Upaya Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah Manaratul Islam

(1)

DI MADRASAH ALIYAH MANARATUL ISLAM

Skripsi ini Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

EVA SUKRENI 1110011000100

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

Berdasarkan masalah mengenai kurangnya pemahaman siswa tentang hukum syariat islam, maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang bagaimana upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Penulis melakukan penelitian di MA Manaratul Islam Cilandak, Jakarta Selatan untuk mengetahui bagaimana upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini penulis melakukan pengamatan dan wawancara kepada guru fiqih dalam Proses belajar mengajar di dalam kelas pada waktu jam belajar maupun pada waktu setelah jam belajar, yang terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan pembelajaran, Kegiatan belajar mengajar, evaluasi / penilaian dan kegiatan tindak lanjut dari hasil evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan banyak upaya yang telah dilakukan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang Upaya yang dilakukan oleh guru di MA Manaratul Islam pada proses belajar mengajar di kelas menggunakan pendekatan kitab kuning yaitu fathul qarib dimana kitab kuning digunakan dalam diskusi dan menggunakan sumber belajar yang lain seperti buku pegangan guru yaitu fiqih dari Departemen Agama dan Internet, dan upaya pada kegiatan kegiatan tindak lanjut yang dilakukan oleh guru tersebut dari hasil evaluasi yang dilakukan adalah bimbingan belajar. Dua upaya guru inilah yang berbeda dengan upaya guru pada umumnya di sekolah lain. Adapun upaya yang dilakukan yang hampir sama dengan guru lain adalah membuat silabus dan rpp dari tahapan perencanaan, dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif dengan cara pemberian sanksi, dapat menghilangkan kejenuhan siswa dengan cara menyelingkan pelajaran dengan kisah sahabat maupun menyanyi religi, pemberian motivasi terhadap siswa sebelum memulai pelajaran, pemberian contoh atau teladan terhadap siswanya , dari tahapan evaluasi membuat soal uraian, essay dan hafalan dan dari tahapan tindak lanjut guru pun memberikan remedial.


(7)

ii

Achievement In Fiqih’s Lesson at Manaratul

Islam’s School

Based on the problem of the lack of students' understanding of Islamic Shari'a law, it encourages authors to conduct research on how the efforts of teachers in improving student achievement. The author conducted research in MA Islamic Manaratul Cilandak, South Jakarta to know how the efforts of teachers in improving student achievement. In this study the authors conducted observations and interviews with teachers of jurisprudence in the teaching and learning process in the classroom during study hours and during after hours of study, which consists of four stages, namely, lesson planning, teaching and learning activities, evaluation / assessment and follow-up activities of the results of the evaluation. The results showed a lot of effort has been done by teachers to improve student achievement in the field of efforts made by teachers in MA Islamic Manaratul on teaching and learning in the classroom using the yellow book approach that Fath qarib where yellow book used in the discussion and use of learning resources others such as teachers' handbook jurisprudence of the Department of Religion and the Internet, and the efforts to follow up the activities carried out by the teachers of the results of evaluations conducted was tutoring. These two different teachers efforts with the efforts of teachers in general in other schools. The efforts made almost the same with the other teachers are making syllabus and lesson plans from the planning stages, it can create a classroom atmosphere conducive to the way of sanctions, can eliminate boredom students by way of Temporary lessons with stories and singing religious companions, providing motivation to students before start the lesson, giving an example or role model to students, from the stage of the evaluation made about the description, essay and rote and of the follow-up phase also provides remedial teacher.


(8)

(9)

(10)

v

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II Kajian Teoretik ... 6

A.Upaya Guru ... 6

1. Guru ... 6

2. Tugas-tugas Guru ... 7

3. Peranan Guru ... 8

4. Ciri-ciri Guru Professional ... 10

5. Sepuluh (10) Kompetensi Guru ... 16

6. Upaya Guru ... 24

B. Prestasi Belajar ... 24

1. Pengertian Prestasi Belajar ... 24

2. Upaya yang dapat meningkatkan Prestasi Belajar ... 26

3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ... 28

C.Pembelajaran Fiqih ... 35

1. Pengertian Fiqih ... 35


(11)

vi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A.Tempat dan waktu penelitian ... 41

B. Latar Penelitian ... 41

C.Metode Penelitian ... 42

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan data ... 44

E. Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan data ... 45

F. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50

A.Deskripsi data ... 50

B. Pembahasan ... 54

BAB V PENUTUP ... 62

A.Kesimpulan ... 62

B. Implikasi ... 62

C.Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

vii

Lampiran II Hasil Wawancara ... 66

Lampiran III Catatan Lapangan ... 68

Lampiran IV Silabus Fiqih Kelas XI Semester Ganjil ... 74

Lampiran V RPP Fiqih Kelas XI Semester Ganjil ... 80

Lampiran VII Lembar Uji Referensi ... 86


(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pada saat ini berbicara tentang pendidikan adalah hal yang menarik. Karena hakikatnya pendidikan dalam konteks pembangunan nasional mempunyai fungsi sebagai pemersatu bangsa, penyamaan kesempatan, dan pengembangan potensi diri.

Dalam rangka mencapai tujuan nasional bidang pendidikan, yang berupaya mencapai tujuan masyarakat yang adil dan makmur baik jasmani maupun rohani, perlu adanya usaha untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, guna memenuhi kebutuhan pembangunan saat ini di masa yang akan mendatang. Sumber daya manusia yang memiliki kecerdasan tinggi yang ditunjang oleh adanya sikap dan perilaku yang bertaqwa kepada Allah Yang Maha Esa, serta budi pekerti yang luhur sangat diharapkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Seperti menurut UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang merupakan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan nasional, yaitu :

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung

jawab.”1

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk meyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang

1

Undang – Undang RI nomor 20 Tahun 2003, Bab II Pasal 3, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta : PT Kloang Klede Putra Timur, 2003 ),h.6


(14)

akan datang.2 Hal ini proses bimbingan dan pengajaran berarti hal yang sangat penting dalam pendidikan.

Proses bimbingan dan pengajaran yang berkualitas dalam pendidikan membutuhkan guru yang berkualitas. Dengan adanya guru yang berkualitas, suatu lembaga pendidikan dapat dikatakan bermutu atau berkualitas. Itulah sebabnya lembaga pendidikan khususnya sekolah berusaha dan berupaya meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan prestasi para siswa agar lebih baik dibandingkan dengan sekolah lain. Upaya pemerintah meningkatkan mutu suatu lembaga dengan perubahan kurikulum. Dari kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompetensi ( KBK ) dengan perubahan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ), dimana pada kurikulum ini siswa dituntut lebih aktif, kreatif dan inovatif.

Dalam praktiknya, guru merupakan ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus pelaksana kurikulum. Dengan demikian lembaga pendidikan yang baik itu harus mempunyai guru yang berkualitas, karena guru sebagai ujung tombak dalam sekolah tersebut yang bisa mengawasi dan mengarahkan siswanya dengan baik. Keberhasilan belajar mengajar ditentukan oleh kemampuan profesional guru dan pribadi guru.3 Keberhasilan belajar mengajar juga dapat menentukan mutu pendidikan.

Di sebagian lembaga, dalam praktiknya sebagian guru kurang memperhatikan pengajaran dengan profesional, sehingga banyak siswa yang enggan untuk belajar dan meningkatkan prestasi belajar. Kebanyakan siswa malas untuk belajar, karena pengajaran guru yang monoton dan tidak variatif dalam mengajar. Sehingga guru dituntut untuk bisa mengajar dengan variatif dan pengajaran yang kreatif untuk bisa memacu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya.

2

UU SISDIKNAS NO. 89 TAHUN 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta : CV. Eko Jaya, 1989 ), Cet Ke-1, h.53

3

Oemar Hamalik, Dasar- dasar pengembangan kurikulum, ( Bandung : Rosdakarya, 2011 ),h.231


(15)

Pengajaran yang profesional tidak hanya menggunakan teori dalam mengajar akan tetapi praktik dan teori dalam pembelajaran, terutama pada pembelajaran fiqih yang tidak hanya menekankan teori akan tetapi praktik, sehingga siswa dapat menerapkan ilmu yang di dapat dalam kehidupan sehari-hari dan pembelajaran fiqih juga harus kembali kepada ayat alqur’an sehingga terjadi kesalahan dalam memahami hukum. Ini dijelaskan dalam surah An-Nahl ayat 43-44 :



































































“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya

mereka memikirkan,”

Pembelajaran fiqih merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam yang dipelajari di Madrasah Aliyah, dimana pembelajaran fiqih siswa dituntut tidak hanya bisa memahami teori tetapi juga bisa menerapkan teori tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Karena tujuan pembelajaran fiqih adalah menerapkan

hukum syari’at Islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Jadi, ilmu fiqh itu

adalah rujukan (tempat kembali) seorang hakim dalam (qadhi) dalam keputusannya, rujukan seorag Mufti dalam fatwanya, dan rujukan seorang

Mukallaf untuk mengetahui hukum syari’at dalam ucapan dan perbuatannya.

