Kebiasaan belajar, prestasi belajar dalam bidang kinematika, dan korelasi antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar pada siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan Kota Metro

(1)

PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA KELAS XI JURUSAN IPA DI KOTA TANJUNGPINANG DAN KOTA METRO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Maris Stella Vena Santi NIM: 131424032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

KEBIASAAN BELAJAR, PRESTASI BELAJAR DALAM BIDANG KINEMATIKA, DAN KORELASI ANTARA KEBIASAAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA SMA

KELAS XI JURUSAN IPA DI KOTA TANJUNGPINANG DAN KOTA METRO

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Maris Stella Vena Santi NIM: 131424032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Tuhan yang maha pengasih dan penyayang. Skripsi ini kupersembahkan sebagai mewakili perasaan syukur dan ucapan terima kasihku, serta rasa kasih dan sayangku kepada semua pihak yang selalu mendoakan dan mendukungku dalam mengusahakan segala yang terbaik. Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Papa dan mamaku tercinta, Sadad Sutrisno dan Siti Rohani

Abang dan adik-adikku tersayang, Henry Septian Prananda, Angela Merici Wulandari, dan Marcell Dimas Raharjo

Tim skripsiku terkasih, Fatannio, Tolino, Katarina Arum, Andrea Vicky, dan Catharina Ajeng

Pemerintah kota Tanjungpinang dan kota Metro

Siswa-siswi kelas XI IPA SMA di kota Tanjungpinang dan kota Metro Almamaterku, Universitas Sanata Dharma


(6)

(7)

(8)

vii ABSTRAK

Maris Stella Vena Santi. 2017. Kebiasaan Belajar, Prestasi Belajar dalam Bidang Kinematika, dan Korelasi antara Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMA Kelas XI Jurusan IPA di Kota Tanjungpinang an Kota Metro. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang merupakan gabungan dari penelitian survei dan korelatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan belajar, prestasi belajar fisika siswa pada bidang kinematika, dan untuk mengetahui bagaimana korelasi antara kebiasaan belajar siswa dan prestasi belajar dalam bidang kinematika pada siswa kelas XI IPA. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XI IPA yang ada di kota Tanjungpinang dan kota Metro. Penelitian dilaksanakan di 6 SMA yang ada di kota Tanjungpinang dan di 7 SMA yang ada di kota Metro. Total responden adalah 646 siswa SMA kelas XI IPA yang ada di kota Tanjungpinang dan kota Metro yang masing-masing berjumlah 352 responden dan 294 responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu kuesioner kebiasaan belajar dan soal tes tentang kinematika. Data yang didapatkan dianalisis secara statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA, baik di kota Tanjungpinang maupun di kota Metro, rata-rata tergolong baik. Rata-rata persentase skor kebiasaan belajar responden dari kota Tanjungpinang dan kota Metro masing-masing adalah sebesar 70,34% dan 71,32%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa SMA kelas XI IPA yang ada di kota Tanjungpinang tergolong rendah, sedangkan prestasi belajar siswa yang ada di kota Metro tergolong cukup. Rata-rata persentase skor prestasi belajar responden dari kota Tanjungpinang dan kota Metro masing-masing adalah sebesar 43,38% dan 56,12%. Terdapat korelasi positif yang signifikan antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar fisika siswa dengan level signifkan 0,05. Koefisien korelasi antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar di kota Tanjungpinang dan kota Metro masing-masing adalah 0,151 dan 0,119. Koefisien korelasi antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar di kedua kota adalah 0,150. Kata Kunci: Kebiasaan Belajar, Prestasi Belajar, Kinematika Fisika, Kelas XI SMA, Kota Tanjungpinang, Kota Metro.


(9)

viii

ABSTRACT

Maris Stella Vena Santi. 2017.Learning Habits, Learning Achievements about Kinematics, and Correlation Between Learning Habits and Learning Achievements in Students of XI Class of Science Majors in Tanjungpinang City and Metro City. Thesis, Physics Education Study Program, Department of Mathematics and Science Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research was a quantitative descriptive research that used survey research method. The purposes of this research were to understanding the learning habits, learning achievements of kinematics, and to measure the correlation between learning habits and learning physics achievements about kinematics in students of XI class of science majors. The population of this research were all senior high school students of XI class of science majors in Tanjungpinang city and Metro city. This research was conducted in six senior high schools in Tanjungpinang city and seven senior high schools in Metro city. Total respondents of this research was 646 senior high schools students from Tanjungpinang city and Metro city, each was numbered 352 and 294. There were two kinds of instrument that were used in this research, those were questionnaire of learning habits and test questions of kinematics. All data were analyzed descriptive statistics.

The result of this research showed that senior high school students of XI class of science majors in Tanjungpinang city and Metro city had good learning habits. The average percentage of learning habits score of students from Tanjungpinang was 70,34% and students from Metro was 71,32%. The result also showed that the learning achievements about kinematic of students from Tanjungpinang was bad and learning achievements about kinematic of students from Metro was enough. The average percentage of learning achivements about kinematicof students from Tanjungpinang and Metro each was 43,38% and 56,12%. This research also showed that there was positive correlation between learning habits and learning achievements, with level significant was 0,05. The coefficient of correlation between learning habits and achivements in Tanjungpinang and Metro each was 0,151 and 0,119. And the coefficient of correlation overall was 0,150.

Keywords: Learning habit, Learning achievements, Kinematics, Second grade of senior high school, Tanjungpinang city, Metro city.


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebiasaan Belajar, Prestasi Belajar dalam Bidang Kinematika, dan Korelasi antara Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMA Kelas XI Jurusan IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro.”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada program studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat bimbingan, dukungan, dan saran dari berbagai pihak selama pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapka terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dosen Pembimbing Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mendukung, serta memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Fisika yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis.

3. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si. selaku Wakil Kepala Program Studi Pendidikan Fisika yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis.

4. Seluruh dosen dan civitas akademika Universitas Sanata Dharma yang telah mendidik, mendampingi, dan mendukung penulis selama menempuh perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

5. Kedua orang tua yang sangat kucintai, Bapak Sadad Sutrisno Raharjo dan Ibu Siti Rohani, serta saudara-saudaraku, Henry Septian Prananda, Angela Merici Wulandari, dan Marcell Dimas Raharjo, penyemangat hidup yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan, semangat, dan doa kepada penulis. 6. Pemerintah Kota Tanjungpinang dan Kota Metro yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah-sekolah yang dituju.

7. Kepala Sekolah, Karyawan, Guru, dan Siswa Kelas XI IPA yang telah membantu penulis selama penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini. 8. Tim Skripsweet (Andrea Vicky, Catharina Ajeng, Fatannio Putra, Falentinus

Tolino, dan Katarina Arum) yang telah bekerja sama selama menyelesaikan skripsi ini.


(11)

x

9. Teman-teman seperjuanganku (Albertus Heri, Rosalia Widi, Yosephine Ade, dan Yulius Bima) yang senantiasa menyemangati, mendukung, dan memberi perhatian selama penulis menempuh perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

10. Teman spesial sekaligus kekasihku, Selamet Waluyo (Ucok), yang senantiasa menemani dan mendukungku dalam segala hal.

11. Keluarga besar Pendidikan Fisika angkatan 2013 atas kebersamaan, dukungan, dan bantuan yang diberikan selama kurang lebih 4 tahun belajar bersama di Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma.

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu selama perkuliah hingga diselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 22 Juni 2017 Penulis: Maris Stella Vena S.


(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah ... 2

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan ... 3

E. Manfaat... 4

BAB II ... 5

LANDASAN TEORI ... 5

A. KAJIAN TEORI ... 5

1. Belajar ... 5

2. Kebiasaan Belajar ... 6

3. Prestasi Belajar ... 8

4. Kinematika ... 11

5. Penelitian yang relevan ... 12

6. Profil Kota Tanjungpinang ... 13

7. Profil Kota Metro ... 14

BAB III... 15

METODE PENELITIAN ... 15


(13)

xii

1. Populasi ... 16

2. Sampel ... 18

C. Tempat dan Waktu Penelitian... 22

1. Tempat ... 22

2. Waktu ... 22

D. Variabel Penelitian ... 22

E. Instrumen Penelitian ... 22

1. Kuesioner tentang kebiasaan belajar... 22

2. Soal tes tentang prestasi belajar ... 24

F. Validitas... 26

G. Teknik Pengumpulan Data Pendukung ... 29

H. Metode Analisis Data ... 29

BAB IV ... 32

PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA, ANALISIS DATA, HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Deskripsi Penelitian ... 32

1. Tahap perijinan ... 33

2. Tahap pengambilan data ... 34

B. Data ... 36

C. Analisis dan Pembahasan ... 37

1. Kebiasaan Belajar Siswa SMA Kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro ... 37

2. Pretasi Belajar Fisika (Kinematika) Siswa SMA Kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro... 51

3. Korelasi Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa ... 55

4. Rangkuman... 58

BAB V ... 62

KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Saran ... 63


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 67

Lampiran 2.Soal Prestasi Belajar tentang Kinematika ... 68

Lampiran 3.Validitas Isi Kuesioner Kebiasaan Belajar oleh Bapak Domi Severinus ... 72

Lampiran 4.Validitas Isi Soal Prestasi Belajar oleh Bapak Domi Severinus ... 75

Lampiran 5. Uji Validitas Empiris Kuesioner Kebiasan Belajar Menggunakan SPSS ... 82

Lampiran 6.Uji Validitas Empiris Soal Prestasi Belajar Menggunakan SPSS .... 86

Lampiran 7. Uji Validitas Kuesioner Kebiasaan Belajar oleh Bapak Tarsisius Sarkim ... 88

Lampiran 8. Uji Validitas Soal Prestasi Belajar oleh Bapak Tarsisius Sarkim ... 91

Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ... 97

Lampiran 10. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kesbangpol Propinsi Kepulauan Riau ... 105

Lampiran 11. Surat Rekomendasi Penelitian ke Sekolah dari Dinas Pendidikan Propinsi Kepulauan Riau... 107

Lampiran 12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 108

Lampiran 13. Data dan Analisis Skor Kebiasaan Belajar secara Keseluruhan .. 121

Lampiran 14. Data dan Analisis Skor Prestasi Belajar secara Keseluruhan ... 136

Lampiran 15. Uji Validitas Data Skor Kebiasaan Belajar ... 147

Lampiran 16.Uji Validitas Data Skor Prestasi Belajar ... 150

Lampiran 17. Analisis Kebiasaan Belajar Siswa berdasarkan Indikator Setiap Aspek Kebiasaan Belajar ... 153

Lampiran 19. Analisis Profil Kebiasaan Belajar Siswa ... 158

Lampiran 20. Analisis Prestasi Belajar Bidang Kinematika Berdasarkan Materi Kinematika dan Tingkat Prestasi ... 159

Lampiran 21. Sampel Kuesioner Kebiasaan Belajar Siswa ... 160

Lampiran 22. Sampel Tes Prestasi Belajar Siswa ... 161

Lampiran 23. Daftar Hadir/ Berita Acara Penelitian ... 166


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar SMA di Kota Tanjungpinang sebagai Populasi Penelitian ... 16

Tabel 2. Daftar SMA di Kota Metro sebagai Populasi Penelitian ... 17

Tabel 3. Daftar SMA Negeri di Kota Tanjungpinang sebagai Sampel Penelitian 20 Tabel 4. Daftar SMA Swasta di Kota Tanjungpinang sebagai Sampel Penelitian 20 Tabel 5. Daftar SMA Negeri di Kota Metro sebagai Sampel Penelitian ... 20

Tabel 6. Daftar SMA Swasta di Kota Metro sebagai Sampel Penelitian ... 21

Tabel 7. Tabel Penyebaran Butir Soal dan Kisi-Kisi Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 23

Tabel 8. Tabel Penyebaran Butir Soal dan Kisi-Kisi Soal Prestasi Kinematika ... 24

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Empiris Kuesioner Kebiasaan Belajar ... 27

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Empiris Soal Prestasi Kinematika ... 28

Tabel 11. Klasifikasi Tingkat Kebiasaan Belajar ... 31

Tabel 12. Klasifikasi Tingkat Prestasi Belajar ... 31

Tabel 13. Jadwal Pengambilan Data Penelitian di Kota Tanjungpinang ... 34

Tabel 14. Jadwal Pengambilan Data Penelitian di Kota Metro ... 35

Tabel 15. Distribusi Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI-IPA di Kota Tanjungpinang ... 37

Tabel 16. Distribusi Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI-IPA di Kota Metro ... 38

Tabel 17. Tabel Skor Kebiasaan Belajar Siswa untuk Setiap Aspek Kebiasaan Belajar Siswa SMA Kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro ... 39

Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden dari Kota Tanjungpinang untuk Pernyataan Profil Kebiasaan Belajar Siswa ... 45

Tabel 19. Distribusi Jawaban Responden dari Kota Metro untuk Pernyataan Profil Kebiasaan Belajar Siswa ... 49

Tabel 20. Distribusi Tingkat Prestasi Belajar Siswa Kelas XI-IPA di Kota Tanjungpinang ... 51

Tabel 21. Distribusi Tingkat Prestasi Belajar Siswa Kelas XI-IPA di Kota Metro ... 52

Tabel 22. Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa untuk Masing-masing Materi Kinematika ... 53

Tabel 23. Skor Prestasi Belajar Fisika Siswa untuk Masing-masing Tingkatan Prestasi ... 54

Tabel 24. Korelasi Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa di Kota Tanjungpinang ... 56

Tabel 25. Korelasi Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa di Kota Metro 56 Tabel 26. Korelasi Kebiasaan Belajar dan Prestasi Belajar Siswa di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro ... 57


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan di Indonesia terus berkembang seiring dengan perubahan jaman. Beberapa pembenahan kerap dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. Pemberitaan yang sempat hangat dibicarakan dalam bidang pendidikan di Indonesia adalah „full day school’, usul dari Bapak Muhadjir Effendy selaku Mendikbud yang sempat menuai pro-kontra (Kompas.com, 8/8/2016). Ide ini disampaikan oleh beliau dengan tujuan membangun karakter siswa secara perlahan. Bapak Muhadjir tampak ingin menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan yang dapat membentuk karakter atau pribadi positif, serta demi peningkatan mutu dan prestasi generasi bangsa.

Prestasi belajar merupakan salah satu ukuran keberhasilan belajar. Prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah cara atau kebiasaan belajarnya. Aunurrahman menjelaskan bahwa kebiasaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar (Aunurrahman, 2012 : 178). Istilah kebiasaan bukanlah istilah yang asing dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang sering kita jumpai bahwa kebiasaan ada yang baik dan ada yang tidak baik. Begitu pula dengan kebiasaan belajar, terdapat kebiasaan belajar yang positif dan kebiasaan belajar yang negatif. Dalam hal belajar, kebiasaan belajar merupakan gambaran dari cara belajar siswa, intensitas belajar siswa, serta manajemen waktu belajar.


(17)

2

Setiap siswa mempunyai kebiasaan belajar yang bermacam-macam. Upaya membentuk kebiasaan belajar yang baik diharapkan dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Hemma Ratnaningsih (2006), terdapat korelasi positif antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar untuk mata pelajaran fisika pada siswa kelas XI SMA. Penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Kristanti (2007) juga mendapatkan adanya hubungan antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar untuk mata pelajaran bahasa Inggris pada siswa kelas VIII SMP. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hanipan Diapan (2015) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar untuk mata pelajaran geografi pada siswa kelas X SMA.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memberi gambaran bagi para tenaga pendidik, calon pendidik, dan pemerintah daerah tentang kebiasaan belajar dan prestasi belajar dalam bidang kinematika pada siswa kelas XI SMA di 2 kota yang ada di pulau Sumatera. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar, pada siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan Kota Metro. Maka dari itu, skripsi ini diberi judul Kebiasaan Belajar, Prestasi Belajar dalam Bidang Kinematika, dan Korelasi antara Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMA Kelas XI Jurusan IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, batasan masalah dalam penelitian ini adalah :


(18)

3

1. Kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan kota Metro tahun ajaran 2016/2017.

2. Prestasi belajar fisika tentang kinematika siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan kota Metro tahun ajaran 2016/2017.

3. Korelasi antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar fisika tentang kinematika siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan kota Metro tahun ajaran 2016/2017.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota

Tanjungpinang dan kota Metro tahun ajaran 2016/2017?

2. Bagaimana prestasi belajar fisika tentang kinematika siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan kota Metro tahun ajaran 2016/2017? 3. Bagaimana korelasi antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar fisika

tentang kinematika siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan kota Metro tahun ajaran 2016/2017?

D. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan kota Metro tahun ajaran 2016/2017.

2. Mengetahui prestasi belajar fisika tentang kinematika siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan kota Metro tahun ajaran 2016/2017.


(19)

4

3. Mengetahui korelasi antara kebiasaan belajar dengan prestasi belajar fisika tentang kinematika siswa SMA kelas XI di kota Tanjungpinang dan kota Metro tahun ajaran 2016/2017.

E. Manfaat

1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Membuka wawasan seluruh civitas akademik Universitas Sanata Dharma untuk meningkatkan kebiasaan belajar positif para mahasiswa.

2. Bagi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam usaha meningkatkan prestasi belajar melalui peningkatan kebiasaan belajar positif. 3. Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan bidang Fisika.


(20)

BAB II LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Belajar

Belajar adalah salah satu istilah yang tidak lagi asing di seluruh lapisan masyarakat. Bagi para pelajar dan tenaga pendidik, belajar merupakan kegiatan rutin yang dilakukan hampir setiap harinya. Belajar dilakukan secara kontinu dan tanpa batas dan diharapkan mencapai suatu tujuan.

Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2011: 13). Penjelasan Djamarah juga sejalan dengan ciri-ciri umum kegiatan belajar yang dituliskan oleh Aunurrahman. Ciri umum kegiatan belajar yang ia sampaikan adalah: pertama, belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja; kedua, belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya; dan ketiga, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku (Aunurrahman, 2012: 35). Di sisi lain, Prawira juga menyatakan bahwa belajar adalah usaha sadar dari individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan keterampilan; sikap-sikap dan nilai-nilai; guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya (Prawira, 2014: 229).


(21)

6

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan usaha yang dengan sadar dilakukan setiap manusia demi tercapainya perkembangan diri dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Perkembangan diri dapat ditandai dengan perubahan yang merupakan hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Dalam bukunya, Aunurrahman menuliskan bahwa terdapat 9 faktor internal yang mempengaruhi proses belajar peserta didik, yakni karakteristik (kepribadian) peserta didik, sikap terhadap belajar, motivasi belajar, konsentrasi belajar, mengolah bahan belajar, menggali hasil belajar, rasa percaya diri dan kebiasaan belajar (Aunurrahman, 2012: 178).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kebiasaan belajar siswa.

2. Kebiasaan Belajar

Kebiasaan-kebiasaan pada seseorang umumnya terbentuk sejak usia muda (kanak-kanak) dan lama-kelamaan menjadi suatu hal yang sering dilakukan (Prawira, 2014: 234). Dalam buku Belajar dan Pembelajaran dituliskan bahwa kebiasaan adalah perilaku belajar seseorang yang telah tertanam dalam waktu yang relatif lama sehingga memberikan ciri dalam aktivitas belajar yang dilakukannya. Perilaku belajar yang tidak baik akan mempengaruhi aktivitas belajar peserta didik dan dapat menyebabkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh (Aunurrahman, 2012: 185).

Kebiasaan belajar setiap pribadi tentu berbeda-beda. Slameto (2013: 82-91), menjelaskan bahwa terdapat beberapa kebiasaan belajar yang dapat memengaruhi hasil belajar seperti: (1) pembuatan jadwal dan pelaksanaannya; (2) membaca dan


(22)

7

membuat catatan; (3) mengulangi bahan pelajaran; (4) konsentrasi; dan (5) mengerjakan tugas. Khairani (2013: 188) menjelaskan cara-cara belajar yang dapat disesuaikan setiap pribadi demi mendapat hasil yang maksimal meliputi cara mengatur waktu belajar, memilih tempat belajar, penggunaan sarana dan prasarana belajar, membuat review materi, mengembangkan materi, mengadakan diskusi, dan membuat kesimpulan.

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat kebiasaan belajar siswa dilihat dari aspek-aspek berikut ini :

1. Jadwal belajar siswa

Jadwal belajar siswa berkaitan dengan pemilihan waktu belajar siswa. Penempatan waktu belajar dalam kegiatan sehari-hari juga harus mempertimbangkan kondisi lingkungan dan kondisi fisik dan fisiologis (Khairani, 2013: 188).

