KORELASI BAKAT DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK BERPRESTASI BELAJAR UNGGUL DAN ASOR PADA JURUSAN IPA DAN IPS.

(1)

KORELASI BAKAT DENGAN PRESTASI BELAJAR

PESERTA DIDIK BERPRESTASI BELAJAR

UNGGUL DAN ASOR PADA JURUSAN IPA DAN IPS

(Studi Korelasi Terhadap Peserta Didik Kelas XII di SMA Negeri di Kota Bandung Tahun Pelajaran 2013/ 2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

GEMA MUHAMMAD SHIDIQ 0901126

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

1

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul “Korelasi Bakat Dengan

Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS (Studi Korelasi Terhadap Peserta Didik Kelas XII di SMA Negeri di Kota Bandung Tahun Pelajaran 2013/ 2014)” ini beserta seluruh isinya sepenuhnya merupakan karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Desember 2013 Yang membuat pernyataan,


(3)

2

GEMA MUHAMMAD SHIDIQ 0901126

KORELASI BAKAT DENGAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK BERPRESTASI BELAJAR UNGGUL DAN ASOR

PADA JURUSAN IPA DAN IPS

(Studi Korelasi Terhadap Peserta Didik Kelas XII di SMA Negeri di Kota Bandung Tahun Pelajaran 2013/ 2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Prof. Dr. Cece Rahmat,M.Pd. NIP. 19520422 197603 1 004

Pembimbing II

Drs. Yaya Sunarya,M.Pd. NIP. 19591130 198703 1 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd. NIP. 19600501 198603 1 004


(4)

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Gema Muhammad Shidiq. (2013). Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Tujuan diadakannya penelitian ini, adalah untuk memberikan gambaran bakat yang sesuai dengan prestasi belajar peserta didik IPA dan IPS yang unggul maupun ashor. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah Bakat serta prestasi belajar peserta didik kelas XII SMA Negeri di Kota Bandung. Penyampelan menggunakan metode cluster sampling, dan didapat delapan SMA Negeri di Kota Bandung sebagai sampel. Instrumen yang digunakan adalah IST (Intelligenz Struktur Test) yang disusun oleh Rudolf Amthauer. Instrumen ini secara umum mengukur kecerdasan, dan secara khusus dapat mengukur kemampuan khusus yang dimiliki peserta didik. Hasil penelitian yang diperoleh diantaranya: (1) terdapat perbedaan yang signifikan, antara korelasi bakat dengan prestasi belajar yang didapat dari peserta didik unggul dengan korelasi yang didapat dari peserta didik ashor, baik di jurusan IPA maupun IPS; (2) terdapat perbedaan yang signifikan, antara korelasi bakat dengan prestasi belajar setiap mata pelajaran yang didapat dari peserta didik unggul dengan korelasi yang didapat dari peserta didik ashor, baik di jurusan IPA maupun IPS. Dari hasil ini, menghasilkan beberapa rekomendasi yang diberikan pada (1) guru bimbingan dan konseling, (2) pihak sekolah dan guru mata pelajaran, (3) peneliti selanjutnya.

Kata Kunci: Intelligenz Struktur Test (IST), Bakat, Prestasi Belajar, Peserta Didik Unggul dan Ashor, Jurusan IPA dan IPS, Mata Pelajaran


(5)

ABSTRACT

Gema Muhammad Shidiq. (2013). Correlation Between Students Special Ability and Academic Achievement, With Excellent and Low Achievement At Science Program Study and Social Program Study

The aim of this research is to give a special ability profile which correlates with student academic achievement at science program and social program, with excellent and low achievement. This research is using quantitative approach. Population of this research is students special ability and academic achievement at 12th High School in Bandung City. Sampling method use cluster sampling method. With that sampling method, this research get eight High School as sample. This research using IST (Intelligenz Struktur Test), which has been created by Rudolf Amthauer, as Instrument. This instrument, generally assess intelligence, and specially assess special ability of student. Result of this research is: (1) there is a significant difference, between correlation of special ability and academic achievement which is gotten from student, at science program study and social program study with excellent and low achievement; (2) there is a significant difference, between correlation of special ability and academic achievement at every lesson which is gotten from student, at science program study and social program study with excellent and low achievement. From this result, this research have a few recommendation for (1) guidance and counseling teacher, (2) any staff of school and lesson teacher, and (3) next researcher.

Key Word: Intelligenz Struktur Test (IST), Special Ability, Academic Achievement, Student with Excellent and Low Achievement, Science Program Study and Social Program Study, Study Lesson


(6)

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

Kata Pengantar……… i

Ucapan Terima Kasih……….. ii

Abstrak……….. v

Daftar Isi………... vii

Daftar Tabel……….. ix

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang Penelitian………. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah……… 6

C. Tujuan Penelitian……….. 8

D. Metode Penelitian………. 8

E. Manfaat Penelitian……… 9

F. Struktur Organisasi Skripsi……….. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… 11

A. Teori Mengenai Intelegensi dan Bakat……… 11

1. Intelegensi dan Bakat……… 11

2. Bakat……….. 14

B. Prestasi Belajar……… 20

1. Definisi Belajar……….. 20

2. Definisi Prestasi Belajar………. 21

3. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar……….. 22

C. Penelitian Terdahulu……….. 24

D. Hipotesis……… 25

BAB III METODE PENELITIAN………. 27

A. Pendekatan Penelitian………. 27

B. Lokasi dan Subjek Penelitian……….. 28

C. Definisi Operasional Variabel………. 30

D. Instrumen Penelitian……… 32

E. Validitas, Daya Pembeda, dan Reliabilitas Instrumen………. 34

1. Validitas Instrumen……… 34

2. Daya Pembeda Instrumen……….. 40

3. Reliabilitas………. 46

F. Teknik Pengumpulan Data……….. 51

G. Analisis Data……… 51

BAB IV PEMBAHASAN………... 53

A. Gambaran Umum Hasil Penelitian……… 53

1. Hasil Analisis Korelasi………. 53

a. Analisis Korelasi Antara Prestasi Belajar dengan Bakat Peserta Didik Unggul pada Jurusan IPA……… 53

b. Analisis Korelasi Antara Prestasi Belajar dengan Bakat Peserta Didik Unggul pada Jurusan IPS……… 58

2. Analisis Regresi………. 62

a. Analisis Regresi Antara Prestasi Belajar dengan Bakat Peserta Didik Unggul dan Ashor pada Jurusan IPA……… 62


(7)

b. Analisis Regresi Antara Prestasi Belajar dengan Bakat Peserta

Didik Unggul dan Ashor pada Jurusan IPS……… 67

B. Pembahasan Hasil Penelitian……… 70

1. Hubungan Antara Prestasi Belajar Peserta Didik di Jurusan IPA dengan Skor IST……… 70

a. Hubungan Antara Nilai Mata Pelajaran Biologi dengan Skor IST ……….. 70

b. Hubungan Antara Nilai Mata Pelajaran Fisika dengan Skor IST……… 73

c. Hubungan Antara Nilai Mata Pelajaran Kimia dengan Skor IST……… 78

d. Hubungan Antara Nilai Mata Pelajaran Matematika dengan Skor IST……… 82

e. Hubungan Antara Keseluruhan Nilai Mata IPA dengan Skor IST……… 85

2. Hubungan Antara Prestasi Belajar Peserta Didik di Jurusan IPS dengan Skor IST……….. 90

a. Hubungan Antara Nilai Mata Pelajaran Ekonomi dengan Skor IST……….. 90

b. Hubungan Antara Nilai Mata Pelajaran Geografi dengan Skor IST……….. 93

c. Hubungan Antara Nilai Mata Pelajaran Sejarah dengan Skor IST……….. 96

d. Hubungan Antara Nilai Mata Pelajaran Sosiologi dengan Skor IST……….. 98

e. Hubungan Antara Keseluruhan Nilai Mata Pelajaran IPS dengan Skor IST……… 101

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 105

A. Kesimpulan……… 105

B. Rekomendasi……… 107

Daftar Pustaka……… 110

Lampiran-Lampiran Riwayat Hidup Penulis


(8)

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan sesuatu bangsa ditandai oleh tingkat sumber daya manusianya yang berkualitas. Berbicara tentang kualitas manusia, maka pendidikan merupakan sarana terbaik untuk mengembangkan sumber daya tersebut. Pendidikan menurut Mcleod (Syah, 2009:10) adalah perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan. Lebih luas lagi, menurut Tardif (Syah, 2009:10) pendidikan adalah seluruh tahapan pengembangan kemampuan -kemampuan dan perilaku-perilaku manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan. Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, disebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan, secara formal diselenggarakan di sekolah. Sekolah merupakan tempat mengembangkan dan belajar semua hal yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya dengan tujuan agar menjadi manusia yang berguna kelak di kemudian hari. Sekolah harus dimanfaatkan seluas-luasnya dalam rangka mengembangkan kemampuan individu agar berkembang optimal. Pencarian ilmu dan proses belajar tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang menghambat dalam optimalisasi individu itu sendiri. Di antaranya adalah masalah terkait tidak sesuainya bakat peserta didik terhadap pilihan jurusan yang dipilih. Purnawan (2005:19) mengemukakan, masalah seperti ini dapat menimbulkan kesulitan bagi peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar. Untuk itu, diperlukan peran optimal dari setiap komponen pendidikan di sekolah, khususnya peran dari Bimbingan dan Konseling (BK).


(9)

Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terpadu dengan keseluruhan program pendidikan di sekolah. Pelayanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya merupakan usaha memfasilitasi pengembangan nilai-nilai melalui proses interaksi yang empatik antara guru BK/Konselor dengan peserta didik. Guru BK/Konselor membantu peserta didik untuk mengenal kelebihan dan kelemahan dalam berbagai aspek perkembangan dirinya. Dengan mengetahui kelebihan dan kelemahan dirinya, diharapkan peserta didik dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan bakat dan minat yang dimiliki olehnya.

Sebagai bagian yang terpadu, kegiatan bimbingan dan konseling tentunya didasari oleh kurikulum yang berlaku. Kurikulum yang ada di Indonesia telah mengalami perjalanan panjang. Sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perjalanan sejarah panjang, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan yang terbaru adalah kurikulum tahun 2013 (Supriadi, 2013).

