likert dari angka 1 (sangat tidak setuju), angka 2 (tidak setuju), angka 3 (ragu-ragu), angka 4 (setuju), dan angka 5 (sangat setuju) adalah sebagai berikut.

a. Berminat berwirausaha karena ingin menaikkan derajatnya.

b. Berminat berwirausaha karena berkeinginan menjadi pemimpin perusahaan.

c. Berminat berwirausaha karena dapat mengatur jam kerja sendiri. d. Berminat berwirausaha karena menginginkan keuntungan yang lebih. Minat santri dibedakan menjadi dua macam, yaitu.

a. Berminat berwirausaha agribisnis b. Tidak berminat berwirausaha agribisnis E. Teknik Analisis

1. Strategi Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Strategi Pondok Pesantren Al-Ittifaq dengan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif adalah statistik yang dilakukan dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2014).


(42)

2. Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha

Jiwa kewirausahaan dan motivasi berwirausaha merupakan variabel yang terdiri dari sejumlah indikator. Analisis dilakukan secara dua tahap yaitu tahap pra analisis dan pengujian hipotesis.

a. Pra Analisis

Pra analisis dilakukan dengan cara pengujian validitas dan reliabilitas terhadap instrumen penelitian. Hasil penelitian dikatakan valid apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Hasil penelitian dikatakan reliabel bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda (Sugiyono, 2014). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sedangkan instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama maka akan menghasilkan data yang sama. Pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS for windows seri 11,5.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus correlation product moment. Berikut rumusnya

rxy= n

xiyi

(

xi

)

(yi)

{

n

xi2−(

xi)2

}{

n

yi2−(

yi)2

}

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

n = jumlah responden

Xi = nomor item ke i ∑ Xi = jumlah skor item ke i Xi2 = kuadrat skor item ke i

∑ Xi2 = jumlah dari kuadrat item ke i


(43)

Yi2 = kuadrat dari jumlah skor yang diperoleh tiap responden ∑ Yi2 = total dari kuadrat jumlah skor yang diperoleh tiap responden ∑ XiYi = jumlah hasil kali item angket dengan jumlah skor yang diperoleh

tiap responden Hipotesis pada uji validitas adalah:

H0 = tidak adanya korelasi antar pertanyaan kuesioner, rhitung < rtabel H1 = adanya korelasi antar pertanyaan kuesioner, rhitung > rtabel

Daerah penolakan H0 adalah rhitung > rtabel dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) artinya terdapat korelasi antar pertanyaan sehingga dinyatakan valid untuk digunakan dalam penelitian dan sebaliknya (Sugiyono, 2014). Berdasarkan hasil pengujian validitas pada instrumen variabel jiwa kewirausahaan menunjukan valid karena nilai korelasi lebih besar dari r tabel (0,2787) dan signifikansinya lebih kecil dari α (0,05). Kesimpulan dari uji validitas variabel jiwa kewirausahaan adalah terima H1 karena terdapat korelasi antara pertanyaan dalam variabel jiwa kewirausahaan. Pada variabel motivasi berwirausaha nilai korelasinya lebih besar dari r tabel (0,2787) dan signifikansinya lebih kecil dari α (0,05). Kesimpulan dari uji validitas variabel motivasi berwirausaha adalah terima H1 karena terdapat korelasi antara pertanyaan dalam variabel tersebut. (Hasil uji validitas variabel jiwa kewirausahaan dan motivasi berwirausaha terdapat pada lampiran 1).

Uji reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus Cronbach Alpha, Berikut rumus uji reliabilitas dengan uji Cronbach Alpha

Keterangan:

r11 : reliabilitas yang dicari

k : jumlah item pertanyaan yang diuji ∑ób2 : jumlah varians butir


(44)

Ót2 : varians total

Hipotesis pada uji reliabilitas adalah sebagai berikut

H0 = kuesioner tidak dapat memberikan hasil yang konsisten sebagai alat ukur H1 = kuesioner dapat memberikan hasil yang konsisten sebagai alat ukur

Jika r hitung (nilai alpha) antara 0,6-0,799 maka reliabilitas diterima dan jika r hitung (nilai alpha) antara 0,8-1,00 reliabilitas sangat kuat (Sugiyono, 2014). Daerah penolakan H0 adalah rhitung > 0,6 artinya kuesioner yang digunakan dapat memberikan hasil yang konsisten sehingga dinyatakan reliabel untuk digunakan dalam penelitian dan sebaliknya.

