ANALISA HASIL PENGUKURAN KELELAHAN TAHUN 2011 BERDASAR DATA OVERTIME, ABSENSI SAKIT DAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA TAHUN 2010 PADA TENAGA KERJA PRODUKSI PT DUPONT AGRICULTURAL

(1)

commit to user

LAPORAN KHUSUS

ANALISA HASIL PENGUKURAN KELELAHAN TAHUN 2011

BERDASAR DATA OVERTIME, ABSENSI SAKIT DAN

PRODUKTIVITAS KERJA PADA TAHUN 2010

PADA TENAGA KERJA PRODUKSI PT DUPONT

AGRICULTURAL PRODUCTS INDONESIA

SURABAYA PLANT, JAWA TIMUR

Dahlia Ragil Harnanik

R.0008028

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

2011


(2)

commit to user

ii

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul : Analisa Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Tahun 2011 Berdasar Data Overtime, Absensi Sakit dan Produktivitas Kerja Tahun

2010 PadaTenaga Kerja Bagian Produksi PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant, Jawa Timur

Dahlia Ragil Harnanik, NIM :

R.0008028

, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan

Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta Pada Hari ««««TanggaO««««««

Pembimbing I Pembimbing II

Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok Endang G. Sahir, Dra, MSc., A.And

Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Tugas Akhir dengan judul : Analisa Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Tahun 2011 Berdasar Data Overtime, Absensi Sakit dan Produktivitas Kerja

Tahun 2010 Pada Tenaga Kerja Produksi PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant

Dahlia Ragil Harnanik, NIM :

R.0008028

, Tahun : 2011 Telah disetujui dan disahkan

Pada Hari ««««TanggaO««««««

Pembimbing I Pembimbing II

Agustha Anang Marsudi Sukawi


(4)

commit to user

iv ABSTRAK

Dahlia Ragil Harnanik, 2011. ANALISA HASIL PENGUKURAN KELELAHAN KERJA TAHUN 2011 BERDASAR OVERTIME, ABSENSI SAKIT DAN PRODUKTIVITAS KERJA TAHUN 2010 PADA TENAGA KERJA PRODUKSI PT. DUPONT AGRICULTURAL PRODUCTS INDONESIA SURABAYA PLANT, JAWA TIMUR. PROGRAM D-III HIPERKES DAN KK FK UNS.

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara overtime, absensi sakit dan produktifitas yang dikorelasikan dengan hasil survei tentang kelelahan pada tenaga kerja bagian produksi di PT. Dupont Agricultural Product Indonesia Surabaya Plant.

Kerangka pemikiran penelitian ini adalah tenaga kerja dimana tenaga kerja tersebut melakukan proses produksi untuk memenuhi target yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila target tersebut tidak tercapai maka tenaga kerja harus melakukan overtime untuk memenuhi target tersebut. Overtime yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan tenaga kerja lelah dan mudah sakit sehingga tenaga kerja sering absen dari kerja. Hal ini akan berakibat fatal apabila tidak dikelola dengan baik karena akan berdampak pada produktifitas tenaga kerja yang secara langsung akan mempengaruhi kelangsungan suatu perusahaan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode analisis yang menganalisa hubungan antara overtime yang tinggi selama tahun 2010, absensi tenaga kerja karena sakit dan produktivitas tenaga kerja selama tahun 2010 yang dikorelasikan dengan hasil survei tentang pengukuran kelelahan secara subyekif pada bulan Maret 2011. Penelitian ini dilakukan melalui observasi langsung ke lapangan, wawancara kepada karyawan serta studi kepustakaan.

Berdasarkan hasil pengolahan data disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara overtime dan tingginya angka absensi karena sakit. Namun terdapat hubungan yang signifikan antara tingginya angka absensi karena sakit dengan produktivitas yang menurun. Selain hal itu dapat diambil keputusan pula bahwa overtime yang tinggi selama kurun waktu 1 tahun tepatnya pada tahun 2010 menimbulkan efek lelah terhadap tenaga kerja bagian produksi setelah dilakukan pengukuran kelelahan secara subyektif pada tahun 2011.

Kata kunci : Overtime, Kelelahan, Produktivitas Kepustakaan : 10, 1996 - 2011


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan

MXGXO ´Analisa Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Tahun 2011 Berdasar Data

Overtime, Absensi Sakit Dan Produktivitas Kerja Tahun 2010 Pada Tenaga Kerja Produksi PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant, Jawa

Timur´

Laporan ini disusun untuk melengkapi persyaratan kelulusan program studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

4. Ibu Endang G. Sahir, Dra, MSc., A. And selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini

5. Bapak Agustha Anang Marsudi selaku pembimbing perusahaan yang telah membimbing dan mengarahkan pada waktu penelitian.

6. Bapak Sukawi selaku shift leader PT. DAPI Surabaya Plant yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

7. Seluruh karyawan PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.

8. Kedua orang tua yang saya sayangi atas segala doa, cinta, dukungan dan motivasi sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Serta teman-teman D.III Hiperkes dan KK yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan karena keterbatasan penulis. Penulis berharap semoga tugas akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.

Surakarta, 24 Maret 2011 Penulis,


(6)

commit to user

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Penelitian ... 2

D. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II. LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

B. Kerangka Pemikiran ... 35

C. Hipotesis ... 36

BAB III. METODE PENELITIAN ... 37

A. Jenis Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

C. Populasi Penelitian ... 37


(7)

commit to user

vii

E. Sampel Penelitian ... 38

F. Variabel penelitian ... 38

G. Definisi Operasional ... 38

H. Sumber Data ... 39

I. Tehnik Pengumpulan Data ... 40

J. Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian ... 42

B. Pembahasan ... 52

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 60

A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63 LAMPIRAN


(8)

commit to user

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ... 13

Tabel 2. Klasifikasi Metabolisme, Respirasi, Temperatur Badan dan Denyut Jantung Sebagai Media Pengukur Beban Kerja ... 20

Tabel 3. Shift Kerja di PT. Dupont Agricultural Product Indonesia Surabaya Plant ... 46

Tabel 4. Data Overtime Tenaga Kerja Bagian Produksi Tahun 2010 ... 47

Tabel 5. Data Absensi Sakit ... 48

Tabel 6. Data Produktivitas Kerja ... 49

Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Antara Data Overtime dengan Absensi Sakit ... 50

Tabel 8. Hasil Uji Korelasi Antara Absensi Sakit dengan Produktivitas ... 51

Tabel 9. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Pada tenaga kerja Produksi Tahun 2011 ... 53

Tabel 10. Data Intensitas Kebisingan ... 54

Tabel 11. Data Intensitas Penerangan ... 55

Tabel 12. Data pengukuran intensitas getaran ... 56

Tabel 13. Data Hasil Monitoring Debu ... 56

Tabel 14. Data Hasil Pengukuran Gizi Tenaga Kerja ... 58


(9)

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Penyebab Kelelahan ... 7

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran ... 35

Gambar 3. Bagan Mekanisme Proses Produksi di Bagian Formulasi ... 42

Gambar 4. Bagan Mekanisme Proses Produksi di Bagian Ekstrusi ... 43

Gambar 5. Bagan Mekanisme Proses Produksi di Bagian Packaging menggunakan mesin volpak ... 44

Gambar 6. Mekanisme Proses Produksi menggunakan mesin bottling di bagian packaging ... 45

Gambar 7. Grafik data overtime tenaga kerja produksi tahun 2010 ... 47

Gambar 8. Grafik data absensi sakit tenaga kerja produksi tahun 2010 ... 48

Gambar 9. Grafik data produktivitas kerja karyawan produksi tahun 2010 ... 49

Gambar 10. Grafik Korelasi antara Overtime, Absensi Sakit dan Produktivitas Kerja ... 51


(10)

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Magang Lampiran 2. Jadwal Kegiatan Magang

Lampiran 3. Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja Lampiran 4. Data Hasil Pengukuran Menggunakan Kuesioner Lampiran 5. Produktivitas Tahun 2010

Lampiran 6. Laporan Presentasi Perusahaan


(11)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Setiap pekerja berhak atas derajat kesehatan yang optimal sebagai modal dasar untuk dapat melakukan pekerjaan dan bisa menciptakan produktivitas yang tinggi. Pekerja baik di sektor swasta maupun pemerintah, perusahaan formal maupun informal yang porsinya lebih dari 70 % dari seluruh populasi negeri ini, pada hakekatnya merupakan jantungnya organisasi dan motornya produktivitas. (Puskesja Depkes RI, 2006).

Seirama dengan lajunya pembangunan, maka semakin pesat pula perkembangan di berbagai sektor kegiatan ekonomi. Pembangunan nasional yang kita laksanakan sekarang ini pada hakikatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Disamping dampak positif akibat tumbuh kembangnya semua sektor tersebut, tidak jarang pula timbul akibat yang merugikan baik seluruh aset produksi maupun pada para pekerja. Oleh karena pembangunan hasilnya untuk manusia dan diselenggarakan oleh manusia, maka unsur tenaga kerja dan lingkungan kerja hendaknya jangan sampai dikorbankan atau dikesampingkan dalam pelaksanaan pembangunan itu sendiri. Maka perlu adanya upaya perlindungan dan pengamanan bagi tenaga kerja sebagai sumber daya manusia untuk


(12)

commit to user

Upaya perlindungan tenaga kerja pada hakikatnya merupakan langkah menuju terciptanya tenaga kerja yang sehat, selamat dan sejahtera, serta sekaligus mengamankan setiap kegiatan produksi sehingga akan tercapai tingkat produktifitas yang tinggi. Salah satu upaya untuk menuju tercapainya tujuan diatas adalah melalui adanya Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Tujuan utama Higene Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah mencegah penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, perawatan dan mempertinggi effisiensi dan daya produktifitas tenaga kerja, pemberantasan kelelahan kerja dan melipat-gandakan kegairahan serta kenikmatan kerja, demikian juga perlindungan bagi masyarakat sekitar lingkungan perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran oleh bahan-bahan dari perusahaan yang bersangkutan dan perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh produk-produk

LQGXVWUL6XPD¶PXU

B.Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah: ³Adakah pengaruh antara overtime dan absensi sakit pada karyawan yang meningkat serta produktivitas kerja dari tenaga kerja bagian produksi yang menurun pada tahun 2010 dengan hasil survei kelelahan pada bulan Maret 2011 di PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plants, Jawa Timur ?´


(13)

commit to user

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh antara data overtime dan absensi sakit pada karyawan yang meningkat serta produktivitas kerja pada tenaga kerja bagian produksi yang menurun pada tahun 2010 dengan hasil survei kelelahan pada bulan Maret 2011 di PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant.