Kurikulum tahun 2013 memiliki konstruk dan isi yang mementingkan terselenggaranya proses pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan peserta didik. Proses belajar yang dilakukan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach) dengan penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk (Kemendikbud, 2013:33).

Bimbingan dan konseling memiliki peran penting dalam terselenggaranya proses dan hasil pendidikan yang optimal di Indonesia. Terdapat elemen penting dan khas dari kurikulum ini, yakni peminatan peserta didik. Berbeda dengan kurikulum sebelumnya, pada kurikulum ini, peminatan peserta didik, khususnya pada jenjang SMA, dilaksanakan pada saat peserta didik baru memasuki jenjang SMA, artinya pada saat peserta didik baru memasuki kelas X. Pada elemen peminatan ini, bimbingan dan konseling sangatlah berperan penting.

Peminatan pada konteks kurikulum 2013 tidak dapat diartikan secara sempit sebagai proses penempatan peserta didik yang hanya didasarkan pada minat peserta didik saja. Peminatan pada konteks kurikulum 2013, mencakup juga


(10)

3

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

potensi yang dimiliki peserta didik serta peluang untuk menempati salah satu jurusan dalam peminatan yang disediakan. Hal ini berdasar pada Pedoman Peminatan Peserta didik yang diterbitkan Kemendikbud (2013:7):

Peminatan peserta didik merupakan sesuatu proses pengambilan pilihan dan keputusan oleh peserta didik dalam bidang keahlian yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada. Dalam konteks ini, bimbingan dan konseling membantu peserta didik untuk memahami diri, menerima diri, mengarahkan diri, mengambil keputusan diri, merealisasikan keputusannya secara bertanggung jawab.

Guru BK diharapkan memahami dan dapat memberi pemahaman kepada peserta didiknya mengenai aspek penting individu saat melakukan peminatan pada peserta didik, salah satunya adalah bakat. Barry et al. (1986:9) menjelaskan bahwa bakat adalah aspek individu yang diciptakan dan diberikan tuhan dengan tujuan untuk berkontribusi dalam mengoptimalkan keberadaan manusia ( well-being dan well-becoming). Guilford (Suryabrata, 2004:162) menambahkan bahwa bakat itu mencakup tiga dimensi psikologis yaitu dimensi perseptual, psiko-motor, dan intelektual. Pada penyelenggaraan bimbingan dan konseling, bakat peserta didik dapat diketahui melalui berbagai alat tes psikologis salah satunya adalah

Intelligenz Struktur Test (IST).

IST merupakan alat tes inteligensi yang dikembangkan oleh Rudolf Amthaeur di Frankfrurt, Jerman pada tahun 1953 dan telah diadaptasi di Indonesia. Amthauer menyatakan bahwa inteligensi merupakan sesuatu gestalt yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan secara bermakna (Wiratna, dalam Kumolohadi (2012)). Beauducel et al. (2001:978) mengungkapkan bahwa kecerdasan yang diungkap oleh IST berdasar pada konsep-konsep kecerdasan yang dicetuskan oleh Cattel dan Horn berupa inteligensi umum yang dibagi menjadi dua, yakni inteligensi umum mengkristal (gc) dan cair (gf). Dari konsep tersebut, IST kemudian mengungkap dua hal yakni skor IQ dan kecerdasan-kecerdasan khusus atau dalam hal ini adalah bakat.

IST adalah tes baterai berdasar model struktural kecerdasan. Kecerdasan-kecerdasan khusus yang diungkap oleh IST dapat diungkap dari 9 sub test yakni 1.SE (Satzerganzng) Melengkapi kalimat, 2. WA (Wortausuahl) mencari kata


(11)

yang berbeda 3.AN (Analogien) mencari hubungan kata 4.GE (Gmeinsamkeiten) mencari kata yang mencakup dua pengertian 5.RA (Rechen Aufgaben) Hitungan sederhana 6.ZR (Zahlen Reihen) deret angka 7.FA (Form Ausuahl) Menyusun bentuk 8.WU (Wurfal Aufgaben) Kubus 9.ME (Merk Aufgaben) Mengingat kata. Skor dari instrumen ini nantinya dapat mengukur tingkat kecerdasan serta bakat yang dimiliki peserta didik sesuai dengan kesembilan subaspek pada instrumen ini. (Kumolohadi, 2012)

Terkait Konsep mengenai prestasi belejar sendiri, Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan bahwa hasil belajar/ prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap peserta didik dalam periode tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa laporan penilaian akhir (rapor) peserta didik dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam melihat prestasi belajar peserta didik yang bersangkutan. Pemahaman ini sejalan dengan definisi rapor pada umumnya. Rapor dapat didefinisikan sebagai buku yang berisi keterangan mengenai nilai kepandaian dan prestasi belajar peserta didik dari sekolah, yang dipakai sebagai laporan kepada orang tua peserta didik (Pusat Bahasa DEPDIKNAS, 2008). Maka dari itu, untuk menilai prestasi belajar peserta didik, nilai raport dapat digunakan sebagai acuan

Terkait pengkategorisasian peserta didik yang unggul dalam prestasi belajarnya, maka dapat digunakan acuan yang dinamakan norm referenced evaluation (NRE) atau penilaian acuan norma (PAN). Suryana dan Suryadi (2012) mengemukakan bahwa evaluasi peserta didik dapat dilakukan dengan menggunakan NRE atau PAN. Menurutnya melalui penggunaan NRE ini, prestasi seorang peserta didik dapat dibandingkan dengan prestasi peserta didik lainnya (baik temannya sekelompok ditempat yang sama maupun ditempat lain), dengan pengkategorisasian peserta didik sebagai berikut.

1. Peserta didik yang prestasi belajarnya selalu berada di atas nilai rata-rata prestasi kelompoknya (higher groups atau peserta didik unggul).

2. Peserta didik yang prestasi belajarnya selalu di sekitar rata-rata (mean) darikelompoknya (averages atau peserta didik papak).

3. Peserta didik yang prestasi belajarnya selalu berada di bawah nilai rata-rata prestasi kelompoknya (lower-groups atau peserta didik asor).


(12)

5

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sejalan dengan norma yang dirancang oleh Izard (1977:28). Dalam membagi kategori peserta didik di kelas, Izard menyusun tiga kategori. Kategori pertama adalah Upper (Unggul), kategori kedua adalah Middle (Papak), dan kategori ketiga adalah Lower (Asor). Untuk penentuan kategori hasil evaluasinya sendiri, peserta didik yang memiliki skor dari 27 hingga 33.3% teratas masuk pada kategori unggul, peserta didik yang memiliki skor dari 27 hingga 33.3 % terbawah masuk pada kategori asor, sisanya merupakan peserta didik yang masuk pada kategori papak. Ketiga kategori ini, dijadikan sesuatu acuan yang esensial dalam penelitian ini, yang nantinya digunakan sebagai dasar pembagian prestasi belajar peserta didik unggul dan asor.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, peserta didik yang dipilih adalah peserta didik kelas XII pada jurusan IPA dan IPS tahun ajaran 2013/2014. Hal ini didasarkan atas dasar telah adanya skor prestasi belajar yang diraih pada jenjang kelas XI. Hasil ujian kenaikkan kelas, dari kelas XI ke kelas XII, dapat memperlihatkan hasil yang sesuai dengan jurusan yang telah dipilih.

Untuk menguatkan penelitian ini, temuan-temuan terdahulu telah membuktikan bahwa skor bakat yang diperoleh melalui berbagai tes psikologi pengungkap bakat individu memiliki korelasi positif terhadap prestasi peserta didik. Tingkat bakat yang dimiliki individu berkorelasi positif pada beberapa variabel lainnya, salah satunya adalah variabel prestasi belajar peserta didik. Hasil temuan Pali (2011) pada tahun 2009 di SMAN 10 Malang menemukan bahwa secara simultan antara tes APM (Advanced Progressive Matrices) dan tes Bakat Diferensial memberikan kontribusi terhadap hasil belajar peserta didik Kelas X dan XII. Begitu juga yang ditemukan oleh Hasanah (2011). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa skor minat dan bakat memiliki validitas prediktif yang positif signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik pada program IPA dan IPS baik pada masing-masing bidang studi khas program tersebut maupun terhadap rata-rata prestasi belajar peserta didik.

Pada penelitian terdahulu, dapat disimpulkan, variabel yang akan diuji dalam penelitian ini yakni bakat dan prestasi belajar peserta didik, memiliki hubungan


(13)

validitas prediktif yang signifikan. Kesimpulan lainnya, bahwa variabel-variabel seperti bakat dan minat yang diperoleh dari tes psikologis berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar peserta didik. Hal ini dapat membantu guru BK dalam menentukan pilihan peminatan peserta didik yang sesuai sejak awal. Sehingga akan mengurangi terjadinya kasus-kasus salah jurusan yang dialami peserta didik SMA. Selain itu, pemahaman tentang profil bakat peserta didik dapat membantu peserta didik masuk kelompok yang unggul dalam prestasi belajar di sekolah. Untuk itu, perlu adanya kajian mengenai bakat yang dimiliki peserta didik unggul di setiap jurusan, baik itu IPA maupun IPS.

Atas berbagai dasar yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya, maka akan menarik jika dilakukan penelitian dan analisis terhadap hasil tes IST peserta didik unggul dan asor sekolah menengah atas berdasarkan jurusan yang dipilih pada tahun ajaran 2013/2014. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kecenderungan bakat yang dimiliki peserta didik SMA pada setiap pilihan jurusan, sesuai dengan kategori unggul dan asor peserta didik. Sehingga nantinya, dapat menjadi informasi penting bagi pihak-pihak yang menggunakan serta memanfaatkan tes bakat melalui instrumen IST.

Dengan menggunakan dasar tersebut, maka peneliti berminat untuk melakukan penelitian tentang “Profil Bakat Peserta didik Berprestasi Unggul dan Asor berdasarkan peminatan IPA dan IPS”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Dari uraian-uraian pada poin sebelumnya, ditemukan masalah yang menarik diteliti yaitu mengenai bakat yang dimiliki oleh peserta didik. Barry et al.