Dalam proses belajar mengajar, siswa harus bisa mencapai tujuan dari pembelajaran fiqih. Karena hasil dari proses belajar mengajar adalah siswa harus bisa mencapai tujuan belajar tersebut.

Pada praktiknya, ada sebagian lembaga yang siswanya belum mencapai tujuan pembelajaran fiqih. Itu terlihat dari masih ada sebagian siswa aliyah yang


(16)

kurang mengerti tentang hukum islam. Sehingga perlu adanya penelitian bagaimana upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar khususnya pada bidang studi fiqih.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut ke dalam bentuk ilmiah dengan mengambil judul

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

SISWA PADA BIDANG STUDI FIQIH DI MA MANARATUL ISLAM”..

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dilakukan diidentifikasi sebagai berikut :

1. Sebagian guru kurang memperhatikan pengajaran secara profesional.

2. Guru lebih cenderung menggunakan teori dalam pembelajaran dibandingkan praktik secara langsung.

3. Siswa yang belum memahami hukum syari’at islam.

C. Pembatasan masalah

Banyak permasalahan yang ada, maka penulis membatasi masalah sebagai berikut :

1. Upaya guru, yang dimaksud disini adalah usaha guru dalam proses belajar mengajar

2. Peningkatan prestasi, yang dimaksud disini adalah prestasi yang diraih oleh siswa menjadi lebih baik

3. Bidang studi fiqih, yang dimaksud disini adalah salah satu bidang studi agama islam yang diajarkan di lembaga pendidikan formal.

D. Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka perumusan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana upaya guru di kelas dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi Fiqih ?


(17)

E. Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh data dan informasi tentang upaya apa saja yang dilakukan oleh guru pada bidang studi fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas maupun di luar kelas.

F. Kegunaan Penelitian

1. Penulis dapat lebih mengetahui mengenai upaya guru fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Sebagai tugas akhir perkuliahan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta guna memperoleh gelar sarjana S1 ( Strata 1 ) di bidang Pendidikan Agama Islam.


(18)

6 A.Upaya Guru

1. Guru

Di dalam dunia pendidikan, guru memegang peranan penting dalam proses pembelajaran di kelas. dimana proses pembelajaran akan efektif apabila guru mengupayakan pembelajaran yang efektif di kelas. berhasil tidaknya siswa dalam berprestasi, guru yang memegang peranan penting di dalamnya. Dengan demikian guru harus dapat memaksimalkan sumber daya sekolah yang ada dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif.

Di Indonesia, guru dalam pengertian sederhana berarti orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Para ahli juga memberikan definisi tentang pengertian guru, antara lain:

a. Menurut Muhibin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru Mendefinisikan sebagai berikut :

Guru diartikan sebagai mu’allim dan dalam bahasa inggris Teacher itu memiliki arti yang sederhana yakni A person whose occupation is others ( Mc. Cleod, 1989 ). Artinya, guru ialah seseorang yang pekerjaannya mengajar orang lain.1

b. Menurut H. Oemar Hamalik dalam bukunya “ Dasar- dasar

Pengembangan Kurikulum”. Memberikan pengertian sebagai berikut :

Guru ialah titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam mengembangkan kurikulum. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan profesional guru dan pribadi guru.2

Guru betul-betul dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan kurikulum itu sendiri, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan psikologi belajar, dan perkembangan

1

Muhibib Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, ( Bandung : Rosdakarya, edisi revisi 2008 ),h.222

2

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan kurikulum, ( Bandung : Rosdakarya,2011 ),h.231


(19)

ilmu pendidikan. Guru harus memiliki kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi personal, dan kemampuan sosial secara seimbang dan terpadu.3

2. Tugas – tugas guru

Dalam hal ini seorang guru mempunyai tugas-tugas sebagai seorang guru, sebab keberhasilan dari sebuah lembaga pendidik ( sekolah ) yang dapat menghasilkan siswa-siswa berprestasi tidak terlepas dari seorang guru yang menjalankan tugasnya dengan baik dan profesional. Oleh karena itu tugas pendidik adalah mengajar, membimbing, dan atau melatih peserta didik secara formal maupun non formal. Tugas pendidik dalam proses pembelajaran secara berurutan adalah :

a. Menguasai materi pelajaran

b. Menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik mudah menerima dan memahami pelajaran

c. Melakukan evaluasi pendidikan yang dilakukan d. Menindaklanjuti hasil evaluasinya.4

Tugas seperti ini secara keilmuan mengharuskan pendidik menguasai ilmu-ilmu bantu yang dibutuhkan, seperti ilmu-ilmu pendidikan, psikologi pendidikan/ pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi pendidikan dan lainnya. Disamping itu pula seorang guru dalam berprilaku dan tingkah laku harus dapat memberikan suri tauladan yang baik, sebab seorang murid/ siswa akan mempraktekan apa yang dilakukan oleh gurunya. Oleh karena itu seorang guru harus dapat menjaga segala perilaku dan tingkah lakunya. Guru juga sebagai inovator, sponsor, atau pencetus ide-ide pembaharuan bagi para peserta didiknya, sekaligus juga akan sebagai evaluator yakni melakukan penilaian tentang kebutuhan siswa. Fungsi utama guru adalah sebagai pendidik dan pembimbing. Namun lebih luas lagi H. Ramayulis

dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan Islam” menyatakan bahwa : keutamaan seorang

3

Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, ( Bandung : Rosdakarya, 2011 ),h. 15

4

Sardiman, Interaksi dan motivasi belajar mengajar, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002 ),h. 45


(20)

pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban seorang pendidik hampir sama dengan tugas seorang rasul.

3. Peranan Guru

Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Secara lebih terperinci tugas guru lebih terperinci tugas guru berpusat pada :

a. Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang

b. Memberi fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai

c. Membantu perkembangan aspek – aspek pribadi seperti sikap, nilai- nilai, dan penyesuaian diri.

Demikianlah, dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian siswa. Ia harus menciptakan proses belajar yang sedemikian rupa sehingga dapat merangsang siswa untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuhan dan menciptakan tujuan.

Disamping itu perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial- budaya yang berlangsung dengan cepat telah memberikan tantangan kepada setiap individu. Setiap individu senantiasa ditantang untuk terus selalu belajar untuk dapat menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Kesempatan belajar makin terbuka melalui berbagai sumber dan media. Siswa siswa masa kini dapat belajar dari berbagai sumber dan media seperti surat kabar, radio, televisi, film dan sebagainya. Ia pun dapat belajar dalam berbagai kesempatan dan kegiatan di luar sekolah. Guru hanya merupakan salah satu di antara berbagai sumber dan media belajar. Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa- siswa. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap siswa untuk secara efektif dapat


(21)

mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber serta media pembelajaran. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan sbelajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas yang memadai sehingga siswa dapat belajar secara efektif.

Dari uraian diatas, jelas bahwa peranan guru telah meningkat dari sebagai pengajar menjadi sebagai direktur pengarah belajar. Sebagai direktur belajar, tugas dan tanggung jawab menjadi lebih meningkat yang ke dalamnya termasuk fungsi- fungsi guru sebagai perencana pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil belajar, sebagai motivator belajar, dan sebagai pembimbing.

Sebagai rencana pengajaran seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar mengajar secara efektif. Untuk itu, ia harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang prinsip-prinsip belajar sebagai dasar dalam merancang kegiatan belajar mengajar, seperti merumuskan tujuan, memilih bahan, memilih metode, menetapkan evaluasi, dan sebagainya.

Sebagai pengelola pengajaran, seorang guru harus mampu mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar, seorang guru hendaknya senantiasa secara terus menerus mengikuti hasil- hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu.

Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar mengajar, yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus- menerus dalam mencapai hasil belajar yang optimal.Selanjutnya dalam peranannya sebagai direktur belajar, hendaknya guru senantiasa berusaha untuk menimbulkan. Memelihara, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa motif berprestasi mempunyai korelasi positif dan cukup berarti terhadap pencapaian prestasi belajar. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar banyak ditentukan oleh tinggi rendahnya


(22)

motif berprestasi. Dalam hubungan ini guru mempunyai fungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar.

Sebagai direktur belajar, pendekatan yang dipergunakan dalam proses belajar mengajar tidak hanya melalui pendekatan instruksional akan tetapi disertai dengan pendekatan pribadi. Melalui pendekatan pribadi ini diharapkan guru dapat mengenal dan memahami siswa secara mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya. Dengan perkataan lain, sebagai direktur belajar guru sekaligus berperanan sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar. Sebagai pembimbing dalam belajar, guru diharapkan mampu untuk :

a. Mengenal dan memahami setiap siswa baik secara individu maupun kelompok

b. Memberikan penerangan kepada siswa mengenai hal – hal yang diperlukan dalam proses belajar mengajar

c. Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan pribadinya

d. Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya

e. Menilai keberhasilan setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.5

4. Ciri – ciri Guru Professional

Dalam dan proses pendidikan mana pun, guru tetap memegang peranan penting. Para siswa tidak memegang peranan penting. Para siswa tidak mungkin belajar sendiri tanpa bimbingan guru yang mampu mengemban tugasnya dengan baik. kendatipun dewasa ini konsep CBSA telah banyak dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di sekolah, namun guru tetap menempati kedudukan tersendiri. Pada hakikatnya para siswa hanya mungkin belajar dengan baik jika guru telah mempersiapkan lingkungan positif bagi mereka untuk belajar.

