DOCRPIJM 1504693911BAB VII Kelembagaan

dinas/instansi serta peningkatan kemampuan personil yang bertugas
dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM
3. Tahap pemantapan pengelolaan, yaitu berkaitan dengan menggunakan
hasil

evaluasi

pelaksanaan

untuk

dipergunakan

menyempurnakan

kekurangan-kekurangan yang ada, memantapkan personil yang sudah
terlatih dan berpengalaman sampai tercapainya tujuan RPIJM, pemberian
pelatihan teknis dan manajemen untuk selalu meningkatkan kemampuan
dan sekaligus penyegaran personil.

223


3.

menyiapkan

kebijaksanaan

operasional

dan

memberikan

petunjuk

pelaksanaan
pembangunan infrastruktur kabupaten
Tim koordinasi ini beranggotakan ketua Bappeda, para kepala dinas/instansi
terkait, Dirut PDAM dan Kabag terkait di Setwilda.


Unit manajemen program bertugas untuk:
1. mengendalikan dan koordinasi pelaksanaan program pembangunan
infrastruktur kabupaten yang meliputi program investasi, program
peningkatan

pendapatan

daerah

dan

program

pengembangan

kelembagaan.
2. koordinasi penyusunan rencana tahunan
3. koordinasi dengan dinas/instansi terkait
4. penyusunan laporan pelaksanaan dan pengendalian program.
Unit manajemen program diketua boleh kepala Bappeda yang dibantu oleh

sejumlah asisten yang dapat dijabat oleh kabid atau kepala dinas terkait.
7.4.3. Format umum Rencana Tindakan Peningkatan Kelembagaan

Penyusunan dan pelaksanaaqn RPIJM membutuhkan waktu yang panjuang, dan
untuk itu rencana tindaknya dapat dilakukan dalam tahapan sebagai berikut:
1. Tahap sosialisasi, tahapan yang dimaksudkan
koordinasi

vrtikal

dan

horizontal

antar

untuk meningkatkan

dinas/instansi,


melengkapi

kebutuhan sumberdaya manusia yang terkait dengan RPIJM serta
melengkapi

organisasi

ekstra

struktural

yang

diperlukan

dalam

pelakanakan RPIJM.
2. Tahap peningkatan beban tugas, yang meliputi antara lain peninjauan
struktur


organisasi

yang

ada

yang

berkaitan

dengan

semakin

berkembangnya beban tugas yang dilaksanakan masing-masing instansi
dari waktu ke waktu, melengkapi kekuarangan sumberdaya yang ada
sejalan

dengan


berkembangnya

volume

kerja

masing-masing

222

Kebutuhan sarana penunjang kelembagaan untuk setiap dinas/instansi secara
umum meliputi (1) bangunan gedung yang difungsikan untuk kantor, gudang (2)
alat-alat kantor seperti komputer, printer, mesin fotocopy, alat penjilit dan lain
sebagainya (3) sarana transportasi yang dimaksudkan untuk memperlancar
pelaksanan tugas seperti kendaraan roda dua, rada empat (4) sarana
komunikasi seperti telpon, faximile, internet dan lain sebagainya. Jumlah sarana
dan prasarana kerja berkaitan dengan volume kerja yang ada pada masingmasing dinas/instansi sesuai dengfan perannya dalam pelaksanaan RPIJM.

7.4. Usulan, Sistem Prosedur Antar Instansi


7.4.1. Kedudukan, Fungsi, Tugas dan Pelaksanaan RPIJM

Dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM, Bappeda kabupaten berkeduuakan
dan bertugas dalam menggoordinasikan penyusunan perencanaan, memonitor,
mengevaluasi

dan

mengendalikan

pelaksanaan kegiatan pembanagunan
Dinan

Pekerjaan

pelaksanaan

umun


kebijakan

dan

program

menyusun

laporan

infrastruktur kabupaten sarolangun.

perumahan

infrastruktur

serta

rakyat,


kabupaten,

menggokordinasikan

penyelenggaraan

teknis

pelakanaan program serta melaksanakan fungsi pengndalian, pengawasan
evaluasi, pelaporan adminsitrasi, keuangan dan kegiatan teknis., demikian
haalnya untuk dinas/instansi terkait lainnya berkedudukan dan melaksanakan
fungsi sesuai dengan tugas dan wewenangnya.

7.4.2. Hubungan antar Instansi

Untuk pelaksanaan RPIJM secara non struktural perlu dibentuk tim koordinasi
dan pelaksanaan RPIJM dan unit manajemen program. Tugas

tim koordinsi


program pembangunan infrastruktur kabupaten meliputi:
1. koordinasi dalam penyusunan dan pelaksanaan RPIJM
2. koordinasi dalam rangka pembinaan dan pengelolaan RPIJM

221

berkaitan dengan sistem pertanggung jawaban yang harus dilakukan (4) rentang
kendali, berkaitan dengan jumlah personil yang dapat dikendalikan oleh
pimpinan (5) sentralisasi dan dessentralisasi, berkaitan dengan kewenangan
dalam pengambilan keputusan (6) serta formalisasi, yang mencakup peraturan
yang digunakan untuk mengarahkan personil dan pimpinan.

2. Ketatalaksanaan penyelenggaraan RPIJM
Kebutuhan peraturan daerah yang dibutuhkan untuk mendukung penyusunan
dan pelaksanaan RPIJM antara lain berkaitan dengan pemantapan tugas dan
fungsi masing-masing dinas/instansi yang terkait dengan penyusunan dan
pelaksanaan RPIJM seiring dengan

semakin bertambahnya atau berubahnya


peran setiap dinas/isntansi. Peraturan baru dibutuhkan dalam pembentukan
organisasi non struktural untuk mendukung pelakanaan RPIJM, dalam koordinasi
vertikan, horizontal, manajemen pelaksanaan proiyek-proyek dalam RPIJM dan
laijn sebagainya.

3. Pengembangan Sumberdaya manusia
Program pengembangan sumberdaya manusia, difokuskan pada aparatur pada
dinas/instansi yang secara langsung terlibat dalam pelakanaan RPIJM
kabupaten Sarolangun, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Program
pengembangan untuk meningkatan kualitas aparatur dilakukan melalui pelatihan
dan studi lanjut dalam bidang ilmu yang relevan. Program dimaksud meliputi (1)
perencanaan Kota (2) manajemen proyek (3) manajemen persampahan (4)
Amdal (5) Perencanaan teknis (6) Air bersih dan Peningkatan lingkungan
pemukiman (7) keuangan daerah (8) perencanaan pembangunan,

(9)

administrasi keuangan (10) dan lainnya
Secara

kuantitatif

dilakukan

melalui

penambahan

staf

sesuai

dengan

perkembangan volume kerja yang ada.

4. Peningkatan sarana dan prasarana kerja

220

Penjabaran lebih lanjut arah pengembangan kelembagaan dalam RPJP
diatas, dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah melalui
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang baik dan demokratis antara
lain meliputi :
1. melakukan perluasan rentang kendali dalam pelimpahan wewenang
pelayanan
masyarakat kepada pemerintahan kecamatan dan aparat desa
2. mendorong peningkatan kualitas dan kinerja sumberdaya manusia baik
pada
tingkat birokrasi maupun pelayanan
3. memberlakaukan peraturan perundang-undangan pokok kepegawaian
dan
akuntabilitas kinerja aparat
4.

meningkatkan

pengetahuan

dan

ketrampiulan

aparat

dalam

perlindungan
masyarakat dan HAM
4. mendorong peningkatan penguasaan sistem/tatanan pemerintahan
yang baik
kepada pimpinan/pejabat di masing-masing unit kerja
5.menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan wewenang
6. menumbuhkembangkan peningkatan pengelolaan pendapatan daerah
7. peningkatan pengelolalaan belanja daerah

Dengan mengacu pada RPJP dan RPJM kabupaten Sarolangun diatas,
usulan program dalam RPIJM mencakup”:
1. Optimalisasi pelaksanaan fungsi organisasi
Optimalisasi fungsi organisasi dapat dikembangkan melalui (1) spesialisasi
pekerjaan, yang berkaitan dengan sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi
dibagi-bagi dalam pekerjaan yang terpisah (2) deparetementalisasi, berkaitan
dengan dasar dalam mengelompokan pekerjaan yang ada (3) rantai perintah,

219

penyusunanan
Sarolangun

RPIJM

pada

masing-masing

Dinas

instansi

kabupaten

dari segi kesesuaian dengan bidang ilmu serta kuantitas untuk

melaksanakan

volume

pekerjaan

yang

terus

meningkat

masih

belum

sepenuhnya memadai.Kelompok jabatan fungsional yang diharapkan dapat
mendukung tugas-tugas dinas/instansi belum ada sumberdaya manusianya.
Demikian halnya keterbatasan sarana kantor yang belum memadai merupakan
kelemahan yang dihadapi. Peluang untuk menyususn dan melaksnanakan
RPIJM kabupaten Sarolangun sangat besar, berkaitan dengan RPIJM adalah
merupakan instrumen penting yang harus ada dalam penyedeiaan instruktur
kabupaten.

7.3.3. Usulan Program

Arah pengembangan kelembagaan dan aparatur pemerintah kabupaten
Sarolangun dalam Rencana pembangunan Jangka Panjang adalah terwujudnya
tata pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean goverment)
dengan aparat yang memiliki profesionalisme yang tinggi dan mampu
memberikan

pelayanan yang prima serta menghilangkan kemungkinan

terjadinya KKN, yang dicapai dengan:

1. Mengembangkan kelembagaan dan aparatur daereah yang efektif dan
effisien
2. Meningkatkan kualitas aparatur dengan memperbaiki kesejahteraan dan
profesionalisme serta memperlakukan sistem karier berdasarkan prestasi
dengan prinsip pemberian penghargaan dan sangsi (reward and
punisment)
3. Meningkatkan fungsi pelayanan birokrasi dan akuntabilitasnya secara
transparan, bersih dan bebas dari penyalahgunaan wewenang
4. Penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua
tingkat dan lini pemerintahan dan semua kegiatan.

218

setiap dinas/instansi dengan baik masih sangat dirasakan oleh masing-masing
dinas/instansi.

7.3.2 Analisis Masalah

Permasalahan koordinasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pembangunan
dan pengoperasional infrastruktur kabupaten berkaitan dengan pengorganissian
dan

stafing

dinas/instansi

terkait.

Kejelasan

pembagian

tugas

antar

dinas/instansi sampai pada tuposi seksi diharapkan akan mempermudah
koordinasi dan sinkronisasi perencanaan, pembangunan dan pengoperasional
infratruktur.
Permasalahan

profesionalisme

berkaitan

dengan

kemampuan

aparatur

pemerintah, dan hal ini berkaitan dengan pengetahuan, skill dan pengalaman.
Peningkatan

profesionalisme,

pertama-tama

dapat

dilakukan

melalui

peningkatan pengetahuan yang dapat ditempuh melalui studi lanjut yang relevan,
pendidikan dan pelatihan teknis. Profesionalisme aparatur pemerintah antara lain
berkaitan dengan tugas dan fungsi aparatur pemerintah yang secara khusus
diberi tugas untyuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam tugas tertentu dalam
jabatan fungsional.
Dalam penyusunan RPIJM kabupaten sarolangun memiliki sejumlah kekuatan
antara lain

telah ditetapkan tupok masing-masing dinas/instansi, sehingga

kejelasan peran dan pembagian kerja telah dimilikinya. Demikian halnya dengan
struktur organisasi masing-masing dinas/instansi telah memiliki struktur yang
jelas. Terdapatnya Sumberdaya manusia yang memiliki komitmen, motivasi dan
dedikasi dalam melaksanakan tugasnya.

Kelemahan yang dihadapi dalam

penyusunan RPIJM antara lain koordinasi dan sinkronisasi perencanaan teknis
makro antara Bappeda, Dinas PU/Ciptakarya serta dengan dinas/instansi teknis
sangat dibutuhkan. Terdapat sejumlah Dinas/instansi yang terkait dalam RPIJM
ini antara lain Bappeda, Dinas PU, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, PDAM,
Dinas Tata Kota, Dispenda, Dinas Pasar, Bagian keuangan dan bagian
pembangunan

Setwilda.

Sumber

daya

manusia

yang

bertugas

dalam

217

7.3.. Masalah, Analisis dan Usulan Program

7..3.1. Masalah yang Dihadapi
Dalam merumuskan perencanaan pembangunan infrastruktur kabupaten,
dengan mengacu pada PP nomor 14 tahun 1987 antara lain disebutkan bahwa
sebagian urusan pemerintahan PU diserahkan kepada propinsi, kota dan
kabupaten. Konsekwensi dari kebijakan ini adalah tuntutan adanya kemampuan
lembaga terkait dalam RPIJM dalam perencanaan, pemograman, pelaksanaan,
pemantauan

serta

pengelolaaan

hasil-hasil

proyek.

Masing-masing

dinas/instansi yang terkait dengan penyusunan RPIJM telah memiliki tugas dan
fungsinya

masing-masing.

Permasalahan

dalam

koordinasi

menjadi

permasalahan dalam implementasinya, yang antara lain belum optimalnya
pelaksanaan koordinasi antar dinas/instansi. Sistem perencanaan teknis
pembangunan infrastruktur kabupaten Sarolangun pada prinsipnya dirumuskan
oleh Bappeda dalam perencanaan teknis makronya, dinas/instansi Pekerjaan
umum dan perumahan rakyat yang merancang perencanaan teknis program,
pengendalinan, pembinaan teknis pelaksanaan pembangunan dan dinas/instansi
teknis yang melaksanakan operasionalnya. Dalam sistem perencanaan ini,
dukungan kelembagaan yang dibutuhkan Dinas Pekerjan umum dan perumahan
rakyat berkaitan dengan dukungan Bappeda kabupaten sebagai instansi yang
menyususn perencanaan teknis makro, dukungan instansi yang nantinya
bertugas secara teknis untuk mengoperasionalkan sarana yang telah dibangun.
Masih terbatasnya kualitas sumberdaya yang sesuai dengan latar belakang
bidang

keilmuannya,

sehingga

kemampuan

dalam

memahami

dan

melaksanakan tugas dan wewenangnya menjadi kurang efektif dan effisien.
Kekurang tepatan dalam penempatan sumberdaya manusia dalam bidang yang
sesuai, serta kuantitas yang belum mencukupi merupakan permasalahana yang
dihadapi dalam implementasi RPIJM. Keterbatasan prasarana kantor yang
merupakan pendukung untuk dapat dilaksanakannya tugas dan wewenang

216

7.2.2. Kondisi Kelembagaan Non Pemerintah

Kelembagaan non pemmerintah yang terkait dengan pelaksanaan RPIJM antara
lain Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), organisasi kemasyarakatan lainnya.
Lembaga Swadaya Masyarakat di kabupaten Sarolangun mencapai 34 buah.
Bentuk LSM adalah non profit dan bidang pokok yang menjadi fokus perhatian
LSM dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 7.6 Fokus Perhatian LSM di kabupaten sarolangun
No

Fokus Perhatian

Jumlah

%

1
2
3
4
5
6
7

Pengawasan
Lingkungan hidup
Pemberdayaan masyarakat
Pemberntasan korupsi
Ketenaga kerjaan
Semua bidang
Lainnya
Jumlah

7
4
5
2
1
4
11
34

20,58
11,76
12,70
5,89
2,94
11,76
32,35
100

Dari LSM yang ada Yng dapat diharapkan dapat berperan dalam
pembangunan infrastruktur kabupaten, antara lain LSM yang fokus perhatiannya
dalam bidang pengawasan, lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat dan
pemberantasan korupsi. Peran yang dapat dilakukan antara lain pendampingan,
pemberdayaan

kelompok

sasaran

dan

kontrol

untuk

mewujudkan god

governance.
Kelembagaan non pemerintah lain yang dapat diharapkan berperan
adalah

organisasi

kemasyarakatan

yang

diharapkan

dapat

melndukung

sosialisasi dan pemberdayaan kelompok sasaran yang akan memperoleh
manfaat dari pembangunan infrastruktut. Organisasi kemasyarakatan yang
terdapat di kabupaten Sarolangun mencapai 18 organisasi, yang terdiri dari
organisasi keagamaan, organisasi profesi, forum komunikasi, organisasi
independen dan organisasi kedaerahan. Organisasi kepemudaan jumlahnya 26
buah yang terdiri dari organisasi orderbauw partai politik, dan organisasi yang
merupakan afiliasi dengan organisasi induk.

215

jabatan fungsional pada masing-masing dinas/instansi belum terisi/belum ada.
Masing terbatasnya jumlah staf yang dapat mendukung penyusunan dan
pelaksanaan penyusunan dan pelaksanaan RPIJM secara optimal.
Tabel 7.4 Jumlah aparatur pemerintah pada dinas/instansi yang
terkait RPIJM berdasarkan golongan kepegawaian
No Golongan Dinas
Dinas
Dinas
PDAM
PU
LH
ESDM
1
IV
3
1
5
2
III
34
7
8
3
II
16
4
5
4
I
1
5
Honor
6
5
20
6.
Tetap
47
Jumlah
54
18
23
67
Sumber : pengolahan data sekunder

.
Tabel 7.5 Jumlah Aparatur pada Dinas/Instansi yang terkait RPIJM
Berdasarkan Tingkat pendidikan
No Tingkat
Dinas
Dinas
Dinas
PDAM
Pendidikan PU
LH
ESDM
1
S2
3
1
3
2
S1
26
8
10
6
3
Diploma
5
3
2
3
4
SLA
19
6
8
58
Jumlah
54
18
23
67
Sumber : pengolahan data sekunder

Kondisi kemampuan kelembagaan dinas/instansi yang terkait dengan
pembangunan infrastruktur kabupaten Sarolangun berkaitan dengan organisasi,
tenaga dan pelatihan . dan fasilitas kerja serta perlengkapan yang tersedia.
Struktur orgnisasi yang ada

telah disusun berdasarkan PP 41 tahun 2005,

sehingga kemampuan kelembagaan yang ada sudah sesuaa dengan ketentuan
yang ada..

Tenaga dan pelatihannya. Jumlah tenaga yang dibutuhkan akan

berkaitan dengan poerkembangan volume kerja yang ada pada masing-masing
dinas/instansi. Fasilitas kerja sebagai sarana penunjang kelembagaan.

214

Struktur oraganisasi Badan terdiri dari sekretariat
Jumlah aparatur pemerintah berdasarkan golongan kepegawaian mengalami
perkembangan, dengan jumlah aparatur pada tahun 2006 adalah 3.005 orang.
Jumlah terbesar terdapat pada golongan III yang mencapai 59,13%. Aparatur
golongan

IV

mencapai

12,18%.

Dengan

komposisi

seperti

di

atas

memungkinkan pengembangan aparatur dengan pengetahuan dan ketrampilan
dapat dilakukan.
Tabel 7.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kabupaten Saeolangun
tahun 2003 – 2006
No Gololangan
2003
2004
2005
2006
1
I
22
63
65
7
2
II
317
848
725
905
3
III
1.787
1.972
1.885
1.777
4
IV
43
140
116
366
Jumlah
2.169
3.023
2.789
3.005
Sumber : Kabupaten Sarolangun dalam angka

Gambaran mengenai pejabat struktural di lingkungan pemerintah daerah
kabupaten Sarolangun menunjukan aparatur dengan golongan IV yang
menduduki jabatan mencapai 97,27%. Untuk golongan III yang menduduki
jabatan mencapai 5% dan aparatur golongan II yang menduduki jubatan adalah
2,43%. Dengan pola proporsi tersebut menunjukan promosi jabatan sangat
berkaitan dengan golongan kepegawaian.
Tabel 7.3 Jumlah Pejabat Struktural di lingkuan Pemerintahan
Kabupaten Sarolangun
No Gololangan
2003
2004
2005
2006
1
I
2
II
17
22
17
22
3
III
86
92
60
89
4
IV
374
200
146
356
Jumlah
477
314
223
467
Sumber : Kabupaten Sarolangun dalam angka

Kondisi sumberdaya aparatur pemerintah pada dinas/instansi yang terkait
dengan penyusunan dan pelaksanaan RPIJM, menunjukan bahwa kelompok
213

Tugas pokok dan fungsi Dinas Pekerjaan umum dan Perumahan Rakyat
ditetapkan berdasarkan Peraturan Bupati Sarolangun Nomor 26 Tahun 2008
yang meliputi (10 merumuskan kebijakan teknis dibidang pekerjaan numum dan
perumahan rakyat 92) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan
umum di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat (3) bpembinaan dan
pelaksanaan tugas dibidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat dan (4)
pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya dimaksud struktur
organisasi dinas Pekerjaan umum dan perumahan rakyat terdiri dari sekretariat,
bidang Bina Marga, bidang Pengairan, bidang Cipta Karya, bidang Perumahan
Rakyat dan kelompok jabatan fungsional, serta Unit Pelaksana Teknis (UPTD).
Dari struktur yang ada di kedua instansi ini, perencanaan teknis untuk
infrastruktur kabupaten pada Bappeda merupakan tugas dan fungsi dari bidang
fisik dan prasarana, Sedangkan semua bidang pada Dinas Pekerjaan umum dan
perumahan rakyat memiliki tugas dan fungsi untuk penygusunan program,
perencanaan teknis, pembinaan dan bimbingan teknis pada masing-masing
bidang. Kondisi ini menuntut adanya koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antara
instansi terkait sesuai dengan bidang-bidang yang relevan.,
Gambaran tentang kelembagaan di kabupaten Sarolangun sejak tahun
2001 mengalami perkembangan dan jumlah dinas/instansi pada tahun 2006
mencapai 48 organisasi.
Tabel 7.1 Jumlah bagian, Dinas. Badan, Kantor di Lingkungan Organisasi
Kabupaten Sarolangun 2001 -2006

No Organisasi
Daerah
1
Badan
2
Sekwan
3
Dinas
4
Kantor
5
Bagian
6
Kecmatan
7
Kalurahan
Jumlah

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2
1
10
4
11
6
4
38

3
1
11
4
11
6
4
40

3
1
11
4
11
8
4
43

3
1
11
4
11
8
4
43

4
1
14
4
11
6
4
46

4
1
13
5
11
10
4
48

Sumber : Kabupaten Sarolangun dalam angka

212

tingkatan individuil yaitu peningkatan ketrampilan, kualifikasi, pengetahuan, sikap
dan motivasi kerja.

7.2 Kondisi Kelembagaan

7.2.1. Kondisi Kelembagaan Pemerintah
Kondisi kelembagaan yang ada mencakup Dinas/instansi yang terlibat
atau berkaitan dengan penyuunan RPIJM yang antara lain meliputi Bappeda,
Dinas PU, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Tat Kota, Dinas
Pendapatan Daerah, Dinas Pasar, Bagian Keuangan, Bagian Pembangunan
Sekretariat Daerah, Perusahaan Daerah Air Minum serta lembaga non
pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah,

dan Perda Nomor 03 tahun 2008 tentang

susunan organisasi dan tata kerja Dinas daerah Kabupaten Sarolangun, maka
setiap dinas/isntansi di kabupaten Sarolangun telah ditetapkan uraian tugas
pokok dan fungsinya melalui peraturan Bupati Sarolangun. . Berdasarkan uraian
tugas pokok dan fungsi masing-masing dinas/instansi pada dasarnya mencakup
(1) perumusan kebijakan teknis (2) penyelenggaraan urusan pemerintahan dan
pelayanan umum (3) pembinaan dan pelaksanaan tugas (4) pelaksanaan tugas
lain yang diberikan Bupati sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing
dinas/instansi.
Tugas pokok dan fungsi Bappeda kabupaten Sarolangun deidasarkan
pada Keputusan Bupati Sarolangun Nomor 31 Tahun 2008 yang meliputi (1)
perumusan

kebijakan

pengkoordinasian

teknis

penyusunan

pembinaan dan pelaksanaan

perencanaan,
perencanaan

pembangunan
pembangunan

daerah

(2)

daerah

(3)

tugas dibidang perencanaan pembangunan

daerah (4) pelaksanaan ntugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Untuk melakanakan tugas dan fungsi tersebut struktur
organisasi Bappeda sekretariat, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang
fisik dan prasarana, bidang penelitian dan pengembangan dan bidang
penanaman modal dan kelompok jabatan fungsional.

211

BAB VII
KELEMBAGAAN DAERAH DAN RENCANA
PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN
7.1. Petunjuk Umum

Aspek kelembagaan difokuskan pada fungsi koordinasi dan sinkronisasi
kegiatan antar sektor pembangunan prasarana, sesuai dengan kedudukan dan
tugas masing-masing unit organisasi/instansi. Dalam analisis ini batasan-batasan
yang digubakan adalah sebagai berikut:
1. Kelayakan merupakan hasil telaah tentang kapasitas suatu obyek yang
mengemban tugas-tugas tertentu bagi tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan
2. kelembagaan merupakan suatu subyek dan sekaligus juga menjuk kepada
bentuk, sifat-sifat dan atau fungsi-fungsinya yang terkait, berkepentingan dan
bertanggung jawab untuk tercapainya tujuan-tujuan yang ditetapkan.
3. Investasi adalah satu masukan dalam proses pembangunan untuk mampu
melahirkan/menciptakan tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan kapsitas kelembagaan
seperti dalam pedoman dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan
sebagaimana

dirumuskan

dalam

Kerangkan

Nasional

Pengembangan

Kapasitas (KNP2K) adalah (1) mengakselerasi pelaksanaan desentralisasi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku (2) penataan secara proporsional tugas,
fungsi, sistem keuangan, mekanisme dan tanggung jawab dalam rangka
peningkatan kapasitas daerah (3) bmobilisasi sumber-sumber dana pemerintah,
daerah dan lainnya (4) penggunaan sumber-sumber dana secara efektif dan
effisien. Ruang lingkup peningkatan kapasitas mencakup tiga tingkatan yaitu (1)
tingkatan sistem

yang

berupa

perumusan kembali

kerangka kebijakan

pengaturan bagi tercapainya tujuan-tujuan kebijakan tertentu (2) tingkatan
kelembagaan, menyangkut struktur organisasi, proses pengambilan keputusan,
proses pengambilan keputusan, mekanisme tta kerja dan tata hubungan (3)

210