IMPLEMENTASI MODELINQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEGIATAN OSEAN SISWA SMP.

(1)

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI

Oleh

Nida Fiqroh Fithriyah NIM 0905611

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

SISWA SMP

Oleh

NidaFiqrohFithriyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan MatematikadanIlmuPengetahuanAlam

© Nida Fiqroh Fithriyah 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. Selly Feranie, M.Si. NIP. 197411081999032004

Pembimbing II

Ika Mustikasari, S.Pd., M.PFis. NIP. 198308242009122004

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001


(4)

vi

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Variabel Penelitian ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian... 7

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kurikulum 2013 ... 9

B. Pembelajaran Inkuiri ... 11

C. Model InquiryLab ... 14

D. Prestasi Belajar ... 18

E. Kegiatan OSEAN ... 22

F. Hubungan Model Inquiry lab dengan kegiatan OSEAN dan Prestasi Belajar ... 26

BAB III METODEPENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 29


(5)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen Penelitian ... 30

E. Analisis Uji Coba Instrumen ... 31

F. Hasil Uji coba Instrumen ... 35

G. Prosedur Penelitian ... 38

H. Teknik Pengumpulan Data ... 41

I. Teknik Pengolahan Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Pembelajaran Model Inquiry Lab ... 45

B. Prestasi Belajar ... 46

C. Kegiatan OSEAN ... 50

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 62

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN A ... 68

LAMPIRAN B ... 71

LAMPIRAN C ... 96

LAMPIRAN D ... 155

LAMPIRAN E ... 202


(6)

v

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTASI MODEL INQUIRY LAB UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN KEGIATAN OSEAN SISWA SMP

Abstrak

Dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, terdapat beberapa tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru, sesuai dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 65 pada kurikulum 2013, yakni salah satunya adalah pembelajaran proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah. Selain itu dikuatkan dengan peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan No. 81A mengenai implementasi kurikulum yang menyebutkan adanya lima pengalaman belajar pokok dalam proses belajar, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Namun terdapat beberapa hambatan yang dialami guru untuk dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Selain itu berdasarkan studi pendahuluan didapatkan prestasi belajar dan aktifitas siswa yang muncul dalam proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan lima pengalaman belajar pokok masih perlu ditingkatkan. Berdasarkan masalah tersebut maka dilakukan penelitian menggunakan model

inquiry lab untuk meningkatkan prestasi belajar dan kegiatan OSEAN siswa.

Kegiatan OSEAN merupakan aktifitas siswa sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 mengenai pengalaman belajar pokok, yakni O (Observing), S (queStioning),

E (collEcting information), A (Associating), dan N (commuNicating). Penelitian

dilakukan dengan menggunakan metode quasi exsperiment dengan desain one

group pretest-posttest design. Sampel penelitian 30 siswa kelas VII-14.

Pengambilan data dilakukan melalui tes prestasi belajar berupa soal pilihan ganda,

open guided inquiry worksheet, dan lembar observasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa meningkat dengan nilai gain yang dinormalisasi 0,56 dalam kategori sedang. Hasil analisis pada aspek kognitifnya menunjukkan siswa mampu menyelesaikan persoalan berfikir tingkat tinggi yakni pada aspek pengetahuan menganalisis (C4). Kegiatan OSEAN berdasarkan hasil lembar observasi menunjukkan peningkatan kegiatan OSEAN dari pertemuan pertama, sedangkan kegiatan OSEAN dilihat dari prosentase ketuntasan open

guided inquiry workheet selama tiga pertemuan berturut-turut adalah 67%, 100%,

dan 100%.


(7)

vi

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IMPLEMENTATION OF AN INQUIRY LAB MODEL FOR IMPROVING STUDENT LEARNING ACHIEVEMENT AND OSEAN ACTIVITIES IN

MIDDLE SCHOOL

Abstract

In the process of learning based on the 2013 curriculum, there are some demands that must be met by a teacher, according to the minister of education and culture regulation No. 65 on the 2013 curriculum, which one of them is the use of reinforcement learning process as scientific approach. In addition, affirm by ministerial of education and culture regulation No. 81A on the implementation of the curriculum mentioned five basic learning experiences in the learning process are observe, questioning, gather information, associate, and communicate. However, there are several barriers that confront teachers to be able to provide a learning experience for students. In addition, based on preliminary studies found students' learning achievements and activities that appear in the learning process according to claim five basic learning experience still needs to be improved. Based on these problems, the research conducted using the inquiry lab models to improve student learning achievement and OSEAN activities. OSEAN activity is an student activity in accordance with the demands of the 2013curriculum on the subject of learning experience, which is O (Observing), S (questioning), E (Collecting Information), A (associating) and N (communicating). The study was conducted by using the method of quasi exsperiment with one group pretest-posttest design. The research sample of 30 students of 7th-14 class. Data were collected through a learning achievement tests with multiple choice questions, open-guided inquiry worksheet, and observation sheets. The results showed that student achievement increased by 0.56 normalized gain value in the medium category. The results of the analysis on the cognitive aspects of students capable of resolving the issue showed a high level of thinking that is the aspect of analyzing knowledge (C4). OSEAN activities based on the observation sheet result shows an increase in OSEAN activity from the first meeting, while the OSEAN activity seen in the percentage of completeness open guided inquiry workheet for three meetings was 67%, 100%, and 100%.

Keywords: 2013 Curriculum, Inquiry Lab, Learning Achievement, OSEAN Activity.


(8)

1

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Terdapat beberapa perubahan yang dilakukan pada kurikulum 2013 didasarkan atas peraturan pemerintah No.32 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Kriteria dalam pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan disesuaikan dengan beberapa prinsip pembelajaran yang digunakan. Terlampir dalam Permendikbud No. 81A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum mengacu pada standar kompetensi lulusan dan standar isi. Prinsip pembelajaran yang digunakan antara lain (1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Selain itu berdasarkan Permendikbud No. 68 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah disebutkan bahwa terdapat beberapa penyempurnaan pola pikir pada kurikulum 2013 yaitu: 1) pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, 2) pembelajaran interaktif, 3) pembelajaran jejaring (peserta didik dapat memperoleh ilmu dari berbagai sumber termasuk melalui internet), 4) pembelajaran aktif-mencari, 5) pembelajaran kelompok atau berbasis tim, 6) pembelajaran berbasis alat multimedia, 7) pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak, 8) pembelajaran berdasarkan kebutuhan pelanggan, dan 9) pembelajaran kritis.

Dalam penyempurnaan pola pikir dari pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari dituliskan bahwa akan semakin diperkuat dengan


(9)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

model pembelajaran pendekatan sains. Upaya penerapan pendekatan sains dalam proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai ciri dari kurikulum 2013. Pengggunaan pendekatan sains juga diperkuat dengan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar prosessecara tersuratbahwa pembelajaran berupa pembelajaran proses yang dipadu dengan pendekatan sains atau ilmiah. Selama proses pembelajaran, fisika sendiri merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA, yang sudah seharusnya memberikan pengalaman kepada siswa melalui kegiatan-kegiatan ilmiah untuk memahami alam sekitar selama proses pembelajaran berlangsung. Pendekatan sains selain dapat menjadikan siswa untuklebih aktif dalam membangun pengetahuan dan keterampilannya, selain itu dapat mendorong siswa untuk melakukan suatu penyelidikan untuk menemukan fakta-fakta dari suatu kejadian.

