DOCRPIJM 1501390895BAB 6 Aspek Kelembagaan
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumberdaya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.
6.1. Kerangka Kelembagaan 6.1.1. Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya.
Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota.
1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah
Dalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya, dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dan daya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan otonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melalui
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T Pemerintah Daerah.
Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasarana penunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.
2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan PP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajiban untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota. PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepada Pemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang Cipta Karya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal
7 Bab III, yang berbunyi : “(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. (2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnya adalah bidang pekerjaan umum”.
Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidang wajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJM sebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.
3. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Daerah.
Berdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga, Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T sub- bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.
4. Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014.
Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataan kelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaan sistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dan aparaturnya. Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuh upaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansi pemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapan e-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemen kinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerah diharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan dengan menyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, dan mendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.
5. Peraturan Presiden RI No. 81 Tahun 2011 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025.
Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan Pembinaan Reformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini, reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012, dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuan pemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenai mekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaan pelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah. Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telah dimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3 (tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dan disesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri dari sembilan program, yaitu :
a. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemen perubahan dan strategi
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi dan internalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi; b. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataan berbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan oleh K/L dan Pemda c. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugas dan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi, tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;
d. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugas dan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government; e. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistem rekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standar kompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;
f. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP);
g. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi dan penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU); h. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan pada unit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.
i. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.
6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 Tentang Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan
Nasional. Di dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruh proses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan fungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah. Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugasdan fungsi, serta kewenangan masing-masing. Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/2010 Tentang Peraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota.
Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke- PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalam dokumen RPIJM Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalam koordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkan Bupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah Peraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkat daerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerah adalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPD Provinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.57 Tahun 2010 tentang Pedoman Standar Pelayanan Perkotaan.
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasar untuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standar pelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.
10. Kepmen PAN No.75 tahun 2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalam menghitung kebutuhan
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangka penyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokok yang harus diperhatikan adalah : beban kerja, standar kemampuan rata-rata, dan waktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan dan pengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakan dan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan
Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.
6.1.2. Kondisi Kelembagaan Saat Ini.
Kondisi kapasitas Pemerintah Daerah dilihat dari aspek kelembagaan perangkat Daerah yang telah dibentuk dengan Peraturan Daerah terdiri dari: 3 (tiga) lembaga staf; 17 (tujuh belas) dinas daerah; dan lembaga teknis yang terdiri dari 8 (delapan) badan; 5 (lima) kantor; 13 (tiga belas) kecamatan dan 17 (tujuh belas) kelurahan. Sedangkan jumlah personil, secara keseluruhan jumlah pegawai negeri sipil (PNS) hingga Desember 2009 terdapat sebanyak 5.963 orang dengan jumlah calon pegawai negeri sipil sebanyak 286 orang. Dari jumlah PNS yang ada, komposisi menurut kepangkatan/golongan adalah golongan I: 111 orang; golongan
II: 2.387 orang; golongan III: 2.737 orang dan golongan IV: 728 orang. Dari tingkatan jabatan/eselonering dapat diketahui dari Tabel 6.1 berikut :
Tabel 6.1. Jumlah Tingkatan Jabatan/Eselonering di Kabupaten SikkaB ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
Satuan Kerja Perangkat Daerah di Kabupaten Sikka, kemudian direvisi dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah nomor 08 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, dengan diterbitkannya 6 (enam) Perda, yaitu Perda nomor 8-13 tahun 2005. Berdasarkan Perda tersebut, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari 2 (dua) lembaga staf yaitu: Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan. 10 (sepuluh) Dinas Daerah yaitu: Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan dan Keluarga Berencana, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perhubungan dan Pariwisata, Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal, Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi Kependudukan dan Catatan Sipil.
Lembaga Teknis Daerah berbentuk Badan terdiri dari 4 (empat) Badan yaitu: Bappeda, Banwas, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, dan Badan Kepegawaian Daerah. Lembaga Teknis Daerah berbentuk Kantor, terdiri dari 5 (lima) Kantor yaitu: Pusat Data, Informasi dan Komunikasi; Pemberdayaan Masyarakat; Kesatuan Bangsa dan Politik; Kesejahteraan Sosial dan Satuan Polisi Pamong Praja. 1 unit Rumah Sakit Umum Daerah. Selain itu, terdapat 21 (Dua Puluh Satu) kecamatan dan 13 (Tiga Belas) kelurahan dan 147 (Seratus Empat puluh Tujuh) Desa.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kabupaten Sikka, sampai dengan Bulan Desember 2005 dapat dilihat dalam Tabel II-16. Pada tahun 2005, jumlah PNS di Kabupaten Sikka adalah 4.715 orang, dengan rincian Golongan I: 81 orang (terdiri dari 68 orang laki-laki dan 13 orang perempuan), Golongan II: 1.578 orang (terdiri dari 965 orang laki-laki dan 603 orang perempuan), Golongan III: 2.567 orang (terdiri dari 1.673 orang laki-laki dan 894 orang perempuan), dan Golongan IV: 489 orang (terdiri dari 287 orang laki-laki dan 202 orang perempuan).
Tabel 6.2. Jumlah PNS Kabupaten Sikka, Pada Instansi Dinas Otonom di Kabupaten Sikka, 2015
Instansi/ Dinas Otonom Golongan Jumlah
NoI II
III
IV
1
2
3
4
5
6
7
01, Sekretariat Kab, Sikka
5
74
70 14 163 02, Sekretaris DPRD
6
12
11
5
34
- No
Instansi/ Dinas Otonom Golongan Jumlah
40
4
1
14
6
37
4
5
- 2
5
4
9
3
- 7
- 13
- 2
- 1
- 1
- 1
- 1
- 1
- 1
24
5
6 599
4
4
5
5
11
6
8
6
9
42 113
18
9
12 111
7
7
7
11
12
8
11
9
14
13
5
5
19
34
32 267
87
45
36
26
90 101 169
35
29
42 320
13
18
15
16
25
60
90
1
1
1
1
63
1
1
1
1
48 641
21
18
22
19
31
21
27
1
18
17
2
5
1
18
2
17
1
6
1
2
9
27
13
5
3
19 384
3
11
7
3
B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
I II
III
IV
1
2
4
7
5
6
7
03, 04, 05, 06, 07, 08, 09, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40,
Sekretariat KPU Sekretariat KORPRI Inspektorat BPPPMD Sikka BPM Badan Kesbangpol BAPEDALDA Badan Kepegawaian Daerah Dinas Kesehatan Dinas Kimpraswil Dinas Koperasi & UKM Dinas Perhubungan Darat Dinas TenakerTrans Dinas P dan K Dinas Kehutanan Dinas Kelautan & Perikanan Dinas Pariwisata Dinas Kesejahteraan Sosial Dinas Pendaftaran Penduduk Dinas Pendapatan Dinas Pertanian Dinas Perindag Dinas Kebersihan & Pertamanan Kantor Satuan Pol,PP RSUD dr T,C,Hillers Kecamatan Paga Kecamatan Mego Kecamatan Bola Kecamatan Talibura Kecamatan Kewapante Kecamatan Waigete Kecamatan Nelle Kecamatan Palue Kecamatan Alok Kecamatan Nita Kecamatan Magepanda Kecamatan Alok Timur
1
3
39
26
26
14
9
8
8
4
23
9
11
7
19
23 241
37
17
21
18 1 463
56
4
9
8 192
12
27
13
12
4
16
51
45
10
7
27 191
4
10
5
6
13
9
- 1
18
- No
Instansi/ Dinas Otonom Golongan Jumlah
6
1
5
5
6
6
7
8
7
6
16
7
7
7
6
6
9
6
8
15
17
8
8
Sumber : Kabupaten Sikka Dalam angka 2010
6 JUMLAH / Total 111 2 387 2 737 728 5 963
6
8
7
8
9
9
9
17
7
8
10
10
13
13
14
16
8
9
Profesionalisme birokrasi daerah ditunjukkan pula dengan data eksisting tingkat pendidikan aparatur. Data tersebut, secara rinci dapat dilihat dalam tabel 7.2. Prosentase PNS dengan tingkat pendidikan SMA/Sederajad merupakan kelompok terbesar yaitu mencapai 53,3 % dari 4.715 PNS di Kabupaten Sikka pada tahun 2005. Proporsi tersebut cukup sebanding dengan akumulasi PNS yang berpendidikan SD dan SLTP yaitu 5,3 % dan yang berpendidikan sarjana (S-1) 14,6 %. Walaupun demikian, jika diakumulasi kelompok PNS berijasah Diploma 1 sampai dengan Magister (S-2) yaitu 41,3 %, dapat dinyatakan kelompok PNS yang berpendidikan tinggi cukup signifikan untuk diorientasikan bagi profesionalisme birokrasi daerah.
4
1
Kecamatan Alok Barat Kecamatan Koting Kecamatan Kangae Kecamatan Hewokloang Kecamatan Waiblama Kecamatan Mapitara Kecamatan Doreng Kecamatan Tanawawo Kelurahan Nangameting Kelurahan Waioti Kelurahan Beru Kelurahan Wairotang Kelurahan Kota Baru Kelurahan Kabor Kelurahan Madawat Kelurahan Nangalimang Kelurahan Kota Uneng Kelurahan Wailiti Kelurahan Wolomarang Kelurahan Hewuli Kelurahan Wuring
9
7
6
5
3
9
2
1
IV
III
I II
B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
6
41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61,
1
1
1
8
1
1
9
- 3
2
1
3
4
7
4
1
8
- 1
2
- 5
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
Tingkat pendidikan PNS, mengalami perubahan yang berkecenderungan tidak diintervensi untuk profesionalisme birokrasi daerah. Dalam tahun 2007, PNS dengan pendidikan SD 4,1 %. PNS dengan pendidikan SLTA/sederajad mengalami peningkatan menjadi 56,3 %, sedangkan yang berpendidikan sarjana (D-1 sampai dengan -2), mengalami penurunan menjadi 39,6 %.
Tabel 6.3 Jumlah PNS Kabupaten Sikka berdasarkan Tingkat Pendidikan, Tahun 2005 – 2007No Tingkat Pendidikan 2005 2006 2007 JLH % JLH % JLH %
1 SD 97 2,1 87 1,8 79 1,5
2 SMTP 150 3,2 149 3,1 136 2,6
3 SMTA 2.514 53,3 2.753 57,2 2.898 56,3
4 D – 1 139 2,9 169 3,5 157 3,1
5 D – 2 665 14,1 563 11,7 624 12,1
6 D – 3 431 9,1 426 8,8 459 8,9
7 D – 4
- 8 Sarjana 689 14,6 637 13,2 749 14,5
9 Magister 30 0,6 33 0,6 49 1,0
10 Doktoral - - - - - - JUMLAH 4.715 100 4.817 100 5.151 100
Sumber: BKD Kabupaten Sikka
Data Pendidikan dan Latihan Struktural, menunjukkan trend yang sama. Pada tahun 2005, terdapat 93 jabatan eselon III-A yang lowong atau belum diisi. Pada tahun yang sama PNS yang mengikuti PIM III (Pendidikan penjenjangan untuk mengisi jabatan Eselon III), hanya terdiri dari 15 orang. Dengan demikian akan terdapat gap yang semakin besar antara kapasitas PNS dengan jabatan yang diisi. Bukan tidak mungkin untuk mengisi jabatan yang lowong, PNS yang bersangkutan belum mengikuti penjenjangan Struktural PIM III. Akan tetapi lebih karena memenuhi persyaratan kepangkatan/golongan. Demikian juga untuk pengisian jabatan eselon IV A. Di tahun 2005 terdapat 202 jabatan Eselon IV A yang lowong. Akan tetapi mereka yang mengikuti Diklat Pim IV (Pendidikan penjenjangan untuk mengisi jabatan Eselon IV), hanya mencakup 39 orang. Data pada tabel II-15, dapat dilihat untuk dibandingkan dengan data pada tabel 6.4.
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
No Diklat Struktural 2005 2006 2007
1 ADUM / PIM IV
39
40
39
2 ADUMLA / SPAMA / PIM III
15
13
20
3 SPAMEN/ PIM II
2 3 -
5 SPATI
- JUMLAH
54
55
62 Sumber: BKD Kabupaten Sikka Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan upaya perbaikan/ peningkatan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah (otonomi daerah), pasca desentralisasi pemerintahan, terindikasi dari penyempurnaan secara bertahap penataan kelembagaan Satuan Kerja Perangkat Daerah. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan dan Perumusan Organisasi Perangkat Daerah, PPRI Nomor 8 tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah, selanjutnya direvisi dengan PPRI Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, membuktikan adanya upaya terus menerus untuk menyempurnakan aspek kelembagaan birokrasi daerah dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.
Berdasarkan PPRI Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Besaran organisasi perangkat daerah ditetapkan berdasarkan variabel: a) Jumlah Penduduk; b) Luas Wilayah, dan c) Jumlah APBD. Dalam lampiran regulasi tersebut, dinyatakan tentang sistematika perhitungan penetapan skor, sebagai dasar penetapan jumlah besaran organisasi pasal 21 - PP 41 tahun 2007.
Sesuai PP 41 tahun 2007 pemaknaan secara struktural dan fungsional Organisasi Perangkat Daerah diuraikan sebagai berikut. Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang bertugas dan berkewajiban membantu Bupati/ Walikota dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD, yang bertugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengkoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Karena itu, Dinas Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi daerah
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
dan tugas pembantuan. Lembaga Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala Daerah. Karena itu, tugas utamanya adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Kecamatan merupakan wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah kabupaten dan daerah kota. Tugas utamanya adalah melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota. Kelurahan/Desa merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah Kabupaten/kota dalam wilayah kecamatan.
Mengacu pada PP 41 tahun 2007 makan secara substansif komposisi SKPD akan mengalami perubahan pada Dinas Daerah dari 10 dinas menjadi 12 Dinas, yaitu Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Perhubungan, Dinas Pariwisata, Komunikasi dan Informatika, Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, dan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.
Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Badan direvisi dari 4 (empat) menjadi 6 (enam) badan yaitu: Bappeda, Inspektorat Daerah, Badan Kepegawaian Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan KB, Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat, dan Badan Ketahanan Pangan. Sedangkan Lembaga Teknis Daerah yang berbentuk Kantor direvisi dari 5 (lima) menjadi 4 (empat) kantor, yaitu: Kantor Pusat Data, Arsip dan Perpustakaan, Kantor Lingkungan Hidup, dan Satuan Polisi Pamong Praja serta RSUD.
6.1.3. Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya
Penyelenggaraan Urusan wajib Pekerjaan Umum dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sikka yang eksistensi kelembagaannya dibentuk dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 7 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Sikka Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah. Sesuai peraturan daerah di atas maka tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pekerjaan Umum yakni melaksanakan sebagian urusan rumah tangga daerah bidang pekerjaan umum.
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi serta menjalankan tugas pokok dan fungsinya, komponen pendukung (Inputs) pada Dinas Pekerjaan Umum sebagai berikut :
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
- Sumber Daya Manusia Jumlah pegawai sebanyak 76 orang yang terdiri dari :
- Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 51 orang dengan latar belakang pendidikan Magister 2 orang, Strata I Teknik 14 orang (S1 Teknik Sipil 9 orang, S1 Teknik Arsitektur 2 orang, S1 Teknik Pengairan 1 orang, S1 Teknik Mesin 2 orang), Strata I Akuntansi 1 orang, Diploma III Teknik 3 orang, Diploma III Teknik Sipil 1 orang, Diploma III Teknik Mesin 1 orang, Diploma III Teknik Arsitektur 1 orang), Diploma III Akuntasi 1 orang, SLTA (STM,SMA/SMU, SMEA) 24 orang, SLTP 5 orang, SD 2 orang.
- Tenaga Harian Lepas sebanyak 25 orang dengan latar belakang pendidikan dari 10 orang sarjana teknik, 2 orang Diploma III teknik, 3 orang STM, 7 orang SLTA, 3 orang SD.
6.1.4. Analisa Kelembagaan
Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT
Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T)
- Analisa SWOT
ANCAMAN (T)
b. rendahnya koordinasi antar instansi c. Disiplin & etos kerja yg rendah d. Terbatasnya SP, sep : alat kantor, alat laboratorium, transportasi
Strategi SO (Kuadran 1) a.
Penataan unit2 pengelola b. Penataan kembali personil c. Membentuk perangkat hukum yg mengatur posisi kelmbagaan d.
Mengadakan SP sesuai analisis kebutuhan Strategi ST (Kuadran 2) a.
Perlu adanya komitmen kuat dari semua PNS dalam bekerja b.
Penerapan sistem pembinaan karier pegawai yang lebih adil sesuai jenjang karier.
a. kurang SDM yg terampil
Mengadakan bimtek dan bantek b. Membuat Perda terkait penyelengaraan kegiatan c. Merumuskan pedoman kinerja aparatur d. Menyusun Standard Operating Prosedur (SOP) dan Standard Pelayanan Minimal (SPM) dalam pengelolaan Prasarana dan Srana bidang PU/Cipta Karya e.