D.Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu :

1. Perusahaan

a. Diharapkan dapat memberi masukan bagi perusahaan dalam hal penyesuaian antara beban kerja dengan kapasitas kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja.

b. Diharapkan dapat memberi informasi dan pengetahuan terutama bagi tenaga kerja tentang manajemen kelelahan yang harus dilakukan dengan peningkatan produktivitas kerja.

c. Diharapkan dapat menciptakan kerjasama yang bermanfaat antara institusi tempat magang dengan jurusan D. III Hiperkes dan KK FK UNS.

2. Program D. III Hiperkes dan KK

a. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa dengan mempraktekkan di dunia kerja.


(14)

commit to user

b. Sebagai sarana untuk membina kerjasama dengan institusi lain di bidang K3.

c. Sebagai sarana pengembangan keilmuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) bagi peserta program melalui tambahan referensi khususnya tentang aspek kelelahan kerja, produktivitas dan ergonomi guna meningkatkan kualitas mahasiswa dalam penerapan ilmu K3 di perusahaan.

3. Mahasiswa

a. Dapat menerapkan keilmuan K3 yang diperoleh di bangku kuliah khususnya mengenai aspek kelelahan dan ergonomi pada kondisi kerja yang sebenarnya.

b. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap institusi atau organisasi tempat magang khususnya dalam hal aspek kelelahan kerja dan ergonomi.

c. Sebagai sarana untuk memperdalam dan menambah pengetahuan penulis tentang kelelahan kerja dan produktivitas.


(15)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Tempat Kerja

Tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2 Undang-undang No.1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja. Sehingga yang termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

2. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pekerja atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

3. Kelelahan

a. Pengertian Kelelahan

Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda±beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan


(16)

commit to user

WXEXK 6XPD¶PXr P.K., 2009). Kelelahan (fatigue) adalah rasa capek

yang tidak hilang waktu istirahat (Yayasan Spirita, 2004). Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala. Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan mental atau mental fatigue (A.M. Sugeng Budiono dalam Skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). Dengan kelelahan fisik otot kita tidak dapat melakukan kegiatan apapun semudah seperti sebelumnya. Dengan kelelahan mental kita tidak dapat memusatkan pikiran seperti dulu (Yayasan Spirita , 2004).

b. Penyebab Kelelahan

Sebagaimana diketahui, bahwa dalam kehidupan sehari-hari kelelahan yang mempunyai beragam panyebab yang berbeda, namun demikian secara umum penyebab kelelahan dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek.


(17)

commit to user

Gambar1. Bagan Penyebab Kelelahan

(Sumber: A.M. Sugeng Budiono dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006)

Penyebab kelelahan dikelompokkan seperti gambar di atas oleh Grandjean (1988) merupakan diagram teoritik dengan efek kombinasi dari penyebab kelelahan dan usaha yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan tersebut (A.M. Sugeng Budiono dalam Skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006).

Jantung berdenyut kira-kira 70 kali dalam satu menit pada keadaan istirahat. Frekuensi melambat selama tidur dan dipercepat oleh emosi, olahraga, demam dan rangsang lain (W.F. Ganong dalam Skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). Berbagai macam kondisi kerja dapat menaikkan denyut jantung seperti bekerja dengan temperatur yang tinggi, tingginya pembebanan otot statis, dan semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja (Eko Nurmianto, 2004).

Intensitas dan lamanya kerja fisik dan psikis

Faktor lingkungan kerja :

1. Kebisingan 2. Penerangan

Irama detak jantung

Masalah-masalah psikis : 1. Tanggung jawab 2. Kecemasan 3. Konflik

Nyeri dan penyakit lainnya

Gizi/ Nutrisi Tingkat

kelelahan


(18)

commit to user

Kebisingan merupakan bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga (Sritomo Wignjosoebroto, 2003). Rangsang bunyi bising yang diterima oleh telinga akan menyebabkan sensasi suara gemuruh dan berdenging. Timbulnya sensasi suara ini akan menggerakkan atau menguatkan sistem inhibisi atau penghambat yang berada pada thalamus

(W.F. Ganong dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006).

Selain itu penerangan atau pencahayaan juga dapat menyebabkan kelelahan. Pencahayaan yang kurang mengakibatkan mata pekerja menjadi cepat lelah karena mata akan berusaha melihat dengan cara membuka lebar-lebar. Lelahnya mata ini akan mengakibatkan pula lelahnya mental dan lebih jauh lagi bisa menimbulkan rusaknya mata (Sritomo Wignjosoebroto, 2003).

Intensitas dan lamanya upaya fisik dan psikis dalam bekerja dengan melakukan gerakan yang sama dapat menyebabkan waktu putaran menjadi lebih pendek, sehingga pekerja sering melakukan gerakan yang sama secara berulang-ulang (A.M. Sugeng Budiono dalam Skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). Kondisi kerja yang berulang-ulang dapat menimbulkan suasana monoton yang berakumulasi menjadi rasa bosan, dimana rasa bosan dikategorikan sebagai penyebab kelelahan (Eko Nurmianto, 2004).

Pembebanan otot secara statis dalam waktu yang cukup lama akan mengakibatkan RSI (Repetition Strain Injuries) yaitu nyeri otot, tulang, tendon dan lain-lain yang diakibatkan oleh jenis pekerjaan yang


(19)

commit to user

bersifat berulang atau repetitive (Eko Nurmianto, 2004). Suasana kerja dengan otot statis, aliran darah menurun, sehingga asam laktat terakumulasi dan merngakibatkan kelelahan otot lokal (Eko Nurmianto, 2004).

Pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik (A.M. Sugeng Budiono dalam Skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh, dan diperlukan juga untuk pekerjaan yang meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan 6XPD¶PXU 3. 2009).

Faktor psikologis juga memainkan peranan besar dalam menimbulkan kelelahan. Seringkali pekerja-pekerja tidak mengerjakan apapun juga, tetapi mereka PHUDVD OHODK 6XPD¶PXU 3.K., 2009). Sebabnya ialah adanya tanggung jawab, kecemasan dan konflik.

Kelelahan dapat dihilangkan dengan berbagai cara yaitu melakukan rotasi sehingga pekerja tidak melakukan pekerjaan yang sama selama berjam-jam, memberi kesempatan pada pekerja untuk berbicara dengan rekannya, meningkatkan kondisi lingkungan kerja seperti mereduksi kebisingan, memperbaiki lingkungan kerja (A.M. Sugeng Budiono dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006), memberikan waktu istirahat yang cukup (Eko Nurmianto, 2004).


(20)

commit to user

Gambaran mengenai gejala kelelahan (Fatigue Symptons) secara subyekif dan obyektif antara lain : perasaan lesu, ngantuk dan pusing, tidak / berkurangnya konsentrasi, berkurangnya tingkat kewaspadaan, persepsi yang buruk dan lambat, tidak ada/berkurangnya gairah untuk bekerja, menurunnya kinerja jasmani dan rohani (A.M. Sugeng Budiono dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006).

Gejala-gejala atau perasaan-perasaan yang ada hubungannya dengan kelelahan yaitX6XPD¶PXU3.):

1) Pelemahan Kegiatan ditandai dengan gejala: perasaan berat di kepala, badan merasa lelah, kaki merasa berat, menguap, merasa kacau pikiran, dan lain-lain.

2) Pelemahan Motivasi ditandai dengan gejala lelah berbicara, menjadi gugup, tidak dapat berkonsentrasi, cenderung untuk lupa, tidak tekun dalam pekerjaannya, dan lain-lain.

3) Pelemahan Fisik ditandai dengan gejala: sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, merasa pernapasan tertekan, tremor pada anggota badan, spasme dari kelopak mata, dan merasa pening. d. Cara Mengurangi Kelelahan

Kelelahan dapat dikurangi dengan berbagai cara yang ditujukan kepada keadaan umum dan lingkungan fisik di tempat kerja, misalnya dengan pengaturan jam kerja, pemberian kesempatan istirahat yang tepat


(21)

commit to user

Pengetrapan ergonomi sangat membantu, monotoni dan tegangan dapat dikurangi dengan penggunaan warna serta dekorasi pada lingkungan kerja. Demikian pula organisasi proses produksi yang tepat, selanjutnya usaha ditujukan kepada kebisingan, tekanan panas, pengudaraan dan penerangan yang bDLN 6XPD¶PXU 3.). Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan pada tenaga kerja disarankan agar (A.M. Sugeng Budiono dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006):

1) Memperkenalkan perubahan pada rancangan produk 2) Merubah metode kerja menjadi lebih efisien dan efektif

3) Menerapkan penggunaan peralatan dan piranti kerja yang memenuhi standar ergonomi

4) Menjadwalkan waktu istirahat yang cukup bagi seorang tenaga kerja 5) Menciptakan suasana lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman

bagi tenaga kerja

6) Melakukan pengujian dan evaluasi kinerja tenaga kerja secara periodik.