(1986:9) menjelaskan bahwa bakat adalah aspek individu yang diciptakan dan diberikan tuhan dengan tujuan untuk berkontribusi dalam mengoptimalkan keberadaan manusia (well-being dan well-becoming). Atas dasar penelitian-penelitian terdahulu, bakat pada peserta didik berpengaruh terhadap prestasi belajar optimal di pilihan jurusan peserta didik yang besangkutan. Dalam menganalisis prestasi belajar peserta didik sendiri, beberapa ahli mengkategorikan hasil prestasi belajar kepada tiga kategori, yakni kategori unggul, papak, dan asor.


(14)

7

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prestasi serta bakat yang dimiliki peserta didik dapat berbeda-beda pula sesuai dengan jurusan, baik itu jurusan IPA maupun IPS. Belum lagi, dari kategorisasi prestasi peserta didik unggul dan asor, sangat menarik untuk meneliti bakat yang dimiliki peserta didik dengan kategorisasi yang berbeda. Atas dasar ini, maka dirumuskan beberapa masalah, diantaranya:

1. Bagaimanakah perbedaan korelasi bakat dengan prestasi belajar yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai mata pelajaran IPA dan IPS antara peserta didik kelas XII berprestasi belajar unggul dengan peserta didik berprestasi belajar asor di SMA Negeri di Kota Bandung?

a. Bagaimanakah korelasi bakat dengan nilai rata-rata mata pelajaran IPA peserta didik berprestasi belajar unggul?

b. Bagaimanakah korelasi bakat dengan nilai rata-rata mata pelajaran IPA peserta didik berprestasi belajar asor?

c. Bagaimanakah korelasi bakat dengan nilai rata-rata mata pelajaran IPS peserta didik berprestasi belajar unggul?

d. Bagaimanakah korelasi bakat dengan nilai rata-rata mata pelajaran IPS peserta didik berprestasi belajar asor?

2. Bagaimanakah perbedaan korelasi bakat dengan prestasi belajar pada setiap mata pelajaran khas di jurusan IPA dan IPS antara peserta didik kelas XII berprestasi belajar unggul dengan peserta didik berprestasi belajar asor di SMA Negeri di Kota Bandung?

a. Bagaimanakah korelasi bakat dengan prestasi belajar di mata pelajaran khas jurusan IPA pada peserta didik berprestasi belajar unggul?

b. Bagaimanakah korelasi bakat dengan prestasi belajar di mata pelajaran khas jurusan IPA pada peserta didik berprestasi belajar asor?

c. Bagaimanakah korelasi bakat dengan prestasi belajar di mata pelajaran khas jurusan IPS pada peserta didik berprestasi belajar unggul?

d. Bagaimanakah korelasi bakat dengan prestasi belajar di mata pelajaran khas jurusan IPS pada peserta didik berprestasi belajar asor?


(15)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum memiliki tujuan untuk mendeskripsikan profil bakat peserta didik SMA Negeri di Kota Bandung tahun ajaran 2013/2014 sesuai dengan kategori prestasi belajar unggul dan asor dan jurusan yang dipilih diantaranya IPA dan IPS. Secara khusus penelitian ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis:

1. Memberikan gambaran mengenai perbedaan korelasi bakat dengan prestasi belajar yang ditunjukkan oleh rata-rata nilai mata pelajaran IPA dan IPS antara peserta didik kelas XII berprestasi belajar unggul dengan peserta didik berprestasi belajar asor di SMA Negeri di Kota Bandung. 2. Memberikan gambaran mengenai perbedaan korelasi bakat dengan

prestasi belajar pada setiap mata pelajaran khas di jurusan IPA dan IPS antara peserta didik kelas XII berprestasi belajar unggul dengan peserta didik berprestasi belajar asor di SMA Negeri di Kota Bandung.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang berisi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sitematis. Selain itu juga pengumpulan data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2013:13).

Pendekatan ini digunakan untuk mengolah data gambaran umum tingkat bakat peserta didik. Penelitian ini mengkaji bentuk, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Metode pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan, dan menganalisisnya dengan data yang terjadi dan diterima di lapangan apa adanya (Syaodih, 2012:52).

Dalam pendekatan kuantitatif, Cresswell (Emzir, 2008:21) mengemukakan bahwa terdapat beberapa disain penelitian yang dapat digunakan, diantaranya


(16)

9

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah disain eksperimental dan disain non-eksperimental. Disain penelitian yang digunakan disini adalah disain non-eksperimental. Dalam praktiknya, penelitian memusatkan perhatian pada penggeneralisasian dari sesuatu sampel ke populasi melalui berbagai teknik pengumpulan data.

Penelitian dengan disain non-eksperimental memiliki beberapa metode penelitian, salah satunya adalah metode penelitian korelasional. Menurut Syaodih (2012:56) metode ini ditujukan untuk mengetahui hubungan sesuatu variabel dengan variabel lainnya. Menurut Emzir (2008:47) metode penelitian korelasional bermanfaat dalam mengungkap hubungan antar variabel dan memprediksi skor subjek pada sesuatu variabel melalui skor pada variabel lain. Kedua atau lebih variabel dikatakan berkorelasi positif jika nilai yang tinggi dalam sesuatu variabel berhubungan dengan variabel lain yang memiliki skor tinggi, sedangkan korelasi dikatakan negatif jika nilai yang tinggi dalam sesuatu variabel berhubungan dengan variabel lain yang bernilai rendah.

Secara kuantitatif, hubungan kesejalanan ini dapat diidentifikasi dari terjadinya kenaikan skor pada variabel terikat, yang biasanya dinotasikan dengan variabel Y, sejalan dengan terjadinya kenaikan pada variabel bebas, yang biasanya dinotasikan dengan X (Ali, 2010:61). Sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai korelasi antara bakat dengan prestasi belajar peserta didik pada bab sebelumnya, maka ditentukan bakat sebagai variabel X dan prestasi belajar sebagai variabel Y. Untuk itu, penelitian ini mengungkap hubungan variabel X yakni bakat dengan variabel Y yakni prestasi belajar peserta didik yang dikategorikan pada norma prestasi belajar unggul dan asor sesuai dengan peminatan yang dipilih.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi sekolah


(17)

Profil yang telah didapatkan selanjutnya dikembangkan menjadi kebijakan mengenai penguatan peran BK di sekolah dalam melakukan arahan peminatan peserta didik sesuai kurikulum 2013.

2. Bagi pembimbing di sekolah

Menjadi bahan dalam pengembangan layanan yang sesuai dengan profil yang telah didapat.

3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Mendapat gambaran operasional pengembangan mata kuliah yang berkenaan dengan praktek assessmen psikologi.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian ini memliliki struktur organisasi sebagai berikut. 1. Bab I Pendahuluan

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis 3. Bab III Metode Penelitian

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi


(18)

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan ilmiah yang berisi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sitematis. Selain itu juga pengumpulan data penelitian berupa angka-angka dan dianalisis menggunakan statistik (Sugiyono, 2013:13).

Pendekatan ini digunakan untuk mengolah data gambaran umum tingkat bakat peserta didik. Penelitian ini mengkaji bentuk, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain. Metode pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengklasifikasikan, dan menganalisisnya dengan data yang terjadi dan diterima di lapangan apa adanya (Syaodih, 2012:52).

Dalam pendekatan kuantitatif, Cresswell (Emzir, 2008:21) mengemukakan bahwa terdapat beberapa disain penelitian yang dapat digunakan, diantaranya adalah disain eksperimental dan disain non-eksperimental. Disain penelitian yang digunakan disini adalah disain non-eksperimental. Dalam praktiknya, penelitian ini memusatkan perhatian pada penggeneralisasian dari suatu sampel ke populasi melalui berbagai teknik pengumpulan data.

Penelitian dengan disain non-eksperimental memiliki beberapa metode penelitian, salah satunya adalah metode penelitian korelasional. Menurut Syaodih (2012:56) metode ini ditujukan untuk mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Menurut Emzir (2008:47) metode penelitian korelasional bermanfaat dalam mengungkap hubungan antar variabel dan memprediksi skor subjek pada suatu variabel melalui skor pada variabel lain. Kedua atau lebih variabel dikatakan berkorelasi positif jika nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan variabel lain yang memiliki skor tinggi, sedangkan korelasi dikatakan


(19)

negatif jika nilai yang tinggi dalam suatu variabel berhubungan dengan variabel lain yang bernilai rendah.

Secara kuantitatif, hubungan kesejalanan ini dapat diidentifikasi dari terjadinya kenaikan skor pada variabel terikat, yang biasanya dinotasikan dengan variabel y, sejalan dengan terjadinya kenaikan pada variabel bebas, yang biasanya dinotasikan dengan X (Ali, 2010:61). Sesuai dengan penelitian terdahulu mengenai korelasi antara bakat dengan prestasi belajar peserta didik pada bab sebelumnya, maka ditentukan bakat sebagai variabel X dan prestasi belajar sebagai variabel y. Untuk itu, penelitian ini mengungkap hubungan variabel X yakni bakat dengan variabel y yakni prestasi belajar peserta didik yang dikategorikan pada norma prestasi belajar unggul dan asor sesuai dengan jurusan yang dipilih. Secara sederhana pola ini dapat digambarkan sebagai berikut.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini berlokasi di SMA Negeri di Kota Bandung. Sedangkan populasi dari suatu penelitian merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012:117). Atas dasar tersebut, Populasi dari penelitian ini adalah Bakat serta prestasi belajar peserta didik kelas XII SMA Negeri di Kota Bandung.

Dalam menentukan sampel, teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling (Penyampelan klaster acak). Sugiyono (2013:121) menjelaskan bahwa Cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, semisal penduduk dari suatu Negara, Provinsi, dan Kabupaten. Ali (2010:275) menambahkan bahwa Sampel yang diambil menggunakan teknik Cluster sampling biasanya adalah kelompok yang telah ada


(20)

29

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau telah terbentuk, tanpa campur tangan pelaku riset untuk mengubah kelompok itu.