Pelaksanaan kurikulum dalam sistem instruksional yang telah didesain dengan sistematik membutuhkan tenaga guru yang profesional. Guru harus memenuhi persyaratan, profesinya dan berkemauan tinggi untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal. Kemampuan yang dituntut terhadap setiap guru adalah kemampuan-kemampuan yang sejalan dengan peranannya di sekolah.

5

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010 ),h. 97-100


(23)

Peranan guru tidak hanya bersifat administratif dan organisatoris, tetapi juga bersifat metadologis dan psikologis. Di balik itu setiap guru harus memiliki kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan – kemampuan itu sangat penting demi keberhasilan tugas dan fungsinya sejalan dengan tugas dan fungsi sekolah sebagai suatu sistem sosial.

a. Jenis-jenis peranan Guru

Peranan guru dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam arti sempit. Dalam arti luas, guru mengemban peranan – peranan sebagai ukuran kognitif, sebagai agen moral, sebagai inovator dan koopertif ( W. Taylor, 1978 ).

Guru sebagai ukuran kognitif. Tugas guru umumnya adalah mewariskan pengetahuan dan berbagai keterampilan kepada generasi muda. Hal-hal yang akan diwariskan itu sudah tentu harus sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditentukan oleh masyarakat dan merupakan gambaran tentang keadaan sosial,ekonomi, dan politik masyarakat bersangkutan. Karena itu guru harus memenuhi ukuran kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya, sehingga anak dapat mencapai ukuran pendidikan yang tinggi. Hasil pengajaran merupakan hasil interaksi antara unsur-unsur, motivasi, dan kemampuan siswa, isi atau materi pelajaran yang disampaikan dan dipelajari oleh siswa, keterampilan guru menyampaikannya dan alat bantu pengajaran yang membuat jalannya pewarisan itu.

Guru sebagai agen moral dan politik. Guru bertindak sebagai agen moral masyarakat, karena fungsinya mendidik warga masyarakat agar melek huruf, pandai berhitung, dan berbagai keterampilan kognitif lainnya. Keterampilan – keterampilan itu dipandang sebagai bagian dari proses pendidikan moral, karena masyarakat yang telah pandai membaca dan berpengetahuan, akan berusaha menghindarkan dirinya dari tindakan-tindakan yang kriminal dan menyimpang dari ukuran masyarakat kepada generasi muda. Kemauan – kemauan politik masyarakat disampaikan dalam proses pengajaran dalam kelas.

Guru sebagai inovator. Berkat ilmu pengetahuan dan teknologi, maka masyarakat senantiasa berubah dan berkembang dalam semua aspek.


(24)

Perubahan dan perkembangan itu menuntut terjadinya inovasi pendidikan pendidikan yang menimbulkan perubahan yang baru dan kualitatif, berbeda dengan hal yang sebelumnya ( Santoso S. Hamijoyo, 1974 ). Tanggung jawab melaksanakan inovasi itu di antaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru yang memegang peranan utama. Guru yang bertanggung jawab menyeba rluaskan gagasan-gagasan baru, baik terhadap siswa maupun terhadap masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.

Peranan kooperatif. Dalam melaksanakan tugasnya, guru tidak mungkin bekerja sendirian dan mengandalkan kemampuannya secara individual. Karena itu para guru perlu bekerja sama antarsesama guru dan dengan pekerja-pekerja sosial, lembaga-lembaga kemasyarakatan, dan dengan persatuan orangtua murid. Peranan kerjasama dalam pengajaran di antara guru-guru secara formal dikembangkan dalam sistem pengajaran beregu.

Dalam proses pengajaran di sekolah, peranan guru lebih spesifik sifatnya dalam pengertian yang sempit yakni dalam hubungan proses belajar mengajar. Peranan guru adalah sekaligus sebagai pengorganisasian lingkungan belajar dan sebagai fasilitator belajar ( Thomas E. Curtis dan Wilma W. Bidwell, 1977 ). Peranan pertama meliputi peranan – peranan yang lebih spesifik, yakni :

1) Guru sebagai model 2) Guru sebagai perencana 3) Guru sebagai peramal 4) Guru sebagai pemimpin

5) Guru sebagai penunjuk jalan atau sebagai pembimbing ke arah pusat-pusat belajar.

Peranan guru sebagai fasilitator belajar bertitik tolak dari tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Implikasinya terjadi pada tugas tanggung jawab, guru yang mengemban peranan dalam proses kelompok, model kelompok, memberikan penyuluhan dan keterampilan-keterampilan belajar.

Guru sebagai pengorganisasian lingkungan belajar. Peranan guru sebagai pengorganisasian pada dasarnya bertitik tolak dari asumsi bahwa pengajaran adalah suatu aktivitas profesional yang unik, rasional, dan


(25)

humanistis. Dalam hal itu, seseorang menggunakan pengetahuannya secara kreatif dan imajinatif untuk mempromosikan pelajaran dan kesejahteraan bagi orang-orang lain ( Duncan ). Sekolah mengandung pola-pola karakteristik yang proses sosialisasinya berlangsung dan anak memperoleh pengalaman-pengalamannya di dalam situasi sekolah.

Berdasarkan asumsi – asumsi tersebut, maka guru berkewajiban mempersiapkan dan mengorganisasi lingkungan belajar anak/remaja untuk mensosialisasikan dirinya. Dalam hubungan ini, guru mengemban peranan-peranan sebagai berikut :

1) Guru sebagai model

Anak dan remaja berkembang ke arah idealisme dan kritis. Mereka membutuhkan guru sebagai model yang dapat dicontoh dan dijadikan teladan. Karena itu guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Kelebihan itu tampak dalam disiplin pribadi yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual, emosional, kebiasaan – kebiasaan yang sehat, sikap yang demokratis, terbuka, dan sebagainya. Dalam menjalankan peranan tersebut, guru harus senantiasa terlibat dalam secara emosional dan intelektual dengan anak-anak. Dia senantiasa berusaha memberikan bimbingan menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan menggairahkan anak untuk belajar, menyediakan kesempatan bagi anak untuk terlibat dalam perencanaan bersama dengan guru, memungkinkan secara directive.

2) Guru sebagai perencana.

Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi rencana-rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum perlu diterjemahkan menjadi tujuan – tujuan yang secara spesifik dan operasional. Dalam perencanaan itu murid perlu dilihatkan sehingga menjamin relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan dan tingkat pengalaman mereka. Peranan tersebut menuntut agar perencanaan senantiasa direlevansikan dengan kondisi masayarakat, kebiasaan


(26)

belajar siswa, pengalaman dan pengetahuan siswa, metode belajar yang serasi, dan materi pelajaran yang sesuai dengan minatnya.

3) Guru sebagai peramal

Peranan tersebut erat kaitannya dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar siswa. Penilaian mempunyai arti yang penting baik bagi siswa, orang tua, dan bagi guru sendiri. Bagi siswa, agar mereka mengetahui seberapa jauh mereka telah berhasil dalam studinya, bagi orangtua agar mereka mengetahui kemajuan belajar anaknya, dan bagi guru penting untuk menilai dirinya sendiri dan efektivitas pengajaran yang telah diberikannya. Dalam pada itu data yang terkumpul tentang diri mahasiswa sebagian menunjukan beberapa kelemahan yang memerlukan perbaikan melalui prosedur bimbingan yang efektif. Dalam menjalankan peranan ini, seharusnya guru mampu melaksanakan dan mempergunakan beberapa tes yang telah dibakukan, melaksanakan tes formatif, sumatif, serta memperkirakan perkembangan anak didiknya.

4) Guru sebagai pemimpin.

Guru adalah sebagai pemimpin dalam kelasnya sekaligus sebagai anggota kelompok-kelompok dari siswa. Banyak tugas yang sifatnya manajerial yang harus dilakukan oleh guru, seperti memelihara ketertiban kelas, mengatur ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga kelas, serta menyusun laporan bagi pihak yang memerlukannya.6 Tujuan dari tugas kepemimpinan guru adalah untuk memotivasikan dan mendorong murid-murid sehingga mereka menerima dan melatih tanggung jawab untuk belajar mandiri. Kepemimpinan ini sangat penting untuk kebutuhan batin murid-murid, karena murid yang dipimpin dengan baik akan tetap belajar juga biarpun tidak adanya perencanaan dan organisasi, namun bilamana didukung dengan adanya rencana dan organisasi yang baik, maka murid yang dipimpin dengan

6

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, ( Jakarta : PT. Bumi Aksara , 2005 ), Cet.IV, h. 47


(27)

baik tersebut akan menjadi semakin hebat hasil belajarnya.7 Oleh karena itu, sebelum masuk kelas guru harus mempersiapkan secara matang dalam mengajar dan membimbing kelas tersebut agar murid tersebut menjadi aktif dan bersifat kreatif.