7) Menerapkan sasaran produktivitas kerja berdasarkan pendekatan manusiawi dan fleksibilitas yang tinggi.

e. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan

Terjadinya kelelahan tidak begitu saja, tetapi ada faktor±faktor yang mempengaruhinya. Adapun faktor±faktor yang mempengaruhi kelelahan antara lain adalah:


(22)

commit to user

1) Faktor dari individu

a) Usia

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam usia pertengahan 20-an dan kemudian menurun dengan bertambahnya usia (Lambert dan David dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). WHO menyatakan batas usia lansia adalah 60 tahun ke atas (Margatan dan Arcole dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). Sedangkan di Indonesia umur 55 tahun sudah dianggap sebagai batas lanjut usia (Margatan dan Arcole dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). Dengan menanjaknya umur, maka kemampuan jasmani dan rohani pun akan menurun secara perlahan±lahan tapi pasti. Aktivitas hidup juga berkurang, yang mengakibatkan semakin bertambahnya ketidakmampuan tubuh dalam berbagai hal (Margatan dan Arcole dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). Pada usia lanjut jaringan otot akan mengerut dan digantikan oleh jaringan ikat. Pengerutan otot menyebabkan daya elastisitas otot berkurang termasuk juga daya angkat beban. Penurunan kekuatan daya angkat beban pada usia 50 tahun yang semula 36 kg tangan kanan dan 23 kg tangan kiri menjadi 34 kg tangan kanan dan 21 kg pada tangan kiri (Margatan dan Arcole dalam Tri Yuni Ulfa, 2006). Proses menjadi tua disertai kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan pada alat-alat tubuh, sistim kardiovaskular, sistem penafasan, sistem pencernaan, imunitas dan hormonal. 6XPD¶PXU2009)


(23)

commit to user

b) Status Gizi

Keadaan gizi yang baik merupakan salah satu ciri kesehatan yang baik, sehingga tenaga kerja yang produktif terwujud. Status gizi merupakan salah satu penyebab kelelahan. Seorang tenaga kerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik, begitu juga sebaliknya (A.M. Sugeng Budiono dalam Skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). Pada keadaan gizi buruk, dengan beban kerja berat akan mengganggu kerja dan menurunkan efisiensi dan ketahanan tubuh sehingga mudah terjangkit penyakit sehingga mempercepat timbulnya kelelahan. Status gizi seseorang dapat diketahui melalui nilai IMT (Indeks Massa Tubuh). IMT merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi seseorang khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT dihitung dengan rumus berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002). Hasil pengukuran dikategorikan sesuai ambang batas IMT pada tabel berikut.

Tabel 1. Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

No Kategori IMT

1 Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat

< 17,0 Kekurangan berat badan tingkat

ringan

17,0-18,5

2 Normal 18,5-25,0

3 Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan

> 25,0-27,0 Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0 Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa (2002)


(24)

commit to user

c) Kondisi Kesehatan

Ada beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kelelahan, penyakit tersebut antara lain :

(1)Penyakit Jantung

Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu penyebab penyakit dan kematian yang paling tinggi pada populasi pekerja, khususnya di negara industri dan di negara berkembang tampak meningkat terus (Departemen Kesehatan RI, 2003). Penyakit jantung meliputi gangguan pada pembuluh darah arteri (pembuluh darah yang menyuplai darah ke seluruh jaringan jantung yang mengalami penyempitan atau penyumbatan) serta gangguan jaringan jantung (otot jantung) akibat yang ditimbulkannya (berkurang dan berhenti aliran darah). Penyumbatan ini menimbulkan gangguan jantung berupa rasa sakit/nyeri pada dada (Sitepoe dan Mangku dalam Tri Yuni Ulfa, 2006).

Ketika bekerja, jantung dirangsang sehingga kecepatan denyut jantung dan kekuatan pemompaannya menjadi meningkat (Arthur C. Guyton, 1997). Selain itu jika ada beban ekstra yang dialami jantung misalnya membawa beban berat, dapat mengakibatkan meningkatnya keperluan oksigen ke otot jantung. Kekurangan suplai oksigen ke otot jantung menyebabkan dada sakit (Iman Soeharto, 2004). Kekurangan


(25)

commit to user

oksigen jika terus menerus, maka terjadi akumulasi yang selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat yang mempercepat kelelahan (Gempur Santoso, 2004).

(2)Penyakit Gangguan Ginjal

Pengaruh kerja terhadap faal ginjal terutama dihubungkan dengan pekerjaan yang perlu mengerahkan tenaga dan yang dilakukan dalam cuaca kerja panas. Kedua±duanya mengurangi peredaran darah kepada ginjal dengan akibat gangguan penyediaan zat±zat yang diperlukan oleh ginjal

6XPD¶PXU3.).

Terdapat mekanisme multipel yang mengendalikan kecepatan ekskresi urin. Cara paling penting yang dilakukan oleh tubuh dalam mempertahankan keseimbangan asupan dan keluaran cairan seperti juga keseimbangan asupan dan keluaran hampir semua elektrolit dalam tubuh ialah dengan mengendalikan kecepatan ginjal dalam mengekskresi zat-zat ini (Arthur C. Guyton, 1997).

Penambahan air yang berlebihan pada cairan ekstraselular akan menyebabkan penurunan konsentrasi natrium plasma. Kondisi yang dapat menyebabkan hilangnya natrium pada dehidrasi hipoosmotik dan berhubungan dengan penurunan volume cairan ekstraselular yaitu dengan berkeringat.


(26)

commit to user

(Arthur C. Guyton, 1997). Pengeluaran keringat yang banyak dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung meningkat 6XPD¶PXU 3.2009) sehingga kelelahan akan mudah terjadi.

(3)Penyakit Asma

Asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi. Gejala tersebut sebagai akibat adanya bronkokontriksi pada asma, diameter bronkiolus lebih banyak berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi, karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus (W.F. Ganong, 1996). Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat tetapi sukar sekali melakukan ekspirasi (Arthur C. Guyton, 1997). Keadaan ini menyebabkan disapnea atau kekurangan udara. Aktivitas otot pernapasan yang kurang seringkali membuat seseorang merasa dalam keadaan disapnea berat (Arthur C. Guyton, 1997) sehingga diperlukan banyak tenaga untuk bernapas. Hal ini yang akan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan.


(27)

commit to user

Penurunan kapasitas karena serangan jantung mungkin menyebabkan tekanan darah menjadi amat rendah sedemikian rupa, sehingga menyebabkan darah tidak cukup mengalir ke arteri koroner maupun ke bagian tubuh yang lain (Iman Soeharto, 2004). Dengan berkurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung, berakibat berkurang pula jumlah oksigen sehingga terbentuklah asam laktat. Meningkatnya kandungan asam laktat merupakan indikasi atau tanda adanya kelelahan dalam seorang tenaga kerja. (Eko Nurmianto, 2003) (5)Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Tekanan darah yang tinggi secara terus menerus menyebabkan kerusakan sistem pembuluh darah arteri dengan perlahan±lahan. Arteri tersebut mengalami suatu proses pengerasan. Pengerasan pembuluh± pembuluh tersebut dapat juga disebabkan oleh endapan lemak pada dinding. Proses ini menyempitkan lumen (rongga atau ruang) yang terdapat di dalam pembuluh darah, sehingga aliran darah menjadi terhalang (Iman Soeharto, 2004). Terbatasnya aliran darah pada otot (ketika berkontraksi), otot menekan pembuluh darah dan membawa oksigen juga semakin memungkinkan terjadinya kelelahan (Gempur Santoso, 2004). d) Keadaan Psikologis


(28)

commit to user

Manusia bekerja bukan seperti mesin, karena manusia juga mempunyai perasaan±perasaan, pikiran±pikiran, harapan± harapan dan kehidupan sosialnya. Hal tersebut berpengaruh pula pada keadaan dalam pekerjaan. Faktor ini dapat berupa sifat, motivasi, hadiah±hadiah, jaminan keselamatan dan kesehatannya, upah dan lain±ODLQ6XPD¶PXU3.2009).

Faktor psikologi memainkan peran besar, karena penyakit dan kelelahan itu dapat timbul dari konflik mental yang terjadi di lingkungan pekerjaan, akhirnya dapat mempengaruhi kondisi fisik pekerja (A.M. Sugeng Budiono dalam skripsi tri yuni ulfa, 2006). Masalah psikologis dan kesakitan±kesakitan lainnya amatlah mudah untuk mengidap suatu bentuk kelelahan kronis dan sangatlah sulit melepaskan keterkaitannya dengan masalah kejiwaan (A.M. Sugeng Budiono dalam Skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006).

2) Faktor Dari Luar a) Beban Kerja

Seorang tenaga kerja memiliki kemampuan tersendiri dalam hubungan dengan beban kerja. Mungkin diantara mereka lebih cocok untuk beban fisik, atau mental, atau sosial. Namun sebagai persamaan yang umum, mereka hanya mampu memikul beban pada suatu berat tertentu. Bahkan ada beban yang dirasa optimal bagi seseorang. Inilah maksud penempatan seorang tenaga


(29)

commit to user

kerja yang tepat pada pekerjaan yang tepat. Derajat tepat suatu penempatan meliputi kecocokan, pengalaman, ketrampilan,

PRWLYDVLGDQODLQVHEDJDLQ\D6XPD¶PXU3.2009).

Begitu juga dengan oksigen, bahwa setiap individu mempunyai keterbatasan maksimum untuk oksigen yang dikonsumsi. Semakin meningkatnya beban kerja, maka konsumsi oksigen akan meningkat secara proporsional sampai didapat kondisi maksimumnya. Beban kerja yang lebih tinggi yang tidak dapat dilaksanakan dalam kondisi aerobik, disebabkan oleh kandungan oksigen yang tidak mencukupi untuk suatu proses aerobik. Akibatnya adalah manifestasi rasa lelah yang ditandai dengan meningkatrnya kandungan asam laktat (Eko Nurmianto, 2004).

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Konsumsi energi dapat menghasilkan denyut jantung yang berbeda-beda, selain itu temperatur sekeliling yang tinggi, tingginya pembebanan otot statis serta semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja dapat meningkatkan denyut jantung. Dengan demikian denyut jantung dipakai sebagai indeks beban kerja (Eko Nurmianto, 2004). Adapun hubungan antara metabolisme, respirasi, temperatur badan dan denyut jantung sebagai media


(30)

commit to user

pengukur beban kerja ditunjukkan pada tabel di bawah ini (Eko Nurmianto, 2004).

