PROSEDUR REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BPR SYARIAH DANA AMANAH SURAKARTA - Test Repository

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia saat ini memberikan
dampak negatif diberbagai sektor kehidupan. Dalam sektor industri,
perusahaan-perusahaan yang bisa bertahan sekarang ini harus memiliki
strategi khusus yang dapat digunakan untuk mempertahankan eksistensinya di
dunia perindustrian.
Salah satu dampak krisis ekonomi dalam kehidupan masyarakat
adalah sulitnya pemenuhan akan kebutuhan modal usaha karena sumber dana
yang sulit didapat. Karena kesulitan yang dialami oleh para pengusaha kecil
dan menengah dalam hal permodalan tersebut, diperlukan pihak-pihak yang
bisa membantu agar bisnis yang dijalani bisa berkembang dengan baik.
Di Indonesia terdapat banyak pelaku ekonomi, salah satunya yaitu
perbankan. Lembaga Keuangan tersebut turut berperan dalam membantu para
pengusaha yang membutuhkan modal dengan meminta penyaluran kredit.
Berdasarkan cara penentuan harga, lembaga perbankan dibedakan atas Bank
Konvensional dan Bank Syariah (Kasmir, 2004: 30). Pengoperasian kedua
jenis lembaga tersebut memiliki prinsip yang berbeda. Bank Konvensional
menggunakan sistem bunga sedangkan Bank Syariah menggunakan sistem

bagi hasil.

1

2

Salah satu Lembaga Keuangan Syariah bersistem bagi hasil adalah
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Dana Amanah Surakarta. Kegiatan BPRS
Dana Amanah adalah funding dan financing seperti pada BPR pada
umumnya. Salah satu pembiayaan yang ditawarkan oleh BPRS Dana Amanah
adalah pembiayaan murabahah. Dalam pembiayaan tersebut, BPRS Dana
Amanah akan membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan penyediaan
modal barang agar usaha yang dijalani mampu berkembang. Dengan
demikian, pembiayaan murabahah dapat dijadikan sebagai instrumen
investasi dan untuk menggerakkan sektor riil perekonomian.
Berdasarkan latar belakang permasalahan seperti diuraikan di atas,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: PROSEDUR
REALISASI PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BPR SYARIAH DANA
AMANAH SURAKARTA.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
pokok permasalahan yang akan dibahas, yaitu:
1. Bagaimana prosedur realisasi pembiayaan murabahah di BPR Syariah
Dana Amanah?
2. Bagaimana teknik perhitungan margin pada pembiayaan murabahah di
BPRS Dana Amanah?
3. Bagaimana penanganan terhadap pembiayaan murabahah bermasalah di
BPRS Dana Amanah?

3

C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan merupakan hal-hal yang akan dicapai sebagai upaya
pemecahan masalah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui prosedur pembiayaan murabahah di BPR Syariah Dana
Amanah.
2. Untuk

mengetahui teknik perhitungan margin pada pembiayaan


murabahah di BPRS Dana Amanah.
3. Untuk

mengetahui

penanganan

terhadap

pembiayaan

murabahah

bermasalah di BPRS Dana Amanah.
Adapun kegunaan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah :
1. Bagi penulis
Untuk memberikan pengetahuan yang luas tentang operasional perbankan
dalam penerapan teori-teori yang diperoleh selama kuliah.
2. Bagi BPR Syariah Dana Amanah Surakarta

Sebagai bahan pertimbangan dan pedoman dalam penerapan pembiayaan
murabahah.
3. Bagi Lembaga STAIN Salatiga
Dapat menambah informasi dan referensi bagi mahasiswa Program Studi
Keuangan dan Perbankan Islam (KPI) pada khususnya dan sebagai bahan
bacaan ilmiah di perpustakaan pada umumnya.

4

D. Metode Penelitian
Metode penelitian dilakukan secara terperinci dan efektif sehingga
diketahui bahwa seseorang melakukan penelitian ilmiah adalah untuk
mendapatkan suatu interpelasi yang sistematik dan menunjang. Dengan
penelitian diharapkan dapat diketahui prosedur realisasi pembiayaan
murabahah yang telah diterapkan di BPRS Dana Amanah.
Jenis data :
a. Data Primer
Data ini didapatkan langsung dari Bank, sedangkan data yang diperlukan
dalam penelitian ini antara lain data angsuran pembiayaan murabahah,
data perkembangan nasabah, data jenis-jenis pembiayaan bermasalah dan

data teknik perhitungan margin.
b. Data sekunder
Merupakan data untuk melengkapi data pokok yang didapatkan dari
kepustakaan Bank meliputi latar belakang dan sejarah, tujuan, visi dan
misi, struktur organisasi dan job description dari BPRS Dana Amanah.
c. Interview
Wawancara atau interview dilakukan secara langsung dengan karyawan
atau pimpinan Bank. Teknik pengumpulan data ini digunakan peneliti
untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan.

5

E. Sistematika Penulisan
BAB I

PENDAHULUAN
Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, metode penelitian dan
sistematika penulisan Tugas Akhir.


BAB II

LANDASAN TEORI
Mendeskripsikan tentang produk pembiayaan murabahah yang
ditinjau dari teori-teori yang ada, dan menitikberatkan pada teoriteori kepustakaan.

BAB III

LAPORAN OBJEK
Menguraikan gambaran umum tentang BPRS Dana Amanah, mulai
dari latar belakang dan sejarah, tujuan, job description, struktur
organisasi, produk-produk, hingga visi dan misi lembaga keuangan
tersebut.

BAB IV

ANALISIS
Berisi tentang prosedur dalam realisasi pembiayaan murabahah
serta penanganan terhadap pembiayaan murabahah bermasalah.


BAB V

PENUTUP
Memberi kesimpulan dan saran yang diharapkan dapat bermanfaat
bagi industri perbankan pada umumnya dan BPRS Dana Amanah
pada khususnya.

6

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Telaah Pustaka
Pembiayaan merupakan bentuk penyaluran dana yang diberikan oleh
Bank Syariah kepada masyarakat.
Dalam Tugas Akhirnya yang berjudul “Pembiayaan Mudharabah di
BMT Sumber Usaha Kembangsari tahun 2004-2006”, Diwan Abdillah
menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara pembiayaan dan kredit. Ini
menandakan bahwa pandangan sebagian besar masyarakat yang selama ini
menganggap bahwa pembiayaan itu sama dengan kredit adalah kurang benar.