2. Persiapan belajar siswa

Aunuurrahman (2011: 185) menjelaskan bahwa contoh perilaku yang menunjukkan kebiasaan belajar baik adalah jika siswa memiliki catatan yang lengkap dan belajar tidak tergesa-gesa. Dalam penelitian ini peneliti akan melihat sejauh mana persiapan belajar yang dilakukan siswa dalam hal memiliki catatan yang lengkap serta cara siswa mempersiapkan kebutuhan belajarnya.

3. Suasana belajar siswa

Dalam hal ini suasana belajar berkaitan dengan tempat dan keadaan tempat tersebut sebagai tempat belajar. Khairani menjelaskan bahwa kondisi tempat belajar yang tenang, sejuk, luas, pewarnaan dalam ruangan belajar yang sesuai,


(23)

8

kondisi tempat duduk dan meja, dan nyaman juga berpengaruh dalam belajar (Khairani, 2013: 189).

4. Aktivitas belajar siswa

Dalam hal belajar terdapat berbagai macam aktivitas belajar yang dapat dilakukan demi tercapainya hasil belajar yang maksimal. Dalyono (2010: 218) mengemukakan beberapa contoh aktivitas belajar siswa dalam beberapa situasi yaitu mendengarkan, memandang, meraba, membau dan mencecap, menulis atau mencatat, membaca, membuat ikhtisar/ringkasan dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel, diagram dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja, mengingat, berpikir, dan latihan atau praktek. Dalam penelitian ini peneliti menitikberatkan tentang aktivitas belajar siswa selama belajar.

5. Penyelesaian tugas atau kewajiban siswa

Tugas atau pekerjaan rumah (PR) merupakan salah satu kewajiban siswa. Dalam bukunya, Aunurrahman menjelaskan bahwa jika siswa senang menjiplak pekerjaan teman dan kurang percaya diri dalam menyelesaikan tugasnya berarti perilaku siswa tersebut telah menunjukkan kebiasaaan belajar yang tidak baik (Aunurrahman, 2011: 185). Dalam hal ini peneliti melihat sejauh mana siswa menyelesaikan dan mengumpulkan tugas-tugasnya.

3. Prestasi Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar (Rifa‟i dan Anni, 2011: 85). Sudjana (2010: 22) menyatakan, hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dalam Kamus Bahasa Indonesia


(24)

9

untuk Pelajar (Qodratilah, 2011: 427) dijelaskan bahwa “prestasi adalah hasil yang telah dicapai, sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”. Dalam buku Psikologi Belajar dijelaskan bahwa hasil belajar yang ideal merupakan perubahan segenap ranah psikologi sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar yang siswa alami (Syah, 2008: 216).

Dari definisi-definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat diketahui salah satunya dengan melihat prestasi siswa. Purwanto (2012: 43) mengemukakan tingkat kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif menurut Bloom sebagai berikut:

1. Pengetahuan hafalan

2. Pemahaman atau komprehensi 3. Aplikasi atau penerapan 4. Analisis

5. Sintesis 6. Evaluasi

Dalam penelitian ini, tingkat kemampuan siswa yang diukur adalah tingkat kemampuan 1 sampai 4 saja. Berikut ini adalah penjelasan keempat tingkat kemampuan tersebut menurut Bloom (Sudjana, 2010: 22) :


(25)

10 1. Pengetahuan hafalan (mengetahui)

Istilah pengetahuan meliputi pengetahuan faktual disamping pengetahuan hafalan seperti rumus, batasan, definisi, istilah, pasal dalam undang-undang, nama-nama tokoh, nama-nama kota. Tipe hasil belajar pengetahuan termasuk kognitif tingkat rendah yang paling rendah. Namun, tipe hasil belajar ini menjadi prasyarat bagi tipe hasil belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarat bagi pemahaman.

2. Pemahaman atau komprehensi (memahami)

Tipe hasil belajar yang lebih tinggi daripada pengetahuan adalah pemahaman. Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori yaitu pemahaman terjemahan, pemahaman penafsiran, dan pemahaman ekstrapolasi.

3. Aplikasi atau penerapan (mengaplikasi)

Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi kongkret atau situasi khusus. Abstraksi tersebut mungkin berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Menerapkan abstraksi ke dalam situasi baru disebut aplikasi.

4. Analisis (menganalisis)

Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarki atau susunannya. Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kecakapan dari ketiga tipe sebelumnya.


(26)

11 4. Kinematika

Kinematika adalah ilmu yang mempelajari gerak tanpa memperdulikan penyebab timbulnya gerak. Gerak merupakan bidang yang dipelajari dalam mekanika. Macam-macam gerak terdiri dari gerak lurus beraturan, gerak lurus berubah beraturan, gerak melingkar beraturan, gerak melingkar berubah beraturan, dan gerak parabola (Kanginan, 2002: 79).

Materi yang diujikan dalam penelitian ini adalah materi yang telah dipelajari oleh siswa pada kelas X (semester ganjil dan genap) sampai kelas XI (semester ganjil). Materi-materi yang diujikan adalah tentang Gerak Lurus Beraturan (GLB), Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB), Gerak Parabola, Gerak Melingkar Beraturan (GMB), dan Gerak Melingkar Berubah Beraturan (GMBB). Gerak lurus beraturan didefinisikan sebagai gerak suatu benda pada garis lurus dengan kecepatan tetap. Gerak lurus berubah beraturan didefinisikan sebagai suatu jenis gerak benda pada lintasan lurus dengan percepatan tetap. Maksud dari percepatan tetap yaitu percepatan yang besar dan arahnya tetap. Gerak melingkar beraturan yaitu gerak melingkar dengan kecepatan sudut yang sama, sedangkan gerak melingkar berubah beraturan merupakan gerak melingkar dengan percepatan sudut yang tetap. Gerak parabola adalah gabungan dari gerak lurus beraturan pada lintasan mendatar (sumbu x) dan gerak lurus berubah berturan pada lintasan vertikal (sumbu y) dimana pada lintasan vertikal terjadi perlambatan (Abadi, 2010: 26).


(27)

12 5. Penelitian yang relevan

Penelitian berjudul Kebiasaan Belajar, Prestasi Belajar dalam Bidang Kinematika, dan Korelasi antara Kebiasaan Belajar dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMA Kelas XI Jurusan IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro ini disusun dengan mempertimbangkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian serupa untuk melihat kebiasaan belajar, prestasi belajar pada suatu mata pelajaran, serta hubungan antara kedua variabel kerap dilakukan. Mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya, diketahui bahwa terdapat korelasi antara kebiasaaan belajar dan prestasi belajar siswa.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ratnaningsih (2006) didapatkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar pada mata pelajaran fisika, dengan sampel penelitian adalah siswa kelas XI SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun pelajaran 2005/2006. Penelitian yang dilakukan oleh Kristanti (2007) juga mendapatkan adanya hubungan antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar pada mata pelajaran bahasa Inggris. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas VIII SMP Pangudi Luhur Sedayu tahun pelajaran 2006/2007. Begitu pula dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hanipan Diapan (2015), didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran geografi, dengan sampel penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Desa Dungaliyo.

Penelitian ini serupa dengan tiga penelitian di atas, yaitu merupakan penelitian kuantitatif deskriptif yang bersifat korelatif. Dalam hal ini yang diteliti


(28)

13

adalah kebiasaan belajar, prestasi belajar dalam bidang kinematika, dan korelasi antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar, pada siswa kelas XI SMA jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan kota Metro. Sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini juga menggunakan angket sebagai instrumen untuk menilai kebiasaan belajar siswa. Namun jika penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan nilai UTS atau nilai rapor sebagai data prestasi belajar, dalam penelitian ini digunakan instrumen berupa soal pilihan ganda yang dibuat peneliti bersama 3 rekan lainnya dan telah divalidasi oleh dosen yang berkompeten di bidang Fisika. Selain itu, untuk mendukung hasil penelitian dilakukan pula wawancara terbuka dan observasi sekilas.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini dilakukan di dua kota berbeda yang ada di Sumatera yaitu di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan belajar, prestasi belajar dala bidang kinematika, dan korelasi antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar fisika, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat karakteristik kebiasaan belajar dan prestasi belajar fisika siswa SMA kelas XI jurusan IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro.

6. Profil Kota Tanjungpinang

Secara geografis wilayah Kota Tanjung Pinang terletak antara 0º 51‟ 30” - 0º 59‟ 8” Lintang Utara dan 104º 24‟ - 104º 34‟ Bujur Timur dengan luas wilayah 239,5 km2. Kota Tanjung Pinang terdiri dari 4 kecamatan yaitu Kecamatan Bukit Bestari, Kecamatan Tanjung Pinang Timur, Tanjung Pinang Kota, dan Tanjung Pinang Barat seluas 239,5 km2 dengan jumlah penduduk keseluruhan sejumlah


(29)

14

202.215 jiwa (data dari Badan Pusat Statistik Tanjungpinang). Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, jumlah satuan pendidikan jenjang SMA terdiri dari 12 sekolah yang terdiri dari 6 SMA Negeri dan 6 SMA swasta.

7. Profil Kota Metro

Kota Metro terdiri dari 5 kecamatan yaitu kecamatan Metro Pusat, Metro Barat, Metro Utara, Metro Timur, dan Metro Selatan. Kota Metro merupakan kota terbesar kedua dari provinsi Lampung dengan luas wilayah 68,74 km2. Jumlah penduduk secara keseluruhan sejumlah 158.415 jiwa (data dari Badan Pusat Statistik Metro). Untuk satuan pendidikan jenjang SMA, di kota Metro terdapat 24 sekolah yang terdiri dari 9 SMA Negeri dan 15 SMA swasta.


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif yang merupakan gabungan dari penelitian survei dan korelatif. Desain penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif yang merupakan desain penelitian dengan menggunakan skor atau angka, lalu menggunakan analisis yang hasilnya dapat digeneralisasikan dan digunakan untuk menerangkan atau mendeskripsikan keadaan subjek yang diteliti (Suparno, 2010: 73). Salah satu tujuan penelitian survei adalah untuk mengerti karakteristik populasi tentang suatu hal (Suparno, 2010: 150). Penelitian survei yang digunakan adalah survey cross sectional. Tipe survey cross sectional dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel yang telah diambil dari populasi, yang telah ditentukan sebelumnya, dan informasi dikumpulkan pada satu waktu tertentu (Suparno, 2010: 150). Penelitian korelasi digunakan untuk meneliti hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada usaha untuk mempengaruhi (Suparno, 2010: 146). Dalam penelitian ini, terdapat dua varibel yang dikorelasikan, yaitu kebiasaan belajar dan prestasi belajar.

Penelitian ini ditujukan untuk melihat karakteristik siswa SMA kelas XI jurusan IPA, khususnya tingkat kebiasaan belajar dan prestasi belajar fisika tentang kinematika. Selain itu, penelitian juga ditujukan untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar fisika pada siswa SMA kelas XI jurusan IPA yang ada di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro.


(31)

16 B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah kumpulan seluruh unit-unit pengamatan yang menjadi objek penelitian dalam suatu penelitian survei (Asra, 2015: 16). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI jurusan IPA di SMA swasta dan negeri yang ada di kota Tanjungpinang dan kota Metro. Pemilihan populasi penelitian di kota Tanjungpinang dan kota Metro didasarkan pada beberapa alasan. Alasan pertama adalah keinginan peneliti memberi sumbangan informasi pada bidang pendidikan tentang kebiasaan belajar dan prestasi belajar fisika siswa yang ada di kota Tanjungpinang dan kota Metro. Alasan yang kedua adalah karena kota Tanjungpinang merupakan kota tujuan peneliti mengabdikan diri sebagai seorang tenaga pendidik setelah lulus dari studi ini, dan terdapat rekan studi yang dapat membantu penelitian di kota Metro. Alasan ketiga adalah karena kota Tanjungpinang dan kota Metro merupakan 2 kota yang sama-sama terletak di Sumatera.

Daftar SMA swasta dan negeri di kota Tanjungpinang dan kota Metro dan daftar nilai rata-rata Ujian Nasional (UN) masing-masing sekolah ditampilkan seperti pada tabel 1 dan 2:

Tabel 1. Daftar SMA di Kota Tanjungpinang sebagai Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Kecamatan Status

Nilai UN Rata-rata

2015

Nilai UN Rata-Rata

2016 1 SMA Negeri 1 Tanjungpinang Barat Negeri 430,34 430,36 2 SMA Negeri 2 Bukit Bestari Negeri 349,78 391,77


(32)

17

No Nama Sekolah Kecamatan Status

Nilai UN Rata-rata 2015 Nilai UN Rata-Rata 2016 3 SMA Negeri 3 Tanjungpinang Barat Negeri 281,55 262,2 4 SMA Negeri 4 Bukit Bestari Negeri 310,01 312,78 5 SMA Negeri 5 Tanjungpinang Barat Negeri 291,19 255,2 6 SMA Negeri 6 Tanjungpinang Kota Negeri 226,73 226,35 7 SMA Santa Maria Bukit Bestari Swasta 336,82 397,1 8 SMA Pelnusa Bukit Bestari Swasta 310,43 311,68

9 SMA

Maitreyawira Bukit Bestari Swasta 372,42 323,83 10 SMA Djuwita Tanjungpinang Timur Swasta 398,70 454,13

Tabel 2. Daftar SMA di Kota Metro sebagai Populasi Penelitian

No Nama Sekolah Kecamatan Status

Nilai UN Rata-rata 2015 Nilai UN Rata-Rata 2016 1 SMAN 1 Metro Metro Timur Negeri 471,45 419,39 2 SMAN 2 Metro Metro Barat Negeri 352,43 298,7 3 SMAN 3 Metro Metro Utara Negeri 393,46 435,09 4 SMAN 4 Metro Metro Timur Negeri 405,66 421,67 5 SMAN 5 Metro Metro Pusat Negeri 403,10 370,77 6 SMAN 6 Metro Metro Selatan Negeri 329,21 385,51

7 MAN 1 Metro Metro Pusat Negeri 344,84 -

8 SMAS Roudlatul

Qur‟an Metro Barat Swasta 307,51 256,68

9 SMAS Yos

Sudarso Metro Timur Swasta 364,32 331,29 10 SMAS

Kartikatama Metro Selatan Swasta 360,80 369,4 11 SMAS Taruna


(33)

18

No Nama Sekolah Kecamatan Status

Nilai UN Rata-rata 2015 Nilai UN Rata-Rata 2016 12 SMAS Kristen 1

Metro Metro Barat Swasta 394,85 334,24

13 SMA MA‟Arif 1

Metro Metro Pusat Swasta 310,73 240,7

14 SMA

Muhammadiyah 2 Metro Pusat Swasta 360,54 308,85 15 SMA PGRI Metro Pusat Swasta 272,06 368,79 16 MA Al-Muhsin Metro Utara Swasta 280,45 - 17 SMA

Muhammadiyah 1 Metro Pusat Swasta 332,63 385 18 SMA Teladan 1

Metro Metro Timur Swasta 308,93 302,28

19 MA

Roudlotuttholibin Metro Utara Swasta 220,70 - 20 MA Darul Amal Metro Barat Swasta 250,68 -

2. Sampel

Sampel penelitian adalah satu atau lebih unit pengamatan dari seluruh unit pengamatan yang ada di dalam populasi yang diambil dengan suatu pendekatan (Asra, 2015: 5). Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap atau disebut multistage sampling, yaitu pengambilan sampel secara lebih dari satu tahap (Asra, 2015: 18). Sampel diambil dengan mengelompokkan sekolah negeri dan swasta masing-masing ke dalam 3 kelompok, yaitu kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Pengelompokkan ini didasarkan pada rata-rata hasil UN (NEM) pada tahun 2015 dan 2016 setiap sekolah. Data nilai UN tahun 2015 didapatkan dari website Laporan Hasil Ujian Nasional dan data nilai UN tahun 2016 didapatkan dari


(34)

19

website Sekolah Kita. Untuk masing-masing kelompok akan diambil sekolah dengan jumlah yang proporsional dan dipilih dengan memperhatikan lokasi (kecamatan) setiap sekolah. Teknik pengambilan sampel secara proporsional dari kelompok-kelompok sekolah ini merupakan pengambilan sampel dengan stratified proportional to size sampling (stratified pps) atau dapat disebut sebagai stratified multi-stage sampling (Asra, 2015: 146). Pengambilan sampel (sekolah) secara proporsional untuk masing-masing kelompok sekolah dapat dilakukan dengan persamaan berikut :

=

(1)

dimana nh adalah jumlah sekolah yang diambil dari setiap kelompok, Nh adalah banyaknya jumlah sekolah pada setiap kelompok, N adalah jumlah seluruh sekolah yang menjadi populasi, dan n adalah jumlah sampel keseluruhan yang ingin diambil (Asra, 2015: 149).

Namun, khusus untuk pengambilan sampel pada SMA swasta di kota Tanjungpinang, seluruh sekolah swasta dijadikan sebagai sekolah sampel penelitian kecuali SMA Djuwita. SMA Djuwita tidak dimasukkan sebagai sampel karena jumlah siswa yang ekstrim jika dibandingkan dengan jumlah siswa pada sekolah lainnya, yaitu hanya berjumlah 3 siswa SMA kelas XI jurusan IPA. Lain halnya dengan pemilihan sampel pada SMA swasta di kota Metro. Pemilihan dilakukan dengan membedakan lokasi kecamatan sekolah karena perbedaan rerata hasil UN tahun 2015 dan 2016 yang jauh berbeda.


(35)

20

Pembagian kategori kelompok sekolah berdasarkan nilai UN ditampilkan seperti pada tabel 3, 4, 5, dan 6 berikut:

Tabel 3. Daftar SMA Negeri di Kota Tanjungpinang sebagai Sampel Penelitian

No Kelompok

Range Rata-rata Nilai UN

2015

Range Rata-rata

Nilai UN 2016 Kecamatan Sekolah

1 Tinggi 362,47- 430,34 412,25 - 430,35 Tanjungpinang Barat

SMA Negeri 1 Tanjungpinang 2 Sedang 294,6- 362,46 430,34- 362,34 Bukit Bestari SMA Negeri 4

Tanjungpinang 3 Rendah 226,73- 294,5 226,35- 294,34 Tanjungpinang

Kota

SMA Negeri 6 Tanjungpinang

Tabel 4. Daftar SMA Swasta di Kota Tanjungpinang sebagai Sampel Penelitian

No Kecamatan Sekolah

1 Bukit Bestari SMA Santa Maria Tanjungpinang 2 Bukit Bestari SMA Maitreyawira 3 Bukit Bestari SMA Pelnusa

Tabel 5. Daftar SMA Negeri di Kota Metro sebagai Sampel Penelitian

No Kelompok

Range Rata-rata Nilai UN

2015

Range Rata-rata Nilai UN

2016

Kecamatan Sekolah

1 Tinggi 424 – 471,5 389,63 – 435,09

Metro Timur SMA Negeri 1 Metro

2 Sedang 376,5 – 423 344,17 – 389,62

Metro Pusat SMA Negeri 5 Metro* 3 Rendah 329 – 375 298,7 – Metro Barat SMA Negeri 2


(36)

21

No Kelompok

Range Rata-rata Nilai UN

2015

Range Rata-rata Nilai UN

2016

Kecamatan Sekolah

344,16 Metro

* Sekolah yang tidak mengijinkan pelaksanaan penelitian.

Tabel 6. Daftar SMA Swasta di Kota Metro sebagai Sampel Penelitian

No Kecamatan Sekolah

1 Metro Timur SMA Yos Sudarso Metro 2 Metro Barat - SMA Taruna Gajah Mada

- SMA Kristen 1 Metro 3 Metro Utara MA Al-Muhsin* 4 Metro Selatan SMAS Kartikatama 5 Metro Pusat - SMA PGRI Metro

- SMA Muhammadiyah 2 Metro*

* Sekolah yang tidak mengijinkan pelaksanaan penelitian.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA di 13 SMA swasta dan negeri di kota Tanjungpinang dan kota Metro. Dari masing-masing SMA swasta dan SMA negeri di kota Tanjungpinang dan kota Metro yang telah dikelompokkan tersebut, dipilih beberapa kelas yang mewakili jumlah siswa keseluruhan kelas XI IPA yang ada di sekolah tersebut. Pemilihan kelas dilakukan melalui perundingan dengan pihak sekolah yang disesuaikan dengan jadwal pelajaran fisika dan guru mata pelajaran fisika yang mengampu.


(37)

22 C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian dilaksanakan di 6 SMA yang ada di kota Tanjungpinang dan di 7 SMA yang ada di kota Metro.

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada tahun ajaran 2016/2017 semester genap yaitu pada tanggal 25 Februari 2017 sampai dengan 13 Maret 2017.

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar siswa (X) dan prestasi belajar siswa (Y) dalam bidang fisika, khususnya kinematika.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tentang kebiasaan belajar dan soal tes tentang prestasi belajar siswa dalam bidang fisika. Berikut adalah rincian penyusunan instrumen penelitian :

1. Kuesioner tentang kebiasaan belajar

Kuesioner berisi pernyataan-pernyataan yang mencakup 5 aspek kebiasaan belajar siswa. Kuesioner merupakan kuesioner checklist yang terdiri dari 34 pernyataan. Pernyataan nomor 1 sampai dengan 26 merupakan pernyataan positif, dan pernyataan nomor 27 sampai dengan 34 merupakan pernyataan negatif. Dari 34 pernyataan yang ada terdapat 5 pernyataan yang menggambarkan profil kebiasaan belajar siswa (nomor 15, 16, 19, 21 dan 24). Setiap nomor akan diberi poin sebesar 1, 2, 3, dan 4, kecuali untuk pernyataan-pernyataan yang bersifat


(38)

23

menggambarkan profil siswa. Penyebaran butir soal dan kisi-kisi kuesioner tentang kebiasaan belajar ditampilkan seperti pada tabel 7 ( lembar kuesioner terlampir pada Lampiran 1):

Tabel 7. Tabel Penyebaran Butir Soal dan Kisi-Kisi Kuesioner Kebiasaan Belajar

No

5 Aspek Kebiasaan

Belajar

Indikator Nomor Soal

1 Jadwal belajar Siswa memiliki jadwal belajar yang baik

diluar jam belajar di sekolah 1, 27 Siswa mengatur jadwal belajar fisika 2, 3, 28 2 Persiapan

belajar

Siswa mempersiapkan kebutuhan

belajarnya sebelum ke sekolah 4, 5 Siswa mempersiapkan kebutuhan belajar

fisika 6, 7

Siswa mempersiapkan ujian tidak

mendadak 8, 29

3 Suasana belajar

Siswa belajar di tempat dan suasana yang

nyaman 9, 10

Siswa dapat menjaga konsentrasi selama

belajar 11, 12, 30, 31

4 Aktivitas belajar

Siswa memperhatikan dan aktif

menanggapi guru saat pelajaran di kelas 13, 14, 32 Siswa menunjukkan aktivitas belajar yang

baik saat pembelajaran

18, 20, 22, 23, 33

5 Penyelesaian tugas dan kewajiban siswa

Siswa mengerjakan tugas tepat waktu 25 Siswa menyelesaikan tugas dengan


(39)

24 2. Soal tes tentang prestasi belajar

Soal tes merupakan soal pilihan ganda dan uraian. Soal berbentuk pilihan ganda berisi tentang soal-soal fisika tentang kinematika. Sedangkan soal berbentuk uraian berisi tentang soal-soal untuk melihat kemampuan dasar siswa. soal-soal tentang kinematika disusun berdasarkan materi kinematika pada bidang Fisika yang telah dipelajari siswa dari kelas X (semester gasal-genap) sampai kelas XI (semester gasal). Kisi-kisi dan penyebaran butir soal berdasarkan materi-materi kinematika ditampilkan seperti pada tabel 8 (soal tes terlampir pada Lampiran 2).

Tabel 8. Tabel Penyebaran Butir Soal dan Kisi-Kisi Soal Prestasi Kinematika

No Materi Aspek Indikator Nomor

Soal 1 GLB Mengetahui Siswa dapat menyebutkan

besaran-besaran pada GLB

1

Memahami Siswa dapat menjelaskan gerak lurus beraturan

2

Mengaplikasi Siswa dapat menyelesaikan persoalan tentang GLB

3

Menganalisis Siswa dapat menganalisis peristiwa yang terjadi dari grafik v terhadap t

16

2 GLBB Mengetahui Siswa dapat menyebutkan satuan dari suatu besaran pada GLBB

4

Memahami Siswa dapat menjelaskan peristiwa GLBB

5

Mengaplikasi Siswa dapat menyelesaikan persoalan tentang GLBB

6

Menganalisis Siswa dapat menganalisis persoalan dari grafik v terhadap t


(40)

25

No Materi Aspek Indikator Nomor

Soal 3 Gerak

Parabola

Mengetahui Siswa dapat menyebutkan rumus yang digunakan pada gerak parabola

7

Memahami Siswa dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi pada gerak parabola

8

Mengaplikasi Siswa dapat menyelesaikan persoalan tentang gerak parabola

9

Menganalisis Siswa dapat menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi gerak parabola

18

4 GMB Mengetahui Siswa dapat menyebutkan pengertian dari suatu besaran pada gerak melingkar

10

Memahami Siswa dapat menjelaskan contoh peristiwa pada gerak melingkar beraturan

11

Mengaplikasi Siswa dapat menyelesaikan persoalah pada gerak melingkar

12

Menganalisis Siswa dapat menganalisis persoalan gerak melingkar dari gambar

19

5 GMBB Mengetahui Siswa dapat menyebutkan besaran-besaran yang ada para gerak melingkar berubah beraturan

13

Memahami Siswa dapat menjelaskan peristiwa yang terjadi pada gerak melingkar berubah beraturan

14

Mengaplikasi Siswa dapat menyelesaikan persoalan pada gerak melingkar berubah beraturan

15

Menganalisis Siswa dapat menganalisis persoalan pada gerak melingkar berubah beraturan


(41)

26 F. Validitas

Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai (Sudjana, 2010: 12). Jenis validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas empiris. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Sudjana, 2010: 13). Validasi isi instrumen dilakukan oleh dosen yang berkompeten di bidangnya. Validator instrumen dalam penelitian ini adalah Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si. Lembar validasi isi untuk kuesioner dan soal masing-masing dapat dilihat pada lampiran 3 dan lampiran 4.

Validitas empiris dapat dilakukan dengan uji statistik salah satunya yaitu korelasi product-moment. Dalam penelitian ini, kuesioner dan soal tes yang tersusun diuji kepada masing-masing 15 dan 14 siswa SMA kelas XI jurusan IPA yang mengikuti bimbel di salah satu lembaga bimbel di Kota Tanjungpinang. Menurut Syofian (2013: 47) terdapat beberapa kriteria yang dapat digunakan untuk menguji validitas instrumen, salah satunya dengan melihat taraf signifikansinya (α). Dalam penelitian ini digunakan α acuan sebesar 0,05 yang berarti peluang kesalahannya adalah 5% dan dapat dipercayai kebenarannya sebesar 95%. Dalam hal ini, jika α hitung bernilai lebih kecil dari 0,05 maka instrumen yang diuji dinyatakan valid. Adapun hasil dari uji validitas instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel 1 dan 2. Uji validitas kuesioner dan soal masing-masing dapat dilihat pada lampiran 5 dan lampiran 6.


(42)

27

Tabel 9. Hasil Uji Validitas Empiris Kuesioner Kebiasaan Belajar

Nomor Soal α hitung α acuan Keterangan

1 0,118 0,05 Tidak Valid

2 0,313 0,05 Tidak Valid

3 0,284 0,05 Tidak Valid

4 0,157 0,05 Tidak Valid

5 0,057 0,05 Tidak Valid

6 0,426 0,05 Tidak Valid

7 0,153 0,05 Tidak Valid

8 0,001 0,05 Valid

9 0,361 0,05 Tidak Valid

10 0,045 0,05 Valid

11 0,211 0,05 Tidak Valid

12 0,092 0,05 Tidak Valid

13 0,188 0,05 Tidak Valid

14 0,305 0,05 Tidak Valid

15 0,388 0,05 Tidak Valid

16 0,001 0,05 Valid

17 0,174 0,05 Tidak Valid

18 0,004 0,05 Valid

19 0,005 0,05 Valid

20 0,013 0,05 Valid

21 0,138 0,05 Tidak Valid

22 0,043 0,05 Valid

23 0,065 0,05 Tidak Valid

24 0,535 0,05 Tidak Valid

25 0,434 0,05 Tidak Valid

26 0,113 0,05 Tidak Valid

27 0,816 0,05 Tidak Valid

28 0,345 0,05 Tidak Valid

29 0,045 0,05 Valid


(43)

28

Tabel 10. Hasil Uji Validitas Empiris Soal Prestasi Kinematika

Nomor Soal α hitung α acuan Keterangan

1 0,013 0,05 Valid

2 0,003 0,05 Valid

3 0,036 0,05 Valid

4 0,001 0,05 Valid

5 0,482 0,05 Tidak Valid

6 0,002 0,05 Valid

7 - 0,05 -

8 0,077 0,05 Tidak Valid

9 0,041 0,05 Valid

10 0,465 0,05 Tidak Valid

11 0,788 0,05 Tidak Valid

12 0,181 0,05 Tidak Valid

13 0,043 0,05 Valid

14 0,382 0,05 Tidak Valid

15 - 0,05 -

16 - 0,05 -

17 - 0,05 -

18 0,001 0,05 Valid

19 0,022 0,05 Valid

20 0,055 0,05 Tidak Valid

Setelah validitas butir soal melalui uji statistika, instrumen yang digunakan divalidasi kembali oleh dosen pembimbing, Bapak Tarsisius Sarkim. Validasi ini dilakukan melalui e-mail. Lembar validasi ini dapat dilihat pada lampiran 7 dan lampiran 8.


(44)

29 G. Teknik Pengumpulan Data Pendukung

Selain mengumpulkan data melalui instrumen kuesioner dan soal tes, dalam penelitian ini juga akan didukung dengan metode wawancara dan observasi. Hal ini ditujukan untuk mendukung penelitian yang bersifat deskriptif. Menurut Paul Suparno (2010: 62) wawancara adalah semacam kuesioner lisan, suatu dialog yang dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Sedangkan observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Suparno, 2010: 63).

Jenis wawancara yang akan dilakukan adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu gabungan antara wawancara bebas dan wawancara terpimpin (Suparno, 2010: 62). Jenis observasi yang akan dilakukan adalah observasi nonsistematis, yaitu observasi yang tidak menggunakan instrumen pengamatan (Suparno, 2010: 63). Wawancara dilakukan secara terbuka di dalam kelas setelah pengambilan data dengan penyebaran kuesioner dan soal selesai dilakukan. Sedangkan observasi dilakukan sekilas dengan cara mengamati kondisi ruang kelas selama siswa mengerjakan soal dan kuesioner yang disebarkan.

H. Metode Analisis Data

Kuesioner tentang kebiasaan belajar terdiri dari 34 pernyataan yang berisi pernyataan tentang 5 aspek kebiasaan belajar. Setiap pernyataan akan diberi skor minimal bernilai 1 dan maksimal bernilai 4, kecuali untuk pernyataan nomor 15, 16, 19, 21 dan 24 yang bertujuan untuk menggambarkan profil kebiasaan belajar siswa. Untuk pernyataan positif (nomor 1 sampai dengan 26), pilihan „Sangat Setuju‟ bernilai 4 poin, „Setuju‟ bernilai 3 poin, „Tidak Setuju‟ bernilai 2 poin,


(45)

30

dan „Sangat Tidak Setuju‟ bernilai 1 poin. Sedangkan untuk pernyataan negatif (nomor 27 sampai dengan 34), pilihan „Sangat Setuju‟ bernilai 1 poin, „Setuju‟ bernilai 2 poin, „Tidak Setuju‟ bernilai 3 poin, dan „Sangat Tidak Setuju‟ bernilai 4 poin. Skor total kuesioner minimal adalah 28 dan maksimal adalah 112. Skor total kuesioner setiap siswa akan dicatat sebagai skor kebiasaan belajar siswa (X).

Soal tes terdiri dari 20 soal pilihan ganda tentang kinematika. Jika siswa menjawab benar maka akan diberi nilai 1 (satu) dan 0 (nol) jika salah untuk setiap soalnya. Skor total soal tes minimal adalah 0 dan maksimal adalah 20. Skor total soal tes akan dicatat sebagai skor prestasi belajar siswa (Y).

Variabel kebiasaan belajar (X) dan prestasi belajar (Y) akan dikorelasikan. Hasil dari dua variabel yang dikorelasikan adalah koefisien korelasi (Emzir, 2009: 42). Penelitian korelasional bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antarvariabel melalui penggunaan statistik korelasional (Emzir, 2009: 46). Dalam penelitian ini, data hasil penelitian akan dianalisis menggunakan korelasi Pearson two-tailed menggunakan program SPSS untuk melihat korelasi antara kebiasaan belajar dan prestasi belajar siswa.

Untuk mengetahui tingkat kebiasaan belajar dan prestasi belajar siswa SMA kelas XI jurusan IPA di kota Tanjungpinang dan kota Metro, hasil penelitian untuk prestasi belajar dan kebiasaan belajar di setiap daerah akan dikelompokkan ke dalam 5 kategori. Kelima kategori untuk kebiasaan belajar adalah “sangat baik”, “baik”, “cukup”, “tidak baik”, dan “sangat tidak baik”. Sedangkan kelima kategori untuk prestasi belajar fisika adalah “sangat tinggi”, “tinggi”, “cukup”,


(46)

31

“rendah”, dan “sangat rendah”. Pengelompokkan tingkat kebiasaan belajar dan prestasi belajar masing-masing ditampilkan seperti pada tabel 11 dan tabel 12.

Tabel 11. Klasifikasi Tingkat Kebiasaan Belajar

No Interval Skor (%) Kategori

1 85 < x ≤ 100 Sangat Baik

2 70 < x ≤ 85 Baik

3 55 < x≤ 70 Cukup

4 40 < x≤ 55 Tidak Baik

5 x ≤ 40 Sangat Tidak Baik

Tabel 12. Klasifikasi Tingkat Prestasi Belajar

No Interval Skor (%) Kategori

1 85 < y ≤ 100 Sangat Tinggi 2 65 < y ≤ 85 Tinggi

3 50 < y ≤ 65 Cukup

4 40 < y ≤ 50 Rendah

5 y ≤ 40 Sangat Rendah

Selain pengklasifikasian seperti tabel 11, kebiasaan belajar juga dianalisis dengan melihat persentase skor kebiasaan belajar berdasarkan aspek-aspek kebiasaan belajar. Dan prestasi belajar dianalisis dengan melihat persentase skor prestasi belajar untuk masing-masing materi kinematika dan masing-masing tingkatan prestasi belajar yang diujikan.


(47)

BAB IV

PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA, ANALISIS DATA, HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA yang ada di Kota Tanjungpinang, Propinsi Kepulauan Riau, dan Kota Metro, Propinsi Lampung. Penelitian dilakukan secara kerja sama dengan Katarina Arum Kusumaning Putri, dimana sampel yang digunakan peneliti adalah sama dengan judul penelitian yang berbeda. Semua data diperoleh dengan penyebaran kuesioner tentang kebiasaan belajar dan soal fisika tentang kinematika kepada siswa kelas XI IPA SMA di enam sekolah yang ada di Kota Tanjungpinang dan di tujuh sekolah yang ada di Kota Metro. Rincian teknik sampling yang digunakan seperti yang dijelaskan pada bab III. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret, semester genap tahun ajaran 2016/2017. Jumlah responden secara keseluruhan adalah 646 siswa, yang terdiri dari 352 responden dari Kota Tanjungpinang dan 294 responden dari Kota Metro.

Ada 2 tahap yang dilakukan peneliti selama pelaksanaan penelitian, yaitu tahap perijinan dan tahap pengambilan data. Berikut ini adalah rincian deskripsi tahap penelitian:


(48)

33 1. Tahap perijinan

Setiap daerah memiliki kebijakan masing-masing dalam hal perijinan. Langkah-langkah perijinan yang dilakukan di masing-masing daerah adalah sebagai berikut:

Di Kota Tanjungpinang

- Mengurus surat pengantar dari sekretariat JPMIPA USD (lampiran 9).

- Mengurus surat rekomendasi penelitian ke Badan Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) Propinsi Kepulauan Riau (lampiran 10) dengan menyertakan proposal penelitian dan surat pengantar dari sekretariat JPMIPA USD.

- Mengurus surat rekomendasi penelitian ke Dinas Pendidikan Propinsi Kepulauan Riau (lampiran 11) dengan menyertakan surat rekomendasi penelitian dari Badan Kesbangpol.

- Mengurus perijinan ke setiap sekolah dengan menyertakan proposal penelitian dan surat rekomendasi penelitian dari Dinas Pendidikan Propinsi Kepulauan Riau (lampiran 11).

- Mengatur jadwal pengambilan data dengan pihak sekolah yang berwenang.

Saat mengurus perijinan ke sekolah, proposal dan surat rekomendasi penelitian dapat diserahkan kepada tata usaha (TU), wakil kepala sekolah bidang kurikulum (wakakur), atau kepala sekolah, tergantung kebijakan masing-masing pihak sekolah. Selama proses perijinan, secara keseluruhan berjalan lancar tanpa ada penolakan dari pihak-pihak yang dituju.


(49)

34 Di Kota Metro

- Mengurus surat pengantar dari sekretariat JPMIPA USD (lampiran 9).

- Mengurus perijinan ke setiap sekolah dengan menyertakan proposal penelitian dan surat pengantar dari sekretariat JPMIPA USD

- Setelah mendapat konfirmasi dari pihak sekolah, peneliti mengatur jadwal pengambilan data di setiap sekolah. Untuk pengaturan jadwal peneliti menyesuaikan dengan jadwal pelajaran fisika kelas XI IPA.

Dalam hal perijinan peneliti mengalami kendala yaitu terdapat 2 SMA Swasta dan 1 SMA Negeri yang tidak memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian di sekolah tersebut. Peneliti tidak mencari sekolah pengganti karena keterbatasan waktu penelitian.

2. Tahap pengambilan data

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 25 Februari 2017 sampai dengan 13 Maret 2017. Pengambilan data dibantu oleh rekan peneliti yaitu Katarina Arum K.P. Pengambilan data di kota Tanjungpinang dilakukan oleh peneliti sendiri, sedangkan di kota Metro dilakukan oleh Katarina Arum K.P. Berikut ini adalah rincian tanggal pelaksanaan pengambilan data di setiap sekolah di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro.

Tabel 13. Jadwal Pengambilan Data Penelitian di Kota Tanjungpinang

No Nama Sekolah Kelas Jam

Pelj. ke

Jumlah Responden

Tanggal Penelitian 1 SMA Negeri 1 XI MIPA 1 2 s.d. 3 35 10 Maret 2017


(50)

35

No Nama Sekolah Kelas Jam

Pelj. ke

Jumlah Responden

Tanggal Penelitian XI MIPA 2 4 s.d. 5 35 8 Maret 2017 XI MIPA 5 3 s.d. 4 37 2 Maret 2017 XI MIPA 6 4 s.d. 5 35 6 Maret 2017 2 SMA Negeri 4 XI MIPA 1 5 s.d. 6 34 9 Maret 2017 XI MIPA 3 7 s.d. 8 39 9 Maret 2017 XI MIPA 4 4 s.d. 5 38 10 Maret 2017 XI MIPA 5 1 s.d. 3 39 9 Maret 2017 3 SMA Negeri 6 XI MIPA 5 s.d. 6 19 2 Maret 2017 4 SMA Pelita

Nusantara XI MIPA 2 s.d. 3 10

1 Maret 2017

5 SMA Maitreyawira XI MIPA 1 s.d. 2 10 3 Maret 2017 6 SMA Santa Maria XI MIPA 4 s.d. 5 21 3 Maret 2017

Total Responden 352

Tabel 14. Jadwal Pengambilan Data Penelitian di Kota Metro

No Nama Sekolah Kelas Jam

Pelj. ke

Jumlah Responden

Tanggal Penelitian 1 SMA Negeri 1 XI MIPA 5 4 s.d. 5 25 6 Maret 2017 XI MIPA 6 2 s.d. 3 22 6 Maret 2017 XI MIPA 7 8 s.d. 9 19 6 Maret 2017 2 SMA Negeri 2 XI MIPA 1 3 s.d. 4 23 8 Maret 2017 XI MIPA 2 5 s.d. 6 24 9 Maret 2017 XI MIPA 3 4 s.d. 5 25 27 Februari

2017

3 SMA Kartikatama XI MIPA 1 6 s.d. 7 17 1 Maret 2017 XI MIPA 2 3 s.d. 4 19 1 Maret 2017 4 SMA Kristen 1

XI MIPA 1 4 s.d. 5 27 28 Februari 2017 XI MIPA 2 6 s.d. 7 24 28 Februari


(51)

36

No Nama Sekolah Kelas Jam

Pelj. ke

Jumlah Responden

Tanggal Penelitian 2017

5 SMA PGRI XI MIPA 3 s.d. 4 22 28 Februari 2017 6 SMA Taruna Gaja

Mada XI MIPA 5 s.d. 6 20 2 Maret 2017

7 SMA Yosudarso XI MIPA 3 s.d. 4 27 4 Maret 2017

Total Responden 294

B. Data

Data kebiasaan belajar dan prestasi belajar masing-masing diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang berisi 34 pernyataan tertutup dan 20 soal fisika tentang kinematika kepada siswa kelas XI SMA jurusan IPA yang ada di Kota Tanjungpinang dan Metro. Data yang didapatkan melalui kuesioner kebiasaan belajar dan prestasi belajar telah diuji validitasnya dan masing-masing dapat dilihat pada lampiran 15 dan lampiran 16. Total responden adalah 646 siswa, yang terdiri dari 352 responden dari Kota Tanjungpinang dan 294 responden dari Kota Metro. Untuk kuesioner, setiap butir soal pekerjaan responden diberi skor 1 (satu) sampai 4 (empat) dengan ketentuan seperti yang sudah dijelaskan pada bab III. Namun khusus untuk pernyataan kuesioner nomor 15, 16, 19, 21 dan 24 tidak diberi skor karena merupakan pernyataan yang menunjukkan profil siswa. Sedangkan untuk soal prestasi belajar, setiap butir soal diberi skor 0 (nol) jika salah dan 1 (satu) jika benar. Data skor untuk kebiasaan belajar dan prestasi belajar setiap siswa masing-masing dapat dilihat pada lampiran 13 dan lampiran 14.