Tabel 2. Klasifikasi metabolisme, respirasi, temperatur badan dan denyut jantung sebagai media pengukur beban kerja

Beban Kerja Konsumsi Oksigen (liter/menit) Respirasi (liter/meni t) Temper atur Badan (ºC) Denyut Jantung (/menit)

(1) (2) (3) (4) (5)

Sangat ringan 0,25-0,3 6-7 37,5 60-70 Ringan 0,5-1 11-20 37,5 75-100 Agak Berat 1-1,5 20-31 37,5-38 100-125 Berat 1,5-2 31-43 38-38,5 125-150 Sangat Berat 2-2,5 43-56 38,5-39 150-175 Luar Biasa

Berat

2,5-4 60-100 >39 >175 Sumber: Eko Nurmianto (2004)

3) Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik yang mempengaruhi kelelahan pada tenaga kerja adalah seperti kebisingan, cuaca kerja dan getaran.

a) Kebisingan

Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan (A.M. Sugeng Budiono dalam Skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006). Kebisingan ialah bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga kita. Tidak dikehendaki karena terutama dalam jangka panjang bunyi-bunyian tersebut dapat mengganggu ketenangan kerja (Sritomo Wignjosoebroto, 2003). Untuk menanggulangi kebisingan di perusahaan, dalam lokakarya hiperkes di Cibogo tahun 1974 ditetapkan bahwa NAB (Nilai Ambang Batas) kebisingan di tempat


(31)

commit to user

kerja adalah 85 dBA. Penentuan angka tersebut didasarkan atas pertimbangan:

(1)Penelitian oleh negara-negara yang telah maju menunjukkan bahwa intensitas suara 82-84 dBA dengan frekuensi 3000-6000 Hz telah dapat mengakibatkan kerusakan organ Corti secara menetap untuk waktu kerja selama lebih dari 8 jam sehari.

(2)Penelitian yang dilakukan di dalam dan di luar negeri menunjukkan bahwa pada frekuensi 300-6000 Hz, pengurangan pendengaran tersebut disebabkan oleh kebisingan. Pengurangan pendengaran diawali dengan pergeseran ambang dengar sementara. Pada saat ini terjadi kelelahan yang akan pulih kembali secara lambat, dan akan semakin bertambah lambat lagi jika tingkat kelelahan semakin tinggi (A.M. Sugeng Budiono dalam skripsi Tri Yuni Ulfa, 2006).

b) Iklim Kerja

Efisiensi kerja sangat dipengaruhi oleh iklim kerja dalam daerah nikmat kerja, jadi tidak dingin dan kepanasan. Iklim kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Untuk ukuran suhu nikmat bagi orang Indonesia adalah 24 ± 26°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas berakibat terutama menurunnya prestasi kerja pikir. Penurunan sangat hebat sesudah 32°C. Suhu panas mengurangi kelincahan,


(32)

commit to user

memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang

6XPD¶PXU3.2009).

Kelembaban sangat dipengaruhi oleh suhu udara. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas secara besar-besaran (karena sistem penguapan). Pengaruh lainnya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena semakin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Apabila pasokan oksigen tidak mencukupi kekurangan oksigen jika terus menerus, maka terjadi akumulasi yang selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat yang mempercepat kelelahan (Gempur Santoso, 2004).

c) Getaran

Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh alat-alat mekanis yang sebagian dari getaran ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Menambahnya tonus otot-otot oleh karena getaran di bawah frekuensi 20 Hertz (Hz) menjadi sebab kelelahan. Kontraksi statis ini menyebabkan penimbunan asam laktat dalam alat-alat dengan akibat bertambah panjangnya waktu reaksi. Sebaliknya frekuensi di atas 20 Hz menyebabkan pengenduran otot. Getaran-getaran


(33)

commit to user

mekanis yang terdiri dari campuran aneka frekuensi bersifat menegangkan dan melemaskan tonus otot secara serta merta berefek melelahkan 6XPD¶PXU3.2009). Besarnya getaran ini ditentukan oleh intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu berlangsung. Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran akan menimbulkan gangguan-gangguan antara lain mempengaruhi konsentrasi kerja, mempercepat datangnya kelelahan, gangguan-gangguan pada anggota tubuh seperti mata, syaraf, otot-otot dan lain-lain.(Sritomo Wignjosoebroto, 2003). f. Macam Kelelahan

0HQXUXW 6XPD¶PXU 3. 2009), kelelahan dapat dibedakan menjadi 2

macam:

1) Kelelahan Umum

Gejala utama kelelahan umum adalah perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena timbulnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa

EHUDWGDQPHUDVDµQJDQWXN¶(A.M. Sugeng Budiono dalam skripsi Tri

Yuni Ulfa, 2006). Perasaan adanya kelelahan umum adalah ditandai dengan berbagai kondisi antara lain kelelahan visual yang disebabkan oleh illuminasi, luminasi dan seringnya akomodasi mata; kelelahan seluruh tubuh; kelelahan mental; kelelahan urat saraf; stress; dan rasa


(34)

commit to user

malas bekerja (Eko Nurmianto, 2004). Sebab±sebab kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja, mental dan fisik, keadaan lingkungan, sebab±sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit. Pengaruh-pengaruh ini berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah

6XPD¶mur P.K., 2009).

2) Kelelahan Otot (Muscular fatigue)

Kelelahan otot ditunjukkan melalui gejala sakit nyeri yang luar biasa seperti ketegangan otot dan daerah sekitar sendi. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar (External sign). Tanda-tanda kelelahan otot pada percobaan± percobaan, otot dapat menjadi lelah adalah sebagai berikut :

a) Berkurangnya kemampuan untuk menjadi pendek ukurannya. b) Bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi.

c) Memanjangnya waktu laten yaitu waktu diantara perangsangan dan saat mulai kontraksi

(A.M. Sugeng Budiono dalam Tri Yuni Ulfa, 2006).

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besar otot. (Eko Nurmianto, 2004)


(35)

commit to user

Dalam suasana kerja statis, aliran darah menurun, sehingga asam laktat terakumulasi dan mengakibatkan kelelahan otot lokal. Di samping itu juga dikarenakan beban otot yang tidak merata pada sejumlah jaringan tertentu yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja seseorang. (Eko Nurmianto, 2004).

Kelelahan tenaga kerja bagian moulding termasuk jenis kelelahan umum yang disebabkan oleh keadaan lingkungan tempat bekerja.

g. Pengukuran Kelelahan

Menurut para ahli ergonomi menyatakan adanya keterkaitan antara kelelahan dengan tingkat stres, atau lebih tepatnya kelelahan dengan produktivitas kerja. Hal ini ditunjukkan melalui reaksi tubuh terhadap jenis-jenis stres yang berbeda-beda, oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran untuk mendapatkan solusi bagi kecenderungan implikasi kelelahan yang diderita oleh tenaga kerja dan pengaruhnya terhadap kinerja perusahaan (A.M. Sugeng Budiono dalam Tri Yuni Ulfa, 2006).

Pengukuran kelelahan selama ini hanya mampu mengukur beberapa manifestasi DWDX³LQGLNDWRU´NHOHODKDQVDMDNDUHQDWLGDNDGDQ\D cara yang langsung dapat mengukur sumber penyebab kelelahan itu sendiri. Namun demikian, diantara sejumlah metoda pengukurun terhadap kelelahan yang ada, umumnya terbagi dalam enam kelompok yang berbeda, yaitu : Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan,


(36)

commit to user

perasaan kelelahan secara subjektif, Electroencephalography (EEG),

mengukur frekuensi subjektif kedipan mata (Flicker Fusion Eyes), pengukuran psikomotorik menggunakan alat reaction timer, pengujian mental menggunakan Bourdon Wiersma Test. (A.M. Sugeng Budiono dalam Tri Yuni Ulfa, 2006).

0HQXUXW 6XPD¶PXU 3. 2009) untuk mengetahui kelelahan

dapat diukur dengan 4 cara yaitu menggunakan waktu reaksi (reaksi sederhana atas rangsang tunggal atau reaksi-reaksi yang memerlukan koordinasi), konsentrasi (pemeriksaan Buordon Wiersma, uji KLT), uji

µFlicker fusion¶ GDQEEG (pemeriksaan yang menggunakan suatu alat

GHQJDQ PHUHNDP JHORPEDQJ RWDN GHQJDQ VLQDU Į VLQDU ȕ GDQ VLQDU Ȗ

Bentuk pengukuran dengan metode di atas seringkali dilakukan sebelum, selama, dan sesudah melakukan aktivitas suatu pekerjaan dan sumber kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian tersebut. (A.M. Sugeng Budiono dalam Tri Yuni Ulfa, 2006). Pengukuran kelelahan tenaga kerja pada penelitian ini menggunakan metode pengukuran perasaan kelelahan secara subjektif.

4. Produktivitas

a. Pengertian Produktivitas

Menurut Mathis dan Jackson (2001) memberikan definisi produktivitas sebagai berikut: ³3URGXNWLYLWDVDGDODKXNXUDQGDULNXDQWLWDVGDQNXDOLWDV dari pekerjaan yang telah dikerjakan, dengan mempertimbangkan sumber daya yang digunakan untuk PHQJHUMDNDQSHNHUMDDQWHUVHEXW´


(37)

commit to user

Ada tiga faktor yang mempengaruhi efisiensi dan efektifitas kerja yang selanjutnya akan mempengaruhi kinerja dan memberikan gambaran mengenai produktivitasnya, antara lain:

1) Faktor pertama: kemampuan alami, yang melibatkan pemilihan orang dengan bakat dan minat yang tepat untuk pekerjaan yang diberikan. 2) Faktor kedua: usaha yang telah dilakukan seseorang, dipengaruhi oleh

banyak masalah Sumber Daya Manusia, seperti motivasi, insentif, rancangan pekerjaan.

3) Faktor ketiga: dukungan organisasi, termasuk, peralatan yang disediakan, mengetahui tingkat harapan, dan dan keadaan tim yang produktif.

Pengertian produktivitas dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu (Sinungan, 2008):

1) Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah

ratio daripada apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi yang dipergunakan (input).

2) Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik daripada kemarin, dan hari esok lebih baik dari hari ini.

3) Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari tiga faktor esesnsial, yakni: Investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi serta riset; manajemen; dan tenaga kerja.


