Penanda dan fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado - USD Repository

  PENANDA DAN FUNGSI GAYA BAHASA IRONI, SINISME, DAN SARKASME

DALAM NOVEL BOULEVARD DE CLICHY AGONIA CINTA MONYET KARYA REMY SYLADO

  Tugas Akhir Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

  Oleh: Agata Meika Vitriani

  NIM: 104114011 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Maret 2014

  Tulisan ini ku persembahankan untuk: Bapakku,

  Yusuf Ngadi Suminto Ibuku,

  Maria Sadiyem Tanteku,

  Fransisca Warsini Terima kasih atas dukungan, kasih sayang, perhatian, dan bimbingannya

  Kakak-kakakku tercinta, Noka Wahyuni dan Marcellina Rika dan Adik-adikku yang tersayang,

  Stephanus Andy Christian, Stephanie Nadya Lita, Bernardus Gavin Meckell P.

  KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat kesehatan dan perlindunganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penanda dan Fungsi Gaya Bahasa Ironi, Sinisme dan Sarkasme dalam Novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet Karya Remy Sylado.”

  Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna sebagaimana yang diharapkan baik secara materi maupun cara penyajiannya.

  Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian selanjutnya.

  Atas kelancaran penyusunan skripsi ini peneliti perlu menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

  1. Dosen Pembimbing I, Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. yang telah berkenan menjadi dosen pembimbing I dan telah memberikan bimbingan kepada penulis, serta banyak memberikan rekomendasi buku bacaan, sehingga penyusunan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.

  2. Dosen Pembimbing II, Dr. P. Ari Subagyo, M.Hum. yang telah berkenan menjadi dosen pembimbing II dalam penyusunan skripsi ini.

  3. Dosen Prodi Sastra Indonesia yang telah memberikan pendampingannya selama penulis menempuh masa studi, Drs. Hery Antono, M.Hum., Dra. Fr.

  Tjandrasih Adji, M.Hum., S.E. Peni Adji, S.S., M.Hum., Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., dan segenap dosen yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

  4. Dr. F.X. Siswadi, M.A. sebagai Dekan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

  5. Segenap staf dan karyawan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  6. Bapak Y. Ngadi Suminto dan Ibu Maria Sadiyem, orang tua penulis yang selalu memberikan kasih sayang yang tidak terhingga, doa, materi, dorongan, semangat dan perhatian kepada penulis.

  7. Kakak dan adik penulis yang selalu memberi semangat dan motivasi kepada penulis; Noka, Rika, Andi, Lita, Gavin.

  8. Teman terbaik penulis yang selalu memberikan dukungan tiada henti, Leonardus Carol.

  9. Semua teman di Prodi Sastra Indonesia angkatan 2010 khususnya Diska, Tia, Yanti, Diana, Anton, Desmon, Jeje terima kasih telah menjadi teman bertukar pikiran yang menyenangkan bagi penulis.

  10. Teman-teman yang memberikan dukungan dan semangat tiada henti Nancy, Dian, Klara, Vani, serta segenap teman-teman mahasiswa Prodi Sastra Indonesia.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap sumbangan pemikiran kritik dan saran agar skripsi ini menjadi lebih baik. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

  Yogyakarta, 27 Maret 2014 Penulis

  Agata Meika Vitriani ABSTRAK Vitriani, Agata Meika. 2014. Penanda dan Fungsi Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan

  Sarkasme dalam Novel Bolevard De Clichy Agonia Cinta Monyet Karya Remy Sylado. Skripsi Strata 1 (S-1). Yogyakarta: Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

  Objek penelitian ini adalah gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu, penanda gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado, dan fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado.

  Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yaitu pengumpulan data, analisis data, dan pemaparan hasil analisis data. Data diperoleh dari novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan teknik catat. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode padan dan metode agih. Metode padan yang digunakan adalah metode padan pragmatis yang alat penentunya adalah mitra bicara. Metode ini dilanjutkan dengan metode agih yang menggunakan teknik dasar bagi unsur langsung. Setelah itu dilanjutkan dengan teknik ganti dan teknik baca markah. Pemaparan hasil analisis dilukan dengan metode formal dan metode informal.

  Dari penelitian, ditemukan penanda yang membedakan antara gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme, yaitu objek tuturan yang didukung oleh koteks. Penanda gaya bahasa ironi dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet adalah (1) tuturan tidak terus terang, (2) peribahasa, (3) tuturan ganda atau pasangan tuturan konfirmatif. Penanda gaya bahasa sinisme, yaitu (1) tuturan retoris, (2) peribahasa, (3) tuturan ganda atau pasangan tuturan menyangsikan yang konfirmatif. Adapun penanda gaya bahasa sarkasme, yaitu (1) tuturan yang mengandung umpatan.

  Gaya bahasa ironi, sinisme dan sarkasme memiliki fungsi bahasa yang berguna untuk menggerakkan imajinasi pembaca dalam memahami sebuah karya sastra. Gaya bahasa ironi dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado ini memiliki fungsi ironi. Gaya bahasa sinisme memiliki fungsi kejujuran. Hal tersebut dapat dipahami dari bagaimana pengarang memaparkan cerita dan dari tuturan tokoh yang terlihat lebih jujur dan jelas sebagai bentuk ekspresi perasaan, emosi, atas perilaku seseorang atau pembicaraan antar tokoh. Adapun gaya bahasa sarkasme memiliki fungsi mengungkapkan sesuatu secara tersu terang. Sindiran atau ungkapan kasar dengan umpatan- umpatan tersebut biasa terlontarkan secara langsung karena suatu bentuk ekspresi perasaan, atau pun emosi terhadap sesuatu hal.

  ABSTRACT Vitriani, Agata Meika. 2014. “Signifiant and Style Functions of Irony, Cynicism, and Sarcasm in Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet, Novel by

  Remy Sylado”. An Undergraduate Thesis. Yogyakarta: Indonesian Letters Study Programme. Department of Indonesian Letters. Faculty of Letters. Sanata Dharma University. This research is intended to analyze the stylistic of irony, cynicism, and sarcasm in Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet, novel by Remy Sylado. There were two problem formulations: a) what kind signifiant of style irony, cynicism, and sarcasm in the novel of Boulevard de Clichy Agonia Cinta Monyet, b) what is the function of stylistic irony, cynicism, and sarcasm in Boulevard de Clichy Agonia Cinta Monyet, novel by Remy Sylado?

  This reseacrh is conducted in three stages. They are collecting data, analyzing data, and describing of data analyzing result. The data is collected from correct and noted technique. The data in this research is analyzed using pragmatic (identity) method and agih (distributional) method. Padan pragmatic method that used determining tool is conversational partner. This method continued by agih method that used direct divide unsure, basic technique. And next technique that used is substitution technique and baca markah technique. The describtion result of data analysis is carried on by formal and informal method.

  The result of this research, it was found signifiant that distinguish between the style of irony, cynicism, and sarcasm, which is supported by the speech object contexts. Signifiant irony in the Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet, novel by Remy Sylado is (1) speech are not overtly, (2) proverbs, (3) double speech utterances confirmatory. Signifiant style cynicism, namely (1) the rhetorical speech, (2) proverbs, (3) double speech utterances doubt that confirmatory. The signifiant style sarcasm, namely (1) double speech that containing invictive.

  Style irony, cynicism, and sarcasm has a useful language functions to move the imagination of the reader in understanding a literary. Stylistic irony in Boulevard de Clichy Agonia Cinta Monyet, novel by Remy Sylado has irony function. Style cynicism has honesty function. This can be understood from the story and how the author describes the character of the speech that looks more honest and clear as a form of expression of feelings, emotions, for behavior or conversation between characters. As for the style of sarcasm has openly express something function. Satire or coarse expression with the usual directly as a form of expression of feelings, or emotions toward something.

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ...................................................... v HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii ABSTRAK ..................................................................................................... ix ABSTRACT ................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

  BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 4

  1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 4

  1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 5

  1.5 Tinjauan Pustaka ............................................................................... 5

  1.6 Landasan Teori .................................................................................. 7

  1.6.1 Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme ................................. 7

  1.6.2 Fungsi Gaya Bahasa ................................................................... 9

  1.7 Data, Metode, dan Teknik Penelitian ................................................... 12

  1.7.1 Objek Penelitian, Sumber Data, dan Sinopsis ............................. 12

  1.7.1.1 Objek Penelitian ...................................................................... 12

  1.7.1.2 Sumber Data ............................................................................ 12

  1.7.1.3 Sinopsis ................................................................................... 13

  1.7.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ...................................... 14

  1.7.3 Metode dan Teknik pada Tahap Analisis Data ............................ 15

  1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ........................................ 18

  1.8 Sistematika Penyajian............................................................................ 19

  BAB II PENANDA GAYA BAHASA IRONI, SINISME, DAN SARKASME 20

  2.1 Penanda Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme ........................... .. 20

  2.1.1 Penanda Gaya Bahasa Ironi ........................................................ 20

  2.1.1.1 Tuturan tidak terus terang ........................................................ 21

  2.1.1.2 Peribahasa ............................................................................... 22

  2.1.1.3 Tuturan Ganda atau Pasangan Tuturan Konfirmatif ................. 23

  2.1.2 Penanda Gaya Bahasa Sinisme ................................................... 33

  2.1.2.1 Tuturan Retoris ........................................................................ 33

  2.1.2.2 Peribahasa ............................................................................... 35

  2.1.2.3 Tuturan Ganda atau Pasangan Tuturan Menyangsikan ............. 47

  2.1.3 Penanda Gaya Bahasa Sarkasme ................................................. 41

  2.1.3.1 Tuturan yang Mengandung Umpatan ....................................... 41

  BAB III FUNGSI GAYA BAHASA IRONI, SINISME, DAN SARKASME.. 48

  3.1 Fungsi Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme ................................ 48

  3.1.1 Fungsi Gaya Bahasa Ironi ............................................................ 48

  3.1.1.1 Fungsi Ironi ............................................................................. 49

  3.1.2 Fungsi Gaya Bahasa Sinisme ...................................................... 52

  3.1.2.1 Fungsi Kejujuran ...................................................................... 52

  3.1.3 Fungsi Gaya Bahasa Sarkasme ................................................... 54

  3.1.3.1 Fungsi Mengungkapkan Sesuatu Secara Terus Terang ............. 54

  BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 61

  4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 61

  4.2 Saran ..................................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63

  DAFTAR TABEL Tabel 1: Gaya Bahasa Ironi .................................................................. 30 Tabel 2: Gaya Bahasa Sinisme ............................................................. 39 Tabel 3: Gaya Bahasa Sarkasme ........................................................... 46

  BAB I PENDAHULUAN

  Objek penelitian ini adalah gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado.

  Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran merupakan tuturan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Sinisme juga merupakan sindiran yang diartikan sebagai suatu bentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Adapun sarkasme merupakan sindiran yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Tuturan sarkasme mengandung kepahitan dan celaan yang getir (Keraf, 1984:143). Berikut ini contoh gaya bahasa ironi (1), sinisme (2) dan sarkasme (3) yang terdapat dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado:

  (1) Nunuk yang belia, yang yuwana, yang remaja, yang perawan tingting ini diejek banyak orang sebagai pungguk merindukan bulan (BDCACM, 2006:5).

  (2) “Jangan lagi kamu pakai alasan belajar, sampai kamu baru pulang siang begini,” kata ibunya Elleonora yang biasa dipanggil Ellen itu. “Mustinya, di waktu libur seperti begitu kamu tata-tata rumah kek. Anak perempuan kok tidak bisa mengurus rumah. Malah keluyuran dan pulang siang-siang begini.

  Dari mana saja sih kamu? Dan, mana Budiman? Tadi malam dia jemput kamu. Mustinya dia antar pulang juga dong. Apa dikiranya kamu anak liar, tidak punya orangtua lagi? Te erg! Onbeschaafd! (Keterlaluan! Tidak sopan!)” (BDCACM, 2006: 56)

  (3) Yani naik pitam. Bantal satunya lagi yang ada di atas sofa dilemparkannya kearah Waluyojati, seraya mengumpat, “Sinting!” (BDCACM, 2006: 60) Contoh (1) termasuk gaya bahasa ironi karena contoh tersebut memiliki tujuan menyindir dan merendahkan Nunuk melalui ungkapan (pungguk merindukan bulan).

  Contoh (2) berikut merupakan tuturan yang disampaikan oleh Ellen, ibu Nunuk, kepada Nunuk anaknya, termasuk gaya bahasa sinisme karena pada contoh tersebut mengandung suatu sindiran yang berbentuk kesangsian dari alasan Nunuk yang pamit pergi dari rumahnya untuk belajar bersama temannya. Gaya bahasa sinisme pada contoh (2) ditandai dengan kalimat retoris yang menandakan adanya kesangsian. Contoh (3) merupakan tuturan yang disampaikan Yani, ibu dari Budiman, kepada suaminya Waluyojati yang terlihat santai-santai saja mengetahui anaknya tidak kunjung pulang sampai enam hari lamanya. Contoh (3) termasuk dalam gaya bahasa sarkasme karena tuturan pada kalimat tersebut mengandung umpatan. Hal tersebut ditandai dengan digunakannya kata berkonotasi negatif, yaitu kata sinting.

  Gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme yang terdapat dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado dipilih sebagai topik dalam penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut. Pertama, dalam novel ini banyak digunakan gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme. Kedua, terkait dengan banyak ditemukan penggunaan gaya bahasa ironi, sinisme dan sarkasme, terbukti gaya bahasa tersebut merupakan fenomena kebahasaan yang perlu diteliti untuk sampai memahami perbedaan bentuk sindiran di antara ketiganya.

  Hal pertama yang dibahas dalam skripsi ini adalah penanda gaya bahasa ironi, sinisme dan sarkasme. Masalah kedua yang dibahas dalam penelitian ini adalah fungsi gaya bahasa ironi, sinisme dan sarkasme yang terdapat dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado, seperti terlihat dalam contoh berikut:

  (4) Atas nama cinta, orang selalu saja demikian Nunuk demikian pula Budiman terlalu cepat membayangkan kesenangan dan terlalu telat membayangkan kesusahan.

  Tapi itulah ciri insani manusia yang diperkatakan peribahasa: ‘gulai sedap nasi mentah, nasi sedap gulai mentah’.(BDCACM, 2006: 14) Contoh (4) termasuk gaya bahasa ironi yang memiliki fungsi ironi karena dalam gaya bahasa ironi dalam mengungkapkan kejelekan atau suatu hal yang kurang baik dengan cara yang ramah, menggunakan peribahasa.

  (5) Yani terperanjat. Suaranya lepas seperti air soda yang muncrat dari botol.

  “Apa?” katanya keras, mata melolo. “Apa kamu sudah sinting?” (BDCACM, 2006: 71)

  Contoh (5) termasuk gaya bahasa sinisme yang memiliki fungsi kejujuran karena pada kalimat tersebut merupakan suatu tuturan langsung dan tidak berbelit-belit dari bentuk reaksi Yani terhadap Budiman yang mengatakan ingin menikah dengan Nunuk. Contoh (5) mengandung kalimat retoris yang merupakan bentuk kesangsian terhadap niat Budiman yang ingin menikah dengan Nunuk.

  (6) “Goblok! Bangsat! Madirodok! Sue! Setan alas itu Waluyojati!” kata Suhardi sambil menyepa meja di hadapannya. “Dasar anjing kurap, anjing geladak, anjing budukan. Gua sumpah dia mampus jado taik! Lihat saja, Len.” (BDCACM, 2006: 97) Contoh (6) termasuk gaya bahasa sarkasme yang memiliki fungsi mengungkapkan sesuatu secara terus terang, karena pada kalimat tersebut terdapat tuturan yang mengekspresikan bentuk emosinya dengan umpatan-umpatan secara langsung.

  1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1 , permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1.2.1 Apa saja penanda gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado ?

  1.2.2 Apa saja fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado?

  Secara umum tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan penanda yang terdapat pada gaya bahasa ironi, sinisme, sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado. Secara khusus tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

  1.3.1 Mendeskripsikan penanda gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme.

  1.3.2 Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme yang terdapat dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy

  Hasil penelitian ini berupa penanda gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado, dan fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado tersebut diharapkan dapat bermanfaat kepada pembaca, baik secara teoritis maupun praktis:

  1. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat dalam bidang semantik dan pragmatik. Dalam bidang stilistika, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya khazanah kajian gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme. Dalam bidang pragmatik, hasil penelitian ini bertujuan menunjukkan bahwa maksud suatu tuturan dapat diungkapkan dengan berbagai cara yang terwujud dalam penanda gaya bahasa dan fungsi gaya bahasa.

  2. Secara praktis, hasil penelitian tentang penanda dan fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme ini berguna untuk guru dalam memberikan pelajaran tentang gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme. Selain itu, hasil penelitian ini juga bermanfaat bagi penerjemahan, yakni agar penerjemah dapat mengetahui penanda dan fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado.

  1.5 Tinjauan Pustaka Sejauh ini peneliti belum menemukan adanya penelitian mengenai gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia tentang gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme secara lebih mendalam, maka peneliti tertarik untuk meneliti penanda gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme, serta fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado. Namun peneliti menemukan bahwa telah ada tulisan tentang gaya bahasa ironi dan sarkasme, antara lain dalam e journal yang berjudul An Analysis Study of Figures of Speech: Euphemism, Irony, and Sarcasm in Poem Titled Canterbury Tales by Geoffrey Chaucer oleh Gina Aprilliawati, Hanip Pujiati, dan Teguh Imam. Gina Aprilliawati, dkk membicarakan gaya bahasa eufemisme, ironi, dan sarkasme yang digunakan dalam puisi yang berjudul Canterbury Tales karya Geoffrey Chaucer. M. Yumna Fikri, dalam skripsinya yang berjudul “Penggunaan Gaya Bahasa Sindiran Dalam Kolom “Semarangan” Pada Surat Kabar Suara Merdeka”, membahas mengenai banyak digunakannya gaya bahasa sindiran dalam kolom “Semarangan” pada surat kabar Suara Merdeka, di antaranya yaitu gaya bahasa ironi, gaya bahasa sinisme, gaya bahasa sarkasme, gaya bahasa satire, gaya bahasa innuendo, dan gaya bahasa antifrasis.

  Selain itu, mahasiswa Unpad (2008), dalam tesisnya yang berjudul “Gaya Bahasa Sarkasme Pada Film A Very Harold And Kumar 3D Christmas (Kajian Pragmatis dan Semantis)” . Dalam tesis tersebut membahas kata atau frasa yang termasuk gaya bahasa sarkasme dan menjelaskan makna yang terdapat dalam gaya bahasa sarkasme yang muncul pada percakapan antar tokoh.

  Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, peneliti memutuskan untuk mengadakan penelitian mengenai gaya bahasa ironi, sinisme,

Remy Sylado. Dalam tugas akhir ini peneliti akan menganalisis penanda dan apa saja fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel tersebut

  1.6 Landasan Teori Dalam landasan teori ini dipaparkan pengertian gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme.

  1.6.1 Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme Teori tentang gaya bahasa yang sering dipergunakan adalah pendapat Keraf dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa (1984; 136-145), yaitu gaya bahasa berdasarkan langsung atau tidaknya makna. Adapun berbagai macam gaya bahasa sindiran yaitu, ironi, sinisme, dan sarkasme seperti diuraikan dibawah ini:

  Menurut Keraf (1984:143-144), ironi diturunkan dari kata eironeia yang berarti penipuan atau pura-pura. Sebagai bahasa kiasan, ironi atau sindiran adalah gaya bahasa yang mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.

  Ironi merupakan suatu upaya literer yang efektif karena ironi menyampaikan impresi yang mengandung pengekangan yang besar. Entah dengan sengaja atau tidak, rangkaian kata-kata yang dipergunakan itu mengingkari maksud yang sebenarnya. Sebab itu, ironi akan berhasil kalau pendengar juga sadar akan maksud yang disembunyikan di balik rangkaian kata-katanya. b) Sinisme Sinisme diartikan sebagai gaya bahasa yang mengungkapkan kesangsian. Ungkapan kesangsian tersebut mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Gaya bahasa sinisme ini memiliki sifat yang lebih kasar dari ironi. Walaupun sinisme dianggap lebih keras dari ironi, namun kadang-kadang masih sukar diadakan perbedaan antara keduanya.

  c) Sarkasme Sarkasme merupakan gaya bahasa yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Sarkasme adalah gaya bahasa berbentuk sindiran yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dapat saja bernilai ironis, dapat juga tidak, tetapi yang jelas adalah bahwa gaya ini selalu akan menyakiti hati dan kurang enak didengar. Kata sarkasme diturunkan dari kata Yunani sarkasmos, yang lebih jauh diturunkan dari kata kerja sakasein yang berarti “merobek-robek daging seperti anjing”, “mengigit bibir karena marah”, atau “berbicara dengan kepahitan.

  Ketiga gaya bahasa, yaitu ironi, sinisme, dan sarkasme memiliki kesamaan yaitu gaya bahasa yang berupa sindiran. Sedangkan perbedaan di antara ketiganya, yaitu ironi adalah gaya bahasa sindiran yang digunakan untuk menyindir. Sinisme adalah gaya bahasa sindiran yang digunakan untuk menyangsikan, serta sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang digunakan untuk mengumpat.

  1.6.2 Fungsi Gaya Bahasa Menurut Keraf dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa, style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

  Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut: kejujuran, sopan-santun, dan menarik.

  a. Kejujuran Hidup manusia hanya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi sesamanya, kalau hidup itu dilandaskan pada sendi-sendi kejujuran. Kejujuran adalah suatu pengorbanan, karena kadang-kadang ia meminta kita melaksanakan sesuatu yang tidak menyenangkan diri kita sendiri. Namun tidak ada jalan lain bagi mereka yang ingin jujur dan bertindak jujur. Bila orang hanya mencari kesenangan dengan mengabaikan segi kejujuran, maka akan timbullah hal-hal yang menjijikkan.

  Kejujuran dalam bahasa berarti: kita mengikuti aturan-aturan, kaidah- kaidah yang baik dan benar dalam berbahasa. Pemakaian kata-kata yang kabur dan tak terarah, serta penggunaan kalimat yang beerbelit-belit, adalah jalan untuk mengundang ketidakjujuran. Pembicara atau penulis tidak menyampaikan isi pikirannya secara terus terang; ia seolah-olah menyembunyikan pikirannya itu dibalik rangkaian kata-kata yang kabur dan jaringan kalimat yang berbelit-belit tak menentu. Ia hanya mengelabui pendengar atau pembaca dengan mempergunakan kata-kata yang kabur dan “hebat”, hanya agar bisa tampak lebih intelek atau lebih dalam menandakan bahwa pembicara atau penulis tidak tahu apa yang akan dikatakannya. Ia mencoba menyembunyikan kekurangannya di balik berondongan kata-kata hampa.

  Bahasa adalah alat untuk kita bertema dan bergaul. Sebab itu, ia harus digunakan pula secara tepat dengan memperhatikan sendi kejujuran.

  b. Sopan-santun Yang dimaksud dengan sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara. Rasa hormat di sini tidak berarti memberikan penghargaan atau menciptakan kenikmatan melalui kata-kata, atau mempergunakan kata-kata yang manis sesuai dengan basa-basi dalam pergaulan masyarakat beradab. Bukan itu! Rasa hormat dalam gaya bahasa dimanifestasikan melalui kejelasan dan kesingkatan.

  Menyampaikan sesuatu secara jelas berarti tidak membuat pembaca atau pendengar memeras keringat untuk mencari tahu apa yang ditulis atau dikatakan. Di samping itu, pembaca atau pendengar tidak perlu membuang- buang waktu untuk mendengar atau membaca sesuatu secara panjang lebar, kalau hal itu bisa diungkapkan dalam beberapa rangkaian kata. Kejelasan dengan demikian akan diukur dalam beberapa butir kaidah berikut, yaitu:

  (1) kejelasan dalam struktur gramatikal kata dan kalimat; (2) kejelasan dalam korespondensi dengan fakta yang diungkapkan melalui kata-kata atau kalimat tadi; (3) kejelasan dalam pengurutan ide secara logis; (4) kejelasan dalam penggunaan kiasan dan perbandingan.

  Kesingkatan sering jauh lebih efektif daripada jalinan yang berliku- liku. Kesingkatan dapat dicapai melalui usaha untuk mempergunakan kata- kata secara efisien, meniadakan penggunaan dua kata atau lebih yang bersinonim secara longgar, menghindari tautologi, atau mengadakan repetisi yang tidak perlu.

  Di antara kejelasan dan kesingkatan sebagai ukuran sopan-santun, syarat kejelasan masih jauh lebih penting daripada syarat kesingkatan.

  c. Menarik Kejujuran, kejelasan serta kesingkatan harus merupakan langkah dasar dan langkah awal. Bila seluruh gaya bahasa hanya mengandalkan kedua (atau ketiga) kaidah tersebut di atas, maka bahasa yang digunakan masih terasa tawar, tidak menarik. Sebab itu, sebuah gaya bahasa harus pula menarik.

  Sebuah gaya yang menarik dapat diukur melalui beberapa komponen berikut: variasi, humor yang sehat, pengertian yang baik, tenaga hidup (vitalitas), dan penuh daya khayal (imajinasi).

  Penggunaan variasi akan menghindari monotoni dalam mata, struktur, dan pilihan kata. Untuk itu, seorang penulis perlu memiliki kekayaan dalam kosa kata, memiliki kemauan untuk mengubah panjang-pendeknya kalimat, dan struktur-struktur morfologis. Humor yang sehat berarti: gaya bahasa itu mengandung tenaga untuk menciptakan rasa gembira dan nikmat. Vitalitas dan daya khayal adalah pembawaan yang berangsur-angsur dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman.

  1.7 Data, Metode, dan Teknik Penelitian Data penelitian ini berupa kalimat ataupun tuturan antar tokoh yang mengandung gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme. Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado.

  Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing- masing tahap dalam penelitian ini.

  1.7.1 Objek Penelitian, Sumber Data, dan Sinopsis

  1.7.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado.

  Objek ini berada dalam data yang berupa kalimat ataupun tuturan antar tokoh.

  1.7.1.2 Sumber Data Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado.

  Judul : Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet No. ISBN : 9792220372 Penulis : Remy Sylado Penerbit : Gramedia Pustaka Utama Tanggal Terbit : Maret- 2006 Jumlah Halaman : 672 halaman

  1.7.1.3 Sinopsis Berikut ini dipaparkan sinopsis dari novel Boulevard De Clichy Agonia

  Cinta Monyet karya Remy Sylado, untuk membantu pemahaman dalam menganalisis permasalahan yang dibahas pada Bab II dan Bab III.

  Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet, novel karangan Remy Sylado ini dalam ceritanya menggambarkan kehidupan di era reformasi yang banyak menceritakan tentang kondisi masyarakat kelas atas, diwakili oleh Waluyojati seorang pejabat pemerintahan yang korup, dengan istri yang suka mengatur dan anak tunggal yang manja; serta Anugrahati (Nunuk), anak tunggal dari keluarga yang kurang berada. Nasib Nunuk pun membawanya bekerja di Boulevard de Clichy, kawasan prostitusi di pelosok Paris.

  Cerita bermula dari kehidupan seorang remaja SMA yang menjalin kasih. Nunuk dan Budiman rela melakukan apapun atas nama cinta. Mereka tengah dibuai oleh asmara yang sedang bergejolak di hati mereka, namun campur tangan ibu Budiman dengan bantuan opo-opo (guna-guna) pun membuat Budiman lupa ingatan akan perbuatannya terhadap Nunuk, bahkan ia pun tak mengenal Nunuk, gadis yang dicintainya. Kekayaan orang tua Budiman karena jabatannya dalam pemerintahan mampu membawanya melanjutkan sekolah di Perancis. Di Perancis, Budiman bergaya anak pejabat yang lebih suka menghabis-habiskan uang daripada menuntut ilmu pengetahuan yang bisa diperolehnya disana. Sementara Nunuk yang punya saudara di Belanda, memutuskan untuk membawa anaknya yang baru lahir dan tinggal bersama keluarga ibunya di Belanda, ia melanjutkan sekolah disana. Pertemuannya dengan seorang pencari bakat turunan Turki membawanya bekerja di Paris, Perancis.

  Bakat Nunuk membawanya menjadi bintang di Boulevard de Clichy dengan julukan Météore de Java. Di balik kesuksesannya, Nunuk pun masih saja mengalami konflik dengan Albeni. Albeni, orang Turki yang membawanya ke Paris ternyata menjadikannya penari di tempat hiburan, sekaligus pekerja seks.

  Hingga Budiman dan Nunuk pun kembali lagi ke tanah air dan bertemu kembali setelah terpisah selama 5 tahun lamanya. Budiman tersadar dari pengaruh opo-opo dan kembali mengingat Nunuk, juga perbuatannya terhadap Nunuk. Budiman pun bertanggung jawab dengan menikahi Nunuk.

  1.7.2 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data (Sudaryanto, 1993:132-133). Data tersebut, berupa kalimat-kalimat ataupun tuturan antar tokoh yang mengandung gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme yang terdapat dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado. Kegiatan mencatat data dilakukan dengan kartu data. Kartu data berupa lembaran-lembaran kertas berukuran 20 cm x 16 cm. Tiap- tiap kartu data berisi beberapa kalimat yang mengandung gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme.

  1.7.3 Metode dan Teknik pada Tahap Analisis Data Langkah kedua adalah menganalisis data. Setelah data terklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode padan, yaitu metode yang alat penentunya di luar, terlepas dan tidak menjadi bagian dari bahasa (langue) yang bersangkutan. Alat penentunya adalah kenyataan yang ditujukan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto, 1993:13-14). Pengklasifikasian gaya bahasa itu menyangkut penanda dan fungsi gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado. Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu konstruksi itu termasuk gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme atau bukan. Metode padan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan pragmatis. Metode padan pragmatis adalah alat penentunya mitra bicara (Sudaryanto, 1993: 15). Karena gaya bahasa itu meyangkut masalah perbedaan makna unsur gaya bahasa dengan makna dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado, maka metode padan dipandang sebagai metode yang tepat. Data yang sudah terkumpul lalu diklasifikasikan berdasarkan jenis gaya bahasa yang digunakan. Contoh gaya bahasa ironi,

  (7) “Yang jelas, Tuhan lebih menghargai orang yang melawan-Nya dan menyangkal-Nya, sebagai ateis, ketimbang orang-orang yang sok suci tapi munafik.” (BDCACM, 2006: 140)

  Contoh (7) merupakan gaya bahasa ironi, tuturan tersebut merupakan tuturan dari Waluyojati yang ditujukan kepada Samsuddin Usman. Samsuddin Usman, dalam rapat yang dipimpin oleh Waluyojati, tidak menyetujui agenda peresmian judi resmi di daerah Kepulauan Seribu karena dianggapnya berdosa. Waluyojati pun terhenyak, namun Waluyojati dapat menangkis ketidaksetujuan Samsuddin dengan tuturan pada contoh (7). Mendengar pembelaan Waluyojati, Samsuddin Usman hanya terdiam. Contoh gaya bahasa sinisme,

  (8) “Apa Saudara mengira, dengan berpenampilan sok suci seperti Saudara maka Saudara akan menjadi salvador, juru selamat, yang bisa membuat orang-orang berdosa karena maksiatnya itu lantas masuk surga?” (BDCACM, 2006: 140)

  Tuturan pada contoh (8) tersebut merupakan tuturan pembelaan Waluyojati atas ketidaksetujuan Samsuddin Usman mengenai agenda peresmian judi di daerah Kepulauan Seribu. Tuturan tersebut, mengungkapkan kesangsian Waluyojati terhadap sikap Samsuddin Usman yang tidak menyetujui karena ia menganggap tindakan peresmian tersebut adalah dosa. Samsuddin Usman pun tidak sanggup menjawabnya, ia hanya terdiam setelah mendengarkan pembelaan Waluyojati atas sikapnya yang berniat melegalkan judi di Kepulauan Seribu.

  Contoh gaya bahasa sarkasme, (9) “Biang keroknya sebetulnya Pak Luyo, Bos,” kata Si Rambut Cepak dengan datar.

  Bing Wijaya pun berteriak, “Anjing!” (BDCACM, 2006: 405) Tuturan (9) merupakan tuturan yang diucapkan oleh anak buah Bing Wijaya, seseorang yang berperan dalam peresmian daerah judi legal di Kepulauan Seribu.

  Dalam tuturan tersebut, anak buah Bing Wijaya menyalahkan Waluyojati yang bertindak tidak dengan perhitungan dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh mengeluarkan banyak uang untuk suksesnya peresmian daerah judi tersebut, dikacaukan usahanya oleh Waluyojati yang bertindak tidak dengan hati-hati untuk mendapatkan persetujuan anggota dewan DPR dengan tindakan curangnya. Bing Wijaya pun mengungkapkan amarahnya dengan berteriak , “Anjing!”.

  Dalam penelitian ini juga digunakan metode agih. Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1933: 15). Pada metode agih digunakan teknik dasar bagi unsur langsung (BUL), yaitu teknik analisis data dengan cara membagi suatu satuan lingual datanya menjadi beberapa unsur. Unsur tersebut dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 1933: 31).

  Teknik lanjutan dalam metode agih yang digunakan adalah teknik ganti dan teknik baca markah. Teknik ganti adalah teknik analisis data yang berupa penggantian unsur satuan lingual yang bersangkutan dengan unsur tertentu yang lain di luar satuan lingual yang bersangkutan. Teknik ini digunakan untuk membuktikan jenis gaya bahasa. Dalam contoh berikut terdapat gaya bahasa ironi. Untuk lebih jelasnya lihat contoh berikut:

  (10) “Yang jelas, Tuhan lebih menghargai orang yang melawan-Nya dan menyangkal-Nya, sebagai ateis, ketimbang orang-orang yang sok suci tapi munafik.” (BDCACM, 2006: 140)

  Sebagai bukti bahwa frasa sok suci tapi munafik bermakna ‘menunjukkan pertentangan’, kata tersebut dapat digantikan dengan frasa lain yang mempunyai makna yang hampir sama. Penggantian dengan frasa lain tersebut adalah hasil analisis dari tuturan tokoh terhadap mitra bicara yang menunjukkan makna yang hampir sama

  (10a) “Yang jelas, Tuhan lebih menghargai orang yang melawan-Nya dan menyangkal-Nya, sebagai ateis, ketimbang orang-orang yang beragama namun tidak menjalankan ajaran agamanya. (BDCACM, 2006: 140)

  Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara “membaca pemarkah” dalam suatu konstruksi. Istilah lain untuk pemarkah adalah penanda.

  Pemarkah itu adalah alat seperti imbuhan, kata penghubung, kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan atau fungsi kata atau konstruksi (Kridalaksana dalam Kesuma 2007:66). Untuk lebih jelasnya lihat contoh berikut:

  (10b) “Yang jelas, Tuhan lebih menghargai orang yang melawan-Nya dan menyangkal-Nya, sebagai ateis, ketimbang orang-orang yang sok suci tapi munafik.” (BDCACM, 2006: 140)

  Pada contoh (10b) pemarkah ditunjukkan dengan kata tapi. Di sini pemarkah tersebut berfungsi untuk membandingkan atau menunjukkan makna yang bertolakbelakang.

  1.7.4 Metode Penyajian Hasil Analisis Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal dan metode informal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode informal, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang biasa yaitu kata-kata yang bersifat denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif (Sudaryanto, 1993: 145). Penyampaian hasil analisis data dalam penelitian ini juga digunakan metode formal, yaitu dengan menggunakan tabel-

  1.8 Sistematika Penyajian Laporan hasil penelitian ini disusun dalam empat bab. Bab pertama pendahuluan. Bab pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II berisi uraian tentang penanda antara gaya bahasa ironi, sinisme, dan sarkasme. Bab III berisi tentang fungsi gaya bahas ironi, sinisme, dan sarkasme di dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet karya Remy Sylado. Bab IV berisi penutup, kesimpulan dan saran.

  BAB II PENANDA GAYA BAHASA IRONI, SINISME DAN SARKASME

  2.1 Penanda Gaya Bahasa Ironi, Sinisme, dan Sarkasme Penanda dan petanda berada dalam lingkup bahasa. Berdasarkan teori penanda yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure, penanda adalah imaji akustik atau bentuk bahasa dan petanda adalah konsepnya. Hubungan antara penanda dan petanda bersifat semena, berdasarkan konvensi masyarakat pendukung bahasa.

  Saussure menyebut konsep itu signifie ‘yang ditandai; petanda’, dan citra akustis itu signifiant ‘yang menandai; penanda’ (Kridalaksana, 1988: 12-13).

  Menurut Keraf dalam bukunya yang berjudul Diksi dan Gaya Bahasa, ironi atau sindiran adalah gaya bahasa yang mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Tujuan tuturan ironi ada dua, yaitu mengkritik secara tidak terus terang dan memuji secara tidak terus terang (Subagyo, 2005: 71-73). Dalam hal tujuan mengkritik secara tidak terus terang, ironi ibarat kemasan, sedangkan isinya adalah kemarahan atau kejengkelan. Dalam hal tujuan memuji secara tidak terus terang, yang terjadi berkebalikan sama sekali dengan tujuan mengkritik. Jika mengkritik dikemukakan dengan pernyataan yang berlebihan (exageration), memuji dilakukan dengan pernyataan yang merendahkan atau melecehkan (understatement).

  Dalam novel Boulevard De Clichy Agonia Cinta Monyet ditemukan adanya tiga penanda ironi, yaitu 1) Tuturan tidak terus terang 2) Peribahasa 3) Tuturan ganda atau pasangan tuturan konfirmatif

  2.1.1.1 Tuturan Tidak Terus Terang Penanda gaya bahasa ironi berupa tuturan yang tidak terus terang. Tuturan tidak terus terang adalah tuturan yang tidak sesuai dengan fungsi kalimat yang membentuknya. Tuturan tidak terus terang tersebut maksudnya tidak sama atau berlawanan dengan kata-kata yang menyusunnya. Berikut adalah contoh penanda gaya bahasa ironi; tuturan yang tidak terus terang:

  (11) Justru di dalam mata-duitnya perempuan, lelaki belajar bekerja keras untuk memperoleh uang.(BDCACM, 2006: 424) Contoh (11) mata-duitnya perempuan, lelaki belajar bekerja keras, tuturan Jean-

  Pierre Coussneau kepada Budiman merupakan ironi yang maksudnya adalah perempuan pandai memanfaatkan sehingga lelaki harus bekerja keras untuk memenuhi keinginan perempuan bukan hanya menganggur dan bergantung pada orangtua. Tuturan (11) terlihat yang mengandung gagasan positif, namun menyembunyikan makna yang negatif. Jean-Pierre adalah seorang seniman lukis di daerah Perancis, dia tidak pernah berhenti melukis untuk membiayai hidupnya, sedangkan Budiman, anak seorang pejabat malah bermalas-malasan menghabiskan uang untuk bersenang-senang dengan perempuan. Mendengar cerita Budiman yang mulai susah hidupnya selama tinggal di Perancis, Jean-Pierre pun menyindir Budiman yang malas dan terlalu bergantung dengan kiriman dari orangtuanya.

  2.1.1.2 Peribahasa Penanda gaya bahasa ironi dapat pula berupa peribahasa. Dalam (KBBI: 373), peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan sesuatu maksud tertentu. Dalam hal ini, peribahasa banyak mengandung maksud yang dikiaskan sehingga dalam penyampainnya tidak secara langsung dan jelas, seperti gaya bahasa ironi yang dalam penyampaiannya suatu maksud memiliki sifat tidak secara langsung dan jelas. Perhatikan contoh berikut: