PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE INSTANT SUPERMIE : Survei Pada Konsumen Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi masalah ... 13

1.3Rumusan Masalah ... 15

1.4Tujuan Penelitian ... 15

1.5Kegunaan Penelitian... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTES ... 17

2.1Kajian Pustaka ... 17

2.1.1 Pemasaran dan Bauran Pemasaran ... 17

2.1.1.1 Pengertian Pemasaran ... 17

2.1.1.2 Bauran Pemasaran ... 19

2.1.2 Produk, Bauran Produk dan Produk Life Cycle ... 23

2.1.2.1 Pengertian Produk ... 23

2.1.2.2 Tingkatan Produk ... 25


(2)

2.1.2.4 Tipe-tipe Produk... 28

2.1.2.5 Bauran Produk ... 29

2.1.2.6 Siklus Hidup Produk (Product Life Cycle) ... 31

2.1.3 Diversifikasi Produk ... 35

2.1.3.1 Definisi Diversifikasi Produk ... 35

2.1.3.2 Jenis dan Tujuan Diversifikasi Produk ... 35

2.1.3.3 Dimensi Diversifikasi Produk ... 38

2.1.4 Keputusan Pembelian ... 40

2.1.4.1 Definisi Keputusan Pembelian ... 40

2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian ... 41

2.1.4.3 Tahap-Tahap Proses Pengambilan Keputusan ... 45

2.1.4.4 Model Pengambilan Keputusan Pembelian ... 47

2.1.5 Pengaruh Diversifikasi Produk terhadap Keputusan Pembelian ... 52

2.1.6 Orisinalitas Penelitian ... 55

2.2Kerangka Pemikiran ... 57

2.3Hipotesis ... 62

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 63

3.1Objek Penelitian ... 63

3.2Metode Penelitian... 63

3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan ... 63

3.2.2 Operasionalisasi Variabel... 65

3.2.3 Jenis dan Sumber Data ... 68


(3)

3.2.4.1 Populasi ... 70

3.2.4.2 Sampel ... 70

3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampling ... 72

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data ... 74

3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 75

3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas ... 75

3.2.6.2Hasil Pengujian Reliabilitas ... 80

3.2.7 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 82

3.2.7.1 Analisis Data Deskriptif ... 83

3.2.7.2 Analisis Verifikatif menggunakan Regresi Linier Sederhana 84

3.2.7.3 Rancangan Uji Hipotesis ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 91

4.1 Profil Perusahaan dan Pembeli Mie Instant Supermi ... 91

4.1.1 Profil Perusahaan ... 91

4.1.1.1 Visi, Misi dan Identitas Perusahaan ... 94

4.1.1.2 Produk yang Ditawarkan PT. Indofood Sukses Makmur ... 96

4.1.1.3 Produk Mie Instant Supermi ... 97

4.1.2 Karakteristik Responden Mie Instant Supermi ... 100

4.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 100

4.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 101

4.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir . 102

4.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 103


(4)

4.1.3 Pengalaman Responden Kopi Nescafe ... 105

4.1.3.1Pengalaman Responden Berdasarkan Lamanya Mengkonsumsi Mie Instant Supermi ... 105

4.1.3.2 Pengalaman Responden Berdasarkan Varian Mie Instant Supermi yang Dikonsumsi ... 106

4.1.3.3 Pengalaman Responden Berdasarkan Pernah atau Tidaknya Mengkonsumsi Mie Instant Lain ... 107

4.1.3.4 Pengalaman Responden Berdasarkan Alasan Memilih Mie Instant Supermi ... 108

4.1.3.5 Pengalaman Responden Berdasarkan Tempat Pembelian Mie Instant Supermi ... 110

4.2 Tanggapan Responden Terhadap Diversifikasi Produk ... 111

4.2.1 Tanggapan Responden Terhadap Keragaman Produk ... 112

4.2.2 Tanggapan Responden Terhadap Kemasan ... 115

4.2.3 Tanggapan Responden Terhadap Ukuran ... 119

4.2.4 Tanggapan Responden Terhadap Kualitas ... 122

4.2.5 Gambaran Diversifikasi Produk ... 126

4.3 Tanggapan Responden Terhadap Keputusan Pembelian ... 128

4.3.1 Tanggapan Responden Terhadap Pilihan Produk ... 129

4.3.2 Tanggapan Responden Terhadap Pilihan Merek ... 132

4.3.3 Tanggapan Responden Terhadap Pilihan Penyalur ... 135

4.3.4 Tanggapan Responden Terhadap Jumlah Pembelian ... 139


(5)

4.3.6 Gambaran Keputusan Pembelian... 146

4.4 Pengujian Hipotesis Pengaruh Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian... ... 148

4.4.1 Analisis Regresi Linier Sederhana ... 151

4.4.2 Uji Heterokedastisitas ... 154

4.4.3 Koefisien Determinasi ... 155

4.4.4Pengaruh Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian 155

4.5 Implikasi Hasil Penelitian ... 158

4.5.1 Temuan Penelitian Bersifat Empirik Deskriptif ... 158

4.5.2 Temuan Penelitian Bersifat Empirik Verifikatif ... 159

4.5.3 Temuan Penelitian Bersifat Teoritik ... 159

4.6 Implikasi Penelitian Terhadap Pendidikan ... 160

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 165

5.1 Kesimpulan ... 165

5.2 Rekomendasi ... 166

DAFTAR PUSTAKA ... 168


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan perekonomian dan bisnis yang dapat menjadi ancaman maupun peluang bagi perusahaan. Menghadapi hal tersebut, maka Negara dituntut agar dapat mempertahankan serta meningkatkan sektor industri yang mampu memperkuat kondisi perekonomian tersebut. Indonesia merupakan salah satu Negara yang berusaha untuk meningkatkan stabilitas perekonomiannya dengan menargetkan pertumbuhan ekonomi, seperti yang digambarkan dalam Gambar 1.1

Sumber : Laporan Bisnis Indocomercial 16 Mei 2011 (hal: 1-2)

GAMBAR 1.1

DIAGRAM PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA 2010-2014

Berdasarkan Gambar 1.1, pertumbuhan ekonomi di Indonesia pada tahun 2010 sebesar 5,5 persen, tahun 2011 sebesar 6,3 persen, tahun 2012 dan 2013 diprediksi sebesar 6,5 persen bahkan di tahun 2014 diprediksi meningkat hingga 7,5 persen.

0 1 2 3 4 5 6 7 8


(7)

Kinerja perekonomian Indonesia memang meyakinkan walaupun masih rentan terhadap krisis keuangan yang kini melanda Eropa. Peringkat utang Indonesia terus membaik dari B+ menjadi BB pada tahun 2011. Walaupun demikian, total piutang Indonesia juga ikut meningkat menjadi Rp. 1.594,15 triliun dan ini cukup memprihatinkan. Aspek rasio utang terhadap PDB terus turun dari 57 persen tahun 2004 menjadi 27 persen tahun 2011. (Laporan Bisnis Indocomercial 2011)

Hal ini juga yang memicu dalam aktivitas dari perusahaan yang mengidentifikasi keadaan pasar yang mana para konsumen memberikan pilihan yang begitu banyak dan memberikan penilaian yang hampir sama antara satu sama lainnya.

Pertumbuhan industri yang tinggi serta kemampuan dari setiap industri menyebabkan produk-produk yang tersedia sangat melimpah. Produk-produk dari berbagai jenis industri tersebut bersaing untuk merebut pangsa pasar. Salah satu Industri yang bisa mengantisipasi pasar serta mampu melakukan perubahan sesuai dengan permintaan konsumen terdapat pada industri makanan dan minuman.

Industri makanan dan minuman mempunyai potensi yang cukup tinggi. Hal ini dijelaskan pada data total penjualan sektor industri pada tahun 2011 yang dapat dilihat dalam Tabel 1.1.


(8)

TABEL 1.1

TOTAL PENJUALAN SEKTOR INDUSTRI TAHUN 2011

NO INDUSTRI TOTAL PENJUALAN

1 Pembiayaan Rp. 222.00 Triliun

2 Asuransi Rp. 158.08 Triliun

3 Properti Rp. 100.80 Triliun

4 Makanan dan Minuman Rp. 660 Triliun

5 Elektronik Rp. 28.00 Triliun

Sumber: Majalah SWA No 01/XXVII/6-19 Januari 2011

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa industri makanan dan minuman menempati peringkat keempat dengan total penjualan sebesar Rp. 660 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran konsumen akan pentingnya produk makanan dan minuman untuk menunjang kehidupannya, sehingga konsumen pun selektif dalam memilih produk-produk makanan dan minuman yang dapat memenuhi kebutuhannya dengan harapan dapat memenuhi kepuasan dengan produk tersebut.

Salah satu produk makanan yang cukup memiliki potensi yaitu mie instan. Dalam indeks rata-rata best brand mie instan mengalami kenaikan yang signifikan dari 12,6% pada tahun 2009, tahun 2010 sebesar 39,2% dan pada tahun 2011 sebesar 43,4% sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut.

TABEL 1.2

INDEKS RATA-RATA BEST BRAND INDUSTRI MAKANAN

Sumber: Majalah SWA No 16/XXV/7 Juli-5Agustus 2009, SWA No 15/XXVI/15-28 Juli 2010 dan SWA No 15/XXVII/18-27 Juli 2011.