(38)

commit to user

Pada umumnya produktivitas adalah kemampuan tenaga kerja menghasilkan sejumlah produk dalam waktu tertentu. Produktivitas tenaga kerja ditunjukkan sebagai rasio dari jumlah keluaran yang dihasilkan perusahaan sebagai total tenaga kerja yaitu jam kerja yang dipakai untuk menjelaskan suatu pekerjaan.

Menurut NPBS (National Productivity Board Singapore) dalam Sulaksmono (2009) menyebutkan bahwa pada prinsipnya produktivitas adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai semangat untuk bekerja keras dan ingin memiliki kebiasaan untuk melakukan peningkatan perbaikan. Perwujudan sikap dan mental tersebut dalam berbagai kegiatan :

1) Yang berkaitan dengan diri sendiri dapat dilakukan melalui peningkatan: pengetahuan, keterampilan, disiplin, upaya pribadi, kerukunan kerja.

2) Yang berkaitan dalam pekerjaan kita dapat dilakukan melalui : manajemen dan metoda kerja yang lebih baik, penghematan biaya, tepat waktu, sistem dan teknologi yang lebih baik.

b. Penjabaran Pengertian Produktivitas

Produktivitas merupakan interkasi terpadu antara tiga faktor mendasar, yaitu: Investasi, Manajemen, Tenaga kerja ( Sinungan, 2008):

1) Investasi

Komponen pokok dari investasi ialah modal, karena modal merupakan landasan gerak suatu usaha, namun modal saja tidaklah


(39)

commit to user

cukup, untuk itu harus ditambah dengan komponen teknologi. Serta melalui riset akan dapat dikembangkan penyempurnaan produk atau bahkan dapat menghasilkan formula-formula baru yang sangat penting artinya bagi kemajuan suatu usaha. Keterpaduan antara modal teknologi dan riset akan membawa perusahaan berkembang sehingga outputnya akan bertambah pula.

2) Manajemen

Hal-hal yang dihadapi dalam manajemen terutama dalam organisasi modern, ialah semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung dari kemajuan-kemajuan yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan atau teknologi yang mempengaruhi aspek organisasi seperti proses produksi distribusi, pemasaran, dan lain-lain, yang harus diimbangi melalui pendidikan dan pengembangan. Dari pendidikan, latihan, pengembangan akan menghasilkan tenaga skill

yang menguasai aspek-aspek teknis dan aspek-aspek manajerial. a) Technical Skill : Tenaga kerja yang mempunyai kualifikasi tertentu,

terampil, dan ahli di bidang teknis.

b) Managerial Skill : Mampu mengadakan atau melakukan kegiatan-kegiatan analisa kuantitatif dan kualitatif dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi organisasi.

3) Tenaga Kerja

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor-faktor tenaga kerja, adalah:


(40)

commit to user

a) Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa depannya.

b) Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan.

c. Peningkatan Produktivitas

Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam empat bentuk (Sinungan, 2008):

1) Dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, diperoleh jumlah produksi yang sama.

2) Dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit, diperoleh hasil produksi yang lebih banyak.

3) Dengan menggunakan sumber daya yang sama diperoleh hasil produksi yang lebih banyak.

4) Dengan menggunakan sumber daya yang lebih banyak diperoleh hasil produksi yang jauh lebih banyak.

Pada era globalisasi, perkembangan industri akan semakin pesat. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan pekerjaan. Karena itulah saat ini pemerintah banyak mengambil kebijakan dalam pembangunan industri, melalui perbaikan sarana dan prasarana kerja. Peningkatan mutu kualitas SDM, peningkatan kesejahteraan pegawai dan keselamatan bagi pekerjanya.

Selanjutnya pekerja dikatakan produktif bila mampu menghasilkan produk yang lebih banyak dan tenaga kerja lain untuk


(41)

commit to user

satuan waktu yang sama. Produktivitas pada dasarnya akan berkaitan erat pengertiannya dengan sistem produksi yaitu sistem di mana faktor-faktor semacam tenaga kerja dan modal dikelola dalam suatu cara yang terorganisir untuk melanjutkan barang dan jasa secara efektif dan efisien. d. Pengukuran Produktivitas

Untuk mengetahui tingginya produktivitas kerja dapat ditentukan dengan: 1) Produktivitas dengan parameter hasil.

2) Produktivitas dengan parameter waktu baku.

Menurut Sinungan (2008) secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat dibedakan dalam 3 jenis yaitu :

1) Perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan secara historis yang tidak menunjukkan kepuasan.

2) Perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan, tugas, seksi, proses).

3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya dan inilah yang terbaik sebab memusatkan perhatian pada sasaran / tujuan.

Menurut Anto Dajan dalam Anonim (2010), produktivitas kerja dapat diukur dengan menggunakan rumus :

Rpo = K/M Keterangan :

Rpo = rasio produktivitas dan juga dinamakan indeks produktivitas. K = kuantitas (output) barang yang dihasilkan.


(42)

commit to user

e. Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja 1) Jenis Kelamin

Ukuran dan daya tubuh wanita berbeda dengan pria. Pria lebih sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak sedikitpun dapat dikerjakan wanita., kegiatan wanita pada umumnya lebih banyak membutuhkan ketrampilan tangan dan kurang memerlukan tenaga. Beberapa data menunjukkan bahwa tenaga kerja wanita lebih diperlukan pada suatu industri yang memerlukan ketrampilan dan ketelitian daripada tenaga kerja pria. (Soeripto dalam Anonim, 2010).

2) Umur

Kebanyakan kinerja fisik mencapai puncak dalam umur pertengahan 20 dan kemudian menurun dengan bertambahnya umur dan akan berkurang sebanyak 20% pada usia 60 tahun (Sugeng Budiono dalam Anonim, 2010). Berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik.

3) Status Kesehatan

Seorang tenaga kerja yang sakit biasanya kehilangan produktivitasnya secara nyata, bahkan tingkat produktivitasnya menjadi nihil sekali. Keadaan sakit yang menahun menjadi sebab rendahnya produktivitas untuk relatif waktu yang panjang. Keadaan diantara sehat dan sakit juga menjadi turunnya produktivitas yang


(43)

commit to user

sering dapat dilihat secara nyata bahkan besar (Sugeng Budiono dalam Anonim, 2010).

4) Gangguan Biologis Bagi Tenaga Kerja Wanita

Tenaga kerja wanita mempunyai berbagai gangguan yang berhubungan dengan fungsi kelaminnya yang akan berpengaruh terhadap produktivitas kerjannya, antara lain: Siklus haid yang tidak teratur, kehamilan, masa nifas, menopause. (Sugeng Budiono dalam Anonim, 2010)

5) Gangguan Biologis Bagi Tenaga Kerja Laki-laki

Gangguan biologis bagi tenaga kerja laki-laki yang mempengaruhi produktivitas kerjanya adalah seperti gangguan disfungsi ereksi yang dapat menyebabkan tenaga kerja mengalami strees kerja sehingga angka produktivitasnya pun ikut menurun.

5) Masa Kerja

Adalah kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif pada kinerja bila dengan semakin lamanya personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya (Tulus MA dalam Anonim, 2010).

6) Pendidikan

Pendidikan dan pelatihan membentuk dan menambah pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan dengan


(44)

commit to user

aman, selamat dalam waktu yang cepat. Pendidikan akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir dan bertindak dalam menghadapi pekerjaan (Sugeng Budiono dalam Anonim, 2010).

7) Gangguan Lingkungan Kerja

Gangguan lingkungan juga dapat mempengaruhi para pekerja, yaitu : (a)Gangguan Fisik Yang meliputi :

(1)Suhu (2)Radiasi (3)Kelembaban (4)Suara (5)Getaran

(b)Gangguan KimiaYang meliputi : (1)Logam

(2)Debu (3)Aerosol (4)Gas (5)Uap (6)Kabut

(c)Gangguan Biologis Yang meliputi : (1)Bakteri

(2)Virus (3)Parasit


(45)

commit to user

B.Kerangka Pemikiran

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Tenaga Kerja Target Produksi Over time Tidak mengalami kelelahan Produktivitas tetap Sesuai target Kurang dari target Sesuai Target Melebihi Target Lelah Produktivitas menurun Sakit KERUGIAN P E N G E N D A L I A N PROFIT Manajemen Kelelahan yang baik


(46)

commit to user

C.Hipotesis

´Ada hubungan antara overtime, absensi karena sakit, dan produktivitas kerja selama tahun 2010 dengan pengukuran kelelahan kerja bagi tenaga kerja bagian produksi pada Maret 2011´.


(47)

commit to user

37 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan

cross sectional, yaitu menganalisa suatu hubungan antara faktor resiko dengan efek yang diobservasi hanya sekali pada saat yang sama. (Handoko Riwidikdo, 2009)

B.Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini diselenggarakan di :

Tempat : Bagian Produksi PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant

Alamat : Desa Banjar Kemantren, Buduran Sidoarjo ( Kawasan PT. Maspion II)

Waktu : 07 Februari 2011± 31 Maret 2011 (2 bulan), hari Senin ±

JXP¶DW Pukul 08.00 ± 17.00 WIB.

C.Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono dalam Sumardiyono (2010), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah semua tenaga kerja di bagian produksi, yaitu sebanyak 33 orang.


(48)

commit to user

D.Teknik Sampling

Dalam pengambilan sampel, penelitian ini menggunakan teknik sampling total sampel. Sehingga menggunakan seluruh bagian dari populasi yang ada yaitu seluruh karyawan bagian produksi.

E.Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono dalam Sumardiyono (2010), sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini digunakan teknik sampling total dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel penelitian yaitu seluruh tenaga kerja bagian produksi di PT. Dupont Agricultural Products Surabaya Plants yaitu sebanyak 33 orang.

F. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah 1. Overtime tenaga kerja dengan skala interval 2. Absensi karena sakit dengan skala interval 3. Produktivitas tenaga kerja dengan skala rasio

Variabel terikat atau tergantung dalam penelitian ini adalah kelelahan kerja dengan skala rasio

G.Definisi Operasional 1. Didefinisikan

a. Overtime adalah waktu kerja lembur yang dilakukan oleh tenaga kerja jika bekerja melebihi 8 jam kerja perhari dan overtime ini tidak boleh melebihi 3 jam perhari dan 12 jam per minggu.


