PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA.

(1)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU

SERTA KARAKTERISASINYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains dalam Bidang Kimia

Disusun oleh : Wini Septiani NIM. 1103888

PROGRAM STUDI KIMIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata)

TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Oleh Wini Septiani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

©Wini Septiani

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian


(3)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

WINI SEPTIANI

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata)

TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Dosen Pembimbing I

Dr. H. Hayat Sholihin, M. Sc NIP. 195711231984031001

Dosen Pembimbing II

Drs. Asep Suryatna, M.Si NIP. 196212091987031002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Dr. rer. nat. Ahmad Mudzakir, M. Si NIP. 196611211991031002


(4)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA


(5)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi optimum adsorpsi warna ekstrak cincau hijau menggunakan arang bambu (Gigantochloa verticillata) tercampur bentonit serta karakterisasinya. Arang bambu diaktivasi dengan larutan H3PO4 5%, 10% dan 15% serta pemanasan pada suhu 700oC selama 60 menit.

Sedangkan bentonit diaktivasi menggunakan larutan HCl 5 N dengan pemanasan pada suhu 70oC. Preparasi ekstrak cincau hijau dilakukan dengan pelarut air dan metanol. Selanjutnya dilakukan pengontakkan adsorben dengan ekstrak cincau hijau. Adsorben sebelum dan sesudah kontak dikarakterisasi menggunakan instrumentasi FTIR (Fourier Transform Infrared Spectometer) dan analisis SEM (Scanning Electron Microscope). Arang bambu aktif yang diaktivasi dengan larutan H3PO4 5% memiliki daya adsorpsi (96,04%) dan randemen (58,2%) paling

tinggi. Perbandingan optimum pada pencampuran arang bambu dan bentonit adalah 3:1. Kondisi optimum pengontakkan ekstrak cincau hijau dengan adsorben adalah pada konsentrasi adsorben 1,5% dan lama waktu kontak 10 menit. Hasil analisis FTIR menunjukkan bahwa adsorben yang telah dikontakkan dengan ekstrak cincau hijau tidak mengalami perubahan secara kimia. Sedangkan berdasarkan analisis SEM, adsorben sebelum dan sesudah pengontakkan tidak mengalami perubahan secara signifikan (pori-pori adsorben masih terbuka). Kata kunci: Arang bambu, bentonit, ekstrak cincau hijau, adsorpsi

ABSTRACT

The purpose of this research is to optimize condition in color adsorption of green cincau extract used bamboo charcoal (Gigantochloa verticillata) and bentonite with characterization. Bamboo charcoal activated with 5%, 10% and 15% H3PO4

solution and heated at temperature 700oC for 60 minutes. Whereas bentonite was activated with 5 N HCl solution and heated at temperature 70oC. Green cincau was extracted with water and metanol. And then the extract was contacted with adsorbent (bamboo charcoal and bentonite). Adsorbent pre and post contacts were characterized by fourier transform infrared (FTIR) and scanning electron microscope (SEM). Bamboo charcoal which activated by 5% H3PO4 solution has

adsorption capacity (96,04%) and the highest randemen is 58,2%. Optimum ratio of bamboo charcoal and bentonite was 3:1. Optimum contacted condition green cincau extract with adsorbent were 1,5% adsorbent concentration and ten minutes contact time. The FTIR spectrum show that adsorben which contacted with green cincau extract did not change chemical characterization. According to SEM analysis, adsorbent pre and post contact did not change significantly (adsorbent pores not closed).


(6)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(7)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………...……….…...……… i

KATA PENGANTAR ………...……….…...……...……… ii

DAFTAR ISI ...………...……….…...……...……… iv

DAFTAR TABEL ...…...……...…….…...……...…… vii

DAFTAR GAMBAR ..………...……….…...……...…… viii

DAFTAR GRAFIK ...………...……….…...……...……… x

DAFTAR LAMPIRAN ..……...……….…...……...……… xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….…...……….…....…. 1

1.2 Rumusan Masalah ………...…...….…. 4

1.3 Tujuan Penelitian ………..……….….…...……..…….….. 4

1.4 Manfaat Penelitian ………..……….….…...…….……….. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karbon Aktif ………...………...……….…..….…….…… 5

2.2. Arang Bambu …………...………..…….…...………… 9


(8)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.4. Adsorben Bentonit ………...…….….…....……..….……. 14

2.5. Cincau Hijau ……...…………...…….….…....…………..…. 17

2.6. Gel Hidrokoloid ………...…...….….…....……….... 20

2.7. Klorofil ………...…...…….….…....……… 23

2.8. Spektrofotometri UV/Vis ………...…….….…....……...…...… 25

2.9. SEM (Scanning Electron Microscope) ...…….….…...……… 25

2.10. Spektrofotometri Inframerah……...……...…….….…....……… 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Objek dan Lokasi Penelitian ………...….…………..…..……. 28

3.2. Alat dan Bahan ………...………..….…..…..…. 28

3.3. Bagan Alir Penelitian …………...………….………..…...… 28

3.4. Prosedur Penelitian …....………...………….……….…… 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Aktivasi Arang Bambu …...………...……….….….….….…... 36

4.2. Uji Absorbansi ……...………...………..……...……...….. 38

4.3. Hasil Analisis SEM …...………...………….…………...……..… 40

4.4. Aktivasi Bentonit …...………...………….…….……… 41


(9)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.6. Optimasi Perbandingan Massa Adsorben ...………..…..… 43

4.7. Optimasi Penambahan Massa Adsorben …...…...……...… 45

4.8. Optimasi Waktu Kontak Campuran Adsorben …...………...…....… 48

4.9. Hasil Analisis FTIR Adsorben Sebelum dan Sesudah Kontak …...… 49

4.10. Hasil Analisis SEM Adsorben Sebelum dan Sesudah Kontak …...…...… 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ……...………...………..………...….……. 54

