Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  

IDIOM DALAM NOVEL SANG PEMIMPI

KARYA ANDREA HIRATA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh:

Ina Wita Krisna Sari

  

NIM: 064114025

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Maret 2010

  

IDIOM DALAM NOVEL SANG PEMIMPI

KARYA ANDREA HIRATA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh:

Ina Wita Krisna Sari

  

NIM: 064114025

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

Maret 2010

  Skripsi ini kupersembahkan Kepada Kedua orang tuaku, Bapak Widodo dan Ibu Yulita Sutarmi sebagai tanda baktiku

atas segala ketulusan cinta, kasih sayang dan

pengorbanannya selama ini.

  Life is too short to wake up in the morning with regret. So love the people who treat you right and forget about the ones who don’t and believe that everything happens for a reason.

  If it get changes your life, let it. Nobody said that it would be easy, they just promise it would be worth it.

  There are many people That we meet in few, will make a lasting impression On our mind and hearts.

  It is these people That we will think of often And who will always remain Important for us as,

  True friends…

  

Sari, Ina Wita Krisna. 2009. “Idiom dalam Novel Sang Pemimpi Karya Andrea

Hirata.” Skripsi Strata 1 (S-1). Program Studi Sastra Indonesia.

  Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Dalam skripsi ini dibahas tentang idiom yang terdapat dalam novel Sang

Pemimpi karya Andrea Hirata. Alasan topik ini didasarkan pada beberapa hal berikut.

Pertama, sebagai novel terbitan mutakhir ternyata novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata tetap mempertahankan penggunaan idiom dalam berbagai satuan gramatikal yang secara umum sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Novel ini merupakan novel kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang mengalami beberapa cetak ulang hingga cetakan kedua puluh empat November 2008. Untuk itulah, penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa walaupun novel ini adalah novel terbitan mutakhir tetapi tetap mempertahankan penggunaan idiom-idiom yang secara umum sudah lama digunakan dalam bahasa Indonesia. Kedua, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata termasuk dalam beberapa satuan gramatikal. Ketiga, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga dapat dibedakan menurut kategorinya. Keempat, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga dapat dibedakan berdasarkan kepenuhan makna idiomnya.

  Ada tiga permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, apa saja satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? Kedua, apa saja kategori idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? Ketiga, apa saja jenis idiom yang terdapat dalam novel Sang

  Pemimpi karya Andrea Hirata berdasarkan kepenuhan maknanya?

  Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penggunaan idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang dilihat dari sisi satuan garamatikal, kategori, dan jenis idiom berdasarkan kepenuhan maknanya.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu jenis penelitian yang mendeskripsikan penelitian berdasarkan fakta yang ada dengan menggunakan sumber data berupa idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Penelitian ini dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu (i) tahap pengumpulan data, (ii) tahap analisis data dan (iii) tahap penyajian data. Metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak, yaitu metode pangumpulan data dengan menyimak langsung satuan gramatikal yang mengandung idiom dalam novel Sang

  

Pemimpi karya Andrea Hirata. Teknik yang digunakan adalah teknik simak bebas

  libat cakap, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara menyimak dan mencatat data dari novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, kemudian mencatat sumber datanya. ganti digunakan untuk membuktikan jenis kepenuhan maknanya. Metode yang dipergunakan dalam penyajian hasil analisis data adalah metode formal dan informal. Metode formal adalah metode penyajian hasil analisis data dengan menggunakan tanda dan lambang. Metode informal adalah penyajian hasil analisis data dengan kata-kata biasa, tidak menggunakan penggunaan rumus.

  Adapun hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, berdasarkan satuan gramatikalnya idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dibedakan menjadi empat yaitu, (i) kata (termasuk juga kata berimbuhan, kata majemuk, dan kata ulang), (ii) frase, (iii) klausa, dan (iv) kalimat. Kedua, kategori idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, dapat dibedakan menjadi, (i) kategori idiom bertataran kata (kata berimbuhan, kata majemuk dan kata ulang) (ii) kategori idiom bertataran frase, (iii) kategori idiom bertataran klausa dan (iv) kategori idiom bertataran kalimat. Ketiga, jenis idiom berdasarkan kepenuhan maknanya yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) jenis idiom penuh dan (ii) jenis idiom sebagian. Pertama, idiom penuh meliputi (i) idiom penuh berbentuk kata (kata berimbuhan, kata majemuk dan kata ulang) (ii) idiom penuh berbentuk frase (iii) idiom penuh berbentuk klausa dan (iv) idiom penuh berbentuk kalimat. Kedua, idiom sebagian meliputi (i) idiom sebagian berbentuk kata majemuk dan (ii) idiom sebagian berbentuk klausa.

