SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Ilmu Sejarah

  

SEJARAH JAVA-INSTITUUT

DALAM PERSPEKTIF DISCOURSE ORIENTALIS

(1919-1941)

  

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Program Studi Ilmu Sejarah

  

Oleh :

Christian Wahyu Wijayanto

NIM : 004314010

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

  

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2006

  SKRIPSI

  23 Desember 2006

  2 Januari 2007

  

MOTTO & PERSEMBAHAN

“Berpaling ke masa lalu merupakan salah satu strategi

paling umum untuk menafsirkan masa kini,…..Bukan

hanya ketidaksetujuan mengenai apa yang terjadi di

masa lalu itu, melainkan ketidakpastian tentang

apakah masa lalu itu benar-benar telah lalu, selesai,

dan ditutup, atau

Apakah ia masih berlanjut, meskipun mungkin dalam

bentuk-bentuk yang berbeda……”

(Edward Said, Kebudayaan dan Kekuasaan)

  

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah

keuntungan.”

(Filipi 1:21)

  Kupersembahkan karyaku ini, Kepada :

  Tuhan Yesusku, Papa, dan Mama yang Tercinta

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, ……………………… Penulis

  Christian Wahyu Wijayanto

  

ABSTRAK

  Penelitian ini berjudul “Sejarah Java-Instituut Dalam Perspektif Discourse Orientalis (1919-1941). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuasa Barat dalam produksi pengetahuan pada masa kolonialisme. Dalam skripsi ini ada tiga permasalahan yang akan dibahas, yaitu: 1. Bagaimanakah awal mula studi- studi Jawa hingga berdirinya Java-Instituut?;2. Bagaimanakah gaya pemikiran

  

Java-Instituut sebagai discourse orientalisme?;3. Bagaimanakah representasi Jawa

  yang dihasilkan oleh museum Sanaboedaya? Kolonialisme dalam sejarah bangsa-bangsa Asia, Afrika, dan khususnya

  Indonesia menjadi titik tolak yang penting dalam pembangunan identitas kebangsaan. Pada sebagian besar penulisan sejarah di bangsa-bangsa tersebut, kolonialisme tampil sebagai kekuasaan yang represif, yang melakukan peperangan, penaklukan wilayah penduduk pribumi, dan mengeksploitasi kemakmuran daerah koloni. Melalui wajah kolonialisme tersebut mendorong pembangunan identitas kebangsaan yang menjadi antitesis dari kolonialisme.

  Sejarah Java-Instituut telah membuka wilayah yang selama ini terbengkalai, yaitu bahwa kolonialisme tidak hanya tampil sebagai kekuasaan yang represif, tetapi juga produktif. Melalui penelusuran dari studi-studi Jawa pada khususnya telah memberikan pemahaman yang mendalam mengenai kolonialisme. Penelusuran studi-studi Jawa ini telah membongkar produksi pengetahuan, dan tatanan makna yang diproduksi dalam tradisi discourse orientalisme, yang memperlihatkan hegemoni kuasa-kuasa Barat terhadap masyarakat pribumi.

  Kolonialisme tidak hanya memberikan akibat fisik yang menyakitkan, tetapi juga memiliki efek yang besar dalam kesadaran masyarakat pribumi, contohnya pada pendidikan pribumi yang menghasilkan individu tercerahkan seperti Poerbatjaraka, dan Hoesein Djajadiningrat. Selain penulusuran studi-studi Jawa, sejarah Java-Instituut juga membongkar kekuasaan yang hadir dalam museum Sanaboedaja. Melalui tata ruang, tata benda, serta tata kota, kolonialisme melakukan pendisiplinan, dan pengawasan terhadap kesadaran masyarakat pribumi.

  Metode sejarah yang digunakan dalam penelitian ini mencakup: pengumpulan sumber, kritik sumber, intrepretasi, dan historiografi. Metode pengumpulan data melalui studi pustaka dengan mengolah data-data mengenai pokok permasalahan penelitian ini secara deskriptif analitis. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan discourse orientalisme, untuk menganalisa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Melalui pendekatan ini mencakup praktek-praktek kekuasaan dalam produksi pengetahuan, orientalisme, hegemoni, oposisi biner, mimikri, dan representasi.

  

ABSTRACTS

  This research is entitled “The History Of Java-Instituut In An Orientalistic Discourse Perspective, 1919-1941”. The research aims to discover the power of the West in knowledge production in the colonial period. In this thesis, there are three problems covered, which are: 1. How is the beginning of Javanese studies, until the establishment of Java Instituut? 2. How is the Java Instituut style of thought, as an orientalistic discourse? 3. How does the Sanaboedaja museum produce the representation of Java?