No Kategori Indeks 2009 Indeks 2010 Indeks 2011

1 Wafer Krim Keju 54,5 49,7 51,3

2 Keripik Tepung 49,5 40,9 43,2

3 Pilus 33,8 50,0 40,2

4 Wafer Coating Coklat 32,6 33,4 47,0

5 Jelly Cup 22,7 29,0 40,7

6 Wafer Stick 21,8 33,1 36,8

7 Kacang Bermerek 18,2 34,9 38,7


(9)

Berdasarkan Tabel 1.2, kategori mie instan dalam industri makanan cukup tinggi dengan indeks rata-rata 43,4. Hal tersebut menunjukkan bahwa konsumen sadar akan pentingnya makanan terutama dalam meunjang kehidupan manusia.

Dalam hal ini juga memicu perusahaan-perusahaan mie instan untuk berkompetisi agar dapat meraih pangsa pasar dengan menawarkan produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen. Hal ini yang menyebabkan konsumen harus dihadapkan oleh beberapa jenis produk mie instan dengan berbagai merek serta kualitas yang ditawarkan.

Supermi merupakan produk mie instan dari PT Indofood, meskipun Supermi masih satu perusahaan dengan produk mie instan lainnya seperti Indomie dan Sarimie namun Supermi tetap belum bisa menggeser pemimpin pasar mie instan. Saat ini pangsa pasar Supermi dapat mencapai angka dua digit meskipun masih dibawah dua level dengan indomie sebagaimana yang ditunjukkan pada Tabel 1.3.

TABEL 1.3

MARKET SHARE INDUSTRI MIE INSTAN TAHUN 2009-2011

No Perusahaan Merek

Market Share (%)

2009 2010 2011

1 PT. Indofood Tbk. Indomie 75,5 81,0 75,9

2 PT. Wings Food Tbk. Mie Sedaap 16,5 13,5 17,6

3 PT. Indofood Tbk. Supermi 4,4 3,6 3,2

4 PT. Indofood Tbk. Sarimie 1,7 0,6 1,6

Sumber: Majalah SWA No 16/XXV/7 Juli-5Agustus 2009, SWA No 15/XXVI/15-28 Juli 2010 dan SWA No 15/XXVII/ 18-27 Juli 2011.

Tabel 1.3 menunjukkan bahwa Supermi mampu menguasai pangsa pasar sebesar 4,4 tahun 2009, 2010 sebesar 3,6 dan 2011 sebesar 3,2 dalam hal ini menunjukan bahwa Supermi masih kalah oleh merek lain yaitu Indomie yang menjadi market leader. Hal ini menunjukkan bahwa Supermi mampu diterima


(10)

oleh pasar dan memiliki peluang untuk lebih menguasai pangsa pasar lebih besar lagi. Penurunan pangsa pasar dari tahun 2010 sampai 2011 ini diindkasi banyaknya pesaing pada industri mie instan namun Supermi tidak gencar untuk lebih meningkatkan pangsa pasar.

Kemampuan industri mie instan untuk diterima oleh pasar, hal ini sesuai dengan kinerja merek (brand value). Mie instan Supermi untuk tahun ini mengalami penurunan kembali pada kinerja merek pada tahun sebelumnya, seperti yang ditunjukan pada Tabel 1.4 berikut.

TABEL 1.4

KINERJA MEREK MIE INSTAN TAHUN 2009-2011

No Merek

Brand Value (%)

2009 2010 2011

1 Indomie 81,9 85,1 81,3

2 Mie Sedaap 47,9 47,2 50,9

3 Supermi 41,0 41,5 41,0

4 Sarimie 39,0 40,8 40,9

Sumber: Modifikasi dari Majalah SWA No. 15/XXVII/18-27 Juli 2011

Tabel 1.4 menunjukkan bahwa mie instant Supermi mengalami penurunan peringkat kinerja merek dari 41,0 pada tahun 2009, 41,5 pada tahun 2010 dan 41,0 pada tahun 2011. Terlihat pada tabel diatas bahwa pada tahun 2010 mie instant Supermi sempat mengalami kenaikan, namun pada tahun 2011 mie instant Supermi mengalami lagi penurunan. Penurunan tersebut akan menjadi motivasi bagi mie instant Supermi untuk lebih meningkatkan kinerja sehingga dapat bersaing serta mengungguli market leader industri mie instan yaitu Indomie dengan strategi-strategi yang dilakukan oleh mie instant Supermi dengan melakukan inovasi produk. Adapun penopang untuk memperhatikan kinerja produk sebagaimana yang dijelaskan pada Tabel 1.5.


(11)

TABEL 1.5

KINERJA PRODUK TAHUN PADA INDUSTRI MIE INSTAN TAHUN 2009-2011

Merek TOM Brand Satisfaction

2009 2010 2011 2009 2010 2011

Indomie 73,8 79,0 72,9 99,7 99,5 99,1 Mie

Sedaap

15,4 12,6 15,8 98,7 98,5 99,7

Supermi 5,5 4,4 4,1 97,6 100,0 98,2

Sarimie 1,9 1,0 2,4 99,9 100,0 100,0

Sumber : Majalah SWA No. 15/XXVII/18-27 Juli 2011, SWA No. 15/XXVI/15-28 Juli 2010 dan No. 16/XXV/27 Juli-5 Agustus 2009

Tabel 1.5 menunjukkan bahwa TOM Brand pada tahun 2009 sebesar 5,5, tahun 2010 sebesar 4,4 dan tahun 2011 sebesar 4,1, Satisfaction pada tahun 2009 sebesar 97,6, tahun 2010 100 dan tahun 2011 98,2. Supermi mendapatkan total mempertahankan kepuasan sebesar 98,2, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan strategi guna memuaskan konsumen. Pada dasarnya tingkat perpindahan konsumen mie instan dari satu merek ke merek lainnya rendah. Konsumen melakukan pembelian satu kali pada satu produk, maka akan mempertimbangkan untuk melakukan pembelian secara berulang atau tidak. Apabila satu produk memiliki kinerja yang bagus maka konsumen akan melakukan pembelian secara berulang.

Webster dan Wind dalam Philip Kotler (2005:238) Proses pengambilan keutusan yang dilakukan oleh organisasi formal untuk menetapkan kebutuhan akan barang dan jasa yang perlu di beli serta mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memiih alternative antar merek dan pemasok.

Kotler & Amstrong menyatakan dalam keputusan pembelian konsumen akan membeli merek yang paling disukai tapi ada 2 faktor yang mempengaruhi diantaranya minat beli dan keputusan pembelian, faktor pertama akan menjadi


(12)

penentu perilaku pembelian untuk selanjutnya. Penurunan kinerja produk dialami oleh Supermi menunjukan bahwa Supermi ini belum mampu memenuhi keinginan konsumen. Perusahaan dituntut untuk melakukan strategi guna memuaskan konsumen. Sekali konsumen melakukan pembelian, maka evaluasi pasca pembelian terjadi. Jika kinerja produk sesuai dengan harapan konsumen, konsumen akan puas. Jika tidak, kemungkinan pembelian akan berkurang. Apabila konsumen merasa puas, bukan tidak mungkin mereka akan melakukan pembelian ulang dan mampu memaksimalkan laba perusahaan.

Selain itu, keputusan pembelian juga dapat diukur dengan pilihan merek, jumlah pembelian dan last ussage yang dapat menjadi tolak ukur dalam penilaian pada konsumen mie instant Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung.

TABEL 1.6

INDEKS KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN MIE INSTANT DI SUPERMARKET BORMA ANTAPANI BANDUNG

MEREK PILIHAN

MEREK

JUMLAH PEMBELIAN

LAST USSAGE

Indomie 66,7% 66,7% 65,8%

Mie Sedaap 16,7% 16,7% 19,7%

Supermi 13,3% 13,3% 12,3%

Sarimie 3,33% 3,33% 2,2%

TOTAL 100% 100% 100%

Sumber : Pra Penelitian 2012 terhadap 30 Responden Supermarket Borma Antapani Bandung Hasil pra penelitian pada Tabel 1.6 menunjukan bahwa rata-rata mie instan yang dipilih oleh konsumen adalah Indomie sebanyak 20 (66,7%) responden, dalam hal ini dapat dilihat bahwa konsumen mayoritas lebih memilih mie instant Indomie daripada mie instant Supermi. Mie instant Supermi merupakan pelopor mie instant tetapi dapat dikalahkan oleh Indomie dalam tabel diatas mie instant Supermi memperoleh 13,3% atau sebanyak 5 responden yang mengkonsumsi mie


(13)

instant Supermi. Hasil pra peneliatian tersebut terlihat bahwa mie instant Supermi mengalami penurunan dalam keputusan pembelian yang sangat berpengaruh pada pangsa pasar dan kinerja merek mie instant Supermi. Selain itu jumlah pembelian mie instant Supermi memperoleh 13,3% sebanyak 5 responden memilih membeli mie instant Supermi dengan pembelian di pasar/warung untuk pembelian kurang dari 5 bungkus sedangkan jika pembelian lebih dari 10 bungkus lebih memilih membeli di supermarket atau minimarket dengan metode pembayaran menggunakan uang tunai dibandingkan dengan credit card. Untuk intensitas pembelian rata-rata dari responden membeli mie instan sekitar satu minggu sekali, sedangkan penurunan terlihat dalam last ussage mie instant Supermi mengalami penurunan hingga 1%. Penurunan ini disebabkan banyaknya faktor –faktor yang menjadi pertimbangan konsumen sebelum memutuskan membeli seperti kualitas produk, keragaman produk, kemasan produk dan harga produk serta keyakinan bahwa merek yang dikonsumsi adalah merek yang paling memuaskan dan paling sesuai dengan kebutuhannya dibandingkan merek lain.