  

Sari, Ina Wita Krisna. 2010. ” The Idiom in the Novel of Sang Pemimpi by

Andrea Hirata.” A Thesis of S1 Degree. Indonesian Letters Study Program, Indonesian Letters Departement, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

  This thesis discussed about the idiom in the novel of Sang Pemimpi by Andrea Hirata. This topic is based on several things. First of all, as a newst publishing novel which have a direct language. But, in fact the researcher finding many of idiom which this used in some of gramatical unit. So, this is meaning as the properly as letters occup, the expression which this used in this novel is undirectly so that problems needed to researched. Second, the idiom in the novel of Sang Pemimpi by Andrea Hirata included in some of gramatical unit. Third, idiom in this novel id divide based on the categories. Fourth, idiom in this novel can be divided based on the meaning of fullness idiom.

  There are three problems which are discussed in this research. First, what are the unit of gramatical idiom in the novel of Sang Pemimpi by Andrea Hirata ? Second, what are the categories of idiom in the novel of Sang Pemimpi by Andrea Hirata ? Third, what are the kinds of idiom based on the meaning of fulness in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata ?

  The aim of this research is to describe the using of idiom in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata which is focused on the side of gramatical unit, the categories, and the kinds of idiom based on the meaning of fullness.

  This research is describes the research object based on the existing the real fact. This research involves three procedure, namely (i) data gathering, (ii) data analysis, and (iii) presentation of data analysis result. The method of data gathering is observation method, that is a method of data gathering by observing and reading the sentences wich contain of idiom. The methods employed is the non participant technigue or free, interview observation technigue by reading and note taking the data from the novel of Sang Pemipi by Andrea Hirata which takes note from the data sources. The method which used to analyze whether a contruction is included in an idiomatic construction or not. The distributional method is applied using the extending technique (teknik perluas) and the substituting technigue (teknik ganti). The extending technigue is applied with the extending technique and the substituting technique. The extending technique is used to prove the categories of idiom. The substituting is used to prove the meaning of fullness. The method which used in this result of analysis data is formal and informal methods. The formal method is the result of analysis data by using sign and symbol. Informal method is the result of analysis data with the commonwords and doesn’t use pattern.

  The result of this research are below. First, base on the gramatical unit of and reduplication word), (ii) the category of idiom in the form of phrase, (iii) the category of idiom in the form of clause, and (iv) the category of idiom in the form of sentence. Third, the kinds of idiom which based on the meaning of fullness idiom in the novel Sang Pemimpi by Andrea Hirata, it can divided into two types, that are (i) the type of full idiom and (ii) the type of part idiom. First, full idiom contains of (i) full idiom in the form of word (included (included affixation word, compound word and reduplication word) (ii) full idiom in the form of phrase, (iii) full iidom in the form of clausa, and (iv) full idiom in the form of sentence. Second, the part idiom consist of (i) the part idiom in the form of compound word and (ii) the part idiom in the form of clause.

  KATA PENGANTAR Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah yang dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi berjudul Idiom dalam Novel Sang Pemimpi Karya

  

Andrea Hirata ini ditulis dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat

  memperoleh gelar sarjana Strata 1 (S-1) pada Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan serta dukungan yang diberikan kepada penulis. Semua bantuan serta dukungan tersebut senantiasa mengiringi langkah penulis selama menempuh ilmu di kampus Universitas Sanata Dharma.

  Oleh karena itu, perkenankan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu serta memperlancar penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

  1. Bapak Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum., selaku dosen pembimbing I dalam memberikan semangat dan perhatian dalam memberikan bimbingan kepada penulis sehingga penulis termotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  2. Bapak Drs. Hery Antono M Hum., selaku dosen pembimbing II yang membagikan ilmunya kepada penulis, membimbing, dan memberi masukan serta saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Ibu Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M.Hum., Bapak Drs. B. Rahmanto M.Hum., Ibu S.E. Peni Adji, S.S, M.Hum., Bapak Drs. Yoseph Yapi Taum M.Hum., Bapak Drs. P. Ari Subagyo, M.Hum., dan Bapak Drs. FX.

  Santosa, M.S atas ilmu serta bimbingannya selama penulis menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma.

  4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang dengan ramah memberikan pelayanan administratif sejak awal perkulihan hingga penulisan tugas akhir ini.