5) Guru sebagai petunjuk jalan kepada sumber-sumber.

Guru berkewajiban menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan akan memperoleh pengalaman yang kaya. Lingkungan sumber itu perlu ditunjukan kendatipun pada hakikatnya anak sendiri yang berusaha menemukannya. Tentu saja sumber-sumber yang ditunjukkan itu adalah sumber-sumber yang cocok untuk membantu proses belajar mereka. Curtis mengemukakan, bahwa guru memiliki komponen lingkungan tertentu, yang terdiri : (1) sumber-sumber guru, (2) sumber-sumber manusia, (3) sumber-sumber masyarakat, (4) sumber-sumber media, dan (5) sumber-sumber kepustakaan. Jadi, jelaslah bahwa sumber belajar itu memang sangat luas. Kemampuan guru menyediakan dan menunjukan jalan ke arah sumber tersebut sangat diperlukan dan kemampuan itu merupakan bagian integral dari kompetensi profesional guru. Barangkali perlu pula kita catat uraian singkat dari Norman Mackenzie dan kawan-kawannya, bahwa dalam rangka inovasi pendidikan maka keperluan tersedianya sumber yang layak dan kaya sangat dibutuhkan. Dia menyatakan bahwa dalam rangkaian New Resources for Learning, machine, bahkan komputer dan program instruction, semua merupakan sumber informasi untuk belajar. Sumber-sumber belajar itu sangat diperlukan terutama dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan tinggi.8

7

Ivor K. Devies, Pengelolaan Belajar, ( Jakarta : Rajawali Pers, 1991 ), Cet II, h. 39

8

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, ( Jakarta, PT. Bumi Aksara : 2005 ), Cet.IV, h. 43 - 47


(28)

5. Sepuluh (10) Kompetensi Guru

Guru sebagai tenaga profesional dalam bidangnya tentu harus mempunyai kemampuan yang ahli dalam bidangnya. Dengan adanya kemampuan yang ahli yang dimiliki oleh guru, guru menjadi tenaga yang profesional dalam bidangnya. Kompetensi guru, diantaranya :

a. Menguasai bahan

Sebelum guru itu tampil di dalam kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud

“ menguasai bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup

penguasaan materi, yakni :

1) Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah. 2) Menguasai bahan pengayaan / penunjang bidang studi.

Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah, yang dimaksudkan dalam hal ini guru harus menguasai bahan sesuai dengan materi atau cabang ilmu pengetahuan yang dipegangnya, sesuai dengan yang tertera dalam kurikulum sekolah. Kemudian agar dapat menyampaikan materi itu lebih mantap dan dinamis, guru juga harus menguasai bahan pelajaran yang lain yang dapat memberi pengayaan serta memperjelas dari bahan-bahan bidang studi yang dipegang guru tersebut.

b. Mengelola program belajar mengajar

Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar mengajar. Dalam hal ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah sebagai berikut :

1) Merumuskan tujuan instruksional/ pembelajaran

Sebelum memulai mengajar, guru perlu merumuskan tujuan yang akan dicapai. Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran ini penting karena dapat dijadikan pedoman atau petunjuk praktis tentang


(29)

sejauhmana kegiatan belajar mengajar itu harus dibawa. Dengan perumusan tujuan instruksional secara benar akan dapat memberikan pedoman atau arah bagi siswa atau warga belajar dalam menyelesaikan materi kegiatan belajarnya. Tujuan instruksional akan senantiasa menjadi hasil atau perubahan tingkah laku, kemampuan dan keterampilan yang diperoleh setelah siswa kegiatan belajar. Oleh karena itu, tugas guru harus dapat merumuskan tujuan instruksional itu secara jelas dan benar. 2) Mengenal dan dapat menggunakan proses instruksional yang tepat

Guru yang akan mengajar biasanya menyiapkan segala sesuatunya secara tertulis dalam suatu persiapan mengajar, yang sering juga dikenal dengan PPSI. Dalam PPSI ini mengandung prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh dalam kegiatan belajar mengajar. Guru harus dapat menggunakan dan memenuhi langkah-langkah dalam kegiatan belajar mengajar itu. Sebagai contoh setelah merumuskan tujuan, kemudian mengembangkan alat evaluasi, merumuskan kegiatan belajar, dan begitu seterusnya sampai tahap pelaksanaan. Untuk itu semua perlu di desain.

3) Melaksanakan Program belajar mengajar

Dalam hal ini guru berturut-turut melakukan kegiatn pretest, menyampaikan materi pelajaran, mengadakan post-test dan perbaikan. Dalam kegiatan penyampaian materi guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a) Menyampaikan materi dan pelajaran dengan tepat dan jelas; b) Pertanyaan yang dilontarkan cukup merangsang untuk berpikir,

mendidik dan mengenai sasaran;

c) Memberi kesempatan atau menciptakan kondisi yang dapat memunculkan pertanyaan dari siswa

d) Terlihat adanya variasi dalam pemberian materi dan kegiatan e) Guru selalu memperhatikan reaksi atau tanggapan yang

berkembang pada diri siswa baik verbal maupun non verbal; f) Memberikan pujian atau penghargaan bagi jawaban – jawaban

yang tepat bagi siswa dan sebaliknya mengarahkan jawaban yang tepat


(30)

4) Mengenal kemampuan anak didik

Dalam mengelola program belajar mengajar, guru perlu mengenal kemampuan peserta didik. Sebab bagaimanapun juga setiap anak didik memiliki perbedaan-perbedaan karakteristik tersendiri, termasuk kemampuannya. Dengan demikian, dalam suatu kelas akan terdapat bermacam-macam kemampuan. Hal ini perlu dipahami oleh guru agar dapat mengelola program belajar mengajar.

5) Merencanakan dan melaksanakan program remedial

Dalam suatu proses belajar mengajar tentu saja dikandung suatu harapan agar seluruh atau setidak- tidaknya sebagian besar siswa dapat berhasil dengan baik. Namun, kenyataannya sering tidak demikian. Salah satu usaha untuk mencapai hal itu adalah dengan pengembangan prinsip belajar tuntas atau mastery learning. Belajar tuntas adalah suatu sistem belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan instruksional umum ( basic learning objectives ) dari suatu satuan atau unit pelajaran secara tuntas. Untuk dianggap tuntas diperlukan standar norma atau ketentuan yang tertentu.

Untuk menguasai ( mastery ) suatu bahan/ materi pelajaran diperlukan waktu yang berbeda-beda bagi setiap siswa. Apabila waktu yang disediakan cukup dan pelayanannya tepat, setiap siswa akan mampu menguasai bahan/materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Pemikiran inilah yang mendasari adanya program remidial; yaitu suatu kegiatan perbaikan bagi siswa yang belum berhasil dalam belajarnya. Dalam suatu proses belajar mengajar yang ideal akan mengandung dua macam kegiatan yaitu, pengayaan bagi siswa yang sudah berhasil menguasai suatu satuan atau unit pelajaran di satu pihak, dan perbaikan bagi yang belum berhasil di lain pihak.Kegiatan perbaikan biasanya dilaksanakan pada saat – saat setelah diadakan evaluasi. Evaluasi itu sendiri dapat dilaksanakan pada :

a) Awal serangkaian pelajaran atau sebelum pelajaran dimulai. ( berupa test prasyarat, tes diagnostik, atau pre test);


(31)

b) Bagian akhir pada serangkaian pelajaran atau suatu pelajaran pokok ( post test )

c) Saat setelah suatu ujian yang terdiri dari beberapa satuan pelajaran selesai atau pada akhir suatu caturwulan/ semester ( berupa test unit dan tes sumatif ).

c. Mengelola kelas

Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Kalau belum kondisif, guru harus berusaha seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu, kegiatan mengelola kelas akan

menyangkut “ mengatur tata kelas yang memadai untuk pengajaran” dan “

menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi”.

Mengatur tata ruang kelas maksudnya guru harus dapat mendesain dan mengatur ruang kelas sedemikian rupa sehingga guru dan anak didik itu kreatif, kekerasan belajar di ruang itu. Misalnya, bagaimana mengatur meja dan tempat duduk, menempatkan papan tulis, tempat meja guru, bahkan bagaimana pula harus mengatur hiasan di dalam ruangan kelas. Di samping itu semua, kelas harus selalu dalam keadaan bersih.

Kemudian yang berkaitan dengan menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi, maksudnya guru harus mampu menangani dan mengarahkan tingkah laku anak didiknya agar tidak merusak suasana kelas. Kalau sekiranya terdapat tingkah laku anak didik yang kurang serasi, misalnya ramai, nakal, mengantuk, atau mengganggu teman lain, guru harus dapat mengambil tindakan yang tepat.

d. Menggunakan media sumber

Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan media,

1) Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media

Hal ini perlu selektif, karena dalam menggunakan sesuatu media itu juga harus mempertimbangkan komponen-komponen yang lain dalam proses belajar-mengajar, misalnya apa materi dan bagaimana metodenya.


(32)

2) Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana. Maksudnya agar mudah dipat dan tidak menimbulkan berbagai penafsiran yang berbeda.

3) Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar. Misalnya untuk kegiatan penelitian, eksperimen, dan lain-lain.

4) Menggunakan buku pegangan/buku sumber. Buku sumber perlu lebih dari satu kemudian ditambah buku- buku lainnya.

5) Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar. e. Menguasai landasan-landasan pendidikan

Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha mencapai cita-cita bangsa. Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 merupakan landasan konstitusional. Di dalam UUD 1945 Bab XIII pasal 31 dijelaskan bahwa :

1) Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran

2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan Undang-Undang.

Dengan demikian jelas, guru sebagai salah satu unsur manusiawi dalam kegiatan pendidikan harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan nasionall baik dasar, arah/ tujuan dan kebijaksanaan pelaksanaannya seperti telah diuraikan di atas. Dengan memahami itu semua guru akan memahami landasan berpijak dan keyakinan mendorong cara berpikir dan bertindak edukatif di setiap situasi dalam usaha mengelola interaksi belajar mengajar.

f. Mengelola interaksi belajar mengajar

Di dalam proses belajar mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain.

Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar mengajar. Komponen-komponen itu misalnya guru, siswa, metode, alat/ teknologi, sarana, tujuan.


(33)

Untuk mencapai instruksional , masing-masing komponen itu akan saling merespon dan memengaruhi antara satu dengan yang lainnya. Sehingga tugas guru adalah bagaimana harus mendesain dari masing-masing komponen agar menciptakan proses belaajr mengajar yang lebih optimal.

g. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

Selanjutnya untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar mengajar, masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi belajar siswa. Persoalan ini perlu diketahui guru. Sehingga dapat mengambil tindakan tindakan instruksional yang lebih tepat dan memadai. Dalam hal ini secara konkret guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mengumpulkan data hasil belajar siswa

a) Setiap kali ada usaha mengevaluasi selama pelajaran berlangsung.

b) Pada akhir pelajaran.

2) Menganalisis data hasil belajar siswa. Dengan langkah ini guru akan mengetahui

a) Siswa yang menemukan pola-pola belajar yang lain. b) Keberhasilan atau tidaknya siswa dalam belajar.

3) Menggunakan data hasil belajar siswa, dalam hal ini menyangkut :

a) Lahirnya feedback untuk masing-masing siswa dan ini perlu diketahui oleh guru.

b) Adanya feedback itu maka guru akan menganalisis dengan tepat follow up atau kegiatan-kegiatan berikutnya.

h. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah Dalam tugas dan peranannya di sekolah guru juga sebagai pembimbing ataupun konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan


(34)

program layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah, agar kegiatan interakso belajar mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif. Terdapat prinsip-prinsip konseling yang dapat digunakan untuk mengembangkan program bimbingan dan penyuluhan di lembaga pendidikan/ sekolah, yakni :

1) Konseling/ penyuluhan merupakan bantuan yang diberikan secara sengaja;

2) Prosesnya dilaksanakan melalui hubungan antarpersonal;

3) Sasaran konseling adalah konseli atau klien yakni, mahasiswa ( siswa ) agar dapat mengatasi hambatan yang dialami pada proses perkembangannya;

4) Tujuannya memberikan tuntunan agar konseli atau klien tadi mampu memilih dan menentukan cara-caranya sendiri untuk mengatasi hambatannya.

i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.

Guru di sekolah disamping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga sebagai administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.

Pada garis besarnya administrasi sekolah atau khusus administrasi kelas dapat dikatakan sebagai kegiatan catat mencatat dan lapor melapor secara sistematis mengenai informasi tentang suatu sekolah / kelas. Dengan demikian, ada dua pekerjaan pokok dalam administrasi sekolah, yakni recording ( catat mencatat )dan reporting (lapor melapor ). Ini semua harus dipahami oleh setiap guru, jadi guru menyelenggarakan kegiatan-kegiatan berikut ini.

1. Kegiatan recording ( catat –mencatat ); ini meliputi catatan-catatan mengenai siswa

2. Kegiatan reporting ( lapor melapor ) bagi guru ini meliputi laporan kepada kepala sekolah dan laporan kepada orang tua siswa.


(35)

j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran

Guru sebagai seorang pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa. Guru juga harus memahami hal-hal yang berkaitan dalam penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan proses belajar mengajar. Setiap mata pelajaran diaharapkan dapat memancing baik siswa maupun guru untuk terus dapat menjawab apa, mengapa dan bagaimana. Dengan demikian akan menambah wawasan bagi guru dalam upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang lebih dinamis.

Selain itu hal penting lagi adalah guru juga harus dapat membaca dan menafsirkan hasil-hasil penelitian pendidikan. Dengan ini berarti guru akan mendapatkan masukan yang bisa diterapkan dalam proses belajar mengajar.

Dalam hubungannya dengan pembentukan tenaga profesional kependidikan, kompetensi itu akan menunjuk kepada suatu perbuatan yang bersifat rasional dan memiliki spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas pendidikan. Guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pengajar, pembimbing dan pengelola administrasi sekolah serta-serta komponen-komponen yang lain yang termaksud dalam 10 kompetensi guru harus selalu ditandai dengan perbuatan yang rasional. Jadi, setiap perbuatan profesional itu selalu dilakukan dengan penuh kesadaran tentang mengapa dan bagaimana perbuatan-perbuatan itu dilaksanakan. Dalam hubungan ini istilah kompetensi digunakan dalam dua konteks yaitu sebagai indikator kemampuan yang menunjuk kepada perbuatan yang dapat diobservasi dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif dan afektif dengan tahap-tahap pelaksanaannya. Oleh karena itu, kesiapan guru yang dimanifestasikan dalam bentuk performance, sebenarnya bukan semata-mata penampilan lahiriah, tetapi juga menyangkut persoalan-persoalan sikap mental, sehingga


(36)

menunjukkan kepribadian guru itu sendiri, begitu juga penampilannya di depan kelas.9

6. Upaya guru

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia upaya adalah usaha atau syarat untuk menyampaikan suatu maksud atau upaya juga diartikan sebagai usaha untuk melakukan suatu hal atau kegiatan yang bertujuan.10

Sedangkan dalam penelitian disini upaya yang dimaksud adalah upaya guru. Sehingga dapat disimpulkan upaya guru disini adalah usaha guru untuk melakukan suatu hal atau kegiatan belajar mengajar yang mempunyai tujuan.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi merupakan tolak ukur keberhasilan suatu lembaga pendidikan dalam proses belajar mengajar. Dengan prestasi yang dicapai anak didik, guru dapat dengan mudah mengetahui secara jelas proses pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini menunjukan betapa pentingnya sebuah evaluasi terhadap anak didik sehingga proses belajar mengajar terkontrol secara maksimal.

Kata “ Prestasi” sendiri berasal dari bahasa Belanda yaitu “ Prestatie” , kata ini dalam bahasa Indonesia berarti “ Hasil Usaha”, dengan kata lain, prestasi

merupakan sebuah akhir dari proses pencapaian sebuah tujuan. Sedangkan menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam buku “ Strategi Belajar Mengajar” Prestasi adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan instruksional khususnya akan dicapai. Dengan demikian prestasi merupakan hasil usaha yang telah dilakukan dan mencapai sebuah tujuan yang diinginkan.

Dalam penyelenggaraan pendidikan di Sekolah, proses kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang paling penting mengingat berhasil atau tidaknya berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada

9

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar , ( Jakarta : PT. Raja Grafindo persada, 2011 ),h. 163-181

10


(37)

proses pembelajaran yang dilalui siswa. Oleh karena itu, prestasi erat kaitannya dengan belajar sehingga belajar merupakan sebuah perubahan tingkah laku.

Menurut Arthur T. Jersild dalam bukunya Educational Psychologi

berpendapat bahwa belajar adalah “ modification of behaviour throught

experience and training” artinya perubahan tingkah laku karena pengalaman dan

latihan.11

Sedangkan menurut Chaplin belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat dan pengalaman. M. Ngalim Purwanto

dalam bukunya Psikologi Pendidikan mengemukakan bahwa belajar adalah “

tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik, maupun psikis, sepert perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, keterampilan, kebiasaan ataupun sikap. Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan.

Sedangkan pengertian prestasi belajar adalah : penguasaan pengetahuan ataupun keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Menurut Muhibbun Syah “ Prestasi Belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar tertentu atau setelah ia menerima pelajaran dari seorang guru pada suatu saat. Senada dengan ungkapan diatas yang dikemukakan oleh Surtatinah Tirtonegoro bahwa prestasi

belajar adalah “ penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam

bentuk symbol, angka, huruf maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.12

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai individu dari aktualisasi potensi yang dimilikinya dalam jangka waktu tertentu. Dalam pendidikan prestasi belajar ditambahkan dengan

11

Ahmad Thantowi, Psikologi Pendidikan, ( Bandung , PT. Remaja Rosdakarya, 1997 ),h. 98-99

12

Muhibib Syah, Psikologi Pendidikan dengan pendekatan baru, ( Bandung : Rosdakarya, edisi revisi 2008 ),h.67


(38)

nilai yang berbentuk angka. Dengan demikian prestasi belajar yang sudah diperoleh erat hubungannya dengan cita-cita yang ditanamkan oleh guru kepada anak didik. Hal ini mengandung pengertian bahwa prestasi belajar merupakan manivestasi dari kemampuan seseorang dalam belajar.