(49)

commit to user

b. Produktivitas kerja adalah kemampuan tenaga kerja menghasilkan sejumlah produk dalam waktu tertentu.

c. Sakit adalah ketahanan tubuh yang lemah diakibatkan karena infeksi suatu penyakit ataupun karena pengaruh lingkungan.

d. Kelelahan adalah keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, yang berakibat pada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja.

2. Alat Ukur

Pada penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner yaitu KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja) yang diberikan kepada tenaga kerja bagian produksi.

3. Cara Pengukuran a. Wawancara b. Kuesioner

c. Data laporan bulanan PT.Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant.

H.Sumber Data

Sumber data yang diperoleh dan dikumpulkan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1.Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang diteliti dengan cara melakukan pengamatan dan pengukuran secara langsung, yaitu :


(50)

commit to user

a. Pengukuran kelelahan dengan menggunakan kuesioner

b. Pengamatan langsung terhadap proses produksi, keadaan lingkungan tempat kerja dan keadaan tenaga kerja.

c. Wawancara langsung kepada tenaga kerja. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data-data yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan ataupun referensi yang relevan terhadap obyek yang diteliti, yaitu :

a. Artikel maupun jurnal dari suatu media tertentu yang sesuai dengan obyek yang diteliti.

b. Buku referensi yang berisi teori yang relevan terhadap obyek yang diteliti.

c. Dokumen perusahaan..

I. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara: 1. Observasi

Suatu kegiatan yang dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data penelitian.

2. Wawancara

Suatu aktivitas atau interaksi Tanya jawab terhadap pihak-pihak tertentu dalam suatu departemen yang terkait dengan obyek permasalahan yang diteliti.


(51)

commit to user

3. Dokumentasi Perusahaan

Suatu kegiatan mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen dari perusahaan yang terkait dengan obyek permasalahan yang diteliti. Data diambil dari Monthly Report di PT. Dupont Agricultural Product Indonesia Surabaya Plant.

J. ANALISA DATA

Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji Pearson Correlation

sedangkan perhitungannya menggunakan program computer SPSS versi 12.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. Jika P < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.


(52)

commit to user

42 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant, bersamaan dengan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan pada tanggal 7 Februari-31 Maret 2010. Sebelum pengukuran diadakan pengamatan langsung terhadap lingkungan kerja, jalannya proses produksi dan keadaan dari tempat tersebut.

1. Proses produksi

Proses Produksi yang ada di PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu formulasi, ekstrusi dan packaging.

a. Formulasi

Ra

Gambar 3. Bagan Mekanisme Proses Produksi di Bagian Formulasi Untuk raw material urea dan KCl sebelum di timbang dilakukan proses

stoke dahulu menggunakan mesin stoke granulator agar ukurannya menjadi 20 mess. Sedangkan untuk 1 batch terdiri dari 4 drum yang

Raw Material

Menimbang sesuai resep dari quality

Dimasukkan

ke drum biru Dinaikkan ke chain hoist

Material dimixer

Injeksi

Alfonic premix


(53)

commit to user

terdiri dari urea 20%, ally technical 20%, urea 20%, dan sisanya seperti K2HPO4, Emery, KCl, Cab-O-Sil M5 sebesar 35%. Selain raw material

yang dimasukkan ke dalam mixer juga dimasukkan recycle material yang ada sesuai dengan resep dari laboratorium.

b. Ekstrusi

Gambar 4. Bagan Mekanisme Proses Produksi Di Bagian Ekstrusi

Pada proses pembuatan premix menjadi granule dengan ukuran panjang pallet 1-4 mm digunakan mesin Extruder 40 MM. Sedangkan clasifier

dari hasil produk adalah:

1) Find size : berupa hasil bahan yang lembut 2) Over size : berupa hasil bahan yang agak lembut 3) Extrudate : berupa hasil bahan yang kasar 4) Finish size

Untuk bahan yang over size dan extrudate maka di lakukan proses

rework yang dilakukan diproses formulasi untuk selanjutnya digunakan kembali dalam proses formulasi dan extrusi.

c. Packaging

Dalam proses packaging digunakan 3 mesin utama untuk mengemas produk yaitu: mesin volpak, modullar, dan filvo.

premix Chargin

g hopper section Proses dilelehkan dengan

pemanasan

Pallet tising

Produk

granule Cooling

table clasifier

Dikemas per 25


(54)

commit to user

1) Mesin Volpak

Mesin ini khusus digunakan untuk mengemas produk Ally Plus 77 WP 40 gr dan Sindak 25 gr yang berbentuk powder. Mesin volpak ini bekerja secara horisontal. Dan untuk material yang digunakan didatangkan dari Shanghai China dan Geraween Australia. Berikut adalah proses pengemasan dengan mesin volpak:

Gambar 5. Bagan mekanisme proses produksi di bagian packaging menggunakan mesin volpak

2) Mesin Modullar

Mesin ini digunakan untuk mengemas produk granule yaitu Ally 20 WDG. Produk Ally 20 WDG dikemas dalam ukuran 5 gram dan 20 gram. Proses pengemasannya hampir sama dengan mesin volpak, bedanya mesin ini beroperasi secara vertikal dan digunakan pada mesin dilengkapi takaran yang bergeser ke samping kanan dan kiri. 3) Mesin Filvo

Mesin ini digunakan untuk mengemas produk granule. Dalam mesin ini dilengkapi dengan feeding yang dapat mengatur jumlah dari material yang dituang ke dalam botol secara otomatis, sedangkan material Transfer

piab

holder Material

masuk sachet

Produk masuk ke display box Masuk ke

karton box Diberi

batch nomer


(55)

commit to user

kurangannya digunakan vibrator. Berikut proses yang terjadi menggunakan mesin botling:

Gambar 5. Mekanisme proses produksi menggunakan mesin bottling di bagian

packaging

2. Shift Kerja

PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plants membagi sistem kerja kedalam tiga shift kerja yang telah ditentukan sebelumnya oleh

shift leader.

granule Granule

dituang ke botol

Print batch

number

Mesin

silikagel

Mesin hat Tightener

mesin

Induction sealer Security

seale Srink tunel

mesin

Karton box

Batch

nomor Carton sealer

Strapping brand tiap 2


(56)

commit to user

Tabel 3. Shift Kerja Di PT. Dupont Agricultural Product Indonesia Surabaya Plant No. Bagian Shift Masuk Pulang Keterangan

1 Produksi Warehouse Maintenance

WWT

Shift I 07.00 16.00 8 jam kerja, 1 jam istirahat, kecuali untuk shift Exchange

Shift II 15.30 23.30 7 jam kerja, 1 jam istirahat, khusus hari senin masuk jam 15.00 untuk safety meeting. (kecuali untuk shift exchange)

Shift III 23.00 07.00 7 jam kerja 1 jam istirahat (kecuali untuk shift exchange)

Long Shift

Pagi

07.00 19.00 8 jam kerja 1 jam istirahat dan 3 jam lembur ( kecuali untuk shift exchange)

Long Shift

Siang

19.00 07.00 7 jam kerja 1 jam istirahat dan 4 jam lembur (kecuali untuk shift exchange)

2 Staff/Office Senin-Jumat 08.00 17.00

Apabila dari masing-masing shift kerja di atas belum bisa mencapai target yang di inginkan oleh perusahaan, maka tenaga kerja harus melakukan overtime atau shift panjang menjadi 10 jam kerja ataupun 12 jam kerja dengan kata lain meeka harus menambah jam kerja sebanyak 2 jam atau 4 jam.


(57)

commit to user

3. Data Overtime

Berdasarkan Monthly Report PT. Dupont Agricultural Product Indonesia Surabaya Plant didapatkan hasil data overtime tenaga kerja bagian produksi tahun 2010 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Data overtime tenaga kerja bagian produksi tahun 2010 Bulan Overtime Target

Januari 2118 25% Februari 2658 25% Maret 2952 25% April 2904 25% Mei 3089 25% Juni 2956 25% Juli 3278 25% Agustus 3105 25% September 2624 25% Oktober 3256 25% November 3154 25% Desember 3085 25%

Sumber: PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant Dari data di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti berikut:

Gambar 6. Grafik Data Overtime Tenaga Kerja Produksi Tahun 2010 Sumber: PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500

ja

m

Bulan

grafik data overtime tahun 2010


(58)

commit to user

4. Data Absensi Karyawan Karena Sakit

Berdasarkan data absensi karyawan yang ada di HRD maka diperoleh data absensi sakit tenaga kerja bagian produksi pada tahun 2010 di PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant

Tabel 5. Data Absensi Sakit

Bulan Jumlah karyawan sakit Target

Januari 8 8

Februari 8 8

Maret 9 8

April 3 8

Mei 6 8

Juni 12 8

Juli 7 8

Agustus 9 8

September 2 8

Oktober 15 8

November 12 8

Desember 6 8

Sumber: PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant Dari data diatas dapat disajikan dalam bentuk grafik seperti berikut:

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Ju m la h Bulan

Grafik Data Absensi Sakit

Sakit


(59)

commit to user

5. Data produktivitas tenaga kerja

Data produktivitas bagian produksi pada tahun 2010 di PT. Dupont Agricultural Product Indonesia Surabaya Plant.

Tabel 6. Data Produktivitas Kerja

Bulan Produktivitas Total

Target Januari 19,34 15.16 Februari 21,25 15.16 Maret 21,067 15.16 April 20,971 15.16

Mei 19,596 15.16

Juni 19,768 15.16

Juli 18,91 15.16

Agustus 18,931 15.16 September 19,675 15.16 Oktober 14,629 15.16 November 14,629 15.16 Desember 19,619 15.16

Sumber: PT. Dupont Agricultural Products Indonesia Surabaya Plant Dari data di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

0 5 10 15 20 25 kg / m a n h o u r Bulan

Grafik produktivitas kerja tahun 2010

Produktivitas


(60)

commit to user

6. Korelasi antara overtime dengan absensi sakit

Berdasarkan data-data di atas maka dapat dilakukan suatu uji korelasi atau hubungan antara overtime dan absensi sakit tenaga kerja pada tenaga kerja bagian produksi PT. Dupont Agricultural Product Indonesia Surabaya Plant. Dari data di atas maka dilakukan uji korelasi menggunakan SPSS sehingga diperoleh hasil uji sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Antara Data Overtime dengan Data Sakit

OVERTIME SAKIT

OVERTIME Pearson

Correlation 1 0,332

Sig. (2-tailed) . 0,292

N 12 12

SAKIT Pearson

Correlation 0,332 1

Sig. (2-tailed)

0,292 .