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas pada variabel jiwa kewirausahaan didapatkan nilai Cronbach Alpha 0,7476. Nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen pada variabel jiwa kewirausahaan reliabel. Kesimpulannya adalah terima H1, kuesioner dapat memberikan hasil yang konsisten dalam mengukur jiwa kewirausahaan. Hasil pengujian reliabilitas pada variabel motivasi berwirausaha didapatkan nilai Cronbach Alpha 0, 8295 artinya nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen pada variabel motivasi berwirausaha reliabel sangat kuat. Kesimpulannya adalah terima H1 dan tolak H0 karena kuesioner dapat memberikan hasil yang konsisten dalam mengukur minat. (Hasil uji reliabilitas variabel jiwa kewirausahaan dan motivasi berwirausaha aterdapat pada lampiran 2).

b. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis pada variabel jiwa kewirausahaan dan minat menggunakan uji Kolmogorof Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov digunakan


(45)

untuk menguji hipotesis dengan data berbentuk ordinal yang telah tersusun pada tabel distribusi frekuensi kumulatif dengan menggunakan klas-klas interval. Kategori skor pada jiwa kewirausahaan dan motivasi berwirausaha dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Interval skor=skor tertinggiskor terendah jumlah kategori skor

Kategori skor pada jiwa kewirausahaan dan motivasi berwirausaha adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Skor Hipotesis Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha

Hipotesis Jiwa kewirausahaan

Motivasi

Berwirausaha Rata-rata Skor Indikator Total skor Total skor

Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi

18,00-32,00 32,50-46,50 47,00-61,00 61,50-75,50

4,00-7,19 7,20-10,39 10,40-13,59 13,60-16,79

1,00-1,79 1,80-2,59 2,60-3,39 3,40-4,19 Sangat tinggi 76,00-90,00 16,80-20,00 4,20-5,00


(46)

Rumusan hipotesis dengan uji Kolmogorof Smirnov adalah sebagai berikut. H0 = distribusi dari frekuensi tidak terdapat perbedaan

H1 = terdapat perbedaan dari distribusi frekuensi

Daerah penolakan H0 jika D > Dα artinya terdapat perbedaan dari distribusi frekuensi dan sebaliknya dengan level significance 0,05 (Nazir, 2011). Dα adalah nilai kritis untuk uji Kolmogorov Smirnov, diperoleh dari tabel Kolmogorov Smirnov satu sampel. Harga D (beda yang terbesar dari frekuensi kumulatif) dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

Fn(x) = nilai peluang kumulatif (fungsi distribusi kumulatif) berdasarkan data sampel

F0(x) = nilai peluang kumulatif (fungsi distribusi kumulatif) dibawah P(Z<Zi)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jiwa Kewirausahaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi jiwa kewirausahaan santri diuji dengan menggunakan korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank Spearman adalah alat uji statistik yang digunakan untuk hipotesis asosiatif dua variabel bila datanya berskala ordinal (ranking).

Nilai statistiknya disebut rho, disimbolkan dengan rs. Nilai korelasi Rank Spearman berada diantara -1 sampai dengan 1. Bila nilai = 0, berarti tidak ada korelasi atau tidak ada hubungannya antara variabel independen dan dependen. Nilai = +1, berarti terdapat hubungan yang positif antara variabel independen dan dependen. Nilai = -1, berarti terdapat hubungan yang negatif antara variabel independen dan dependen.

Rumus umum koefisien korelasi adalah sebagai berikut )

( ) (x F0 x F

Sup

D n

x

 


(47)

ρ=1− 6.

D 2

N(N2−1)

ρ (rho) = koefisien korelasi

D = perbedaan skor antara 2 variabel N = jumlah subyek dalam variabel Hipotesis pada pengujian Rank Spearman

H0 = tidak terdapat korelasi secara signifikan antara variabel profil santri (umur dan lama belajar, pendidikan terakhir), lingkungan keluarga, dan interaksi sosial dengan variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel jiwa kewirausahaan

H1 = terdapat korelasi secara signifikan antara variabel profil santri (umur dan lama belajar, pendidikan terakhir), lingkungan keluarga, dan interaksi sosial dengan variabel jiwa kewirausahaan dengan variabel jiwa kewirausahaan

Daerah penolakan H0 jika taraf signifikansi < α (0,05), artinya terdapat korelasi antara variabel profil santri (umur dan lama belajar, pendidikan terakhir), lingkungan keluarga, dan interaksi sosial dengan variabel jiwa kewirausahaan. Daerah penerimaan H0 jika taraf signifikansi > α (0,05), terdapat korelasi antara variabel profil santri (umur dan lama belajar, pendidikan terakhir), lingkungan keluarga, dan interaksi sosial dengan variabel jiwa kewirausahaan.

g. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha Agribisnis

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha agribisnis diuji dengan menggunakan Exact Fisher software SPSS for windows seri 11,5. Uji Exact Fisher merupakan metode statistik non parametrik untuk menguji hipotesis dengan jenis data bersifat dikotomi (skala pengukuran nominal dan hanya terdiri dari 2 klasifikasi). Contoh: laki-laki dan perempuan, tinggi-rendah, dan setuju-tidak setuju. Uji Exact Fisher digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil independen bila datanya


(48)

berbentuk nominal yang disusun dalam tabel kontingensi 2 x 2 (Sugiyono, 2005 dalam Richardo, 2011). Contoh tabel kontingensi 2x2 sebagai berikut:

Tabel 3. Kontingensi 2X2

Kelompok Jumlah

I A B A+B

II C D C+D

Jumlah A+C B+D N

Sumber: Sugiyono, 2005 dalam Richardo, 2011 Kelompok I = sampel I, kelompok II = sampel II

Tanda menunjukkan adanya klasifikasi, misalnya minat-tidak minat, sukses-gagal, lulus-tidak lulus, A B C D adalah data nominal yang berbentuk frekuensi. Rumus dasar dalam pengujian Exact Fisher sebagai berikut:

p=(A+B)ǀ(C+D)ǀ(A+C)ǀ(B+D) N ǀ A ǀ B ǀC ǀ D ǀ

Hipotesis pada pengujian

H0 : P1 = P2 = Tidak terdapat hubungan antara variabel profil santri, lingkungan keluarga, interaksi sosial, jiwa kewirausahaan, dan motivasi berwirausaha dengan variabel minat berwirausaha agribisnis. H1 : P1 ≠ P2 = Terdapat hubungan antara variabel profil santri, lingkungan

keluarga, interaksi sosial, jiwa kewirausahaan, dan motivasi berwirausaha dengan variabel minat berwirausaha agribisnis.

Daerah penolakan H0 adalah p≤ α dengan taraf nyata α (0,05) artinya profil santri, interaksi santri, lingkungan keluarga, jiwa kewirausahaan, dan motivasi berwirausaha memiliki hubungan dengan variabel minat berwirausaha agribisnis santri.

Daerah penerimaan H0 adalah p≥ α dengan taraf nyata α (0,05) artinya variabel profil santri, interaksi santri, lingkungan keluarga, jiwa


(49)

kewirausahaan, dan motivasi berwirausaha tidak memiliki hubungan dengan variabel minat berwirausaha agribisnis santri.


(50)

A. Sejarah Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Pondok Pesantren Al-Ittifaq terletak di sebelah selatan kota Bandung tepatnya di kampung Ciburial Rt. 02/10 Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Jarak pondok pesantren ke kecamatan ± 7 km, ke kabupaten (pendopo Pemda) ± 29 km dan Kota Bandung ± 40 km. Pondok Pesantren Al-Ittifaq berada di daerah Gunung Patuha dengan ketinggian 1.250 dpl. Luas wilayah administratif Desa Alam Endah sekitar 506,6 ha dan dihuni sekitar 22.673 jiwa. Pondok Pesantren Al- Ittifaq didirikan pada tanggal 1 Februari 1934 (16 syawal 1302) oleh KH. Mansyur atas restu Kanjeng Dalem Wiranata Kusumah. Pada awalnya Pondok Pesantren Al-Ittifaq tergolong ke dalam jenis pondok pesantren Salafiyah (tradisional/non sekolah). Sistem pendidikan yang diterapkan pada waktu itu cukup kolot yaitu para santri diharamkan untuk belajar menulis latin, tidak boleh kenal dengan pejabat pemerintah karena dianggap penjajah, tidak diperbolehkan membuat rumah dari tembok, tidak boleh terdapatalat elektronik (mic, radio, TV dan sebagainya) dan tidak diperbolehkan membuat toilet di dalam rumah.

Pada tahun 1953 kepemimpinan diteruskan oleh H. Rifai hingga wafatnya pada tahun 1970, dan pada tahun 1970 sampai sekarang kepemimpinan dipegang oleh KH Fuad Affandi (cucu dari KH Mansyur). Pengelolaan pendidikan yang seadanya menyebabkan perkembangannya amat sangat lamban, bahkan cenderung berjalan di tempat. Selain itu, keengganan untuk membuka diri dan


(51)

kurangnya pengetahuan mengenai potensi daerah. Pondok Pesantren Al-Ittifaq mempunyai prinsip-prinsip kelembagaan dalam upaya untuk menjaga kesesuai eksternal yaitu meyakinkan, menggalang, menggerakkan, memantau, dan melindungi.

