WACANA AKTOR-AKTOR PEMICU DALAM KERUSUHAN TOLIKARA DI TABLOID HARIAN KORAN TEMPO.
ABSTRAK
Nur Imam Mohamad, 210110110194, 2016, Skripsi ini berjudul, Wacana AktorAktor Pemicu dalam Kerusuhan Tolikara di Tabloid Harian Koran Tempo: Analisis
Wacana Kritis menggunakan Model Norman Fairclough atas Wacana Aktor-Aktor
Pemicu pada Kerusuhan Tolikara di Koran Tempo Edisi 21-27 Juli 2015.
Pembimbing utama Dr. Hj. Nuryah Asri Sjafirah, S.Sos., M.Si., dan pembimbing
pendamping Nunik Maharani, S.Sos., M.Comn & MediaSt. Program Studi
Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaram, Jatinangor,
Sumedang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana di balik pemberitaan
kasus kerusuhan di Tolikara oleh Koran Tempo. Metode yang digunakan oleh
peneliti adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik analisis
wacana kritis model Norman Fairclough. Sedangkan objek penelitian terdiri atas
enam teks berita mengenai kerusuhan Tolikara yang diterbitkan oleh Koran Tempo
pada rentang waktu 21-27 Juli 2015.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Koran Tempo memiliki tujuan dan
wacana tersendiri dalam memberitakan peristiwa kerusuhan di Tolikara. Pada level
teks Koran Tempo menggunakan pilihan tata bahasanya untuk menyampaikan
peristiwa kerusuhan di Tolikara disebabkan sepenuhnya oleh kelompok GIDI.
Level praktik wacana menunjukan praktik ideologi dan hegemoni sangat
memengaruhi proses produksi dan konsumsi pemberitaan kerusuhan Tolikara di
Koran Tempo. Motif ekonomi dan politik media berpengaruh pula terhadap Koran
Tempo dalam menerbitkan pemberitaan kerusuhan Tolikara. Level praktik
sosiokultural menunjukan pemberitaan yang dihasilkan oleh Koran Tempo terkait
kerusuhan Tolikara berfokus pada upaya penyelesaian masalah melalui tindakan
kepolisian dan upaya pemerintah pusat. Koran Tempo tidak turut memberitakan
sumber masalah sebenarnya dari peristiwa Tolikara yaitu berupa ketimpangan
ekonomi, sosial, dan gesekan budaya antara warga lokal dengan warga pendatang,
serta masalah keran migrasi yang terus mengalir dari tahun 1970 ke Papua.
Saran peneliti, Koran Tempo perlu menjaga keberimbangannya dalam
memberitakan peristiwa kerusuhan yang terjadi dan menerapkan asas praduga tidak
bersalah. Hal tersebut dilakukan agar berita yang dihasilkan dapat memberikan
sebuah paparan yang komprehensif dan verifikatif. Koran Tempo diharapkan
menyajikan pemberitaan yang lengkap dan berfokus pada isu utama kerusuhan di
Tolikara namun mampu melihat berbagai aspek yang ada di dalamnya. Koran
Tempo diharapkan berfokus pada narasumber dengan latar belakang yang beragam
dan memiliki keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi. hal tersebut dilakukan agar
informasi yang diberitakan dapat teruji keabsahannya dan dapat mewakili
kepentingan semua golongan.
iii
ABSTRACT
Nur Imam Mohamad. 210110110194. 2016. This thesis is titled The Discourse of
Actors Triggering the Tolikara Riot in Koran Tempo, Norman Fairclough’s Model
of Critical Analysis Discourse about the Discourse of Actors Triggering the
Tolikara Riot in Koran Tempo 21-27 July, 2015 Edition. The main adviser is Dr.
Hj. Nuryah Asri Sjafirah, S.Sos., M.Si., and the associate adviser is Nunik
Maharani Hartoyo, S.Sos., M.Comn&MediaSt.
The purpose of this research is to discover the discourse behind the Tolikara
riot report by Koran Tempo. The method used in this research is the qualitative
research method using the Norman Fairclough’s model of critical discourse
analysis. The object of the research consists of six news texts concerning the
Tolikara riot published by Koran Tempo in the span of 21-27 July, 2015. In this
research, the researcher uses various theories as an instrument to reveal the
motives and discourse from the Tolikara riot report by Koran Tempo.
The research shows that Koran Tempo has their own intention and
discourse on reporting the Tolikara riot. On the text level, Koran Tempo used
certain vocabulary, grammar, relation and identity to deliver the Tolikara riot fully
cause by the GIDI group. The discourse practice level shows the practice of
ideology and hegemony had made an influence to the production process and the
consumption of the Tolikara riot report in Koran Tempo. Economical motive and
the media’s politics is also influential to Koran Tempo in publishing the Tolikara
riot report. The sociocultural practice level shows that the report produced by
Koran Tempo about Tolikara is focused on the efforts of problem solution through
police action and the government. Koran Tempo did not participate in reporting
the source of the real problem of the Tolikara incident which is the economic and
social imbalance, as well as the cultural friction between the locals and the
newcomer, also the migration problem that flowed continually from the 1970s to
Papua.
The researcher advises Koran Tempo as one of the most influential mass
media in Indonesia to preserve their balance in reporting riot events that happened
and to apply presumption of innocence. Such things need to be done so that the
report that is produced by Koran Tempo could provide a comprehensive
explanation. Koran Tempo is expected to give a complete repot and focused on the
Tolikara riot main issue, but also could see many other aspects in it. Koran Tempo
is expected to focus on the source that has a diverse background and also has a
relation with the event that happened. Such matter need to be done so that the
information reported could be tested on its validity and could represent all groups’
interest.
iv
Nur Imam Mohamad, 210110110194, 2016, Skripsi ini berjudul, Wacana AktorAktor Pemicu dalam Kerusuhan Tolikara di Tabloid Harian Koran Tempo: Analisis
Wacana Kritis menggunakan Model Norman Fairclough atas Wacana Aktor-Aktor
Pemicu pada Kerusuhan Tolikara di Koran Tempo Edisi 21-27 Juli 2015.
Pembimbing utama Dr. Hj. Nuryah Asri Sjafirah, S.Sos., M.Si., dan pembimbing
pendamping Nunik Maharani, S.Sos., M.Comn & MediaSt. Program Studi
Jurnalistik, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaram, Jatinangor,
Sumedang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wacana di balik pemberitaan
kasus kerusuhan di Tolikara oleh Koran Tempo. Metode yang digunakan oleh
peneliti adalah metode penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik analisis
wacana kritis model Norman Fairclough. Sedangkan objek penelitian terdiri atas
enam teks berita mengenai kerusuhan Tolikara yang diterbitkan oleh Koran Tempo
pada rentang waktu 21-27 Juli 2015.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Koran Tempo memiliki tujuan dan
wacana tersendiri dalam memberitakan peristiwa kerusuhan di Tolikara. Pada level
teks Koran Tempo menggunakan pilihan tata bahasanya untuk menyampaikan
peristiwa kerusuhan di Tolikara disebabkan sepenuhnya oleh kelompok GIDI.
Level praktik wacana menunjukan praktik ideologi dan hegemoni sangat
memengaruhi proses produksi dan konsumsi pemberitaan kerusuhan Tolikara di
Koran Tempo. Motif ekonomi dan politik media berpengaruh pula terhadap Koran
Tempo dalam menerbitkan pemberitaan kerusuhan Tolikara. Level praktik
sosiokultural menunjukan pemberitaan yang dihasilkan oleh Koran Tempo terkait
kerusuhan Tolikara berfokus pada upaya penyelesaian masalah melalui tindakan
kepolisian dan upaya pemerintah pusat. Koran Tempo tidak turut memberitakan
sumber masalah sebenarnya dari peristiwa Tolikara yaitu berupa ketimpangan
ekonomi, sosial, dan gesekan budaya antara warga lokal dengan warga pendatang,
serta masalah keran migrasi yang terus mengalir dari tahun 1970 ke Papua.
Saran peneliti, Koran Tempo perlu menjaga keberimbangannya dalam
memberitakan peristiwa kerusuhan yang terjadi dan menerapkan asas praduga tidak
bersalah. Hal tersebut dilakukan agar berita yang dihasilkan dapat memberikan
sebuah paparan yang komprehensif dan verifikatif. Koran Tempo diharapkan
menyajikan pemberitaan yang lengkap dan berfokus pada isu utama kerusuhan di
Tolikara namun mampu melihat berbagai aspek yang ada di dalamnya. Koran
Tempo diharapkan berfokus pada narasumber dengan latar belakang yang beragam
dan memiliki keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi. hal tersebut dilakukan agar
informasi yang diberitakan dapat teruji keabsahannya dan dapat mewakili
kepentingan semua golongan.
iii
ABSTRACT
Nur Imam Mohamad. 210110110194. 2016. This thesis is titled The Discourse of
Actors Triggering the Tolikara Riot in Koran Tempo, Norman Fairclough’s Model
of Critical Analysis Discourse about the Discourse of Actors Triggering the
Tolikara Riot in Koran Tempo 21-27 July, 2015 Edition. The main adviser is Dr.
Hj. Nuryah Asri Sjafirah, S.Sos., M.Si., and the associate adviser is Nunik
Maharani Hartoyo, S.Sos., M.Comn&MediaSt.
The purpose of this research is to discover the discourse behind the Tolikara
riot report by Koran Tempo. The method used in this research is the qualitative
research method using the Norman Fairclough’s model of critical discourse
analysis. The object of the research consists of six news texts concerning the
Tolikara riot published by Koran Tempo in the span of 21-27 July, 2015. In this
research, the researcher uses various theories as an instrument to reveal the
motives and discourse from the Tolikara riot report by Koran Tempo.
The research shows that Koran Tempo has their own intention and
discourse on reporting the Tolikara riot. On the text level, Koran Tempo used
certain vocabulary, grammar, relation and identity to deliver the Tolikara riot fully
cause by the GIDI group. The discourse practice level shows the practice of
ideology and hegemony had made an influence to the production process and the
consumption of the Tolikara riot report in Koran Tempo. Economical motive and
the media’s politics is also influential to Koran Tempo in publishing the Tolikara
riot report. The sociocultural practice level shows that the report produced by
Koran Tempo about Tolikara is focused on the efforts of problem solution through
police action and the government. Koran Tempo did not participate in reporting
the source of the real problem of the Tolikara incident which is the economic and
social imbalance, as well as the cultural friction between the locals and the
newcomer, also the migration problem that flowed continually from the 1970s to
Papua.
The researcher advises Koran Tempo as one of the most influential mass
media in Indonesia to preserve their balance in reporting riot events that happened
and to apply presumption of innocence. Such things need to be done so that the
report that is produced by Koran Tempo could provide a comprehensive
explanation. Koran Tempo is expected to give a complete repot and focused on the
Tolikara riot main issue, but also could see many other aspects in it. Koran Tempo
is expected to focus on the source that has a diverse background and also has a
relation with the event that happened. Such matter need to be done so that the
information reported could be tested on its validity and could represent all groups’
interest.
iv