Adanya keputusan pembelian konsumen berhubungan dengan bauran produk suatu perusahaan. Oleh karena itu produk yang dibuat harus membuat konsumen tertarik dan melakukan pembelian. Jika suatu produk dianggap sama dengan produk lain dipasar, konsumen tidak akan mempunyai alasan untuk membelinya, ini berarti memberikan peluang pada pesaing Supermi untuk menarik konsumen beralih pada mereknya. Pada saat perusahaan berhasil untuk membedakan dirinya, pesaing semakin cepat dalam mengambil gagasan yang lebih bagus.


(14)

Keputusan pembelian sangat penting bagi kelangsungan perusahaan karena dengan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen akan timbul perasaan puas atau tidak dengan barang yang dibelinya. Jika puas, maka konsumen akan melakukan pembelian ulang (loyalitas), sebaliknya jika tidak puas, maka konsumen akan berhati-hati bahkan tidak memilih produk tersebut. Selain itu keputusan pembelian konsumen juga memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam hal penjualan produk mereka. Pertimbangan konsumen dalam membeli produk tidak hanya terbatas pada fungsional dari produk itu sendiri, tetapi faktor lain yang menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam melakukan pembelian. Tabel 1.7 merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian Supermi.

TABEL 1.7

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN MIE INSTANT SUPERMI

Kategori Responden Persentase

Ukuran dan Bentuk 2 6,7%

Rasa 4 13,3%

Merek 3 10%

Keragaman Produk 6 20%

Kemasan 6 20%

Harga 4 13,3%

Kualitas 5 16,7%

TOTAL 30 100%

Sumber: Pra penelitian 2012 terhadap 30 Responden Supermarket Borma Antapani Bandung Berdasarkan Tabel 1.7 diketahui bahwa faktor yang sangat mempengaruhi keputusan pembelian mie instant Supermi adalah keragaman dan kemasan sebanyak 20%. Konsumen juga melihat faktor lainnya seperti ukuran dan bentuk sebanyak 6,7%, rasa dan harga sebanyak 13,3%, kualitas sebanyak 16,7% dan merek sebanyak 10%. Faktor yang paling dominan menurut responden adalah


(15)

keragaman, kualitas dan kemasan. Dimana faktor tersebut merupakan tiga dimensi dari ketiga dimensi dalam deversifikasi produk.

Dalam menghadapi ancaman dari merek-merek pesaing yang mulai mencoba bersaing pada kategori mie instant, berbagai upaya dilakukan oleh PT Indofood untuk meningkatkan keputusan pembelian mie instant Supermi salah satunya dengan melakukan diversifikasi produk. Diversifikasi produk dilakukan dengan memberikan produk yang beraneka ragam dengan mengeluarkan produk baru untuk meningkatkan pangsa pasarnya dan berusaha mengerti keinginan konsumen merupakan salah satu cara perusahaan untuk menghadapi pesaingnya.

Diversifikasi produk merupakan strategi yang dilakukan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Fred r. David (2006:227) menyatakan bahwa:

“Diversifikasi produk adalah menambahkan produk/jasa baru yang masih

berkaitan atau tidak berkaitan dengan produk/jasa yang lama“.

Implementasi diversifikasi produk oleh mie instant Supermi yaitu keragaman produk melalui variasi rasa yang ditawarkan konsumen sehingga konsumen lebih mudah memilih rasa yang diinginkan. Pada awalnya rasa mie instant Supermi hanya memiliki satu rasa yaitu rasa ayam bawang, semakin banyak persaingan mie instant saat ini akhirnya Supermi mengeluarkan bebagai varian rasa. Mie instant Supermi telah mengalami perkembangan dan perubahan termasuk beberapa kali berganti kemasan. Kini mie instant Supermi hadir dalam nuansa modern dan kelasnya tersendiri dengan warna yang lebih cerah dan ukuran kemasan lebih menarik. Perubahan kemasan tersebut menjadikan konsumen lebih tertarik dalam membeli mie instant Supermi. Mie instant Supermi memiliki


(16)

kualitas yang tinggi dengan pemilihan tepung terigu dan bumbu-bumbu rempah asli Indonesia, yang menciptakan rasa khas pada mie instant Supermi.

Banyaknya pilihan produk mie instant yang ditawarkan kepada konsumen juga akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Indofood yang merupakan produsen mie instant Supermi mengeluarkan dua produk mie instant sekaligus yaitu Indomie dan Sarimie dengan kemasan dan kualitas rasa yang lebih baik untuk mempersempit ruang gerak kompetitornya.

Mie instant Indomie dipasarkan tahun 1986 sedangkan mie instant Supermi dipasarkan pada tahun 1984. Hal ini terjadi karena mie instant Supermi harus bersaing langsung dengan Indomie sebagai mie instan. Perusahaan Indofood khususnya mie instant Supermi ingin memenuhi kebutuhan masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi keinginan konsumen dan meningkatkan volume penjualan dan akhirnya mie instant Supermi mengeluarkan produk yang tidak kalah baiknya dengan kompetittornya. Diantanya Supermi rasa ayam bawang, Supermi rasa super ayam bawang, Supermi rasa kaldu ayam, Supermi rasa semur ayam pedas, Supermi sedaap rasa kari ayam, Supermi rasa sup syuran, Supermi rasa baso sapi, Supermi mie keriting rasa ayam bawang dan Supermi sedaap rasa soto, rasa-rasa tersebut termasuk ke dalam Supermi kuah/rebus sedangkan untuk Supermi goreng diantaranya Supermi gobang (goreng bawang), Supermi goso (goreng soto), Supermi gokar (goreng kari), Supermi mie goreng rasa ayam, Supermi mie goreng keriting rasa ayam, Supermi sedaap goreng. (www.indofood/Supermi.com).

Sasaran objek penelitian ini dilaksanakan di Bandung, karena Bandung adalah ibu Kota Provinsi Jawa Barat yang menurut BPS memliki penduduk


(17)

terbanyak dibandingkan kota-kota lain di Jawa Barat yaitu sebanyak 2.393.633 jiwa (data Badan Pusat Statistik 2010). Kondisi ini menguatkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk mengindikasi bahwa daya beli masyarakat kota Bandung tinggi.

Penelitian ini dilaksanakan di Supermarket Borma Antapani Bandung mempertimbangkan lokasinya yang strategis berada di pusat yang menjadi pusat kegiatan perekonomian masyarakat. Hal ini memungkinkan semua kalangan untuk berbelanja disana, mulai dari mahasiswa, para pekerja sampai ibu rumah tangga. Selain itu Borma Antapani merupakan supermarket yang menawarkan produk-produk yang berkualitas dengan harga yang relatif murah dan terjangkau selain itu Borma juga menawarkan tempat untuk berbelanja serta bersantap dibandingkan dengan supermarket yang berada di daerah Antapani. Saat ini jumlah penjualan kategori produk mie intant Supermi di Supermarket Borma Antapani telah mengalami penurunan. Berikut Gambar 1.2 menunjukkan jumlah penjualan mie instant Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung.

Sumber : Data Internal Supermarket Borma Antapani Bandung 2011

GAMBAR 1.2

PENJUALAN MIE INSTANT SUPERMI DI SUPERMARKET BORMA ANTAPANI BANDUNG

115764

106585

97543

85000 90000 95000 100000 105000 110000 115000 120000


(18)

Berdasarkan Gambar 1.2 menunjukkan jumlah penjualan mie instant Supermi pada tahun 2009 jumlah penjualan mencapai 115764, pada tahun 2010 mengalami penurunan menjadi 106585 bungkus dan pada tahun 2011 hanya mencapai 97543 bungkus. Penurunan penjualan menunjukkan bahwa tingkat keputusan pembelian konsumen mie instant Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung masih sangat rendah.

Berdasarkan data-data tersebut, terdapat permasalahan keputusan pembelian pada konsumen mie instant Supermi di Bandung. Dengan melakukan diversivikasi produk, diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian yang berdampak pada pangsa pasar dan penjualan Supermi. Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka dirasakan perlu untuk melakukan penelitian tentang

Pengaruh Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instant Supermi” (Survei pada Konsumen Supermi di Supermarket Borma

Antapani Bandung)

1.2Identifikasi Masalah

Industri makanan merupakan salah satu industri yang terbilang sudah cukup lama berkembang di Indonesia. Meskipun sudah berkembang cukup lama, ternyata untuk meningkatkan kemampuan produksi dan mendongkrak pangsa pasar tetap saja perusahaan mengalami kesulitan, hal ini tercermin dari data pangsa pasar yang tidak stabil bahkan market share beberapa merek mie instant cenderung menurun. Banyaknya merek bermunculan di kategori produk yang


(19)

sama menyebabkan konsumen dihadapkan pada banyak pilihan. Hal ini menjadi ancaman terutama bagi merek yang sudah lama.

Mie instant Supermi mengalami penurunan pangsa pasar pada tahun 2009-2011. Hal ini menunjukan bahwa keputusan pembelian mie instant supermi mengalami penurunan sehingga akan mengakibatkan kekuatan merek ikut menurun dan keputusan pembelian konsumen menjadi rendah.

Untuk meningkatkan pembelian konsumen diperlukan peningkatan strategi dalam program pemasaran. Menurut Fandy Tjiptono (2008:156), keputusan pembelian didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk yang disusun sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan merubah seseorang untuk melakukan keputusan pembelian.