N 12 12

Berdasarkan hasil diatas diketahui bahwa thitung sebesar 0,332 dan ttabel pada

Į GHQJDQ Q DGDODK VHEHVDU 6HKLQJJD Whitung< ttabel, yang

artinya tidak ada hubungan antara overtime dengan absensi sakit. 7. Hasil Uji Korelasi Antara Absensi Sakit dengan Produktivitas Kerja

Berdasarkan data-data diatas, telah dilakukan pengujian korelasi menggunakan SPSS dan didapatkan hasil sebagai berikut:


(61)

commit to user

Tabel 8. Uji Korelasi Antara Absensi Sakit dengan Produktivitas

SAKIT PRODUKTIVITAS

SAKIT Pearson

Correlation 1 -0,649(*) Sig. (2-tailed) - 0,022

N 12 12

PRODUKTIVITAS Pearson

Correlation -0,649(*) 1 Sig. (2-tailed) 0,022 -

N 12 12

* Korelasinya adalah signifikan pada level 0.05 (2-tailed).

Berdasarkan data di atas diketahui thitung sebesar 0,649 dan ttabel sebesar 0,576.

Sehingga dapat dikatakan bahwa thitung > ttabel, dan dapat diambil kesimpulan

bahwa ada hubungan yang signifikan antara absensi sakit dengan produktivitas kerja.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Freku

ensi

Bulan

Sakit Overtime produktivitas


(62)

commit to user

B.Pembahasan

Berdasarkan data hasil olahan menggunakan SPSS dapat di ambil suatu kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara banyaknya overtime dan angka absensi sakit. Namun tingginya overtime mengakibatkan banyak tenaga kerja jatuh sakit hampir mencapai 17,7% untuk setiap bulannya. Sedangkan untuk analisis hubungan antara sakit dengan produktivitas diperoleh hasil bahwa terdapat adanya hubungan yang signifikan antara sakit dengan produktivitas. Dari data di atas dapat dibuat pula perhitungan mengenai penurunan produktivitas selama tahun 2010. Berdasarkan data absensi sakit dan produktivitas didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan produktivitas selama 2 bulan. Penurunan tersebut hanya sebesar 10,94% yaitu sebesar 481,11 kg selama tahun 2010.

Banyaknya jumlah overtime yang dilakukan oleh tenaga kerja dan telah melebihi target mengakibatkan tenaga kerja mengalami kelelahan sehingga derajat kesehatan menurun dan menimbulkan sakit meskipun hanya penyakit umum yang banyak disebabkan oleh infeksi maupun infestasi parasit. Menurunnya derajat kesehatan tenaga kerja mengakibatkan pencapaian produktivitas menurun pula.

Pengaruh overtime yang tinggi selama tahun 2010 terhadap efek kelelahan yang diderita oleh tenaga kerja terlihat pada hasil survei mengenai data pengukuran secara subyektif yang dilakukan menggunakan KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja). Hasil survei menggunakan KAUPK2 tersebut adalah sebagai berikut:


(63)

commit to user

Tabel 9. Hasil Pengukuran Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Produksi Tahun 2011

Tingkat

Kelelahan Frekuensi Persentase (%) Sangat Lelah 1 3,03

Lelah 25 75,758 Tidak Lelah 7 21.212

Total 100 Sumber: Hasil survei maret 2011

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa tenaga kerja pada bagian produksi yang merasa dirinya sangat lelah sebesar 3,03%, merasa lelah sebesar 75,758% dan merasa tidak lelah sebesar 21,212%. Jadi dapat dikatakan bahwa hampir sebagian tenaga kerja bagian produksi mengalami kelelahan akibat kerja yang dilakukan selama kurun waktu 1 tahun.

Kelelahan tersebut terjadi akibat beberapa aspek diantaranya yaitu: 1. Beban Kerja

Beban kerja merupakan volume pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja, baik fisik maupun mental dan tanggung jawab. Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan kerja. (Depkes, 1991) 2. Mental dan fisik

Kondisi mental dan fisik tenaga kerja yang kurang prima, sangat berpengaruh terhadap potensi seseorang mengalami kelelahan kerja.

3. Keadaan lingkungan kerja yang kurang mendukung

Gangguan lingkungan kerja juga dapat mempengaruhi kelelahan para pekerja, yaitu berupa:

a. Gangguan Fisik yang meliputi : 1) Kebisingan


(64)

commit to user

Tabel 10. Data Intensitas Kebisingan

Area Hasil Pengukuran

Formulasi 82,83 dB Packaging 83,8 dB

Ekstrusi 90,875 dB

WWT (Heater) 72,82 dB Warehouse 76,52 dB Utility 86,7 dB Blower 83,13 dB Blower di WWT 89,78 dB Taman 75,76 dB 2) Suhu

Suhu ruangan yang tinggi mengakibatkan tenaga kerja mudah mengalami kelelahan dan mudah mengeluarkan keringat sehingga tenaga yang harus digunakan dalam bekerja cukup banyak.


(65)

commit to user

Tabel 11. Data Intensitas Penerangan

Bagian Area Hasil Keterangan Modular Mesin 181 <NAB (200 lux) Counting 100 <NAB (200 lux) Boxing 130 <NAB (200 lux) Cartoning 128 <NAB (200 lux) Ruang MICO 109 <NAB (300 lux) Filvo Filling 180 <NAB (200 lux) Silica 185 <NAB (200 lux) Induction seal 175 <NAB (200 lux)

Inkjet botol &

Barcode 168

<NAB (200 lux) Cartoning 346 >NAB (200 lux) Volpak Mesin 112 <NAB (200 lux) Counting 191 <NAB (200 lux) Boxing 175 <NAB (200 lux) Kartoning 143 <NAB (200 lux)

Charging 200 Sesuai

Extrusi Ruang MICO 227 <NAB (300 lux) Mesin 147 <NAB (200 lux) Pelletizer 154 <NAB (200 lux) Cooling Table 120 <NAB(200 lux) Clasifier 125 <NAB(200 lux) Druming 164 <NAB (200 lux) Formulasi Ruang MICO 154 <NAB (300 lux) Charging 130 <NAB (200 lux) Mixer 120 <NAB (200 lux) Stoke Urea 126 <NAB(200 lux) Extrusi Ruang MICO 227 <NAB (300 lux) Mesin 147 <NAB (200 lux) Pelletizer 154 <NAB (200 lux) Cooling Table 120 <NAB(200 lux) Clasifier 125 <NAB(200 lux) Druming 164 <NAB (200 lux) Formulasi Ruang MICO 154 <NAB (300 lux) Charging 130 <NAB (200 lux)


(66)

commit to user

4) Getaran

Tabel 12. Data Pengukuran Intensitas Getaran

No Peralatan Lokasi Hasil pengukuran (Velocity)

1 Air Compressor GA 75 (utility)

Horisontal Vertikal

0,254 cm/s 0,06 cm/s 2 Chilled Water Pump

(Utility)

Horisontal Vertikal

0,631 cm/s 0,635 cm/s 3 NPE Supply Blower Horisontal

Vertikal

0,0675 m/s2 0,77 cm/s 4 NPE Exhaust Blower Horisontal

Vertikal

0,0825 cm/s 0,082 cm/s 5 Extruder 40 MM Horisontal

Vertikal

0,0238 cm/s 0,0238 cm/s 6 Littleford Mixer Horisontal

Vertikal

0,39 cm/s 0,396 cm/s 7 Sanitary Evaporation

Pond Blower

Horisontal Vertikal

0,195 cm/s 0,21 cm/s 8 Proses WW Circulation

Pump

Horisontal Vertikal

0,0225 cm/s 0,0338 cm/s b. Gangguan Kimia yang meliputi :

1) Debu

Tabel 13. Data Hasil Monitoring Debu

Bagian Area Hasil Pengukuran (mg/m3) Packaging Ally 77 WP

(Counting Sachet)

0,0052

Filvo 0,0031

Modullar 0,0026

Ekstrusi Diatas Meja 0,0000

Ekstrusi 0,0007

Formulasi Batching Urea 0,0049 Charging

Formulasi

0,0112 2) Gas

3) Uap dan kabut

c. Gangguan Biologis yang meliputi : 1) Bakteri


(67)

commit to user

2) Virus

3) Parasit

d. Gangguan Fisiologis yang meliputi: 1) Konstruksi mesin

2) Sikap Kerja 3) Cara Kerja

e. Gangguan Psikologis yang meliputi: 1) Suasana Kerja

2) Konflik

3) Tanggung Jawab 4) Kekhawatiran f. Faktor Individu

1) Umur 2) Masa kerja 3) Gizi kerja

Pengaruh-pengaruh atau faktor-faktor tersebut berkumpul di dalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah terhadap pekerjaanQ\D6XPD¶PXU 3. 1996:190) Masalah tersebut bila tidak ditangani dengan benar maka akan berdampak pada penurunan produktifitas tahun 2011 karena kelelahan tersebut apabila dibiarkan menahun akan berpengaruh pada kesehatan seseorang sehingga akan mengakibatkan tenaga kerja sering absen karena sakit.

Sedangkan untuk produktivitas yang menurun dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:


(68)

commit to user

1. Penyakit umum

Penyakit umum yang banyak terjadi di lingkungan kerja berupa penyakit infeksi dan penyakit infestasi parasit.