Strategi WO (Kuadran 3) a.
b. kesadaran moral dan etos kerja yg rendah KEKUATAN (S) a.
Pengadaan kendaraan operasional sesuai dengan kebutuhan f.
Pengadaan alat-alat penunjang kegiatan seperti alat ukur digital, peralatan laboratorium teknik (Air, Tanah dan Bahan Bangunan)
Strategi WT (Kuadran 4)
a. Penataan kembali personil berdasarkan klasifikasi kemampuan & keahlian b. Membenahi sistem manajemen dan administrasi Pemerintah menuju sistem yang transparan. Responsif, efesien dan efektip.
c.
Pembenahan dan penyempurnaan sistem insentif dan disentif dalam rangka memotivasi kinerja.
Jumlah Pegawai b. Sarana + Prasarana c. Pendidikan Ketrampilan (Skill)
a. SDM yang kurang berkualitas
B ID AN G CIP T A K AR Y A K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
Meningkatkan peluang untuk mengatasi kelemahan
INTERNAL FACTOR
EXTERNAL FACTOR Strength - S (Kekuatan)
Weakness - W (Kelemahan)
Oportunities - O (Peluang)
SO - Strategies
Menggunakan Kekuatan untuk memperbesar peluang
WO - Strategies
Threats - T (Ancaman)
d. peningkatan sarana & prasarana (SP)
ST - Strategies
Memanfaatkan kekuatan untuk menghindari ancaman
WT - Strategies
Meminimalisir kelemahan dan menghindari ancaman
Faktor External Faktor Internal PELUANG (O)
a. membentuk unit pengelola
b. membuat perangkat hukum
c. menambah PNS
KELEMAHAN (W)
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
6.1.5. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 6.5.
Tabel 6.5.Pelatihan Bidang Cipta Karya
No Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan
10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara
13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
17 Diklat Jabatan Fungsional
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
6.1.6. Rencana Pengembangan Tata Laksana
Rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT diatas antara lain diperlukan untuk evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya. Adapun rencana pengembangan Tata laksana yang diusulkan adalah : a. Membuat peraturan Daerah yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan ke-Cipta Karya-an.
b. Menyusun Standard Operating Prosedur (SOP) dan Standard Pelayanan Minimal (SPM) dalam pengelolaan Prasarana dan Srana bidang PU/Cipta Karya c. Mengembangkan dan merumuskan moral dan etos kerja sebagai pedoman dalam kinerja aparatur.
d. Membenahi sistem manajemen dan administrasi Pemerintah menuju sistem yang transparan.
Responsif, efesien dan efektip.
6.1.7. Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
Rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, mengacu pada analisis SWOT, antara lain : 1.
Peningkatan Sumber Daya Manusia : a. Menambah jumlah PNS Dinas Kimpraswil yang berkualifikasi teknis bidang ke-Cipta Karya-an.
b. Melakukan Bimbingan Teknis dan Bantuan teknis dalam rangka transfer of knowledge baik manajemen pengelolaan prasarana dan Sarana maupun pelatihan-pelatihan teknis bidang PU/Cipta Karya.
c. Penerapan sistem pembinaan karier pegawai yang lebih adil sesuai jenjang karier.
d. Pembenahan dan penyempurnaan sistem insentif dan disentif dalam rangka memotivasi kinerja.
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja Pengadaan kendaraan operasional sesuai dengan kebutuhan
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
Pengadaan alat-alat penunjang kegiatan seperti alat ukur digital, peralatan laboratorium teknik (Air, Tanah dan Bahan Bangunan) Pengadaan Perpustakaan Dinas.
Selain itu, rencana pengembangan SDM dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel berik
Tabel 6.7. Pelatihan Bidang Cipta KaryaNo Jenis Pelatihan
1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat, Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis
2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara
3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III
4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan Lingkungan
5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan Bangunan Gedung dan Lingkungan
6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL
7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi
8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan
9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan
10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan
11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana
12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara
13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN
14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai
15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai
16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS)
17 Diklat Jabatan Fungsional
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
Tabel .6.8. Rangkuman Rencana Aksi Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
ASPEK STRATEGI RENCANA AKSI KELEMBAGAAN
a. Penataan unit2 pengelola Penataan kembali penempatan personil kerdasarkan kualifikasi kemampuan dan b. Membenahi sistem manajemen dan keahliannya disesuaikan dengan bidang tugasnya.
administrasi Pemerintah menuju sistem Membentuk unit-unit pengelola kegiatan sesuai dengan bidang kegiatan yang ada.
yang transparan. Responsif, efesien dan
Organisasi Membentuk perangkat hukum yang mengatur posisi dan fungsi kelembagaan demi
efektip. terjaminnya kualitas dan pola kebijaksanaan.Pembenahan & penyempurnaan sistem
c. Mengadakan sarana dan prasarana pendukung sesuai dengan analisis kebutuhan insentif dan disentif dalam rangka yang mendukung peningkatan kinerja. memotivasi kinerja.
a. Membentuk perangkat hukum yg mengatur Membuat peraturan Daerah yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan ke-Cipta posisi kelmbagaan Karya-an.
b. Mengadakan SP sesuai analisis kebutuhan Menyusun Standard Operating Prosedur (SOP) dan Standard Pelayanan Minimal Mengadakan bimtek dan bantek
c. (SPM) dalam pengelolaan Prasarana dan Srana bidang PU/Cipta Karya
d. Membuat Perda terkait penyelengaraan Mengembangkan & merumuskan moral dan etos kerja sebagai
Tatalaksana kegiatan pedoman dalam kinerja aparatur.
e. Merumuskan pedoman kinerja aparatur Membenahi sistem manajemen dan administrasi Pemerintah menuju sistem yang Menyusun Standard Operating Prosedur f. transparan. Responsif, efesien dan efektip.
(SOP) dan Standard Pelayanan Minimal (SPM) dalam pengelolaan Prasarana dan Srana bidang PU/Cipta Karya
1.Peningkatan SDM Menambah jumlah PNS Dinas Kimpraswil yg berkualifikasi teknis Melakukan Bimbingan Teknis dan Bantuan teknis dalam rangka transfer of knowledge
baik manajemen pengelolaan prasarana dan Sarana maupun pelatihan-pelatihan teknis bidang PU/Cipta Karya.
a. Penataan kembali personi Penerapan sistem pembinaan karier pegawai yang lebih adil sesuai jenjang
b. Perlu adanya komitmen kuat dari semua
karier.
PNS dalam bekerjaSumber Daya
Pembenahan dan penyempurnaan sistem insentif dan disentif dalam rangka Penataan kembali personil berdasarkan c.
Manusia memotivasi kinerja. klasifikasi kemampuan & keahlian
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Kerja Pengadaan kendaraan operasional sesuai dengan kebutuhan
Pengadaan alat-alat penunjang kegiatan seperti alat ukur digital, peralatan
laboratorium teknik (Air, Tanah dan Bahan Bangunan) Pengadaan Perpustakaan Dinas.
6.2. KE RANGKA RE GULASI
Kerangka regulasi diarahkan untuk memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku penyelenggaraan pembangunan serta masyarakat termasuk swasta. Kerangka regulasi itu dapat berupa undang-undang, Peraturan Pemrintah, Peraturan Presiden, Instruksi Presiden atau Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta regulasi produk kabupaten/kota. Regulasi–regulasi yang sudah ada dan sementara berlaku di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten/kota, diuraikan pada tabel .... (terlampir)
B ID AN G CIP T A K AR Y A
- K AB . S IK K A - P R OVIN S I N T T
Meskipun peraturan-peraturan yang dimiliki kabupaten sikka terkait AM, Sanitasi, Penataan Bangunan dan kumuh sudah ada, namun belum berjalan maksimal sesuai yang diharapkan. Bahkan aturan-aturan yang sudah itu belum sepenuhnya menyentuh persoalan-persoalan yang dihadapi seperti :
Belum ada aturan atau sansksi dari pemerntah terkait pengelolaan air minum, pengelolaan sanitasi o Belum ada aturan tentang pencegahan bertambahnya kawasan kumuh baru o Belum ada kebijakan atau kerjasama yang mengikat dunia usaha dalam sistem pengelolaan air o minum maupun sanitasi Kurang SDM dan partisipasi pemangku kepentingan didalam membuat suatu produk/aturan yang o mengikat terkait pengelolaan air minum dan sanitasi. Peraturan sudah ada tapi belum dijalankan secara maksimun (Perda BG, IMB dll) o