(52)

37 C. Analisis dan Pembahasan

1. Kebiasaan Belajar Siswa SMA Kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro

Tujuan pertama penelitian ini adalah mengetahui kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA yang ada di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro. Pada bagian ini akan dijelaskan distribusi frekuensi atau pengklasifikasian kebiasaan belajar siswa yang dibagi ke dalam lima tingkatan untuk masing-masing daerah. Selain itu, bagian ini juga menjelaskan kebiasaan belajar siswa di masing-masing daerah untuk masing-masing aspek kebiasaan belajar yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Tabel 15. Distribusi Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI-IPA di Kota Tanjungpinang

No Kategori Interval Skor (%) Frekuensi Frekuensi (%)

1 Sangat Baik 85 < x≤ 100 10 2,84%

2 Baik 70 < x ≤ 85 166 47,16%

3 Cukup 55 < x ≤ 70 166 47,16%

4 Tidak Baik 40 < x≤ 55 10 2,84%

5 Sangat Tidak Baik x ≤ 40 0 0,00%

Rata-rata Skor Kebiasaan Belajar 70,34%

Tabel 15 menunjukkan distribusi frekuensi tingkat kebiasaan belajar siswa kelas XI IPA SMA di Kota Tanjungpinang. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata skor kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang adalah sebesar 70,34% sehingga tergolong dalam kategori memiliki kebiasaan belajar yang „baik‟. Sebanyak 2,84% dari 352 siswa SMA kelas XI IPA yang ada di Kota Tanjungpinang tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „sangat baik‟,


(53)

38

sedangkan sebanyak 47,16% responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „baik‟, 47,16% responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „cukup„, dan 2,84% responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „tidak baik‟. Tidak ada responden dari kota Tanjungpinang yang tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „sangat tidak baik‟.

Tabel 16. Distribusi Tingkat Kebiasaan Belajar Siswa Kelas XI-IPA di Kota Metro

No Kategori Interval Skor (%) Frekuensi Frekuensi (%)

1 Sangat Baik 85 < x≤ 100 8 2,72%

2 Baik 70 < x≤ 85 161 54,76%

3 Cukup 55 < x ≤ 70 121 41,16%

4 Tidak Baik 40 < x≤ 55 4 1,36%

5 Sangat Tidak Baik x ≤ 40 0 0,00%

Rata-rata Skor Kebiasaan Belajar 71,32%

Distribusi frekuensi tingkat kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA di Kota Metro ditampilkan pada tabel 16. Secara keseluruhan, kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA di Kota Metro tergolong „baik‟, dengan skor rata-rata 71,32% dari skor maksimal. Dari hasil analisis didapatkan sebanyak 2,72% responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „sangat baik‟, 54,76% responden memiliki kebiasaan belajar yang „baik‟, 41,16% responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „cukup‟, dan 1,36% responden tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „tidak baik‟. Tidak ada responden yang memiliki kebiasaan belajar yang „sangat tidak baik‟.


(54)

39

Secara keseluruhan dapat dilihat adanya beberapa perbedaan antara distribusi kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA yang ada di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro. Rata-rata kebiasaan belajar siswa di Kota Metro lebih tinggi dari pada rata-rata kebiasaan belajar siswa di Kota Tanjungpinang (71,32% > 70,34%). Untuk kategori kebiasaan belajar yang „sangat baik‟, persentase responden dari kota Tanjungpinang lebih besar daripada persentase responden dari kota Metro. Namun untuk kategori kebiasaan belajar yang „baik‟, persentase responden dari kota Metro lebih besar daripada persentase responden di kota Tanjungpinang. Sedangkan untuk kategori kebiasaan belajar yang „cukup‟ dan „tidak baik, persentase responden dari kota Tanjungpinang lebih besar daripada persentase responden dari kota Metro. Secara keseluruhan tidak ada responden yang tergolong memiliki kebiasaan belajar yang „sangat tidak baik‟.

Skor kebiasaan belajar siswa dalam penelitian ini berdasarkan lima aspek kebiasaan belajar yaitu jadwal belajar siswa, persiapan belajar siswa, suasana saat siswa belajar, aktivitas siswa saat belajar, dan penyelesaian tugas dan kewajiban siswa. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro untuk masing-masing aspek kebiasaan belajar.

Tabel 17. Tabel Skor Kebiasaan Belajar Siswa untuk Setiap Aspek Kebiasaan Belajar Siswa SMA Kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro

No Aspek Kebiasaan Belajar Indikator Aspek Kebiasaan Belajar

Skor Kebiasaan Belajar Siswa (%)

Tanjungpinang Metro


(55)

40 No Aspek Kebiasaan Belajar Indikator Aspek Kebiasaan Belajar

Skor Kebiasaan Belajar Siswa (%)

Tanjungpinang Metro

belajar yang baik diluar jam belajar di sekolah

Siswa mengatur jadwal

belajar fisika 63,90% 64,82%

Rata-rata persentase 66,43% 69,27%

2 Persiapan belajar

Siswa mempersiapkan kebutuhan belajarnya sebelum ke sekolah

88,88% 85,33%

Siswa mempersiapkan

kebutuhan belajar fisika 60,05% 64,20% Siswa mempersiapkan ujian

tidak mendadak 68,61% 71,85%

Rata-rata persentase 72,51% 73,80%

3 Suasana belajar Siswa belajar di tempat dan

suasana yang nyaman 75,99% 75,09% Siswa dapat menjaga

konsentrasi selama belajar 81,18% 76,25%

Rata-rata persentase 78,59% 75,67%

4 Aktivitas belajar Siswa memperhatikan dan aktif menanggapi guru saat pelajaran di kelas

74,81% 76,02%

Siswa menunjukkan aktivitas belajar yang baik saat pembelajaran fisika

60,21% 65,29%

Rata-rata persentase 67,51% 70,65%


(56)

41 No Aspek Kebiasaan Belajar Indikator Aspek Kebiasaan Belajar

Skor Kebiasaan Belajar Siswa (%)

Tanjungpinang Metro

tugas dan kewajiban siswa

tepat waktu

Siswa menyelesaikan tugas

dengan kemampuan sendiri 65,34% 68,07%

Rata-rata persentase 68,68% 70,77%

Tabel 17 menunjukkan rata-rata persentase skor kebiasaan belajar siswa untuk setiap aspeknya di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro. Berdasarkan hasil analisis di atas diketahui bahwa antara kedua daerah terdapat perbedaan persentase skor kebiasaan belajar untuk setiap aspeknya. Jika dirata-rata dari seluruh aspek didapatkan bahwa rata-rata persentase skor kebiasaan belajar di Kota Metro lebih besar daripada di Kota Tanjungpinang, kecuali untuk aspek suasana belajar.

Untuk aspek kebiasaan belajar yang pertama, jadwal belajar, rata-rata persentase skor responden dari Kota Metro lebih tinggi dibandingkan dengan responden dari Kota Tanjungpinang. Meskipun demikian, secara keseluruhan responden memiliki jadwal belajar yang tergolong „cukup‟. Dalam penelitian ini, aspek jadwal belajar meliputi jadwal belajar siswa secara keseluruhan dan jadwal belajar fisika siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Siswa dikatakan memiliki kebiasaan belajar yang baik jika siswa mengatur jadwal belajar dan memiliki jam belajar yang baik, tidak mengganggu jam istirahat/ tidur malam. Selain itu, siswa yang memiliki intensitas waktu belajar (durasi belajar) yang tinggi tergolong memiliki kebiasaan belajar yang baik. Dari hasil analisis pada


(57)

42

tabel 17 dapat diketahui bahwa responden dari kota Tanjungpinang tergolong „cukup baik‟ dalam mengatur jadwal belajarnya. Sedangkan responden dari kota Metro memiliki jadwal belajar yang tergolong „baik‟. Selain itu juga responden di kedua kota sudah mengatur jadwal belajar fisika dengan „cukup‟.

Aspek kebiasaan belajar yang kedua adalah persiapan belajar siswa. Aspek ini meliputi 3 indikator seperti yang tertera pada tabel 17. Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata persentase skor responden dari Kota Metro lebih tinggi daripada responden dari Kota Tanjungpinang. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa siswa SMA kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang dan Kota Metro memiliki persiapan belajar yang tergolong „baik‟. Dari tabel dapat dilihat bahwa indikator yang pertama, tentang persiapan kebutuhan belajar siswa, menunjukkan persentase skor yang tertinggi dibandingkan dengan indikator lainnya. Persentase skor responden dari kota Tanjungpinang lebih tinggi daripada persentase skor responden dari kota Metro. Responden baik dari kota Tanjungpinang maupun dari kota Metro dapat dikatakan tergolong memiliki persiapan kebutuhan belajar yang „baik‟. Untuk indikator yang kedua dan ketiga, persentase skor responden dari kota Metro lebih tinggi dibandingkan responden dari kota Tanjungpinang. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, responden dari kedua daerah memiliki persiapan kebutuhan belajar fisika yang tergolong „cukup‟. Untuk indikator terakhir, responden dari kota Tanjungpinang tergolong „cukup‟ dalam persiapan ujian, sedangkan responden dari kota Metro tergolong „baik‟ dalam mempersiapkan ujian.