5.2. Saran ……...…………...………...………..…………....……. 54

DAFTAR PUSTAKA ………...……….………..…… 55


(10)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penggunaan Karbon Aktif …………....……….…...…. 8

Tabel 2.2 Analisis Komponen Kimia Beberapa Jenis Bambu di Indonesia…………...…...…...….10

Tabel 2.3 Sifat Arang Bambu ……...……….…...…. 13

Tabel 2.4 Adsorpsi Iodin Bambu Gombong dan Bambu Betung …..…...…. 13

Tabel 2.5 Kandungan Mineral Bentonit ……...……….…...…. 15

Tabel 2.6 Kandungan Gizi Cincau Hijau per 100 gram Bahan ……...…. 18

Tabel 4.1 Hasil Aktivasi Arang Bambu ... 37

Tabel 4.2 Efisiensi Adsorpsi Arang Aktif terhadap Klorofil ... 39

Tabel 4.3 Teknik Pemisahan Adsorben dari Ekstrak Cincau Hijau ... 43

Tabel 4.4 Optimasi Perbandingan Massa Adsorben ... 44

Tabel 4.5 Optimasi Penambahan Massa Adsorben terhadap Ekstrak Cincau Hijau... 46

Tabel 4.6 Optimasi Penambahan Massa Adsorben ... 47


(11)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.8 Dugaan Gugus Fungsi Adsorben Sebelum dan Sesudah Kontak ... 51

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Arang Aktif ………...…….…...……….……..…. 5

Gambar 2.2 Struktur Pori Karbon Aktif ……….……….……..…. 6

Gambar 2.3 Struktur Kimia Arang Aktif …………...…….……….…….…. 6

Gambar 2.4 Gigantochloa verticillata (Willd.) Munro ……...…...…...….…. 11

Gambar 2.5 Arang Bambu ………...…….…...………...….…. 12

Gambar 2.6 Struktur Montmorilonit …………....….…...………...….…. 15

Gambar 2.7 Struktur Pori Bentonit ……….………...…….…. 16

Gambar 2.8 Daun Cincau Hijau ……….……….…...….…. 18

Gambar 2.9 Struktur Pektin ……...………...…...…. 21

Gambar 2.10 Rumus Struktur Klorofil a dan Klorofil b …...…...…. 24

Gambar 2.11 Kurva Serapan Sinar Tampak Klorofil a ... 24

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian ... 29


(12)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3 Diagram Alir Preparasi Bentonit ... 30

Gambar 3.4 Diagram Alir Ekstraksi Daun Cincau dengan Metanol ... 31

Gambar 3.5 Diagram Alir Ekstraksi Daun Cincau dengan Air ... 31

Gambar 3.6 Optimasi Perbandingan Massa Adsorben ... 32

Gambar 3.7 Optimasi Penambahan Massa Adsorben ... 32

Gambar 3.8 Optimasi Waktu Kontak Campuran Adsorben ... 33

Gambar 4.1 Hasil Adsorpsi Arang Aktif terhadap Ekstrak Klorofil ... 39

Gambar 4.2 Struktur Pori-pori Arang Aktif ... 40

Gambar 4.3 Hasil Analisis SEM Bentonit Aktif ... 42

Gambar 4.4 Spektra Inframerah Adsorben Sebelum Kontak ... 50

Gambar 4.5 Spektra Inframerah Adsorben Sesudah Kontak ... 50

Gambar 4.6 Spektra Inframerah Adsorben Sebelum dan Sesudah Kontak ... 52

Gambar 4.7 Adsorben Sebelum Kontak ... 52


(13)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Grafik 4.1 Pengaruh Penambahan Adsorben terhadap Absorbansi Ekstrak Cincau Hijau ……...……….…...… 45 Grafik 4.2 Optimasi Penambahan Massa Adsorben ... 46 Grafik 4.3 Nilai Absorbansi Ekstrak Cincau Hijau dengan Variasi

Penambahan Massa Adsorben ... 47 Grafik 4.4 Optimasi Waktu Kontak Campuran Adsorben ... 49


(14)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Pengamatan Penelitian ...……….…...… 59 Lampiran 2. Hasil Analisis SEM Adsorben ... 62 Lampiran 3. Hasil Analisis FTIR Adsorben ... 63


(15)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia memiliki banyak jenis tumbuhan yang berpotensi menghasilkan gel cincau. Namun, ada tiga tumbuhan populer yang biasa dimanfaatkan masyarakat Indonesia sebagai penghasil cincau, yakni Premna oblongifolia Merr atau cincau perdu, Cyclea barbata Miers atau cincau rambat, dan Mesona palustris, tumbuhan rambat yang dikenal oleh masyarakat di beberapa daerah sebagai janggelan, penghasil cincau hitam. Dua daun tumbuhan yang disebut pertama adalah penghasil cincau hijau. Sebagai bahan pangan, cincau memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Cincau perdu misalnya, dimanfaatkan untuk mengobati penyakit tekanan darah tinggi. Cincau rambat yang umumnya memiliki gel lebih kenyal, sejak zaman dahulu dimanfaatkan sebagai obat antidemam, selain penurun tekanan darah. Demikian juga dengan cincau hitam yang selain untuk hal-hal serupa di atas, juga bisa meredakan panas dalam dan radang tenggorokan (Femina, 2014).

Cincau hijau (Premna oblongifolia Merr) merupakan bahan makanan tradisional yang telah lama dikenal masyarakat dan digunakan sebagai isi minuman segar. Cincau hijau tersebut disenangi masyarakat karena berasa khas, segar, dingin, serta harganya murah. Ekstrak cincau hijau tersusun atas komponen utama zat polisakarida pektin yang membentuk gel pada cincau. Kandungan polisakarida pektin yang terdapat pada cincau hijau tersebut merupakan kelompok hidrokoloid pembentuk gel.