Atas dasar tersebut, maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakat dan prestasi belajar peserta didik kelas XII dari beberapa SMA Negeri di Kota Bandung yang dipilih secara acak dari setiap klaster SMA Negeri di Kota Bandung. SMA Negeri di Kota Bandung yang dijadikan lokasi pada penelitian ini, memiliki tiga klaster. SMA Negeri di Kota Bandung yang tergolong dalam klaster 1 adalah SMAN 2, SMAN 3, SMAN 4, SMAN 5, SMAN 8, SMAN 11, dan SMAN 24. SMA Negeri di Kota Bandung yang tergolong dalam klaster 2 adalah SMAN 1, SMAN 6, SMAN 7, SMAN 9, SMAN 20, dan MAN 1. SMA Negeri di Kota Bandung yang tergolong dalam klaster 3 adalah SMAN 10, SMAN 12, SMAN 13, SMAN 14, SMAN 15, SMAN 16, SMAN 17, SMAN 18, SMAN 19, SMAN 21, SMAN 23, SMAN 25, SMAN 26, SMAN 27, dan MAN 2.

Selain menggunakan kelompok klaster SMA Negeri di Kota Bandung sebagai acuan penyampelan subjek penelitian, penyampelan juga dilakukan dengan menggunakan acuan lain, yakni SMA Negeri di Kota Bandung yang bekerja sama dengan Laboratorium Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia (LAB PPB UPI). Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah skor hasil tes IST yang dimiliki oleh LAB PPB UPI.

Dari keseluruhan klaster SMA Negeri di Kota Bandung serta SMA Negeri yang bekerja sama dengan LAB PPB UPI, dipilih dua SMA Negeri dari setiap klaster yang juga bekeja sama dengan LAB PPB UPI sebagai sampel. Diharapkan, sampel yang digunakan dapat mewakili setiap klaster SMA Negeri di Kota Bandung sehingga dapat menjadi bahan acuan untuk melakukan generalisasi hasil riset mengenai korelasi antara Bakat dan Prestasi Belajar Peserta didik unggul dan asor kelas XII di SMA Negeri di Kota Bandung. SMA Negeri yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah SMAN 11 Bandung, SMAN 8 Bandung, SMAN 4 Bandung, SMAN 6 Bandung, SMAN 20 Bandung, SMAN 10 Bandung, SMAN 14 Bandung, serta SMAN 19 Bandung.


(21)

C. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, variabel utama yang dijadikan bahan penelitian adalah bakat dan prestasi belajar. Berikut definisi operasional dari kedua variabel tersebut.

1. Bakat

Setiap individu memliliki keunikan yang sangat bervariasi. Keunikan ini dapat memberikan dampak, baik positif maupun negatif terhadap prestasi belajar. Hal ini dipengaruhi oleh sesuai atau tidaknya bakat individu tersebut dengan bidang yang ia pilih. Seperti yang dikemukakan oleh Syah (2010:133) bahwa bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar pada bidang-bidang yang sesuai dengan bakat individu.

Secara terminologi, bakat dalam kamus besar bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008:124) diartikan sebagai dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yang dibawa sejak lahir. Dalam bahasa inggris, bakat dikenal dengan kata aptitude. Beberapa ahli dan pakar psikologi pendidikan memiliki pendapat tentang definisi bakat, diantaranya:

a. Snow (Shavelson dkk, 2002: 79) menyebutkan bahwa bakat merupakan karakteristik (seperti pengalaman, kemampuan, pengetahuan, motivasi dan proses pengaturan) yang dibawa individu saat melakukan sesuatu pada situasi yang partikular.

b. Chaplin (Syah, 2010:133) menyebutkan bahwa bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

c. Bingham (Suryabrata, 2004:161) menjelaskan bahwa bakat merupakan kondisi atau set karakteristik yang merupakan gejala dari kemampuan individu untuk memperoleh dengan latihan hal seperti pengetahuan dan kemampuan.

d. Guilford (Suryabrata, 2004:161) menyatakan bahwa bakat merupakan kemampuan untuk bertindak. Bakat terdiri dari tiga dimensi psikologis yakni dimensi perseptual, psiko moto, dan intelektual, yang mana setiap dimensi tersebut mengandung faktor-faktor psikologi yang lebih khusus lagi.


(22)

31

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Syah (2010:133) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.

f. Barry dkk (1986:9) menjelaskan bahwa bakat adalah aspek individu yang diciptakan dan diberikan tuhan dengan tujuan untuk dapat berkontribusi dalam mengoptimalkan keberadaan manusia ( well-being dan well-becoming).

Dari beberapa definisi menurut ahli-ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan karakteristik individu yang dibawa sejak lahir dan terdiri atas berbagai faktor-faktor psikologi yang khusus, mencakup kemampuan, pengetahuan, serta motivasi yang dapat mengarahkannya kepada berbagai penyelesaian tugas yang partikular serta mengoptimalkan keberadaannya sebagai manusia.

2. Prestasi Belajar

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan

tugas atau kegiatan tertentu (Tu’u dalam Yasin (2013)). Dalam suatu proses belajar, prestasi belajar merupakan aspek penting untuk melihat ketercapaian tujuan yang sudah dirumuskan oleh pendidik. Prestasi dapat didefinisikan sebagai hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan ataupun dikerjakan) (Pusat Bahasa DEPDIKNAS, 2008). Sedangkan prestasi belajar memiliki definisi beragam dari berbagai ahli. Berikut beberapa definisi prestasi belajar menurut ahli:

a. Prestasi belajar merupakan hasil penilaian pendidik terhadap proses belajar dan hasil belajar peserta didiksesuai dengan tujuan instruksional yang menyangkut isi pelajaran dan perilaku yang diharapkan dari peserta didik (Lanawati, dalam Hawadi, (2011:168)).

b. Prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil belajar peserta didikterhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. (Olivia, 2011: 73).


(23)

c. Prestasi belajar adalah hasil-hasil belajar yang telah diberikan guru kepada murid atau dosen kepada peserta didiknya dalam jangka tertentu (Purwanto, dalam Habsari (2005:75)).

d. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam suatu usaha (belajar) untuk mengadakan perubahan atau mencapai tujuan (Ahmadi, dalam Habsari (2005:75)).

e. Prestasi akademik merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian (Yasin, 2013).

Berdasarkan hal ini, prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut (Yasin, 2013) :

a. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai ketika mengikuti, mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

b. Prestasi belajar tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena

bersangkutan dengan kemampuan peserta didik dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.

c. Prestasi belajar dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru.

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diberikan dari guru kepada peserta didik sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan sebelumnya. Hasil tersebut dinilai dari segi kognitif karena guru sering memakainya untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai pencapaian hasil belajar peserta didik.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah IST (Intelligenz Struktur Test), instrument yang disusun oleh Rudolf Amthauer. IST yang disusunnya digunakan untuk mengetahui taraf kecerdasan individu, baik itu kemampuan umum (g factor) maupun kemampuan khusus (s-factor) (Widiawati, 2006). Hal ini memberikan pemahaman bahwa kecerdasan yang diukur oleh Amthauer tersusun oleh beberapa kemampuan-kemampuan khusus atau bakat. Amthauer (Widiawati, 2006) sendiri, menjelaskan kecerdasan atau inteligensi sebagai berikut.

Kecerdasan atau inteligensi adalah suatu struktur tersendiri di dalam struktur kepribadian seorang manusia. Keseluruhan terstruktur yang terdiri dari


(24)

33

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan jiwa dan rohani ini, yang berfungsi sedemikian rupa dalam memberikan kemampuan bagi manusia untuk melakukan tindakan tertentu dalam hidupnya.

Intelligenz Struktur Test (IST) sendiri memuat 9 subtes antara lain

atzerganzung (SE) yaitu melengkapi kalimat, Wortauswahl (WA) yaitu melengkapi kata-kata, Analogien (AN) yaitu persamaan kata, Gemeinsamkeiten (GE) yaitu sifat yang dimiliki bersama, Rechhenaufgaben (RA) yaitu kemampuan berhitung,

Zahlenreihen (SR) yaitu deret angka, Figurenauswahl (FA) yaitu memilih bentuk,

Wurfelaufgaben (WU) yaitu latihan balok, dan Merkaufgaben (ME) yaitu latihan simbol. (Kumolohadi, 2012). Setiap subtes dalam IST memiliki kekhususannya masing-masing dalam mengukur bakat atau kemampuan khusus. Dia menjabarkan kekhusususan dari 9 subtes tersebut sebagai berikut:

Sub tes Satzerganzung (SE) mengungkap kemampuan pengambilan keputusan, mengukur keinginan berprestasi, kemampuan memahami realitas, pembentukan pendapat/penilaian, common sense, berpikir kongkrit praktis dan kemandirian dalam berpikir.Sub tes Wortauswahl (WA) mengungkap kemampuan menangkap inti kandungan makna/pengertian dari sesuatu yang disampaikan melalui bahasa, berpikir induktif dengan menggunakan bahasa, kemampuan empati atau menyelami perasaan. Sub tes Analogien (AN) mengungkap kemampuan fleksibilitas dalam berpikir, kemampuan

mengkombinasikan atau menghubung-hubungkan, kelincahan dan

kemampuan untuk berubah dan berganti dalam berpikir, resistensi atau kemampuan untukmelawan solusi masalah yang tidak pasti (kira-kira). Sub tes Gemeinsamkeiten (GE) mengukur kemampuan menemukan ciri-ciri khas yang terkandung pada dua objek dalam upaya menyusun suatu pengertian yang mencakup kekhasan dari dua objek tersebut, kemampuan memahami esensi pengertian suatu kata untuk kemudian dapat menemukan kesamaan esensial dari beberapa kata. Sub tes Rechhenaufgaben (RA) mengukur kemampuan memecahkan masalah praktis dengan berhitung, kemampuan berpikir logislugas, matematis, bernalar, berpikir runtut dalam mengambil keputusan. Sub tes Zahlenreihen (ZR) mengukur kemampuan berhitung yang didasarkan pada pendekatan analisis atas informasi faktual berbentuk angka sehingga ditemukan suatu kesimpulan. Adanya kemampuan mengikuti komponen ritmis/irama dalam berpikir. Sub tes Figurenauswahl (FA) mengungkap kemampuan membayangkan, dengan menggabung-gabungkan potongan suatu objek visual secara konstruktif sehingan menghasilkan suatu bentuk tertentu, adanya kemampuan membayangkan secara menyeluruh (gestalt) Sub tes Wurfelaufgaben (WU) mengukur kemampuan analisis yang disertai kemampuan membayangkan perubahan keadaan ruang secara antisipasif. Dalam kemampuan ini terdapat peran kreativitas, kemampuan


(25)

menyusun atau mengkonstruksi perubahan, imajinasi dan fleksibilitas berpikir, dan Sub tes Merkaufgaben (ME) mengungkap kemampuan memperhatikan atau mencamkan, kemampuan menyimpan atau mengingat dalam waktu lama, dengan kata lain sub tes ini mengukur daya ingat seseorang.