Keputusan pembelian sangat penting bagi kelangsungan perusahaan karena dengan keputusan pembelian yang dilakukan konsumen akan timbul perasaan puas atau tidak dengan barang yang dibelinya. Selain itu keputusan pembelian konsumen juga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan dalam meningkatkan penjualan produk yang mereka pasarkan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka yang menjadi tema sentral masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Berdampak pada pertumbuhan perekonomian dan bisnis yang dapat menjadi ancaman maupun peluang bagi perusahaan. Upaya yang dilakukan untuk mengahadapi hal tersebut yaitu menarik minat beli konsumen dengan melakukan diversifikasi produk. Upaya ini diharapkan akan mempengaruhi penilaian konsumen terhadap suatu produk. Ketertarikan atau minat membentuk persepsi terhadap merek dari suatu produk dalam proses pengambilan keputusan seseorang


(20)

sehingga akan mendorong seseorang dalam melakukan keputusan pembelian.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah untuk diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran deversifikasi produk pada produk Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung.

2. Bagaimana gambaran keputusan pembelian konsumen pada produk Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung.

3. Seberapa besar pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian produk Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung.

1.4Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang hendak dicapai, yaitu :

1. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran diversifikasi produk pada produk Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung.

2. Untuk mengetahui dan memperoleh gambaran tingkat keputusan pembelian pada produk Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh diversifikasi produk pada Supermi terhadap keputusan pembelian.


(21)

1.5 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan berguna antara lain : 1. Kegunaan Akademis

Bagi pengembangan ilmu dapat memperluas kajian ilmu pemasaran khususnya yang berkaitan dengan pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi PT Indofood. Mengenai diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian, sebagai upaya meningkatkan keputusan pembelian.

3. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pembaca dan dapat memberikan informasi bagi penelitian lain tentang diversifikasi produk.


(22)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian. Adapun yang menjadi objek penelitian sebagai variabel bebas (X) (independent variable) yaitu diversifikasi produk. Dimensi yang diambil adalah keragaman, kemasan, ukuran dan kualitas. Kemudian yang menjadi variabel terikat atau dependent variabel (Y) yaitu Keputusan pembelian yang terdiri dari pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, jumlah pembelian dan waktu pembelian.

Pada penelitian ini, objek yang dijadikan responden adalah konsumen Supermie di Supermarket Borma Antapani Bandung, oleh karena itu akan diteliti pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian (Survei pada konsumen Supermie di Supermarket Borma Antapani Bandung).

3.2. Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan

Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2008:11)

menjelaskan bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara satu dengan variabel


(23)

gambaran secara keseluruhan mengenai diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian.

Adapun Penelitian verifikatif diterangkan oleh Suharsimi Arikunto

(2009:8) “Penelitian verifikatif pada dasarnya ingin menguji kebenaran dari suatu

hipotesis yang dilaksanakan melalui pengumpulan data dilapangan. Dimana pengujian hipotesis tersebut menggunakan perhitungan-perhitungan statistik”. Dalam penelitian ini akan diuji mengenai kebenaran hipotesis melalui pengumpulan data di lapangan, mengenai pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian.

Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Menurut Ker Linger yang dikutip oleh Sugiyono (2008:17) yang dimaksud dengan metode survei adalah:

Metode survei yaitu metode penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antara variabel sosiologis maupun psikologis.

Survei informasi dari sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti.


(24)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Penjabaran operasionalisasi variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

TABEL 3.1

OPERASIONALISASI VARIABEL

Variabel/Sub

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

No Item Diversifikasi

Produk(X)

Diversifikasi Produk adalah

upaya mencari atau

mengembangkan produk

atau pasar yang baru atau keduanya dalam rangka

mengejar pertumbuhan,

peningkatan penjualan,

profitabilitas dan

fleksibilitas.

(Fandy Tjiptono,

(2008:132)

Keragaman

Kemasan

 Tingkat pilihan jenis produk supermie

 Tingkat variasi rasa supermie

 Tingkat

kesesuaian varian jenis dan rasa dengan kebutuhan konsumen.

 Tingkat daya tarik kemasan

Supermie

 Tingkat kejelasan informasi

komposisi produk

dalam kemasan

Supermie

 Tingkat kejelasan informasi

penyajian dan

tanggal

kardaluarsa dalam kemasan

Supermie

 Tingkat

kesesuaian warna kemasan dengan

varian rasa

Supermie. Interval Interval Interval Interval Interval Interval Interval 1 2 3 4 5 6 7


(25)

Variabel/Sub

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

No Item

Ukuran  Tingkat daya tarik

ukuran Supermie

 Tingkat kepraktisan ukuran Supermie.

 Tingkat

kesesuaian ukuran dengan kebutuhan responden Interval Interval Interval 8 9 10

Kualitas  Tingkat kualitas

bahan baku

Supermie

 Tingkat daya

tahan mie

(Supermie).

 Tingkat kualitas rasa Supermie dari

dulu hingga

sekarang.  Tingkat kesesuaian kualitas produk dengan harapan konsumen. Interval Interval Interval Interval 11 12 13 14 Keputusan Pembelian(Y)

Dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen dapat

membentuk lima

subkeputusan: 1. Pilihan produk, 2. Pilihan merek, 3. Pilihan penyalur, 4.Jumlah

pembelian, 5. Waktu

Pembelian

Kotler & Keller (2009:188)

Pilihan produk  Tingkat penilaian responden terhadap produk berdasarkan rasa yang ditawarkan Supermie.

 Tingkat penilaian responden terhadap produk berdasarkan tampilan/kemasan yang dimiliki Supermie.

 Tingkat penilaian responden terhadap produk berdasarkan kualitas yang dimiliki Supermie. Interval Interval Interval 15 16 17


(26)

Variabel/Sub

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

No Item

Pilihan Merek  Tingkat pengenalan

merek untuk memilih

produk pada saat

melakukan pembelian.

 Tingkat kemenarikan

merek Supermie

dibandingkan merek

lainnya .

 Tingkat kepercayaan

responden terhadap

merek Supermie

dibandingkan merek

lainnya. Interval Interval Interval 18 19 20 Pilihan

penyalur 

Tingkat strategis lokasi

dalam mendapatkan

produk Supermie.

 Tingkat ketersediaan

produk Supermie

berdasarkan varian rasa

yang dibutuhkan

responden.

 Tingkat kertersediaan

produk Supermie

berdasarkan kemasan

yang diinginkan

responden.

 Tingkat ketersediaan

produk Supermie

berdasarkan kualitas

yang diharapkan

responden. Interval Interval Interval Interval 21 22 23 24 Jumlah

pembelian 

Tingkat banyaknya

jumlah pembelian yang dilakukan responden berdasarkan keragaman produk Supermie.

 Tingkat banyaknya

jumlah pembelian yang dilakukan responden berdasarkan kemasana produk Supermie.

 Tingakat banyaknya

jumlah pembelian yang dilakukan responden berdasarkan kualitas produk Supermie. Interval Interval Interval 25 26 27


(27)

Variabel/Sub

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala

No Item Waktu

pembelian 

Tingkat waktu

pembelian Supermie

yang dilakukan

responden berdasarkan varian rasa baru.

 Tingkat waktu

pembelian Supermie

yang dilakukan

responden berdasarkan kemasan baru.

 Tingkat waktu

pembelian Supermie

yang dilakukan

responden berdasarkan kualitas yang dijanjikan

Interval

Interval

Interval 28

29

30

Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2012

3.2.3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data penelitian merupakan sumber data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian. Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Sugiyono (2009:137) menjelaskan bahwa :

1. Data Primer

Sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. (Data Primer adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung secara empirik kepada responden langsung dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara maupun penyebaran kuesioner kepada sumber data).

2. Data Sekunder

Sumber sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.


(28)

(Data sekunder adalah data yang dikumpulkan atau hasil penelitian pihak lain. Adapun data sekunder dari penelitian ini adalah data pendukung dari buku lain yang diperoleh penulis yang dianggap relevan dengan topik penelitian).

Secara lebih jelasnya mengenai data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian, maka peneliti mengumpulkan dan menyajikan dalam Tabel 3.2 berikut:

TABEL 3.2

JENIS DAN SUMBER DATA

JENIS DATA SUMBER DATA KATEGORI

DATA Pertumbuhan ekonomi indonesia tahun

2010-2014

Laporan bisnis indocomersial 16 mei 2011

Sekunder Total penjualanbeberapa industri tahun

2011

Majalah SWA no.01/xxvii/6-19 januari 2011

Sekunder Indeks rata-rata best brand industri

makanan

Modifikasi majalah SWA 16/xxv/27 juli-5 agustus 2009, majalah swa 15/xxvi/15-28 juli 2010 dan majalah swa 15/xxvii/18-27 juli 2011

Sekunder

Market share perusahaan dalam industri mie instant di indonesia tahun 2009-2011

Modifikasi majalah SWA 16/xxv/27 juli-5 agustus 2009, majalah swa 15/xxvi/15-28 juli 2010 serta majalah swa 15/xxvii/18-27 juli 2011

Sekunder

Kinerja merek produk mie instan tahun 2009-2011

Modifikasi majalah SWA 16/xxv/27 juli-5 agustus 2009, majalah swa 15/xxvi/15-28 juli 2010 dan majalah swa 15/xxvii/18-27 juli 2011

Sekunder

Kinerja produk industri mie instan tahun 2009-2011

Modifikasi majalah SWA 16/xxv/27 juli-5 agustus 2009, majalah swa 15/xxvi/15-28 juli 2010 dan majalah swa 15/xxvii/18-27 juli 2011

Sekunder

Penjualan Mie Instant Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung

Diolah dari data penjualan Mie instant Supermi di Supermarket Borma antapani bandung

Sekunder

Tanggapan Responden terhadap

Keputusan Pembelian mie instant Supermi

Konsumen Mie instant Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung


(29)

Sumber: Berdasarkan Hasil Pengolahan Data 2012

3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampel 3.2.4.1 Populasi

Didalam melakukan penelitian, kegiatan pengumpulan data merupakan langkah penting guna mengetahui karakteristik dari populasi yang merupakan elemen-elemen dalam objek penelitian. Data tersebut digunakan untuk mengambil keputusan untuk menguji hipotesis. Menurut Sugiyono (2010:115) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subjek/objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan pengertian populasi, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Supermie di Supermarket Borma Antapani Bandung dengan jumlah rata-rata 385 orang per minggu (sumber: manajemen borma).