Pada kurikulum 2013, guru diminta untuk memfasilitasi siswa selama proses belajar-mengajar untuk mendapatkan lima pengalaman belajar pokok atau kegiatan belajar pokok, terlampir juga dalam Permendikbud No. 81A tahun 2013, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau eksperimen, mengasosiasi, dan mengkomunikasi. Pengalaman belajar tersebut tidak lain merupakan serangkaian kegiatan dalam metode ilmiah, hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh McLelland (2006) dan Etherington (2011). Selanjutnya pengalaman belajar melalui serangkaian kegiatan metode ilmiah ini digunakan dengan istilah OSEAN (Observing, queStioning, collEcting information, Associating, commuNicating).

Namun, dalam proses pembelajaran terdapat beberapa hambatan yang dialami oleh guru. Dari hasil studi pendahuluan di salah satu SMP dikota Bandung, didapatkanprestasi belajar pada ranah kognitif siswa masih perlu ditingkatkan, hal tersebut didasarkan dari prosentase jumlah siswa yang dapat memenuhi KKM hanya sebesar 36,11% berdasarkan data yang didapatkan melalui hasil ulangan siswa, selain itu kegiatan OSEAN siswa berdasarkan hasil pengamatan melalui


(10)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lembar observasi selama proses pembelajaran juga masih perlu ditingkatkan yaitu

observing 73,52%, questioning 14,71%, collecting information 38,23%,

associating 26,47%, communicating 17,64%, terlampir pada Lampiran A.

Kegiatan belajar hanya tinggi pada saat observing. Hal ini terjadi karena pada saat proses pembelajaran berlangsung, masih banyak kegiatan yang berpusat pada guru, siswa kurang diberi ruang untuk melakukan kegiatan OSEAN.Pembelajaran aktif mencari dan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik selama proses pembelajaran belum terlaksana secara maksimal. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi guru juga menggunakan metode demonstrasi, namun ternyata penggunaan metode tersebut belum memberikan banyak pengalaman belajar pada siswa. Dibutuhkan perancangan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan yang lebih mandiri.

Dari hasil temuan lapangan tersebut maka dibutuhkan penanganan agar para siswa dapat menguasaikompetensi siswa, dalam penelitian ini yaitu dalam aspek pengetahuan dan kegiatan OSEAN, sehingga siswa benar-benar mendapatkan suatu pembelajaran yang bermakana. Dalam proses pembelajaran guru perlu memperhatikan proses mentransformasikan ilmu kepada siswa. Solusi dari permasalahan tersebut sebenarnya sudah disebutkan dalam kurikulum 2013, yaitu dengan penggunaan pendekatan ilmiah. Penggunaan pendekatan ilmiah dibantu dengan model pembelajaran, karena pendekatan memilikiarti sebagai pandangansecara umum dalam proses pembelajaran sebagaimana dikemukakan oleh Hamruni (2012), “...diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran... yang sifatnya masih sangat umum”. Pendekatan pembelajaran tidak memuat rangkaian tahapan pembelajaran yang dapat membantu guru dalam melakukan proses pembelajaran. Sedangkan model pembelajaranmenurutArends (dalam Trianto, 2007) ‘The term teaching model


(11)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

environment, and management system’. Istilah model pembelajaran menurut pandangan Arends mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran yang meliputi tujuan pembelajaran, sintaks, lingkungan, dan sistem pengelolaannya.Model pembelajaran berdasarkan pengertian tersebut dapat menggambarkan bahwa model pembelajaran dapat memberikan kerangka dan arah pembelajaran.

Model pembelajaran yang akan diterapkan tentunya suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kegiatan OSEAN dan dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan ilmiahyang ada dalam kurikulum 2013.Model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik dapat belajar aktif (student centered active learning) dengan sifat pembelajaran yang kontekstual.

Terdapat beberapa model pembelajaran yang sesuai dengan prinsip pendekatan ilmiah.Namun, model pembelajaran yang akan diterapkan adalah model inquiry lab, karena modelinquiry lab dapat membuat siswa belajar aktif selama proses belajar dan dapat mengembangkan keterampilan proses sainsnya, berdasarkan dari hasil beberapa penelitian. Menurut Gulo (dalam Trianto, 2007), inkuiri dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada, karena siswa dituntut untuk melakukan serangkaian kegiatan yang memaksimalkan potensinya bukan hanya kemampuan kognitif atau pengetahuannya. Serangkaian kegiatan ilmiah ini terdapat dalam tahapan pembelajaran model inquiry lab.

Dalam jurnalnya, Wenning (2011) menyebutkan tujuan utama pedagogis

inquiry lab adalah agar peserta didik menentukan hukum empiris berdasarkan

pengukuran variabel. Model inquiry lab ini dianggap mampu untuk memunculkan OSEAN dan cocok dalam pembelajaran fisika yang memberikan ruang bagi peserta didik untuk melakukan penyelidikan. Tahapan pembelajaran pada model

inquiry lab yang dipakai oleh Wenning (2010) merupakan tahapan learning cycle


(12)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

belajar dengan menemukan permasalahan hingga menyelesaikan masalah tersebut dengan penyelidikan sesuai tahapan yang telah disebutkan.

Dalam pelaksanaannya, penggunaan model inqury lab dibantu dengan media berupa open guided inquiry worksheetyang disesuaikan pada level yang dibagi oleh Hegarty-Hazel(Etherington, 2011: 39) berdasarkan level-level inkuiri terbuka dalam aktifitas laboratorium (Levels of Openness of Inquiry in Laboratory Activities).

Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan permasalahan diatas. Pada penelitian yang dilakukan Permata (2012) menunjukkan bahwa prestasi belajar maupun keterampilan proses sains siswa setelah diterapkan pembelajaran inkuiri menunjukkan hasil yang baik, yaitu prestasi belajar yang meningkat dan profil keterampilan proses siswa.Tayim (2008) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X. Maretasari (2012) dalam penelitiannya mendapatkan hasil bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis laboratorium dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai gainternormalisasi sebesar 0,53 dan meningkatkan sikap ilmiah siswa. Tanti (2012) menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran inkuiri memberikan hasil yang positif dengan meningkatkan potensi intelektual siswa dan pengajaran lebih terpusat pada siswa.Raningsih (2010), dalam penelitiannya menggunakan model inkuiri terbimbing pada tahapan inkuiri laboratorium, mendapatkan hasil berupa peningkatan prestasi belajar siswa dengan taraf signifikansi 5% pada tiap seri pembelajaran ditunjukkan dengan rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,45 dengan kategori sedang. Peneliti lainnya, Novians (2011), menerapkan model inkuiri laboratorium terbimbing juga dapat meningkatkan KPS dan prestasi belajar siswa dengan peningkatan pada gain ternormalisasi pada kategori sedang. Annisa (2013), penelitiannya menggunakan metode inkuiri menunjukkan adanya peningkatan aktifitas siswa ditunjukkan dengan peningkatan keaktifan siswa


(13)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam bertanya, menjawab, mempresentasikan hasil pembelajaran dan terlibat aktif dalam pembelajaran, serta meningkatnya hasil belajar melalui peningkatan nilai rata-rata siswa dari siklus 1 sebesar 61,1, siklus 2 menjadi 73,5 dan siklus 3 sebesar 82,3. Supriatin (2013), menuliskan kesimpulannya bahwa aktifitas siswa , yang meliputi aktifitas fisik (mengumpulkan data, mencatat materi pelajaran, membuat laporan) mengalami peningkatan berdasarkan rata-rata dari tiap aktifitas fisik sebesar 16,66%, untuk aktivitas mental (mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, menanggapi jawaban, memecahkan masalah) mengalami peningkatan berdasarkan rata-rata dari tiap aktivitas mentalsebesar 20%, sedangkan aktivitas emosional juga mengalami peningkatan sebesar 34,9% setelah diterapkan metode inkuiri. Abadi (2013) menunjukkan hasil penilitiannya dengan menggunakan model inkuiri terdapat peningkatan aktivitas belajar siswa, peningkatan pada siklus 1 sebesar 25,01% dan siklus 2 sebesar 26,69%.

