SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI CACING TANAH MENGGUNAKAN PAKAN KOMERSIAL (PASTA) TERHADAP PERTUMBUHAN, TINGKAT KONSUMSI DAN RASIO KONVERSI PAKAN BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI
SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI CACING TANAH MENGGUNAKAN PAKAN KOMERSIAL (PASTA) TERHADAP PERTUMBUHAN, TINGKAT KONSUMSI DAN RASIO KONVERSI PAKAN BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI Oleh : REZA SEPTIAN FIRDAUSI SURABAYA – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2014
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya : N a m a : REZA SEPTIAN FIRDAUSI N I M : 141011106 Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang berjudul : PENGARUH SUBSTITUSI CACING TANAH MENGGUNAKAN PAKAN KOMERSIAL (PASTA) TERHADAP PERTUMBUHAN, TINGKAT KONSUMSI DAN RASIO KONVERSI PAKAN BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI adalah benar hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk berupa pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh. Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
Surabaya, Juli 2014 Yang membuat pernyataan, Materei Rp. 6.000,-
REZA SEPTIAN FIRDAUSI NIM. 141011157
SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI CACING TANAH MENGGUNAKAN PAKAN KOMERSIAL (PASTA) TERHADAP PERTUMBUHAN, TINGKAT KONSUMSI DAN RASIO KONVERSI PAKAN BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh : REZA SEPTIAN FIRDAUSI NIM. 141011157
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Pembimbing Utama Muhammad Arief, Ir., M.Kes.
NIP. 19600823 198601 1 001 Pembimbing Serta
Dr. M. Anam Al-Arif, Drh., MP NIP. 19620926 198903 1 004
SKRIPSI PENGARUH SUBSTITUSI CACING TANAH MENGGUNAKAN PAKAN KOMERSIAL (PASTA) TERHADAP PERTUMBUHAN, TINGKAT KONSUMSI DAN RASIO KONVERSI PAKAN BELUT SAWAH (Monopterus albus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM RESIRKULASI
Oleh : REZA SEPTIAN FIRDAUSI NIM. 141011157
Telah diujikan pada Tanggal : 17 Juli 2014 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Agustono, Ir., M.Kes.
Anggota : Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, Drh., MP. .
Prayogo, S.Pi., M.Si. Muhammad Arief, Ir., M. Kes.
Surabaya, 21 Juli 2014 Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga Dekan, Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA.
NIP.19520517 197803 2 001
RINGKASAN REZA SEPTIAN FIRDAUSI. Pengaruh Substitusi Cacing Tanah Menggunakan Pakan Komersial (Pasta) Terhadap Pertumbuhan, Tingkat Konsumsi dan Rasio Konversi Pakan Belut Sawah (Monopterus albus) yang Dipelihara dengan Sistem Resirkulasi. Dosen Pembimbing Pertama Muhammad Arief, Ir., M.Kes dan Dosen Pembimbing Kedua Dr. M. Anam Al-Arif, Drh., MP.
Belut sawah (Monopterus albus) merupakan ikan dari family Synbranchidae yang banyak dikonsumsi. Di Pulau Jawa seperti Jabodetabek terpenuhi 30-50%, Jawa Timur dan Jawa Tengah 30-40%. Kegiatan budidaya belut dapat menggunakan lumpur sebagai media budidaya. Akan tetapi dalam kegiatan budidaya terdapat beberapa kendala yang sering muncul, yaitu harga pakan yang cukup tinggi dan budidaya menggunakan media lumpur cenderung lebih sulit dalam mengontrol pertumbuhan. Hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian pakan yang tepat serta pemeliharaan menggunakan media resirkulasi yang dapat memacu pertumbuhan yang lebih cepat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh substitusi cacing tanah menggunakan pakan komersial (pasta) terhadap pertumbuhan, tingkat konsumsi dan rasio konversi pakan belut sawah (Monopterus albus). Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan lima perlakuan dan empat ulangan. Perlakuan yang digunakan adalah : 100% pakan cacing tanah (P0), 75% pakan cacing tanah dan 25% komersial (pasta) (P1), 50% pakan cacing tanah dan 50% komersial (pasta) (P2) dan 25% pakan cacing tanah dan 75% komersial (pasta) (P3), 100% pakan komersial (pasta) (P4). Parameter utama yang diamati adalah pertumbuhan, tingkat konsumsi dan rasio konversi pakan. Parameter penunjang yang diamati adalah kualitas air, meliputi suhu, kelarutan oksigen, pH dan amoniak. Analisis data menggunakan Analisis Varian (Anova) dan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan substitusi cacing tanah dengan pakan komersial (pasta) memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(p<0,05) terhadap laju pertumbuhan spesifik, tingkat konsumsi dan rasio konversi pakan. Laju pertumbuhan terbaik pada P1 (1,50%), kemudian berturut-turut diikuti oleh perlakuan P0 (1,31%), P2 (1,14%), P4 (0,78) dan P3 (0,55%). Tingkat konsumsi tertinggi diperoleh pada P1 (95,45) dan tingkat konsumsi pakan terendah diperoleh pada P3 (82,95). Rasio konversi pakan terendah diperoleh pada P1 (1,92) dan rasio konversi pakan tertinggi diperoleh pada P3 (4,09). Kualitas air media pemeliharaan belut sawah adalah suhu 27-30
C, pH 7-8, oksigen terlarut 5- 6 mg/L dan amoniak 0-0,5 mg/L. v
SUMMARY REZA SEPTIAN FIRDAUSI. Effect of Earthworm Substitution Using Commercial Feed (Pasta) To Growth, Consumption and Feed Conversion Ratio Eel Rice (Monopterus albus) were maintained Recirculation System. First Supervisor Muhammad Arief, Ir., Kes and Second Supervisor Dr. M. Anam Al-Arif, Drh., MP.
Eel (Monopterus albus) are fish of the family Synbranchidae are highly consumed. In Java, Jabodetabek fulfilled as 30-50%, East Java and Central Java 30-40%. Aquaculture of eel can use mud as a medium of cultivation. But in cultivation, there are several obstacles that often arise, which is quite high feed prices and cultured using media mud tends to be more difficult to control growth. This can be overcome by proper feeding and maintenance using a recirculating media to spur faster growth.
This study aims to determine the effect of substitution of earthworms using commercial feed (paste) on the growth, the level of consumption and feed conversion ratio rice field eel (Monopterus albus). The method used was experimental with a completely randomized design (CRD) with five treatments and four replications. The treatments used were: 100% feed earthworms (P0), 75% feed earthworms and 25% commercial (pasta) (P1), 50% feed earthworms and 50% commercial (pasta) (P2) and 25% feed worms land and 75% commercial (pasta) (P3), 100% commercial feed (paste) (P4). The main parameters measured were growth, the level of consumption and feed conversion ratio. Parameters measured were supporting water quality, including temperature, dissolved oxygen, pH and ammonia. Analysis of data using variant analysis (ANOVA) and to know the difference between treatments performed Duncan's Multiple Range Test.
The results showed that the substitution of feeding earthworms with commercial feed (paste) gives a significantly different effect (p<0.05) on the specific growth rate, consumption rate and feed conversion ratio. The growth rate of the best in P1 (1.50%), then a row followed by P0 (1.31%), P2 (1.14%), P4 (0.78) and P3 (0.55%). The highest consumption levels obtained in P1 (95.45) and the lowest level of feed intake was obtained on P3 (82.95). Lowest feed conversion ratio obtained in P1 (1.92) and the highest feed conversion ratio was obtained on P3 (4.09). Water quality maintenance media eel rice is 27-30 C temperature, pH 7-8, dissolved oxygen 4-6 mg/L and ammonia 0-0.5 mg/L. vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rakhmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi tentang Pengaruh Substitusi Cacing Tanah Menggunakan Pakan Komersial (Pasta) Terhadap Pertumbuhan, Tingkat Konsumsi dan Rasio Konversi Pakan Belut Sawah (Monopterus albus) yang Dipelihara dengan Sistem Resirkulasi. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1 Ibu Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, drh., DEA. Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
2 Bapak Muhammad Arief, Ir., M. Kes. Dosen Pembimbing utama dan Bapak Dr. M. Anam Al-Arif, Drh., MP. Dosen Pembimbing serta yang telah memberikan arahan, masukan serta bimbingan sejak penyusunan usulan hingga penyelesaian Skripsi ini.
3 Bapak Agustono, Ir., M.Kes., Ibu Dr. Widya Paramita Lokapirnasari, Drh., MP. dan Bapak Prayogo, S.Pi., M.Si. Dosen Penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran atas penyempurnaan Skripsi ini.
4 Ibu Dr. Gunanti Mahasri, Ir., M.Si. Dosen Wali yang telah memberikan masukan serta saran dalam proses akademik dari semester awal hingga semester akhir.
5 Seluruh dosen dan staf Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga yang telah membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian Skripsi ini.
6 Keluargaku tercinta Mama, Papa, serta Kakakku tersayang yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan dukungan dalam menyelesaikan Skripsi ini.
7 Teman-teman satu tim Rama, Siska, Ully dan Rachmat yang telah membantu dari awal hingga terselesainya Skripsi ini. viii
8 Harini Citra yang telah setia membantu, menemani, memberikan doa serta motivasi hingga selesainya Skripsi ini.
9 Dyo, Ardhito, Slamet, Faiz, Fajar, Arsya, Hartono, Okky, Ayulana dan teman- teman “Piranha 2010” yang telah memberikan bantuan, masukan dan semangat dalam penyelesaian Skripsi ini.
10 Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan maupun penyelesaian Skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khususnya bagi mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perairan.
Sidoarjo, 6 Juli 2014 Penulis ix
DAFTAR ISI Halaman
RINGKASAN .............................................................................................. iv SUMMARY ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ................................................................................. viii DAFTAR ISI ............................................................................................... x DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv I PENDAHULUAN ................................................................................
1 1.1 Latar Belakang ...............................................................................
1 1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................
3 1.3 Tujuan .............................................................................................
3 1.4 Manfaat ..........................................................................................
4 II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................
5 2.1 Belut Sawah (Monopterus albus) ....................................................
5 2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ......................................................
5 2.1.2 Kebutuhan Nutrisi Belut ........................................................
6 2.2 Cacing Tanah (Lumbricus sp.) ........................................................
8 2.3 Pakan Komersial ............................................................................
9 2.4 Media Pemeliharaan .......................................................................
10 2.5 Pertumbuhan Belut .........................................................................
11 2.6 Tingkat Konsumsi Belut .................................................................
12 2.7 Rasio Konversi Pakan Belut ...........................................................
12 2.7 Kualitas Air ....................................................................................
13 III KERANGKA KONSEPTUAL ..............................................................
14 3.1 Kerangka Konseptual .....................................................................
14 3.2 Hipotesis ........................................................................................
17
IV METODOLOGI ....................................................................................
18 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..........................................................
18 4.2 Materi Penelitian ............................................................................
18 4.2.1 Bahan Penelitian ....................................................................
18 4.2.2 Peralatan Penelitian ................................................................
18 4.3 Metode Penelitian ...........................................................................
18 4.3.1 Rancangan Penelitian ...................................................................
19
4.3.2 Penghitungan Nutrisi Pakan Perlakuan …………………………… 20
4.3.3 Prosedur Kerja ............................................................................. 21 4.3.4 Pemeliharaan penelitian ...............................................................
21 4.3.5 Variabel Penelitian ........................................................................
23 4.3.6 Parameter Penelitian ....................................................................
23 4.3.7 Analisis Data ................................................................................
25 V HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
27 5.1 Hasil Penelitian ..............................................................................
27 5.1.1 Pertumbuhan Belut Sawah .....................................................
27 5.1.2 Tingkat Konsumsi Belut Sawah .............................................
29 5.1.3 Rasio Konversi Pakan Belut Sawah .......................................
30 5.1.4 Kualitas Air ..........................................................................
30 5.2 Pembahasan ...................................................................................
31 5.2.1 Pertumbuhan Belut Sawah ...................................................
31 5.2.2 Tingkat Konsumsi Belut Sawah ............................................
35 5.2.3 Rasio Konversi Pakan Belut Sawah ......................................
36 5.1.4 Kualitas Air .........................................................................
37 VI SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................
40 6.1 Kesimpulan ............................................................................................
40 6.2 Saran ......................................................................................................
40 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 41 LAMPIRAN ............................................................................................... 44 xi
DAFTAR TABEL Tabel Halaman 4.1 Denah Penelitian ...................................................................................
19 4.2 Analisis Proximat Bahan Kering 100% ..................................................
20 4.3 Komposisi Nutrisi Analisis Pakan Perlakuan Bahan Kering 100% .........
20
5.1 Data rata-rata Tingkat Konsumsi Belut Sawah (Monopterus albus) Selama Penelitian 35 Hari .................................................................................
27
5.2 Laju Pertumbuhan Spesifik (%) Belut Sawah (Monopterus albus) Selama Penelitian 35 Hari .................................................................................
28
5.3 Data rata-rata Pertumbuhan Panjang Mutlak Belut Sawah (Monopterus albus) Selama Penelitian 35 Hari .....................................................................
29
5.4 Data rata-rata Rasio Konversi Pakan Belut Sawah (Monopterus albus) Selama Penelitian 35 Hari .................................................................................
30
5.5 Nilai Kisaran Kualitas Air Media Pemeliharaan Belut Sawah (Monopterus albus ) Selama Penelitian 35 Hari ..........................................................
31 xii
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1 Belut Sawah (Monopterus albus) ...........................................................
5 2.2 Cacing Tanah (Lumbricus sp.) ...............................................................
9 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian ............................................................
16 4.1 Diagram Alir Penelitian ........................................................................
26 xiii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Hasil Analisis Proximat Cacing Tanah (Lumbricus sp.) ...........................
44 2. Hasil Analisis Proximat Pakan Komersial (Pasta) ....................................
45
3. Data berat total dan berat rata-rata belut sawah (Monopterus albus) selama 35 hari ......................................................................................................
46
4. Laju pertumbuhan spesifik (%) belut sawah (Monopterus albus) selama 35 hari. .....................................................................................................
47
5. Analisis statistik data laju pertumbuhan spesifik (%) belut sawah (Monopterus ) selama 35 hari ................................................................................
48
albus
6. Data pertumbuhan panjang total tubuh belut sawah (Monopterus albus) selama 35 hari (cm). ............................................................................................. 50
7. Data pertumbuhan panjang mutlak (cm) dan analisis statistik pertumbuhan panjang mutlak belut sawah (Monopterus albus) selama 35 hari. .............. 51
8. Data jumlah pakan yang dikonsumsi belut sawah (Monopterus albus) selama 35 hari ...................................................................................................... 53
9. Analisis statistik tingkat konsumsi belut sawah (Monopterus albus) selama 35 hari.. ...................................................................................................... 54
10. Berat rata-rata ikan awal, berat rata-rata ikan akhir, jumlah pakan yang dikonsumsi dan rasio konversi pakan belut sawah (Monopterus albus) selama 35 hari (cm)............................................................................................. 56
11. Analisis statistik data rasio konversi pakan belut sawah (Monopterus albus) selama 35 hari.. ....................................................................................... 57
12. Data rata-rata parameter kualitas air belut sawah (Monopterus albus) selama penelitian 35 hari..................................................................................... 59 xiv
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
! " # $%%&
$%%' ( )
- %%
- " " +%,'% " .&. $%%'
Belut pada habitat aslinya hidup di dalam lumpur dan membuat sebuah lubang pada pematang sawah atau pinggir sungai (Junariyata, 2009). Kegiatan budidaya belut dapat menggunakan lumpur sebagai media budidaya. Media budidaya menggunakan lumpur cenderung lebih sulit dalam mengontrol pertumbuhan serta konversi pakan belut, oleh karena itu perlu adanya media lain yang lebih efisien yang dapat menggantikan media budidaya belut.
Menurut Tanribali (2007) dalam budidaya sistem intensif, salah satunya dapat ditingkatkan dengan padat penebaran yang tinggi sehingga mampu mempertahankan tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Permasalahan pada umumnya terjadi penurunan kualitas air yang diakibatkan penumpukan bahan organik berupa feses dan sisa pakan. Upaya pencegahan kualitas air yang menurun dengan menggunakan sistem resirkulasi, sehingga memungkinkan adanya efisiensi penggunaan air dan pengelolaan kualitas air secara terkontrol. Sistem resirkulasi sebagai budidaya perairan secara intensif merupakan suatu alternatif yang digunakan di daerah yang memiliki sumberdaya air dan lahan yang terbatas sehingga air buangan dalam wadah dapat digunakan kembali.
Pemicu pertumbuhan belut sawah berkaitan erat dengan kebiasaan makan, jenis pakan dan frekuensi pemberian pakan yang diberikan karena pakan merupakan salah satu faktor utama yang sangat penting dalam usaha peningkatan produktivitas budidaya belut (Ansari dan Nugroho, 2009).
Pakan yang digunakan untuk media budidaya belut adalah cacing tanah sebanyak 5% dari biomass belut. Protein merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan optimal belut, dengan nilai optimum 35,7% (Yang et
al. , 2000). Cacing tanah dengan BK 25,28% memiliki kandungan protein sebesar
18,61%, sedangkan cacing tanah dengan BK 67,72% memiliki kandungan protein sebesar 49,83%. Harga cacing tanah satu kilogram mencapai Rp. 100.000,00 membuat proses budidaya berjalan tidak efektif. Tingginya harga pakan cacing tanah dapat disubstitusikan dengan pakan komersial (pasta) yang harganya Rp.
19.000,00 tiap satu kilogram. Substitusi menggunakan pakan komersial (pasta) akan menekan biaya produksi pada budidaya belut sawah (Monopterus albus).
Substitusi menggunakan pakan komersial (pasta) dengan nilai protein 43,16% dapat berguna sebagai penurun biaya pakan dalam mengoptimalkan budidaya belut. Pakan cacing tanah jika disubstitusikan dengan pakan komersial (pasta) akan menambah tingkat konsumsi pakan, sehingga berpengaruh terhadap pertumbuhan belut, serta rasio konversi pakan. Hal ini disebabkan pakan komersial (pasta) memiliki kelebihan yaitu bentuk dari pakan komersial (pasta) tersebut lembut, sehingga mempermudah belut untuk mengkonsumsi pakan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan : 1. Apakah substistusi cacing tanah menggunakan pakan komersial (pasta) berpengaruh terhadap pertumbuhan belut sawah (Monopterus albus)?
2. Apakah substistusi cacing tanah menggunakan pakan komersial (pasta) berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan belut sawah (Monopterus
albus )? 3.
Apakah substistusi cacing tanah menggunakan pakan komersial (pasta) berpengaruh terhadap konversi pakan belut sawah (Monopterus albus)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah : 1. Mengetahui pengaruh substitusi cacing tanah menggunakan pakan komersial (pasta) terhadap pertumbuhan belut sawah (Monopterus albus).
2. Mengetahui pengaruh substitusi cacing tanah menggunakan pakan komersial (pasta) terhadap tingkat konsumsi pakan belut sawah (Monopterus albus).
3. Mengetahui pengaruh substitusi cacing tanah menggunakan pakan komersial (pasta) terhadap konversi pakan belut sawah (Monopterus
albus ).
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah memberikan informasi ilmiah bagi ilmuwan, mahasiswa dan para pembudidaya belut sawah (Monopterus
albus ) tentang penggunaan substitusi yaitu cacing tanah dengan pakan komersial
(pasta) yang dibudidaya menggunakan media air bersih dengan sistem resirkulasi terhadap pertumbuhan, tingkat konsumsi dan rasio konversi pakan.
Budidaya dengan metode resirkulasi akan lebih mudah di aplikasikan, sebab tidak perlu lagi menggunakan media lumpur sebagai media budidaya. Hal ini disebabkan karena media budidaya telah digantikan dengan media air yang lebih mudah didapatkan serta penggunaan metode resirkulasi yang dapat menjaga kualitas air pada media budidaya. Biaya pakan dapat diminimalisir dengan adanya substitusi cacing tanah dengan pakan komersial (pasta).
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belut Sawah (Monopterus albus)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi belut (Monopterus albus) menurut Saanin (1968) adalah sebagai berikut: Filum : Vertebrata Kelas : Pisces Sub kelas : Teleostei Ordo : Synbranchoidea Famili : Synbranchoidae Genus : Monopterus Spesies : Monopterus albus
Secara taksonomi, belut termasuk kedalam Kelas Pisces, akan tetapi ciri fisiknya sedikit berbeda dengan Kelas Pisces lainnya. Tubuh belut hampir menyerupai ular, yaitu gilig (silindris) memanjang, tidak bersisik. Kulit belut berwarna kecoklatan, mulut dilengkapi dengan gigi-gigi runcing kecil-kecil berbentuk kerucut dengan bibir berupa lipatan kulit yang lebar di sekitar mulut (Roy, 2010).
Belut bersifat karnivora dan memakan jasad renik berupa zooplankton dan zoobenthos pada saat masih berukuran benih, sedangkan bila berukuran dewasa belut akan memakan larva serangga, cacing, siput, berudu maupun benih ikan lain (Wirosaputro, 1978). Morfologi belut sawah dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Belut Sawah (Monopterus albus) (Hariyani, 2006)Belut memiliki alat pernapasan tambahan yakni berupa kulit tipis berlendir yang terdapat di rongga mulut. Alat tersebut berfungsi menyerap oksigen secara langsung dari udara (Tay et al., 2003). Belut beraktivitas pada malam hari (nocturnal) dan cenderung bersembunyi di lubang atau di celah-celah tanah liat (Mutiani, 2011).
2.1.2 Kebutuhan Nutrisi Belut
Asmawi (1983) menyatakan bahwa faktor pakan memiliki peranan yang sangat penting dalam pertumbuhan individu serta meningkatkan produksi. Pakan yang dapat digunakan dalam kegiatan usaha budidaya diatur sesuai dengan sifat hewan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan produksi.
Belut merupakan hewan karnivora yang memakan jasad renik ketika masih benih (Wirosaputro, 1978). Menurut Sarwono (2010) pemberian pakan dimulai sebanyak 5% berat tubuh. Pakan dari bahan hewani merupakan sumber protein utama yang dapat diberikan untuk ikan karnivora karena kandungan proteinnya tinggi.
Protein yang diserap oleh ikan akan digunakan sebagai sumber energi, untuk memperbaiki protein jaringan, dan untuk pertumbuhan. Ketersediaan protein dibutuhkan secara terus-menerus karena asam amino digunakan untuk membentuk protein baru (selama pertumbuhan dan reproduksi) atau mengganti protein yang rusak saat pemeliharaan. Kekurangan asam amino essensial akan menyebabkan rendahnya pemanfaatan protein pakan sehingga menghambat pertumbuhan, pertambahan bobot tubuh, dan efisiensi pakan. Protein mempunyai peranan penting untuk mempertahankan fungsi jaringan secara normal, perawatan jaringan tubuh dan mengganti sel-sel yang rusak (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Menurut Yang et al. (2000) protein merupakan faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan belut, dengan nilai optimum 35,7 %. Rasio protein menjadi energi sebesar 31,6-38,9 (Khanh, 2010).
Tingkat pemanfaatan karbohidrat dalam pakan umumnya rendah pada khususnya hewan karnivora, karena pada ikan sumber energi utama adalah protein. Ikan karnivora lebih sedikit mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan dengan omnivora dan herbivore. Karbohidrat berdasarkan analisa proximat terdiri dari serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Gusrina, 2008). Afrianto dan Liviawaty (2005) menyatakan bahwa ikan karnivora membutuhkan karbohidrat hanya 10-20% karena kemampuan mencernanya relatif rendah.
Kemampuan lemak sebagai sumber energi utama adalah untuk menghasilkan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan karbohidrat atau protein. Ikan mempunyai kemampuan yang sangat baik dalam mengkonsumsi protein, sehingga peranan lemak sebagai sumber energi menempati kedudukan setelah protein yang menyebabkan lemak memiliki peranan penting sebagai sumber energi terutama terdapat pada ikan karnivora (Afrianto dan Lyviawati, 2005). Fungsi lain dari lemak yaitu untuk melindungi organ-organ tubuh dari kerusakan yang diakibatkan oleh guncangan atau benturan, lemak juga merupakan bahan pakan yang mengandung vitamin A, D, E dan K (Poedjiadi dan Supriyanti, 2009). Menurut Yang et al. (2000) dalam Tan et al. (2007) menyatakan bahwa lemak yang dibutuhkan belut berkisar 3-4%.
Mineral merupakan elemen anorganik yang dibutuhkan oleh ikan dalam pembentukan jaringan dan berbagai fungsi metabolisme dan osmoregulasi sehingga dibutuhkan ikan untuk hidup normal (Afrianto dan Lyviawati, 2005). Menurut Yang et al. (2000) dalam Tan et al. (2007) menyatakan bahwa pakan untuk belut membutuhkan mineral sekitar 3%.
Kebutuhan energi yang diperoleh dari pakan akan dapat memberikan pertumbuhan dan perkembangan ikan budidaya jika pakan yang diberikan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup untuk setiap jenis ikan. Pemanfaatan energi pada belut sawah dimulai dari pakan yang masuk di dalam tubuhnya.
(Gusrina, 2008). Menurut Buwono (2000) pemanfaatan energi tersebut dianggap sebagai energi bruto atau Gross Energy (GE) yang didistribusikan dalam dua proses yaitu proses pencernaan sekitar 85% dan pengolahan hasil-hasil buangan proses pencernaan sekitar 15%.
2.2 Cacing Tanah (Lumbricus sp.)
Rukmana (1999) menyatakan, klasifikasi cacing tanah adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Annelida Classis : Chaetopoda Ordo : Oligochaeta Family : Lumbricidae Genus : Lumbricus Species : Lumbricus sp.
Tubuh cacing tanah dapat dibagi menjadi lima bagian yang terdiri atas bagian depan (anterior), bagian belakang (posterior), bagian tengah, bagian punggung (dorsal) dan bagian bawah (ventral). Bentuk umum cacing tanah umumnya silindris memanjang. Mulut terdapat pada segmen yang pertama sedangkan anus pada segmen yang terakhir (Rukmana, 1999). Morfologi cacing tanah dapat dilihat pada gambar 2.2.
Cacing tanah dapat hidup dan berkembang biak pada habitat alami dan habitat buatan manusia. Di habitat alaminya, cacing tanah hidup dan berkembang dalam tanah (Rukmana, 1999). Pakan yang baik untuk belut pada pemeliharaan dengan menggunakan air bersih yaitu cacing tanah karena menunjukkan pertumbuhan berat 7,38 g dan panjang 5,61 cm yang tertinggi di antara pakan jenis yang lain. Hal ini disebabkan protein cacing tanah memiliki nilai protein yang tinggi yaitu 59,47% (Ansari dan Nugraho, 2009). Analisis proximat yang sudah dilakukan sebelumnya terdapat hasil protein 18,61%, BK 25,28% dan lemak 2,86%.
Gambar 2.2. Lumbricus sp. (Anonim, 2010)2.3 Pakan Komersial
Pakan merupakan unsur terpenting dalam menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan terutama belut sawah. Bahan baku dari pakan komersial mempunyai kandungan nutrisi spesifik sehingga bahan baku yang diolah secara sederhana atau pabrik secara massal menghasilkan pakan buatan berbentuk pellet, tepung atau remah dan pasta (Khairuman dan Amri, 2002). Sasongko dkk. (2007) menyatakan pasta merupakan pakan tenggelam yang sebelum diberikan perlu ditambahkan air terlebih dahulu. Kelebihan dari pakan bentuk pasta adalah lembut dan dapat menebarkan aroma bau pakan kedalam air, sehingga menimbulkan nafsu makan belut. Indrawan (1996) menyatakan bahwa pakan benih belut berbentuk pasta ini dibuat dari cincangan daging kerang dan cacing yang telah dilumatkan menjadi bubur, kemudian diletakkan di cawan dan ditaruh di dasar bak. Pakan buatan diberikan dua per tiga dari jatah konsumsi setiap harinya sedangkan sepertiga masih tetap diberikan berupa pakan dari potongan-potongan daging ikan (Dinas Kelautan Perikanan Jawa Tengah, 2011). Pakan buatan yang diberikan adalah pakan buatan dalam bentuk pasta dengan kandungan protein 43,16%
2.4 Media Pemeliharaan
$%*% / (
) " $%%& /
( / ) " $%** 0
" $%%& Media pemeliharaan yang telah dikembangkan selain lumpur, belut juga dapat dibudidayakan pada media pemeliharaan dengan air bersih (Dinas Kelautan
Perikanan Jawa Tengah, 2011). Sistem sirkulasi air dapat membantu distribusi oksigen ke segala arah baik di dalam air maupun difusinya atau pertukaran dengan udara dan dapat menjaga akumulasi atau mengumpulnya hasil metabolisme beracun sehingga kadar racun dapat dikurangi (Kelabora dan Sabariah, 2010).
Sistim resirkulasi memiliki kelebihan yaitu perlakuan yang sangat praktis, belut mudah terpantau pertumbuhannya dan kualitas air pada media budidaya dapat terjaga (Dinas Kelautan Perikanan Jawa Tengah, 2011).
2.5 Pertumbuhan Belut
Pertumbuhan individu ikan adalah pertambahan ukuran baik panjang maupun berat dalam satu waktu tertentu. Pertumbuhan terjadi apabila terdapat kelebihan input energi dan asam amino yang berasal dari pakan (Effendie, 2002). Mudjiman (2004) menyatakan bahwa laju pertumbuhan adalah perbedaan pertumbuhan mutlak yang terukur berdasarkan urutan waktu tertentu. Menurut Khairuman dan Amri (2008) pertumbuhan belut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor dalam merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan belut itu sendiri meliputi keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan belut untuk memanfaatkan pakan.
Faktor luar merupakan faktor yang berkaitan dengan lingkungan tempat belut hidup meliputi faktor faktor fisika dan kimia air. Ruang gerak dan ketersediaan pakan dari segi kualitas dan kuantitas pakan juga termasuk dalam faktor luar.
Mashuri dkk. (2012) mengungkapkan bahwa pakan jenis cacing tanah menghasilkan nilai pertumbuhan berat dan panjang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan pemberian pakan dengan cacing sutera, keong mas, ikan rucah dan pellet.
2.6 Tingkat Konsumsi Belut
Pakan yang dikonsumsi belut akan mempengaruhi keberhasilan hidup, pertumbuhan serta kematangan gonad bagi tiap-tiap individu belut. Belut memperoleh pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya bentuk mulut, lingkungan habitat dan jenis dari belut tersebut (Effendie, 2002)
Nilai tingkat konsumsi belut adalah 75 gram (Jeffrey, 2007). Faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi pakan adalah nafsu makan. Nafsu makan dapat dipengaruhi dari rasa lapar, kebiasaan waktu makan dan stress pada belut. Rasa lapar yang tinggi akan mempengaruhi nafsu makan dan stress pada belut.
2.7 Rasio Konversi Pakan
Rasio konversi pakan atau FCR adalah perbandingan antara bobot kering pakan yang dikonsumsi dan pertambahan bobot ikan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Semakin kecil nilai konversi pakan, semakin baik kualitas pakan, karena akan semakin ekonomis (Masyamsir, 2001). Tingginya konversi pakan juga disebabkan adanya pakan yang tidak tercerna atau jenis pakan yang kurang disukai (Sutarmat, 2006). Rasio Konversi Pakan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pakan yang diberikan terhadap pertumbuhan belut. Nilai rasio konversi yang seimbang sebesar 2,23 (Mashuri, 2012).
Nilai Rasio Konversi Pakan merupakan perbandingan antara jumlah pelet yang diberikan sebagai pakan belut dan selisih berat belut saat ditebarkan dan berat belut saat dipanen. Semakin baik kualitas pakan, semakin kecil nilai Rasio Konversi Pakannya (Mashuri, 2012). Untuk menambah berat 1kg daging dibutuhkan 2kg pakan, nilai konversi pakanya adalah 2. Semakin kecil rasio konversi pakan, semakin cocok pakan tersebut untuk menunjang pertumbuhan belut (Taufik dkk, 2008).
2.8 Kualitas Air
Kualitas air dapat mempengaruhi pertumbuhan biota air. Kualitas air dalam suatu perairan seperti suhu, pH, dan oksigen terlarut jika berada di luar kisaran optimum maka dapat mempengaruhi pertumbuhan belut. Pengukuran kualitas air selama penelitian meliputi suhu, oksigen terlarut (DO), pH, dan kekeruhan berada dalam kisaran optimal.
Suhu optimum pada penelitian belut sawah berkisar antara 27-28°C (Mashuri dkk, 2012). Oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan belut dan kelangsungan hidup belut antara 5 sampai 7 mg/l. Nilai pH yang melebihi atau kurang dari kisaran optimum dapat menurunkan pertumbuhan, dan pada kondisi ekstrim dapat mengganggu kesehatan belut (Ghufran et al., 2007).
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konseptual
Belut merupakan salah satu komoditi utama di Indonesia yang banyak diproduksi di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan juga Internasional. Harga belut tergolong sangat bagus untuk pasar lokal maupun ekspor (Mutiani, 2011). Usaha budidaya belut dilakukan untuk mengantisipasi terancamnya populasi di alam.
Budidaya belut pada umunya dilakukan pada media lumpur dengan pakan alami berupa cacing tanah dengan media budidaya berupa lumpur yang diberi jerami dan juga kotoran sapi (Sarwono, 2010).
Menurut Sunarma, dkk (2009) belut dapat dibudidayakan pada media air menggunakan wadah happa maupun akuarium. Namun demikian, perlu dilakukannya sistem resirkulasi untuk menjaga kualitas air agar tetap optimal. Selain itu, pemberian pakan yang sesuai diperlukan untuk menjaga pertumbuhan optimum serta sintasan atau survival rate belut.
Pakan merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan usaha perikanan. Ketersediaan pakan merupakan salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi yang maksimal. Syarat pakan yang baik adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah dan tidak mengandung racun (Khairuman, 2003)
Pertumbuhan optimal dalam budidaya memerlukan jenis pakan yang tepat agar nutrisi dan tingkat konsumsi pakan dapat dipenuhi. Pakan alami pada belut adalah cacing terutama jenis Lumbricus sp. Harga cacing tanah yang sangat mahal membuat biaya produksi budidaya belut menjadi besar. Salah satu upaya yang dilakukan agar pertumbuhan belut yang dipelihara dapat optimal adalah dengan jenis pakan menggunakan substitusi yang tepat.
Substitusi pakan yang dapat dilakukan adalah dengan mengsubstitusikan pakan cacing tanah dengan pakan komersial (pasta) yang mudah didapatkan dan harganya lebih murah jika dibandingkan dengan harga cacing tanah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh substitusi pakan cacing tanah dengan pakan komersial (pasta) terhadap pertumbuhan dan konversi pakan yang dipelihara pada sistem resirkulasi.
Kendala yang munculnya pada kegiatan budidaya belut adalah mahalnya biaya pakan untuk budidaya belut, serta media budidaya dengan menggunakan lumpur yang dirasa kurang efisien dalam proses budidaya. Oleh karena itu untuk mengurangi biaya pakan pada kegiatan budidaya belut, diperlukan suatu penelitian tentang substitusi pakan untuk menekan biaya yang dikeluarkan agar tidak terlalu mahal dan juga media budidaya menggunakan air bersih dengan sitem resirkulasi. Secara skematis kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Bagan 3.1.
Bagan 3.1. Kerangka konseptual penelitianPeningkatan permintaan belut Budidaya belut sistem resirkulasi
Kendala budidaya belut Pemberian pakan alternatif
Pertumbuhan meningkat Tingkat konsumsi pakan meningkat
Rasio konversi pakan menurun
Harga pakan alami yang relatif mahal
Budidaya belut Pakan Pasta Pakan Cacing Tanah
Pemenuhan nutrisi yang baik dan efisiensi harga pakan Pertumbuhan maksimal
Peningkatan produksi belut
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. : Substitusi cacing tanah dan pakan komersial (pasta) berpengaruh terhadap pertumbuhan benih belut sawah (Monopterus albus).
2. : Substitusi cacing tanah dan pakan komersial (pasta) berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan benih belut sawah (Monopterus albus).
3. : Substitusi cacing tanah dan pakan komersial (pasta) berpengaruh terhadap konversi pakan benih belut sawah (Monopterus albus).
IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 35 hari pada bulan Maret 2014 hingga Mei 2014. Penelitian dilakukan di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya. Analisis proximat bahan pakan dilakukan di Unit Layanan Pemeriksaan Laboratoris, Konsultasi dan Pelatihan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya.
4.2 Materi Penelitian
4.2.1 Bahan Penelitian
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih belut sawah (Monopterus albus), cacing tanah(Lumbricus sp.) dan pakan komersial (pasta). Belut yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah belut (Monopterus
albus ) yang memiliki panjang ±15 cm dan berat 6-8 gram sebanyak 200 ekor.
4.2.2 Peralatan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 buah akuarium untuk pemeliharaan belut, alat filtrasi, termometer, pH paper, timbangan digital, penggaris, pipet, kertas saring dan DO test kit.
4.3 Metode Penelitian.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Belut kemudian diadaptasikan dan dipelihara dalam akuarium
3
dengan ukuran (80x40x60) cm menggunakan sistem resirkulasi untuk kemudian diberikan perlakuan sesuai dengan tabel rancangan penelitian (tabel 1).
4.3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah rancangan dengan perlakuan yang dianggap seragam atau diseragamkan. Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan 5 perlakuan dan 4 kali ulangan (Kusriningrum, 2008). Perlakuan yang digunakan adalah perlakuan substitusi pakan cacing tanah dengan pakan komersial (pasta).
P0 : Pemberian pakan cacing tanah 100%. P1 : Pemberian pakan cacing tanah 75% dan 25% pakan komersial (pasta). P2 : Pemberian pakan cacing tanah 50% dan 50% pakan komersial (pasta). P3 : Pemberian pakan cacing tanah 25% dan 75% pakan komersial (pasta). P4 : Pemberian pakan komersial (pasta) 100%.
Pakan alami cacing tanah diberi perlakuan substitusi pakan pasta komersial dengan protein 43,16%. Air media yang digunakan adalah air tanah
o salinitas 0-5 / dan pH 6-7. oo
Pada penelitian ini dilakukan pengacakan untuk letak akuarium. Hasil pengacakan dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Denah PenelitianP
2 P
4 P
1 P
3
4
1
3
2 P
4 P
2
2
1 P
1 P
4 P
2 P
1 P
1 P
3
3
1
2 P
4 P
1 P
4 P