Tahun 1970 KH Fuad Affandi mencoba memadukan antara kegiatan keagamaan dengan kegiatan usaha pertanian (agribisnis) di pondok pesantrennya karena sesuai dengan potensi alam yang ada di sekitar pesantren. Kegiatan usaha pertanian (agribisnis) berlangsung hingga sekarang, bahkan menjadi tulang punggung kegiatan pesantren. Selain itu, ada dua alasan Pondok Pesantren Al-Ittifaq menerapkan pendidikan di sektor pertanian dikarenakan oleh:

a. Hampir 90% santri Al-Ittifaq adalah santri kurang mampu, saat ini ada dua sistem pendidikan yaitu khalafiyah dan salafiyah.

b. 100% santri yang masuk ke pondok pesantren tidak mungkin secara keseluruhan keluar akan menjadi ulama. Adanya pelatihan di sektor pertanian diharapkan mampu mendorong santri untuk mengembangkan karir di bidang wirausaha karena skill yang telah dilatih selama santri belajar di pondok. Santri didorong untuk mandiri dan belajar tauhid sehingga diharapkan mampu mengajarkan ilmu agama yang diimbagi dengan berkarya.

Pelaksanakan pengembangan agribisnis Pondok Pesantren Al-Ittifaq didasarkan kepada prinsip INPEKBI (Ilahi, Negeri, Pribadi, Ekonomi, Keluarga, Birahi, Ilmihi) yang artinya bahwa dalam melaksanakan pengembangan agribisnis maka harus diridhoi oleh Allah SWT, diakui oleh pemerintah (negeri), berdasarkan atas kepribadian yang luhur, usaha secara ekonomis harus menghasilkan keuntungan.


(52)

Pondok Pesantren Al-Ittifaq saat ini dijadikan sebagai tempat magang atau pelatihan agribisnis dari santri, mahasiswa, dan petani yang berasal dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri.Kegiatan agribisnis yang dilakukan pesantren ini mempunyai multiple effect terhadap kelangsungan proses pendidikan di Pondok Pesantren Al-Ittifaq. Hasil dari kegiatan agribisnis dapat digunakan sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan warga pesantren sehingga dapat menekan biaya produksi. Produk yang dihasilkan dari kegiatan agribisnis mempunyai nilai keunggulan kompetitif dan komparatif sehingga Pondok Pesantren Al-Ittifaq dijadikan sebagai laboratorium dalam menumbuhkembangkan jiwa mandiri dan wirausaha santri. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan oleh Pondok Pesantren Al-Ittifaq, yaitu mencetak santri yang berakhlak mulia, mandiri dan berjiwa wirausaha.

B. Keorganisasian Pondok Pesantren Al-Ittifaq 1. Visi

“Membentuk santri yang berakhlaq mulia, ‘alim dan peduli lingkungan”. 2. Misi

a. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berkepribadian islami dan berakhlaq mulia.

b. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai ilmu agama, ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu implementasi dalam mewujudkan misi ini adalah membuat dan mengembangkan bahan dasar pembuatan kompos untuk pupuk tanaman (pangan, hortikultura) yang siap dipakai dan dapat mematangkan kompos dalam


(53)

tempo satu minggu. Bahan dasar ini telah diperdagangkan secara meluas dengan kode perdagangan MFA (Mikroorganisme Fermentasi Alami), sekarang lokasi pembuatan (pabrik) MFA ditempatkan di Garut.

c. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki keterampilan dan kemandirian.

d. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang berdaya juang tinggi, kreatif, inovatif, serta mampu mencintai, memelihara dan melindungi lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan yaitu mengembangkan usaha penggemukan sapi dan domba. Fungsi ternak disamping kotorannya dipergunakan untuk kompos juga dipergunakan untuk biogas.

e. Menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang mampu mengimplementasikan semboyan pondok: tidak boleh ada sedetik waktu yang nganggur, tidak boleh ada sejengkal tanah yang tidur dan tidak boleh ada sehelai sampah yang ngawur.

3. Struktur Organisasi

Secara garis struktural Pondok Pesantren Al-Ittifaq dipimpin oleh generasi ketiga pesantren yaitu KH. Fuad Affandi yang sekaligus sebagai sesepuh/ dewan pendiri yayasan Al-Ittifaq. Berikut struktur organisasi Pondok Pesantren Al-Ittifaq.