Berdasarkan pemikiran yang telah dijabarkan tersebut, maka penulis ingin

melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Model Inquiry Lab untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disampaikan, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan pembelajaran model inquiry lab?

b. Bagaimana peningkatan kegiatan OSEAN selama pembelajaran model inquiry

lab?

C. Batasan Masalah

Pada penelitian ini terdapat beberapa batasan masalah, agar penelitian yang dilakukan lebih terfokus, yaitu:


(14)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Pembelajaran menggunakan model inquiry lab yang digunakan adalah pembelajaran inquiry laboratorium menurut Wenning (2010). Wening (2010) membagi inquiry lab menjadi tiga level, yaitu guided inquiry lab, bounded

inquiry lab, dan free inquiry lab, sedangkan dalam penelitian ini hanya

sampai pada tahap guided inquiry lab.

2. Prestasi belajar pada ranahkognitif yang diteliti berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl pada aspek mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), dan menganalisis (C4).

3. Kegiatan OSEAN merupakankegiatansiswa yang dibatasi berdasarkan lima pengalaman belajar pokok dalam proses pembelajaran yang mencakup kegiatan mengamati (Observing), menanya (queStioning), mengumpulkan informasi (collEcting information), assosiasi (Associating), dan mengkomunikasi (commuNicating). Peningkatan kegiatan OSEAN dilihat berdasarkan prosentase jumlah siswa yang melakukan kegiatan OSEAN pada tiappertemuan selama proses pembelajaran.Kegiatan OSEAN selama proses pembelajaran menggunakan lembar observasi dengan kriteria berdasarkan Permendikbud No. 81A tahun 2013, dan kegiatan OSEAN dalam penyelesaian masalah sains menggunakanopen guided inquiry worksheet.

D. Variabel Penelitian

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model inquiry lab. Sedangkan untuk variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar dan kegiatan OSEAN siswa.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dan peningkatan kegiatan OSEAN siswa setelah diterapkan model inquiry lab.


(15)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah bahwa hasil penelitan dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif solusi bagi guru dalam memenuhituntutan kurikulum 2013 dengan memberikan pengalaman belajar selama pembelajaran untuk mencapai kompetensi pengetahuan siswa dan memfalisilitasi siswa untuk melakukan kegiatan OSEAN dengan menggunakan model inquiry lab.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam skripsi ini berisi lima Bab. Pada Bab I yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, variabel penelitian, tujuan penelitian, dan manfaatpenelitian. Bab II berisi tentang kajian pustaka terdiri dari kurikulum 2013, pembelajaran inquiry,model inquiry lab, prestasi belajar, dan kegiatan OSEAN dan kerangka pemikiran hubungan antara model

inquiry lab dengan kegiatan OSEAN dan juga prestasi belajar.Bab III berisi

penjabaran metode penelitian, yaitu metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, analisis uji coba instrumen,hasil uji coba instrumen, prosedur penelitian,teknik pengumpulan data, dan teknik pengolahan data. Bab IV berisi tentang hasil penelitian dan pembahasanyang terdiri dari keterlaksanaan pembelajaran model inquiry lab, pemaparan dan pembahasan datayang terdiri dari prestasi belajar, kegiatan OSEAN.Selanjutnya pada Bab V berisi simpulan dan saran penelitian.


(16)

28

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa metode penelitian eksperimen. “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 2010). Metode penelitian eksperimen sendiri menurut Sugiyono (2008) merupakan metode penelitian yang bertujuan atau digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Diperkuat oleh pernyataan Arikunto (2010) yaitu “Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan”.

Desain penelitian dengan metode eksperimen inidalam bentuk one group

pre-test post-test design. Menurut Arikunto (2007), one group pre-test

post-test design merupakan penelitian pada satu kelompok saja dan tidak ada

kelompok pembanding. Alur dari desain penelitian ini adalah kelas yang digunakan untuk penelitian (kelas eksperimen) diberi pre-test kemudian dilanjutkan dengan pemberian perlakuan (treatment) yaitu penerapan model

inquiry labyang akan dilakukan observasi terhadap keterlaksanaan dan

kegiatan OSEAN, setelah itu kelas eksperimen tersebut diberi post-test.

Secara sederhana desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1.Desain Penelitian One Group Pre-test Post-test

(Arikunto, 2010) Keterangan:

01 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan pembelajaran.

: Perlakuan model inquiry lab.

Pre-test Treatment Post-test


(17)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

02 : tes akhir (posttest) sesudah perlakuan pembelajaran.

Setelah dilakukan post-test, maka peneliti akan dapat melihat pengaruh model inquiry lab terhadap prestasi belajar siswa ranah kognitif.

B. Populasidan Sampel Penelitian

Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalahsalah satu sekolah menengah pertama negeri di kota Bandung. Sekolah yang dipilih tersebut disesuaikan dengan materi pembelajaran dan waktu penelitian, yang tentunya sudah mendapatkan persetujuan dari pihak sekolah. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VII di salah satu sekolah menengah pertama negeri di kota Bandung tahun ajaran 2013/2014.

Untuk sampel dalam penelitian ini diambil salah satu kelas dari keseluruhan populasi secara cluster sampling.

C. Definisi Operasional

1. Model inquiry lab

Model inquiry lab merupakan model pembelajaran penyelidikan laboratorium yang memiliki lima tahapan pembelajaran didasarkan oleh tahapan pembelajaran learning cycle berdasarkan jurnal Wenning (2011), yaitu tahap observation, manipulation, generalization, verification, dan

application. Inquiry lab memiliki tujuan umum pedagogis untuk

menentukan hukum empiris berdasarkan hasil pengukuran variabel. Untuk mengetahui keterlaksanaan model inquiry lab ini digunakan lembar observasi berupa lembar keterlaksanaan model inquiry lab.

2. Prestasi Belajar

Abdul Rahman Saleh (dalam Maulana, 2012) mendefinisikan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari mempelajari tingkat penguasaan ilmu pengetahuan tertentu dengan alat ukur berupa evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk angka atau kata atau simbol.