2. Upaya yang dapat meningkatkan prestasi belajar

Upaya yang dapat meningkatkan prestasi belajar disini merupakan usaha yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di dalam kelas. Usahanya antara lain :

a. Metode pembelajaran yang variatif

Metode merupakan cara atau prosedur yang dipergunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikan keseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.13 Seorang guru sudah seharusnya mengetahui berbagai metode untuk proses belajar mengajar. Berbagai metode pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru berguna untuk mengatasi kejenuhan para siswa. Metode pembelajaran juga harus disesuaikan dengan konteks pembelajaran. Jadi, tidak hanya menyenangkan tetapi juga pengetahuan atau konteks pembelajaran harus dipahami oleh siswa sebagai tujuan utama. Macam-macam metode pembelajaran :

1) Metode ceramah 2) Metode eksperimen 3) Metode demonstrasi 4) Metode tanya jawab 5) Metode penampilan 6) Metode Diskusi 7) Metode studi mandiri

8) Metode pembelajaran terprogram 9) Metode latihan bersama teman 10) Metode simulasi

11) Metode pemecahan masalah 12) Metode studi kasus

13) Metode Insiden

13

Sudiyono,dkk, Strategi Pembelajaran Partisipatori di Perguruan Tinggi, ( Malang : UIN Malang Press,2006 ),h.118


(39)

14) Metode praktikum 15) Metode proyek

16) Metode bermain peran 17) Metode seminar 18) Metode simposium 19) Metode tutorial 20) Metode deduktif 21) Metode induktif

Dari macam –macam metode diatas tersebut dipilih yang paling tepat dan efisien dalam menggunakan metode pembelajaran di dalam bidang studi fiqih. Metode pembelajaran merupakan

b. Perlu adanya bimbingan belajar

Seperti diketahui, belajar itu sangat komplek. Hasil belajar itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perbedaan indvidual dalam diri siswa itu sesuatu yang wajar, ada yang mudah memahami pelajaran dan ada juga yang lambat dalam memahami pelajaran. Walaupun demikian, kita sebagai guru tidak bisa hanya diam. Sukses itu harus dengan adanya usaha keras. Sudah seharusnya sebagai guru membimbing siswa dalam memahami pelajaran dengan cara memberikan tambahan belajar pada materi-materi yang sulit dipahami oleh siswa. Disamping memberikan tambahan belajar, guru juga harus memberikan petunjuk-petunjuk tentang cara-cara belajar. Hasilnya akan lebih baik lagi, kalau cara-cara belajar dipraktekkan dalam tiap pelajaran yang diberikan.

c. Perlu adanya perencanaan sebelum memulai pelajaran

Sebelum memulai pelajaran, guru sudah seharusnya merencanakan pembelajaran sebelum memulai proses belajar mengajar. Sehingga guru bisa mengetahui apa yang harus dilakukam dan tidak harus dilakukan. Guru bisa mengefisiensikan waktu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses belajar mengajar yang dilakukan dengan perencanaan akan lebih mudah mencapai tujuan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran itu seperti metode pembelajaran,alat pembelajaran, strategi dalam pembelajaran, pendekatan dalam pembelajaran, dsb. Strategi pembelajaran misalnya guru dalam Guru dan siswa berinteraksi tidak harus selalu


(40)

terpusat akan tetapi komunikasi multi arah. Sehingga proses pembelajaran tidak jenuh dan membosankan. Banyak manfaat dengan adanya perencanaan pembelajaran, diantaranya :

1) Sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan

2) Sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenang bagi setiap unsur yang terlibat dalam kegiatan

3) Sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid

4) Sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehingga setiap saat diketahui ketetapan dan kelambatan kerja.

5) Untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangan kerja. 6) Untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat dan biaya14.

Dengan demikian perencanaan pembelajaran sangat penting dalam proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran berkaitan dengan apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran, perencanaan mendahului pelaksanaan, mengingat perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan kemana harus pergi dan mengidentifikasi persyaratan yang diperlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien.

3. Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Pembelajaran yang dilakukan oleh setiap siswa berbeda-beda, karena melalui belajar memperoleh pengalaman dari situasi yang dihadapinya. Jadi, belajar merupakan suatu proses yang didapat dari lingkungannya.

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah :

a. Faktor Internal ( faktor dari dalam diri siswa ), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa, meliputi dua aspek :

1) Aspek Fisiologis

Aspek fisiologis adalah kondisi umum jasmani dan tonus ( tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan

14

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, ( Bandung ; PT Remaja Rosdakarya,2011 ),h. 23


(41)

kualitas kognitif, sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak membekas.

2) Aspek psikologis

Faktor-faktor psikologis yang pada umumnya dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut :

a) Tingkat kecerdasan dan intelegensi siswa

Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi, intelegensi disini dapat diartikan tidak hanya persoalan otak saja melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Tetapi, memag harus diakui bahwa peran otak dalam intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran

organ-organ tubuh lainnya. Itu disebabkan karena otak merupakan “ menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.

Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Walaupun begitu, siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam berhasilnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor yang lain itu bersiafat menghambat/ berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajar, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya memberi pengaruh positif, jika siswa memiliki intelegensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga khusus.15

15

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhi, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010 ),h. 97-100


(42)

b) Sikap manusia

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon ( responsetendency ) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.16

Sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang menuunjang belajar seseorang adalah sikap positif ( menerima ) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat dimana ia belajar seperti : kondisi kelas, teman-temannya, sarana pengajaran dan sebagainya.17

c) Bakat siswa

Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang mempunyai bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat hampir sama dengan intelegensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas ( superior ) atau cerdas luar biasa ( very superior ) disebut juga gifted, yakni anak berbakat intelektual.

d) Minat siswa

Secara sederhana minat ( interest ) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia tidak segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasaan dari

16

Muhibin Syah, Op.cit ., h.135 17


(43)

pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siwa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita – cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan mempengaruhi. Misalnya : seorang siswa yang yang tingkat intelegensinya sedang biasanya mengambil pendekatan yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya seorang siswa yang memiliki kemampuan intelegensi yang tinggi ( faktor internal ) dan mendapat dorongan positif dari orang tua atau gurunya ( faktor eksternal ) akan lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Akibat pengaruh faktor-faktor tersebut di atas muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi, rendah, atau gagal sama sekali.

b. Faktor eksternal ( faktor dari luar diri siswa )

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini dibagi menjadi dua bagian. Yaitu, sebagai berikut :

1) Faktor lingkungan alam

Yang termasuk lingkungan alam ini ialah seperti : keadaan suhu, kelembaban udara, waktu ( pagi,siang,malam), tempat letak gedung sekolah, dan sebagainya.

2) Faktor lingkungan sosial

Faktor lingkungan sosial yang berwujud manusia dan lingkungan sosial akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dapat dijelaskan dibawah ini mengenai faktor-faktor lingkungan sosial, diantaranya sebagai berikut :


(44)

a) Lingkungan keluarga

Keluarga adalah faktor dominan yang sangat membentuk watak dan prestasi belajar siswa. Karena disinilah awal mula siswa tebentuk pola belajarnya.

b) Sosial ekonomi

Dengan sosial ekonomi yang memadai, seseorang lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik, mulai dari buku, alat tulis hingga pemilihan sekolah yang berkualitas. c) Pendidikan orangtua

Orang tua yang telah menempuh jenjang pendidikan yang tinggi cenderung lebih memperhatikan dan memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya dibandingkan orangtua yang pendidikannya lebih rendah.

d) Perhatian orangtua dan suasana hubungan keluarga

Dukungan dari keluarga merupakan suatu pemacu semangat berprestasi bagi seseorang. Dukungan dalam hal ini bisa secara langsung, maupun secara tidak langsung seperti hubungan keluarga yang harmonis.

e) Sarana dan prasarana

Kelengkapan fasilitas akan membantu kelancaran proses pembelajaran di sekolah , selain bentuk ruangan, sirkulasi udara, dan lingkungan sekitar juga dapat mempengaruhi proses pembelajaran. f) Kompetensi guru dan siswa

Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam meraih prestasi, kelengkapan sarana dan prasarana tanpa disertai kinerja yang baik dari para penggunanya akan sia-sia belaka. Bila seorang siswa merasa dengan dia sekolah di tempat tersebut dia dapat berprestasi di sekolah. Misalnya : dengan tersedianya fasilitas dan guru, yang dapat memenuhi keingintahuan, hubungan guru dan teman-temannya sangat harmonis, maka siswa akan memperoleh iklim belajar yang


(45)

menyenangkan. Dengan demikian, ia akan terdorong untuk terus menerus meningkatkan prestasi belajarnya.