  Colonialism in the history of the Asian and African nations, and especially Indonesia, become an important starting point in the building of national identity. Most of the written histories of those nations, colonialism appears as a repressive power, who conducted wars, expansion of native lands, and exploitations of the colonies prosperous lands. Such colonialism encouraged the building of national identities, as an antithesis of colonialism.

  The history of Java Instituut has opened an area which has long been abandoned, that is colonialism did not only appear as a repressive power, but also as a productive one. An exploration on the studies on Java will give a new and deeper understanding about colonialism. This kind of exploration deconstructs the knowledge production, and order of meaning produced in the tradition of orientalistic discourse, which shows the hegemony of western powers over the local people.

  Colonialism has not only created painful physical effects, but also great effects on the awareness of the local people. For example, educating the locals has produced enlightened individuals such as Poerbatjaraka and Hoessein Djajadiningrat. Besides exploring the studies on Java, the history of Java Instituut also deconstructs the powers presented in the Sanaboedaja Museum. Through the interior design, the placing of objects, and city plans, colonialism has conducted discipline and control over the awareness of the local people.

  The method of the history used in this research includes collecting the sources, source criticism, interpretation, and historiography. The method used in collecting the data is through book research, then by analyzing the data on the problems covered using descriptive analysis. The approach used is the orientalistic discourse approach. This approach include power practices in knowledge production, orientalism, hegemony, binary opposition, mimicry, and representation.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih atas berkat dan anugerah yang Dia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sejarah Java-Instituut Dalam Perspektif Discourse Orientalis (1919-1941)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Sastra bidang Ilmu Sejarah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Dalam menyusun skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, petunjuk serta bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, baik saran maupun dorongan semangat, khususnya kepada : 1. Dr. Fr. B. Alip, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Sastra.

  2. H. Purwanta, M. A, selaku Kepala Jurusan Ilmu Sejarah.

  3. Prof. Dr. P. Y. Suwarno, S. H selaku dosen pembimbing I, yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, petunjuk serta saran-saran yang berharga kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini.

  4. Drs. Manu Jayaatmaja, selaku pembimbing II yang penuh kesabaran, dan bimbingan dalam pengerjaan penulisan skripsi ini. Saran-saran, dan ide- idenya yang sangat berharga, serta petunjuknya telah mendorong dengan penuh semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  5. St. Sunardi yang memberikan usulan kasus Java-Instituut, tanpanya penulis tidak dapat memasuki pengalaman yang sangat berharga ini, dan terima kasih juga untuk Budiawan yang telah mengajar saya dalam kuliah Postkolonial di IRB telah banyak memberikan pengetahuan secara teoritik mengenai penulisan Sejarah Java-Instituut.

  6. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Ilmu Sejarah: Bu Ning, Pak Hery, Pak Sandiwan, Pak Anton, Pak Rio, dan Rm. Baskara, yang penuh kehangatan, dan keterbukaan untuk berdiskusi telah membekali ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

  7. Karyawan/karyawati sekretariat Fakultas Sastra yang telah memberikan bantuan selama skripsi ini, dan buat Pak Waluyo (Rektornya Wisma A), yang penuh humor telah menceriakan di Wisma A.

  8. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang menyediakan koleksi majalah Djawa untuk dijadikan sumber utama penulisan skripsi ini, Perpustakaan Kolsani Kota Baru melalui koleksi bukunya yang menyediakan buku-buku rujukan bagi penulisan skripsi ini.

  9. Ir. Mahatmanto, dan keluarga yang menjadi teman ngopi di rumahnya yang selalu terbuka untuk berdiskusi terutama permasalahan arsitektur, serta kerelaan untuk meminjami koleksi bukunya yang berharga telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  10. Bapak Kees Groenebroer yang meluangkan waktu singkat, namun berharga untuk dapat bertemu, dan terima kasih atas bantuan berupa disertasinya yang diberikan dengan cuma-cuma.

  11. Terima kasih kepada Pak Ronald, Bu Rosy, Koh Sony, Oma, Kak Rony, dan keluarga Sugeng Supriyadi atas kesediaannya menerima penulis di keluarga mereka dalam penelitian singkat di Jakarta, dan terima kasih juga untuk teman-teman di Erasmus Huis, Mas Gunawan, dan Mbak Lina.

  12. Papa, dan Mama yang tercinta yang penuh kesabaran, dan kesetiaan menunggu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Khusus untuk Mama yang tersayang terima kasih untuk selalu berbagi kehangatan, sharingnya dan dukungan doanya, baik sebagai ibu, gembala, maupun sahabat, terima kasih Mamaku.

  13. Mas Andy, mbak Ester, dan Eyang yang selalu perhatian untuk selalu menanyakan kepada penulis, “Apakah sudah selesai skripsinya?”. Mereka adalah keluarga yang terkasih.

  14. Parti Septiana R. kekasih saya yang tercinta, dengan bawelnya di sms yang tidak pernah sabar selalu memberikan perhatian, dukungan, semangat, kepercayaan, doa, dan kasih sayang yang tulus kepada penulis.

  15. Gembala saya Pak Semy, dan Bu Anna, dan keluarga SHINE: kak Priti, kak Sahala, kak Riston, Mas Sam, Patar, Togi, kak Agnes, Efraim, Erna, Dame, Shinta, Mira, Anell, Yolan, Ida, Arlin, Epa terima kasih untuk dukungan, semangat dan doanya, yang selalu bersedia, dan menyediakan ruang untuk saya selama perngerjaan skripsi ini.

  16. Niko yang selalu saya ganggu komputernya. Tanpa komputernya penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk komputer, dan kopinya ya.

  17. Sahabat saya Tomy, Ruby, dan Rosemary, Eno, “Dede” Ari, Dita, dan Clara yang selalu memberi warna, tempat segala kepenatan dihiburkan.

  Terima kasih untuk waktu di hidup kalian ya.

  18. Teman-teman: Agi, Cumi, Qser, Badu, Yustina, Upik, Fajar, Lazarus, Bondhok, Ulil, Sisca, Ijo, Eta. Terima kasih untuk pertemanan dengan kalian selama menuntut ilmu di ‘Jurusan’ Wisma A. Dan terima kasih juga untuk Eka “Penya” yang selalu menjadi teman diskusi.

  19. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu sehingga terselesainya skripsi ini.

  Penulis menyadari akan keterbatasan baik pengetahuan maupun kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.

  Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kemajuan Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Yogyakarta, …………..2006 Penulis

  Christian Wahyu W

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN………………………………………….. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………………………………….. v ABSTRAK……………………………………………………………….. vi ABSTRACTS……………………………………………………………. vii KATA PENGANTAR……………………………………………………. viii DAFTAR ISI……………………………………………………………... xii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………… xvi DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….. xvii DAFTAR TABEL………………………………………………………... xviii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................

  1 1.1Latar Belakang Masalah………………………………………....

  1 1.2 Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup……………………….

  3 1.2.1Perumusan Masalah……………………………………….

  3 1.2.2 Ruang Lingkup…………………………………………….

  4 1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………..

  4

  1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………

  5 1.5 Tinjauan Pustaka………………………………………………..

  5

  1.5.1 Bacaan Primer…………………………………………….

  5 1.5.2 Bacaan Sekunder………………………………………….

  6

  1.6 Kerangka Pikir dan Pendekatan…………………………………

  10

  1.7 Hipotesis…………………………………………………………

  18 1.8 Metodologi Penelitian…………………………………………...

  18 1.8.1 Metode Pengumpulan Data………………………………..

  18 1.8.2 Metode Analisis Data……………………………………..

  20

  1.9 Sistematika Penulisan…………………………………………

  22 BAB II. AWAL STUDI JAWA DAN BERDIRINYA JAVA- INSTITUUT…………………………………………………………….

  25 2.1 Pengantar………………………………………………………..

  25

  2.2 Latar Belakang Historis…………………………………………

  26

  2.2.1 Perang Jawa dan Masa Depan Kerajaan Jawa……………

  26 2.2.2. Dari Perang Jawa Hingga Cultuurstelsel............................

  32 2.2.3.Pembangunan Pengetahuan Barat Mengenai Jawa……….

  39 2.2.4. Max Havelaar dan Representasi Dunia Timur…………..

  47 2.3. Politik Etis……………………………………………………..

  51

  2.3.1. Dari Tagore hingga Terciptanya Elit Modern……………

  51

  2.3.2. Kongres Bahasa dan Kebudayaan 1918 dan Berdirinya

  

Java-Instituut……………………………………………………

  56 Bab III DISCOURSE PEMIKIRAN JAVA-INSTITUUT…………….

  65

  3.1 Pengantar……………………………………………………….

  4.4. Museum Sanaboedaya: Transformasi Ruang, Dan Bangunan Rumah Jawa…………………………………………………………

  96

  95

  87

  82

  78

  78

  66

  65

  4.2.Visual Kolonialisme: Proyek Museum Benda-Benda Pribumi………….…………………..……………………………… 4.3. Konsep Bangunan Rumah Jawa………………………………..

  3.2. Abad Kemajuan Pribum……………………………………… 3.3. Java-Instituut sebagai Representasi Orientalisme…………….

  4.1.Pengantar………………………………………………………...

  BAB IV MUSEUM SANABOEDAJA: TRANSFORMASI, DAN REPRESENTASI IDENTITAS KEBANGSAAN JAWA..........................................................................................................

  3.5.4. Ranggawarsita dan Poerbatjaraka: Antara Batas-Batas Kemajuan Barat ……………..……………………………….

  3.5.3 Poerbatjaraka sebagai Anak Zaman Kemajuan………..

  3.5.2. Poerbatjaraka dan Pendidikan Barat…………………..

  3.5.1. Ranggawarsita dan Hidupnya………………………….

  3.4. Gaya Pemikiran Java-Instituut………………………………… 3.5. Pemikiran Pribumi Jawa: Ranggawarsita dan Poerbatjaraka….

  3.3.2. Java-Instituut sebagai Konstruksi Kebudayaan dan Masa Lalu Jawa ………………………………………………

  3.3.1. Berdirinya Java-Instituut ……………………………..

  99 102 107 112 112 115 121 126

  4.5.Sistem Penataan Benda-Benda Museum Sanaboedaja dan Reprensentasi Jawa…………………..…………………………….

  4.6.Museum Sanaboedaja: Transformasi Tata Kota Jawa sebagai Representasi Jawa ………………………………………………...

  BAB V PENUTUP..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. LAMPIRAN………………………………………………………………

  136 151 164 169 177

DAFTAR LAMPIRAN

  1. Peta Alun-Alun Utara……………………………………………………

  2. Peta Yogyakarta tahun 1925…………………………………..………… 177 178

  DAFTAR GAMBAR

  1. Maket Rumah Jawa Model Limasan…………………………………………… 132

  2. Maket Museum Sanaboedaja Rancangan Th. Karsten ………………………… 133

  3. Petanen………………………………………………………………………… 135 138

  4. Zietende Budha (çakyamuni of Akşobhya), Perunggu………………………… 139 5. Staande Budha (çakyamuni), Perunggu……………………………………….. 139 6. Wairocana, Perunggu………………………………………………………….. 144

  7. Vorstenbeeld, Oost-Java. Kalksteen…………………………………………… 145 8. Garoeda als Voestuk, Andesiet, 10de eeuw…………………………………….

  145 9. Kala-kop als spuier, Andesiet, 10de eeuw…………………………………….. 146

  10. Terracotta-kop, Madjapahit, 14de eeuw……………………………………… 146 11. Awalokiteshwara, 9de eeuw…………………………………………………..

  147 12. Reliefpaneeltje, Oost Java, Steen……………………………………………..

  153 13. Struktur Istana Jawa. ………………………………………………………....

  DAFTAR TABEL

  1. Benda-benda awal yang dimiliki museum Sanaboedaja sebagai rekonstruksi masa lalu keemasan Jawa…………………………….

  2. Benda-benda sumbangan, dan pinjaman dari koleksi pribadi dan instansi…………………………………………………..…………

  3. Ruang Pameran Museum Sanaboedaja…………………………….

  4. Kampung-kampung njero benteng…..……………………………… 5. Kampung-kampung njaba benteng…………………………………..

  142 143 149 158 158

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kolonialisme memiliki dua aspek kekuasaan, yang pertama kekuasaan

  secara fisik, yaitu dengan menguasai secara politik atau ekonomi suatu wilayah, yang kedua adalah kekuasaan pada kebudayaan yang membuahkan efek-efek

  1

  kesadaran. Aspek kedua adalah upaya untuk menanamkan sebuah hegemoni untuk mempertahankan kekuasaan secara fisik. Pada aspek-aspek kesadaran inilah yang menjadi kajian dari penulisan sejarah Java-Instituut.

  Mengenai pentingnya pengenalan atas masyarakat pribumi, kolonialisme Belanda mendapat inspirasi dari kolonialisme Inggris di Indonesia. Melalui

  

Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen yang dibesarkannya,

  Raffles menulis karya besarnya yang berjudul History of Java. Karya ini membawa ketertarikan kolonialisme Belanda pada penguasaan pribumi pada

  2

  wilayah pengetahuan. Pada tahun 1832 berdiri sebuah lembaga yang dikenal sebagai Instituut Voor Het Javaansche Taal di Surakarta sebagai pioneer dari kegiatan keilmuan mengenai masyarakat pribumi terutama pada bahasa. 1 Selanjutnya pada abad XX berdiri Java-Instituut dengan sistem pengetahuan yang , Leela Gandhi, 1998: Postcolonial Theory A critical introduction, Allen & Unwin, Australia. 2 hal. 15.

  Hans Groot, 2001: ‘Raffles dan Van Der Capellen Dua pemimpin Kuat Bataviaasch

Genootschap’, dalam Yati Suhardi, Munif Yusuf, Kees Groenebroer (eds), Tiga Puluh Tahun Studi Belanda di Indonesia, Deertig Jaar Studie Nederlands in Indonesië, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Depok. hal. 271-277. sistematis mengenai masyarakat Jawa, Sunda, Bali, dan Madura. Pengetahuan yang sistematis maksudnya adalah bahwa masyarakat pribumi tidak hanya didekati dengan ilmu filologi, namun telah berkembang dengan munculnya ilmu- ilmu humaniora seperti sejarah, kesenian, arsitektur, sosiologi, atau hukum Islam.

  Kegiatan kajian ilmu pengetahuan atas masyarakat pribumi berjalan beriringan dengan penguasaan kolonialisme Belanda di Hindia-Belanda. Syed Husein Alatas memberikan pembacaan yang baik mengenai kolonialisme, ia berargumen bahwa kolonialisme membangun pengetahuan mengenai pribumi yang malas dengan menjadikannya kebenaran bahwa mereka harus bekerja di

  3

  perkebunan sebagai bagian dari pemberadaban pribumi. Hal ini menegaskan penguasaan politik dan ekonomi sejalan dengan kebutuhan produksi pengetahuan mengenai dunia Timur.

  Terdapat dua aspek penting dalam kegiatan Java-Instituut yang akan menjadi kajian pada tulisan ini, dan akan diperlihatkan sebagai representasi dari kegiatan orientalisme. Pertama, kegiatan keilmuan mengenai masyarakat Jawa, Sunda, Bali, dan Madura. Aspek ini dalam pandangan orientalisme merupakan cara-cara untuk mengenali dunia Timur berdasar tempatnya yang khusus dalam

  4

  pengalaman manusia Barat Eropa. Mengenai kegiatan keilmuan ini muncullah teks-teks mengenai dunia Timur sebagai representasi dunia Timur. Aspek kedua memberikan tempat yang istimewa dan memberikan kekhususan bagi Java-

  

Instituut dibandingkan lembaga kajian yang serupa, yaitu dengan didirikannya

3 museum Sanaboedaja pada tahun 1935. Secara ilmiah kegiatan ini sangat 4 S.H. Alatas, 1988: Mitos Pribumi Malas, LP3ES, Jakarta.

  Edward Said, 1996: terj. Asep Hikmat, Orientalisme, Pustaka, Bandung. hal.1-2. berhubungan dan tergantung pada aspek yang pertama. Sanaboedaja merupakan bagian dari representasi mengenai masyarakat Jawa, Sunda, Bali, dan Madura yang digambarkan dalam ruang-ruang pameran.

  Representasi ini merupakan inti dari pembahasan sejarah Java-Instituut. Bagaimana Jawa dikonstruksi, digambarkan, dan diberi makna merupakan pokok pembicaraan dalam penulisan sejarah Java-Instituut. Representasi mengenai masyarakat Jawa ini tidak hanya akan ditelusuri dalam teks-teks mengenai masyarakat Jawa, tetapi juga pada ruang-ruang pameran Sanaboedaja. Kedua aspek di atas membawa penulis pada penulisan sejarah Java-Instituut dalam perspektif orientalisme. Aspek-aspek tersebut telah menunjukkan kerelevanan

  discourse orientalis sebagai perspektif dalam penulisan sejarah Java-Instituut.

B. Perumusan Masalah

  Di dalam penulisan skripsi ini diangkat beberapa masalah yang menjadi pokok penelitian, yaitu :

  1. Bagaimanakah awal mula studi-studi Jawa hingga berdirinya Java-

  Instituut?

  2. Bagaimanakah gaya pemikiran Java-Instituut sebagai discourse orientalisme?

  3. Bagaimanakah representasi Jawa yang dihasilkan oleh museum Sanaboedaya?

  Melalui tiga pokok permasalahan di atas diharapkan dapat diketahui bagaimana kekuasaan kolonial Belanda bekerja dalam ruang kajian mengenai masyarakat pribumi seperti Java-Instituut.

  C. Ruang Lingkup

  Studi ini akan memfokuskan pada kajian-kajian mengenai masyarakat Jawa, Sunda, Bali, dan Madura yang dilakukan oleh Java-Instituut pada rentang waktu 1921-1941 melalui jurnal Djawa. Rentang waktu tahun 1921-1941 adalah masa penulisan jurnal Djawa, sehingga studi ini mengkaji artikel-artikel pada jurnal

  Djawa pada rentang waktu tersebut.