(18)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh sebagai hasil akhir dari aktivitas belajar. Peningkatan prestasi belajar adalah peningkatan penguasaan peserta didik setelah melakukan suatu proses pembelajaran pada materi tertentu, yakni peningkatan penguasaan pada aspek kognitif. Aspek kognitif disesuaikan dengan kategori proses kognitif taksonomi Bloom yang telah direvisi yang dijabarkan Anderson dan Krathwohl (2010) sampai pada kategori menganalisis (C4). Peningkatannya dilihat dari perubahan positif dari hasil pre-test dan post-test dengan menggunakan soal tes berupa tes tertulis pilihan ganda 30 soal melalui nilai rata-rata gain dinormalisasi yang diklasifikasikan berdasarkan kriteria oleh Hake (1998).

3. Kegiatan OSEAN

Kegiatan OSEAN merupakan kegiatan selama proses pembelajaran yang disesuaikan dengan lima pengalaman belajar pokok berdasarkan Permendikbud No. 81A tahun 2013. Kegiatan OSEAN meliputi kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), mengumpulkan informasi (collecting information), assosiasi (associating), dan mengkomunikasi (communicating). Kegiatan OSEAN selama proses pembelajaran dilihat prosentase rata-rata jumlah siswa yang melakukan kegiatan OSEAN pada pembelajaran model inquiry lab yang diukur melalui lembar observasi, dan kegiatan OSEAN dalam menyelesaikan permasalahan sains menggunakanopen guided inquiry worksheet.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Instrumen Tes

Penelitian ini menggunakan tes berupa tes tertulis 30 soal pilihan ganda dengan empat alternatif jawabanyang digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa pada ranah kognitif dengan aspek kognitif sampai pada tahap menganalisis (C4) sebelum dan sesudah pemberian perlakuan


(19)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berupa pembelajaran model inquiry lab pada materi kalor pada perubahan suhu dan perubahan wujud benda. Selain itu, dalam pembelajaran digunakan open guided inquiry worksheet, berisi permasalah yang perlu dipecahkan siswa melalui percobaan.

2. Instrumen Non-Tes

Lembar observasi dalam penelitian ini berupa lembar keterlaksanaan penerapan pembelajaran model inquiry lab. Selain itu digunakan juga lembar observasi kegiatan OSEAN siswa untuk mengetahui apakah dalam pembelajaran guru memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan OSEAN dan kemunculannya pada tiap tahap pembelajaran.

E. Analisis Uji Coba Instrumen

Sebelum instrumen tes diberikan kepada sampel penelitian, terlebih dahulu instrumen tersebut diujikan kepada kelas lain yang sederajat yang selanjutnya hasil dari uji coba tersebut diolah dan dianalisis berdasarkan validitas, reabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya.

1. Analisis Validitas

Arikunto (2010) menyebutkan “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”. Dalam Arikunto (2012) juga menuliskan pendapat dari beberapa ahli yaknioleh Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan menyebutkan “A testis

valid if it measures what it purpose to measure”, dapat diartikan bahwa

sebuah tes yang valid jika tes tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur. Untuk mengetahui nilai validitas dapat digunakan teknik korelasi

product momentdengan angka kasar yang ditemukan oleh Pearson,

menggunakan persamaan berikut:

= −

2 − 2 2− 2 Keterangan:


(20)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

: koefisien korelasi antara variabel X dan Y. X : skor tiap butir soal.

Y : skor total tiap butir soal. N : jumlah peserta didik.

Tabel 3.2.Nilai Korelasi dan Interpretasi Validitas Instrumen

Nilai rxy Interpretasi

0,800 – 1, 00 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2012)

2. Analisis Relialibilitas

Reliabilitas tes berhubungan dengan ketetapan (ajeg)atau kestabilan hasil yang diperoleh. Arikonto (1999) menerangkan bahwa ajeg atau ketetapan maksudnya adalah, jika keadaan A mula-mula berada lebih rendah dibandingkan dengan B, maka jika diadakan pengukuran ulang, si A juga berada lebih rendah dari B.

Reliabilitas yang akan dianalisis berupa reabilitas internal yang diperoleh dengan menganalisis data dari satu kali pengetesan. Teknik yang dipilih untuk mengukur tingkat relibilitas instrumenyaitu denganteknik belah dua (split half method)dengan rumus Spearman-Brown, yaitu:

11 =

2 1 212

1 + 1 212 Keterangan:

11 : realibilitas instrumen 1


(21)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3.Nilai Korelasi dan Interpretasi Realibilitas Instrumen

Nilai r11 Interpretasi

0, 800 – 1, 00 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi

0,400 – 0,600 Cukup

0,200 – 0,400 Rendah

0,00 – 0,200 Sangat rendah

(Arikunto, 2012)

3. Analisis Taraf Kesukaran Butir Soal

Arikunto (1999) menyebutkan salah satu ciri soal yang baik jika soal yang diberikan tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Terdapat

difficulty index atau indeks kesukaran yang dapat menunjukkan apakah

soal yang dibuat sukar, sedang, atau mudah. Indeks kesukaran disimbolkan dengan P yang merupakan singkatan kata proporsi. Analisis taraf kesukarandapat melalui hasil perhitungan dengan perumusan sebagai berikut:

=

Keterangan:

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar Js : Jumlah peserta tes

Tabel 3.4.Indeks Kesukaran dan Klasifikasi

P Klasifikasi

0,00 – 0, 30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah


(22)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Analisis Daya Pembeda

Arikunto (2012) menerangkan bahwa daya pembeda soal merupakan kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggidengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk mengetahui daya pembeda suatu soal ditunjukkan dengan indeks diskriminasi (D), dengan perumusan sebagi berikut:

=

� -� = PA - PB

Keterangan:

D = Daya pembeda butir soal

BA= Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Dalam menganalisis daya pembeda, peneliti menggunakan kelompok kecil yaitu yang kurang dari 100 orang, maka untuk pembagian kelompok atas maupun kelompok bawah cukup dengan seluruh pengikut tes dideretkan mulai dari skor teratas sampai terbawah, selanjutnyamembagi dua sama besar.

Berikut kategori daya pembeda butir soal dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel3.5.Kategori Daya Pembeda

D Kategori


(23)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D Kategori

butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

0, 00 – 0, 20 Jelek

0, 21 – 0, 40 Cukup

0, 41 – 0, 70 Baik

0, 71 – 1, 00 Baik sekali

(Arikunto, 2009) Nilai D negatif dapat berarti bahwa kelompok rendah lebih banyak menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok tinggi.

F. Hasil UjiCoba Instrumen

Berdasarkan pemaparan mengenai teknik analisis instrumen, didapatkan hasil uji coba instrumen yang dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6.Tabel Hasil Analisis Uji Coba Instrument

No. Soal

Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria

1 0,59 Cukup 0,82 Mudah 0,37 Cukup Dapat

digunakan

2 0,21 Rendah 0,61 Sedang 0,02 Jelek Diperbaiki

3

0,15

Sangat

Rendah 0,97 Mudah 0,06 Jelek Diperbaiki

4 0,48 Cukup 0,79 Mudah 0,44 Baik Dapat

digunakan

5 0,42 Cukup 0,42 Sedang 0,34 Cukup Diperbaiki

6 0,22 Rendah 0,97 Mudah 0,06 Jelek Diperbaiki

7 0,48 Cukup 0,97 Mudah 0,06 Jelek Diperbaiki

8 0,28 Rendah 0,76 Mudah 0,14 Jelek Diperbaiki

9 #DIV/0

!