(54)

Gambar 1. Struktur Organisasi Pondok Pesantren

45 ROIS

H.Dandan Mudawarul Falah, MMPd Sekretaris

Aa Rudi Hidayatullah Wawan Nuryadin

Tata Usaha Hj. Isye Subaekah

Pendidikan Dakwah KH. Achmad Syahid

Ust. Badar

Sarana Prasarana KH. Edih Rudiansyah

Rizal (Masjid) Rahwan (Sound)

Kesiswaan Ust. Cecep Taryana

Aldi Fadian R.

Peng. Pendidikan Ust. Daud Nurdin, S.Ag.

Keamanan Ust. Toni Suhendar

Saeful Alam

Logistik Hj. Eneng Siti Ilan

Ifa Lathifah

Humas Ust. Dadang R

Ust. Darya

Usaha Setia Irawan Dede Madrais Ketua-ketua Kobong


(55)

Tugas dan wewenang masing-masing bagian di Pondok Pesantren Al-Ittifaq adalah sebagai berikut.

Rois

1. Mengorganisir Pondok Pesantren.

2. Bertanggung jawab atas semua kegiatan dan semua urusan pondok pesantren. 3. Meningkatkan kualitas, kuantitas, dan aktifitas pondok pesantren.

4. Menentukan sidang/rapat dan mempersiapkan materi bersama dengan sekretaris.

5. Menandatangani surat.

6. Menyusun program pondok dan menentukan arah kebijaksaannya. 7. Mengevaluasi seksi-seksi.

8. Mengontrol/ mengawasi kerja semua seksi. 9. Mengkoordinir seluruh kegiatan seksi-seksi.

10. Melaporkan aktifitas pondok pesantren kepada Dewan Pembina. 11. Memimpin rapat.

12. Menandatangani surat izin.

13. Menjalin silaturahmi dan kemitraan dengan stake holder pesantren. 14. Bertanggung jawab terhadap Dewan Pembina.

Sekretaris

1. Mengelola administrasi pondok pesantren.

2. Bertanggung jawab atas adiministrasi pondok pesantren.

3. Mempersiapkan materi rapat bersama dengan Rois dan seksi-seksi. 4. Mempersiapkan tempat rapat dan notulensi rapat.

5. Mengkonsep surat bersama dengan ketua.

6. Mendokumentasikan surat keluar dan surat masuk.

7. Menerima dan mencatat pendaftaran santri baru sesuai rekomendasi rois dan seksi terkait.

8. Menerima dan mencatat pembayaran IPP santri. 9. Menyetor uang terhadap bendahara.

10. Memegang surat izin sekolah.

11. Menginventarisi barang-barang pondok pesantren.

12. Membantu menyusun LPJ (laporan pertanggung jawaban). 13. Bertanggung jawab terhadap rois.

14. Membuat kartu santri. Tata Usaha

1. Mengelola keuangan pondok pesantren putra dan administrasinya. 2. Bersama ketua menyusun RAPB.


(56)

4. Melayani setiap kebutuhan administrasi dan setiap program serta menyimpan nota dari pembelanjaan/transaksi.

5. Melapor keuangan terhadap ketua. 6. Bertanggung jawab terhadap rois. Seksi Pendidikan Dakwah

1. Mengkoordinir semua kegiatan pengajian, seni dan dakwah. 2. Menyusun kurikulum pengajian, seni dan dakwah.

3. Menyusun jadwal kegiatan pengajian, seni dan dakwah.

4. Melakukan evaluasi pengajian, seni dan dakwah secara berkala.

5. Memantau tingkat kehadiran ustadz dan santri dalam kegiatan pengajian, seni dan dakwah.

6. Membuat buku panduan kegiatan pengajian, seni dan dakwah.

7. Mengeluarkan izin bagi santri sesuai koordinasi dan rekomendasi rois. 8. Memandu kegiatan muhadhoroh.

9. Mengkoordinir khutbah.

10. Bertanggung jawab terhadap rois. Seksi Sarana Prasarana

1. Menyediakan dan menyiapkan perlengkapan kebutuhan pondok pesantren. 2. Menjaga keindahan dan kenyamanan lingkungan.

3. Bertanggung jawab atas kebersihan masjid, asrama dan lingkungan pondok pesantren.

4. Mengkoordinir kebersihan setiap kamar.

5. Memelihara alat-alat perlengkapan pondok pesantren.

6. Mengkoordinasi pengusulan pengadaan sarana dan prasarana masjid, asrama dan lingkungan pondok pesantren.

7. Bertanggung jawab kepada rois. Seksi Kesiswaan

1. Mengawasi dan melakukan evaluasi kegiatan sehari-hari santri di asrama dan masjid.

2. Mengawasi dan memelihara sarana dan prasarana asrama.

3. Mendata dan memeriksakan santri yang sakit serta menyediakan obat sebagai antisipasi sakitnya santri.


(57)

4. Mengumpulkan dan mengolah data dan informasi tentang pelaksanaan pengajian, seni dan dakwah.

5. Mempersiapkan usul, saran dan pertimbangan tentang penyempurnaan dan pengembangan kurikulum pengajian, seni dan dakwah.