  Secara metodologis maka pembatasan artikel-artikel dimungkinkan oleh sistem discourse Foucault sebagai unit discourse. Sebagai unit discourse maka akan memberikan batasan-batasan pada artikel-artikel mana saja yang hendak dikaji. Suatu bentuk discourse yang memberikan aturan-aturan mengenai bagaimana Jawa direpresentasikan pada artikel-artikel di jurnal Djawa.

  D. Tujuan Penelitian

  Mendeskripsikan dan menganalisis :

  1. Awal mula studi-studi Jawa hingga berdirinya Java-Instituut sebagai upaya Barat membangun pengetahuan mengenai masyarakat Jawa.

  2. Gaya pemikiran Java-Instituut sebagai discourse orientalisme.

  3. Representasi Jawa yang dihasilkan oleh museum Sanaboedaya.

E. Manfaat Penelitian

  

1. Melalui tulisan ini dapat diketahui bahwa dominasi yang dilakukan bangsa

  Barat tidak hanya dominasi politik dan ekonomi, namun juga dominasi atas pengetahuan dan kesadaran.

  

2. Melalui tulisan ini akan diketahui hegemoni yang diciptakan oleh tradisi

discourse orientalisme dalam mempertahankan kekuasaan Belanda atas Indonesia.

  

3. Melalui penelitian Java-Instituut ini dapat diketahui secara baik

  bagaimana para Orientalis bekerja pada lembaga-lembaga budaya dan melakukan praktek-praktek discourse.

F. Tinjauan Pustaka F.1. Bacaan Primer :

  

a. ‘Congres Voor Javaansche Cultuur-Ontwikkeling te Solo 5-7 Juli 1918’,

Djawa, 1921. Artikel ini merupakan laporan sebuah kongres kebudayaan Jawa

  yang berlangsung di Solo tanggal 5-7 Juli 1918. Artikel ini berisi perdebatan kebudayaan Jawa oleh para priyayi Jawa, seperti Soetatma Soeriakoesoema yang berdebat dengan Tjipto. Perdebatan kebudayaan ini merupakan perdebatan mengenai kebudayaan Jawa yang berhadapan dengan kemajuan Barat.

  Perdebatan-perdebatan pada kongres tersebut sangat penting untuk memahami berdirinya Java-Instituut.

b. G.J. Nieuwenhuys, ‘Oosten En Westen’, Djawa, 1921. Artikel ini merupakan

  gambaran pengetahuan Barat atas masyarakat Timur (Jawa) yang dibedakan dan dilawankan dengan sifat-sifat Barat secara timpang.

  c.

  A.B Cohen Stuart , ‘De Wajang En Heroische Periode in De Ontwikkeling Van

  

Java’, Djawa, 1923. Artikel ini merupakan gambaran seorang Barat seperti Cohen

  Stuart yang membangun pengetahuannya mengenai sejarah Jawa. Karya penulisannya ini menggambarkan Jawa sebagai sebuah peradaban yang dipenuhi konflik hingga akhirnya Jawa berada di bawah pemerintahan yang kuat yaitu Hindia-Belanda.

  d. Maclaine Pont, ‘De Historische Rol Van Majapahit, een hypothese’, Djawa, Jaargang vi, 1926. 309. Artikel ini merupakan sebuah susunan pengetahuan mengenai masa lalu Jawa, yaitu sejarah Majapahit. Sejarah Majapahit di tangan seorang Maclaine Pont hadir dalam masa lalu keemasan, dan menjadi discourse mengenai masa lalu keemasan Jawa yang hadir melalui Java-Instituut.

  F.2. Bacaan Sekunder

  Bacaan sekunder di bawah ini merupakan buku-buku yang secara teori menjadi pisau analitis dari bacaan primer di atas. Melalui buku-buku berikut ini, maka studi mengenai sejarah Java-Instituut sebagai discourse orientalisme dapat tercapai.

  Buku pertama adalah karya Edward Said yang berjudul Orientalisme, Penerbit Pustaka, Bandung, 1984. Buku ini sangat baik dalam menggambarkan kekuatan orientalisme dalam mengkonstruksi dunia Timur. Tulisan ini mengenalkan konsep orientalisme sebagai sebuah alat dominasi bangsa Barat atas daerah-daerah jajahan yang hampir selalu negara-negara Afrika, Asia. Tradisi orientalisme ini didukung oleh para orientalis Barat yang mempunyai otoritas untuk melakukan konstruksi atas dunia Timur dan segala pendapatnya menjadi rujukan atas setiap kajian atas Timur. Said melakukan pembongkaran apa yang dinamakan regime of truth dari pemikiran Barat. Di dalam tulisannya ia memfokuskan pada ketiga kekuatan orientalis yaitu Inggris, Perancis, Amerika Serikat.

  Buku kedua adalah buku dari Syed Husein Alatas yang berjudul Mitos

  

Pribumi Malas LP3ES, Jakarta, 1988. Buku ini membongkar sebuah pengetahuan

  yang telah mapan dan menjadi kekuatan hegemonik kolonialisme untuk mempertahankan kekuasaannya, yaitu pengetahuan mengenai pribumi malas.

  Pengetahuan inilah yang dimaksud Foucault sebagai hubungan antara Pengetahuan dan Kekuasaan yang bekerja dalam ruang masyarakat kolonial.

  Buku yang ketiga adalah karya Simon Phillpott, Meruntuhkan Indonesia

  

Politik Postkolonial dan Otoritarianisme, LKiS, Yogayakarta, 2003. Buku ini

  memiliki kerangka pikir yang sama dengan Said. Buku ini mengungkapkan bagaimana para orientalis melakukan konstruksi atas dunia Timur pada masa kontemporer, yaitu dengan meruntuhkan pengetahuan para Indonesianis yang telah mapan dalam kajian politik Indonesia. Buku ini memfokuskan pada orientalis Inggris, Amerika, dan Perancis. Kekurangan pada buku Phillpot mungkin dapat dilihat dari bagaimana ia hanya mengambil orientalis Inggris, Perancis, dan Amerika. Memang ketiga negara ini pada periode pasca Perang

  Dunia II menunjukkan superioritasnya, namun dengan mengambil ketiga tradisi dari negara ini akan mengabaikan orientalis Belanda, yang masih mempunyai kekuatan di wilayah Indonesia. Satu hal lagi bahwa Phillpot juga telah mengabaikan periode sebelum dekolonisasi, karena konstruksi sosial yang dilakukan oleh para orientalis (tanpa menyebut orientalis yang mana) telah dilakukan pembangunannya sejak periode sebelum masa dekolonisasi. Buku ini sangat penting dalam memberikan konsep lebih khusus mengenai wilayah pemikiran orientalisme, dari pada Said yang lebih menjadikan bukunya sebagai sebuah buku induk orientalisme.

  Buku keempat adalah buku dari Nicholas Mirzoeff yang menjadi editor dari buku yang berjudul Visual Culture Reader, Routledge, London&New York, 1998.

  Buku ini sangat penting dalam mengenalkan sebuah sisi visual dari kolonialisme, dan tentu saja menjadi bagian dari kegiatan-kegiatan yang terdapat dalam konsep orientalisme Said. Salah satu bagiannya buku ini membahas museum sebagai sebuah kekuatan menciptakan dunia Timur, yang dalam konsep Said sebagai sebuah penciptaan imaji-imaji, idea-idea mengenai dunia Timur.

  Buku kelima adalah buku dari David Boswell, Jessica Evans (ed),

  

Representing the Nation A Reader, histories, heritage, and museums, Routledge,

  London and New York, 1999. Hal yang terutama dalam buku ini adalah tahap- tahap pembentukan museum. Tahap pertama pada akhir abad XVII-XVIII museum hadir sebagai kegiatan pengumpulan koleksi yang aneh mengenai dunia Timur. Tahap berikutnya pada abad XIX museum hadir sebagai konsolidasi dari prinsip sistem klasifikasi, dan bentuk studi mengenai benda-benda pribumi.

  Melihat kelima karya di atas, maka tulisan ini sangat terbantu dengan konsep orientalisme Said dan Syed Alatas yang menjelaskan mengenai kekuatan orientalisme yang bekerja di wilayah kolonial seperti di Hindia-Belanda. Melalui Phillpot yang mengenalkan konsep wilayah dan ruang lingkup pemikiran orientalisme di Asia Tenggara khususnya Indonesia, sehingga sangat baik jika tulisan ini mengambil pada bidang orientalis Belanda, yang tidak banyak dikaji oleh Simon Philphot dan Said. Periode yang diambil tulisan ini juga berbeda dengan periode Simon Philpot yang lebih maju ke periode temporer, namun lebih ke belakang dengan menganalisis pada periode zaman etis. Mirzoeff yang memberikan konsep museum dalam kerangka orientalisme memungkinkan penulis untuk menganalisa museum Sanaboedaya sebagai representasi masyarakat Jawa, dan Jessica Evans melalui tahap-tahap terbentuknya museum telah menempatkan museum Sanaboedaja tidak hanya sebagai kegiatan pengumpulan benda-benda pribumi, tetapi juga sebagai prinsip-prinsip studi-studi kebendaan pribumi.

  Konsep-konsep yang ada dalam buku-buku bacaan sekunder tersebut menunjukkan kerelevanan sebagai pisau analitis untuk bacaan primer. Sebagai contoh, konsep mengenai pembedaan ontologis, dan epistimologis antara Barat- Timur sangat tepat untuk menganalisis artikel G.J. Nieuwenhuis yang berjudul ‘Oosten en Westen’ yang menggambarkan susunan pengetahuan mengenai masyarakat Timur (Jawa), sehingga konsep-konsep tersebut sangat relevan untuk penulisan studi sejarah Java-Instituut.

G. Kerangka Pikir Dan Pendekatan

  Di dalam penulisan sejarah Java-Instituut akan digunakan empat pemikiran antara lain pemikiran Foucault, Edward Said, Nicholas Mirzoeff, dan Jessica Evans. Keempat pemikiran ini akan diformulasikan dalam sebuah kesatuan teoritik dan akan digunakan sebagai pisau analitis dalam penulisan sejarah Java-

  

Instituut. Secara bertahap akan dijelaskan mengenai pemikiran mereka. Melalui

  Foucault akan diajukan mengenai konsep diskontinuitas, statements, dan sistem

  

discourse, melalui Said akan dijelaskan mengenai orientalisme sebagai sistem

discourse dari Foucault, melalui Mirzoeff akan diajukan sebagai representasi dari

  sisi visual kolonialisme, dan melalui Jessica Evans akan diuraikan mengenai tahap-tahap terbentuknya museum. Melalui formulasi ini diharapkan dapat tercapai sebuah pemahaman mengenai Java-Instituut sebagai discourse orientalisme.

  The Archeology of Knowledge yang terbit pada tahun 1969 harus dipahami

  kaitannya dengan buku-buku yang terdahulu dari Foucault. Buku ini merupakan sebuah postcriptum, dan Foucault memberikan tatapan teoretis dari buku-bukunya yang terdahulu di antaranya Madness and Civilization (1961), The Birth of The

  

Clinic (1963), The Order of Things (1966). Melalui serangkaian karya-karyanya

  pemahaman mengenai pemikiran Foucault dapat dicapai. Arkeologi Pengetahuan menjadi gambaran dari perjalanan pemikirannya yang tidak hanya menempatkannya sebagai seorang filsuf kekuasaan tetapi juga sebagai seorang sejarawan yang piawai.

  Di dalam permulaan Arkeologi Pengetahuan, Foucault menunjukkan dirinya sebagai seorang sejarawan pemikiran. Di dalam buku Arkeologi Pengetahuan ia memulai pembicaraan mengenai fungsi-fungsi material dari dokumen yang merupakan unsur terpenting dalam penulisan sejarah. Relasi-relasi dokumen, relasi-relasi peristiwa atau fenomena diberikan tatapan yang baru, terutama

  5 perkembangan sejarah ide yang diberikan kritik-kritik pada sejarawan tradisional.

  Pembicaraan mengenai sejarah ide dimulai dari unsur sejarah yang paling mendasar, yaitu dokumen, peristiwa, yang dikaitkan dalam relasi-relasi kausalitas.

  Kritiknya mengenai sejarah tersebut menghasilkan sebuah gagasan yang menjadi tema sentral baik dalam pandangan sejarahnya maupun pada gagasan discourse, yaitu diskontinuitas.

  Diskontinuitas diposisikan menjadi lawan dari kontinuitas yang

  dipraktekkan oleh sejarawan tradisional. Foucault mengkritik sejarawan tradisional yang disebut sebagai seorang ahli yang memiliki tugas utama yaitu untuk menghilangkan diskontinuitas dalam relasi-relasi antar peristiwa dan menyusunnya menjadi sejarah total, yang dibangun dalam fundamen-

  6

  fundamennya menjadi kausalitas. Di sisi lain untuk mempraktekkan sejarah ide, Foucault mengajukan konsep diskontinuitas dengan konsep seperti, rupture,

  

threshold, limit, dan series. Menurutnya hanya dengan diskontinuitaslah sejarah

dapat dipraktekkan.

  Di atas telah dipahami bagaimana gagasan diskontinuitas menjadi gagasan 5 utama untuk memberikan kritik pada praktek-praktek sejarah ide. Kemudian

  

Michel Foucault, 1972: The Archeology of Knowledge & The Discourse on Language, Pantheon

6 Books, New York. hal. 7 ibid.,hal. 8.

  

diskontinuitas menjadi konsep yang sentral dari pemikiran Foucault baik

  mengenai formasi diskursif, maupun statements. Secara bertahap mengenai