  5. Staf Pepustakaan Universitas Sanata Dharma yang dengan ramah melayani peminjaman buku yang diperlukan penulis.

  6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Widodo dan Ibu Yulita Sutarmi atas doa,

  kasih sayang, semangat, dan usaha yang dikerahkan dengan segenap jiwa dalam memenuhi segala kebutuhan penulis selama menuntut ilmu di Universitas Sanata Dharma. Terima kasih, Bapak dan Ibuku orangtua juara satu seluruh dunia.

  7. Alm. Kakung Kromoharjo dan Kakung Ngadenan, atas kasih sayang, doa serta semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.

  8. Sr. Carolina Cendrakasih Suryati, OSU atas doa dan semangat yang diberikan kepada penulis

  9. Teman-teman KKN: Dini Lukasmini, Kristian Bayu Kuncoro, Maria Christy, Kusumo Wardani, dan I.Gusti Arya Asmarantana Astina, Yenny

  Teman-teman seperjuangan, mahasiswa Sastra Indonesia angkatan 2006 Erik Caesario, Febriani, Septina, Maryono, Sr. Syrilla Keka, SPC , Maria Sulastri, dan Yupita atas kebersamaannya selama ini yang akan menjadi kenangan yang terindah yang tak terlupakan, masa-masa kita kuliah bersama di Universitas Sanata Dharma.

  Penulis telah berusaha dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan juga saran yang bersifat membangun demi memperbaiki skripsi ini. Semoga karya ini dapat bermanfaat.

  Yogyakarta, Penulis Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Penulis

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG A.

  Daftar Lambang

  Daftar Singkatan N : nomina V : verba Adj : adjektiva S : subjek P : predikat B.

  • : Untuk menyatakan bahwa ujaran tersebut tidak gramatikal (‘…’) : Untuk menyatakan makna idiom

  DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………. ….. ii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING……………………………… iii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……………………………………. iv HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………....... v ABSTRAK........................................................................................................ vii ABSTRACT............................................……………………………………… ix LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………. xi KATA PENGANTAR…………………………………………………......... xii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. . xv DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………….. xvi DAFTAR ISI………………………………………………………………… xvii

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang…………………………………………………. 1

  1.2 Rumusan Masalah……………………………………………… 6

  1.3 Tujuan Penelitian……………………………………………….. 7

  1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 7

  1.5 Tinjauan Pustaka……………………………………………….. 8

  1.6 Landasan Teori…………………………………………………. 12

  1.6.1 Pengertian Idiom…………………………………………. 13

  1.6.2 Pengertian Satuan Gramatikal…………………………... 13

  1.6.2.1 Kata…………………………………………….... 13

  1.6.3 Kategori ……………………………………………....... 15

  1.6.3.1 Kata....................................................................... 15

  1.6.3.2 Frase..................................................................... 17

  1.6.3.3 Klausa................................................................... 18

  1.6.3.4 Kalimat................................................................. 19

  1.6.4 Jenis Idiom Berdasarkan Kepenuhan Makna Idiom……... 20

  1.7 Metode dan Teknik Penelitian………………………………….. 21

  1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………………... 21

  1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data…………………….. 22

  1.7.3 Metode Hasil Penyajian Analisis Data……………….. 25

  1.8 Sistematika Penyajian………………………………………… 25

  BAB II SATUAN GRAMATIKAL YANG TERDAPAT DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

  2.1 Pengantar………………………………………………………. 27

  2.2 Idiom yang Bertataran Kata......……………………………..... 27

  2.2.1 Idiom yang Bertataran Kata Berimbuhan......………….... 27

  2.2.2 Idiom yang Bertataran Kata Majemuk…......……........... 29

  2.2.3 Idiom yang Bertataran Kata Ulang……….........……........ 33

  2.3 Idiom yang Bertataran Frasa…......…………………………….. 33

  2.4 Idiom yang Bertataran Klausa……………......………………... 34

  2.5 Idiom yang Bertataran Kalimat….......………………………….. 35

  BAB III KATEGORI IDIOM YANG TERDAPAT DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

  3.2.2 Kategori Idiom Bertataran Kata Majemuk........................ 38

  3.3.3 Kategori Idiom Bertataran Kata Ulang.............................. 43

  3.3 Kategori Idiom Bertataran Frasa.................................................. 44

  3.4 Kategori Idiom Bertataran Klausa.............................................. 44

  3.5 Kategori Idiom Bertataran Kalimat.............................................. 45

  BAB IV JENIS IDIOM BERDASARKAN KEPENUHAN MAKNANYA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA

  4.1 Pengantar.................................................................................... 47

  4.2 Idiom Penuh.............................................................................. 47

  4.2.1 Idiom Penuh Bertataran Kata........................................... 47

  4.2.1.1 Idiom Penuh Bertataran Kata Berimbuhan......... 48

  4.2.1.2 Idiom Penuh Berbentuk Kata Majemuk............. 50

  4.2.1.3 Idiom Penuh Berbentuk Kata Ulang.................. 57

  4.2.2 Idiom Penuh Bertataran Frasa........................................ 57

  4.2.3 Idiom Penuh Bertataran Klausa..................................... 59

  4.2.4 Idiom Penuh Bertatarank Kalimat................................ 59

  4.3 Idiom Sebagian........................................................................ 60

  4.3.1 Idiom Sebagian Bertataran Kata Majemuk................... 60

  4.3.2 Idiom Sebagian Bertataran Klausa................................ 66

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan............................................................................. 67

  5.2 Saran....................................................................................... 70

  

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Objek penelitian ini adalah idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Idiom adalah satuan bahasa (kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat ‘ditarik’ dari kaidah gramatikal yang berlaku dalam bahasa tertentu (Chaer, 1986:7). Berikut ini contoh idiom yang terdapat dalam novel Sang

  Pemimpi karya Andrea Hirata.

  (1) Aku menyesal telah mengubah sisiranku dan di ambang pintu itu aku demam panggung. (Sang Pemimpi, hlm.35) (2) Nasib kami di ujung tanduk. (Sang Pemimpi, hlm.18)

  Idiom demam panggung dan ujung tanduk yang terdapat pada contoh (1) dan (2) maknanya tidak dapat ‘ditarik’ dari kaidah gramatikal yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Makna gramatikal demam panggung (1) adalah ‘panas badannya ketika berada di panggung’, sedangkan makna idiomnya adalah ‘rasa takut atau gentar (untuk naik ke atas panggung)’ (Chaer, 1986: 54). Makna gramatikal ujung tanduk (2) adalah ‘bagian yang tajam dari tanduk binatang’, sedangkan makna idiomnya adalah ‘keadaan yang membahayakan (mengkhawatirkan, gawat)’ (KBBI, 2008:1238).

  1

  2 sebagai topik dalam penelitian ini berdasarkan alasan berikut. Pertama, Pertama, novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata merupakan novel kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang mengalami beberapa cetak ulang hingga cetakan kedua puluh empat November 2008. Sebagai novel terbitan mutakhir ternyata, novel ini tetap mempertahankan penggunaan idiom dalam berbagai satuan gramatikal yang secara umum sering digunakan dalam bahasa Indonesia. Untuk itulah, penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa walaupun novel ini adalah novel terbitan mutakhir tetapi tetap mempertahankan penggunaan idiom-idiom yang secara umum sudah lama digunakan dalam bahasa Indonesia. Kedua, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata termasuk dalam beberapa satuan gramatikal. Ketiga, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga dapat dibedakan menurut kategorinya. Keempat, idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata juga dapat dibedakan berdasarkan kepenuhan makna idiomnya.

  Hal pertama yang dibahas dalam penelitian ini adalah satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Perhatikan contoh berikut.

  (3) Ayah ibunya merupakan anak-anak tunggal dan kakek neneknya dari kedua pihak orangtua juga telah tiada. (Sang

  Pemimpi, hlm.26)

  (4) Pukul empat sore nanti hujan akan tumpah, tak berhenti sampai jauh malam , demikian di kota pelabuhan kecil Magai. di Pulau Belitong, sampai Maret tahun depan. (Sang Pemimpi,

  3 hanya tinggal sendiri dari satu garis keturunannya. (Sang

  Pemimpi , hlm.26)

  (6) Di mana ada kemaunan, di situ ada jalan . Pepatah lama yang dianut semua bangsa di muka bumi, benar adanya. Sungguh benar adanya. (Sang Pemimpi, hlm. 104)

  Idiom orangtua, hujan akan tumpah, sebatang pohon kara di tengah padang dan di mana ada kemauan di situ ada jalan pada contoh (3), (4), (5) dan (6) termasuk dalam idiom yang berbeda satuan gramatikalnya. Idiom orangtua pada contoh (3) makna idiomnya adalah ‘ayah ibu (sekandung)’ (Chaer, 1986:128) termasuk satuan gramatikal kata. Idiom hujan akan tumpah pada contoh (4) makna idiomnya adalah ‘ hujan akan turun’ termasuk satuan gramatikal klausa. Idiom sebatang pohon kara di