Sangat

Rendah 0,00 Sukar 0,00 Jelek

Tidak dpat digunakan

10 0,36 Rendah 0,64 Sedang 0,14 Jelek Diperbaiki

11 0,37 Rendah 0,39 Sukar 0,28 Cukup Digunakan

12 0,28 Rendah 0,39 Sukar 0,28 Cukup Digunakan

13 -0,29 Sangat

Rendah 0,21 Sukar -0,32

Soal Dibuang

Tidak dapat


(24)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No.

Soal

Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria

digunakan

14 0,21 Rendah 0,61 Sedang 0,21 Cukup Diperbaiki

15 0,42 Cukup 0,70 Sedang 0,26 Cukup Digunakan

16 0,00 Sangat

Rendah 0,36 Sedang -0,02

Soal Dibuang

Tidak Digunakan 17 -0,47 Sangat

Rendah 0,39 Sedang -0,45

Soal Dibuang

Tidak Digunakan

18 0,48 Cukup 0,91 Mudah 0,19 Jelek Diperbaiki

19 0,04 Sangat

Rendah 0,70 Sedang 0,14 Jelek Diperbaiki

20 0,50 Cukup 0,94 Mudah 0,13 Jelek Diperbaiki

21 0,47 Cukup 0,49 Sedang 0,46 Baik Digunakan

22 0,68 Tinggi 0,70 Sedang 0,63 Baik Tidak

Digunakan

23 0,55 Cukup 0,70 Sedang 0,63 Baik Digunakan

24 0,64 Tinggi 0,54 Sedang 0,70 Baik Digunakan

25 0,59 Cukup 0,64 Sedang 0,63 Baik Digunakan

26 0,16 Sangat

Rendah 0,12 Sukar 0,06 Jelek Diperbaiki

27 0,66 Tinggi 0,58 Sedang 0,63 Baik Digunakan

28 0,35 Rendah 0,42 Sedang 0,34 Cukup Digunakan

29 0,50 Cukup 0,94 Mudah 0,13 Jelek Diperbaiki

30 0,55 Cukup 0,85 Mudah 0,31 Cukup Digunakan

31 0,13 Rendah 0,42 Sedang 0,10 Jelek Diperbaiki

32 0,54 Cukup 0,45 Sedang 0,40 Cukup Digunakan

33 -0,29 Sangat

Rendah 0,33 Sedang -0,32

Soal Dibuang

Tidak dapat Digunakan 34 -0,19 Sangat

Rendah 0,24 Sukar -0,26

Soal Dibuang

Tidak Digunakan

35 0,54 Cukup 0,42 Sedang 0,46 Baik Digunakan

36 0,34 Rendah 0,64 Sedang 0,14 Jelek Diperbaiki

37 0,33 Rendah 0,33 Sedang 0,28 Cukup Digunakan

38 0,73 Tinggi 0,54 Sedang 0,82 Baik

Sekali Digunakan

39 0,01 Sangat

Rendah 0,19 Sukar 0,09 Jelek Diperbaiki

40 0,17 Sangat

Rendah 0,15 Sukar 0,17 Jelek Diperbaiki

41 -0,11 Sangat

Rendah 0,24 Sukar -0,14

Soal Dibuang

Tidak dapat digunakan


(25)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu No.

Soal

Validitas Taraf Kesukaran Daya Pembeda Keterangan

Indeks Kriteria Indeks Kriteria Indeks Kriteria

42 0,68 Tinggi 0,67 Sedang 0,57 Baik Digunakan

43 0,26 Rendah 0,54 Sedang 0,21 Cukup Digunakan

44 0,62 Tinggi 0,70 Sedang 0,50 Baik Digunakan

45 0,27 Rendah 0,28 Sukar 0,16 Jelek Diperbaiki

46 -0,02 Sangat

Rendah 0,36 Sedang -0,02

Soal Dibuang

Tidak dapat digunakan

47 0,51 Cukup 0,70 Sedang 0,26 Cukup Digunakan

48 0,55 Cukup 0,73 Mudah 0,32 Cukup Digunakan

49 0,48 Cukup 0,70 Sedang 0,38 Cukup Digunakan

50 0,51 Cukup 0,73 Mudah 0,32 Cukup Digunakan

51 0,49 Cukup 0,58 Sedang 0,51 Baik Digunakan

52 0,43 Cukup 0,73 Mudah 0,32 Cukup Digunakan

53 0,57 Cukup 0,58 Sedang 0,51 Baik Digunakan

54 0,44 Cukup 0,54 Sedang 0,45 Baik Digunakan

Berdasarkan tabel tersebut untuk validitas instrumen tiap butir soal terdapat14 soal atau sebanyak 25,92% soal dalam kategori sangat rendah, 12 soal atau 22,22% soal dalam kategori rendah, 22 soal atau 40,74% soal dalam kategori cukup, danenam soal atau sebesar 11,11% soal dalam kategori tinggi. Pada hasil analisis taraf kesukaran didapatkan, yaitu 13 soal atau sebanyak 24,07% soal dalam kategori mudah, 32 soal atau sebesar 59,26% soal dalam kategori sedang, dan sembilan soal atau sebesar 17% soal dalam kategori sukar.

Berdasarkan hasil analisis juga didapatkan daya pembeda soal, dengan 17 soal atau sebesar 31,48% soal dalam kategori jelek, 16 soal atau sebesar 29,63% soal dalam kategori cukup, 13 soal atau sebesar 24,07% soal dalam kategori baik, dan untuk kategori baik sekali hanya ada satu soal atau sebesar 1,85% dari seluruh soal,sedangkan tujuh soal lainnya memiliki nilai daya pembeda negatif, sehingga soal tersebut harus dibuang.

Untuk reliabilitas instrumen yang dianalisis menggunakan teknik belah dua awal dan akhir didapatkan nilai reliabilitas untuk instrumen ini sebesar 0,72 dengan kriteria reliabilitas tinggi.


(26)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian, soal yang diambil hanya sebanyak 30 soal yang dianggap baik dan telah melalui proses revisi kembali untuk diperbaiki yang meliputi keterbacaan soal, keterkaitan soal dengan proses kognitif yang diinginkan, kejelasan soal untuk dipahami oleh siswa, efisiensi penggunaan kata dalam soal, dan perbaikan pilihan jawaban untuk lebih homogen.Pemilihan soal untuk penelitian disesuaikan dengan proses kognitif soal untuk tiap indikator yang ingin dicapai dengan proporsi soal C1 sebanyaktujuh soal, C2 sebanyak sembilan soal, C3 sebanyak delapan soal, dan C4 sebanyak enam soal. Terdapat soal yang tidak digunakan, berhubungan dengan pengambilan jumlah soal yang hanya sebanyak 30 soal, meskipun soal tersebut memiliki validitas yang tinggi dan analisis lainnya juga menunjukkan hasil yang baik. Terdapat juga soal yang diperbaiki meskipun validitas dan analisis kriteria lainnya tidak bagus, hal itu dilakukan untuk memenuhi indikator yang dibuat. Perbaikan dan pemilihan soal tentunya telah dikonsultasikan kepada pembimbing.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan dan analisis data.