Telah dilakukan beberapa penelitian mengenai pemanfaatan gel cincau untuk keperluan makanan maupun farmasi. Roiyana (2012) mengemukakan bahwa kandungan hidrokoloid pada gel cincau hijau berpotensi digunakan sebagai edible film pada penundaan pematangan buah tomat. Akan tetapi dari segi penampilan gel cincau yang berwarna hijau dapat mempengaruhi nilai jual menjadi lebih


(16)

2

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rendah dibandingkan dengan buah yang dilapisi dengan gel rumput laut karena memiliki penampilan yang bening dan transparan. Selain bahan pangan, gel cincau hijau dapat dijadikan sebagai bahan pengikat obat pada tablet antasid, menggantikan CMC (Carboxy Methyl Cellulose) yang berwarna putih. Namun keseragaman warna dan ketebalan dari tablet antasid yang diperoleh belum memenuhi syarat (Muchtaridi, 2009). Oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi intensitas warna hijau pada gel cincau hijau.

Di dalam cincau hijau terdapat klorofil yang merupakan pigmen berwarna hijau yang memberikan warna pada daun. Salah satu cara untuk menyerap komponen warna tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan suatu adsorben. Pada penelitian ini adsorben yang akan digunakan adalah bentonit dan arang bambu serta campuran keduanya.

Bentonit merupakan jenis mineral smektit tersusun oleh kerangka alumino silikat, membentuk struktur lapis, dan merupakan penukar kation yang baik. Kandungan utama dari bentonit adalah montmorillonit. Adanya rongga pada montmorillonit menyebabkan luas permukaannya sangat besar sekitar 700-800 m2/g. Bentonit memiliki kemampuan mengembang yang tinggi sehingga dapat menyerap senyawa organik maupun ion logam (Ashadi, 2007).

Aktivasi bentonit menggunakan asam akan menghasilkan bentonit dengan situs aktif lebih besar dan keasamaan permukaan yang lebih besar, sehingga akan dihasilkan bentonit dengan kemampuan adsorpsi yang lebih tinggi dibandingkan sebelum diaktivasi (Komadel, 2003). Tanjaya (2006) mengemukakan bahwa semakin tinggi konsentrasi asam yang digunakan untuk aktivasi bentonit maka kemampuan adsorpsi bentonit terhadap zat warna pada minyak kelapa sawit semakin tinggi. Namun pada konsentrasi asam lebih besar dari 5 N terjadi penurunan penyerapan warna. Selain itu diperoleh bahwa dengan konsentrasi asam yang sama bentonit yang diaktivasi menggunakan HCl lebih efektif untuk menurunkan warna pada bleaching minyak kelapa sawit dibandingkan bentonit yang diaktivasi menggunakan H2SO4.


(17)

3

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arang bambu (bamboo charcoal) adalah produk padat (solid) yang menggunakan bahan baku bambu (dapat dari bahan baku lembah) melalui proses karbonisasi dibawah suhu tinggi (under high temperature). Sebagai adsorben, arang diaktivasi terlebih dahulu untuk memperbesar luas permukaan aktif dengan cara membuka pori-pori yang tertutup oleh tar dan atom-atom bebas (Suheryanto, 2013).

Aktivator yang umum digunakan untuk pembuatan arang aktif dengan aktivasi kimia ialah KOH, ZnCl2 dan H3PO4. Pada penelitian sebelumnya,

pembuatan arang aktif dari bambu dengan menggunakan H3PO4 sebagai aktivator

memberikan hasil luas permukaan arang aktif yang tinggi dibandingkan ZnCl2

(Baksi, 2003). Selain itu, pada penelitian Miranti (2012) menunjukkan bahwa aktivator H3PO4 lebih baik dibandingkan KOH untuk pembuatan arang aktif dari

bambu dengan metode aktivasi kimia pada suhu 700oC selama satu jam. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan H3PO4 sebagai aktivator.

Kemampuan adsorpsi arang aktif tidak hanya tergantung oleh luas permukaannya saja tetapi juga struktur dalam pori-pori. Konsentrasi aktivator pada pembuatan arang aktif dapat mempengaruhi struktur pori yang terbentuk. Berdasarkan penelitian (Wibowo, 2011) mengenai “Karakterisasi Permukaan Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung” bahwa konsentrasi H3PO4 berpengaruh

terhadap tekstur pori yang terbentuk. Konsentrasi H3PO4 rendah (5% atau 0%)

menghasilkan lebih banyak pori arang aktif biji nyamplung yang berukuran kecil, <5μ, sedangkan pada konsentrasi H3PO4 10% menghasilkan pori yang lebih besar,

>5μ.

Arang aktif dan bentonit dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengadsorpsi senyawa organik. Pambayun, dkk (2013) mengemukakan bahwa arang aktif dapat digunakan sebagai adsorben untuk mengurangi kadar fenol dalam air limbah. Nurhayati (2010) telah menggunakan bentonit teraktivasi dalam pengolahan limbah cair tahu. Campuran arang aktif dan bentonit telah digunakan sebagai adsorben minyak goreng bekas untuk menyerap warna, pengotor dan menurunkan kadar asam lemak bebas. Oleh karena itu pada penelitian ini


(18)

4

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan campuran arang bambu (Gigantochloa verticillata) dan bentonit untuk mengadsorpsi zat warna klorofil pada ekstrak cincau hijau.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengaktivasi arang bambu (Gigantochloa verticillata) dan bentonit sebagai adsorben?

2. Bagaimanakah kondisi optimum adsorpsi warna ekstrak cincau hijau dengan adsorben arang aktif tercampur bentonit?

3. Bagaimanakah karakteristik adsorben arang aktif tercampur bentonit setelah dilakukan pengontakkan dengan ekstrak cincau hijau?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui cara mengaktivasi arang bambu (Gigantochloa verticillata) dan bentonit sebagai adsorben.