  

tengah padang pada contoh (5) makan idiomnya adalah ‘tidak mempunyai sanak

  saudara’. Idiom di mana ada kemauan di situ ada jalan pada contoh (6) makna idiomnya adalah ‘selama ada tekad dan usaha segala sesuatu tentu dapat dikerjakan’ termasuk satuan gramatikal kalimat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa idiom dapat dibedakan berdasarkan satuan gramatikalnya. Oleh sebab itu, masalahnya adalah apa saja satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

  Masalah kedua yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah kategori unsur idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, seperti terdapat dalam contoh berikut:

  (7) Hebat sekali teorimu, Rai!! Masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!! (Sang Pemimpi, hal.3)

  4 Laki-laki positif mencerna setiap usulan, memikirkannya dengan

  lapang dada. .(Sang Pemimpi, hlm.189)

  Idiom masuk akal (7) mempunyai makna ‘dapat diterima oleh akal (Chaer, 1986:177) dan lapang dada (8) yang mempunyai makna ‘sabar’ (Chaer, 1986:103) termasuk dalam kategori yang berbeda. Idiom masuk akal terbentuk dari verba

  

masuk dan nomina akal termasuk dalam kategori verba karena dapat dinegatifkan

menggunakan kata tidak, tetapi tidak dapat dinegatifkan dengan kata bukan.

  Perhatikan pembuktian berikut.

  (7a) Hebat sekali teorimu, Rai!! Tidak Masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!!

  (7b) * Hebat sekali teorimu, Rai!! Bukan masuk akal sama sekali! Jimbron mau kauapakan??!!

  Idiom lapang dada (8) terbentuk dari adjektiva lapang dan nomina dada termasuk kategori adjektiva karena dapat didahuli oleh kata sangat. Perhatikan pembuktian berikut.

  (8a) Laki-laki positif mencerna setiap usulan, memikirkannya dengan

  sangat lapang dada

  (8b) *Laki-laki positif mencerna setiap usulan, memikirkannya dengan tidak lapang dada. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa idiom memiliki kategori kata unsur idiom tertentu. Permasalahannya, apa saja kategori unsur idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata? Hal tersebut menjadi permasalahan kedua dalam penelitian ini.

  5 berdasarkan kepenuhan maknanya yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, seperti terlihat dalam contoh berikut.

  (9) Aku, Arai, dan Jimbron tak menghiraukan penonton pria dan wanita yang gaduh dalam pertentangan. Beberapa di antara mereka sampai berdiri perang mulut. (Sang Pemimpi, hlm.111)

  (10) Namun, kini yang tertinggal untuk kami di tengah malam buta ini hanyalah sebaris pesan dari orangtua. (Samg Pemimpi, hlm.234) Idiom perang mulut dalam contoh (9) yang mempunyai makna ‘bertengkar’

  (Chaer, 1986:138) dan idiom malam buta dalam contoh (10) yang mempunyai makna ‘malam yang gelap sekali; tanpa bintang dan bulan’ (Chaer, 1986:144) termasuk dalam jenis idiom yang berbeda berdasarkan kepenuhan maknanya. Idiom

  

perang mulut termasuk jenis idiom penuh. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan

  mengganti secara keseluruhan idiom perang mulut dengan ungkapan maknanya, yaitu ‘bertengkar’. Perhatikan contoh berikut:

  (9a) Aku, Arai, dan Jimbron tak menghiraukan penonton pria dan wanita yang gaduh dalam pertentangan. Beberapa di antara mereka sampai berdiri bertengkar. Idiom malam buta dalam contoh (10) termasuk jenis idiom sebagian. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan mengganti salah satu unsur yang mengandung makna idiom, yaitu kata buta, dengan ungkapan maknanya ‘yang gelap sekali’. Perhatikan contoh berikut.

  (10a) Namun, kini yang tertinggal untuk kami di tengah malam yang gelap sekali ini hanyalah sebaris pesan dari orangtua.

  6 sedangkan malam masih mempertahankan makna leksikalnya. Berdasarkan contoh (9) dan (10), jenis idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata merupakan permasalahan ketiga yang akan dibahas dalam penelitian ini.

  1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1.2.1 Apa saja satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata ?

  1.2.2 Apa saja kategori unsur idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata ?

  1.2.3 Apa saja jenis idiom berdasarkan kepenuhan makna yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan idiom dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.3.1 Mendeskripsikan satuan gramatikal idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

  7 Mendeskripsikan kategori yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

1.3.3 Mendeskripsikan jenis idiom berdasarkan kepenuhan makna yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini berupa deskripsi satuan gramatikal, kategori, dan jenis kepenuhan makna yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

  Deskripsi tersebut memberikan manfaat teoritis bagi pengembangan linguistik, khususnya semantik. Hasil penelitian ini juga memberikan manfaat praktis, yaitu membantu pemakai bahasa menentukan satuan gramatikal, kategori idiom dan jenis kepenuhan makna idiom. Hasil penelitian mengenai jenis kepenuhan makna idiom dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian yang ternyata memiliki keterkaitan makna antara satu dan lainnya sehingga mempermudah pengguna bahasa yang masih awam dalam membedakannya. Hal ini juga melengkapi khazanah idiom dalam kamus idiom bahasa Indonesia.

  1.5 Tinjauan Pustaka Idiom dalam bahasa Indonesia telah dibahas dalam berbagai tulisan, antara lain oleh Keraf (1984:109-110), Sudaryanto (1983:207), Badudu (1989:29),

  Chaer(1986:76), Moeliono (1984:102), Soedjito (1988:101), Kridalaksana (1993:80)

  8 struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Menurut Keraf, idiom itu bersifat tradisional (setiap orang harus mempelajarinya sebagai penutur asli) dan bukan bersifat logis maka untuk mengetahui makna sebuah idiom, tidak mungkin hanya dari kata-kata yang membentuknya. Misalnya, frase makan

  

garam yang mempunyai makna idiom ‘berpengalaman’ , begitu pula dengan frase

makan hati, makan tangan, dan makan korban yang maknanya adalah ‘bersusah hati

  (karena perbuatan orang lain)’, ‘kena tinju’, dan ‘merenggut korban’. Kata-kata di atas tidak bisa diartikan berdasarkan kata-kata yang membentuknya tetapi hanya bisa diartikan secara idiomatis.

  Sudaryanto (1983:207), dalam Linguistik: Esai tentang Bahasa dan

  Pengantar ke dalam Ilmu Bahasa, mengatakan bahwa sebuah idiom itu ada karena

  adanya proses persubtansian peranan, yaitu adanya hubungan antara lambang dengan yang terlambangkan secara tidak wajar. Maksudnya, ketidakwajaran itu tercipta akibat adanya suatu unsur situasi yang berupa peristiwa. Misalnya idiom mengadu

  

domba tidak mendeskripsikan situasi ‘mengadu terhadap domba’ atau ‘domba

  terhadap mengadu’ dari unsur situasi yang berupa peristiwa “mengadu domba”, tetapi mengidentifikasi unsur situasi yang biasa dilambangkan dengan perkataan membuat

  bertengkar.

  9 menyebutkan idiom ialah ungkapan bahasa yang artinya tidak dapat dijabarkan dari jumlah arti tiap unsurnya-unsurnya. Idiom itu telah membentuk satu kesatuan yang padu sehingga harus muncul seperti itu, tidak boleh salah satu unsurnya dihilangkan. Menurut Badudu, batasan idiom mencakup semua ungkapan teradat yang pemakaian unsurnya tidak dapat diterangkan secara logis juga dianggap sebagai idiom seperti:

  

terdiri atas. Idiom terdiri atas terdiri atas kata terdiri dan diikuti kata atas. Setiap

  unsur yang ada dalam idiom tersebut sudah membentuk satu kesatuan yang padu dan salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan.

  Dalam Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III dijelaskan bahwa seringkali orang tidak dapat menemukan hubungan logis antara makna tiap unsurnya dengan makna idiomatisnya. Karena sudah teradat dan biasa dipakai, bentuk dan makna idiom itu tidak terasa aneh. Sebagai contoh idiom gaji buta ‘upah yang diterima tanpa bekerja’ tidak mempunyai hubungan logis antara makna kata gaji maupun buta - dengan makna ‘upah yang diterima tanpa bekerja’. Contoh idiom seperti gaji buta tidak terasa aneh bentuk dan maknanya karena sudah teradat dan biasa dipakai.

  Chaer (1989:76), dalam Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, mengemukakan bahwa idiom adalah satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Chaer juga mengatakan bahwa makna idiom itu sudah tidak berkaitan dengan makna leksikal atau makna gramatikal

  10 idiom sebagian. Moeliono (1989:177), dalam bukunya yang berjudul Kembara Bahasa:

  

Kumpulan Karangan Tersebar , menyatakan bahwa idiom adalah ungkapan bahasa

yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari arti unsur-unsurnya.

  Moeliono menjelaskan bahwa tidak ada alasan logis antara bentuk dengan makna idiomatisnya sehingga untuk lebih memahaminya idiom harus dipelajari dan dihafalkan. Misalnya bentuk salah lidah, tangan pertama dan uang muka tidak ada alasan yang logis untuk memaknai bentuk idiom tersebut.

  Soedjito (1988:101), dalam bukunya yang berjudul Kosa Kata Bahasa

  

Indonesia , menyatakan idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata atau

  frasa yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat ditafsirkan dengan makna unsur-unsur yang membentuknya. Soedjito juga menjelaskan bahwa idiom terbentuk atas kata yang digunakan untuk gabungan kata yang akan membentuk idiom.

  Kridalaksana (1993:80), dalam Kamus Linguistik, menyatakan bahwa idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota- anggotanya. Misalnya, makan garam dalam kalimat Orang itu sudah banyak makan

  

garam dalam hidupnya. Disini makna makan garam secara keseluruhan tidak sama

  dengan makan maupun dengan garam. Makan garam memiliki makna yang tidak sama dengan konstruksinya, yaitu ‘berpengalaman’.

  Kristiana (2006), dalam skripsinya yang berjudul “Idiom Berunsur Nama

  11 membentuk idiom, serta kategori dan pola idiom nama binatang.

  Kurniawati (2005), dalam skripsinya yang berjudul “Kata Majemuk Idiomatis dalam Tabloid Fantasi Tahun 2003,” menyatakan bahwa kata majemuk idiomatis adalah gabungan dua kata atau lebih yang memiliki makna idiom. Dalam skripsi tersebut juga dipaparkan tentang kategori kata majemuk idiomatis yang dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu kata majemuk idiomatis yang berkategori verba yang berstruktur V + N dan V + Adj. kata majemuk idiomatis yang berkategori nomina yang berstruktur N + N dan N + Adj. dan kata majemuk idiomatis yang berkategori adjektiva yang berstruktur A + N. Dalam skripsi ini juga dibahas tentang jenis kata majemuk idiomatis yang terdapat dalam tabloid Fantasi tahun 2003.

  Setelah dilakukan tinjauan pustaka dari kajian Keraf (1984), Sudaryanto (1983), Badudu (1989), Chaer (1986), Moeliono (1984), Soedjito (1988), Kridalaksana (1993), Kristiana (2006) dan Kurniawati (2005) dapat dicatat bahwa sudah pernah dilakukan kajian mengenai idiom yang berupa pengetahuan idiom secara umum. Penelitian ini membahas tentang idiom yang terdapat dalam novel

  

Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Penelitian ini membuktikan bahwa dalam novel

  terbitan mutakhir seperti Sang Pemimpi ternyata masih mempertahankan penggunaan idiom-idiom yang secara umum sering digunakan dalam bahasa Indonesia.

  Kekhususan penelitian ini terletak pada idiom itu termasuk satuan gramatikal, kategori kata berunsur idiom dan juga jenis kepenuhan makna idiomnya. Oleh sebab

  12

   Landasan Teori

  Dalam landasan teori ini dipaparkan tentang pengertian idiom, pengertian satuan gramatikal, kategori dan jenis idiom berdasarkan kepenuhan maknanya.

  1.6.1 Pengertian Idiom

  Menurut Chaer (1986:7), idiom adalah satuan bahasa (bisa berupa kata, frasa maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat ‘ditarik’ dari kaidah umum gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut atau tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya. Dari definisi tersebut, dapat dikemukakan bahwa idiom memiliki ciri yaitu, (i) idiom bisa berupa satuan bahasa (kata, frasa, klausa dan kalimat), (ii) makna sebuah idiom tidak dapat ‘ditarik’ dari kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia dan (iii) makna sebuah idiom tidak dapat hanya dilihat dari kata-kata yang membentuknya. Misalnya, idiom kambing

  

hitam yang bermakna ‘orang yang dipersalahkan’ dan makan garam yang bermakna

  ‘berpengalaman’ kedua idiom tersebut mempunyai makna yang tidak bisa ‘ditarik’ dari kaidah bahasa Indonesia jika dilihat dari kata-kata yang menyusun idiom tersebut.

  1.6.2 Satuan Gramatikal

  Satuan gramatikal adalah satuan kebahasaan yang bermakna. Satuan kebahasaan meliputi fona, fonem, silabel, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf dan wacana. Dari satuan kebahasaan tersebut, yang termasuk satuan

  13 kata, frasa, klausa dan kalimat, maka dalam bagian ini dijelaskan tentang satuan gramatikal kata, frasa, klausa dan kalimat.

1.6.2.1 Kata

  Menurut Wijana (2009:33), kata adalah bentuk bebas yang terkecil yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bentuk bebas yang lebih kecil lagi. Bentuk bebas berupa kata memiliki ciri dapat digabungkan dengan bentuk bebas yang lain. Misalnya dalam kalimat berikut ini, Ibu akan pergi berbelanja kalimat tersebut terdiri dari 4 buah kata, yakni ibu, akan, pergi dan berbelanja. Sebagai bentuk yang bebas ke empat kata ini dapat digabungkan dengan menyisipkan bentuk bebas yang lain sehingga didapatkan kalimat berikut, Pagi ini ibu akan pergi berbelanja sayuran. Kata dapat dibedakan berdasarkan bentuknya. Pertama, kata berimbuhan adalah kata yang sudah mendapat imbuhan atau afiks (prefiks, infiks, sufiks atau konfiks), misalnya

  

mendarah daging idiom tersebut mempunyai makna ‘sesuatu hal yang menjadi

  kebiasaan’ , idiom darah daging ‘anak atau keturunan’ sudah mempunyai makna yang berbeda bila pada kata darah tidak terdapat imbuhan ( me-).

  Menurut Keraf (1980:123) kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti. Struktur kata majemuk tidak bisa disisipkan dengan unsur lain karena gabungan itu sudah merupakan sebuah kesatuan. Misalnya, kaki lima ‘pedagang yang menjajakan dagangannya dipinggir jalan’,

  14

  

dan maka kalimat tersebut menjadi tidak gramatikal. Berdasarkan jenis maknanya

  kata majemuk dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata majemuk idiomatis dan kata majemuk non-idiomatis (Kridalaksana, 1988:182). Kata majemuk idiomatis adalah kata majemuk yang menyatakan makna idiom, sebagai contoh ‘naik darah ‘ marah sekali’ (Chaer,1986:124). Kata majemuk non-idiomatis adalah kata majemuk yang mengandung makna leksikal, sebagai contoh ketua adat ‘orang yang dituakan dalam suatu adat’.

  Ketiga, kata ulang adalah kata yang terjadi sebagai hasil reduplikasi atau pengulangan, misalnya bentuk idiom mata-mata yang mempunyai makna ‘penyelidik’ (Chaer, 1986:118).

  1.6.2.2 Frase

  Menurut Wijana (2009:46), frasa adalah gabungan kata yang tidak melewati batas fungsi. Adapun yang dimaksud dengan fungsi adalah Subjek (S), Predikat (P), Objek (O), pelengkap (pel), dan keterangan (K). Misalnya dalam kalimat Arab Saudi

  

dikenal sebagai negara padang pasir, bentuk idiom negara padang pasir yang

  bermakna ‘negara di kawasan Timur Tengah’ (Chaer, 1986:125) terdiri dari satu kata dan satu frase, yaitu kata negara dan frase padang pasir.

  1.6.2.3 Klausa Menurut Wijana (2009:54), klausa adalah satuan gramatikal yang bersifat

  predikatif dan melibatkan predikat sebagai unsur intinya. Misalnya dalam kalimat

  15 atas nasi berfungsi sebagai subjek dan jadi bubur berfungsi sebagai predikat.

1.6.2.4 Kalimat

  Menurut Wijana (2009:57) kalimat adalah satuan lingual yang diakhiri oleh nada akhir selesai turun maupun nada akhir selesai naik. Berdasarkan jumlah klausanya, kalimat dapat dibedakan menjadi kalimat tak berklausa, kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Idiom yang berbentuk kalimat contohnya adalah berupa ungkapan, misalnya, kalau langkah sudah terlangkahkan, maka pantang dihela surut yang bermakna ‘bila pekerjaan sudah dimulai, jangan mundur bila menemui kesukaran atau rintangan’ (Badudu, 1975:164) terdiri atas 2 klausa yaitu, klausa kalau langkah sudah terlangkahkan dan klausa maka pantang dihela surut.

1.6.3 Kategori

1.6.3.1 Katergori Kata

  Kategori kata atau kelas kata adalah golongan kata yang sedikit banyak prilaku formalnya sama dan diperlukan untuk mengungkapkan kaidah gramatikal secara lebih sederhana (Kridalaksana, 1993:104).

  Verba atau kata kerja adalah kelas kata yang memiliki fungsi utama sebagai predikat. Kelas kata ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan adanya kemungkinan dapat didampingi dengan kata tidak dan tidak dapat didampingi dengan kata seperti sangat, lebih atau agak (Kridalaksana, 2007:51). Misalnya,

  16 didampingi dengan partikel agak menjadi *kakak agak tidur di ruang tamu.