g) Kurikulum dan metode mengajar

Hal ini meliputi materi dan bagaimana cara memberikan materi tersebut kepada siswa. Metode pembelajaran yang lebih interaktif sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan minat dan peran siswa dalam proses pembelajaran. Sarana dan pra sarana sekolah, kurikulum, metode mengajar, hubungan guru dan siswa, hubungan siswa dengan siswa, dan sebagainya. Apabila terjalin dengan baik akan membantu pencapaian prestasi belajar.18

h) Partisipasi terhadap pendidikan

Bila semua pihak telah berpartisipasi dan mendukung kegiatan pendidikan, mulai dari pemerintah ( berupa kebijakan dan anggaran ) sampai pada masyarakat bahwa, setiap orang akan lebih menghargai dan berusaha memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Lingkungan masyarakat dimana siswa atau individu berada, juga berpengaruh terhadap semangat aktivitas belajarnya.

c. Faktor pendekatan belajar

Disamping faktor – faktor internal dan eksternal siswa sebagaimana yang telah dipaparkan di muka, faktor pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar mengajar siswa tersebut. Seorang siswa yang terbiasa mengaplikasikan pendekatan belajar deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk meraih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang menggunakan pendekatan belajar surface atau reproductive. 19

Pendekatan belajar ( Approach to learning ) dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan bagi siswa untuk menunjang keefektifan dan efisiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini

18

Abu Ahmadi dan widodo Supriyono, Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991 ), h. 85-86

19


(46)

berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Selain itu Soemanto juga mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar tdak hanya faktor indvidu dan stumuli, tetapi juga berlatih atau praktik, overlearning dan drill, resitasi dalam belajar, pengenalan tentang hasil – hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan bagian-bagian, penggunaan modalitas indera, penggunaan dalam belajar, bimbingan dalam belajar, kondisi-kondisi intensif.20

Dari paparan tersebut, dapat diketahui dan disimpulkan bahwa faktor luar diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar begitu ba nyak . diantaranya yang telah dikemukakan di atas yaitu (1) Keluarga, (2) Sekolah, (3) Masyarakat, (4) Guru, (5) Staf, (6) Teman, (7) Rumah, (8) Peralatan, ( 9) Alam Sekitar, (10) Panjangnya bahan pelajaran, (11) Kesulitan bahan pelajaran, (12) Berartinya bahan pelajaran, (13 ) Berat Ringannya tugas, ( 14) Suasana belajar, ( 15) Lingkungan Belajar, (16) Sosial Budaya Siswa, (17) Kurikulum, (18) Program, (19) Sarana Belajar, (20) Fasilitas belajar, (21) Tujuan belajar, (22) Metode Belajar, (23) Strategi Belajar, (24) Media Belajar, (25) Penilaian atau evaluasi belajar, ( 26) alat evaluasi belajar, (27) Suasana Evaluasi belajar, (28) Perlengkapan belajar, (29) Ketenangan Belajar, (30) Pengajaran Belajar, (31) Pendekatan belajar, (32) bimbingan belajar 21

Dapat disimpulkan bahwa secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua bagian ; faktor eksternal dan faktor internal. Factor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa ( internal ) adalah berupa factor psikologis dan fisiologis, factor yang berasal dari luar diri siswa ( eksternal ) terdiri dari fakor lingkungan.

20

Wasty soemanto. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006 ),h. 113-121

21

Siti Fatimah, Motivasi Berprestasi dan Prestasi Belajar bidang studi Agama Islam, (Jakarta, PUSTIKOM UIN Jakarta : 2013 ),h. 41-42


(47)

C. Hakikat Pembelajaran Fiqih

1. Pengertian fiqh

Secara ilmu etimologis fiqih berasal dari dari perkataan ًهْقف– هقْفي– هقف yang berarti mengerti, paham, dari sinilah ditarik perkataan fiqh, yang memberi pengertian kepahaman dalam hukum syari’at yang sangat dianjurkan oleh Allah dan rasul-Nya.22 Secara terminologis (istilah); banyak definisi atau pengertian yang telah dikemukakan oleh para Ulama,23 antara lain:

a. Muhammad Abu Zahrah:

ةَّ صْفَتلا ا تَلدأ ْن بستْك ْلا ةَّ عْلا ةَّعْرَّلا اكْحأاب ْعْلا

Fiqih adalah ilmu (pengetahuan) yang berkaitan dengan hukum-hukum

syar‟iyyah yang bersifat „amaliah (praktis) yang di proses berdasarkan

dalil-dalilnya yang detail. b. Abd al-Wahhab Khallaf:

ْن بستْك ْلا ةَّ عْلا ةَّعْرَّلا اكْحأاب ْعْلا ةَّعْرَّلا اكْحأا ةعْ جْ ه ْ أ ةَّ صْفَتلا ا تَلدأ

ةَّ صْفَتلا ا تَلدأ ْن ةدافتْس ْلا ةَّ عْلا

Fiqih itu ialah ilmu (pengetahuan) yang berkaitan dengan hukum-hukum

syar‟iyyah yang diproses berdasarkan dalil-dalilnya yang detail. Atau (dengan kata lain),fiqih itu ialah kumpulan/himpunan hukum-hukum

syar‟iyyah yang bersifat amaliah (praktis), yang digali berdasarkan dalil -dalilnya yang detail.

c. Abdul Hamid Hakim:

تَلا ةَّعْرَّلا اكْحأاب ْعْلأ دا تْجاا ا قْيرط ْي

Fiqih itu ialah ilmu (pengetahuan) tentang hukum syar‟i yang ditempuh

dengan jalan ijtihad.

22

Mohd. Idris Ramulyo, Asas-asas Hukum Islam; Sejarah Timbul dan Berkembangnya Kedudukan Hukum Islam dalam Sistem Hukum di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1997), h. 16

23

Ahmad Murki, Rasionalitas Ijtihad Ibn Rusyd; Kajian atas Fiqih Jinayat dalam Kitab


(48)

d. Al-Amidi

Fiqih adalah ilmu tentang seperangkat hukum – hukum syara’ yang bersifat hukum – hukum syara’ yang bersifat furu’iyah ( cabang ), berhasil didapatkan melalui penalaran atau istidlal”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa fiqih itu adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan seperangkat hukum syari’ah yang bersifat amaliah (praktis) secara sistematis dan analisis, dan proses penggaliannya dilakukan oleh seorang Faqih berdasarkan argumentasi hukum yang bersifat detail, serta ditempuh melalui metode ijtihad.Dari berbagai pendapat dapat diambi suatu pengertian, hakikat fiqih itu adalah :

1) Fiqih adalah ilmu tentang hukum Allah 2) Fiqih bersifat amaliyah furu’iyah

3) Pengetahuan tentang hukum Allah didasarkan pada dalil tafshili ( terurai )

4) Fiqih digali dan ditemukan melalui penalaran dan istidlal seorang mujtahid atau faqih24

2. Tujuan mempelajari ilmu fiqh secara umum

Tujuan mempelajari ilmu fiqh ialah menerapkan hukum syari’at Islam terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Jadi, ilmu fiqh itu adalah rujukan (tempat kembali) seorang hakim dalam (qadhi) dalam keputusannya, rujukan seorag Mufti dalam fatwanya, dan rujukan seorang Mukallaf untuk mengetahui hukum syari’at dalam ucapan dan perbuatannya. Inilah tujuan yang dmaksudkan dari semua Undang-Undang untuk umat manusia. Karena dari Undang-Undang itu tidak dmaksudkan kecuali untuk menerapkan materi hukumnya terhadap perbuatan dan ucapan manusia. Selain itu juga untuk membatasi setiap Mukallaf terhadap hal-hal yang diwajibkan atau diharamkan baginya.25

3. Objek Bahasan Ilmu Fiqh

24

Zurinal Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, ( Jakarta : UIN Jakarta, 2008 ),h. 5 25

Abdul wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 6


(49)

Bidang bahasan ilmu Fiqh adalah setiap perbuatan Mukallaf (orang dewasa yang wajib menjalankan hukum agama), yang terhadap perbuatannya itu ditentukan hukum apa yang yang harus dikenakan. Misalnya, jual beli yang dilakukannya, shalat dan puasa yang dikerjakannya memenuhi rukun dan syarat yang ditentukan Islam, maka pekerjaannya tersebut dikatakan sah. Dengan mengerjakan shalat dan puasa, berarti ia telah memenuhi kewajiban syara’. Dengan demikian, setiap perbuatan Mukallaf yang merupakan objek fiqih mempunyai nilai hukum.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek bahasan fiqh tersebut menyangkut hukum-hukum amaliah, tidak termasuk bidang aqidah dengan segala cabangnya, karena hal tersebut termasuk bidang bahasan ilmu lain.

a. Pembagian Ilmu Fiqh

Para ulama telah membagi hukum fiqh tersebut sebagai berikut: 1) Hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah, seperti

shalat, puasa, dan haji; dinamakan dengan ibadah.

2) Hukum yang berkaitan dengan permasalahan keluarga, seperti nikah, talak, masalah keterunan, dan nafkah; disebut ahwal asy-syakhsiyyah.

3) Hukum yang berkaitan dengan hubungan antara sesama manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan masing-masing yang berkaitan dengan masalah harta dan hak-hak; disebut jinayah atau „uqubah.