2. Mengetahui kondisi optimum adsorpsi warna ekstrak cincau hijau dengan adsorben arang aktif tercampur bentonit.

3. Mengetahui karakteristik adsorben arang aktif tercampur bentonit setelah dilakukan pengontakkan dengan ekstrak cincau hijau.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah meningkatkan nilai manfaat, nilai jual dari hasil pertanian Bangsa Indonesia serta memberikan informasi mengenai kondisi optimum penggunaan arang bambu (Gigantochloa verticillata) tercampur bentonit untuk mengadsorpsi zat warna hijau (klorofil) dari ekstrak cincau hijau serta karakterisasinya.


(19)

5

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA


(20)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Objek atau bahan penelitian ini adalah cincau hijau. Lokasi penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset, Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, dan Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas kimia, pompa vakum, corong buchner, magnetic stirrer, kertas saring, oven, kain saring, neraca analitik, kuvet, furnace, instrumentasi spektrometer UV/Vis, FTIR, dan SEM.

3.2.2 Bahan

Penelitian ini menggunakan sampel ekstrak daun cincau hijau. Sedangkan bahan yang dibutuhkan adalah arang bambu gombong, H3PO4, HCl 5 N, bentonit,

metanol teknis dan aquades.

3.3 Bagan Alir Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan aktivasi arang bambu (Giganthochloa verticillata) dan bentonit. Arang bambu diaktivasi menggunakan H3PO4 5%, 10% dan 15%

pemanasan pada suhu 700oC. Sedangkan bentonit diaktivasi menggunakan HCl 5N dan pemanasan pada suhu 70oC. Arang dan bentonit hasil aktivasi dianalisis SEM untuk mengetahui struktur pori-pori adsorben. Selanjutnya dilakukan ekstraksi daun cincau hijau menggunakan metanol dan air. Setelah diperoleh ekstrak daun cincau hijau, dilakukan pengontakkan adsorben (arang aktif dan bentonit) dengan variasi perbandingan massa arang aktif : bentonit, optimasi konsentrasi adsorben dan optimasi waktu kontak. Selanjutnya dilakukan pemisahan adsorben dari ekstrak daun cincau hijau. Tahap akhir dilakukan analisis terhadap filtrat menggunakan spektrometer UV/Vis untuk mengetahui


(21)

29

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - diaktivasi dengan penambahan asam dan pemanasan

- dilakukan optimasi perbandingan massa adsorben (arang aktif : bentonit), optimasi penambahan massa adsorben dan

optimasi waktu kontak.

- Ekstrak hasil pengontakkan kemudian disaring

absorbansi dari ekstrak cincau hijau yang telah dikontakkan dengan adsorben. Sedangkan residu berupa adsorben dianalisis menggunakan spektrometer IR untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat dalam adsorben sebelum dan sesudah pengontakkan dengan ekstrak cincau hijau dan analisis SEM untuk mengetahui perubahan struktur pori-pori adsorben. Secara garis besar bagan alir penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Arang bambu dan

bentonit

Arang aktif dan

bentonit aktif Ekstrak cincau hijau

Filtrat Residu

Analisis spektrometri UV/Vis


(22)

30

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - dipanaskan pada suhu 400oC selama 2 jam

- dihaluskan

- diaktivasi dengan penambahan H3PO4 5%, 10% dan

15% serta pemanasan 700oC selama 1 jam

- ditambahkan HCl 15%

- dipanaskan pada suhu ± 70oC sambil diaduk

- dicuci dengan air panas sampai pH air pencuci ≥3 - dikeringkan pada suhu 105oC sampai beratnya konstan - disaring

- didinginkan

- dicuci dengan aquades hingga netral

- dikeringkan pada suhu 110oC selama ±8 jam

Untuk lebih jelasnya, penelitian ini melalui beberapa tahapan dalam bagan alir penelitian sebagai berikut.

1. Preparasi Adsorben a. Aktivasi Arang Bambu

Gambar 3.2 Diagram Alir Aktivasi Arang Bambu

b. Aktivasi Bentonit

Bambu gombong

Arang bambu gombong

Serbuk arang bambu gombong

Arang hasil aktivasi

Bentonit

Pasta

Filtrat Residu

Analisis SEM

Analisis SEM Arang aktif


(23)

31

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - dipisahkan dari tangkainya

- dibersihkan

- ditimbang sebanyak ± 20 gram

- dihancurkan dengan blender menggunakan 50 ml metanol selama 3 menit

- disaring dengan kain saring halus

Gambar 3.4 Diagram Alir Ekstraksi Daun Cincau dengan Metanol - dicuci dengan 50 ml metanol

- disaring

Gambar 3.3 Diagram Alir Preparasi Bentonit

- dipisahkan dari tangkainya - dibersihkan

- ditimbang sebanyak ± 8 gram

- ditambahkan air pengekstrak sebanyak 400 mL - diektraksi dengan cara diemas remas

- disaring

- disaring dengan corong Buchner

2. Penyiapan Ekstrak Daun Cincau Hijau a. Ekstraksi dengan metanol

b. Ekstraksi dengan air

Bentonit aktif

Daun cincau hijau

Analisis SEM

Residu Filtrat

Residu Filtrat

Residu Filtrat (ekstrak klorofil daun cincau)


(24)

32

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - ditimbang sebanyak 10 gram

- ditambahkan 0,5 gram adsorben dengan berbagai perbandingan massa arang aktif (A) dan bentonit (B) : A:B = 1:0

A:B = 1:3 A:B = 1:2 A:B = 1:1 A:B = 2:1 A:B = 3:1

- diaduk selama 5 menit - disaring

- ditimbang sebanyak 10 gram

- ditambahkan berbagai variasi massa adsorben (0-10%) dengan perbandingan massa arang aktif dan bentonit hasil optimasi - diaduk selama 5 menit