6. Melakukan bimbingan dan konseling bagi santri yang bermasalah.. 7. Bertanggung jawab kepada rois

Seksi Pengembangan Pendidikan

1. Mempersiapkan usulan, saran dan pertimbangan tentang penyempurnaan dan pengembangan kurikulum sekolah menengah.

2. Merencanakan dan mempersiapkan pelaksanaan kegiatan eksperimentasi pembaharuan dan atau inovasi metode belajar mengajar.

3. Bertanggung jawab kepada rois. Seksi Keamanan

1. Membuat suasana aman di pondok pesantren.

2. Menindaklanjuti pelanggaran keamanan dan ketertiban.

3. Menyelenggarakan persidangan dan penghukuman bagi santri yang melanggar peraturan.

4. Mengadministrasikan kegiatan-kegiatan di bagian Kamtib. 5. Bertanggung jawan terhadap rois.

Seksi Logistik

1. Menyediakan pengadaan kebutuhan makan para santri selama berada di pondok.

2. Melakukan analisa kebutuhan santri selama berada di pondok. Seksi Humas

1. Melaksanakan sosialisasi program kegiatan pengajian, seni dan dakwah di pondok pesantren.

2. Menyusun program kegiatan pengajian, seni dan da’wah masyarakat berbasis pondok pesantren.


(1)

13

Adhitya, I. 2015. Peran Wirausaha Muda dalam Hadapi MEA (online).

http://krjogja.com/read/282580/peran-wirausaha-muda-dalam-hadapi-mea.kr. Diakses tanggal 23 Januari 2016.

Alma, B. 2008. Kewirausahaan untuk Mahasiswa dan Umum. Alfabeta, Bandung. Badruzaman, D.F. 2009. Pemberdayaan Kewirausahaan Terhadap Santri di

Pondok Pesantren Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor. Skripsi. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta (online).

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18159/1/DEDEN %20FAJAR%20BADRUZZAMAN-FSH.pdf. Diakses tanggal 4 Mei 2015. Balukia B & Yogi. 2014. Dampak Pesantren Terhadap Pengembangan Ekonomi

Desa. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. III (3) (online).

http://sappk.itb.ac.id/jpwk2/wp-content/uploads/2014/12/Balukia-Badruzaman.pdf. Diakses tanggal 6 April 2015.

Baskoro, A. 2013. Peluang, Tantangan, dan Resiko Bagi Indonesia dengan Adanya Masyarakat Ekonomi Asean (online).

http://crmsindonesia.org/knowledge/crms-articles/peluasng-tantangan-dan resiko-bagi-indonesia-dengan-adanya-masyarakat-ekonomi. Diakses tanggal 25 Januari 2016.

BPP ISMPI. 2009. Kondisi Indonesia Saat ini Berdasarkan Pandangan Mahasiswa Pertanian Indonesia (online). http://www.paskomnas.com/id/berita/Kondisi- Pertanian-Indonesia-saat-ini-Berdasarkan-Pandangan-Mahasiswa-Pertanian-Indonesia.php. Diakses tanggal 23 Januari 2016.

Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementrian Agama Republik Indonesia. 2014. Mengapa harus Pilih Pendidikan Pesantren? (online). http://ditpdpontren.kemenag.go.id/berita/mengapa-harus-pilih-pendidikan-pesantren-ini-jawabannya/. Diakses tanggal 23 Januari 2016. Fauzianasari, N. 2014. Studi Perbandingan Metodologi Analisis Korelasi Rak

Spearman dan Korelasi Rank Kendall. Skripsi. Fakultas Matematika, Universitas Sumatera Utara (online).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41348/3/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 8 Agustus 2016

Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.


(2)

14

Hidayati, N. I. 2011. Pembelajaran Kewirausahaan Bagi Santri Putri di Pondok Pesantren Ta’mirul Islam Tegalsari Surakarta. S1 thesis, Universitas Negeri Yogyakarta (online).

http://eprints.uny.ac.id/5081/1/PEMBELAJARAN_KEWIRAUSAHAAN_ BAGI_SANTRI_PUTRI_DI_PONDOK_PESANTREN_TA'MIRUL_ISLA M_TEGALSARI_SURAKARTA.PDF. Diakses tanggal 2 Februari 2016 Indonesia Investment. 2015. Pengangguran di Indonesia (online).

http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/pengangguran/item255. Diakses tanggal 23 Januari 2016.

Lieli, S & Hani, S. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Niat Kewirausahaan Studi Terhadap Mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. III(2) (online). http://puslit2.petra.ac.id/gudangpaper/files/2050.pdf. Diakses tanggal 2 Februari 2016

Kemenag Jawa Barat. 2011. Data Pesantren di Jawa Barat (online). http://jabar.kemenag.go.id/file/file/BIDANGPEKAPONTREN/zbio1395976 634.pdf. Diakses tanggal 1 Februari 2016.

Mahesa, A.D. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UNDIP Semarang (online).

http://www.academia.edu/10829854/ANALISIS_FAKTOR-FAKTOR_MOTIVASI_YANG_MEMPENGARUHI_MINAT_BERWIRA USAHA. Diakses tanggal 4 Maret 2016

Meredith, G.G; Robert E.N; & Philip A.N. 2000. Kewirausahaan Teori dan Praktek. Terjemahan Andre A. CV Teruna Grafica, Jakarta.

Miftakhul, J.K. 2014. Pertumbuhan Wirausaha Masih Terbatas (online).

http://m.okezone.com/read/2014/11/21/320/1069038/pertumbuhan-wirausaha-indonesia--masih-terbatas. Diakses 26 Juni 2015.

Nawawi, H. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Bogor.

Putra, R.A. 2012. Faktor-faktor Penentu Minat Mahasiswa Manajemen untuk Berwirausaha Studi Kasus Mahasiswa Manajemen FE Universitas Negeri Padang. Jurnal Manajemen. I (01) (online).

http://ejournal.unp.ac.id/students/index.php/mnj/article/viewFile/45/33. Diakses tanggal 6 Januari 2016.


(3)

15

Richardo, R. 2011. Perbandingan Hasil Uji Exact Fisher dan Uji Koreksi Yates dalam Meneliti Hubunga Karakteristik Ibu dan Bayi dengan Kejadian Infeksi (Studi Kasus pada Bayi 0-6 Bulan yang Diberi MP-ASI di Puskesmas Sunggal Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2010). Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (online). http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31167/4/Chapter%20II.pdf. Diakses tanggal 4 Agustus 2016

Riskawati. 2013. Uji Validitas dan Reliabilitas (online).

http://www.academia.edu/5170798/Uji_Validitas_Dan_Reliabilitas. Diakses tanggal 22 Januari 2016.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung.

Supriyatningsih. 2012. Penanaman Nilai-nilai Kewirausahaan pada Siswa Melalui Praktik Kerja Industri. Jurnal of Economic Education. I (2)(online). http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jeec. Diakses tanggal 6 April 2015 Suryana. 2001. Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses

Edisi Revisi. Salemba Empat, Jakarta.

Utin, N.H; Syarifah N; dan Desvira Z. 2011. Pengaruh Mata Kuliah Kewirausahaan Terhadap Minat Mahasiswa Menjadi Wirausaha pada Progran Studi Administrasi Bisnis Politeknik negeri Pontianak. Jurnal Exsos. VII (2): hlm. 130-141 (online).

http://riset.polnep.ac.id/bo/upload/penelitian/penerbitan_jurnal/Utin%20dkk %20eksos%20juli%202011.pdf. Diakses tanggal 2 Februari 2016.

Zuriah, N. 2006. Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi. Bumi Aksara, Jakarta.


(4)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1. Profil Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq

Uraian Santri Salafi Santri Khalafi Total

Santri (%) Santri (%) Santri (%) Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki 13 21 38 62 8 8 50 50 21 29 42 58

Jumlah 34 100 16 100 50 100

Umur 15-19 20-24 25-29

19 11 4

56 32 12

16 0 0

100 0 0

35 11 4

70 22 8

Jumlah 34 100 16 100 50 100

Daerah Asal Jawa Barat

Luar Jawa Barat 32 2 94 6 14 2 88 12 46 4 92 8

Jumlah 34 100 16 100 50 100

Pendidikan Terakhir SMP/MTs

SMA/MA 26 8 76 24 16 0 100 0 42 8 84 16

Jumlah 34 100 16 100 50 100

Lama Belajar (tahun) 0-3

4-7 8-11 12-15

18 12 2 2

53 35 6 6

12 4 0 0

75 25 0 0

30 16 2 2

60 32 4 4


(5)

17

Lampiran 2. Indikator Jiwa Kewirausahaan Santri Pondok Pesantren Al-Ittifaq Indikator jiwa

kewirausahaan

Santri Salafi Santri Khalafi

Rata-rata skor

Rata-rata skor indikator

Rata-rata skor

Rata-rata skor indikator Kepercayaan diri

Penuh keyakinan Tepat waktu Tekun dan tenang Terencana dan efektif

4,00 4,18 4,00 3,76

3,99

3,56 3,63 3,81 3,31

3,58

Orientasi tugas dan

hasil

Target hari, bulan, tahun Hal baik dan berulang Memotivasi diri

3,76 4,06 4,12

3,98 3,69 3,63

4,00

3,77

Kepemimpinan Tanpa perintah Membina hubungan Berani Tampil beda

3,82 4,15 3,94

3,97

3,81 3,86 4,00

3,90

Orientasi masa depan Tujuan hidup

Mengambil hikmah

4,03

4,41 4,22

4,00

4,38 4,19 Pengambilan resiko

Hal menantang Tanggung jawab Membentuk modal

3,85 4,11

3,47 3,81

3,63 4,19 3,13

3,65

Keorisinilan

Menuangkan imajinasi Memecahkan masalah Tidak pernah puas

3,76 3,74 3,82

3,77

3,75 3,56 3,69

3,67


(6)

18

Lampiran 3. Signifikansi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Berwirausaha

Agribisnis Santri

Faktor-faktor Minat Berwirausaha Agribisnis Tidak Berminat Berwirausaha Agribisnis Significance Exact Fisher Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 29 16 0

5 0,010

Umur 15,00-21,99 tahun 22,00-29,00 tahun 36 9 5

0 0,570

Daerah asal Jawa Barat Luar Jawa Barat

42 1

4

3 0,353

Lama belajar 0-7,49 tahun 7,50-15 tahun 41 4 5 0 1,000 Pendidikan terakhir SMP/MTs SMA/MA 37 8 5

0 0,577

Status santri Santri Salafi

Santri Khalafi

31 14

3

2 0,650

Interaksi sosial 4,00-9,99 10,00-16,00 14 31 3 2 0,321 Lingkungan keluarga <49.99% 50,00-100% 28 17 3

2 1,000

Jiwa

kewirausahaan 18,00-53,99 54,00-90,00

1

44 0 5 1,000

Motivasi berwirausaha 4,00-11,99 12,00-20,00 3 42 3 2 0,009


Dokumen yang terkait

KORELASI KULTUR PESANTREN TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI. Di Pondok Pesantren al-Amanah al-Gontory

2 20 106

Pemberdayaan kewirausahaan terhadap santri di pondok pesantren: Studi kasus Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung, Bogor

13 96 96

Perilaku Komunikasi Santri Dengan Kyai di Lingkungan Pondok Pesantren Al-Basyariah di Cigondewah Kabupaten Bandung

1 55 118

Pendapatan Usahatani Integrasi Pola Sayuran-Ternak-Ikan (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq, Kampung Ciburial, Desa Alam Endah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung)

3 77 158

PENGELOLAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIJRAH KECAMATAN PECANGAAN PENGELOLAAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL HIJRAH KECAMATAN PECANGAAN KABUPATEN JEPARA.

0 0 12

DAMPAK PROGRAMPEMBERDAYAAN SANTRI DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MELALUI KEGIATAN AGRIBISNIS : Studi Deskriptif Pesantren Al-Ittifaq Desa Alam Endah Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung.

2 7 46

STRATEGI PONDOK PESANTREN SUNAN DRAJAT DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN BRANDING SEBAGAI PONDOK KEWIRAUSAHAAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SANTRI.

3 40 156

PENGUATAN ECONOMIC CIVIC DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN SANTRI SEBAGAI WUJUD GOOD GOVERNANCE : Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Ittifaq Kecamatan Rancabali Kabupaten Bandung - repository UPI T PKN 1402409 Title

1 6 3

PENGARUH KREATIVITAS DAN EFEKTIVITAS PRAKTIK KEWIRAUSAHAAN BERBASIS SYARIAH TERHADAP JIWA ENTREPRENEURSHIP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL BAROKAH MANGUNSUMAN SIMAN PONOROGO

1 4 97

PERAN KEPEMIMPINAN KYAI DAN KOPERASI PONDOK PESANTREN (KOPONTREN) DALAM PEMBENTUKAN JIWA KEMANDIRIAN DAN ENTREPRENEURSHIP SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-ISHLAH BOBOS CIREBON - IAIN Syekh Nurjati Cirebon

0 2 37