E. Validitas, Daya Pembeda, dan Reliabilitas Instrumen

1. Validitas Instrumen

Validitas intrumen secara umum menurut Sugiyono (2013: 174) terbagi kedalam dua macam pengujian, yakni validitas internal /rasional dan validitas eksternal/ empiris. Arikunto (2011:65) menjelaskan bahwa suatu instrument dikatakan valid secara internal/rasional jika kriteria yang ada dalam instrument secara rasional telah mencerminkan hal yang diukur. Sedangkan suatu instrument dikatakan valid secara eksternal jika kriteria yang ada dalam instrument secara fakta empiris telah mencerminkan hal yang diukur. Dalam menguji validitas instrument ini, dilakukan pengujian terhadap butir soal. Dalam pengujiannya, digunakan pengujian validitas item. Menurut Arikunto (2011:76) sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dalam mengujinya, terdapat rumus ϒpbi atau dengan cara mengungkap koefisien korelasi biserial dari setiap soal. Berikut secara lebih jelas rumus yang digunakan (Arikunto, 2011:79).

ϒpbi = koefisien korelasi biserial

Mp = rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya

Mt = rerata skor total


(26)

35

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

p = proporsi peserta didik yang menjawab benar (p= banyaknya peserta didik yang menjawab benar/ jumlah seluruh peserta didik)

q = proporsi peserta didik yang menjawab salah (q=1-p)

Dalam melakukan pengujian validitas item pada setiap sub soal IST, dilakukan beberapa kali pengujian dengan jumlah sampel yang berbeda-beda. Secara lebih rinci, berikut merupakan hasil pengujian validitas instrument dari setiap sub soal instrument IST.

a. Sub Soal SE.

Secara keseluruhan, dari lima kali pengujian validitas, sub soal SE memiliki validitas yang baik dengan 17 soal diantaranya memiliki tingkat signifikansi yang baik. Terdapat beberapa soal yang memiliki tingkat signifikansi yang kurang baik, yakni soal nomor 6, 12, dan 16. Berikut secara rinci hasil pengujian validitas yang dilakukan.

No. Soal

I (n=557) II (n=433) III (n=462) IV (n=474) V (n=521) Simpulan

r-pbis Tk.Sig. r-pbis

Tk.S ig.

r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk. Sig.

1 0.2 S 0.11 TS 0.22 S. 0.33 S. 0.21 S. Signifikan

2 0.4 S 0.1 TS 0.09 S. 0.24 S. 0.18 T.S. Signifikan

3 0.3 S 0.27 S 0.38 S. 0.32 S. 0.26 S. Signifikan

4 0.3 S 0.15 TS 0.18 S. 0.32 S. 0.3 S. Signifikan

5 0.3 S. 0.3 S 0.18 S. 0.29 S. 0.23 S. Signifikan

6 0.1 S. -0.05 TS 0.06 T.S. 0.10 S. 0.06 T.S. Non.Signifikan

7 0.1 T.S. 0.36 S 0.27 S. 0.30 S. 0.38 S. Signifikan

8 0.3 S. 0.23 S 0.33 S. 0.28 S. 0.34 S. Signifikan

9 0.3 S. 0.37 S 0.12 S. 0.32 S. 0.4 S. Signifikan

10 0.4 S. 0.24 S 0.07 S. 0.31 S. 0.25 T.S. Signifikan

11 0.2 S. 0.16 TS 0.12 S. 0.19 S. 0.16 T.S. Signifikan

12 0.1 T.S. 0.1 TS 0.19 T.S. 0.17 S. 0.1 T.S. Non.Signifikan

13 0.3 S. 0.29 S 0.15 S. 0.36 S. 0.34 S. Signifikan

14 0.1 S. 0.16 TS 0.4 S. 0.92 S. 0.41 S. Signifikan

15 0.3 S. 0.24 S 0.14 S. 0.25 S. 0.29 S. Signifikan

16 0.2 T.S. 0.24 S 0.01 T.S. 0.12 S. 0.09 T.S. Non.Signifikan

17 0.1 S. 0.13 S 0.08 S. 0.17 S. 0.16 S. Signifikan

18 0.4 S. 0.38 S 0.38 S. 0.35 S. 0.41 S. Signifikan

19 0.3 S. 0.38 S 0.16 S. 0.32 S. 0.31 S. Signifikan

20 0.2 S. 0.2 TS 0.33 S. 0.11 S. 0.27 S. Signifikan

Tabel 1. Hasil uji validitas sub soal SE pada instrument IST

b. Sub Soal WA

Secara keseluruhan, dari lima kali pengujian validitas, sub soal WA memiliki validitas yang baik dengan 18 soal diantaranya memiliki tingkat signifikansi yang baik. Terdapat beberapa soal yang memiliki tingkat signifikansi yang kurang baik, yakni soal nomor 39, dan 40. Berikut secara rinci hasil pengujian validitas yang dilakukan.


(27)

No. Soal

I (n=513) II (n=556) III (n=462) IV (n=557) V (n=410) Simpulan

r-pbis Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis Tk.Si g. r-pbis Tk. Sig. r-pbis Tk. Sig.

21 0.25 S. 0.28 S. 0.36 S. 0.33 S. 0.29 S. Signifikan

22 0.26 S. 0.14 S. 0.26 S. 0.29 S. 0.24 S. Signifikan

23 0.09 T.S. 0.09 T.S. 0.1 S. 0.11 S. 0.15 S. Signifikan

24 0.41 S. 0.34 S. 0.42 S. 0.41 S. 0.37 S. Signifikan

25 0.14 S. 0.29 S. 0.28 S. 0.17 S. 0.28 S. Signifikan

26 0.28 S. 0.32 S. 0.33 S. 0.19 S. 0.29 S. Signifikan

27 0.29 S. 0.32 S. 0.36 S. 0.33 S. 0.26 S. Signifikan

28 0.39 S. 0.4 S. 0.44 S. 0.5 S. 0.41 S. Signifikan

29 0.33 S. 0.3 S. 0.45 S. 0.42 S. 0.31 S. Signifikan

30 0.3 S. 0.41 S. 0.51 S. 0.44 S. 0.34 S. Signifikan

31 0.5 S. 0.45 S. 0.53 S. 0.53 S. -0.06 T.S. Signifikan

32 0.29 S. 0.3 S. 0.21 S. 0.17 S. 0.02 S. Signifikan

33 0.2 S. 0.21 T.S. 0.12 S. 0.19 S. 0.14 S. Signifikan

34 0.34 S. 0.25 S. 0.3 S. 0.43 S. 0.22 S. Signifikan

35 0.39 S. 0.41 S. 0.37 S. 0.37 S. 0.17 S. Signifikan

36 0.35 S. 0.34 S. 0.23 S. 0.25 S. 0.27 S. Signifikan

37 0.4 S. 0.36 S. 0.36 S. 0.35 S. 0.36 S. Signifikan

38 0.42 S. 0.47 S. 0.44 S. 0.47 S. 0.44 S. Signifikan

39 0.05 T.S. 0.09 T.S. -0.09 T.S. -0.43 T.S. 0.06 T.S. Non.Signifikan

40 0.07 T.S. 0.12 T.S. 0.23 S. -0.61 T.S. 0.1 S. Non.Signifikan

Tabel 2. Hasil uji validitas sub soal WA pada instrument IST

c. Sub Soal AN.

Secara keseluruhan, dari lima kali pengujian validitas, sub soal AN memiliki validitas yang cukup baik dengan 13 soal diantaranya memiliki tingkat signifikansi yang baik. Terdapat beberapa soal yang memiliki tingkat signifikansi yang kurang baik, yakni soal nomor 42, 48, 50, 52, 53, 55, dan 59. Berikut secara rinci hasil pengujian validitas yang dilakukan.

No. Soal

I (n=480) II (n=462) III (n=474) IV (n=513) V (n=521) Simpulan

r-pbis Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis Tk.Si g. r-pbis Tk. Sig.

41 0.27 S 0.2 S 0.25 S 0.13 S 0.26 S Signifikan

42 0.37 S 0.41 S 0.201 T.S 0.3 S 0.28 S Non.Signifikan

43 0.78 S 0.32 S 1.35 S 0.32 S 0.21 S Signifikan

44 0.37 S 0.19 T.S 0.182 T.S 0.30 S 0.31 S Signifikan

45 0.38 S. 0.18 T.S. 0.3 S. 0.21 S. 0.29 S. Signifikan

46 0.54 S. 0.27 S. 0.59 S. 0.34 S. 0.25 S. Signifikan

47 0.71 S. 0.33 S. 0.67 S. 0.29 S. 0.32 S. Signifikan

48 0.25 S. 0.2 T.S. 0.08 T.S. 0.08 T.S. 0.48 T.S. Non.Signifikan

49 0.52 S. 0.5 S. 0.32 S. 0.33 S. 0.39 S. Signifikan

50 0.24 T.S. 0.3 S. 0.01 T.S. 0.10 T.S. 0.14 T.S. Non.Signifikan

51 0.68 S. 0.5 S. 0.28 S. 0.01 T.S. 0.46 S. Signifikan

52 0.07 T.S. 0.1 T.S. 0.06 T.S. 0.07 T.S. -0.02 S. Non.Signifikan

53 0.23 T.S. 0.24 T.S. 0.1 T.S. 0.19 T.S. 0.24 S. Non.Signifikan

54 0.7 S. 0.24 S. 1.01 S. 0.29 S. 0.27 S. Signifikan


(28)

37

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Soal

I (n=480) II (n=462) III (n=474) IV (n=513) V (n=521) Simpulan

r-pbis Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis Tk.Si g. r-pbis Tk. Sig.