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan pendahuluan melalui studi kepustakaan dan lapangan. Studi pustaka untuk memperoleh teori yang akurat dan sesuai dengan permasalahan pada penelitian ini. Studi literatur yang dilakukan adalah mengkaji model inquiry lab, prestasi belajar, dan telaah kurikulum 2013. Sedangkan studi pendahuluan ke lapangan untuk mengobservasi proses pembelajaran, khususnya adalah kegiatan OSEAN, apakah guru memberikan pengalaman belajar pada siswa melalui kegiatan mengobservasi, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasi dan meminta data hasil tes siswa untuk mengetahaui prestasi belajar siswa pada ranah kognitif.


(27)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Telaah Kurikulum 2013 mengenai kompetensi inti dari materi yang akan diajarkan pada proses pembelajaran.

c. Menentukan tempat penelitian, yaitu sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian dan menyiapkan administrasi perizinan penelitian. d. Menyiapkanperangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam

penelitian. Perangkat pembelajaran mengenai berbagai kegiatan selama proses pembelajaran yang terdapat dalam rencana pelaksanaan pembelajarandan skenario pembelajaran model inquiry labpada materi kalor dan selanjutnya didiskusikan dengan dosen pembimbing.

e. Membuat instrumen penelitian berupa soal tes pilihan ganda,lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran model inquiry lab dan lembar observasi kegitan OSEAN, danworksheet siswa.

f. Melakukan judgment ahli mengenai instrumen pembelajaran yang digunakan, yang selanjutnya dilakukan revisi. Selanjutnya dilakukan

judgement lapangan.

2. Tahap pelaksanaan

a. Memberikan tes awal (pre-test) pada kelas penelitian untuk mengukur kemampuan awal siswa sebelum diberikan treatment.

b. Memberikan treatment atau perlakukan berupa model inquiry lab pada kelas penelitian yaitu menerapkan model inquiry lab.

c. Selama proses pembelajaran, observer melakukan observasi dengan mengamati aktifitas siswa dan keterlaksanaan pembelajaran.

d. Memberikan tes akhir (post-test) pada kelas penelitian untuk melihat peningkatan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif siswa setelah diberikan treatment berupa model inquiry lab.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

a. Mengolah data hasil temuan saat penelitian berupa hasil pre-test dan

post-test, lembar observasi kegiatan OSEAN, hasil open guided inquiry

woorksheet siswa, dan lembar keterlaksanaan model inquiry lab.


(28)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Menarik kesimpulan penelitian berdasarkan hasil analisis untuk dapat menjawab permasalahan penelitian.

d. Menyusun laporan hasil penelitian

Alur penelitian secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1.Alur Penelitian

H. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data selama penelitian ini digunakan pengumpulan data dalam bentuk data kuantitatif dan data kualitatif, yaitu:


(29)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini data kuantitatif diperoleh melalui hasil tes prestasi belajar berupa testertulis pilihan ganda yang diberikan pada saat pre-test

dan post-test untuk mengetahui prestasi belajar siswa dalam ranah kognitif.

Selanjutnya terdapat open guided inquiry worksheet yang digunakan untuk mengetahui kegiatan OSEAN siswa dalam menyelesaikan permasalahan sains menggunakan metode ilmiah, yaitu mengajukan pertanyaan, mencari informasi, memformulasikan hipotesis, merancang percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi keterlaksanaan model

inquiry lab dan lembar observasi kegiatan OSEAN. Lembar observasi

keterlaksanaan model inquiry lab yang berisi tentang aktivitas guru dan siswa dalam menerapkan pembelajaran model inquiry lab. Sedangkan lembar observasi kegiatan OSEAN yang berisi aktivitas siswa pada kegiatan OSEAN dalam tiap tahapan pembelajaran.

I. Teknik Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data, baik berupa data kuantitatif dan data kualitatif, selanjutnya data tersebut akan diolah.

1. Soal Tes Prestasi Belajar

Dalam pengolahan data skor tes pilihan ganda yang diujikan pada saat

pre-test dan post-test dilakukan dengan menggunakan analisis kuantitatif

yang menggunakan perhitungan gain yang dinormalisasi dengan terlebih dahulu memberikan skor pada tiap jawaban siswa.

Penskoran dilakukan dengan jawaban benar bernilai satu dan jawaban salah bernilai nol. Dengan perumusan sebagai berikut:

= Σ

Dengan S adalah skor siswa dan R adalah jawaban siswa benar.

Setelah dilakukan penskoran selanjutnya adalah menghitung gain yang dinormalisasi. Gain yang dinormalisasi dapat diartikan sebagai selisih


(30)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

antara skor pre dan post-test yang disebut skor gain aktual dibagi dengan selisih antara skor maksimum post-test dan skor pre-test yang diperoleh yang disebut skor gainmaksimum. Perumusan gain yang dinormalisasi berdasarkan Hake (1998) adalah sebagai berikut:

1 1 2 T S T T g i   

Dengan T1 adalah skor tes awal (pretest), T2 adalah skor tes akhir

(posttest), dan Si adalah skor ideal. Untuk mendapatkan kriteria dari

gainyang dinormalisasi adalah dengan menentukan nilai rata-rata gainyang dinormalisasi untuk keseluruhan siswa.

Tabel 3.7.Kriteria Skor Gain Ternormalisasi

<g> Kriteria

7 , 0

 Tinggi

0,7

3 ,

0  g  Sedang

3 , 0

 Rendah

(Hake, 1998)

2. Lembar Observasi Kegiatan OSEAN

Lembar observasi kegiatan OSEAN diolah datanya untuk mengetahui prosentase jumlah siswa yang melakukan kegiatan OSEAN pada proses pembelajaran. Langkah awal adalah menghitung jumlah siswa yang melakukan kegiatan OSEAN pada tiap aspeknya di tiap tahapan pembelajaran. Selanjutnya adalah merata-ratakan jumlah siswa yang melakukan kegiatan OSEAN pada tiap aspeknya dan dilihat prosentasenya. Kegiatan OSEAN berupa kegiatan siswa dapat dinyatakan dalam prosentase dengan menggunakan rumus di bawah ini:

P = � � � � � ���� �


(31)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Open Guided Inquiry Worksheet

Open guided Inquiry worksheet mengukur kegiatan OSEAN siswa

dalam memecahkan masalah sains.Open guided inquiry worksheet ini berada pada level 2a, didasarkan levels of openness of inquiry in

laboratory activities,Ethretington (2011). Levels of openness of inquiry in

laboratory activities dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8.Levels of Openness of Inquiry in Laboratory Activities. Level Problem Equipment Procedure Answer Common name

0 Given Given Given Given Verification

1 Given Given Given Open Guided inquiry

2a Given Given Open Open Open guided inquiry

2b Given Open Open Open Open guided inquiry

3 Open Open Open Open Open inquiry

. Langkah pengolahan data melalui open guided inquiry lab worksheet

sebagai berikut:

a. Membuat rubrik penilaian yang memuat kriteria jawaban siswa. b. Mengelompokkan tiap langkah pengerjaan open guided inquiry

worksheet ke dalam kegiatan OSEAN.

c. Menilai tiap langkah kerja LKS siswa sesuai dengan rubrik yang telah dibuat dengan skor0 – 4, terlampir pada lampiranC.6.4.

d. Merata-ratakan skor tiap siswa untuk setiap kegiatan OSEAN di tiap pertemuan.

e. Merata-ratakan skor seluruh siswa untuk setiap kegiatan OSEAN di tiap pertemuan.


(32)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran diolah selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kriteria keterlaksanaan melalui perhitungan persentase dengan rumus :

% keterlaksanaan pembelajaran = � � � � � � � � � �

� � � � x 100 %

Tabel 3.9.Interpretasi Keterlaksanaan Pembelajaran

Keterlaksanaan Pembelajaran (%) Interpretasi

0-32 Kurang

33-65 Cukup

66-100 Baik


(33)

62

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang didapatkan melalui penelitian yang dilakukan pada salah satu SMP Negeri di kota Bandung kelas VII, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkan model inquiry lab memiliki nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,56 berada pada kategori sedang. Sedangkan untuk tiap kategori proses kognitifnya pada kategori mengingat (C1) memiliki gain yang dinormalisasi sebesar 0,7 berada pada kategori tinggi, memahami (C2) memiliki gain yang dinormalisasi 0,3 pada kategori sedang, menerapkan (C3) memiliki gain yang dinormalisasi sebesar 0,4 pada kategori sedang, menganalisis (C4) memiliki gain yang dinormalisasi sebesar 0,58 pada kategori sedang. Berdasarkan nilai gain yang dinormalisasi tersebut model inquiry lab

dianggap dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif. 2. Peningkatan kegiatan OSEAN siswa selama proses pembelajaran dengan

model inquiry lab pada kegiatanObservingmengalami peningkatan prosentase jumlah siswa pada pertemuan kedua sebesar 10,7% dan pertemuan ketiga sebesar 4,7% dibandingkan dengan peretemuan pertama. Kegiatan queStioning pada pertemuan kedua dan ketiga mengalami peningkatan sebesar 14,6% dan 8,6% dibandingkan dengan pertemuan pertama. Kegiatan collEcting informationpada pertemuan kedua dan ketiga mengalami peningkatan sebesar 12% dan 8% dibandingkan dengan pertemuan pertama. KegiatanAssociating mengalami peningkatan pada pertemuan kedua dan ketiga sebesar 33,3% dan 20%, dibandingkan dengan pertemuan pertama. KegiatancommuNicating mengalami peningkatan pada pertemuan kedua dan ketiga sebesar 16% dan 8,6%, dibandingkan dengan pertemuan pertama.


(34)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun, pada pertemuan ketiga bila dibandingkan dengan pertemuan kedua mengalami penurunan pada tiap kegiatan OSEAN secara berurutan sebesar, 6%, 6%, 4%, 13,3%, dan 7,4%.

3. Kegiatan OSEAN pada open guided inquiry lab worksheet berdasarkan prosentase ketuntasan siswa dalam menyelesaikan permasalahan diperoleh pada pertemuan pertama sebesar 67%, pertemuan kedua sebesar 100% dengan peningkatan sebesar 33% mencapai prosentase maksimum, pada pertemuan ketiga juga mencapai prosentase maksimum 100%.

B.Saran

Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Dalam pembagian kelompok, selain memperhatikan jumlah siswa pada tiap kelompok, yaitu sebaiknyapada tiap kelompok beranggotakan kurang dari lima orang, agar dalam kelompok itu setiap siswa dapat turut aktif dalam berdiskusi. Dalam pembentukan kelompok juga diperhatiakan kenyamanan anggota kelompoknya. Jika siswa kurang nyaman dalam pembagian kelompok yang diberikan oleh guru, siswa enggan untuk berinteraksi dengan anggota kelompoknya.

2. Sebelum diberikan open guided inquiry woorksheet pada saat pembelajaran, sebaiknya siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai metode ilmiah seperti mengajukan pertanyaan, variabel penelitian, hipotesis, tabel, grafik, analisis, dan kesimpulan, sehingga dalam pembelajaran siswa sudah terfokus pada permasalahan yang diberikan, tidak lagi kebingungan dengan cara pengisian.

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kegiatan OSEAN selama proses pembelajaran, sampai pada mengasah keterampilan siswa dalam kegiatan OSEAN.


(35)

64

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abadi, H.M. (2013). Peningkatan Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dengan Model Inkuiri disertai Metode Eksperimen pada Mata Pelajaran

Fisika Siswa Kelas IX F SMP Negeri 1 Rogojampi. (Skripsi). Jurusan

Pendidikan MIPA FKIP. Universitas Jember.

Anderson, L.W., Krahtwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Mengajar, dan Assesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom). Yogyakarta: Pustaka Belajar

Ango, Marry L. (2002). Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context. International Journal of Educologi, 16 (1), hlm. 11-30. Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Annisa, Nuri. (2013). Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Tanah di

Sekolah Dasar. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Depdiknas. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Etherington, Metthew B. (2011). Investigative Primary Science: A Problem-based Learning Approach. Australian Journal of Teacher, 36, (4), hlm. 36-57.


(36)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Feng, H., Fan , J., & Yang, H. (2013). “The Relationship of Learning Morivation

and Achievement in EFL: Gender as an Intermediated Variable”.

Education Research International. 2, (2). Hlm. 50-58

Hake, R. R. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics, Indiana University.

Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan

Contoh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

McLelland, C. V. (2006). Nature of Science and the Scientific Method. The

Geological Society of America. Tersedia :

http://wwwgeosociety.org/educate/naturescience.pdf

Maretasari, Esti. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap

Ilmiah Siswa. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Maulana, Slamet. (2012). Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar

Peserta didik di SMK Negeri Bisnis Manajemen Se-Kota Bandung.

(Skripsi). Jurusan Pendidikan Manajemen Bisnis FPEB, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press. National Researh Council. (1996). National Science Education Standards.

Washington, DC: The National Academies Press.

Novians, M.I. (2011). Penerapan Model Inkuiri Laboratorium Terbimbing pada Pembelajaran Fisika dalam Meningkatkan Prestasi Belajar dan


(37)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan Proses Sains pada Siswa SMP. (Skripsi). Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 68

tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 68 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81A tentang Implementasi Kurikulum, 2013.

Permata, Evita. (2012). Penerapan Model Pembelajran Inkuiri Terbimbing pada Pembelajaran Fisika SMA Kelas X untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

dan Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains. (Skripsi). Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Raningsih, Imas. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

sebagi Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Prestasi

Belajar Fisika Siswa SMA. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Silberman, M.L. (2004). Active Learning. 101 Cara Belajar Siswa Aktif.

Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Supriatin, Tutut. (2013). Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas

Siswa dalam Pembelajaran IPA di SD. (Skripri). Jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Surapranata, S. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(38)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tanti, T. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Interferensi dan Difraksi Gelombang. Edu-Physics, 3.

Tayim. (2008). Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa sma kelas XI pada pokok bahasan getaran (penelitian

kuasi eksperimen di kelas XI-2 SMA negeri 1 Sliyeg indramayu). (Skripsi).

Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia,Bandung.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi

Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wenning Carl J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning

sequences to teach science”. Journal Physics Teacher of Education

Online. 5, (4), hlm. 11-19.

Wenning, C.J. (2005). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical

practices and inquiry processes”. Journal of Physics Teacher Education

Online. 2, (3), hlm. 3-11.