Aspek belajar yang ketiga, yaitu suasana belajar, meliputi 2 indikator seperti yang tertera pada tabel 17. Dari tabel dapat dilihat bahwa rata-rata persentase skor


(58)

43

responden dari Kota Tanjungpinang lebih tinggi daripada responden dari Kota Metro. Dalam kuesioner yang digunakan, aspek suasana kebiasaan belajar siswa meliputi suasana, tempat, dan kondisi belajar siswa dan konsentrasi siswa selamat belajar. Seorang siswa dikatakan memiliki kebiasaan belajar yang baik jika siswa belajar pada tempat dan kondisi yang nyaman. Selain itu, kebiasaan belajar yang baik juga ditunjukkan dengan tingkat konsentrasi siswa selama belajar. Siswa yang bermain, bercerita, bersenda gurau, atau mengganggu temannya menunjukkan bahwa ia memiliki kebiasaan belajar yang tidak baik. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa baik siswa di kota Tanjungpinang maupun di kota Metro memiliki tempat belajar dan suasana belajar yang tergolong „baik‟. Begitu pula untuk indikator yang kedua. Konsentrasi selama belajar, yang dimiliki responden dari kota Tanjungpinang dan kota Metro tergolong „baik‟.

Aspek keempat dari kebiasaan belajar dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa. Dalam penelitian ini, aspek aktivitas belajar siswa meliputi 2 indikator, seperti yang tertera pada tabel 20. Kebiasaan belajar yang baik ditunjukkan dengan keaktifan siswa dalam menanggapi pembelajaran yang sedang berlangsung, misalnya bertanya, menjawab pertanyaan, dan memperhatikan penjelasan guru. Selain itu, kebiasaan belajar yang baik ditunjukkan dengan aktivitas-aktivitas seperti, berdiskusi tentang pelajaran, berlatih soal, mengakses informasi yang berkaitan dengan pelajaran di berbagai sumber belajar, atau membuat rangkuman dari suatu materi pelajaran. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa aktivitas belajar siswa baik di Kota Tanjungpinang maupun Kota Metro tergolong „cukup‟. Dari seluruh aspek kebiasaan belajar yang ada, aspek


(59)

44

keempat ini merupakan aspek yang rata-rata persentase skornya paling rendah dibandingkan dengan aspek lainnya. Tabel 17 menunjukkan bahwa responden dari kedua daerah tergolong „baik‟ untuk indikator perhatian dan keaktifan menanggapi guru selama pembelajaran. Sedangkan untuk indikator aktivitas belajar saat pembelajaran fisika, responden dari kedua daerah tergolong „cukup‟. Persentase skor dari kedua indikator menunjukkan aktivitas belajar siswa di kota Metro lebih baik daripada siswa di kota Tanjungpinang.

Aspek yang terakhir dari kebiasaan belajar dalam penelitian ini adalah penyelesaian tugas dan tanggung jawab oleh siswa. Aspek ini meliputi 2 indikator yang membahas tentang kebiasaan siswa dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas atau kewajibannya sebagai seorang siswa. Seorang siswa dikatakan memiliki kebiasaan belajar yang baik jika ia mengerjakan tugas-tugasnya dengan tepat waktu. Jika harus dikerjakan di rumah maka siswa tersebut harus mengerjakannya di rumah, atau dikumpul sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Selain itu, kebiasaan belajar yang baik juga ditunjukkan dengan cara siswa meyelesaikan tugas-tugasnya. Siswa yang menyalin/ menyontek pekerjaan temannya menunjukkan bahwa kebiasaan belajar yang ia miliki tidak baik. Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa responden dari kota Tanjungpinang dan kota Metro sudah menyelesaikan tugas dan tanggungjawabnya dengan „baik‟ tepat pada waktunya. Diketahui pula bahwa rata-rata persentase skor siswa di Kota Metro lebih tinggi daripada siswa di Kota Tanjungpinang. Responden dari kedua daerah diketahui dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu. Melalui penelitian ini dapat diketahui pula bahwa kebiasaan siswa


(60)

45

SMA kelas XI IPA di Kota Tanjungpinang tergolong „cukup‟ dalam menyelesaikan tugasnya. Sedangkan siswa SMA kelas XI IPA di kota Metro dalam menyelesaikan tugasnya tergolong „baik‟.

Pembahasan terakhir dari poin ini adalah profil kebiasaan belajar siswa SMA kelas XI IPA dilihat dari aspek aktivitas belajar siswa yang menunjukkan kebiasaan belajarnya. Profil kebiasaan belajar ini didapatkan melalui pernyataan nomor 15, 16, 19, 21 dan 24 pada kuesioner kebiasaan belajar yang diberikan kepada responden. Berikut ini adalah tabel distribusinya:

Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden dari Kota Tanjungpinang untuk Pernyataan Profil Kebiasaan Belajar Siswa

No Pernyataan Jumlah Responden (%)

SS S TS STS

1 Saya lebih nyaman belajar sambil

mendengarkan musik 28,98% 25,00% 34,38% 11,65% 2 Saya lebih mudah memahami

pelajaran dengan melihatnya melalui video daripada

mendengarkan penjelasan guru

19,60% 29,26% 42,33% 8,81%

3 Saya lebih mudah mempelajari fisika apabila dilakukan melalui percobaan daripada hanya dijelaskan

38,07% 44,32% 16,19% 1,42%

4 Saya memahami fisika melalui

latihan-latihan soal 17,33% 60,51% 19,32% 2,84% 5 Saya lebih mudah belajar fisika

melalui belajar kelompok daripada belajar sendiri


(61)

46

Dari tabel 18 dapat diketahui bahwa 53,98% responden dari kota Tanjungpinang menyetujui jika belajar lebih terasa nyaman jika sambil mendengarkan musik, sedangkan sisanya merasakan sebaliknya. Namun, sepertiga dari responden memilih pilihan „tidak setuju‟ atas pernyataan bahwa belajar terasa lebih nyaman jika sambil mendengarkan musik. Hasil ini menunjukkan bahwa rasa atau suasana nyaman setiap orang dapat berbeda-beda. Ada siswa yang lebih nyaman belajar dalam keheningan tanpa alunan musik, adapula siswa yang merasakan sebaliknya.

Tabel 18 juga menunjukkan bahwa sebagian siswa tidak menyetujui bahwa penggunaan video lebih memudahkan siswa memahami pelajaran, dan sebagian lainnya merasa video memudahkan mereka memahami pelajaran. Saat peneliti melakukan observasi di setiap sekolah yang menjadi sampel penelitian, terlihat tidak ada alat multimedia pembelajaran yang terpasang permanen di setiap ruang kelas. Menurut pengakuan para siswa, media seperti proyektor dapat dipinjam ke ruang kepala sekolah saat akan digunakan saja. Para siswa juga menjelaskan bahwa penggunaan multimedia tersebut lebih dominan digunakan untuk menampilkan materi guru dalam bentuk powerpoint. Guru-guru di sebagian besar sekolah jarang sekali menggunakan multimedia untuk menampilkan video pembelajaran. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa pemanfaatan sarana multimedia di SMA yang ada di kota Tanjungpinang masih kurang karena rendahnya ketersediaan sarana multimedia di setiap sekolah. Hasil penelitian ini dapat dijadikan para guru sebagai bahan pertimbangan dalam penggunaan sarana multimedia untuk pembelajaran. Sebaiknya sarana multimedia dapat digunakan


(62)

47

untuk menampilkan simulasi atau video pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman siswa. Pihak pemerintah juga diharapkan dapat meningkatkan pengadaan sarana multimedia guna menunjang aktivitas pembelajaran di kelas.

Selanjutnya adalah pendapat siswa tentang kelebihan pembelajaran melalui percobaan. Dari tabel 18 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dari kota Tanjungpinang menyetujui bahwa pelajaran fisika lebih mudah dipelajari melalui percobaan. Hampir setengah dari jumlah responden memilih „setuju‟ untuk pernyataan yang menjelaskan bahwa pelajaran fisika lebih mudah dipelajari melalui percobaan. Namun, berdasarkan penjelasan siswa saat peneliti melakukan wawancara terbuka di kelas, sebagian siswa menjelaskan lebih suka belajar dengan melakukan percobaan karena percobaan dilakukan di luar kelas sehingga tidak jenuh, dan adapula yang menjelaskan lebih senang melakukan percobaan karena bisa melihat langsung penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa metode pembelajaran melalui percobaan dirasa memudahkan responden dari kota Tanjungpinang untuk memahami pelajaran fisika. Dengan demikian, para guru diharapkan dapat merancang metode percobaan dengan sebaik mungkin agar siswa benar-benar dapat memahami pelajaran fisika melalui percobaan.

Untuk pernyataan yang keempat dapat dilihat bahwa sebagian besar responden dari kota Tanjungpinang setuju bahwa pelajaran fisika lebih mudah dipelajari melalui latihan soal. Lebih dari separuh responden memilih „setuju‟ untuk pernyataan yang menjelaskan bahwa pelajaran fisika lebih mudah dipahami


(1)

(2)

166


(3)

(4)

(5)

169 Lampiran 24. Foto Pelaksanaan Penelitian Di Kota Tanjungpinang


(6)

Di Kota Metro


Dokumen yang terkait

Kebiasaan Menonton Televisi, Aktivitas Belajar Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri 101791 Patumbak.

1 62 79

KORELASI ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Viii Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Kartasura Tahun Ajaran 2

0 2 10

KORELASI ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA Korelasi Antara Pola Asuh Orang Tua Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas Viii Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Kartasu

0 2 16

PENGARUH KEMAMPUAN LOGIKA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI Pengaruh Kemampuan Logika Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sukodono Kabupaten Sragen Tah

0 1 16

PENGARUH KEMAMPUAN LOGIKA DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS Pengaruh Kemampuan Logika Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Sukodono Kabupaten Sragen Tahun

0 1 14

PENGARUH KONSEP DIRI DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA JURUSAN AKUNTANSI Pengaruh Konsep Diri Dan Kebiasaan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Jurusan Akuntansi Kelas XI SMK Muhammadiyah 2 Klaten Utara Tahun A

1 1 17

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Kebiasaan Jajan Dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Di SDN Banyuanyar III Surakarta.

0 1 17

PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KELAS X JURUSAN AKUNTANSI DI SMK PASUNDAN 1 KOTA BANDUNG.

0 3 39

Korelasi antara sumber belajar fisika dengan prestasi belajar fisika dalam bidang kinematika pada siswa SMA kelas XI IPA di Kabupaten Manggarai NTT dan Kabupaten Kediri bagian timur tahun ajaran 2016 2017

1 5 216

147761893 Prestasi Belajar Kebiasaan Belajar Dan Motif Berprestasi

0 0 31