2. Gizi Kerja

Kondisi gizi yang kurang diakibatkan oleh tidak cukupnya pengetahuan tentang masalah gizi tetapi juga berkaitan dengan berjangkitnya penyakit endemis dan juga penyakit parasit serta beban kerja yang terlalu besar ditambah pengaruh kondisi buruk lingkungan kerja.

Tabel 14. Data Hasil Pengukuran Gizi Tenaga Kerja Gizi Frekuensi Persentase (%)

Baik 21 63,64

Sedang 4 12,12

Kurang 2 6,06

Lebih 6 18,18

Total 100

3. Adanya problem-problem atau kendala pada waktu melakukan proses produksi seperti:

a. Pada bulan April :

1) Induction seal problem 2) Motor conveyor rusak

3) Problem pisau yang tidak bisa memotong karena sparepart tidak sama b. Pada bulan Mei:

1) FCU problem RH

2) /RZ%'´&8´

3) Perubahan pisau bearing 4) Bearing cam heater rusak


(69)

commit to user

5) Material karton habis (untuk botol) c. Pada bulan Juni:

1) PIAB problem

2) /RZ%'´&8´

d. Pada bulan Juli:

1) /RZ%'´&8´

2) Bulk Jetmill e. Pada bulan Agustus:

1) Re label

2) /RZ%'´&8´

f. Pada bulan September:

1) Jet print gantian dengan proses Algrip 2) Mesin tightiner problem

3) Re label

g. Pada bulan Oktober: 1) Conveyor belt putus h. Pada bulan November:

1) Karton Habis i.Pada bulan Desember:

1) Bearing gripper aus 4. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang tidak membantu untuk upaya mewujudkan produktivitas yang maksimal seperti suhu, kelembaban, dan ventilasi udara


(70)

commit to user

di tempat kerja menyebabkan suhu efektif berada di luar zona yang biasa untuk memfasilitasi kemudahan dan kenyamanan kerja bahkan merupakan tekanan panas sebagai beban tambahan yang berat bagi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Selain itu sebagai daerah tropis, heat stress (tekanan panas) disana-sini melebihi indeks 1 (satu). Pencahayaan dan penerangan yang demikian penting untuk kemudahan melakukan pekerjaan sering diabaikan, dengan akibat kelelahan luar biasa pada mata dan konsekuensinya sangat menurunkan efisiensi kerja serta terjadinya banyak kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Intensitas kebisingan jauh melebihi 85 dB(A) sehingga bukan saja mengganggu produktivitas tapi juga berada pada taraf membahayakan bagi alat pendengaran pekerja. Selain penerangan dan kebisingan, faktor lingkungan seperti debu, uap, gas dan lainnya dapat juga mempengaruhi produktivitas kerja dengan menyebabkan efek negatif pada kesehatan.


(71)

commit to user

60 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT. Dupont Agricultural Product Indonesia Surabaya Plant tentang hubungan antara overtime dan sakit dengan produktivitas kerja karyawan di bagian produksi maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara overtime dan absensi sakit 2. Ada hubungan yang signifikan antara absensi sakit dengan produktivitas

kerja

3. Overtime yang melebihi target selama tahun 2010 mengakibatkan 78,788% tenaga kerja mengalami kelelahan kerja.

4. Akibat kelelahan yang terjadi tersebut menyebabkan penurunan produktivitas pada tahun 2010 sebesar 10,94 % yaitu senilai 481,11 kg dalam kurun waktu 1 tahun.

5. Kelelahan kerja yang terjadi di bagian produksi diakibatkan oleh beberapa hal seperti:

a. Intensitas lamanya kerja b. Mental dan fisik


(72)

commit to user

d. Sebab±sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit.

6. Penurunan produktivitas kerja karyawan disebabkan oleh:

a. Ketidakseimbangan antara pemenuhan gizi kerja dengan beban kerja yang ditanggung oleh setiap tenaga kerja.

b. Banyaknya kendala-kendala yang dialami ketika proses produksi terjadi seperti perbaikan dan pembersihan mesin.

c. Lingkungan kerja yang kurang nyaman

d. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai seperti keterbatasan penyediaan obat-obatan terhadap penyakit umum.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi seperti yang disebutkan di atas maka saran-saran yang dapat penulis berikan antara lain :

1. Penyediakan musik ditempat kerja sesuai dengan anjuran dokter perusahaan dan pimpinan agar tenaga kerja tidak merasa jenuh dengan suasana sehingga meminimalkan kelelahan.

2. Penambahan tenaga kerja

3. Penyediaan kantin bagi karyawan

4. Adanya sosialisasi tentang pentingnya gizi kerja terhadap peningkatan produktivitas kerja kepada karyawan

5. Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja tentang pentingnya kesehatan pada proses produksi guna meningkatkan produktivitas kerja yang akan mewujudkan kemajuan dan keberhasilan perusahaan.


(73)

commit to user

6. Manajemen sistem kerja yang baik, yaitu penyesuaian antara waktu kerja dan waktu istirahat serta waktu cuti yang telah terjadwal sebelumnya.


(1)

1. Penyakit umum

Penyakit umum yang banyak terjadi di lingkungan kerja berupa penyakit infeksi dan penyakit infestasi parasit.

2. Gizi Kerja

Kondisi gizi yang kurang diakibatkan oleh tidak cukupnya pengetahuan tentang masalah gizi tetapi juga berkaitan dengan berjangkitnya penyakit endemis dan juga penyakit parasit serta beban kerja yang terlalu besar ditambah pengaruh kondisi buruk lingkungan kerja.

Tabel 14. Data Hasil Pengukuran Gizi Tenaga Kerja Gizi Frekuensi Persentase (%)

Baik 21 63,64

Sedang 4 12,12

Kurang 2 6,06

Lebih 6 18,18

Total 100

3. Adanya problem-problem atau kendala pada waktu melakukan proses produksi seperti:

a. Pada bulan April :

1) Induction seal problem

2) Motor conveyor rusak

3) Problem pisau yang tidak bisa memotong karena sparepart tidak sama b. Pada bulan Mei:

1) FCU problem RH

2) /RZ%'´&8´

3) Perubahan pisau bearing 4) Bearing cam heater rusak


(2)

commit to user

5) Material karton habis (untuk botol) c. Pada bulan Juni:

1) PIAB problem

2) /RZ%'´&8´

d. Pada bulan Juli:

1) /RZ%'´&8´

2) Bulk Jetmill e. Pada bulan Agustus:

1) Re label

2) /RZ%'´&8´

f. Pada bulan September:

1) Jet print gantian dengan proses Algrip 2) Mesin tightiner problem

3) Re label

g. Pada bulan Oktober: 1) Conveyor belt putus h. Pada bulan November:

1) Karton Habis i.Pada bulan Desember:

1) Bearing gripper aus 4. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang tidak membantu untuk upaya mewujudkan produktivitas yang maksimal seperti suhu, kelembaban, dan ventilasi udara


(3)

di tempat kerja menyebabkan suhu efektif berada di luar zona yang biasa untuk memfasilitasi kemudahan dan kenyamanan kerja bahkan merupakan tekanan panas sebagai beban tambahan yang berat bagi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya. Selain itu sebagai daerah tropis, heat stress (tekanan panas) disana-sini melebihi indeks 1 (satu). Pencahayaan dan penerangan yang demikian penting untuk kemudahan melakukan pekerjaan sering diabaikan, dengan akibat kelelahan luar biasa pada mata dan konsekuensinya sangat menurunkan efisiensi kerja serta terjadinya banyak kesalahan dalam melakukan pekerjaan. Intensitas kebisingan jauh melebihi 85 dB(A) sehingga bukan saja mengganggu produktivitas tapi juga berada pada taraf membahayakan bagi alat pendengaran pekerja. Selain penerangan dan kebisingan, faktor lingkungan seperti debu, uap, gas dan lainnya dapat juga mempengaruhi produktivitas kerja dengan menyebabkan efek negatif pada kesehatan.


(4)

commit to user

60 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT. Dupont Agricultural Product Indonesia Surabaya Plant tentang hubungan antara overtime dan sakit dengan produktivitas kerja karyawan di bagian produksi maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada hubungan yang signifikan antara overtime dan absensi sakit 2. Ada hubungan yang signifikan antara absensi sakit dengan produktivitas

kerja

3. Overtime yang melebihi target selama tahun 2010 mengakibatkan 78,788% tenaga kerja mengalami kelelahan kerja.

4. Akibat kelelahan yang terjadi tersebut menyebabkan penurunan produktivitas pada tahun 2010 sebesar 10,94 % yaitu senilai 481,11 kg dalam kurun waktu 1 tahun.

5. Kelelahan kerja yang terjadi di bagian produksi diakibatkan oleh beberapa hal seperti:

a. Intensitas lamanya kerja b. Mental dan fisik


(5)

d. Sebab±sebab mental seperti tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik serta penyakit.

6. Penurunan produktivitas kerja karyawan disebabkan oleh:

a. Ketidakseimbangan antara pemenuhan gizi kerja dengan beban kerja yang ditanggung oleh setiap tenaga kerja.

b. Banyaknya kendala-kendala yang dialami ketika proses produksi terjadi seperti perbaikan dan pembersihan mesin.

c. Lingkungan kerja yang kurang nyaman

d. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai seperti keterbatasan penyediaan obat-obatan terhadap penyakit umum.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi seperti yang disebutkan di atas maka saran-saran yang dapat penulis berikan antara lain :

1. Penyediakan musik ditempat kerja sesuai dengan anjuran dokter perusahaan dan pimpinan agar tenaga kerja tidak merasa jenuh dengan suasana sehingga meminimalkan kelelahan.

2. Penambahan tenaga kerja

3. Penyediaan kantin bagi karyawan

4. Adanya sosialisasi tentang pentingnya gizi kerja terhadap peningkatan produktivitas kerja kepada karyawan

5. Pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja tentang pentingnya kesehatan pada proses produksi guna meningkatkan produktivitas kerja yang akan mewujudkan kemajuan dan keberhasilan perusahaan.


(6)

commit to user

6. Manajemen sistem kerja yang baik, yaitu penyesuaian antara waktu kerja dan waktu istirahat serta waktu cuti yang telah terjadwal sebelumnya.