Perbedaan antara pembiayaan dan kredit terletak pada instansi perbankan
yang menggunakan kedua istilah tersebut. Pembiayaan digunakan oleh
Lembaga Keuangan Syariah, sedangkan kredit digunakan oleh Lembaga
Keuangan Konvensional. Hal tersebut dikarenakan antara keduanya terdapat
perbedaan yang mendasar, yaitu pada motif mendapatkan keuntungan.
Pembiayaan didasarkan pada prinsip bagi hasil, sedangkan kredit dengan
prinsip bunga. Prinsip bagi hasil dan bunga inilah yang menjadi perbedaan
utama antara Bank Syariah dan Bank Konvensional, sehingga pemakaian
istilah pembiayaan hanya ada dalam dunia perbankan yang menganut sistem
Syariah.
Yeni Puspitasari dalam Tugas Akhirnya yang berjudul “Penerapan
Prinsip Murabahah dalam Pembiayaan Kepemilikan Rumah atau KPR

7

Syariah Cabang Solo” menyatakan bahwa Bank Syariah bukan sekedar
lembaga keuangan yang bersifat sosial, namun Bank Syariah juga sebagai
lembaga bisnis dalam rangka memperbaiki perekonomian umat. Sesuai
dengan hal tersebut maka dana yang dikumpulkan dari masyarakat harus
disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat yang membutuhkan.

Yeni Puspitasari menyebutkan bahwa murabahah merupakan akad
jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan dengan jelas
barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian barang, kemudian
mensyaratkan atas barang tersebut berupa laba dalam jumlah tertentu.
Dipandang dari teknik perbankan, murabahah adalah akad jual beli antara
bank selaku penyedia barang, dengan nasabah selaku pemesan barang, dan
bank mendapatkan keuntungan yang disepakati bersama.
Yeni Puspitasari juga menyebutkan bahwa akad murabahah
digunakan oleh bank untuk memfasilitasi nasabah melakukan pembelian
dalam rangka memenuhi kebutuhan akan :
1. Barang konsumsi, seperti rumah, kendaraan, alat-alat rumah tangga (tidak
termasuk renovasi atau proses pembangunan)
2. Persediaan barang dagangan
3. Bahan baku dan atau bahan pembantu produksi (tidak termasuk proses
produksi)
4. Barang modal, seperti pabrik, mesin, dan lain-lain
5. Aset lain yang tidak bertentangan dengan Syariah dan disetujui bank

8


Budiyanto dalam tugas akhirnya yang berjudul “Prosedur Pembiayaan
Murabahah di BMT Tanon Sragen” menyebutkan bahwa pembiayaan
murabahah memberikan kesempatan luas kepada masyarakat untuk
menumbuhkan ladang-ladang usaha baru, sehingga mampu meningkatkan
pendapatan per kapita penduduk.

B. Kerangka Teoritik
1. Pengertian Prosedur
Prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu
aktivitas (Depdiknas, 2007: 899).
2. Pengertian Realisasi
Realisasi adalah proses menjadikan nyata (Depdiknas, 2007: 936).
3. Pengertian Margin
Margin adalah keuntungan yang diperoleh bank pada saat menjual
barang kepada nasabah (Frianto Pandia, dkk, 2005: 191). Dengan kata lain
Margin merupakan keuntungan yang diperoleh dari selisih antara harga
jual dengan harga beli barang.
4. Pengertian BPR Syariah
Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1996, pengertian Bank
Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank (badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya
dalam

rangka

meningkatkan

taraf

hidup

rakyat

banyak)

yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan

9

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran (Frianto Pandia, dkk, 2005: 31).
Pengertian syariah adalah hukum atau ketentuan-ketentuan yang
datangnya dari Allah SWT dan merupakan ketetapan-Nya untuk
dijalankan oleh umat manusia sebagai pedoman hidup menuju jalan yang
diridhai-Nya.
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank yang melaksanakan
kegiatan usaha sesuai Syariat Islam dan non riba.
5. Pengertian Pembiayaan
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan dengan imbalan atau bagi hasil (Kasmir, 2004: 73).
Pembiayaan dalam arti luas berarti financing atau pembelanjaan,
yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain.
Dalam arti sempit pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan
yang dilakukan dari lembaga pembiayaan seperti Bank Syariah kepada
nasabah (Muhamad, 2007:160).
a. Jenis Pembiayaan
Menurut

Antonio,

M.

S.

(2001:160),

berdasarkan

penggunaannya, pembiayaan dibagi menjadi dua, yaitu :

sifat

10

1) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu peningkatan
usaha, baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi.
2) Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
b. Prinsip Analisis Pembiayaan
Menurut Muhamad (2002:761), ada lima prinsip (5C) yang
digunakan oleh lembaga keuangan dalam melakukan analisis
pembiayaan, yaitu :
1) Character artinya sifat atau karakter, nasabah pengambil pinjaman.
2) Capacity artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha
dan mengembalikan pinjaman yang diambil.
3) Capital artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam.
4) Collateral artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan
peminjam kepada bank.
5) Condition artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.
c. Tujuan Analisis Pembiayaan
Menurut Muhamad (2007:261), analisis pembiayaan bertujuan
untuk hal-hal berikut:
1) Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam
2) Untuk menekan risiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan
3) Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak

11

6. Pengertian Murabahah
Murabahah didefinisikan oleh para fuqaha sebagai penjualan
barang seharga biaya/harga pokok (cost) barang tersebut ditambah mark
up atau margin keuntungan yang disepakati (Wiroso, 2005:13).
Berdasarkan fatwa DSN No.04/DSN-MUI/IV/2000, murabahah
adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada
pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba
(Workshop Manajemen Perbankan Syariah).
7. Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan murabahah merupakan bagian terpenting dari jual beli
dan akad ini mendominasi pendapatan bank-bank syariah dari produkproduk yang ditawarkan.
Pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana atau tagihan oleh
Bank Syariah untuk transaksi jual beli barang sebesar harga pokok
ditambah margin/keuntungan berdasarkan kesepakatan dengan nasabah
yang harus membayar sesuai akad.
Pengertian tsaman atau harga dalam jual beli adalah biaya yang
diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan hasil kesepakatan
(Burhanuddin Susanto, 2008: 290).
a. Jenis Pembiayaan Murabahah
Menurut Wiroso ( 2005:37), pembiayaan dapat dibagi menjadi
dua sebagai berikut:

12

1) Murabahah tanpa pesanan, yaitu ada pesanan atau tidak, ada yang
beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya.
penyediaan barang ini tidak terpengaruh atau terkait langsung
dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.
2) Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya adalah bank syariah
baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila
ada nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang
baru dilakukan jika ada pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan
barang sangat tergantung atau terkait langsung dengan pesanan
atau pembeli barang tersebut.
Murabahah berdasarkan pesanan terlebih dulu seperti tersebut
di

atas,

memungkinkan

bank

untuk

menghindari

kerugian

perdagangan, bank tidak pernah membeli barang kecuali telah ada
pembeli yang pasti, yang juga memberi tahu pada bank tentang
bagaimana mendapatkan barang yang diinginkan pembeli tersebut
(Frank E.Vogel, dkk, 2007: 171).
b. Syarat Pembiayaan Murabahah
Menurut Ghafur, A. (2008:66), dalam transaksi murabahah,
terdapat syarat minimal yang harus dipenuhi, yaitu:
1) Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian jual
beli barang.
2) Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada
bank ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah.

13

3) Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya.
4) Dalam hal bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk
membeli barang, maka akad murabahah harus dilakukan setelah
barang secara prinsip menjadi milik bank.
5) Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau
urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang
oleh nasabah.
6) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan
tambahan selain barang yang dibiayai bank.
7) Kesepakatan margin harus ditentukan satu kali pada awal akad
dan tidak berubah selama periode akad.
8) Angsuran pembiayaan selama periode akad harus dilakukan
secara proporsional.
c. Landasan Syariat
DSN (2000:22-24), dalam fatwa MUI Nomor 04/DSNMUI/IV/2000

tanggal

1

April

2000

tentang

murabahah,

sebagai landasan syariah transaksi murabahah adalah sebagai
berikut :

14

Al-Qur’an
1) Q.S. An-Nisa : 29

        
            
   

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”.

2) Al-Baqarah :275

     
“…dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba…”
3) Q.S. Al-Baqarah : 280

       

“ Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah
tangguh sampai ia berkelapangan...”

Al-Hadits
1) Hadits Nabi riwayat Ibnu Majah, Nabi SAW bersabda, “Ada tiga
hal yang mengandung berkah: jual-beli tidak secara tunai,
muqaradah (mudharabah), dan mencampur gandum dan jewawut
untuk kepentingan rumah tangga, bukan untuk dijual” (HR Ibnu
Majah dari Shuhaib).

15

2) Hadits Nabi riwayat Jamaah : “Menunda-nunda (pembayaran)
yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman”
3) Hadits Nabi riwayat Abd Al-Raziq dari Zaid bin Adam :
Rasulullah ditanya tentang urbun (uang muka) dalam jual beli,
maka beliau menghalalkannya.
4) Hadits Nabi dari Ibn Said Al-Khudri, dari Abu Said Al-Khudri
bahwa Rasullulah SAW bersabda, “Sesungguhnya jual beli itu
harus dilakukan suka sama suka” (HR Al-Baihaqi dan Ibnu Majah,
dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban).
d. Alur Pembiayaan Murabahah
Menurut Antonio, M. S. (2001:107), alur pembiayaan
murabahah secara umum digambarkan sebagai berikut :
(1) Negosiasi &
persyaratan
(2) Akad jual beli

Bank

Nasabah

(6) Bayar
(3) Beli barang

Supplier
penjual

(4) Kirim

(5) Terima barang
& dokumen

Gambar 1.1
Alur pembiayaan murabahah
e. Teknis Perbankan
Menurut Sudarsono (2003:48), Pelaksanaan pembiayaan
murabahah diperbankan syariah dapat digambarkan seperti berikut:

16

1)

Bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai
pembeli.
Harga jual adalah harga beli bank dari produsen (pabrik/toko)
ditambah keuntungan (margin). Kedua belah pihak harus
menyepakati harga jual dan jangka waktu pembiayaan.

2)

Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah
disepakati tidak dapat berubah selama berlaku akad. Dalam
perbankan,

murabahah

lazimnya

dilakukan

dengan

cara

pembayaran cicilan ( bitsaman ajil).
3)

Dalam transaksi ini, bila sudah ada barang diserahkan segera
kepada nasabah, sedangkan pembayaran dilakukan secara
tangguh.

f.

Akad
Dalam transaksi murabahah yang dilakukan antara bank dan
nasabah, akad yang digunakan adalah akad jual beli. Dalam hal ini
bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Akad
jual beli murabahah dilakukan setelah barang ada, dan barang tersebut
secara prinsip telah menjadi milik bank. Apabila barang yang disimpan
oleh nasabah belum dikuasai oleh bank maka akad harus dibatalkan,
karena transaksi jual beli murabahah tidak memenuhi rukun jual beli,
yakni harus ada barang, dan barang tersebut harus benar-benar dimiliki
oleh penjual tanpa ada hak orang lain pada barang tersebut.

17

g. Objek Transaksi Murabahah
Menurut Wiroso (2005:33), barang yang diperjualbelikan
dalam transaksi murabahah harus memenuhi beberapa persyaratan,
yaitu :
1) Barangnya suci dan halal menurut syara’
2) Dapat diambil manfaatnya
3) Mudah diserahkan sewaktu akad
4) Barang dimiliki oleh penjual, dalam hal ini pihak bank
5) Spesifikasi barang diketahui dengan jelas oleh pembeli yaitu
nasabah
h. Harga Perolehan Barang
Dalam transaksi jual beli murabahah, nasabah melakukan
pembayaran secara tunai maupun cicilan. Namun pada umumnya,
pembayaran dilakukan secara cicilan. Dalam hal ini nasabah
berhutang kepada bank sebesar harga jual barang yang telah
disepakati. Harga jual barang tersebut adalah harga perolehan barang
dengan keuntungan yang disepakati.
Yang dimaksud harga perolehan barang adalah harga barang
ditambah dengan beban-beban yang dikeluarkan sehubungan dengan
barang tersebut, sehingga barang yang bersangkutan mempunyai nilai
ekonomis dan barang yang diperjualbelikan adalah barang jadi
(Wiroso, 2005:76).

18

Harga perolehan barang harus diberitahukan secara jujur
kepada nasabah, dan Bank Syariah selaku penjual harus membeli
barang atas nama sendiri, sehingga diketahui dengan jelas harga
perolehan barang yang diperjualbelikan.
i.

Jaminan
Jaminan merupakan otot pengaman terhadap kemungkinan
tidak mampunya debitur melunasi kredit yang diterimanya sesuai
dengan perjanjian (Wiroso, 2005:84). Jaminan menjadi salah satu cara
mengurangi resiko pembiayaan yang macet, dan menjadi salah satu
cara penyelesaian apabila resiko tersebut benar-benar terjadi dengan
cara menjualnya.

j.

Denda
Sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), apabila
nasabah

tidak

dapat

memenuhi

kewajibannya,

bank

berhak

mengenakan denda kepada nasabah.
Fatwa

DSN

Nomor

17/DSN-MUI/IX/2000

tanggal

6

September 2000 : (Wiroso, 2005:135)
1) Sanksi yang disebut dalam fatwa ini adalah sanksi yang dikenakan
kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda
pembayaran dengan sengaja.
2) Nasabah yang tidak/belum mampu membayar disebabkan force
majeur tidak boleh dikenakan sanksi.

19

3) Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan atau tidak
mempunyai kemauan dan i’tikad baik untuk membayar hutangnya
boleh dikenakan sanksi.
4) Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah
lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya.
5) Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya
ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditanda
tangani.
6) Dana yang berasal dari denda diperuntukkan sebagai dana sosial.
Pihak Bank Syariah dapat mengetahui kemampuan nasabah dari
hubungan kemitraan antara kedua belah pihak. Dengan interaksi
kepada nasabah, kemudian saling bersilaturrahim dan melakukan
kunjungan, serta keterbukaan antara bank dengan nasabah akan
diketahui apakah nasabah mampu atau tidak dalam memenuhi
kewajibannya.
k. Uang Muka
Salah satu cara untuk mengikat kepada nasabah, dalam
transaksi murabahah adalah dengan meminta uang muka harga barang
dari nasabah. Dan uang muka tersebut dibayarkan kepada bank, bukan
kepada supplier. Fungsi dari uang muka ini adalah sebagai pengurang
hutang nasabah, bukan sebagai angsuran pertama. Jika bukan uang
muka yang diminta, maka bank dapat meminta urbun. Sama seperti
uang muka, urbun merupakan tanda kesungguhan dari nasabah atas

20

transaksi murabahah yang dilakukan. Namun pembayaran urbun
dilaksanakan setelah transaksi terjadi, sedangkan uang muka
dilaksanakan sebelum akad.
Menurut Anshori, A. G. (2008:67), dalam hal bank meminta
nasabah untuk membayar uang muka atau urbun, berlaku ketentuan
sebagai berikut:
1) Dalam hal uang muka, jika nasabah menolak untuk membeli
barang setelah membayar uang muka, maka biaya riil bank harus
dibayar dari uang muka tersebut, dan bank harus mengembalikan
kelebihan uang muka kepada nasabah. Namun jika nilai uang
muka kurang dari nilai kerugian yang harus ditanggung oleh
bank, maka bank dapat meminta lagi pembayaran sisa kerugian
kepada nasabah.
2) Dalam hal urbun, jika nasabah batal membeli barang, maka urbun
yang telah dibayarkan nasabah menjadi milik bank maksimal
sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan
tersebut, dan jika urbun tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi
kekurangannya.
l.

Diskon dari supplier
Pada prinsipnya, diskon yang diberikan oleh supplier atas
barang yang diperjualbelikan dalam transaksi murabahah adalah milik
nasabah. Namun diskon yang tidak jelas pemiliknya merupakan dana
kebajikan (Wiroso, 2005:54).

21

m. Pembagian Pokok dan Keuntungan (Margin)
Pembayaran murabahah yang dilakukan secara tangguh, maka
pembagian pokok dan margin harus dilakukan secara proporsional,
merata dan tetap selama jangka waktu angsuran. Sehingga tidak
dikenal pembayaran pokok dulu atau margin dulu (Wiroso, 2005:55).

22

BAB III
LAPORAN OBJEK

A. Gambaran Umum BPRS Dana Amanah Surakarta
BPRS Dana Amanah Surakarta adalah bank yang sedang tumbuh dan
berkembang, sehingga sangat prospek untuk investasi atau bermitra dalam
usaha. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang kedua berdiri di Surakarta ini
terletak di Jl. K.H. Agus Salim No.18 Surakarta. Letaknya yang cukup
strategis membuat lembaga perbankan ini mudah dijangkau oleh masyarakat.
Meskipun BPRS Dana Amanah belum lama beroperasi, masyarakat
tidak perlu ragu dengan keamanan simpanan mereka di lembaga keuangan ini,
karena BPRS Dana Amanah telah dijamin pemerintah melalui Lembaga
Penjamin Simpanan (LPS).
Dengan kredo "Menebar Syariah Menuai Barokah", BPRS Dana
Amanah memberikan penekanan pada semangat kewirausahaan, saling
menolong, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk
memaksimalkan nilai tambah bagi para stakeholder.
1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya BPR Syariah Dana Amanah
Surakarta
BPR Syariah Dana Amanah Surakarta diresmikan pada tanggal 23
Mei 2008 M atau bertepatan dengan tanggal 17 Jumadil Ula 1429 H oleh
Bank Indonesia (BI), yang mulai beroperasi pada tanggal 2 Juni 2008 M
atau 27 Jumadil Ula 1429 H.

23

BPRS Dana Amanah yang memakan waktu kurang lebih dua tahun
dalam proses perijinannya pada Bank Indonesia ini adalah untuk
meningkatkan kemakmuran bersama melalui pengamalan perbankan
sesuai Syariat Islam.
2. Tujuan BPR Syariah Dana Amanah Surakarta
BPRS Dana Amanah Surakarta berdiri sebagai upaya untuk
meningkatkan kemakmuran bersama melalui pengamalan perbankan yang
sesuai kaidah syariah.
3. Visi dan Misi BPRS Dana Amanah Surakarta
BPRS Dana Amanah terus berupaya memberikan pelayanan
perbankan yang profesional dan amanah, melalui produk dan jasa layanan
yang aman, nyaman, inovatif dan menguntungkan serta terus tumbuh
secara sehat dengan kinerja dan reputasi positif.
Dengan mengusung visi menjadi BPR Syariah yang sehat,
profesional dan terpercaya, BPRS Dana Amanah memiliki misi untuk
memberdayakan ekonomi umat dengan menjunjung prinsip keadilan yang
bermanfaat

untuk

berkelanjutan.

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat

yang

24

4. Struktur Organisasi
RUPS

Komisaris

DPS

Direktur
Utama

Accounting

Teller

Marketing

Customer
Service

Personalia
dan Umum

Security
Gambar 1.2
Struktur Organisasi BPRS Dana Amanah

5. Job Description
a. DPS (Dewan Pengawas Syariah)
Tugas :
1) Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional, dan produk
yang dikeluarkan BPRS.
2) Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan
operasional BPRS secara keseluruhan dalam laporan publikasi.

25

3) Melaporkan

hasil

pengawasan

syariah

beserta kertas kerja

pengawasan disampaikan kepada Direksi, Komisaris, DSN-MUI,
dan Bank Indonesia sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan
sekali sesuai Pedoman Pengawas Syariah dan Tata Cara Pelaporan
Hasil Pengawasan bagi DPS.
4) Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional BPRS
terhadap fatwa yang dikeluarkan oleh DSN.
b. Direksi
Tugas :
1) Mengelola BPRS dengan menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan,
akuntabilitas, dapat dipertanggungjawabkan, independen, dan
memenuhi kewajaran.
2) Menyusun dan mengimplementasikan Rencana Kerja Anggaran
Tahunan (RKAT) dengan melakukan pengelolaan strategis sebagai
pedoman operasional BPRS yang sehat dan memenuhi prinsip
kehati-hatian.
3) Memperhatikan kebutuhan modal minimum berdasarkan ATMR
dengan memperhitungkan risiko pembiayaan (credit risk) dan
melaporkan KPMM selambat-lambatnya tanggal 21 pada bulan
berikutnya dalam bentuk disket dan hasil olahan komputer kepada
kantor Bank Indonesia.
4) Memantau dan menyesuaikan rencana ekspansi dalam batas-batas
yang dapat ditampung dengan permodalan BPRS secara sehat.

26

5) Meningkatkan dan menjamin kemampuan serta efektivitas BPRS
dalam mengelola dana masyarakat yang disimpan melalui Lembaga
Penjamin Simpanan dan risiko pembiayaan (credit risk) dengan
meminimalkan potensi kerugian atas penyaluran dana sehingga
dapat

mendukung

kemampuan

likuiditas

BPRS

secara

komprehensif.
c. Komisaris
Tugas :
1) Menggariskan kebijakan Rencana Kerja Anggaran Tahunan dan
keuangan BPRS.
2) Menyusun tata cara pengawasan dan pengelolaan BPRS yang sehat.
3) Dalam hal seluruh Direksi sedang tidak berada di bank untuk
sementara waktu, maka Komisaris wajib mengurus BPRS.
4) Dalam hal hanya ada anggota Komisaris, maka semua wewenang
bagi Komisaris Utama ataupun para Komisaris juga berlaku baginya.
5) Menyutujui kebijaksanaan Rencana Kerja Anggaran Tahunan dan
keuangan BPRS yang akan diajukan kepada kantor Bank Indonesia.
6) Menilai dan meneliti Laporan Keuangan bank yang disampaikan
oleh Direksi.
7) Memberikan pertimbangan dan saran atau nasehat kepada Direksi
dalam pengelolaan BPRS sesuai aspek prudential banking.

27

d. Kepala Bagian Pemasaran
Tugas :
1) Membantu Direksi merumuskan kebijakan bidang pembiayaan,
melaksanakan kebijakan dan memantau perkembangan portofolio
pembiayaan sesuai prinsip kehati-hatian.
2) Memberi saran atau masukan kepada Direksi dalam penyusunan
kebijakan pembiayaan terutama dalam penanganan aktiva produktif
bermasalah.
3) Mengerahkan serta membina bawahan dalam mendukung kelancaran
kerja dan memprioritaskan pelayanan memuaskan kepada calon
debitur.
4) Melaksanakan

investigasi

atas

fasilitas

pembiayaan

sesuai

kewenangan dan menilai pemenuhan syarat kelengkapan agunan.
5) Mengecek/me-review proses pengikatan agunan maupun pengurusan
asuransi pembiayaan syariah.
6) Menyiapkan, mengurus dan membuat laporan analisis pembiayaan
sebagai usulan kepada Direktur dalam mengambil keputusan untuk
mengabulkan,

mengabulkan

dengan

syarat

atau

menolak

permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon debitur sesuai
kewenangannya.
7) Memberikan legal opini atas pengajuan kredit sesuai dengan
kewenangannya.

28

8) Membantu dan memantau kelancaran proses realisasi pembiayaan
dibagian operasional.
9) Membuat laporan realisasi dan pembatalan/penolakan pembiayaan
serta perkembangan kolektabilitas secara rutin.
10) Melakukan pembinaan atas pembiayaan yang diberikan dalam
rangka monitoring perkembangan kemampuan membayar debitur.
11) Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh manajemen.
e. Accounting
Tugas :
1) Menyusun sistem rekening atau nomor perkiraan yang akan
digunakan dalam transaksi, khususnya pada laporan keuangan neraca
dan rugi laba.
2) Melakukan pencatatan kode transaksi dengan membuat kode
perkiraan transaksi.
3) Melakukan pencatatan transaksi pada jurnal sesuai nomor transaksi.
4) Mencatat transaksi overbooking atau pemindahbukuan antar aplikasi
yang tersedia.
5) Melakukan posting data transaksi yang dilakukan oleh teller dalam
suatu periode yang ditentukan bila belum dilakukan oleh teller.
6) Melakukan

validasi

jurnal transaksi

yang

sudah dilakukan

penjurnalan sebelumnya.
7) Melakukan pencetakan laporan keuangan Bank Indonesia dan untuk
internal BPRS.

29

8) Melakukan tugas rekonsiliasi Antar Bank Aktiva dan Antar Bank
Pasiva.
9) Tidak melakukan pencatatan manipulatif (window dressing).
10) Membantu pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai dan
menginterpretasikan kondisi BPRS.
11) Melaksanakan tugas lain yang diberikan atasan terkait implementasi
sikap profesionalisme dalam bekerja.
f. Teller
Tugas :
1) Menerima dan melakukan verifikasi warkat/slip/bukti kas setoran
nasabah

produk

tabungan

mudharabah

dan

atau

deposito

mudharabah maupun angsuran dan atau pencairan pembiayaan
murabahah/ mudharabah atau pemindahbukuan secara teliti.
2) Menghitung dan memeriksa keaslian uang tunai/cek/bilyet giro.
3) Memeriksa kelengkapan otorisasi sesuai kewenangannya dalam
pencatatan jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas sesuai
bukti kas.
4) Mencetak buku dan kartu kontrol tabungan.
5) Melindungi kas yang ada ditangan dari kemungkinan pencurian atau
penggunaan yang tidak semestinya.

30

g. Customer Service
Tugas :
1) Memberikan informasi secara langsung, tertulis maupun via
telepon mengenai persyaratan pembukaan/penutupan produk.
2) Mengurus administrasi pembukaan/penutupan produk.
3) Mengarsip spesimen nasabah, kartu angsuran dan merekap warkat.
4) Menyampaikan informasi saldo produk maupun angsuran apabila
diminta oleh nasabah.
5) Mengurus permohonan penutupan rekening tabungan.
6) Memberikan laporan secara rutin dan berkala kepada atasan.
h. Personalia dan Umum
Tugas :
1) Menyusun peraturan perusahaan yang memuat tata tertib pegawai.
2) Menyusun Surat Keputusan penerimaan dan pengangkatan pegawai
baru maupun pegawai yang sudah ada, termasuk surat peringatan
dan surat tugas khusus.
3) Melakukan penempatan pegawai pada jabatan yang tepat.
4) Merekap waktu hadir bagi semua pegawai.
5) Membuat dan merekap daftar gaji sesuai administrasi penghitungan
serta pembayaran hak karyawan.merencanakan program pelatihan
dan pengembangan pegawai dengan memberikan kesempatan yang
sama untuk mengikuti pelatihan sesuai bidang tugasnya.

31

6) Merencanakan dan melaporkan hasil penilaian kinerja seluruh
pegawai kepada pimpinan.
7) Melakukan pembelian barang sesuai harga perolehan atau harga
pasar wajar untuk pembiayaan.
8) Melakukan pemesanan dan atau pembelian alat tulis kantor dan
keperluan lain.
B. Data-Data Deskriptif
1. Produk-Produk BPRS Dana Amanah
a. Produk Penghimpunan Dana (Funding)
1) Tabungan Dana Amanah
Tabungan Dana Amanah merupakan simpanan dalam mata
uang rupiah berdasarkan prinsip mudharabah berbasis bagi hasil
dimana penyetoran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat
sesuai ketentuan yang berlaku di BPRS Dana Amanah.
2) Deposito Dana Amanah
Deposito Dana Amanah merupakan simpanan investasi
dengan prinsip mudharabah berbasis bagi hasil dengan dengan
jangka waktu 3, 6 atau 12 bulan dana nasabah akan diinvestasikan
untuk pembiayaan usaha kecil yang halal.
b. Produk Penyaluran Dana (Financing)
1) Pembiayaan Murabahah, Salam dan Istishna'
Adalah fasilitas penyaluran dana dengan sistem jual beli.
Produk ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha

32

(modal usaha dan investasi : pengadaan bahan baku, persediaan
barang dagangan, perlengkapan usaha, peralatan produksi, dan lainlain) maupun pribadi (misalnya kendaraan bermotor, renovasi
rumah, dan lain-lain).
Salam merupakan akad jual beli barang antara pihak Bank
sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli, dengan penyerahan
barang dilakukan pada tanggal yang ditentukan.
Istishna’ hampir sama dengan salam, namun harga atas
barang dibayar terlebih dahulu dimuka, walaupun dapat diangsur
sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang disepakati bersama,
dan barang diserahkan kemudian hari.
2) Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
Adalah pembiayaan dalam bentuk modal/dana yang
diberikan oleh BPRS Dana Amanah untuk dikelola dalam usaha
yang telah disepakati bersama. Selanjutnya nasabah dan bank
sepakat untuk berbagi hasil atas pendapatan usaha tersebut. Jenis
usaha yang dapat dibiayai antaralain perdagangan industri,
koperasi, karyawan, usaha dasar dasar atas kontrak, dapat berupa
modal kerja dan investasi.
3) Qard, Ijarah, Hawalah, Kafalah, dan Wakalah
Produk penyaluran dana ini menggunakan sistem tabarru
berbasis fee.

33

Qard merupakan fasilitas pembiayaan lunak kepada
pengusaha kecil yang benar-benar kekurangan modal dengan
pengembalian sebesar pinjaman pokok tanpa perlu membagi
keuntungan kepada pihak Bank, tetapi cukup membayar biaya
administrasi saja.
Ijarah merupakan pembiayaan untuk pengadaan barang
ditambah keuntungan yang disepakati antara Bank dan nasabah
dengan

sistem

pembayaran

sewa

tanpa

diakhiri

dengan

kepemilikan (objek ijarah tetap menjadi milik Bank.
Hawalah merupakan perpindahan tanggung jawab dari
nasabah kepada Bank untuk membayarkan hutangnya kepada pihak
ketiga. Atas persetujuan bersama, pihak Bank membayarkan
hutang pihak nasabah kepada pihak ketiga dan dalam waktu yang
bersamaan pihak nasabah memiliki hutang kepada bank.
Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh Bank atas
permintaan nasabah untuk pelaksanaan kewajiban tertentu,
misalnya proyek.
Wakalah merupakan perwakilan dari pihak Bank kepada
nasabah untuk suatu urusan tertentu (misalnya untuk membeli
barang) dan bertindak atas namanya.
4) Jasa Layanan Bagi Nasabah
Pembayaran zakat, infaq, dan shadaqah.

34

5) Bentuk Kerjasama
a) Penerimaan Setoran Biaya Pendidikan
BPRS Dana Amanah dapat

memberikan layanan

penerimaan setoran biaya pendidikan di sekolah dan juga dapat
menyediakan formulir dengan desain khusus untuk media
penyetoran siswa.
b) Penerimaan Setoran Tabungan
BPRS Dana Amanah dapat
penerimaan

setoran

rekening

memberikan layanan
di

sekolah/pondok

pesantren/perusahaan.
c) Pembayaran Gaji Via Rekening
Adalah sistem layanan pembayaran gaji melalui rekening
karyawan.
d) Pick Up Service
Adalah layanan pengambilan setoran ke tempat nasabah
oleh karyawan BPRS Dana Amanah .
e) Standing Instruction
Yaitu

perintah

nasabah

untuk

memindahbukukan

sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan ke rekening
pihak lain secara otomatis dan berkala.
f) Pembayaran Zakat Otomatis
Yaitu zakat yang dipotongkan dari bagi hasil tabungan
maupun deposito setiap bulan secara otomatis.

35

2. Ketentuan Umum Pembiayaan Murabahah
a. Jangka Waktu
Maksimal jangka waktu di BPRS Dana Amanah adalah 3
(tiga) tahun. Apabila nasabah debitur meminta jangka waktu angsuran
lebih dari jangka waktu maksimal yang ditetapkan, pihak Bank tidak
dapat menerimanya.
b. Plafond Pembiayaan
Maksimal plafond pembiayaan yang akan diberikan oleh pihak
Bank adalah sebesar nilai objek agunan dan besaran nilai tersebut
didasarkan pada perhitungan nilai pasar dan nilai likuidasi agunan
yang dilakukan oleh surveyor.
BPRS

Dana

Amanah

mengalokasikan

dananya

untuk

pembiayaan per individu sebesar 10% dari total aset yang dimiliki
sesuai dengan Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP).
Plafond Pembiayaan yang akan dicairkan oleh Bank adalah
nominal yang tidak melampaui BMPP dan maksimal setara dengan
nilai agunan.
c. Agunan
Objek yang dapat dijadikan agunan dalam pembiayaan
murabahah ada dua macam, yaitu sertifikat untuk jaminan fixed asset
dan BPKB untuk jaminan kendaraan bermotor. Sebelum realisasi
pembiayaan dilaksanakan, pihak Bank akan melakukan penilaian
terhadap kondisi fisik tanah, properti dan atau kendaraan guna

36

mengetahui kelayakan untuk direkomendasikan sebagai agunan yang
menjadi dasar bagi Bank dalam pencairan plafond pembiayaan. Dalam
hal ini, surveyor akan melakukan perhitungan berdasarkan nilai pasar
dan nilai likuidasi agunan.
Objek agunan yang akan diserahkan harus berdasarkan atas
nama nasabah bersangkutan. Namun pihak Bank tidak membatasi
pemberian apabila objek agunan adalah milik pihak lain., dengan
syarat pihak yang berhak atas objek tersebut bersedia untuk
menyerahkannya

sebagai

agunan

kepada

Bank.

Misalnya

menggunakan Sertifikat Tanah atau BPKB atas nama orang tua. Usia
pemilik agunan maksimal 55 tahun.
d. Asuransi
Nasabah debitur yang melaksanakan pembiayaan murabahah
akan di-cover dengan asuransi jiwa dan wajib menutup beban asuransi
pada perusahaan asuransi yang ditunjuk oleh pihak BPRS Dana
Amanah dan menetapkan pihak Bank sebagai pihak yang berhak
menerima pembayaran klaim atas asuransi (Banker’s Clause).
e. Uang Muka
Untuk mengetahui seberapa besar keseriusan nasabah dalam
pengajuan pembiayaan, pihak Bank meminta uang muka atas
pembayaran pembelian. Persentase uang muka yang ditetapkan pihak
Bank

adalah

sebesar

30%

dari

total

plafond

pembiayaan.