3.2.4.2Sampel

Untuk mengambil sampel dari populasi sampel yang presentatif dan mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sugiyono (2008:116) menyatakan bahwa,

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Salah satu syarat dalam penarikan sampel bahwa sampel itu harus bersifat representative, artinya sampel yang digunakan harus mewakili populasi.

JENIS DATA SUMBER DATA KATEGORI

DATA

Tanggapan responden terhadap

Diversifikasi produk mie instant Supermi

Konsumen mie instant Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung


(30)

Agar memperoleh sampel yang representatif dari populasi, maka setiap subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur sampel, digunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2008:141), yakni ukuran sampel yang merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan presentasi kelongaran ketidaktelitian, karena dalam pengambilan sampel dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam pengambilan sampel ini digunakan taraf kesalahan sebesar 10%. Adapun rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:

2 1 Ne

N n

  Dimana :

n = Ukuran Sampel N = Ukuran populasi

e = Kelonggaran ketidaktelitian karen kesalahan sampel yang dapat ditolerir (e = 0,1)

Dalam mendapatkan populasi (N), maka dilakukan perhitungan dengan menggunakan rata-rata. Berdasarkan rumus Slovin, maka ukuran sampel adalah sebagai berikut :

(hasil pembulatan) ,

793814433 ≈ 

n 80

385  n

4.85

0 , 01

385 1

385   n


(31)

Jadi jumlah sampel minimal yang diteliti adalah 80 orang.

Menurut Winarmo Surakhmad (1998:100) bahwa “untuk jaminan ada

baiknya sampel selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah matematik”. Kemudian

agar sampel yang digunakan representatif, maka pada penelitian ini ditentukan sampel yang berjumlah 80 orang responden.

3.2.4.3 Teknik Penarikan Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh nilai karakteristik perkiraan (estimate value). Sugiyono (2010:116)

mengemukakan bahwa: “Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel”. Menurut Suharsimi Arikunto (2010:111) teknik pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Menurut Ulber Silalahi (2009:236):

Pemilihan sampel atau penarikan sampel (sampling) dapat diartikan sebagai proses memilih sejumlah unit, elemen, atau subjek dari dan yang mewakili populasi untuk dipelajari yang dengannya dapat dibuat generalisasi atau inferensi tentang karakteristik dari satu populasi yang diwakili.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik simple random sampling, menurut Sugiyono (2011:120), teknik ini digunakan apabila pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.


(32)

Adapun langkah-langkah untuk menentukan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara sistematik. Menurut Al Rasyid (1994:66) cara sistematik memiliki kelebihan yaitu bisa dilakukan meskipun tidak ada kerangka sampling. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Tentukan populasi sasaran, dalam penelitian ini yang dijadikan populasi sasaran adalah seluruh konsumen yang telah melakukan pembelian mie instant Supermie di Supermarket Borma Antapani Bandung.

2. Tentukan tempat tertentu sebagai checkpoint adalah Supermarket Borma Antapani Bandung.

3. Tentukan waktu yang akan digunakan untuk menentukan sampling. Dalam penelitian ini waktu kongkrit yang digunakan oleh peneliti adalah pukul 12.00-17.00 (untuk hari senin s.d jumat) dan pukul 11.00-18.00 (untuk hari sabtu dan minggu).

4. Melaksanakan orientasi lapangan secara cermat, terutama pada checkpoint. Orientasi ini akan dijadikan dasar untuk menentukan interval pemilihan pertama/dasar kepadatan pengunjung. Berdasarkan survei yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui rata-rata pembeli mie instant Supermie di Supermarket Borma Antapani Bandung adalah 385 orang.

5. Tentukan ukuran sampel. Dalam penelitian ini berdasarkan rumus Slovin maka sampelnya berukuran 80 orang.

6. Data ini selanjutnya digunakan untuk menentukan interval pemilih pertama yang menggunakan rumus i=N/n jadi 385/80=4,815 orang. Setelah


(33)

diketahui interval, maka penyebaran angket dilakukan secara randomisasi (acak). Pada hari yang telah ditentukan checkpoint, 5 orang konsumen (karena random dimulai dari konsumen ke 5) yang datang ke Supermarket Borma Antapani Bandung ditanya dan di beri kuesioner untuk diisi.

3.2.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik penelitian seperti berikut :

1. Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Pada penelitian ini, teknik observasi yang dilakukan adalah teknik observasi partisipatif dimana pengamat terlibat langsung pada kegiatan. Dan melalui kegiatan observasi ini pula penulis melakukan studi pendahuluan dimana melalui teknik ini dapat melihat, mengenal, mengidentifikasikan masalah yang diteliti.

2. Kuesioner (angket)

Angket adalah alat pengumpul data yang berisi sejumlah pernyataan tertulis untuk dijawab oleh responden. Hal ini sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Suharsimi Arikunto (2010:151) yang menyatakan bahwa

”Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.”


(34)

Kuesioner berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai karakteristik responden, pengalaman responden pada produk mie instant Supermi. Langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut:

a. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan.

b. Merumuskan item-item pertanyaan alternatif jawabannya. Jenis instrumen yang digunakan dalam angket merupakan instrumen yang bersifat tertutup yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertulis dan disertai alternatif jawaban yang telah disediakan, sehingga responden hanya memilih alternatif jawab yang tersedia.

c. Menetapkan pemberian skor untuk setiap item pertanyaan. 3. Studi Literatur

Dengan teknik ini penulis berusaha untuk mencari informasi serta data baik berupa teori-teori, pengertian-pengertian dan uraian-uraian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai landasan teoritis khususnya mengenai masalah dan variabel yang diteliti.

3.2.6 Pengujian Validitas dan Reliabilitas 3.2.6.1 Pengujian Validitas

Menurut Sugiyono (2008:171), “Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur”.


(35)

Suharsimi Arikunto (2010:168) mengemukakan bahwa:

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berati memiliki validitas yang rendah.

Adapun rumus yang dapat digunakan adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson sebagai berikut:

Keterangan:

r = Koefisien validitas item yang dicari X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item Y = Skor total

X = Jumlah skor dalam distribusi X

Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

2

X = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

2

Y = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y n = Banyaknya responden

Keputusan pengujian validitas responden ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan valid jika rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel (rhitung≥ rtabel).

2. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid jika rhitung lebih kecil dari rtabel (rhitung< rtabel).

Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan untuk mencari data primer dalam sebuah penelitian dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya terukur. Dari penelitian ini yang akan diuji

  } ( ( }{ ) ( ) ( { ) )( ( ) ( )² 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n r xy


(36)

adalah validitas dari instrumen diversifikasi produk sebagai variabel X dan keputusan pembelian sebagai variabel Y. Jumlah pertanyaan untuk Variabel X adalah 14, serta untuk item pertanyaan Variabel Y berjumlah 16 dan tidak terdapat pertanyaan yang tidak valid. Berikut Tabel 3.3 dan Tabel 3.4 mengenai hasil uji validitas.

TABEL 3.3

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS DIVERSIFIKASI PRODUK

NO. PERNYATAAN rhitung rtabel KET

DIVERSIFIKASI PRODUK Keragaman

1 Pemilihan jenis produk Supermie 0,494 0,374 Valid 2 Pemilihan variasi rasa Supermie 0,739 0,374 Valid 3 Kesesuaian variasi rasa dan ukuran

dengan kebutuhan responden

0,702 0,374 Valid

Kemasan

4 Daya tarik kemasan Supermie 0,726 0,374 Valid 5 Kejelasan informasi komposisi

produk pada kemasan Supermie

0,776 0,374 Valid 6 Kejelasan informasi penyejian dan

tanggal kardaluarsa pada kemasan Supermie

0,457 0,374 Valid

7 Kesesuaian warna kemasan Supermie

0,697 0,374 Valid

Ukuran

8 Daya tarik ukuran Supermie 0,739 0,374 Valid

9 Kepraktisan ukuran Supermie 0,684 0,374 Valid 10 Kesesuaian Ukuran Supermie 0,488 0,374 Valid

Kualitas

11 Kualitas bahan baku Supermie 0,436 0,374 Valid

12 Daya tahan mie (Supermie) 0,557 0,374 Valid

13 Kualitas rasa Supermie hingga sekarang

0,721 0,374 Valid 14 Kesesuaian kualitas produk dengan

harapan responden

0,675 0,374 Valid Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012 (Menggunakan SPSS 16.0 For Windows)


(37)

Berdasarkan Tabel 3.3 pada instrumen variabel diversifikasi produk dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi kemasan dengan item pertanyaan kejelasan informasi komposisi produk pada kemasan yang bernilai 0.776. Sedangkan nilai terendah terdapat pada dimensi kualitas dengan item pertanyaan kualitas bahan baku mie instant Supermi yang bernilai 0.436 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya tinggi.

Berdasarkan jumlah kuesioner yang diuji kepada sebanyak 30 responden dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) n-2 (30-2=28) maka didapat nilai rtabel sebesar 0,374. Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel

diversifikasi produk berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows, menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika

dibandingkan dengan rtabel .

Berikut ini Tabel 3.4 mengenai hasil uji validitas variabel keputusan pembelian yang pada penelitian ini dijadikan sebagai variabel Y.

TABEL 3.4

HASIL PENGUJIAN VALIDITAS KEPUTUSAN PEMBELIAN

NO. PERNYATAAN rhitung rtabel KET

KEPUTUSAN PEMBELIAN Pilihan produk

15 Tingkat penilaian responden terhadap produk berdasarkan rasa yang

ditawarkan Supermie.

0,543 0,374 Valid

16 Tingkat penilaian responden terhadap produk berdasarkan tampilan/kemasan yang dimiliki Supermie.

0,501 0,374 Valid

17 Tingkat penilaian responden terhadap produk berdasarkan kualitas yang dimiliki Supermie.


(38)

Pilihan merek

18 Tingkat pengenalan merek untuk memilih produk pada saat melakukan pembelian.

0,389 0,374 Valid

19 Tingkat kemenarikan merek Supermie dibandingkan merek lainnya .

0,919 0,374 Valid 20 Tingkat kepercayaan responden

terhadap merek Supermie dibandingkan merek lainnya.

0,885 0,374 Valid

Pilihan penyalur

21 Tingkat strategis lokasi dalam mendapatkan produk Supermie.

0,511 0,374 Valid 22 Tingkat ketersediaan produk Supermie

berdasarkan varian rasa yang dibutuhkan responden.

0,758 0,374 Valid

23 Tingkat kertersediaan produk

Supermie berdasarkan kemasan yang diinginkan responden.

0,625 0,374 Valid

24 Tingkat ketersediaan produk Supermie berdasarkan kualitas yang diharapkan responden.

0,730 0.374 Valid

Jumlah pembelian

25 Tingkat banyaknya jumlah pembelian yang dilakukan responden berdasarkan keragaman produk Supermie.

0,771 0,374 Valid

26 Tingkat banyaknya jumlah pembelian yang dilakukan responden berdasarkan kemasana produk Supermie.

0,794 0,374 Valid

27 Tingakat banyaknya jumlah pembelian yang dilakukan responden berdasarkan kualitas produk Supermie.

0,691 0,374 Valid

Waktu pembelian

28 Tingkat waktu pembelian Supermie yang dilakukan responden berdasarkan varian rasa baru.

0,792 0,374 Valid

29 Tingkat waktu pembelian Supermie yang dilakukan responden

berdasarkan kemasan baru.

0,672 0,374 Valid

30 Tingkat waktu pembelian Supermie yang dilakukan responden berdasarkan kualitas yang dijanjikan

0,753 0,374 Valid


(39)

Tabel 3.4 pada instrumen variabel keputusan pembelian dapat diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada item pertanyaan tingkat kemenarikan merek Supermi dibandingkan merek lainnya yang bernilai 0.919. Sedangkan nilai terendah terdapat pada item pertanyaantingkat kepercayaan terhadap perusahaan yang bernilai 0.389 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya tinggi.

Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel keputusan pembelian berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows, menunjukkan bahwa item-item pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika dibandingkan

dengan rtabel yang bernilai 0.374.

3.2.6.2Pengujian Reliabilitas

Uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpulan data yang digunakan. Realibitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.

Menurut Sugiyono (2008:172) “Reliabilitas adalah pengukuran yang

berkali-kali menghasilkan data yang sama atau konsisten”. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:178) “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk


(40)

Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh instrumen tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian dilakukan dengan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian.

(Suharsimi Arikunto, 2010:196) Keterangan

r11 = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir pertanyaan

t



Varians Total

2

b

 = Jumlah varian butir

Jumlah varians butir dapat dicari dengan cara mencari nilai varians tiap butir, kemudian jumlahkan, seperti berikut ini.

(Suharsimi Arikunto, 2010:184)

Keterangan

N = Jumlah sampel

2

= Nilai varians

X = Nilai skor yang dipilih

Keputusan uji reliabilitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Jika koefisian internal seluruh item rhitungrtabel dengan tingkat kesalahan 5% maka item pertanyaan dikatakan reliabel.

                 

t b k k r 2 11 2 1 ) 1 (

 

N N X X

 2 2 2 


(41)

2) Jika koefisian internal seluruh item rhitung < rtabel dengan tingkat kesalahan 5% maka item pertanyaan dikatakan tidak reliabel.

Berdasarkan hasil pengujian reliabilitas instrumen yang dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows diketahui bahwa semua variabel reliabel, hal ini disebabkan nilai rhitung lebih besar dibandingkan dengan nilai r tabel yang

bernilai 0,374 hal ini dapat dilihat dalam Tabel 3.5 berikut ini.

TABEL 3.5

HASIL PENGUJIAN RELIABILITAS

NO. VARIABEL rhitung rtabel KET

1 Diversifikasi Produk 0,907 0,374 Reliabel

2 Keputusan Pembelian 0,932 0,374 Reliabel

Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012 (Menggunakan SPSS 16.0 For Windows)

3.2.7 Rancangan Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Tujuan pengolahan data adalah untuk memberikan keterangan yang berguna, serta untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Dengan demikian, teknik analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis serta menjawab masalah yang diajukan.

Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi. Sedangkan statistik inferensial atau sering disebut juga dengan statistik induktif atau statistik probabilitas adalah


(42)

teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2008:206-207)

Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket ini disusun oleh penulis berdasarkan variabel yang terdapat dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitaif analisis data dilakukan setelah data seluruh responden terkumpul. Kegiatan analisis data dalam penelitian ini yaitu:

1. Menyusun Data

Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden, serta mengecek kelengkapan data yang diisi oleh responden untuk mengetahui karakteristik responden.

2. Menyeleksi data untuk memeriksa kesempurnaan dan kebenaran data yang terkumpul.

3. Tabulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Tabulasi data, dengan langkah sebagai berikut:

a. Pemberian skor pada setiap item. b. Menjumlahkan skor pada setiap item.

c. Menyusun rangking skor pada setiap variabel penelitian.

3.2.7.1Rancangan Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif serta digunakan untuk melihat faktor penyebab. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk mendeskripsikan variabel-variabel penelitian, antara lain:


(43)

1. Analisis deskriptif diversivikasi produk(X).

Variabel X terfokus pada penelitian terhadap keragaman, kemasan, ukuran dan kualitas.

2. Analisis deskriptif keputusan pembelian(Y)

Variabel Y terfokus pada penelitian terhadap keputusan pembelianyang meliputi pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, jumlah pembelian dan waktu pembelian.

Penelitian ini menggunakan skala interval seperti yang telah dijelaskan dalam operasionalisasi variabel. Data mempunyai kedudukan yang penting dalam suatu penelitian karena menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai pembentuk hipotesis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian data untuk mendapatkan mutu yang baik. Benar-tidaknya data tergantung dari instrument pengumpulan data. Instrumen yang baik harus memiliki dua persyaratan yaitu validitas dan realibilitas.

3.2.7.2Rancangan Analisis Verfikatif

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier sederhana dan korelasi karena penelitian ini menganalisis dua variabel, yaitu diversifikasi produk sebagai variabel bebas (X).

Sedangkan objek yang merupakan variabel terikan atau variabel (Y) adalah keputusan pembelian konsumen yang meliputi pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, jumlah pembelian dan waktu pembelian.


(44)

Dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh diversifikasi produk (X) terhadap keputusan pembelian (Y), dengan skala pengukuran menggunakan skala semantic differensial. Menurut Sugiyono (2008:138-139):

Skala semantic differensial digunakan untuk mengukur sikap hanya bentuknya tidak pilihan ganda atau checklist, tetapi tersusun dalam garis kontinum yang jawaban sangat positifnya terletak pada bagian kanan garis dan jawaban yang sangat negatif terletak pada bagian kiri garis atau sebaliknya. Data yang diperoleh adalah data interval. Responden yang memberikan penilaian dengan angka 7, berarti sangat positif, sedangkan bila memberi jawaban angka 1 berarti persepsi responden terhadap pernyataan itu sangat negatif.

Dalam penelitian ini, setiap pernyataan dari angket terdiri 7 kategori sebagai berikut, alternatif jawaban tersebut diperlihatkan pada Tabel 3.6.

TABEL 3.6

SKOR ALTERNATIF JAWABAN PERTANYAAN Alternatif

Jawaban

Rentang Jawaban

Setuju 7 6 5 4 3 2 1 Tidak Setuju

Positif 7 6 5 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4 5 6 7

Sumber: Modifikasi dari Hermawan, A. (2006:132)

a. Analisis Regresi Linier Sederhana

Definisi regresi linier sederhana menurut Albert Kurniawan (2010:34)

ialah “ Sebagai pengaruh antara dua variabel saja, dimana terdiri dari veriabel independent/bebas dan untuk membangun persamaan dan menggunkan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan(prediction)”.

Regresi sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun kausak satu variabel independen yaitu diversifikasi produk dengan satu variabel dependen yaitu keputusan pembelian.


(45)

Y =

Keterangan:

Y = Subyek/nilai dalam variabel dependen yang diprediksikan. a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

ε = Faktor lain yang mempengaruhi

Untuk dapat menemukan persamaan regresi, maka harus dihitung terlebih dahulu. Cara menghitung harga a dan b dapat dihitung dengan rumus:

(Sugiyono, 2011:262)

Keterangan:

X = Nilai diversifikasi produk

Y = Nilai taksiran keputusan pembelian a = Konstanta

b = Koefisien regresi n = Banyaknya responden

X dikatakan mempengaruhi Y, jika berubahnya X akan menyebabkan adanya peruabahan nila Y, artinya naik turunnya X akan membuat nilai Y juga naik turun, dengan demikian nilai Y ini akan bervariasi. Namun nilai Y bervariasi

a + bX + ε

a

=

�Y1 �X1 − �X1 (�X1Y1)

n ΣX1²−(ΣX1

b = �� 1 1− (� 1)(� 1 1)


(46)

tersebut tidak semata-mata disebabkan oleh X, karena masih ada faktor lain yang menyebabkannya.

b. Analisi Korelasi

Tujuan perhitungan dengan menggunakan Analisis Korelasi adalah untuk mencari hubungan antara kedua hubungan variabel yang diteliti. Hubungan kedua variabel terdiri dari dua macam yaitu hubungan positif dan hubungan negatif. Hubungan X dan Y dikatakan positif apabila kenaikan (penurunan) X pada umumnya diikuti pada kenaikan (penurunan) Y.

Ukuran yang pakai untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara X dan Y disebut koefisien korelasi ( r ). Nilai koefisien korelasi paling seidikit -1 dan paling besar 1, artinya jika:

r = 1, hubungan X dan Y sempurna dan positif (mendekati 1, hubungan sangat kuat dan positif)

r = -1, hubungan X dan Y sempurna dan negative (mendekati -1, hubungan sangat kuat dan negatif)

r = 0, hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan.

Penentuan koefisien korelasi ( r ) dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi Pearson (Pearson’s Product Moment Coefficient of Correlation), yaitu:

(Suharsimi Arikunto, 2006:170)

�= n Σ XY − ΣX . (ΣY)


(47)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi antara variable X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan. Selanjutnya untuk mengetahui koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y maka digunakan klasifikasi koefisien korelasi yang disajikan pada Tabel 3.7 berikut:

TABEL 3.7

PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN KORELASI

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2008:214)

c. Mencari Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui besarnya sumbangan sebuah variabel bebas terhadap variasi (naik/turunnya) variabel terikat, maka digunakan koefisien determinasi (KD) dengan rumus berikut:

Sumber: Sugiyono, (2010:210) Keterangan:

KD = Koefisien determinasi r = Koefisien korelasi

Adapun untuk mengetahui kuat lemahnya pengaruh dapat diklasifikasikan pada halaman berikut:


(48)

2

1

2

r

n

r

t

TABEL 3.7

PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRETASI KOEFISIEN DETERMINASI

Interval Koefisien Tingkat Pengaruh

0% –19,99% Sangat lemah

20% –39,99% Lemah

40% –59,99% Sedang

60% –79,99% Kuat

80% –100% Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2010:184)

3.2.7.3 Rancangan Uji Hipotesis

Untuk menguji signifikasi koefisien korelasi antara variabel X dan Y dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel yaitu dengan menggunakan

rumus distribusi student (tstudent). Rumus dari distribusi Student ialah sebagai

berikut:

(Sugiyono, 2008: 250)

Keterangan :

t = distribusi student

r = koefisien korelasi product moment n = banyaknya sampel

Untuk menentukan kriteria pengambilan hasil keputusan hipotesis pengaruh yang diajukan, terlebih dahulu perlu dicari nilai dari thitung yang

dibandingkan dengan nilai dari ttabel, dengan toleransi kesalahan sebesar 0,05

dengan derajat kebebasan dk (n-2) serta uji satu pihak yaitu pihak kanan. Maka:

a) thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima


(49)

Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam rangka pengambilan keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut: Ho : ≤ 0 Artinya tidak terdapat pengaruh yang positif antara diversifikasi produk

terhadap keputusan pembelian.

Ha :  > 0 Artinya terdapat pengaruh yang positif antara diversifikasi produk

terhadap keputusan pembelian.

Selanjutnya untuk menafsirkan sejauh mana pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembeliandigunakan pedoman interpretasi koefisien penentu dalam tabel. Nilai koefisien penentu berada di antara 0-100%. Jika nilai koefisien semakin mendekati 100% berarti semakin kuat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin mendekati 0 berarti semakin lemah pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan pengujian analisis regresi linier sederhana yang dilaksanakan mengenai pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian pada konsumen mie instant Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran diversifikasi produk mie instant Supermi dapat dilihat dari dimensi-dimensinya yang terdiri dari kergaman produk, kemasan, ukuran dan kualitas berada dalam kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa diversifikasi produk telah dilaksanakan dengan baik oleh mie instant Supermi terutama pada dimensi kergaman yang lebih cenderung pada varian rasa dalam menciptakan keputusan pembelian dimana responden dapat melakukan pembelian dengan baik pada mie instant Supermi yang merupakan pionerr kategori mie instant yang ada di Indonesia.

2. Gambaran dari keputusan pembelian dapat dijelaskan melalui pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, jumlah pembelian dan waktu pembelian yang merupakan dimensi yang mempengaruhi dalam penentuan keputusan pembelian Supermi berada dalam kategori tinggi. Pilihan penyalur dinilai tinggi untuk variabel keputusan pembelian dimana penentuan keterjangkauan tempat pembelian menjadi pilihan konsumen


(51)

dalam mendapat kan suatu produk khususnya pada produk mie instant Supermi.

3. Diversifikasi Produk memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dengan tingkat determinasi yang kuat yaitu sebesar 0,693. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diversifikasi produk maka akan semakin tinggi pula keputusan pembelian dari konsumen mie instant Supermi.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis merekomendasikan beberapa hal mengenai diversifikasi produk yang dapat meningkatkan keputusan pembelian, yaitu:

1. Berdasarkan tanggapan mengenai diversifikasi produk terlihat dari dimensi

ukuran masih terlihat rendah. Ukuran dari diversifikasi produk merupakan

faktor yang penting dalam menciptakan keputusan pembelian, oleh karena itu ukuran dari mie instant Supermi harus dibuat lebih beranekaragam salah satunya dengan memproduksi mie intstant Supermi dalam kemasan cup. Perusahaan juga dapat meningkatkan promosi iklan di televisi guna memberikan informasi kepada konsumen mengenai diversifikasi produk mie instant Supermi.

2. Persepsi responden terhadap keputusan pembelian sudah baik, namun masih ada beberapa yang perlu dilakukan perbaikan yaitu masih minimnya persepsi konsumen tentang keputusan pembelian dalam memilih jumlah


(52)

pembelian. Tentunya perusahaan mie instant Supermi harus mampu

meyakinkan konsumen dalam memilih jumlah pembelian untuk meningkatkan pembelian produk mie instant Supermi.

3. Hasil penelitian menyatakan bahwa diversifikasi produk berpengaruh secara positif dalam keputusan pembelian konsumen. Penulis merekomendasikan agar perusahaan harus tetap menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kembali produk mie instant Supermi melalui diversifikasi produk yang telah dilakukan agar meningkatkan penjualan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian lain mengenai diversifikasi produk tetapi dengan indikator serta objek yang berbeda.


(53)

Ansoff, H. Igor 2003. Strategies for Diversification. Journal of Management for growth. Holland: Volume 3, pp. 113-124

Alma, Buchari. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Al Rasyid, Harun.1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Program Studi Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Sosiologi Antropologi Program Pasca Sarjana. Bandung : Universitas Pajajaran.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Bina Aksara.

Belch, George E. and Belch, Michael A.. 2007. Advertising and Promotion An Integrated Marketing Communication Perspective. New York: McGraw-Hill Publishing.

Belohlavek, Peter. 2008. Market Cybernetics Unicist Marketing Mix 2nd Edition. London: Blue Eagle Group.

Buttle, Francis. 2009. Customer Relationship Management: Concept and Technologies. USA: Elsevier Ltd.

Byeng-Hee, Chang. and Sylvia M, Chang-Olmested. 2003. Diversification of global media conglomerates: examining its patterns determinants. Journal of Media Economics, 16(4), 213-233.

David, Fred r. 2006. Manajemen Strategies. Jakarta: Salemba Empat.

Drummond, Graeme and John Ensor. 2005. Introduction to marketing concepts. Berlin: Elsevier Butterworth.

Griffin, Ricky W. dan Elbert, Ronald J. 2005. Bisnis. Jakarata: PT Indeks. Hasan, Ali. 2009. Marketing. Yogyakarta: Medpress.

Hermawan, Asep. 2006. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT Grasindo.

Hutchison, Tom. Amy Macy and Paul Allen. 2010. Record Label Marketing; Second Edition. New York: Elsevier, Inc.

Jan, Horas V. Purba. 2005. Pengaruh Diversifikasi terhadap Omzet Penjualan. Jurnal Ilmiah Ranggagading. JAVolume 5 No. 1, April 2005: 59-66.


(54)

Kotler, Philip. 2005. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, Philip & Gary Amstrong. 2008. Principles of Marketing. New Jersey: Prentice Hall. Kotler, Philip & Kevin L. Keller. 2009. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall. Kurniawan, Albert. 2010. Belajar Mudah SPSS Untuk Pemula. Yogyakarta: Mediakom.

Michael, Stephan. 2002. An analysis of the relationship between product diversification and technologycal diversification. Discussion-Paper 02-02 Stuttgart, ISSN 1433-531-X. Rajiv Lal, et al. 2005. Marketing Management. New York: Mc-Graw-Hill International Edition. Saladin, Djaslim. 2005. Intisari Pemasaran & Unsur-unsur Pemasaran. Bandung: Linda Karya. Sexton, Don. Marketing 101; How To Use The Most Powerful Ideas In Marketing To Get More

Customers And Keep Them. John wiley & sons, Inc.,

Sekaran, Uma. Roger Bougee. 2009. Research Methods for business: A skill building approach, John Wiley & Sons, Limited Academic Internet Publishers Incorporated.

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta: Prenada.

Schiffman, Leon G. Leslie Lazar Kanuk. 2007. Consumer Behavior; Ninth Edition. Jakarta: Pearson Prentice Hall.

Shimp, Terence A. 2010. Integrated Marketing Communication in Advertising and Promotion. South Western: Asia-China. Pearson prentice hall.

Silalahi, Uber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukanto, Reskohadiprojo & Indriyo Gitosudarmo. 1997. Manajemen Produksi. Yogyakarta: BPFE.

Sukmana, Agus. 2010. Laporan Bisnis Indocomercial. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan.


(1)

167

Rona Apriani, 2012

Pengearuh Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan Supermi BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan pengujian analisis regresi linier sederhana yang dilaksanakan mengenai pengaruh diversifikasi produk terhadap keputusan pembelian pada konsumen mie instant Supermi di Supermarket Borma Antapani Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran diversifikasi produk mie instant Supermi dapat dilihat dari dimensi-dimensinya yang terdiri dari kergaman produk, kemasan, ukuran dan kualitas berada dalam kategori baik. Hal ini menunjukan bahwa diversifikasi produk telah dilaksanakan dengan baik oleh mie instant Supermi terutama pada dimensi kergaman yang lebih cenderung pada varian rasa dalam menciptakan keputusan pembelian dimana responden dapat melakukan pembelian dengan baik pada mie instant Supermi yang merupakan pionerr kategori mie instant yang ada di Indonesia.

2. Gambaran dari keputusan pembelian dapat dijelaskan melalui pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, jumlah pembelian dan waktu pembelian yang merupakan dimensi yang mempengaruhi dalam penentuan keputusan pembelian Supermi berada dalam kategori tinggi. Pilihan penyalur dinilai tinggi untuk variabel keputusan pembelian dimana penentuan keterjangkauan tempat pembelian menjadi pilihan konsumen


(2)

167

Rona Apriani, 2012

Pengearuh Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan Supermi

dalam mendapat kan suatu produk khususnya pada produk mie instant Supermi.

3. Diversifikasi Produk memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian dengan tingkat determinasi yang kuat yaitu sebesar 0,693. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi diversifikasi produk maka akan semakin tinggi pula keputusan pembelian dari konsumen mie instant Supermi.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis merekomendasikan beberapa hal mengenai diversifikasi produk yang dapat meningkatkan keputusan pembelian, yaitu:

1. Berdasarkan tanggapan mengenai diversifikasi produk terlihat dari dimensi ukuran masih terlihat rendah. Ukuran dari diversifikasi produk merupakan faktor yang penting dalam menciptakan keputusan pembelian, oleh karena itu ukuran dari mie instant Supermi harus dibuat lebih beranekaragam salah satunya dengan memproduksi mie intstant Supermi dalam kemasan cup. Perusahaan juga dapat meningkatkan promosi iklan di televisi guna memberikan informasi kepada konsumen mengenai diversifikasi produk mie instant Supermi.

2. Persepsi responden terhadap keputusan pembelian sudah baik, namun masih ada beberapa yang perlu dilakukan perbaikan yaitu masih minimnya persepsi konsumen tentang keputusan pembelian dalam memilih jumlah


(3)

167

Rona Apriani, 2012

Pengearuh Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan Supermi

pembelian. Tentunya perusahaan mie instant Supermi harus mampu meyakinkan konsumen dalam memilih jumlah pembelian untuk meningkatkan pembelian produk mie instant Supermi.

3. Hasil penelitian menyatakan bahwa diversifikasi produk berpengaruh secara positif dalam keputusan pembelian konsumen. Penulis merekomendasikan agar perusahaan harus tetap menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kembali produk mie instant Supermi melalui diversifikasi produk yang telah dilakukan agar meningkatkan penjualan. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk dilakukannya penelitian lain mengenai diversifikasi produk tetapi dengan indikator serta objek yang berbeda.


(4)

Rona Apriani, 2012

Pengearuh Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan Supermi DAFTAR PUSTAKA

Ansoff, H. Igor 2003. Strategies for Diversification. Journal of Management for growth. Holland: Volume 3, pp. 113-124

Alma, Buchari. 2008. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Al Rasyid, Harun.1994. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala, Program Studi Ilmu Sosial Bidang Kajian Utama Sosiologi Antropologi Program Pasca Sarjana. Bandung : Universitas Pajajaran.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Bina Aksara.

Belch, George E. and Belch, Michael A.. 2007. Advertising and Promotion An Integrated Marketing Communication Perspective. New York: McGraw-Hill Publishing.

Belohlavek, Peter. 2008. Market Cybernetics Unicist Marketing Mix 2nd Edition. London: Blue Eagle Group.

Buttle, Francis. 2009. Customer Relationship Management: Concept and Technologies. USA: Elsevier Ltd.

Byeng-Hee, Chang. and Sylvia M, Chang-Olmested. 2003. Diversification of global media conglomerates: examining its patterns determinants. Journal of Media Economics, 16(4), 213-233.

David, Fred r. 2006. Manajemen Strategies. Jakarta: Salemba Empat.

Drummond, Graeme and John Ensor. 2005. Introduction to marketing concepts. Berlin: Elsevier Butterworth.

Griffin, Ricky W. dan Elbert, Ronald J. 2005. Bisnis. Jakarata: PT Indeks. Hasan, Ali. 2009. Marketing. Yogyakarta: Medpress.

Hermawan, Asep. 2006. Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT Grasindo.

Hutchison, Tom. Amy Macy and Paul Allen. 2010. Record Label Marketing; Second Edition. New York: Elsevier, Inc.

Jan, Horas V. Purba. 2005. Pengaruh Diversifikasi terhadap Omzet Penjualan. Jurnal Ilmiah Ranggagading. JAVolume 5 No. 1, April 2005: 59-66.


(5)

Rona Apriani, 2012

Pengearuh Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan Supermi

Kotler, John Bowen, & James Makens. 2002. Pemasaran Perhotelan dan Pariwisata. Jakarta: PT. Prenhallindo.

Kotler, Philip. 2005. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall.

Kotler, Philip & Gary Amstrong. 2008. Principles of Marketing. New Jersey: Prentice Hall. Kotler, Philip & Kevin L. Keller. 2009. Marketing Management. New Jersey: Prentice Hall. Kurniawan, Albert. 2010. Belajar Mudah SPSS Untuk Pemula. Yogyakarta: Mediakom.

Michael, Stephan. 2002. An analysis of the relationship between product diversification and technologycal diversification. Discussion-Paper 02-02 Stuttgart, ISSN 1433-531-X. Rajiv Lal, et al. 2005. Marketing Management. New York: Mc-Graw-Hill International Edition. Saladin, Djaslim. 2005. Intisari Pemasaran & Unsur-unsur Pemasaran. Bandung: Linda Karya. Sexton, Don. Marketing 101; How To Use The Most Powerful Ideas In Marketing To Get More

Customers And Keep Them. John wiley & sons, Inc.,

Sekaran, Uma. Roger Bougee. 2009. Research Methods for business: A skill building approach, John Wiley & Sons, Limited Academic Internet Publishers Incorporated.

Setiadi, Nugroho J. 2003. Perilaku Konsumen. Jakarta: Prenada.

Schiffman, Leon G. Leslie Lazar Kanuk. 2007. Consumer Behavior; Ninth Edition. Jakarta: Pearson Prentice Hall.

Shimp, Terence A. 2010. Integrated Marketing Communication in Advertising and Promotion. South Western: Asia-China. Pearson prentice hall.

Silalahi, Uber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono.2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sukanto, Reskohadiprojo & Indriyo Gitosudarmo. 1997. Manajemen Produksi. Yogyakarta: BPFE.

Sukmana, Agus. 2010. Laporan Bisnis Indocomercial. Bandung: Universitas Katolik Parahyangan.


(6)

Rona Apriani, 2012

Pengearuh Diversifikasi Produk Terhadap Keputusan Pembelian Mie Instan Supermi

Surachmad, Winarno . 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik edisi kedelapan. Bandung: Penerbit Tarsito.

T. Hani Handoko, Basu Swastha. 2000. Manajemen Barang Dalam Pemasaran. Yogyakarta: BPFE-UGM.

Tjiptono, Fandy. 2008. Strategi Pemasaran, edisi ketiga. Yogyakarta: Andi. Umar, Husein. 2008. Metode Riset Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.

Zeithaml, Valarie A and Mary Jo Bitner. 2006. Service Marketing Integrating Customer Focus Across The Firm. New Jersey: Prentice Hall.

Literatur Majalah dan Sumber Lain

Majalah SWA, No. 16/XXV/27 Juli-5 Agustus 2009 Majalah SWA, No. 15/XXVI/15-28 Juli 2010 Majalah SWA, No. 09/XXVI/29 April-11 Mei 2010 Majalah SWA, No. 01/XXVII/6-19 Januari 2011 Majalah SWA, No. 15/XXVII/18-27 Juli 2011 www.indofood/supermie.com