DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Keluarga Islam

  

DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR

(Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Keluarga Islam

Oleh:

Fuat Mubarok

  

211 12 044

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI

  ’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA 2017

  

DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR

(Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Keluarga Islam

  

Oleh:

Fuat Mubarok

211 12 044

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA 2017

NOTA PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Fuat Mubarok NIM : 21112044 Judul : DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR

  (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 13 Maret 2017 Pembimbing, Evi Ariyani, S.H., M.H.

  NIP.197311172000032002

KEMENTERIAN AGAMA

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH Jl. Nakula Sadewa V No.9 Telp.(0298) 3419400 Fax 323433 Salatiga 50722 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

  

PENGESAHAN

Skripsi Berjudul:

DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR

(Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

  Oleh: Fuat Mubarok

  NIM : 21112044 T elah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri

  (IAIN) Salatiga, pada hari Jum‟at, tanggal 24 Maret 2017, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana dalam Hukum Islam.

  Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Muh. Hafidz, M. Ag. ....................................

  Sekretaris Sidang : Evi ariani, S.H., MH. ................................... Penguji I : Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si. .................................... Penguji II : Sukron Ma ....................................

  ‟mun, S.HI., M. Si.

  Salatiga, 30 Maret 2017 Dekan Fakultas Syari‟ah Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

  NIP.19670115 199803 2 002

PERNYATAN KEASLIAN

  Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Fuat Mubarok NIM : 21112044 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas :

  Syari‟ah Judul Skripsi : DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DI BAWAH

  UMUR (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016)

  Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 10 maret 2017 Yang menyatakan Fuat Mubarok 21112044

  

MOTTO

“Never Stop Dreaming To Achieve It Despite The Bitter Reality Of

Life Face”

“Jangan Pernah Berhenti Bermimpi Hingga Meraihnya Walau Pun

  

Pahit Kenyatan Hidup Ini Hadapi “

PERSEMBAHAN

  Untuk Ayah Ibu tercinta yang selalu memberikan doa, kasih sayang tak terhingga sepanjang masa serta semangat menjalani hari untuk saya sehingga sampai detik ini saya dapat menyelasaikan skripsi ini untuk mendapat gelar sarjana Hukum Islam

Kakak terhebat saya Nurul Azizah pendukung dalam hidup saya dari

saya kecil hingga kini senantiasa membantu sekuat tenaga juga kakak

Khoirul Basyar. Tanpa kalian aku bukanlah apa apa

  

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum, Wr. Wb.

  Puji syukur kami ucapkan atas nikmat Allah SWT Sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi berjudul Dispensasi Nikah Bagi Anak Dibawah Umur (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016). Skripsi ini diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam.

  Tidak lupa saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini. Kelancaran penulisan skripsi ini selain atas kehendak Allah SWT, juga berkat dukungan pembimbing, orang tua dan kawan-kawan.Untuk itulah saya ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi.

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Negeri Salatiga yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi

  3. Bapak Sukron Ma ’ mun, M.SI. selaku ketua Jurusan Ahwal Al- Syakhshiyah IAIN Salatiga.

  4. Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H.Selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan serta ilmunyayang tak ternilai kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Drs. Moch. Rusdi, MH selaku narasumber wawancara di

  Pengadilan Agama Salatiga yang telah meluangkan waktu, berbagai ilmu dan pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi

  6. Keluarga saya, kedua orang tua saya di rumah, yang doanya tidak putus- putus mengalir untuk anaknya, kakak saya azizah dan basyar terimakasih telah mendukung membantu secara materiil dan moril sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  7. Seluruh teman-teman Jurusan Syari‟ah angkatan 2012, wawan, ilham, kholik. Yang telah mendengarkan keluh kesah saat menyusun dan memacu motivasi saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

  8. Sahabat sahabat Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang telah memberikan berbagai wawasan dan pengetahuan, Pengasuh Pondok Al ghrufron serta seluruh teman temantidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

  Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi yang positif agi semua pihak, terutama bagi mahasiswa fakultas Syari‟ah dan jurusan Akhwal Syakhshiyyah.

  Wassalamu alaikum ,Wr. Wb Salatiga 10 maret 2017 Fuat Mubarok

  

ABSTRAK

  Mubarok, Fuat 2017. Dispensasi Nikah Bagi Anak Dibawah Umur (Studi

  Putusan di Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-2016),

  Skripsi. Fakultas Syari ‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut

  Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Evi Ariyani, S.H., M.H.

  Kata Kunci: Nikah, Dispensasi, Dibawah Umur.

  Dispensasi nikah merupakan pengecualian aturan atau hukum yang di berikan kepada pemohon untuk melangsungkan pernikahan. Dalam penelitian ini penulis mengupas tentang putusan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga pada tahun 2013 hingga tahun 2016. Fokus rumusan masalah yang di teliti yaitu : 1. Apakah Faktor yang melatar belakangi di ajukanya permohonan dispensasi nikah di bawah umur ? 2. Apakah pertimbangan hakim dalam penetapan dispensasi nikah di bawah umur di Pengadilan Agama Salatiga?

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif analisis. Sifat deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan analisa data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti. Dalam hal ini untuk menggambarkan semua hal yang berkaitan tentang permohonan dispensasi nikah selama tahun 22013 hingga 2016 di Pengadilan Agama Salatiga.

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang melatar belakangi permohonan dispensasi nikah yaitu sudah dalam kondisi hamil. Latar belakang kekhawatiran orang tua terhadap anaknya yang berpacaran terlalu lama akan melanggar norma syari‟at Agama. Pendidikan yang rendah sehingga tidak ada aktifitas belajar dan bekerja karena lemahnya ekonomi, serta calon mempelai sudah siap lahir batin. Pertimbangan hukum hakim dalam memberikan dispensasi nikah adalah yaitu terdapat pasal 7 ayat 2 Undang Undang No.1 Tahun 1974 tentang dalam hal penyimpangan terhadap batas umur menikah dapat meminta dispensasi kepada Pengadilan atau Pejabat lain yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun pihak wanita. pertimbangan hakim di luar hukum menggunakan konsep mashlahah mursalah karena ketentuan pembatasan umur dan dispensasi nikah tidak dijelaskan di dalam nash, tetapi kandungan maslahatnya sejalan dengan tindakan syara

  ‟ yang ingin mewujudkan kemaslahatan bagi pemohon (kedua calon mempelai beserta keluarga) karena hamil dahulu. Kekhawatiran orang tua yang sudah tidak dapat di tawar oleh Hakim. Tidak semua permohonan dispensasi nikah diterima oleh hakim dengan pertimbangan kesiapan mental dan fisik calon, syarat administrasi, tidak menghadiri persidangan yang telah di panggil secara resmi oleh Pengadilan Agama Salatiga.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ............................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................. iv

  v HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..........................................

  

KATA PENGANTAR ................................................................................... vi

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .................................................................................................. ix

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ....................................................

  B.

  5 Rumusan Masalah .............................................................

  C.

  6 Tujuan Penelitian ..............................................................

  D.

  6 Manfaat Penelitian ............................................................

  E.

  7 Penegasan Istilah ................................................................

  F.

  Tinjauan Pustaka ................................................................ 8 G.

  9 Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan ...........................

  H.

  Sistematika Penulisan Skripsi ............................................ 13

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pernikahan ........................................................ 15 B. Tujuan Pernikahan ............................................................. 29 C. Prinsip serta Syarat Sah Nikah Menurut Undang Undang no.1/1974 dan Menurut Hukum Islam ...............................

  21

  D.

  Hukum Nikah ..................................................................... 34 E. Pernikahan Usia Dini Dalam Perspektif Agama dan Menurut Undang Undang .................................................

  48 F. Dispensasi NikahDampak Dari Pernikahan Dini ............... 42

  BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tentang Pengdilan Agama Salatiga ..... 46 B. Gambaran Umum Tentang Dispensasi Nikah di Bawah Umur Tahun 2013 -2016 di Pengadilan Agama Salatiga .

  ........................................................................................... 51 C. Faktor yang Melatar Belakangi Diajukanya Permohonan Dispensasi Nikah di Bawah Umur ....................................

  70 D. Pertimbangan Hakim Dalam Memberikan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Salatiga ................................

  76 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Latar Belakang Permohon Dispensasi Nikah Di Pengadilan Agama Salatiga ..............................................

  85 B. Analisis Pertimbangan Hakim Memberi Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Salatiga ...............................

  98 BAB V KESIMPULAN A.

  Kesimpulan .................................................................. 98 B. Saran ............................................................................ 99

  

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 100

LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Institusi pernikahan telah berjalan lama, mulai sebelum tersistematik

  dari nabi adam hingga tersusun kitab secara komplek setelah datangnya Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah untuk menyempurnakan umat manusia bergama, aqidah, fiqih, beribadah sesama manusia yang menjadi pedoman manusia dalam berkehidupan didunia sampai akhirat.

  Agama Islam banyak mengatur tentang hal perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dunia maupun akhirat kelak sesuai degan anjuran dan syariat Islam atas ridho Allah SWT. Serta tujuan lain ialah untuk menyalurkan syahwat manusia agar tidak terjerumus dari godaan dan rayuan syaitan menuju jurang kemaksiatan, menjaga nama baik dalam bermasyarakat serta yag paling penting ialah meneruskan keturunan untuk masa depan dengan cara yang sah menurut Agama dan Negara.Dalam Al Qur‟an Allah SWT berfirman:

  ۚ ِتاَبِّيَّطلا َنِم ْمُكَقَزَرَو ًةَدَفَحَو َينِنَب ْمُكِجاَوْزَأ ْنِم ْمُكَل َلَعَجَو اًجاَوْزَأ ْمُكِسُفْ نَأ ْنِم ْمُكَل َلَعَج ُوَّللاَو ِلِطاَبْلاِبَفَأ

  َنوُرُفْكَي ْمُى ِوَّللا ِتَمْعِنِبَو َنوُنِمْؤُ ي

  “Bagi kalian Allah menciptakan pasangan-pasangan (istri-istri) dari jenis kalian sendiri, kemudian dari istri-istri kalian itu Dia ciptakan bagi kalian anak cucu keturunan, dan kepada kalian Dia berikan rezeki yang baik-baik “(QS. An Nahl (16) : 72).

  Dari ayat diatas penulis menyimpulkan bahwa allah memberikan nikmat-Nya, yang telah Dia karuniakan pada hamba hambaNya, dimana Dia menjadikan istri-istri dari jenis kelamin mereka sendiri. Seandainya Allah memberikan dari jenis kelamin lain, niscaya tidak akan terwujud keharmonisan, cinta dan kasih sayang. Tetapi berkat rahmat dan kasih sayangNya, Allah menciptkan laki-laki dan perempuan berpasang pasangan, sehingga dapat mewujudkan anak dan cucu-cucu manusia.

  Melihat peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia dalam kaitan definisi nikah Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Tentang kompilasi Hukum Islam yang merumuskan demi kian : “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa”, sedangkan definisi perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang merumuskanya sebagai berikut : “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakanya merupakan ibadah ( Suna,2005:46).

  Telah dijelaskan bahwa pernikahan memiliki kedudukan yang signifikan yang sangat baik secara sosial dan keagamaan, maupun dari sudut pandang hukum. Atas dasar ini mudah dipahami jika ajaran Islam maupun Undang Undang mengatur hukum terkait perkawinan secara kompleks. Dalam Agama sbelum melangsungkan akad nikah, sepasang pengantin diperintahkan untuk melakukan kegiatan yang dinamakan serangkaian pendahuluan nikah dengan tujuan utama dari pernikahan itu sendiri yaitu mewujudkan keluarga sakinah yang abadi.

  Negara Indonesia dalam UU Perkawinan No.1 tahun 1974 telah menetapkan dasar dan syarat yang harus dipenuhi dalam perkawinan. Salah satu diantaranya adalah ketentuan dalam pasal 7 ayat (1) yang berbunyi: ”Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) Soimin,2013:18). tahun” (

  Akan tetapi walaupun batas umur di Indonesia relatif rendah, dalam pelaksanaannya sering tidak dipatuhi sepenuhnya. Sebenarnya untuk mendorong agar orang melangsungkan pernikahan diatas batas umur terendah, UU Perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 6 ayat (2) telah mengaturnya dengan berbunyi: “Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapatkan izin kedua orang tua” (

  Mathlub,2005:9).

  Salah satu pernikahan yang ideal adalah pernikahan yang kedua pasangan mencapai umur yang cukup. Namun ketika salah satu pasangan atau kedua pihak tidak mencapai umur akan melakukan pernikahan maka langkah selanjutnya adalah mengajukan Dispensasi Nikah atau Penetapan Nikah, agar pernikahanya disahkan oleh Kantor Urusan Agama (KUA) maka pihak Kantor Urusan Agama berhak menolak pernikahan tersebut atau menerima dengan syarat memintakan kedua calon mengajukan Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama setempat.

  Berbeda dengan hukum Islam, dalam hukum Islam sendiri tidak membahas secara spesifik tentang usia perkawinan. Begitu seorang memasuki masa baligh, maka sebenarnya ia sudah siap untuk menikah. Usia baligh ini menunaikan tugas-tugas biologis suami isteri. Demikian juga pada hukum Adat tidak ada ketentuan batas umur unuk melakukan pernikahan. Biasanya kedewasaan seseorang dalam hukum Adat diukur dengan tanda-tanda bangun tubuh, apabila seorang anak perempuan sudah haid, dadanya menonjol berarti dia sudah dewasa. Bagi laki laki ukuranya dilihat dari perubahan suara, postur tubuh dan sudah mengeluarkan air mani atau memiliki nafsu seks. Jadi berdasarkan hukum Islam pada intinya semua tingkatan umur dapat melakukan ikatan perkawinan atas keluesan dan tanda-tanda kedewasaan manusia.

  Pentingnya penetapan pernikahan dari pengadilan Agama sangat berdampak bukan hanya kepada kedua belah pihak pemohon tetapi juga masa depan bangsa, salah satunya agar tidak terjadi nikah sirri yang dapat menimbulkan rentan terhadap perceraian dan terjerumus dalam pergaulan bebas sehingga wanita hamil sebelum perkawinan.

  Permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga menerima banyak perkara dari tahun 2013 sampai tahun 2016. Hal tersebut di tengarai oleh beberapa faktor salah satunya pergaulan bebas yang kian menjamur di tengah masyarakat. Akibatnya para calon pasangan yang selayaknya masih bersekolah justru dipaksa berumah tangga sebelum memenuhi batasan usia minimal pernikahan. Data di Pengadilan Agama Salatiga menununjukan naik turun yang cukup banyak jumlah permohonan dispensasi nikah.

  Hakim dalam menetapkan hukum khususnya dispensasi pernikahan memerlukan pertimbangan yuridis maupun sosiologis dalam menyelesaikan perkara. Agar dapat menentukan keputusan yang nantinya tidak memperburuk keadaan keluarga pemohon dan keluarganya kedepanya.

  Dengan adanya penjelasan dan pemaparan diatas serta permasalahanya maka penulis dapat memberikan keterangan lebih luas dan lebih jelas agar dapat dibaca dan dipahami secara baik sehingga penulis memilih judul ini dan menjadikanya bahan penelitian yang baik menambahkan wawasan penulis khususnya dan kalangan publik umumnya. Judul yang dimaksud ialah

  “DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR( STUDI PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2013- 2016)” B. Rumusan Masalah

  Mengingat permasalahan yang dikemukakan dalam latar belakang masalah diatas sifatnya masih umum, untuk itu penulis merasa perlu membatasi masalah dengan jelas, agar dalam penelitian nantinya tidak terjadi kesimpang-siuran yang nantinya berakibat mengaburkan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Dengan demikian penulis hanya menfokuskan penelitian ini terhadap ”DISPENSASI NIKAH BAGI ANAK DIBAWAH UMUR (Studi Putusan Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2013-

  2016).” Sehubungan dengan itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Apakah faktor yang melatar belakangi diajukannya permohonan dispensasi nikah di bawah umur ?

  2. Apakah pertimbangan hakim dalam penetapan Dispensasi Nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Salatiga?

  C. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui faktor- faktor apa saja yang mendorong untuk pengajuan permohonan dispensasi nikah dan pertimbangan apa saja yang digunakan oleh hakim dalam menetapkan permohonan dispensasi nikah.

  D. Manfaat Penelitian

  Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap ada manfaat yang dapat diambil baik bagi penulis maupun bagi masyarakat pada umunya.

  Adapun manfaat dari penulisan skripsi ini yaitu :

1. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pada Hukum

  Perkawinan, khususnya pertimbangan hakim dalam memutuskan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan.

  2. Penelitian ini diharapkan dapat merumuskan cara yang tepat dalam hal penetapan hukum yang memperbolehkan adanya dispensasi nikah dibawah umur yang diperbolehkan oleh Pengadilan Agama Salatiga serta pengakuan yang sah dan baik Menurut Agama dan Negara.

  3. Dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai dispensasi nikah serta akan dapat memberikan pemahaman tentang baik buruknya persiapan nikah dan menunjukkan ke arah mana sebaiknya hukum di bina berhubung dengan perubahan-perubahan masyarakat.

  4. Terakhir dapat menambah ilmu pengetahuan dan pembentukan pola berpikir serta pemenuhan pra-syarat dalam menyelesaikan pembelajaran ilmu hukum Islam dalam bidang hukum keluarga (Ahwal Al-Syakhshiyah) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul, maka perlu penjelasan beberapa kata pokok yang menjadi inti penelitian. Adapun yang perlu penulis jelaskan adalah sebagai berikut:

  1. Dispensasi nikah adalah pengecualian dari aturan karena adanya pertimbangan khusus yang diberikan pengadilan Agama kepada calon mempelai yang belum cukup umur untuk melangsungkan perkawinan, bagi pria berumur kurang dari 19 tahun dan wanita berumur kurang dari 16 tahun.

  2. Anak dibawah umur menurut undang-undang perkawinan adalah mereka yang melangsungkan pernikahan sebelum mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun bagi seorang laki laki sedangkan perempuan belum mencapai umur 16 (enam belas) tahun.

3. Penetapan hakim adalah keputusan pengadilan atas perkara permohonan (volunter).

F. Tinjauan Pustaka

  Selain skripsi yang memiliki tema sama, peneliti juga menemukan judul skripsi yang memilki kaitan dengan masalah dispensasi nikah yaitu:

  Pertama Dispensasi Nikah Dibawah Umur (Studi kasus di pengadilan Agama

  Tangerang tahun 2009-2010) oleh Nurmilah Sari dengan fokus penelitian tentang bagaimana pengaplikasian Dispensasi Nikah di Pengadilan Agama Tangerang pada tahun 2009-2010. Perbedaan dengan skripsi saya pada fokus penelitian saya pada latar belakang permohonan dispensasi serta dasar penetapan hakim dalam menetapkan dispensasi nikah di pengadilan Agama Salatiga. Kedua Dispensasi Kawin Karena Hubungan Luar Nikah (Studi Penetapan Hakim di Pengadilan Agama Salatiga Tahun 2010) yang diangkat oleh Muhammad arba‟i. Berbeda dengan skripsi yang saya angkat dengan tahun yang berbeda dengan jumlah penetapan yang lebih banyak yang akan di teliti dan dianalisa sehingga mengetahui perkembangan selama tahun 2013- 2016 serta lebih relevan dengan zaman. Ketiga . Perkawinan Di Bawah Umur Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Analisis terhadap Pasal 7 Undang- undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974) oleh Siti Dayanti, dengan fokus penelitian tentang maksud perkawinan dan kedewasaan dalam perspektif hukum Islam, batas usia perkawinan dalam Undang-undangan Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, keterkaitan kedewasaan dengan tujuan perkawinan, dan perkawinan di bawah umur menurut Undang-undang Perkawinan dan hukum Islam. Perbedaannya peneliti merumuskan tentang faktor-faktor apa saja yang mendorong untuk mengajukan permohonan dispensasi nikah dan pertimbangan khusus apa yang digunakan oleh hakim dalam menetapkan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga pada tahun 2013-2016.

G. Jenis Penelitian dan MetodePendekatan 1.

  Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif Analisis. Sifat

  Deskriptif ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang baik, jelas, dan dapat memberikan analisa data secermat mungkin tentang obyek yang diteliti. Dalam hal ini untuk menggambarkan semua hal yang berkaitan tentang permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga.

2. Metode Pendekatan

  Penelitian ini mendasarkan pada penelitian hukum normatif (yuridis normatif). Penelitian hukum Normatif (yuridis normatif) ialah metode penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder dahulu kemudian dilanjutkan dengan mengadakan studi primer dilapangan menyangkut dispensasi nikah.

  Sedangkan Pendekatan Kualitatif berarti upaya melakukan kebenaran wilayah konsep mutu, yaitu dengan mendiskripsikan, menguraikan dan menganalisis perkara dispensasi nikah tahun 2013-2016 yang berada di Pengadilan Agama Salatiga sehingga ditemukan kesimpulan yang objektif, logis dan sistematis dengan tujuan yang dikehendaki penulis.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan penulis di Pengadilan Agama Salatiga Jl.

  Lingkar Selatan, Jagalan, Cebongan, Argomulyo, Salatiga, 50711. Peneliti memilih lokasi tersebut karena Pengadilan Agama Salatiga masih menerima, memproses, dan menetapkan permohonan dispensasi nikah. Dari bulan Januari 2013 sampai dengan Desember 2016 Pengadilan Agama Salatiga telah menerima dan menetapkan permohonan dispensasi nikah.

  4. Data dan Sumber Data Dalam sebuah penelitian, data merupakan hal pokok dan utama, karena hanya dengan adanya data penelitian dapat dilakukan. Adapun untuk mendapatkannya diperlukan sumber-sumber data yang tepat dan memadai. Sumber-sumber data yang digunakan penulis dalam rangka menggali data- data yang diperlukan, dipilah menjadi dua kategori, yaitu: a.

  Data Primer Data pokok yang dijadikan obyek kajian. Penelitian ini.Yaitu data-data yang menyangkut penetapan dispensasi nikah yang meliputi :

  1) Dokumentasi tentang penetapan dispensasi nikah di Pengadilan Agama

  Salatiga dari tahun 2013-2016. Penelitian dengan cara mengumpulkan dri lapangan yang ada relevansinya dengan masalah yang ada di Pengadilan Agama Salatiga. 2)

  Wawancara terhadap hakim pengadilan hakim pengadilan agama salatiga yang telah menangani dan mengabulkan perkara permohonan dispensasi nikah, teknik wawancara akan dilakukan secara terbuka dengan sebuah pedoman wawancara. Tekhnik ini dilakukan dengan cara agar dapat memperoleh data yang mendalam tentang tema yang menjadi objek sentral penelitian ini.

  b.

  Data Sekunder Data yang diperoleh dengan jalan studi kepustakaan atau dari dokumen-dokumen seperti Al-

  Qur‟an, buku-buku ilmiah, undang-undang kompilasi hukum islam (KHI) yang berhubungan erat dengan masalah yang diajukan, serta website resmi atau berita online.

5. Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data adalah proses untuk menghimpun data yang diperlukan, relevan serta dapat memberikan gambaran dari aspek yang akan diteliti baik penelitian pustaka ataupun penelitian lapangan. Dalam mengumpulkan data, penulis menggunakan metodologi penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung secara aktif di Pengadilan Agama Salatiga. Prosedurnya meliputi: a.

  Wawancara Wawancara adalah tanya jawab secara lisan terhadap informan dengan berhadapan secara langsung. Wawancara dilakukan peneliti kepada hakimPengadilan Agama Salatiga, dan panitera.

  b.

  Observasi Kegiatan ini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan terhadap informasi yang didapat selama melakukan penelitian. Observasi penelitian ini dilakukan di Kantor Pengadilan Agama Salatiga dengan mengambil beberapa sampel putusan dispensasi nikah selama tahun 2013 hingga 2016.

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi ialah data yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, agenda, dan sebagainya. Dokumentasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah salinan penetapan dispensasi nikah kemudian disajikan dalam bentuk presentase.

6. Analisis Data

  Yang dimaksud dengan analisis data yaitu suatu cara yang dipakai untuk menganalisa, mempelajari serta mengolah kelompok data tertentu, sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang kongkret tentang permasalahan yang diteliti dan dibahas. Dalam penelitian ini penyusun menggunakan analisa data deduktif yaitu cara memberi alasan dengan berpikir dan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum kemudian ditarik pada persoalan yang berkaitan dengan penelitian. Metode ini digunakan dalam rangka mengetahui bagaimana penerapan kaidah-kaidah normatif dan yuridis dalam perkara dispensasi nikah.

7. Tahap-tahap Penelitian

  Setelah peneliti menentukan tema yang akan diteliti, maka penulis melakukan penelitian pendahuluan ke Pengadilan Agama Salatiga guna mendapatkan data awal dengan bertanya kepada hakim sehingga menghasilkan sebuah catatan-catatan, kemudian mencari permasalahan yang ada. Data awal dan masalah yang sudah diperoleh kemudian dilanjutkan dengan proses observasi ke lapangan dan melakukan wawancara-wawancara kepada informan. Setelah data dan fakta telah didapatkan langkah selanjutnya adalah proses penyusunan.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Adapun sistematika penyusunan skripsi model penelitian kualitatif dapat dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu: Bab I, Pendahuluan yang meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka, metode penelitian. Bab II, Pengertian Pernikahan, Tujuan Pernikahan, Prinsip dan Syarat sah nikah menurut Undang undang no.1/1974 dan menurut Hukum Islam, Hukum Nikah, Pernikahan Usia Dini Dalam Perspektif Agama dan Menurut Undang-undang, Dispensasi Nikah, Dampak Pernikahan Dini. Bab III, Hasil Penelitian dan Pembahasan yang meliputi: Gambaran Umum Tentang Pengdilan Agama Salatiga, gambaran umum tentang Dispensasi Nikah di Bawah Umur Tahun 2013 Hingga Tahun 2016 di Pengadilan Agama Salatiga, Faktor yang melatar belakangi di ajukanya permohonan dispensasi nikah di bawah umur, Pertimbangan hakim dalam memberikan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga,.

  Bab IV, Analisis Data yang meliputi: faktor-faktor yang melatar belakangi pengajuan permohonan dispensasi nikah di Pengadilan Agama Salatiga dan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan oleh majelis hakim dalam menetapkan permohonan dispensasi nikah.

  Bab V, Penutup yang meliputi: kesimpulan dari bab 1 hingga bab 4 dan saran dalam permaslahan skripsi ini.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Pernikahan Menurut bahasa pernikahan terambil dari dua kata nakaha,

  yankihu, nakahan, wanikahaan yang mempunyai arti bersatu, berhimpun,

  dan berkumpul. Dalam Kamus Bahasa Indonesia nikah diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi. Adapula yang mengartikan nikah dengan istilah perkawinan atau secara qiyasan disebut dengan hubungan seks. (Fadhilah,2014:4)

  Perkawinan adalah:

  ِط ِن ِم ِر ِد ِع شلا ْلا ْلا َاك ة ْا َل ْا

  ْش َت ْش َع َع ِن َو ْر ُم ُه ْو َم َعل ْق َاب َر ُر ْو ُل

  َىل

  “Sebuah ungkapan tentang akad yang sangat jelas dan terangkum atas rukun-rukun dan syarat- syarat”. Para ulama fiqh pengikut mazhab yang empat (Syafi‟i, Hanafi,

  Maliki, dan Hanbali) pada umumnya mereka mendefinisikan perkawinan pada :

  َأ َأ ء ِك ج حا ْط ِم ْل َك ِب َل ُه َا َان ِإ ْن ْف ِظ َّم د

  َض ْز ِو ْي َع ْق َم ْع ْو ْو َ ت َو ُن َ ي َت

  “Akad yang membawa kebolehan (bagi seorang laki-laki untuk berhubungan badan dengan seorang perempuan) dengan (diawali dalam akad) lafazh nikah atau kawin, atau makna yang serupa dengan kedua kata tersebut

  ” (Abdurrahman, 1986:10)

  Allah SWT sangat menganjurkan umatnya untuk melakukan pernikahan apabila telah memenuhi syarat untuk menikah. Sebagaimana firman Allah dalam (Q.S. AR-Ruum : 21) yang berbunyi :

  ٓۦ ِفِ َّنِإ ًةَْحَْر َأ ْنِّم مُكَل َقَلَخ ْنَأ َو ًةَّدَوَّم مُكَنْ يَ ب َلَعَجَو اَهْ يَلِإ اوُنُكْسَتِّل اًجََٰوْزَأ ْمُكِسُفن ِوِتََٰياَء ْنِمَو

  َل َكِلََٰذ َنوُرَّكَفَ تَ ي مْوَقِّل تََٰي

  “Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan di jadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir

  ”. [QS. Ar. Ruum (30):21] Sedangakan menurut istilah pernikahan atau perkawinan akad yang menghalalkan pergaulan atau hubungan seksual antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, sehingga menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya. Bisa juga dikatakan sebagai perjanjian seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan membentuk rumah tangga yang harmonis, bahagia penuh rasa cinta dan kasih sayang, serta mendapat ridho dari Allah SWT.

  Menurut Hukum Adat, perkawinan bukan saja berarti sebagai perikatan perdata, tetapi juga merupakan perikatan kekerabatan dan kekeluargaan. Jadi terjadinya suatu ikatan terhadap hubungan-hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami-istri, harta bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan- hubungan adat-istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan serta menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan. Begitu juga menyangkut kewajiban mentaati perintah dan larangan keagamaan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhannya (ibadah) maupun hubungan manusia dengan manusia

  (mu’amalah) (Hadikusuma,1990:8).

  Adapun di Indonesia telah ada hukum perkawinan yang secara otentik di atur dalam UU. NO.1 Th 1974 Lembaga Negara RI. Tahun 1974 Nomor 1. Undang-undang ini memuat berbagai macam ketentuan dalam pelaksanan pernikahan. Tujuannya yaitu sebagai upaya untuk mewujudkan suatu rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Selain itu Undang-undang ini di maksudkan untuk menertibkan pelaksanaan pernikahan, sehingga pernikahan atau perkawinan seorang tercatat dan terdata dengan baik, serta mendapat pengakuan hukum oleh pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, Undang-undang perkawinan ini wajib bagi setiap orang yang akan melangsungkan pernikahan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (Fadhillah,2014:38).

  Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 perkawinan dan tujuannya adalah sebagai berikut : “Ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

  (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa"

  Dalam pasal 2 Kompilasi Hukum Islam disebutkan bahwa perkawinan menurut Hukum Islam adalah akad yang sangat kuat atau Mitsaqon Ghalizhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah (Abdurrohman,1992:21).

  Menurut para pakar Hukum Perkawinan Indonesia juga memberikan definisi tentang perkawinan antara lain menurut :

  1. Menurut Wirjono Prodjodikoro, perkawinan adalah Peraturan yang digunakan untuk mengatur perkawinan inilah yang menimbulkan pengertian perkawinan (Wirjono, 1984:6).

  2. Menurut Sajuti Thalib, perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci dan luas dan kokoh untuk hidup bersama secara sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan membentuk keluarga yang kekal, santun menyantuni, kasih-mengasihi, tentram dan bahagia ( Ramulyo,1996:2).

  3. Menurut Prof. Ibrahim Hosen, nikah menurut arti asli kata dapat juga berarti akad dengannya menjadi halal kelamin antara pria dan wanita, sedangkan menurut arti lain bersetubuh (Hosen, 1971:2).

4. Menurut Subekti, Perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan untuk waktu yang lama.

  Menurut penulis perkawinan adalah suatu akad, untuk menghalalkan hubungan serta membatasi hak dan kewajiban, tolong menolong antara pria dengan wanita yang antara keduanya yang bukan muhrim. Apabila di tinjau dari segi hukum, jelas bahwa pernikahan adalah suatu akad yang suci dan luhur antara pria dengan wanita, yang menjadi sebab sahnya status sebagai suami isteri dan dihalalkan hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga sakinah, mawadah serta saling menyantuni antara keduanya. Menikah suatu upacara yang sangat sakral dan mulia serta berfungsi sebagai pertanda bersatunya dua sejoli menjadi satu dalam bingkai bingkai cinta dan kasih sayang.

B. Tujuan Pernikahan

  Pada dasarnya tujuan pernikahan seperti yang disebutkan dalam pasal

  1 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 yaitu untuk membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa.

  Sesuai dengan tujuan pernikahan yang kekal, maka dapat diartikan bahwa perkawinan itu haruslah berlangsung seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Pemutusan oleh karena sebab-sebab lain dari pada kematian, diberikan suatu pembatasan yang ketat. Sehingga suatu pemutusan yang berbentuk perceraian hidup akan menjadi jalan terakhir, setelah jalan lain tidak dapat ditempuh lagi (Saleh,1976:19).

  Sedangkan tujuan pernikahan menurut Abdulkadir Muhammad adalah untuk membentuk keluarga, artinya adalah untuk membentuk suatu masyarkat terkecil yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak. Membentuk rumah tangga artinya membentuk kesatuan hubungan suami isteri dalam suatu wadah yang disebut rumah kediaman bersama. Bahagia artinya adanya kerukunan dalam hubungan suami isteri, atau antara suami, isteri dan anak-anak dalam rumah tangga. Kekal artinya berlangsung terus menerus seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja atau dibubarkan menurut kehendak pihak- pihak (Muhammad,2000: 74-75).

  Di dalam pasal 1 Unndang Undang no 1 tahun 1974 dikatakan bahwa yang menjadi tujuan perkawinan sebagai suami isteri adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan material (Hadikusuma,2007: 21).

  Tujuan perkawinan menurut perintah Allah untuk memperoleh keturunan yang sah dalam masyarakat, dengan mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur. Selain itu tujuan perkawinan dalam Islam selain untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmani dan rohani manusia, juga sekaligus untuk membentuk keluarga dan memelihara serta meneruskan keturunan dalam mengalami hidupnya di dunia ini, juga mencegah perzinahan, agar tercipta ketenangan dan ketentraman jiwa bagi yang bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat (Ramulyo,1996:26-27).

  Di Indonesia, perkawinan mempunyai hubungan yang kuat sekali dengan masalah agama dan kepercayaan. Seperti halnya dengan perkawinan yang bersifat sementara atau dengan istilah kawin kontrak atau kawin musim (hidup bersamatanpa adanya tali perkawinan). Hal semacam ini tidak memenuhi syaratdan tata cara perkawinan menurut Undang-undang nomor 1 tahun 1974, oleh karenanya perkawinan semacam ini hanya akan merugikan semua pihak, baik suami, isteri, dan anak-anak yang dilahirkan. Bentuk perkawinan yang seperti ini tidaklah sesuai dengan maksud dan tujuan perkawinan.

  Tujuan perkawinan, dengan demikian kita dapat menyimpulkan pengertian bahwa untuk membentuk suatu kehidupan rumah tangga yang bahagia dan kekal haruslah didasarkan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pandangan ini sejalan dengan sifat religius bangsa Indonesia yang mendapat realisasinya di dalam kehidupan beragama dan bernegara.

  Jika dicermati tujuan pernikahan sangat ideal, karena tidak hanya melihat dari segi lahirnya saja, tetapi sekaligus terdapat adanya suatu pertautan batin antara seorang suami dan isteri yang ditujukan untuk membina suatu keluarga atau rumah tangga yang kekal dan bahagia bagi keduanya dan sesuai dengan kehendak Tuhan yang Maha Esa.

  Pernikahan dibawah umur, biasanya membawa banyak kesedihan dalam kehidupan rumah tangga mereka. Maka dimungkinkan tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang kekal dan bahagia sesuai dengan Tuhan yang Maha Esa tidak dapat tercapai.

C. Prinsip dan Syarat sah nikah menurut Undang undang no.1/1974 dan menurut Hukum Islam

  Sebelum memulai pernikahan ada beberapa asas dan prinsip yang mendasari pernikahan sebagai hakikat pernikahan beberapa asas dan prinsip tersebut adalah:

1. Prinsip-Prinsip Penikahan

  Dalam Undang-undang ini di temukan Prinsip Prinsip mengenai perkawinan dan segala hal sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan yang telah disesuaikan dengan perkembangan serta tuntuan zaman.Prinsip prinsip yang tercantum dalam Undang-undang adalah sebagai Berikut : a.

  Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.

  Untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing masing dapat mengembangkan kepribadianya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil.

  b.

  Dalam Undang-undang ini dinyatakan, bahwa suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing masing agamanya dan kepercayaanya itu, dan disamping itu perkawinan harus dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku.

  Pencatatan tiap-tiap perkawinan adalah sama halnya dengan pencatatan peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan seorang, misalnya kelahiran, kematian yang dinyatakan dalam surat surat keterangan suatu akte yang juga dimuat dalam daftar perceraian.

  c.