4) Hukum yang berkaitan dengan perbuatan atau tindak pidana; disebut jinayah atau uqubah.

5) Hukum yang berkaitan dengan penyelesaian sengketa antar sesama manusia, dinamakan ahkam al-qadha.

6) Hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dan warganya; disebut al-ahkam as-sulthaniyyah atau as-siyasah asy-syar‟iyyah.

7) Hukum yang mengatur hubungan antar negara dalam keadaan perang dan damai; disebut siyar atau al-huquq ad-dauliyyah.


(50)

8) Hukum yang berkaitan dengan akhlak, baik dan buruk; disebut dengan adab.26

b. Tujuan Fiqih di Madrasah Aliyah

Tujuan fiqih di Madrasah Aliyah adalah:

1) untuk mengetahui dan memahami prinsip-prinsip, kaidah-kaidah, dan tata cara pelaksanaan hukum islam baik yang menyangkut aspek ibadah, maupun muamalah untuk dijadikan untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial. 2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan

benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, maupun hubungan diri sendiri, sesama manusia,dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungan.

4. Ruang Lingkup Mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah

Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Aliyah, meliputi kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syariat dalam islam, hukum islam dan perundang-undangan tentang zakat dan haji, hikmah dan cara pengelolaannya, hikmah kurban dan akikah, ketentuan hukum islam tentang pengurusan jenazah, hukum islam tentang kepemilikan, konsep perekonomian islam dan hikmahnya, hukum islam tentang pelepasan dan perubahan harta beserta hikmahnya, hukum islam tentang wakalah dan sulhu beserta hikmahnya, ketentuan islam tentang jinayah dan hudud dan himahnya, ketentuan islam tentang peradilan dan hikmahnya, hukum islam dan keluarga, waris, ketentuan islam tetang siyasah istinbath dalam fiqih

26

Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk dalam Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 106-108


(51)

islam, sumber hukum islam dan hukum taklifi, dasar-dasar istinbath dalam hukum islam, kaidah-kaidah ushul fiqih, dan penerapannya.27

D. Hasil Penelitian yang relevan

Dalam sebuah penelitian, sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan perlu adanya tinjauan pustaka. Hal ini dikarenakan tinjauan pustaka merupakan uraian sistematis tentang hasil-hasil penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan penelitian yang terdahulu. Berikut yang merupakan penelitian yang berkaitan peningkatan prestasi belajar yang dilakukan oleh guru, yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

Penelitian yang relevan juga dengan penulis pernah dilakukan oleh Rosyanti ( 805011001465) jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsinya Berjudul “Upaya Kepala Sekolah dan Guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MI Al-Jihad meningkatkan prestasi belajar siswa dengan cara penataan bidang keguruan, standarisasi mutu guru, pembagian tugas dan penetapan guru tetap dalam yayasan. Sedangkan upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dilakukan dengan pengidentifikasian atas kompetensi guru.

Selain penelitian diatas, penelitian yang relevan juga dengan penulis pernah dilakukan oleh Zubaidah ( 809011000083), jurusan Pendidikan Agama Islam, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan tahun 2012. Skripsinya berjudul “Peranan Guru Pendidikan Agama Islam dalam pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah MIN Pondok Pinang Jakarta Selatan”. Hasil penelitian dari Zubaidah adalah peranan guru pendidikan agama islam terhadap peningkatan prestasi belajar sangat penting dan strategis, karena itu guru PAI harus pandai berperan tidak sekedar sebagai pengajar, tetapi juga bisa berperan sebagai pendidik, sebagai model, sebagai pengajar dan pembimbing, pelajar, komunikator terhadap masyarakat setempat, pekerja administrasi, kesetiaan terhadap lembaga.

27

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia, Nomor 009912 Tahun 2013 tentang kurikulum Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab,h.44-56


(52)

Penelitian-penelitian yang relevan diatas upaya yang dilakukan guru untuk meningkatkan prestasi belajar bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang dijabarkan secara umum. Sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam lagi dan lebih spesifik tentang upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada bidang studi fiqih.


(53)

41 A. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini di laksanakan di MA Manarotul Islam, Jalan Madrasah No.12 RT.001/01Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada 13 Oktober sampai 11 Desember 2014.

B. Latar Penelitian ( Setting )

Secara keseluruhan subjek dalam penelitian ini adalah guru fiqih di MA Manaratul Islam . Latar penelitian yang peneliti lakukan adalah di sekolah MA Manaratul Islam, Jalan Madrasah No.12 Rt.001/01, Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. Penelitian ini akan dilaksanakan di ruang kelas. Selain itu, peneliti juga akan melakukan wawancara kepada guru fiqih di MA Manaratul Islam. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan tentang upaya apa saja yang guru lakukan untuk meningkatkan prestasi belajar. Peneliti juga akan mengobservasi langsung proses belajar mengajar di kelas guna memperoleh tambahan informasi secara detail bagaimana cara mengajar guru tersebut. Sebagai penguat data observasi tersebut, peneliti juga melakukan wawancara kepada kepala sekolah untuk mengetahui kebijakan kepala sekolah untuk kualitas guru di sekolah tersebut. Adapun Tahapan penelitian yang dilakukan sebagai berikut : 1. Pra-Penelitian

Tahap ini dilakukan pada bulan Oktober 2014, ditandai dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Menyusun rancangan penelitian. b. Memilih lapangan penelitian.

c. Mengurus perizinan pelaksanaan penelitian.

d. Melihat dan meneliti keadaan lapangan ( Orientasi Lapangan ).

e. Menentukan narasumber yang akan dipilih untuk dapat memberikan informasi mengenai penelitian yang akan dilakukan.


(1)

83

 Guru memberikan tugas untuk setiap kelompok membuat

main map dan

mencari berita yang berkaitan dengan mencuri

 Guru

mempersilahkan

kepada

masing-masing kelompok

untuk membuat

main map

 Guru

mempersilahkan

kepada

masing-masing kelompok mempresentasikan hasil dari main map

membua t main map

 Masing-masing kelompo k mempre sentasik an hasil main map yang telah dibuat

 Tanggung jawab

Konfirmasi  Guru men

mengadakan tanya

jawab kepada

siswa membahas

materi tentang

mencuri,menyamu n dan merampok

 Siswa

merespon guru dengan baik


(2)

84

Penutup  Guru

menyimpulkan materi pembahasan pembelajaran  Guru memberikan

tugas lks kepada siswa

 Guru meminta

kepada siswa untuk mempelajari materi

pelajaran yang

akan datang

 Guru menutup

kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa berdoa dan melafazkan

Hamdalah

 Siswa

memperhatikan

guru dengan

baik

 Siswa

mengikuti instruksi guru

 Perhatian

Penilaian

Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik Penilaian Bentuk Penilaian Instrumen Guru

2.4.1 menjelaskan pengertian

mencuri, menyamun dan

merampok

Tulisan Essay Jelaskanlah pengertian

mencuri,menyamun dan

merampok?

2.4.2 menentukan hukum

mencuri,menyamun dan

merampok menurut syara’

Tulisan Essay Apa dalil yang

menjelaskan hukum

mencuri,menyamun dan

merampok?


(3)

85 penetapan adanya perbuatan

mencuri

dasar penetapan adanya perbuatan mencuri !

2.4.4 menjelaskan had mencuri, menyamun dan merampok

Tulisan Essay Jelaskanlah had

mencuri,menyamun dan

merampok?

2.4.5 menjelaskan hikmah

dilarangnya mencuri,menyamun dan merampok

Tulisan Essay Jelaskan hikmah

dilarangnya

mencuri,menyamun dan

merampok

Mengetahui, Jakarta, 5 November 2014 Kepala Madrasah Aliyah Guru Bidang Studi

Drs. Nurdin Muhammad H. Mahfudz Syuhud S.Pd.I. NIP.195804041986031005


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Peranan Motivasi Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidikalang

1 20 81

Prestasi belajar fiqih MA manaratul Islam Cilandak Jkarta Selatan (analisis perbedaan antara siswa yang berasal dari MTS dan siswa yang berasal dari SMP)

0 10 98

Keterampilan Bertanya Guru dalam Meningkatkan Aktivitas belajar Siswa pada Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Tsanawiyah At-taqwa 06 Bekasi.

1 10 196

Pengaruh metode mengajar terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi fiqih kelas IV di MIN Pegadungan Kalideres Jakarta Barat

0 3 79

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam (Pai) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Sdn Kaliabang Tengah Vii Bekasi Utara

0 5 88

FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH Fungsi Bimbingan Konseling Islami Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Al Islam Jamsaren Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 2 13

FUNGSI BIMBINGAN KONSELING ISLAMI DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH AL ISLAM Fungsi Bimbingan Konseling Islami Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Di Madrasah Aliyah Al Islam Jamsaren Surakarta Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 2 11

Peranan Motivasi Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidikalang

0 0 2

Peranan Motivasi Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidikalang

0 0 31

Upaya guru fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Madrasah ibtidaiyah Negri 1 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2016/2017 - Raden Intan Repository

0 0 53