Wenning, C.J. (2011). “The Levels of Inquiry of Science Teaching”. Journal of


(1)

62

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang didapatkan melalui penelitian yang dilakukan pada salah satu SMP Negeri di kota Bandung kelas VII, didapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Prestasi belajar siswa pada ranah kognitif setelah diterapkan model inquiry lab memiliki nilai gain yang dinormalisasi sebesar 0,56 berada pada kategori sedang. Sedangkan untuk tiap kategori proses kognitifnya pada kategori mengingat (C1) memiliki gain yang dinormalisasi sebesar 0,7 berada pada kategori tinggi, memahami (C2) memiliki gain yang dinormalisasi 0,3 pada kategori sedang, menerapkan (C3) memiliki gain yang dinormalisasi sebesar 0,4 pada kategori sedang, menganalisis (C4) memiliki gain yang dinormalisasi sebesar 0,58 pada kategori sedang. Berdasarkan nilai gain yang dinormalisasi tersebut model inquiry lab dianggap dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada ranah kognitif. 2. Peningkatan kegiatan OSEAN siswa selama proses pembelajaran dengan

model inquiry lab pada kegiatanObservingmengalami peningkatan prosentase jumlah siswa pada pertemuan kedua sebesar 10,7% dan pertemuan ketiga sebesar 4,7% dibandingkan dengan peretemuan pertama. Kegiatan queStioning pada pertemuan kedua dan ketiga mengalami peningkatan sebesar 14,6% dan 8,6% dibandingkan dengan pertemuan pertama. Kegiatan collEcting informationpada pertemuan kedua dan ketiga mengalami peningkatan sebesar 12% dan 8% dibandingkan dengan pertemuan pertama. KegiatanAssociating mengalami peningkatan pada pertemuan kedua dan ketiga sebesar 33,3% dan 20%, dibandingkan dengan pertemuan pertama. KegiatancommuNicating mengalami peningkatan pada pertemuan kedua dan ketiga sebesar 16% dan 8,6%, dibandingkan dengan pertemuan pertama.


(2)

63

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun, pada pertemuan ketiga bila dibandingkan dengan pertemuan kedua mengalami penurunan pada tiap kegiatan OSEAN secara berurutan sebesar, 6%, 6%, 4%, 13,3%, dan 7,4%.

3. Kegiatan OSEAN pada open guided inquiry lab worksheet berdasarkan prosentase ketuntasan siswa dalam menyelesaikan permasalahan diperoleh pada pertemuan pertama sebesar 67%, pertemuan kedua sebesar 100% dengan peningkatan sebesar 33% mencapai prosentase maksimum, pada pertemuan ketiga juga mencapai prosentase maksimum 100%.

B.Saran

Saran yang diajukan untuk penelitian selanjutnya berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Dalam pembagian kelompok, selain memperhatikan jumlah siswa pada tiap kelompok, yaitu sebaiknyapada tiap kelompok beranggotakan kurang dari lima orang, agar dalam kelompok itu setiap siswa dapat turut aktif dalam berdiskusi. Dalam pembentukan kelompok juga diperhatiakan kenyamanan anggota kelompoknya. Jika siswa kurang nyaman dalam pembagian kelompok yang diberikan oleh guru, siswa enggan untuk berinteraksi dengan anggota kelompoknya.

2. Sebelum diberikan open guided inquiry woorksheet pada saat pembelajaran, sebaiknya siswa terlebih dahulu diberikan penjelasan mengenai metode ilmiah seperti mengajukan pertanyaan, variabel penelitian, hipotesis, tabel, grafik, analisis, dan kesimpulan, sehingga dalam pembelajaran siswa sudah terfokus pada permasalahan yang diberikan, tidak lagi kebingungan dengan cara pengisian.

3. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kegiatan OSEAN selama proses pembelajaran, sampai pada mengasah keterampilan siswa dalam kegiatan OSEAN.


(3)

64

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abadi, H.M. (2013). Peningkatan Aktivitas dan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa dengan Model Inkuiri disertai Metode Eksperimen pada Mata Pelajaran Fisika Siswa Kelas IX F SMP Negeri 1 Rogojampi. (Skripsi). Jurusan Pendidikan MIPA FKIP. Universitas Jember.

Anderson, L.W., Krahtwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Mengajar, dan Assesmen (Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom). Yogyakarta: Pustaka Belajar

Ango, Marry L. (2002). Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context. International Journal of Educologi, 16 (1), hlm. 11-30.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara

Annisa, Nuri. (2013). Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Tanah di Sekolah Dasar. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Depdiknas. (2003). Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Etherington, Metthew B. (2011). Investigative Primary Science: A Problem-based Learning Approach. Australian Journal of Teacher, 36, (4), hlm. 36-57.


(4)

65

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Feng, H., Fan , J., & Yang, H. (2013). “The Relationship of Learning Morivation and Achievement in EFL: Gender as an Intermediated Variable”. Education Research International. 2, (2). Hlm. 50-58

Hake, R. R. (1998). Analizing Change/Gain Score. USA: Dept: Of Physics, Indiana University.

Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

McLelland, C. V. (2006). Nature of Science and the Scientific Method. The

Geological Society of America. Tersedia :

http://wwwgeosociety.org/educate/naturescience.pdf

Maretasari, Esti. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Maulana, Slamet. (2012). Pengaruh Kompetensi Guru terhadap Prestasi Belajar Peserta didik di SMK Negeri Bisnis Manajemen Se-Kota Bandung. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Manajemen Bisnis FPEB, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Mundilarto. (2012). Penilaian Hasil Belajar Fisika. Yogyakarta: UNY Press.

National Researh Council. (1996). National Science Education Standards. Washington, DC: The National Academies Press.

Novians, M.I. (2011). Penerapan Model Inkuiri Laboratorium Terbimbing pada Pembelajaran Fisika dalam Meningkatkan Prestasi Belajar dan


(5)

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterampilan Proses Sains pada Siswa SMP. (Skripsi). Jurusan

Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 68 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 68 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, 2013.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81A tentang Implementasi Kurikulum, 2013.

Permata, Evita. (2012). Penerapan Model Pembelajran Inkuiri Terbimbing pada Pembelajaran Fisika SMA Kelas X untuk Meningkatkan Prestasi Belajar dan Mengetahui Profil Keterampilan Proses Sains. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Raningsih, Imas. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing sebagi Upaya Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA. (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Silberman, M.L. (2004). Active Learning. 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Supriatin, Tutut. (2013). Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran IPA di SD. (Skripri). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Surapranata, S. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

67

Nida Fiqroh Fithriyah, 2014

Implementasi Model Inquiry Lab untuk meningkatkan Prestasi Belajar dan Kegiatan OSEAN Siswa SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tanti, T. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Interferensi dan Difraksi Gelombang. Edu-Physics, 3.

Tayim. (2008). Penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa sma kelas XI pada pokok bahasan getaran (penelitian kuasi eksperimen di kelas XI-2 SMA negeri 1 Sliyeg indramayu). (Skripsi). Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia,Bandung.

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wenning Carl J. (2010). “Levels of inquiry: Using inquiry spectrum learning sequences to teach science”. Journal Physics Teacher of Education Online. 5, (4), hlm. 11-19.

Wenning, C.J. (2005). “Levels of inquiry: Hierarchies of pedagogical practices and inquiry processes”. Journal of Physics Teacher Education Online. 2, (3), hlm. 3-11.

Wenning, C.J. (2011). “The Levels of Inquiry of Science Teaching”. Journal of Physics Teacher Education Online. 6, (2), hlm. 9-16.