- disaring

Gambar 3.5 Diagram Alir Ekstraksi Daun Cincau dengan Air

3. Optimasi Pengontakkan Adsorben dengan Ekstrak Cincau Hijau a. Optimasi perbandingan massa adsorben

Gambar 3.6 Optimasi Perbandingan Massa Adsorben

b. Optimasi penambahan massa adsorben

Filtrat Residu

Analisis Spektrometri UV/Vis Ekstrak daun cincau hijau

Residu Filtrat (ekstrak daun cincau hijau)

Filtrat Residu

Analisis Spektrometri UV/Vis


(25)

33

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu - ditimbang sebanyak 10 gram

- ditambahkan adsorben dengan massa adsorben hasil optimasi

- diaduk selama 5-30 menit - disaring

Gambar 3.7 Optimasi Penambahan Massa Adsorben

c. Optimasi waktu kontak

Gambar 3.8 Optimasi Waktu Kontak Campuran Adsorben

3.4 Prosedur Penelitian 3.4.1 Penyiapan Sampel

Daun cincau hijau yang akan digunakan, dibersihkan terlebih dahulu dari debu serta bagian yang tidak diperlukan. Kemudian dipisahkan dari tangkainya dan dibersihkan kemudian ditimbang.

3.4.2 Ekstraksi Daun Cincau Hijau 3.4.2.1 Ekstraksi dengan Air

Daun cincau hijau bersih dan kering sebanyak 8 gram diekstraksi menggunakan air sebanyak 400 ml dengan cara diremas-remas, selanjutnya disaring menggunakan kain saring. Fitrat yang diperoleh merupakan ekstrak daun cincau hijau.

3.4.2.2 Ekstraksi dengan Metanol

Filtrat Residu

Analisis Spektrometri UV/Vis

Ekstrak daun cincau hijau


(26)

34

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daun cincau hijau bersih dan kering sebanyak 20 gram dihancurkan dengan blender menggunakan 50 ml metanol selama 3 menit. Hancuran kemudian disaring dengan kain saring halus, lalu filtrat yang diperoleh disaring kembali dengan corong Buchner menggunakan kertas saring. Penyaringan menggunakan pompa vakum. Residu dicuci dengan 50 ml metanol kemudian disaring lagi dengan corong Buchner (Alsuhendra dalam Nurdin, 2009).

3.4.3 Preparasi Adsorben 3.4.3.1Aktivasi Arang Bambu

Arang bambu yang diperoleh dari hasil karbonisasi, dihaluskan menggunakan lumpang dan alu. Selanjutnya direndam dalam larutan H3PO4 5%,

10% dan 15% selama 24 jam. Pasta yang dihasilkan dipanaskan di dalam furnace pada suhu 700oC selama 1 jam. Arang hasil aktivasi didinginkan dan dicuci dengan aquades hingga netral kemudian dikeringkan pada suhu 110oC selama ±8 jam.

3.4.3.2Aktivasi Bentonit

Bentonit alam direndam dalam larutan HCl 5 N kemudian dipanaskan pada suhu 70oC sambil diaduk. Pasta yang dihasilkan didiamkan selama satu malam. Selanjutnya dicuci dengan air panas sampai pH air pencuci ≥ 3 dan dikeringkan pada suhu ± 100oC sampai beratnya kostan.

3.4.4 Analisis SEM

Arang aktif dan bentonit aktif yang diperoleh kemudian dianalisis SEM untuk mengetahui struktur pori-pori adsorben. Analisis dilakukan di Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung.

3.4.5 Pengaruh Penambahan Adsorben Kedalam Ekstrak Cincau Hijau

Penambahan adsorben dilakukan dalam variasi perbandingan massa arang aktif dengan bentonit aktif. Kemudian dilakukan pemisahan adsorben dari ekstrak cincau hijau. Filtrat yang diperoleh selanjutnya diukur absorbansinya


(27)

35

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan spektrometer UV/Vis, sedangkan residu yang diperoleh dilakukan pemeriksaan menggunakan spektrometer IR dan analisis SEM.

3.4.6 Pengukuran Absorbansi Ekstrak Cincau Hijau Pasca Kontak dengan Adsorben

Metode pengukuran yang digunakan yaitu pengukuran absorbansi menggunakan spektrometer UV/Vis. Tahap awal dilakukan scanning panjang gelombang maksimum dari ekstrak daun cincau hijau pra kontak dengan adsorben. Tahap kedua dilakukan pengukuran absorbansi ekstrak daun cincau hijau pasca kontak dengan adsorben.

3.4.7 Optimasi Perbandingan Massa Adsorben

Ekstrak daun cincau hijau sebanyak 10 gram dikontakkan dengan berbagai variasi perbandingan massa arang aktif dan bentonit (1:0, 1:3, 1:2, 1:1, 2:1, 3:1) dengan massa total 0,5 gram selama 5 menit. Hasil pengontakkan disaring, lalu filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya menggunakan spektrometer UV/Vis pada panjang gelombang klorofil.

3.4.8 Optimasi Penambahan Massa Adsorben (Arang Bambu+Bentonit)

Ekstrak cincau hijau sebanyak 10 gram dikontakkan dengan berbagai variasi massa adsorben (0-10%) selama 5 menit. Hasil pengontakkan disaring, lalu filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya menggunakan spektrometer UV/Vis pada panjang gelombang klorofil.

3.4.9 Optimasi Waktu Kontak Campuran Adsorben

Ekstrak cincau hijau sebanyak 10 gram dikontakkan dengan adsorben pada berbagai variasi waktu kontak (5-30 menit). Hasil pengontakkan disaring, lalu filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya menggunakan spektrometer UV/Vis pada panjang gelombang klorofil.


(28)

36

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penentuan gugus fungsi yang terdapat pada adsorben sebelum dan sesudah kontak dengan ekstrak daun cincau hijau menggunakan metoda pellet KBr dengan alat FTIR-8400 SHIMADZU.


(29)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai “Penggunaan Arang Bambu (Gigantochloa verticillata) Tercampur Bentonit sebagai Adsorben pada Pemucatan Cincau Hijau

serta Karakterisasinya”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Arang bambu diaktivasi menggunakan larutan H3PO4 5% dan pemanasan pada

suhu 700oC selama satu jam. Sedangkan bentonit diaktivasi menggunakan larutan HCl 15%.

2. Kondisi optimum pengontakkan adsorben dengan ekstrak daun cincau hijau adalah pada konsentrasi adsorben 1,5% dengan perbandingan arang aktif dan bentonit 3:1 serta lama waktu kontak 10 menit.

3. Berdasarkan hasil analisis FTIR, adsorben yang telah dikontakkan tidak mengalami perubahan secara kimiawi dan berdasarkan hasil analisis SEM, adsorben sebelum dan setelah dikontakkan dengan ekstrak cincau hijau memiliki pori-pori yang terbuka. Hal ini menunjukkan adsorbat (klorofil) hanya terserap di bagian permukaan adsorben dan lemahnya interaksi yang terjadi antara adsorbat dengan adsorben.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian mengenai “Penggunaan Arang Bambu (Gigantochloa verticillata) Tercampur Bentonit sebagai Adsorben pada Pemucatan Cincau Hijau

serta Karakterisasinya”, maka terdapat saran-saran sebagai berikut untuk penelitian selanjutnya :

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai metode adsorpsi klorofil dengan ekstrak yang masih mengandung pektin.


(30)

59

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Perlu dikaji mengenai pengaruh adsorben terhadap kandungan gizi ekstrak cincau hijau.


(31)

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alfatih, Indra. (2014). Bagaimana Menggunakan Arang Bambu. [Online]. Tersedia di: http://arangbambo.blogspot.com. Diakses 30 Maret 2014. Anthony O.O. dan Ogugua C.A. (1988). Laboratory Trials on Bleaching Palm Oil

with Selected Acid Activated Nigerian Clay. Food Chemistry, 27, hlm. 311-317.

Ashadi, Martini, Masykuri dan Saputro. (2007). Kinerja Sistem Adsorben Surfaktan Kationik Berpenyangga Montmorillonit Lokal untuk Remediasi Limbah Selenat dalam Air. Jurnal Alchemy, Vol 6, No. 2, hlm 10-12. Backer dan Brink. (1965). Flora of Java Vol 2. 602-603. N.P.V.

Noodhoff-Groningen-The Netherlands.

Baksi, Soumitra Biswas dan S. Mahajan. (2003). Activated Carbon from Bamboo-Technology Development toward Commersialisation. BAMTECH-2003, March 12-13, Guwahati, India.

Cheremisinoff, P.N. (1978). Carbon Adsorption Handbook. Michigan : Ann Arbor Science Publ Inc.

Cool. P dan Vanssant, E. F. (1988). Pillared Clays : Preparation, Characterization And Application. Springer : Molecular Sieves.

Darmawan, dkk. (2009). Optimasi Suhu dan Lama Aktivasi dengan Asam Phosfat dalam Produksi Arang Aktif Tempurung Kemiri

.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, 2 (2), hlm. 51-56.

Femina. (2014). Cincau. [Online]. Tersedia di : http://www.femina.co.id/kuliner/info.kuliner/cincau/004/002/266. Diakses 28 Februari 2015.

Frilla, dkk. (2008). Pengaruh Temperatur Terhadap Pembentukan Pori Pada Arang Bambu. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung.


(32)

56

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hatta, S. (1995). Budidaya cincau. Yogyakarta : Kanisius.

Heranani, Raharjo M. (2004). Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Katti, K dan Katti D. (2001). Effect of Clay-Water Interactions on Swelling in Montmorillonite Clay. Fargo : Departemen of Civil Engineering and Construction North Dakota State University.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI-Press.

Komadel. (2003). Chemically Modified Smectites. Slovakia : Slovac Academy of Sciences.

Krisdianto, dkk. (2000). Sari Hasil Penelitian Bambu. [Online]. Tersedia di : http://www.dephut.go.id/. Diakses 17 Maret 2015.

Kumar. P dan Jasra. R. V. (1995). Evolution of Porosity and Surface Acidity in Montmorillonite Clay on Acid Activation. Ind. Eng. Chem. Res., 34, hlm. 1440-1448.

Luthana, Yissa. (2011). Gel Hidrokoloid. [Online]. Tersedia di : https://yisluth.wordpress.com. Diakses 3 Maret 2015.

Miranti. (2012). Pembuatan Karbon Aktif dari Bambu dengan Metode Aktivasi Terkontrol Menggunakan Activating Agent KOH dan H3PO4. (Skripsi). Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok.

Muchtaridi, dkk. (2009). Karakteristik Tablet Kunyah Antasida dengan Menggunakan Gel Cincau Hijau (Cyclea barbata L. Miers) sebagai Bahan Pengikat. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Bandung.

Mudzakir, Ahmad, dkk. (2008). Praktikum Kimia Anorganik (KI 425).Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Mui, et.al. (2010). Activated Carbons From Bamboo Scaffolding Using Acid Activation. Separation And Purification Technology, 74, hlm. 213-218. Nurdin, dkk. (2009). Kandungan Klorofil Berbagai Jenis Daun Tanaman dan

Cu-Turunan Klorofil Serta Karakteristik Fisiko-Kimianya. Jurnal Gizi dan Pangan, 4(1), hlm. 13-19.


(33)

57

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurhayati. (2010). Pemanfaatn Bentonit Teraktivasi dalam Pengolahan Limbah Cair Tahu. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret.

Pambayun, dkk. (2013). Pembuatan Karbon Aktif dari Arang Tempurung Kelapa dengan Aktivator ZnCl2 Dan Na2CO3 sebagai Adsorben

untuk Mengurangi Kadar Fenol dalam Air Limbah. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1, hlm. 116-120.

Pitojo, Setyo dan Zumiyati. (2005). Cincau : Cara Pembuatan Dan Variasi Olahannya.Tanggerang : PT. AgroMedia Pustaka.

Pujiyanto. (2010). Pembuatan Arang Aktif Super Dari Batubara Dan Tempurung Kelapa. (Skripsi). Departemen Teknik Kimia FTUI.

Priyanto. (2007). Toksisitas Radikal Bebas. Dalam: Sunaryo H, ED. Toksisitas Obat, Zat Kimia Dan Terapi Antidotum. Edisi Ke 1. Depok : Leskonfi 2007: 43-54.

Probo, Bayu. (2013). Bambu Gombong, Pohon Multiguna. [Online]. Tersedia di : satuharapan.com/read-detail/read/bambu-gombong-pohon-multiguna. Diakses 27 Februari 2015.

Ramdja, A. Fuadi, Mirah Halim dan Jo Handi. (2008). Pembuatan Karbon Aktif Dari Pelepah Kelapa (Cocus Nucifera). Inderalaya : Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008.

Roiyana, dkk. (2012). Potensi Dan Efisiensi Senyawa Hidrokoloid Nabati Sebagai Bahan Penunda Pematangan Buah. Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume 20, Nomor 2, Oktober 2012.

Schulze, D. J. (1998). in Minerals in Soil Environments, (J.B. Dixon and S.B. Weed, eds.), Madison. Winconsin: Soil Science Society of America, 1. Sposito, G. (1984). The Surface Chemistry of Soils. New York: Oxford University

Press.

Suhartini, Neneng. (2012). Isoterm Adsorpsi. [Online]. Tersedia di : http://chemistryofdrizzle.blogspot.com. Diakses 3 Maret 2015.


(34)

58

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suheryanto, Dwi dan Lies Susilaning. (2013). Pembuatan Arang Bambu (Bamboo Charcoal) Pada Suhu Rendah Untuk Produk Kerajinan. Yogyakarta : Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS, ISSN 1412-9612.

Tanjaya, Ailen, dkk. (2006). Aktivasi Bentonit Alam Pacitan Sebagai Bahan Penjerap Pada Proses Pemurnian Minyak Sawit. Jurnal Teknik Kimia Indonesia, Vol. 5 No. 2, hlm. 429-434.

Tarwiyah, Kemal. (2001). Arang Tempurung Kelapa. Jakarta : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat.

Wibowo, dkk. (2011). Karakterisasi Permukaan Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung. Makara, Teknologi, 15 ( 1), April 2011, hlm. 17-24. Ysalma. 2014. Daun Cincau Perdu dan Manfaatnya. [Online]. Tersedia di :


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai “Penggunaan Arang Bambu (Gigantochloa verticillata) Tercampur Bentonit sebagai Adsorben pada Pemucatan Cincau Hijau serta Karakterisasinya”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Arang bambu diaktivasi menggunakan larutan H3PO4 5% dan pemanasan pada suhu 700oC selama satu jam. Sedangkan bentonit diaktivasi menggunakan larutan HCl 15%.

2. Kondisi optimum pengontakkan adsorben dengan ekstrak daun cincau hijau adalah pada konsentrasi adsorben 1,5% dengan perbandingan arang aktif dan bentonit 3:1 serta lama waktu kontak 10 menit.

3. Berdasarkan hasil analisis FTIR, adsorben yang telah dikontakkan tidak mengalami perubahan secara kimiawi dan berdasarkan hasil analisis SEM, adsorben sebelum dan setelah dikontakkan dengan ekstrak cincau hijau memiliki pori-pori yang terbuka. Hal ini menunjukkan adsorbat (klorofil) hanya terserap di bagian permukaan adsorben dan lemahnya interaksi yang terjadi antara adsorbat dengan adsorben.

5.2 Saran

Dari hasil penelitian mengenai “Penggunaan Arang Bambu (Gigantochloa verticillata) Tercampur Bentonit sebagai Adsorben pada Pemucatan Cincau Hijau serta Karakterisasinya”, maka terdapat saran-saran sebagai berikut untuk penelitian selanjutnya :

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai metode adsorpsi klorofil dengan ekstrak yang masih mengandung pektin.


(2)

59

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Perlu dikaji mengenai pengaruh adsorben terhadap kandungan gizi ekstrak cincau hijau.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alfatih, Indra. (2014). Bagaimana Menggunakan Arang Bambu. [Online]. Tersedia di: http://arangbambo.blogspot.com. Diakses 30 Maret 2014. Anthony O.O. dan Ogugua C.A. (1988). Laboratory Trials on Bleaching Palm Oil

with Selected Acid Activated Nigerian Clay. Food Chemistry, 27, hlm. 311-317.

Ashadi, Martini, Masykuri dan Saputro. (2007). Kinerja Sistem Adsorben Surfaktan Kationik Berpenyangga Montmorillonit Lokal untuk Remediasi Limbah Selenat dalam Air. Jurnal Alchemy, Vol 6, No. 2, hlm 10-12. Backer dan Brink. (1965). Flora of Java Vol 2. 602-603. N.P.V.

Noodhoff-Groningen-The Netherlands.

Baksi, Soumitra Biswas dan S. Mahajan. (2003). Activated Carbon from

Bamboo-Technology Development toward Commersialisation. BAMTECH-2003,

March 12-13, Guwahati, India.

Cheremisinoff, P.N. (1978). Carbon Adsorption Handbook. Michigan : Ann Arbor Science Publ Inc.

Cool. P dan Vanssant, E. F. (1988). Pillared Clays : Preparation,

Characterization And Application. Springer : Molecular Sieves.

Darmawan, dkk. (2009). Optimasi Suhu dan Lama Aktivasi dengan Asam Phosfat dalam Produksi Arang Aktif Tempurung Kemiri

.

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, 2 (2), hlm. 51-56.

Femina. (2014). Cincau. [Online]. Tersedia di : http://www.femina.co.id/kuliner/info.kuliner/cincau/004/002/266. Diakses 28 Februari 2015.

Frilla, dkk. (2008). Pengaruh Temperatur Terhadap Pembentukan Pori Pada Arang Bambu. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008


(4)

56

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hatta, S. (1995). Budidaya cincau. Yogyakarta : Kanisius.

Heranani, Raharjo M. (2004). Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta : Penebar Swadaya.

Katti, K dan Katti D. (2001). Effect of Clay-Water Interactions on Swelling in

Montmorillonite Clay. Fargo : Departemen of Civil Engineering and

Construction North Dakota State University.

Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : UI-Press.

Komadel. (2003). Chemically Modified Smectites. Slovakia : Slovac Academy of Sciences.

Krisdianto, dkk. (2000). Sari Hasil Penelitian Bambu. [Online]. Tersedia di : http://www.dephut.go.id/. Diakses 17 Maret 2015.

Kumar. P dan Jasra. R. V. (1995). Evolution of Porosity and Surface Acidity in Montmorillonite Clay on Acid Activation. Ind. Eng. Chem. Res., 34, hlm. 1440-1448.

Luthana, Yissa. (2011). Gel Hidrokoloid. [Online]. Tersedia di : https://yisluth.wordpress.com. Diakses 3 Maret 2015.

Miranti. (2012). Pembuatan Karbon Aktif dari Bambu dengan Metode Aktivasi

Terkontrol Menggunakan Activating Agent KOH dan H3PO4. (Skripsi). Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok.

Muchtaridi, dkk. (2009). Karakteristik Tablet Kunyah Antasida dengan Menggunakan Gel Cincau Hijau (Cyclea barbata L. Miers) sebagai Bahan Pengikat. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, Bandung.

Mudzakir, Ahmad, dkk. (2008). Praktikum Kimia Anorganik (KI 425).Bandung : Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Mui, et.al. (2010). Activated Carbons From Bamboo Scaffolding Using Acid Activation. Separation And Purification Technology, 74, hlm. 213-218. Nurdin, dkk. (2009). Kandungan Klorofil Berbagai Jenis Daun Tanaman dan

Cu-Turunan Klorofil Serta Karakteristik Fisiko-Kimianya. Jurnal Gizi dan


(5)

Nurhayati. (2010). Pemanfaatn Bentonit Teraktivasi dalam Pengolahan Limbah

Cair Tahu. (Skripsi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Sebelas Maret.

Pambayun, dkk. (2013). Pembuatan Karbon Aktif dari Arang Tempurung Kelapa dengan Aktivator ZnCl2 Dan Na2CO3 sebagai Adsorben untuk Mengurangi Kadar Fenol dalam Air Limbah. Jurnal Teknik Pomits

Vol. 2, No. 1, hlm. 116-120.

Pitojo, Setyo dan Zumiyati. (2005). Cincau : Cara Pembuatan Dan Variasi

Olahannya.Tanggerang : PT. AgroMedia Pustaka.

Pujiyanto. (2010). Pembuatan Arang Aktif Super Dari Batubara Dan Tempurung

Kelapa. (Skripsi). Departemen Teknik Kimia FTUI.

Priyanto. (2007). Toksisitas Radikal Bebas. Dalam: Sunaryo H, ED. Toksisitas Obat, Zat Kimia Dan Terapi Antidotum. Edisi Ke 1. Depok : Leskonfi 2007: 43-54.

Probo, Bayu. (2013). Bambu Gombong, Pohon Multiguna. [Online]. Tersedia di : satuharapan.com/read-detail/read/bambu-gombong-pohon-multiguna. Diakses 27 Februari 2015.

Ramdja, A. Fuadi, Mirah Halim dan Jo Handi. (2008). Pembuatan Karbon Aktif Dari Pelepah Kelapa (Cocus Nucifera). Inderalaya : Jurnal Teknik Kimia,

No. 2, Vol. 15, April 2008.

Roiyana, dkk. (2012). Potensi Dan Efisiensi Senyawa Hidrokoloid Nabati Sebagai Bahan Penunda Pematangan Buah. Buletin Anatomi dan Fisiologi

Volume 20, Nomor 2, Oktober 2012.

Schulze, D. J. (1998). in Minerals in Soil Environments, (J.B. Dixon and S.B. Weed, eds.), Madison. Winconsin: Soil Science Society of America, 1. Sposito, G. (1984). The Surface Chemistry of Soils. New York: Oxford University

Press.

Suhartini, Neneng. (2012). Isoterm Adsorpsi. [Online]. Tersedia di : http://chemistryofdrizzle.blogspot.com. Diakses 3 Maret 2015.


(6)

58

Wini Septiani, 2015

PENGGUNAAN ARANG BAMBU (Gigantochloa verticillata) TERCAMPUR BENTONIT SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMUCATAN CINCAU HIJAU SERTA KARAKTERISASINYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suheryanto, Dwi dan Lies Susilaning. (2013). Pembuatan Arang Bambu (Bamboo

Charcoal) Pada Suhu Rendah Untuk Produk Kerajinan. Yogyakarta :

Simposium Nasional RAPI XII - 2013 FT UMS, ISSN 1412-9612.

Tanjaya, Ailen, dkk. (2006). Aktivasi Bentonit Alam Pacitan Sebagai Bahan Penjerap Pada Proses Pemurnian Minyak Sawit. Jurnal Teknik Kimia

Indonesia, Vol. 5 No. 2, hlm. 429-434.

Tarwiyah, Kemal. (2001). Arang Tempurung Kelapa. Jakarta : Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat.

Wibowo, dkk. (2011). Karakterisasi Permukaan Arang Aktif Tempurung Biji Nyamplung. Makara, Teknologi, 15 ( 1), April 2011, hlm. 17-24. Ysalma. 2014. Daun Cincau Perdu dan Manfaatnya. [Online]. Tersedia di :