Pembayarannya dilakukan sebelum berlangsungnya akad. Apabila

37

Rapat

Komite

Pembiayaan

memutuskan

bahwa

permohonan

pembiayaan disetujui, maka pembayaran uang muka segera dilakukan
melalui rekening calon nasabah yang bersangkutan pada BPRS Dana
amanah.
f. Biaya pra Realisasi
Merupakan biaya yang timbul berkaitan dengan fasilitas
pembiayaan murabahah yang menjadi beban tanggungan yang wajib
dibayar dimuka oleh calon nasabah sebelum penandatanganan akad
perjanjian. Biaya ini dipersiapkan di rekening calon nasabah pada saat
Rapat Komite Pembiayaan menyetujui proposal pembiayaan yang
diajukan.
Biaya pra realisasi ini meliputi:
1) Biaya administrasi sebesar 1,5% dari plafond pembiayaan
2) Biaya notaris
3) Biaya materai
4) Premi asuransi jiwa
g. Rekening Tabungan
Calon nasabah yang telah disetujui pengajuan pembiayaannya
oleh Rapat Komite Pembiayaan, diwajibkan membuka rekening pada
BPRS Dana Amanah, guna kelancaran transaksi yang berkaitan
dengan pembiayaan. Saldo minimal pada rekening adalah sebesar satu
kali angsuran pembiayaan. Melalui rekening ini pula, nasabah dapat
menyetorkan uang muka dan biaya pra realisasi. Pengangsuran

38

pembiayaan dilakukan melalui rekening tersebut untuk kemudian
dilakukan pendebetan.
3. Penerapan Prinsip Pembiayaan Murabahah
a. Akad
Akad

akan

dilaksanakan

setelah

nasabah

memenuhi

persyaratan berikut ini:
1) Telah menyerahkan surat atau formulir permohonan pesanan
barang yang berisi rincian barang yang akan dibeli serta tanggal
penyerahan barang yang dikehendaki berdasarkan perjanjian.
2) Telah menyerahkan semua dokumen.
3) Telah menandatangani Surat Perjanjian dan perjanjian-perjanjian
jaminan yang dipersyaratkan.
4) Biaya pra realisasi dan uang muka telah disiapkan pada rekening
calon nasabah.
5) Telah menyerahkan Surat Pengakuan Utang sebagai Surat
Sanggup untuk membayar lunas harga jual kepada BPRS Dana
Amanah.
6) Telah menyerahkan Surat Kuasa Menjual Agunan yang dijadikan
jaminan atas perjanjian.
b. Perhitungan Margin
Margin keuntungan pembiayaan murabahah bersifat tetap
tanpa dipengaruhi oleh menurunnya jumlah nilai pokok pinjaman.

39

Perhitungan margin dilakukan dengan menggunakan sistem flat sesuai
tabel.
Tabel 2.1
Perhitungan Margin Pembiayaan Murabahah per Tahun
Produk Pembiayaan

Murabahah

Jangka Waktu

Rasio/Tahun

1 tahun

20%

2 tahun

19%

3 tahun

18%

Sumber: Tabel Angsuran Pembiayaan Murabahah di BPRS Dana Amanah
Perhitungan sistem flat pada tabel di atas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1) Margin pembiayaan 1 (satu) tahun :
1 x (harga pokok x 20%)
2) Margin pembiayaan 2 (dua) tahun :
2 x (harga pokok x 19%)
3) Margin pembiayaan 3 (satu) tahun :
3 x (harga pokok x 18%)
Pembayaran margin dilakukan setiap bulan selama jangka
waktu yang ditetapkan dan dibayar bersamaan dengan angsuran
pokok.

40

c. Pembayaran Angsuran
Sistem pembayaran pembiayaan murabahah dilakukan dengan
cara mengangsur pada tiap-tiap bulan pada hari kerja Bank. Besarnya
angsuran bersifat tetap, baik angsuran pokok maupun angsuran
margin. Angsuran pertama dibayarkan setelah 1 (satu) bulan terhitung
sejak akad dilangsungkan (realisasi pembiayaan).
Pembayaran angsuran disesuaikan dengan jadwal dan besarnya
angsuran ditetapkan dalam Surat Sanggup untuk membayar lunas.
d. Potongan Pembiayaan
Apabila nasabah debitur dapat melaksanakan pelunasan
sebelum jangka waktu pembiayaan berakhir, pihak Bank akan
memberikan potongan atas pelunasan yang dipercepat tersebut, berupa
potongan atas margin yang belum jatuh tempo.
Pemberian

potongan

pembiayaan

murabahah

tidak

diperjanjikan dalam akad dan diatur sesuai kebijakan Bank oleh Tim
Komite Pembiayaan.
e. Denda
Apabila sampai dengan akhir bulan berjalan nasabah belum
membayar angsuran, maka pihak Bank akan mengenakan biaya
keterlambatan angsuran atau penalti (kafarah) yang besarnya
0,000500 dari jumlah tertunggak per hari. Biaya ini akan disetorkan ke
rekening ZIS sebagai dana infaq dan shadaqah. Pembebanan biaya
keterlambatan angsuran tersebut dimulai sejak tanggal jatuh tempo.

41

4. Sasaran Pembiayaan Murabahah
Fasilitas pembiayaan murabahah BPRS Dana Amanah diberikan
kepada individu maupun badan usaha yang memerlukan jasa perbankan
untuk diberikan pembiayaan yang akan digunakan untuk membeli barangbarang modal usaha dan atau barang-barang konsumtif.
Contoh dari pembiayaan konsumtif adalah jual beli kendaraan
bermotor. Untuk pembiayaan investasi atau barang modal pada badan
usaha dispesifikasikan kedalam beberapa sektor usaha sebagai berikut:
1. Dealer sepeda motor/mobil
2. Kontraktor
3. Bengkel atau toko sparepart
4. Toko ATK (alat tulis kantor)
5. Toko kelontong
6. Usaha musiman yang pangsa pasarnya jelas dan pasti
7. Rental mobil
8. Usaha catering
9. Usaha batik
10. Percetakan
11. Ricemill
12. Toko furniture
13. BMT atau Baitul Mal Wattamwil yang sehat dan berada di sekitar
keresidenan Surakarta
Dan lain-lain.

42

5. Tingkat Perkembangan Nasabah Pembiayaan Murabahah di BPRS Dana
Amanah
Tabel 2.2
Data Perkembangan Nasabah Pembiayaan Murabahah di BPRS Dana
Amanah
No

Bulan

Jumlah Nasabah

Jumlah Pembiayaan
(rupiah)

1

Juni

2 account

15.000.000.-

2

Juli

14 account

241.000.000,-

3

Agustus

5 account

56.000.000,-

4

September

5 account

125.000.000,-

5

Oktober

6 account

128.000.000,-

6

November

3 account

18.000.000,-

7

Desember

5 account

139.000.000,-

Total Pembiayaan

722.000.000,-

Sumber: Pembukuan Data Nasabah Pembiayaan Murabahah BPRS Dana
Amanah
Data pada tabel di atas menunjukkan perkembangan produk
pembiayaan murabahah pada BPRS Dana Amanah pada satu tahun
pertama setelah pihak bersangkutan beroperasi. Dari data tersebut, dapat
diketahui pada periode pertama bulan Juni, BPRS Dana Amanah mampu
menarik 2 (account) nasabah untuk bermitra dengan pihak Bank. Untuk
bulan berikutnya, jumlah nasabah pembiayaan murabahah mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yaitu 14 (empat belas) account dengan

43

total pembiayaan yang cukup besar. Sementara untuk bulan berikutnya,
terjadi penurunan jumlah nasabah yang cukup drastis dengan jumlah yang
sama untuk periode berikutnya pada bulan September, yaitu 5 (lima)
account. Pada bulan Oktober, jumlah nasabah meningkat dengan jumlah 6
(enam) account, diiringi dengan penurunan kembali hingga 50% persen
menjadi 3 (tiga) account pada bulan November. Dan peningkatan jumlah
nasabah pembiayaan murabahah terjadi pada periode selanjutnya pada
bulan Desember dengan jumlah 5 (lima) account.
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan
murabahah pada BPRS Dana Amanah senantiasa mengalami peningkatan
dan atau penurunan pada setiap pergantian periode.

44

BAB IV
ANALISIS

A. Prosedur Realisasi Pembiayaan Murabahah
Prosedur

realisasi

pembiayaan

murabahah

diawali

dengan

permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah kepada BPRS
Dana Amanah dengan cara mengisi Formulir Permohonan Pembiayaan serta
melengkapi berkas-berkas persyaratan.
Surat Permohonan 1 atau SP1 akan segera diterbitkan oleh marketing
dari calon nasabah untuk kemudian diserahkan kepada Bagian Pembiayaan.
Form SP1 adalah surat permohonan aktivitas pendukung proses pembiayaan
yang berisi tentang data-data calon nasabah, yaitu:
1. Bidang Usaha Nasabah
2. Alamat
3. Tujuan Pembiayaan
4. Plafond Pembiayaan
5. Jangka Waktu
6. Berkas-berkas yang masih kurang
Oleh Bagian Pembiayaan, Form SP1 diperiksa dan diteruskan kepada
Direktur Utama. Apabila Direktur Utama menolak Form SP1, maka pengajuan
pembiayaan tidak dapat diteruskan untuk direalisasi dan dibuat surat
penolakan kepada nasabah atau dengan cara memberitahukan kepada
pemohon segera via telepon atau secara langsung. Namun apabila Form SP1

45

disetujui, akan segera dilaksanakan survei terhadap usaha, agunan dan hal-hal
yang berkaitan dengan si pemohon oleh tim surveyor. Survei ini dilakukan
untuk menganalisis kelayakan pengajuan pembiayaan.
Setelah survei dilaksanakan, Bagian Pembiayaan akan menerbitkan
Surat Permohonan 2 (SP2) untuk diserahkan pada Rapat Komite Pembiayaan.
Form SP2 berisi sebagai berikut:
1. Dokumen Analisis hasil survei
a. Form Analisis Karakter
b. Form Analisis Yuridis
c. Form Analisis Kelayakan Ekonomi
d. Form Analisis Taksasi
e. Form Analisis Syariah
2. Dokumen Pendukung
Untuk calon nasabah Badan Usaha:
a. Aplikasi Pembiayaan
b. Akta Pendirian Usaha
c. NPWP Usaha
d. Surat Penetapan dan Pengesahan Pengurus/Pegawai
e. Hasil Penilaian Kesehatan Usaha
f. Laporan Bulanan dan Laporan Tahunan Usaha
g. Fotokopi KTP semua pengurus dan pengawas
h. Fotokopi Agunan
i. Fotokopi PBB Agunan

46

j. Foto lokasi dan tempat usaha
k. Foto Agunan
Untuk nasabah individu:
a. Aplikasi Pembiayaan
b. Fotokopi KTP
c. Fotokopi KK/Kartu Keluarga
d. Fotokopi Akta Nikah
e. NPWP
f. Laporan Penilaian Objek Agunan
g. Foto Agunan
h. Foto Properti
3. Form Indeks Nominatif Pembiayaan
Berisi tentang jumlah poin pembiayaan yang akan menjadi dasar
dalam penilaian kelayakan pembiayaan.
Dalam Rapat Komite Pembiayaan, dokumen-dokumen dalam Surat
Permohonan 2 akan dibahas bersama-sama untuk diputuskan mengenai
kelayakan pengajuan pembiayaan untuk direalisasi. Apabila Tim Komite
Pembiayaan memutuskan untuk menolak pengajuan tersebut, maka realisasi
tidak dapat dilaksanakan dan berkas-berkas pembiayaan dikembalikan.
Namun apabila Tim Komite Pembiayaan menyetujui proposal
pembiayaan dari pemohon, pihak Bank akan mengeluarkan Surat Offering
Letter yaitu surat persetujuan pihak BPRS Dana Amanah untuk memberikan
fasilitas pembiayaan. Dan calon nasabah harus segera membuka rekening di

47

BPRS Dana Amanah guna memperlancar transaksi yang berkaitan dengan
pembiayaan murabahah. Melalui rekening tersebut, calon nasabah akan
membayar uang muka dan biaya pra realisasi yang telah disepakati sebelum
pelaksanaan akad.
Selanjutnya, calon nasabah mengisi Form Rencana Pembelian Barang
untuk objek yang akan diperjualbelikan dalam transaksi murabahah dan
kemudian calon nasabah meminta nota pembelian barang pada supplier atas
nama yang bersangkutan untuk selanjutnya diserahkan pada pihak Bank
sebagai bentuk perwakilan dari barang pada saat akad. Setelah nota diterima,
pihak Bank akan membuat jadwal angsuran atas jual beli barang yang akan
dilaksanakan, untuk kemudian menjadi salah satu berkas yang akan
ditandatangani dalam akad perjanjian.
Setelah semua hal tersebut di atas terpenuhi, akad segera dilaksanakan.
Pada saat akad dilangsungkan, calon nasabah diminta untuk menandatangani
beberapa dokumen dan Surat Perjanjian. Sebelum ditandatangani, nasabah
harus membaca atau dibacakan tentang semua isi perjanjian serta dokumendokumen yang menjadi lampiran dalam Surat Perjanjian, sehingga calon
nasabah memahami sepenuhnya segala yang akan menjadi akibat hukum
setelah menandatanganinya. Berikut dokumen-dokumen yang terlampir dalam
Surat Perjanjian, yaitu:

48

1. Surat Sanggup
Berisi kesanggupan nasabah dalam membayar pinjaman dengan
cara melakukan transfer/penyetoran ke rekening nasabah pada BPRS Dana
Amanah untuk selanjutnya dilakukan pendebetan.
2. Surat Kuasa Menjual
Berisi tentang penyerahan agunan dari nasabah kepada BPRS Dana
Amanah sebagai agunan dalam pembiayaan
3. Surat Kuasa Debet
Berisi tentang pemberian kuasa dari nasabah kepada BPRS Dana
Amanah

untuk

melakukan

pendebetan

terha