56 0.47 S. 0.31 S. 0.05 T.S. 0.24 S. 0.26 S. Signifikan

57 0.57 S. 0.44 S. 0.29 S. 0.4 S. 0.4 S. Signifikan

58 0.38 S. 0.31 S. 0.21 S. 0.38 S. 0.37 S. Signifikan

59 0.22 S. 0.09 T.S. 0.18 T.S. 0.09 T.S. 0.12 T.S. Non.Signifikan

60 0.71 S. 0.43 S. 0.71 S. 0.46 S. 0.38 S. Signifikan

Tabel 3. Hasil uji validitas sub soal AN pada instrument IST

d. Sub Soal RA.

Secara keseluruhan, dari lima kali pengujian validitas, sub soal RA memiliki validitas yang cukup baik dengan 13 soal diantaranya memiliki tingkat signifikansi yang baik. Terdapat beberapa soal yang memiliki tingkat signifikansi yang kurang baik, yakni soal nomor 82, 84, 92, 93, 94, 95dan 96. Berikut secara rinci hasil pengujian validitas yang dilakukan.

No. Soal

I (n=565) II (n=557) III (n=474) IV (n=462) V (n=513) Simpulan

r-pbis Tk.Sig. r-pbis

Tk. Sig.

r-pbis Tk.S ig.

r-pbis Tk. Sig.

r-pbis

Tk. Sig.

77 0.54 S 0.17 S 0.26 S 0.32 S 0.78 S Signifikan

78 0.51 S 0.2 S 0.29 S 0.17 S 0.78 S Signifikan

79 0.54 S 0.51 S 0.56 S 0.46 S 0.78 S Signifikan

80 0.49 S 0.18 S 0.55 S 0.58 S 0.7 S Signifikan

81 0.43 S. 0.44 S. 0.43 S. 0.48 S. 0.78 S. Signifikan

82 0.22 T.S. 0.04 S. 0.05 T.S. 0.16 T.S. 1.00 S. Non.Signifikan

83 0.16 T.S. 0.42 S. 0.5 S. 0.43 S. 0 T.S. Signifikan

84 0.38 T.S. 0.11 S. 0.25 T.S. 0.34 T.S. 0.7 S. Non.Signifikan

85 0.56 S. 0.45 S. 0.53 S. 0.51 S. 0.79 S. Signifikan

86 0.37 T.S. 0.13 S. 0.46 S. 0.5 S. 0.72 S. Signifikan

87 0.55 S. 0.28 S. 0.54 S. 0.53 S. 0.72 S. Signifikan

88 0.5 S. 0.32 S. 0.51 S. 0.62 S. 0.71 S. Signifikan

89 0.43 T.S. 0.12 S. 0.34 T.S. 0.47 S. 0.65 S. Signifikan

90 0.54 S. 0.34 S. 0.48 S. 0.49 S. 0 T.S. Signifikan

91 0.42 S. 0.34 S. 0.44 S. 0.48 S. 0.73 S. Signifikan

92 0.34 S. 0.13 S. 0.18 T.S. 0.36 T.S. 0.7 T.S. Non.Signifikan

93 0.05 T.S. 0 T.S. 0 T.S. 0.01 T.S. 0.9 S. Non.Signifikan

94 0.35 T.S. 0.03 S. 0.29 T.S. 0.28 T.S. 0.58 T.S. Non.Signifikan

95 0.33 S. 0.1 S. 0.13 T.S. 0.26 T.S. 0.65 T.S. Non.Signifikan

96 0 T.S. 0.02 S. 0 T.S. 0.26 T.S. 0.53 T.S. Non.Signifikan

Tabel 4. Hasil uji validitas sub soal RA pada instrument IST

e. Sub Soal ZR.

Secara keseluruhan, dari lima kali pengujian validitas, sub soal ZR memiliki validitas yang baik dengan 19 soal diantaranya memiliki tingkat signifikansi yang baik. Terdapat soal yang memiliki tingkat signifikansi yang kurang baik, yakni soal nomor 110. Berikut secara rinci hasil pengujian validitas yang dilakukan.


(29)

No. Soal

I (n=474) II (n=462) III (n=480) IV (n=521) V (n=513) Simpulan

r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk. Sig.

97 0.39 S 0.34 S 0.56 S 0.32 S 0.11 T.S Signifikan

98 0.45 S 0.35 S 0.55 S 0.24 S 0.11 S Signifikan

99 0.37 S 0.28 S 0.55 S 0.31 S 0.09 S Signifikan

100 0.48 S 0.33 S 0.64 S 0.31 S 0.11 S Signifikan

101 0.56 S. 0.42 S. 0.55 S. 0.29 S. 0.1 T.S Signifikan

102 0.61 S. 0.61 S. 0.39 S. 0.09 S. 0.16 T.S Signifikan

103 0.55 S. 0.49 S. 0.56 S. 0.29 S. 0.06 S. Signifikan

104 0.57 S. 0.57 S. 0.47 S. 0.27 S. 0.11 S. Signifikan

105 0.7 S. 0.66 S. 0.57 S. 0.32 S. 0.13 S. Signifikan

106 0.72 S. 0.67 S. 0.51 S. 0.31 S. 0.13 S. Signifikan

107 0.73 S. 0.62 S. 0.6 S. 0.19 S. 0.14 S. Signifikan

108 0.63 S. 0.57 S. 0.49 S. 0.17 S. 0.15 S. Signifikan

109 0.68 S. 0.67 S. 0.46 S. 0.35 S. 0.09 T.S Signifikan

110 0.66 S. 0.71 S. 0.29 T.S. 1.92 T.S. 0.08 T.S Non.Signifikan

111 0.59 S. 0.32 S. 0.32 S. 0.25 S. 0.02 T.S Signifikan

112 0.59 S. 0.59 S. 0.12 T.S. 0.11 S. 0.01 S. Signifikan

113 0.50 S. 0.49 S. 0.19 T.S. 0.17 S. 0.09 S. Signifikan

114 0.50 S. 0.51 S. 0.15 T.S. 0.34 S. 0.03 S. Signifikan

115 0 S. 0.45 S. 0.05 T.S. 0.32 S. 0.09 S. Signifikan

116 0.3 S. 0.43 T.S. 0.09 T.S. 0.11 S. 0.09 S. Signifikan

Tabel 5. Hasil uji validitas sub soal ZR pada instrument IST

f. Sub Soal FA.

Secara keseluruhan, dari lima kali pengujian validitas, sub soal FA memiliki validitas yang baik dengan 18 soal diantaranya memiliki tingkat signifikansi yang baik. Terdapat beberapa soal yang memiliki tingkat signifikansi yang kurang baik, yakni soal nomor 132, dan 136. Berikut secara rinci hasil pengujian validitas yang dilakukan.

No. Soal

I (n=410) II (n=474) III (n=521) IV (n=475) V (n=463) Simpulan

r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk. Sig.

117 0.21 S 0.27 S 0.18 S 0.15 S 0.22 S Signifikan

118 0.37 S 0.36 S 0.34 S 0.35 S 0.45 S Signifikan

119 0.26 S 0.23 S 0.31 S 0.29 S 0.32 S Signifikan

120 0.41 S 0.34 S 0.41 S 0.33 S 0.33 S Signifikan

121 0.35 S 0.36 S. 0.63 S. 0.39 S. 0.37 S. Signifikan

122 0.48 S 0.44 S. 0.44 S. 0.36 S. 0.48 S. Signifikan

123 0.43 S 0.34 S. 0.32 S. 0.3 S. 0.46 S. Signifikan

124 0.36 S 0.36 S. 0.39 S. 0.35 S. 0.35 S. Signifikan

125 0.31 S 0.33 S. 0.45 S. 0.33 S. 0.36 S. Signifikan

126 0.42 S 0.42 S. 0.42 S. 0.36 S. 0.5 S. Signifikan

127 0.21 TS 0.24 S. 0.27 S. 0.27 S. 0.26 S. Signifikan

128 0.25 S 0.23 S. 0.29 S. 0.25 S. 0.19 T.S Signifikan

129 0.38 S 0.43 S. 0.53 S. 0.31 S. 0.52 S. Signifikan

130 0.15 TS 0.25 S. 0.23 S. 0.31 S. 0.29 S. Signifikan

131 0.46 S 0.44 S. 0.43 S. 0.29 S. 0.49 S. Signifikan

132 0 TS 0.22 T.S. 0.17 T.S. 0.42 S. 0.04 T.S. Non.Signifikan


(30)

39

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Soal

I (n=410) II (n=474) III (n=521) IV (n=475) V (n=463) Simpulan

r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk. Sig.

134 0.4 S 0.13 S. 0.39 S. 0.32 S. 0.35 S. Signifikan

135 0.27 S 0.24 T.S. 0.24 S. 0.36 S. 0.66 S. Signifikan

136 0.1 TS 0.3 T.S. 0.1 T.S. 0.38 S. 0.04 S. Non.Signifikan

Tabel 6. Hasil uji validitas sub soal FA pada instrument IST

g. Sub Soal WU.

Secara keseluruhan, dari lima kali pengujian validitas, sub soal WU memiliki validitas yang baik dengan 19 soal diantaranya memiliki tingkat signifikansi yang baik. Terdapat beberapa soal yang memiliki tingkat signifikansi yang kurang baik, yakni soal nomor 141. Berikut secara rinci hasil pengujian validitas yang dilakukan.

No. Soal

I (n=399) II (n=557) III (n=456) IV (n=410) V (n=520) Simpulan

r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk. Sig.

137 0.6 S 0.6 S 0.42 S 0.84 S 0.46 S Signifikan

138 0.6 S 0.6 S 0.45 S 0.46 S 0.51 S Signifikan

139 0.78 S 0.74 S 0.44 S 0.38 S 0.51 S Signifikan

140 0.7 S 0.7 S 0.32 S 0.46 S 0.54 S Signifikan

141 0.2 TS 0.1 TS 0.18 S. 0.13 T.S. 0.22 S. NonSignifikan

142 0.7 S 0.6 S 0.33 S. 0.45 S. 0.48 S. Signifikan

143 0.8 S 0.8 S 0.31 S. 0.48 S. 0.23 S. Signifikan

144 0.3 S 0.24 S 0.44 S. 0.21 S. 0.17 S. Signifikan

145 0.7 S 0.7 S 0.46 S. 0.55 S. 0.45 S. Signifikan

146 0.4 S 0.4 S 0.19 S. 0.29 S. 0.26 S. Signifikan

147 0.7 S 0.7 S 0.46 S. 0.46 S. 0.45 S. Signifikan

148 0.4 S 0.4 S 0.44 S. 0.32 S. 0.47 S. Signifikan

149 0.4 S 0.4 S 0.46 S. 0.38 S. 0.39 S. Signifikan

150 0.6 S 0.6 S 0.52 S. 0.47 S. 0.46 S. Signifikan

151 0.4 S 0.38 S 0.49 S. 0.44 S. 0.37 S. Signifikan

152 0.22 TS 0.18 TS 0.41 S. 0.36 S. 0.29 S. Signifikan

153 0.31 S 0.3 TS 0.44 S. 0.24 T.S. 0.31 S. Signifikan

154 0.33 S 0.32 S 0.45 S. 0.37 S. 0.26 S. Signifikan

155 0.35 S 0.32 S 0.38 S. 0.36 T.S. 0.25 S. Signifikan

156 0.21 TS 0.18 TS 0.39 S. 0.23 S. 0.08 S. Signifikan

Tabel 7. Hasil uji validitas sub soal WU pada instrument IST

h. Sub Soal ME.

Secara keseluruhan, dari lima kali pengujian validitas, sub soal ME memiliki validitas yang sangat baik dengan 20 soal diantaranya memiliki tingkat signifikansi yang baik. Berikut secara rinci hasil pengujian validitas yang dilakukan.


(31)

No. Soal

I (n=565) II (n=557) III (n=521) IV (n=462) V (n=463) Simpulan

r-pbis Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk.Sig. r-pbis

Tk. Sig.

157 0.53 S 0.38 S 0.71 S 0.48 S 0.42 S Signifikan

158 0.44 S 0.38 S 0.73 S 0.15 S 0.55 S Signifikan

159 0.39 S 0.36 S 0.73 S 0.39 S 0.47 S Signifikan

160 0.45 S 0.42 S 0.73 S 0.26 S 0.39 S Signifikan

161 0.44 S. 0.39 S. 0.58 S. 0.37 S. 0.49 S. Signifikan

162 0.40 S. 0.43 S. 0.75 S. 0.33 S. 0.53 S. Signifikan

163 0.47 S. 0.47 S. 0.69 S. 0.17 S. 0.49 S. Signifikan

164 0.39 S. 0.41 S. 0.76 S. 0.17 S. 0.48 S. Signifikan

165 0.42 T.S. 0.44 S. 0.63 S. 0.43 S. 0.45 S. Signifikan

166 0.50 S. 0.43 S. 0.63 S. 0.43 S. 0.45 S. Signifikan

167 0.48 S. 0.44 S. 0.63 S. 0.32 S. 0.49 S. Signifikan

168 0.55 S. 0.55 S. 0.61 S. 0.51 S. 0.51 S. Signifikan

169 0.64 S. 0.61 S. 0.7 S. 0.47 S. 0.48 S. Signifikan

170 0.54 S. 0.54 S. 0.69 S. 0.45 S. 0.51 S. Sign

ifikan

171 0.53 S. 0.51 S. 0.66 S. 0.36 S. 0.48 S. Signifikan

172 0.45 S. 0.45 S. 0.61 S. 0.38 S. 0.43 S. Signifikan

173 0.56 S. 0.63 S. 0.7 S. 0.55 S. 0.57 S. Signifikan

174 0.51 S. 0.58 S. 0.63 S. 0.43 S. 0.4 S. Signifikan

175 0.57 S. 0.46 S. 1.11 S. 0.57 S. 0.52 S. Signifikan

176 0.55 S. 0.59 S. 0.71 S. 0.54 S. 0.52 S. Signifikan

Tabel 8. Hasil uji validitas sub soal ME pada instrument IST

2. Daya Pembeda Instrumen

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal antara peserta didik yang pandai dengan peserta didik yang bodoh (Arikunto, 2011:211). Dengan demikian, jika terdapat soal yang dapat dijawab baik oleh peserta didik pandai dan peserta didik bodoh, maka soal tersebut memiliki daya pembeda yang buruk, dan termasuk soal yang tidak baik. Dalam mencari daya pembeda, perlu diketahui terlebih dahulu, peserta didik dengan kategori unggul dan asor. Setelah itu, dapat dimasukan ke dalam rumus sebagai berikut:

Dimana:

J = Jumlah peserta tes

JA = banyak peserta kelompok atas

JB =banyak peserta kelompok bawah

BA =banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan


(32)

41

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BB =banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu

dengan benar

(Arikunto, 2011:213)

Hasil dari daya pembeda ini, nantinya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

D: 0.00 – 0.20 = Jelek (J) D: 0.20 – 0.40 = Cukup (C) D: 0.40 – 0.70 = Baik (B)

D: 0.70 – 1.00 = Sangat Baik (SB) D: Negatif = Jelek

(Arikunto, 2011:213)

Dalam melakukan pengujian daya pembeda pada setiap sub soal IST, dilakukan beberapa kali pengujian dengan jumlah sampel yang berbeda-beda. Secara lebih rinci, berikut merupakan hasil pengujian daya pembeda dari setiap sub soal instrument IST.

a. Sub Soal SE.

Secara keseluruhan, sub soal SE memiliki daya pembeda yang cukup baik. Terdapat beberapa soal yang memiliki daya pembeda kurang baik, diantaranya adalah soal nomor 2, 6, 11, 12, 16, 17, dan 20. Berikut merupakan tabel hasil pengujian daya pembeda pada sub soal SE.

No. Soal

I (n=557) II (n=412) III (n=462) IV (n=474) V (n=521)

Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi

1 0.29 C 0.29 C 0.23 C 0.38 B 0.25 C 2 0.26 C 0.05 J 0.06 J 0.13 J 0.09 J 3 0.34 B 0.29 C -0.01 J 0.37 B 0.28 C 4 0.39 B 0.14 J 0.31 B 0.47 SB 0.36 B 5 0.30 B 0.38 B 0.38 B 0.38 B 0.23 C 6 0.02 J 0.21 C 0.01 J 0.07 J 0.02 J 7 0.03 SB 0.00 J 0.31 B 0.36 B 0.39 B 8 0.41 B 0.15 J 0.37 B 0.42 B 0.37 B 9 0.36 B 0.09 J 0.47 SB 0.49 B 0.48 SB 10 0.29 C 0.37 B 0.14 J 0.29 B 0.13 J 11 0.14 J 0.17 J 0.17 J 0.27 C 0.13 J 12 0.04 SB 0.12 J 0.07 J 0.23 C 0.04 J 13 0.32 B 0.23 C 0.47 SB 0.53 SB 0.42 SB 14 0.06 SB 0.34 B 0.32 B 0.49 SB 0.41 SB 15 0.30 B 0.51 SB 0.13 J 0.3 B 0.25 C 16 0.19 SB 0.14 J 0.03 J 0.23 C 0.04 J 17 0.12 J 0.04 J 0.17 J 0.28 C 0.11 J 18 0.48 B 0.02 J 0.31 B 0.57 SB 0.5 SB 19 0.33 B 0.24 C 0.39 SB 0.63 SB 0.39 B


(33)

No. Soal

I (n=557) II (n=412) III (n=462) IV (n=474) V (n=521)

Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi

20 0.17 J 0.19 J 0.27 C 0.28 C 0.23 C

Tabel 9. Hasil uji daya pembeda sub soal SE pada instrument IST

b. Sub Soal WA.

Secara keseluruhan, sub soal WA memiliki daya pembeda yang cukup baik. Terdapat beberapa soal yang memiliki daya pembeda kurang baik, diantaranya adalah soal nomor 23, 33, 39, dan 40. Berikut merupakan tabel hasil pengujian daya pembeda pada sub soal WA.

No. Soal

I (n=513) II (n=556) III (n=462) IV (n=557) V (n=410)

Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi

21 0.15 J 0.28 C 0.32 B 0.45 B 0.09 J 22 0.22 C 0.23 C 0.28 C 0.47 B 0.11 J 23 0.05 J 0.07 J 0.07 J 0.14 J 0.1 J 24 0.32 B 0.33 B 0.47 SB 0.65 SB 0.29 C 25 0.06 J 0.16 J 0.14 J 0.25 C -0.05 J 26 0.22 C 0.3 B 0.29 C 0.25 C 0.11 J 27 0.2 C 0.32 B 0.33 B 0.51 SB 0.02 J 28 0.32 B 0.31 B 0.48 SB 0.73 SB 0.29 C 29 0.18 J 0.24 C 0.39 B 0.53 SB 0.04 J 30 0.27 C 0.37 B 0.54 SB 0.67 SB 0.19 J 31 0.43 SB 0.37 B 0.63 SB 0.73 SB 0.03 J 32 0.28 C 0.33 B 0.22 C 0.27 C 0.08 J 33 0.17 J 0.19 J 0.14 J 0.25 C 0.09 J 34 0.38 B 0.28 C 0.29 C 0.54 SB 0.15 J 35 0.33 B 0.52 SB 0.37 B 0.34 SB 0.1 J 36 0.26 C 0.32 B 0.19 J 0.16 C 0.19 J 37 0.39 B 0.44 SB 0.41 SB 0.31 SB 0.41 SB 38 0.42 SB 0.58 SB 0.52 SB 0.43 SB 0.5 SB 39 0.01 J 0.02 J -0.02 J -0.02 J 0.01 J 40 0.02 J 0.04 J 0.12 J 0.00 J 0.04 J

Tabel 10. Hasil uji daya pembeda sub soal WA pada instrument IST

c. Sub Soal AN.

Secara keseluruhan, sub soal AN memiliki daya pembeda yang cukup baik. Terdapat beberapa soal yang memiliki daya pembeda kurang baik, diantaranya adalah soal nomor 41, 44, 45, 48, 50, 52, 53, dan 59. Berikut merupakan tabel hasil pengujian daya pembeda pada sub soal AN.

No. Soal

I (n=480) II (n=462) III (n=474) IV (n=513) V (n=521)

Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi Indeks Klfksi

41 0.32 B 0.08 J 0.23 C 0.17 J 0.17 J 42 0.2 C 0.44 SB 0.11 J 0.2 C 0.22 C 43 0.32 B 0.32 B 0.32 B 0.27 C 0.13 J 44 0.2 C 0.16 J 0.28 C 0.17 J 0.24 C 45 0.26 C 0.16 J 0.17 J 0.19 J 0.27 C 46 0.39 B 0.28 C 0.37 B 0.34 B 0.27 C 47 0.48 SB 0.41 SB 0.48 B 0.24 C 0.32 B


(1)

107

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

berkorelasi dengan prestasi belajar pada peserta didik di kategori prestasi belajar asor.

B. Rekomendasi

Jika hasil dari penelitian ini digunakan sebagai pertimbangan, maka rekomendasi yang berikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru Pembimbing/ Guru Bimbingan dan Konseling

Secara umum, hasil penelitian memperlihatkan adanya korelasi yang signifikan antara bakat dan prestasi belajar peserta didik berprestasi belajar unggul maupun asor pada mata pelajaran dalam program pilihan. Selain itu, mengingat proses penjurusan di sekolah yang masih memprioritaskan minat serta nilai mata pelajaran, terdapat upaya yang dapat dilakukan guru BK, diantaranya:

a. Perlu adanya persamaan persepsi mengenai penjurusan peserta didik antara guru BK dengan wali kelas, guru mata pelajaran, dan pimpinan sekolah.

b. Melakukan beragam upaya bimbingan pada peserta didik tentang pentingnya memahami bakat yang dimilikinya.

c. Melakukan penjurusan peserta didik pada jurusan-jurusan yang sesuai dengan gambaran bakat yang dimiliki.

d. Tahapan penjurusan diawali dengan mempertimbangkan ketercapaian nilai peserta didik yang dipersyaraktkan pada program jurusan. Setelah melalui tahap tersebut, penjurusan atau peminatan kemudian mempertimbangkan hasil psikotes dalam melakukan penempatan peserta didik, khususnya bakat peserta didik.


(2)

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Secara khusus untuk mata pelajaran sejarah, tidak berkorelasi secara signifikan dengan bakat baik pada peserta didik berprestasi belajar unggul maupun asor. Upaya yang dapat dilakukan guru mata pelajaran adalah:

a. Menelaah kembali muatan materi mata pelajaran, sehingga terdapat kesesuaian antara evaluasi yang dilakukan (ujian kenaikkan kelas) dengan bakat yang dimiliki peserta didik di jurusan IPS.

b. Mempererat koordinasi dengan guru BK, terkait gambaran bakat peserta didik pada jurusan IPS, sehingga guru mata pelajaran dapat memotivasi peserta didik untuk menyelaraskan bakat yang dimiliki dengan mata pelajaran yang diampu.

3. Bagi Pihak Sekolah

Berdasarkan kesimpulan yang memperlihatkan adanya korelasi yang signifikan antara bakat dan prestasi belajar peserta didik berprestasi belajar unggul pada berbagai mata pelajaran, pihak sekolah diharapkan dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut:

a. Menyediakan kelas khusus sebagai kelas eksperimen, yang didalamnya memuat peserta didik yang memiliki bakat yang sesuai dengan muatam materi pada jurusan IPA maupun IPS. Melalui kelas ini, diharapkan dapat terlihat secara lebih jelas mengenai hubungan antara bakat dengan prestasi belajar peserta didik.

b. Mengimplementasikan kurikulum 2013 secara komprehensif, dimana pada kurikulum ini, bakat peserta didik menjadi prioritas dalam melakukan peminatan.

4. Bagi Lab PPB FIP UPI

Berdasarkan kesimpulan yang didapat, penelitian memperlihatkan adanya beberapa perbedaan antara skor sub tes IST yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik pada jurusan IPA dan IPS dengan rekomendasi dari


(3)

109

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

LPPB FIP UPI dalam melakukan penjurusan. Upaya yang direkomendasikan. adalah dengan menelaah kembali pengaruh skor sub tes IST pada mata pelajaran-mata pelajaran baik di jurusan IPA maupun IPS sesuai dengan hasil yang didapat dari penelitian. Diharapkan dapat terumuskan formulasi yang tepat dalam memberikan rekomendasi penjurusan pada guru BK di sekolah. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari kesimpulan serta pembahasan yang diperoleh, terdapat beberapa rekomendasi bagi peneliti selanjutnya.

a. Melakukan penelaahan kembali mengenai korelasi antara bakat dengan prestasi belajar peserta didik pada peserta didik kelas XI pada tahun ajaran 2014/2015. Hal ini mengingat peserta didik tersebut telah mengalami peminatan sesuai kurikulum 2013, sehingga peneliti selanjutnya dapat menelaah perbedaan antara peminatan yang dilakukan pada kurikulum 2013 dengan penjurusan pada kurikulum sebelumnya.

b. Melakukan inisiasi dalam membuat kelas eksperimen, seperti yang telah dibahas pada rekomendasi bagi pihak sekolah, bersama dengan pihak sekolah.

c. Melakukan penelitian serupa menggunakan nilai-nilai ulangan harian sebagai indikator prestasi belajar peserta didik, sehingga diharapkan terdapat hasil penelitian yang yang lebih tepat tentang penelitian mengenai korelasi antara bakat dengan prestasi belajar.


(4)

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2010). Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan. Bandung: Pustaka Cendikia Utama.

Beauducel, A. et al. (2001). Perspectives on fluid and crystallized intelligence: facets for verbal, numerical, and figural intelligence. Dalam Personality and Individual Differences [online], Vol 30, 18 halaman. Tersedia : http:// www.elsevier.com/locate/paid.(2 Juni 2013)

Dimyati, Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S. B. (1994). Prestasi Belajar dan kompetensi Guru. Surabaya: Usaha

Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: DEPDIKNAS.

Emzir. (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan : Kuantitatif dan Kualitatif. Rajawali Press: Jakarta

Furqon. (2002). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Green, D. R. (1974). The Aptitude- Achievement Distinction. California: CTB/ McGraw Hill.

Habsari, S. (2005). Bimbingan dan konseling untuk kelas XI . Jakarta: PT. Grasindo

Hasanah, N. (2011). Validitas Prediktif Skor Minat Dan Bakat Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas (Studi Deskriptif Terhadap Skor Tes Skala Minat Pekerjaan, Intelligents Structure Test (IST), dan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPA dan IPS SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Bandung (Tahun Ajaran 2009/2010). Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: diterbitkan.

Hawadi, R.A. (2011). A-Z Informasi Program Percepatan Belajar dan Anak Berbakat Intelektual. Jakarta: PT. Grasindo

Hymer, B. et al. (2009). Gifts, Talents, and Education: A Living Theory Approach. United Kingdom: Wiley-Blackwell Publishing

Izard, J.F. (1977). Construction and Analysis of Classroom Tests. The Australian Council for Educational Research Limited: Hawthorn, Victoria, Australia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Pedoman Peminatan Peserta


(5)

110

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Kumolohadi, R dan Suseno, M.N. (2012). “Intelligenz struktur test dan standard progressive Matrices: (dari konsep inteligensi yang berbeda Menghasilkan tingkat inteligensi yang sama)”. Dipublikasikan di Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan, 1, (2), Halaman 79-85.

Latipah, E. (2010). “Strategi Self Regulated Learning dan Prestasi Belajar: Kajian Meta Analisis”. Dipublikasikan di Jurnal Psikologi, 37, (1), Halaman 110-129.

Makmun, A. S. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Nurkencana. (2005). Evaluasi Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Olivia, F.( 2011) Teknik ujian efektif. Jakarta: PT. Elex media komputindo

Pali, M. (2011). “Kecerdasan dan Bakat Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Siswa dan Kinerja Profesi.” Pidato Pengukuhan Guru Besar FIP UM. [online]. tersedia: http://repository.um.ac.id/index.php/Pidato-Pengukuhan-Guru-Besar/ ke-cerdasan…. kinerja-profesi.html.(2 Juni 2013)

Purnawan. (2005). “Korelasi Bakat Mekanik dengan Prestasi Belajar Mata Program Diktat Produktif”. Jurnal Invotec. 3, (7), 19-24. [online]. Tersedia:http://www.sribd.com. (3 Juni 2013)

Purwanto, M. N. (2002). Prinsip- prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: DEPDIKNAS

Shavelson, R. J. (2002). Richard E. Snow’s Remaking of the Concept of Aptitude

and Multidimensional Test Validity: Introduction to the Special Issue. Dalam Educational Assessment [online], Vol.8 (2), 22 Halaman. Tersedia: http:www.stanford.edu/.../Richard%20E%20Snow's%20Re-making%20of %20. (2 Juni 2013)

Shekhar, A. (2002). Intelligence and Aptitude. [online]. Tersedia: http://www.numerons.in/intelligence-and-aptitude.pdf. (2 Juni 2013) Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Gema Muhammad Shidiq, 2014

Korelasi Bakat Dengan Prestasi Belajar Peserta Didik Berprestasi Belajar Unggul dan Asor Pada Jurusan IPA dan IPS

Supriyadi, Y. (2013). Sejarah Perkembangan Kurikulum di Indonesia. [online] tersedia: http://yudisupriadisangpengabdi.blogspot.com/2013/05/sejarah-perkembangan-kurikulum-di.html [diunduh 12 Juli 2013]

Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Edisi Revisi).

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tirtonegoro, S. (2001). Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.

Yadi, S. (2013). Pengertian Prestasi Belajar: Definisi Menurut Para Ahli. [online] tersedia: http://www.sarjanaku.com/2011/02/prestasi-belajar.html [diunduh 12 Juli 2013]

Widiawati, D. (2006). Modul Mata Kuliah Psikodiagnostik pada Program Magister Profesi Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada