PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga Tahun 2009) - Test Repository

PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA

  

(Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga Tahun 2009)

SKRIPSI Diajukan UntukM emperoleh Gelar Sarjana Pendididkan Islam Nim: 121 07 012 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAM A ISLAM •SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2009

  PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara:

  Nama : Sutriyana NIM : 12107012 Jurusan : Tarbiyah Program Studi Judul

  : Pendidikan Agama Islam : PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA

  STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (STUDI KASUS PADA SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TAHUN 2009).

  Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

  Salatiga, 2 Januari 2010 Pemhkffl5jji|

  / \ /

  S Drs. Bahroni, M.Pd.

  NIP. 19640818 199403 1 004

KEMENTERIAN AGAMA

  SE K O L A H T IN G G I A G A M A ISLA M N E G E R I (STAIN) SA LA TIG A

  JL Tentara Pelajar 02 Telp.(0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudari SUTRIYANA dengan Nomor Induk Mahasiswa 12107012 yang berjudul PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN

  SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (STUDI PADA SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TAHUN 2009) telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada Sabtu, 13 Maret 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I).

  Salatiga, 1 April 2010 M

  27 Rabiul Awall431 H Panitia Ujian

  Ketua Si Sekretaris Sidang Dr. Muh. Sadrozi. M. Ag.

  NIP. 19660215 199103 1 001 Dra. H i.Lilik Srivanti, M.Si.

  NIP. 19660814 199103 2 003 NIP. 19680613 199403 1 004 PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

  Nama : Sutriyana NIM : 12107012 Jurusan : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 2 Januari 2010 Yang Menyatakan,

  

IV

  

M OTTO

i u o l t i j j ^ l i j i ^ I^O ^ I! £_• £)J ^ £ • £)|S

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

  

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras

(untuk urusan yang lain) dan hanya kepada Tuhan-mulah engkau berharap.

  

(Q.S. Al-Insyiroh 5-8)

“L aisal fa ta a , m an ya q u u l kaana abiy W alakinal fa ta a ,

m an ya q u u l haa ana dza

artinya,

uPem uda bukanlah m ereka ya n g bangga dengan karya bapak m oyangnya

Pem uda adalah m ereka ya n g tam pil m enunjukkan, m em perlihatkan

usaha dan karya”

  PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan:

  1. Untuk Bapak/Ibu yang pertama kali mengajarkan saya ilmu, atas kasih sayang pengorbanan dan doa tulus yang selalu tercurah.

  2. Kakakku tercinta yang telah memberi motifasi dalam penulisan ini.

  3. Keluarga besar Pesma Walisongo : Pesma Safira (Ana Mufidah, Ana Latifah, Imami, Aprilia, Narsi, Faizah, Faiqotun, Lala, Prince, Titik, Khofif, Nur, Ana Zaid) dan Pesma Zamrud (Nila, Umi, Sani, Niswa, Resti) yang telah menemani peijuangan selama ini

  4. Teman-teman LQ (Riza, Etik, Tari, Asri, Sani, Sari, Umi, Narsi, Dispan) yang memotivasi selama ini.

  5. Teman-teman Tutor di LAZiS cabang Salatiga (Aliyah dan Tofa).

  6. Ustadz/ustadzah TPQ “Darul Amal” (Aniq, Bilal, Fayi\ Nur, Ana)

  7. Teman sejawat PAI-Transfer Angkatan 2007 yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  

KATAPENGANTAR

  Dengan mengucap puji syukur kehadirat Sang Penguasa alam Allah SWT, atas segala limpahan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Tak henti-hentinya sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW, yang membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh barokah.

  Berkat anugerah dari Allah SWT, penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagai persyaratan guna memperoleh gelar saijana dalam Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.

  Juga tak lupa penulis sampaikan ucapan j azakumulloh khoiran katsiron serta penghargaan setinggi-tingginya kepada:

  1. Dr. Imam Sutomo, M. Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga

  2. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah

  3. Drs. Bahroni, M.Pd. selaku pembimbing skripsi yang dengan tulus meluangkan waktu dan sabar untuk membimbing dan mengarahkan dalam penulisan skripsi ini.

  4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga

  5. Seluruh Sivitas Akademika STAIN Salatiga

  6. Bapak dan Ibu yang senantiasa mendoakan langkah peijuangan selama ini

  7. Ibu Titik Anggraeni yang telah membina dalam tarbiyah selama ini

  8. Keluarga besar Pesantren Mahasiswa Walisongo khususnya Pesma Safira yang telah menemani peijuangan selama ini.

  9. Teman-teman sepeijuangan di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) yang memotivasi perjuangan dijalan dakwah selama ini.

  10. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu penulisan skripsi ini.

  Semoga amal serta kebaikan yang telah dicurahkan pada penulis diterima oleh Allah SWT sebagai amal ibadah yang mendapat balasan pahala yang berlipat ganda.

  Semoga skripsi yang sederhana ini bisa memberikan manfaat, dan sebagai manusia biasa penulis menyadari akan banyaknya kekurangan, maka kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

  Akhirnya, In tanshurullaha yanshurkum wayutsabbit aqdamakum.

  Fastabiqul khoirat.

  Salatiga, 2 Januari 2010 Penulis

  

vm ABSTRAK Sutriyana. 2009. Persepsi dan Ekspektasi Sivitas Akademika STAIN Salatiga

  tentang Kampus Religius (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga tahun 2009). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan

  Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Bahroni M. Pd

  K ata kunci: Persepsi, Ekspektasi, Religius Kampus adalah tempat berkumpulnya para pemuda untuk mengkaji ilmu dalam waktu yang cukup lama. Kampus terdiri dari sivitas akademika yang meliputi Dosen, Karyawan, dan Mahasiswa. Sesuai dengan visi STAIN Salatiga yaitu mewujudkan kampus yang religius, peran sivitas akademika sangat diperlukan. Tetapi pada kenyataannya, dari sivitas akademika ada yang belum paham akan visi dan misi STAIN Salatiga khususnya dalam perwujudan kampus yang religius. Seperti masih banyak kegiatan kampus yang belum bernilai Islam.

  Harapan untuk mewujudkan kampus yang religius butuh sebuah proses. Kampus religius adalah kampus yang didalamnya banyak diadakan kajian rutin untuk mengkaji nilai-nilai Al-Qur’an, banyak kegiatan dakwah, dan pemahaman sivitas akademika tentang peraturan yang ada di STAIN Salatiga dalam perwujudan kampus religius.

  STAIN Salatiga harus mampu menonjolkan nilai-nilai keislamannya yang menjadi ciri khas kampus religius. Dalam penelitian tersebut dilakukan wawancara dengan sivitas akademika, pengumpulan data serta observasi langsung di STAIN Salatiga.

  Setelah data terkumpul dapat disimpulkan bahwa menurut responden STAIN Salatiga sudah bisa dikatakan sebagai kampus religius. Tetapi ada juga sebagian responden yang mengatakan belum bisa disebut sebagai kampus religius dikarenakan masih banyak yang harus dievaluasi dan ditingkatkan lagi. ix

  DAFTAR ISI HALAMAN JU D U L ................................. i PERSETUJUAN PEMBIMBING............ ii PENGESAHAN KELULUSAN.............. iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN iv HALAMAN MOTTO................................ v

  HALAMAN PERSEMBAHAN............... vi KATA PENGANTAR.............................. vii ABSTRAK................................................. ix DAFTAR ISI.............................................. x DAFTAR TABEL ..................................... xiii

  DAFTAR GAMBAR.................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................ xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

  1 B. Fokus Penelitian............

  6 C. Tujuan Penelitian..........

  6 D. Kegunaan Penelitian....

  7 E. Penegasan Istilah...........

  7 F. Metode Penelitian..........

  9 G. Sistematika Penulisan....

  13 BAB n KAJIAN PUSTAKA A. Kampus.............

  15 x

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

   XI

  B. Ekspektasi Sivitas Akademika Tentang Kampus Religius

  56 C. Upaya Sivitas Akademika dalam Perwujudan Kampus yang

  

  

   DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel I Data Mahasiswa Tahun Akademik 2009/2010

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kampus 1 STAIN Salatiga..........................................................

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I Data Registrasi Mahasiswa STAIN Salatiga Semester Ganjil Tahun Lampiran II Lampiran III Lampiran IV Lampiran V Lampiran VI

  Akademik 2009/2010 Daftar Dosen STAIN Salatitga

  Daftar N am a Karyawan STAIN Salatiga Pedoman Wawancara Hasil Wawancara Foto-foto Kegiatan di Kampus STAIN Salatiga

  B A B I PENDAHULUAN

  A. L atar Belakang Masalah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) adalah lembaga pendidikan Islam yang sejak awal kelahirannya telah mengkhususkan diri untuk menjadi lembaga pendidikan tinggi yang mengembangkan ilmu-ilmu ke Islaman. Kehadiran lembaga pendidikan tinggi tersebut adalah salah satu jawaban terhadap kebutuhan masyarakat untuk merealisasikan kehidupan beragama di tanah air ini. Sesuai dengan sila pertama dari pancasila yaitu

  Ketuhanan Yang Maha Esa yang mendudukkan betapa urgennya kedudukan agama.

  Lembaga pendidikan tinggi tidak hanya mencetak manusia yang unggul dalam pengetahuan dan ketrampilan tetapi mempunyai peran strategis, yaitu membangun dan mengembangkan karakter pribadi yang baik. Karena kenyataan di lapangan banyak pendidikan tinggi hanya mengejar kuantitas mahasiswa tidak melihat kualitasnya. Saat ini sudah waktunya STAIN menjadi sebuah institusi yang bisa mencerahkan bangsa yang sedang terpuruk dalam budaya materi dan hanya melahirkan sikap serakah, hedonistik, dan permisif (Anwar, 2008: 72). Dalam hal ini, Anwar (2008: 73) menyatakan bahwa STAIN harus yakin bisa melakukan perubahan.

  Orang tidak bisa melangkah dengan benar kecuali dengan keyakinan yang benar, dan tidak boleh ragu sedikit pun akan pertolongan Allah SWT selama

  1 kita mengikuti petunjuk-Nya. Dengan keyakinan yang kuat dan visi yang jelas perubahan akan mudah dilakukan.

  Dituliskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 38 : Artinya:

  

Kami berfirman: ” Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jik a

datang petunjuk-Ku kepadamu. Maka barang siapa yang menikuti petunjuk-

Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka

bersedih h a ti”.

  Sesuai dengan visi STAIN Salatiga yaitu menjadi perguruan tinggi yang berkualitas dalam mewujudkan keseimbangan kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual (Buku Pedoman, 2009: 9). Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban lembaga diuraikan sebagai berikut:

  1. Mengantarkan mahasisiwa memiliki kemantapan aqidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, dan keluasan ilmu pengetahuan.

  2. Memberikan layanan kepada sivitas akademika dan masyarakat dalam menggali ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

  3. Mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat melalui kinerja internal dan eksternal

  4. Mengembangkan college based management dengan melibatkan stake holder dan masyarakat.

  2

  5. Mewujudkan tempat rujukan dalam keteladanan nilai-nilai Islam dan budaya bangsa.

  Salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh perguruan tinggi di masa depan adalah bagaimana perguruan tinggi tersebut dapat menjawab berbagai problema yang muncul di masyarakat akibat kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain tantangan persaingan global, tantangan relevansi pendidikan tinggi dengan kemajuan zaman, serta penanaman nilai-nilai moral atau akhlak mulia. Bertolak dari tantangan-tantangan tersebut, salah satu yang harus dilakukan oleh STAIN Salatiga adalah berani melakukan perubahan untuk menegakkan nilai-nilai Islam di kampus.

  Kampus merupakan tempat para pemimpin masa depan yaitu mahasiswa. Menurut Kusumah (2007:18) mahasiswa memiliki peran sebagai berikut:

  1. Intelektual akademisi Mahasiswa adalah intelektual-intelektual muda yang merupakan aset bangsa yang paling berharga. Mereka beraktifitas dalam sebuah kampus yang merupakan simbol keilmuan.

  2. Cadangan masa depan (iron stock) Mahasiswa adalah calon-calon pemimpin di masa yang akan datang. Baik buruknya sebuah bangsa tergantung kepada baik buruknya pemuda dan mahasiswa saat ini.

  3

  3. Agen perubah (agent o f change) Mahasiswa seringkali menjadi pemicu dan pemacu perubahan- perubahan dalam masyarakat. Perubahan-perubahan yang di lakukan oleh mahasiswa teijadi dalam bentuk teoritis maupun praktis.

  Kampus bukan masyarakat sesungguhnya (real society), melainkan ia merupakan masyarakat semu (virtual society) dengan segala kemiripan kompleksitas permasalahan serta struktur sosial dengan masyarakat sebenarnya. Oleh karena itu, mahasiswa bisa menjadikan kampus sebagai tempat simulasi yang akan menjadi bekal sebenarnya ketika mereka betul-betul terlibat dan terjun ke masyarakat yang sesungguhnya.

  Melihat kenyataan yang teijadi di kampus saat ini bertolak belakang dengan apa yang diharapkan dari visi dan misi STAIN Salatiga.

  Misalnya masih banyak di kalangan sivitas akademika yang merokok, tidak segera melaksanakan ibadah salat ketika tiba waktunya, dan berbusana tidak sesuai dengan ketentuan Islam. Menurut Direktur Jendral Pendidikan Islam (No.DJ.1/255/2007) BAB IV Pasal 5 ayat 1 bahwa Mahasiswa PTAI di larang memakai kaos oblong, celana/baju,yang sobek, sarung dan sandal, topi, rambut panjang dan/atau bercat, anting-anting, kalung, gelang dan tato dalam mengikuti kegiatan akademik, layanan administrasi, dan kegiatan kampus. Khusus bagi mahasiswa di larang memakai baju dan/atau celana ketat, tembus pandang, dan tanpa beijilbab dalam mengikuti kegiatan di kampus.

  4 Kampus adalah tempat berbagai macam karakter mahasiswa yang sama-sama sedang mencari jatidiri mereka. Ada beberapa mahasiswa yang tidak bisa menemukan jawaban apa yang dicari, sehingga mereka teijerumus pada narkoba, kenakalan remaja atau pergaulan bebas (Agustian, 2001 :v)

  STAIN Salatiga harus mempertahankan ciri khas perguruan tinggi Islam dan berperan lebih luas dalam pembangunan bangsa yaitu mengembangkan diri dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

  Perubahan yang akan dilakukan oleh STAIN Salatiga merupakan sebuah cita-cita besar yang menjadi sebuah harapan bagi kemajuan STAIN Salatiga sendiri. Dalam mewujudkan sebuah cita-cita dengan tetap mempetahankan ciri khasnya yaitu kampus religius maka harus diketahui bagaiman keadaan kampus STAIN Salatiga baik dari sivitas akademika maupun lingkungannya. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan penelitian langsung di kampus STAIN Salatiga. Yaitu mengetahui bagaimana persepsi dan ekspektasi sivitas akademika tentang kampus religius serta upaya mereka dalam perwujudan kampus religius.

  Berdasarkan latar belakang itulah, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul ’’PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga Tahun 2009)”.

  5 B. Fokus Penelitian Berdasarkan judul dan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan beberapa fokus penelitian yang akan diteliti yaitu:

  1. Bagaimanakah persepsi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius tahun 2009 ?

  2. Bagaimanakah ekspektasi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius tahun 2009 ?

  3. Bagaimana upaya sivitas akademika STAEN Salatiga dalam mewujudkan kampus religius tahun 2009 ? C. Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah:

  1. Mengetahui persepsi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius.

  2. Mengetahui ekspektasi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius.

  3. Mengetahui upaya sivitas akademika STAIN Salatiga dalam mewujudkan kampus religius.

  6 D. Kegunaan Penelitian

  1. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan pendidikan pada umumnya. Khususnya dapat memperkaya khasanah dunia pendidikan Islam, yaitu pendidikan akhlak/budi pekerti yang diperoleh dari penelitian lapangan.

  2. Manfaat praktis penelitian ini adalah:

  a. Memberikan pemahaman untuk lembaga, agar lebih mengembangkan lagi ilmu-ilmu keislaman, membentuk dan menciptakan guru lebih khusus lagi guru agama Islam.

  b. Untuk lebih mengembangkan kemampuan sivitas akademika dalam mewujudkan kepribadian yang Islami, sehingga langsung berpengaruh dalam upaya mewujudkan lingkungan kampus yang religius seperti adanya musholla dalam kampus (masjid kampus), peringatan-peringatan hari besar Islam, peraturan dalam pergaulan dan berpakaian, larangan merokok, dan adanya salat beijamaah.

  E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap pengertian kata- kata dalam judul skripsi ini, maka perlu ditegaskan sebagai berikut:

  1. Persepsi Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu

  (Suharso, 2005: 376). Yang dimaksud disini adalah tanggapan para sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius.

  7

  2. Ekspektasi Ekspektasi artinya harapan. Harapan adalah mohon, minta, hendaklah, keinginan supaya sesuatu teijadi (Suharso, 2005: 165). Yang dimaksud disini adalah harapan para sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius.

  3. Sivitas Akademika Sivitas akademika adalah keseluruhan orang yang terlibat dalam kegiatan kampus. Baik itu dari dosen, karyawan, maupun mahasiswa.

  4. Kampus Religius Kampus adalah daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung (Suharso, 2005: 218). Religius adalah bersifat religi atau keagamaan (Suharso, 2005: 418). Yang dimaksud kampus religius adalah sebuah lingkungan dimana keadaan atau kondisi kampus bernuansa Islam (religi) dan sivitas akademikanya memiliki budi pekerti yang baik, sopan santun, dan berakhlak mulia dalam bertingkah laku.

  Dengan demikian diharapkan lingkungan kampus sebagai permulaan kehidupan beragama akan berkembang sesuai dengan citra sebagai perguruan tinggi Islam.

  8 Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi dan ekspektasi sivitas akademika STAIN Salatiga tentang kampus religius adalah pendapat dan harapan dari masyarakat kampus tentang kampus yang bernuansa Islam.

  F. Metode Penelitian

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan atau metode deskriptif. Metode deskriptif adalah sebuah penelitian suatu kelompok manusia atau suatu objek, set, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas istimewa pada masa sekarang (Nazir, 1985: 27)

  Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematik, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985: 27).

  Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif mengungkapkan gejala secara menyeluruh melalui pengumpulan data.

  2. Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif mutlak diperlukan.

  Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai partisipan penuh, yaitu peneliti secara langsung dapat mengumpulkan informasi dan mencatatnya. Dalam pengamatan langsung dapat memperoleh data dari

  9 subjek baik yang dapat berkomunikasi secara verbal maupun tidak dapat berkomunikasi secara verbal (Nazir, 1988: 213).

  Menurut Nazir kehadiran peneliti dalam penelitian diketahui statusnya oleh subjek atau informan. Karena akan mempertinggi kemungkinan memperoleh keterangan yang diinginkan (Nazir, 1988:219).

  3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian terletak di kampus 1 jalan Tentara Pelajar

  Nomor 2 Salatiga 50721 Jawa tengah dan kampus 2 Jalan Nakula Sadewa 5 Nomor 9 Rt 3/5 Kembang Arum Dukuh Salatiga

  Alasan peneliti memilih lokasi ini karena peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi dan ekspektasi para sivitas akademika tentang kampus religius serta upaya yang telah dilakukan dalam perwujudan kampus yang religius sesuai dengan visi dan misi STAIN

  Salatiga.

  4. Sumber Data Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah sivitas akademika yang terdiri dari dosen, karyawan, dan mahasiswa.

  Pada penelitian ini data yang dikumpulkan berupa hasil-hasil observasi pada tempat penelitian, hasil wawancara (interview) terhadap responden, dan dokumen yang terkait dengan tempat penelitian.

  10

  5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini data dikumpulkan terutama oleh peneliti sendiri secara pribadi dengan memasuki lapangan (Nasution, 2003: 54).

  Dalam hal ini penulis menggunakan observasi partisipatif yaitu peneliti ikut ambil bagian lapangan yang diteliti, untuk memperoleh data yang diperoleh secara langsung dengan pengamat langsung (Arikunto, 2002: 128). Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara:

  a. Wawancara (interview) Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.

  Wawancara yang dilakukan berupa pertanyaan-pertanyaan tentang persepsi dan ekspektasi sivitas akademika tentang kampus religius dan upaya-upaya yang dilakukan sivitas akademika untuk mewujudkan kampus yang religius.

  b. Observasi Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Observasi non-sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan dan observasi sistematis, yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan (Arikunto, 2002: 132).

  11 Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati dan mencatat kegiatan-kegiatan yang dilakukan sivitas akademika di lingkungan kampus kemudian diambil kesimpulan,

  c. Dokumentasi Dokumen yang diperoleh berupa dokumen resmi dan foto- foto. Dokumen resmi yang diperoleh adalah data mahasiswa, karyawan, dan dosen tahun akademik 2009/2010. Sedangkan foto- foto yang diperoleh adalah foto kegiatan-kegiatan sivitas akademika di kampus.

  6. Analisis Data Secara umum, penelitian dengan metode kualitatif merupakan penelitian non hipotesis. Sehingga tidak perlu merumuskan hipotesis.

  Maka proses analisis datanya seperti yang dikemukakan Moleong (2002: 103) adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori dan susunan uraian dasar. Sehingga dapat menemukan hipotesis kerja yang disarankan oleh data.

  Secara prosedural data yang diperoleh dengan mengoptimalkan metode penelitian yang digunakan, direduksi, disajikan, disimpulkan, dan diverifikasi. Hasil reduksi data tersebut kemudian diverbalkan dan dipilah-pilah menurut kategori datanya. Sebelumnya dipersiapkan antisipasi terhadap kemungkinan reduksi data serta merumuskan konsep.

  12

  7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam mengecek keabsahan temuan ini penulis langsung mengamati di tempat penelitian dengan bertindak sebagai pengamat partisipan. Data yang diperoleh dari beberapa sumber dan menggunakan beberapa penelitian.

  8. Tahap-tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian dimulai dari mengamati dan ikut sebagai partisipan dalam lapangan, kemudian mencatat hasil yang diperoleh.

  Untuk mempermudah memperoleh data peneliti menggunakan beberapa metode yang sudah direncanakan sebelumnya. Setelah data-data sudah terkumpul kemudian dilakukan penulisan laporan.

  G. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk lebih mempermudah dalam mengkaji penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan ini yaitu:

  BAB I: Dalam bab ini berisi tentang pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliput: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan

  13 BAB II: Dalam bab ini diuraikan tentang kajian pustaka yang terdiri: pertama, Kampus meliputi: pengertian kampus, sistem pendidikan dan pengajaran dikampus, dan budaya kampus. Kedua, Religius meliputi: pengertian religius dan karakteristik religius. Ketiga, Kampus religius meliputi: pengertian kampus religius, karakteristik kampus religius, dan citra ideal kampus religius.

  BAB IB: Dalam bab ini membahas tentang paparan data dan temuan penelitian, yang terdiri pertama, Gambaran umum STAIN Salatiga, yang berisi tentang: Sejarah berdirinya, letak geografis, kurikulum dan pembelajaran, dan fasilitas sarana prasarana. Kedua, Keadaan sivitas akademika yang berisikan tentang: jumlah sivitas akademika, dan latar belakang sivitas akademika. Ketiga, Persepsi sivitas akademika tentang kampus religius. Keempat, Ekspektasi sivitas akademika tentang kampus religius. Kelima, Upaya sivitas akademika dalam perwujudan kampus religius.

  BAB IV: Dalam bab ini berisi tentang pembahasan yang terdiri tentang persepsi sivitas akademika tentang kampus religius, Ekspektasi ivitas akademika tentang kampus religius serta upaya yang dilakukan dalam perwujudan kampus religius.

  BAB V: Dalam bab ini berisi tentang penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

  14 BAB

  n

  KAJIAN PUSTAKA

  A. Kampus

  1. Pengetian Kampus Kampus menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:218) adalah lingkungan perguruan tinggi (universitas, akademika) tempat semua kegiatan belajar mengajar dan administrasi berlangsung. Kampus merupakan tempat mahasiswa menuntut ilmu misalnya di STAIN Salatiga, yaitu belajar tentang pemahaman aqidah, ketaatan beribadah, dan memperdalam wawasan ke Islam an serta menjunjung tinggi akhlakul

  karimah (Buku Pedoman, 2008:95)

  Menurut Thahan (2002:65) kampus adalah tempat berkumpulnya para pemuda untuk waktu yang cukup lama baik didalam maupun di luar ruang kuliah dimana mereka saling berdiskusi/berdialog, berinteraksi, dan tukar pengalaman. Kampus adalah lingkungan yang terbuka, tempat mahasiswa mempelajari nilai-nilai dan melatih diri seperti menghargai pendapat orang lain dan rasa tanggung jawab.

  Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki peran strategis dalam merencanakan dan menentukan perkembangan masa depan. Peran strategis tersebut tidak hanya terjadi di masa-masa sekarang saja, tetapi sudah menjadi ketentuan Allah dalam menjaga keberlangsungan syari’at Nya.

  15 Menurut Wiyamo (2003:10-11) sejak dulu hingga sekarang pemuda selalu menjadi ciri dan pilar kebangkitan. Dalam setiap kebangkitan pemuda merupakan kekuatannya, dan dalam setiap fikrah pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Para pemuda itu adalah mahasiswa, mereka merupakan harapan masa depan serta pengemban harapan ummat di masa depan.

  Mahasiswa adalah generasi masa depan, maka jika perhatian, pendidikan, dan pembentukan kepribadian mereka berlangsung dengan baik pasti akan terbentuk generasi yang sholih dan membawa masa depan ummat kepada kemuliaan (Thahan, 2002:65-66). Kemuliaan tidak mudah diwujudkan diperlukan sebuah perjuangan, salah satu faktor pendukungnya adalah dilakukan dakwah di kalangan kampus. Menurut Sandhiyudha (2006:xvii-xviii) secara kauniyah ada beberapa hal kenapa dakwah perlu diadakan di wilayah kampus: a. Pemuda yang menjadi mayoritas dari warga kampus merupakan potensi kebaikan yang luar biasa.

  b. Pemuda dan ilmu sebagai dua unsur utama kampus.

  c. Mahasiswa merupakan stake holder yang berperan penting dalam memainkan fungsi kontrol terhadap roda pemerintahan.

  d. Kampus sebagai basis utama supplier SDM untuk mengisi pos kepemimpinan masa depan.

  e. Kampus adalah wilayah semu di mana sebagian besar warganya hanya hinggap dalam waktu yang relatif pendek.

  16 Dakwah di kampus tidak mudah dilakukan, dibutuhkan sebuah sarana untuk mendukungnya. Dalam hal ini wiyamo (2003:9) mengedepankan sebuah gagasan tentang penyatuan kampus dan masjid. Fungsi masjid kampus sebagai pusat kajian dan informasi Islam menurut Ibawi (1986:20) diharapkan dapat membina masyarakat kampus dalam penciptaan lingkungan kampus yang religius. Menurut Thahan (2002:167) masjid adalah lembaga keagamaan pertama di masyarakat yang memberikan kontribusi nilai keagamaan paling besar kepada masyarakat, mendekatkan sivitas akademika dengan akhlak mulia dan menjauhkan mereka dari akhlak tercela.

  2. Sistem Pendidikan dan Pengajaran di Kampus Pengertian sistem biasa diberikan terhadap sesuatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana satu sama lain saling berhubungan dan saling memperkuat (Harun, 2006:38). Dengan demikian sistem adalah suatu sarana untuk mencapai tujuan (Arifm, 1991:157).

  Dalam suatu kampus atau pergguruan tinggi tentunya memiliki sistem-sistem tersendiri dalam menyelenggarakan suatu pendidikan dan pengajaran. Sistem pendidikan dan pengajaran di kampus STAIN adalah salah satu cara untuk menyampaikan ilmu kepada para mahasiswanya yang nantinya akan menjadi bekal dalam kehidupan masyarakat.

  Dalam sistem pengajaran di STAIN akan mengalami perubahan baik dari kurikulum, metode maupun dalam penempatan alokasi waktu.

  Pendidikan yang diajarkan tidak hanya pendidikan Islam saja tetapi

  17 pendidikan umum juga. Pendidikan Islam yang diajarkan tidak berupa materi semata, namun apabila kita ketahui lebih jauh pendidikan Islam akan mengeseimbangkan antara dunia dan akhirat. Disamping itu tidak hanya berperan meneruskan intelektual semata, melainkan akhlakul karimah menjadi tolak ukur keberhasilan dalam suatu pendidikan.

  Menurut keputusan Direktur jenderal Pendidikan Islam Nomor: Dj.I/255/2007 Bab III tentang kewajiban dan hak mahasiswa pasal 4 ayat 1 yang berbunyi bahwa setiap mahasiswa perguruan tinggi agama Islam berhak memperoleh pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan pengarahan dari pimpinan dan dosen dalam pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan sesuai dengan kaidah keilmuan, keislaman, etika, susila, tata tertib, dan ketentuan lain yang berlaku.

  Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan dan pengajaran dalam Islam adalah mewujudkan seluruh manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT (Harun, 2006:40). Dalam hal ini, Arief (2002:16) menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi yang berdasarkan kepada ajaran Al Qur’an dan sunnah. Dengan demikian, tujuan Pendidikan Islam berarti terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.

  18 Sistem pengajaran yang dilakukan di STAIN Salatiga mengikuti Sistem Kredit Semester (SKS). SKS adalah suatu sistem penyelenggaraan pendidikan di mana beban studi mahasiswa, beban kerja dosen, dan beban penyelenggaraan lembaga pendidikan dinyatakan dalam satuan kredit semester (Buku Pedoman, 2009:590). Metode-metode yang digunakan dalam pengajaran adalah metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan resitasi.

3. Budaya Kampus

  Budaya menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:94) adalah pikiran dan akal budi. Sedangkan kampus adalah lingkungan perguruan tinggi (universitas, akademika) tempat semua kegiatan belajar mengajar dan administrasi berlangsung. Budaya yang diciptakan di kampus akan sangat berpegaruh pada kehidupan sivitas akademika.

  Kehidupan kampus yang terkesan indah dan nyaman di kalangan sivitas akademika membuat mereka betah di kampus. Bahkan bagi mahasiswa yang aktif di organisasi kemahasiswaan, kampus bisa dijadikan tempat tinggal keduanya.

  Setiap anggota bergabung ke dalam organisasi dengan tujuan untuk mencari ajang aktualisasi diri, ajang penyaluran minat atau bakat, tetapi kenyataannya tidak sedikit mahasiswa yang mengikuti organisasi hanya untuk mengisi waktu luang, iseng, atau hanya ikut-ikutan (Arkan, 2009).

  Perguruan tinggi saat ini dituntut tidak hanya harus bisa mencetak

  19 ilmuwan-ilmuwan baru tetapi mampu membekali dengan ketrampilan atau pengalaman yang dibutuhkan ketika nanti paska lulus.

  Sesuai dengan keputusan Direktur Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia Nomor: Dj.1/253/2007 Bab II tujuan organisasi pasal 3 ayat 1 yang berbunyi mendorong mahasiswa menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian yang bernuansa Islami.

  Mahasiswa mempunyai potensi lebih dalam kepemimpinan dan intelektual. Menurut Mahfudz Siddiq dalam Sandhiyudha (2006:53) unsur- unsur kekuatan mahasiswa yaitu idealisme, kecerdasan, sikap kritis, kepekaan sosial, keberaniaan, dan pengorbanan. Dengan unsur-unsur kekuatan tersebut diharapkan mahasiswa akan menjadi calon pemimpin masa depan.

  Dalam aktivitasnya di kampus, wiyamo (2003:36) mengungkapkan mahasiswa memiliki kecenderungan orientasi yang beragam yaitu mahasiswa aktivis, mahasiswa jenis study oriented, dan mahasiswa jenis pragmatis.

  Mahasiswa kategori aktivis berpandangan bahwa kuliah hanyalah salah satu pengembangan pendidikan, sedangkan pengetahuan- pengetahuan non akademik (ekstrakurikuler) merupakan bentuk pengembangan interaksi dan kepedulian terhadap lingkungan yang sesungguhnya tidak diperoleh dibangku kuliah.

  2 0 Sedang mahasiswa tipe study oriented menjadikan pandangannya bahwa studilah yang akan menjamin kehidupan masa depannya, sesuai dengan bidang atau jurusannya. Sehingga menuntut mereka bahwa studi mutlak sebagai bekal hidup. Sedangkan mahasiswa

  pragmatisme/hedonisme

  adalah mahasiswa yang berpandangan bahwa masa muda adalah masa yang harus dimanfaatkan untuk mencari kesenangan.

B. Religius

1. Pengertian Religius

  Religius menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:419) adalah bersifat religi yang bersangkut-paut dengan keagamaan. Religius dapat diwujudkan dalam bebagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya teijadi ketika seseorang melakukan perilaku beribadah, tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain. Menurut Glock dan

  Strak (1966) dalam Muhaimin (2001:293) menjelaskan bahwa agama adalah sistem simbol, keyakinan, nilai, dan perilaku yang terpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.

  Keberagaman atau religiusitas, menurut Islam adalah melaksanakan ajaran agama atau ber-Islam secara menyeluruh terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 208:

  21 Artinya: “ Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara

  

keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh,

ia musuh yang nyata bagimu. ”

  Karena itu, setiap muslim baik dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, diperintahkan untuk ber-Islam. Dalam kaitannya upaya penciptaan suasana religius dimulai dengan mengadakan berbagai kegiatan keagamaan yang pelaksanaannya ditempatkan di lingkungan kampus sendiri. Dalam penciptaan lingkungan religius dimulai dengan kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan secara terprogram dan bernapaskan Islam.

  Masjid dijadikan sebagai salah satu faktor pendukung dalam menciptakan suasana yang religius. Agama Islam mengajarkan bahwa setiap umat Islam wajib mendakwahkan dan mendidikkan ajaran agama Islam kepada yang lain. Sebagaimana dipahami dari firman Allah dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125: Artinya:

  

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan

pengajar anyang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang

baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang

sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang

mendapat petunjuk.

  2 2

  2. K arakteristik Religius Karakteristik adalah ciri-ciri khusus, mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu (Harun, 2006:57). Religius menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005:419) adalah bersifaat religi yang bersangkut paut dengan keagamaan. Karakteristik religius adalah kondisi lingkungan kampus yang agamis. Dilingkungan tersebut bernuansa Islam baik dalam kehidupan sehari-hari ketika melakukan ibadah atau yang lainnya.

  Dalam mengemban dakwah Islam diperlukan adanya kelangsungan aktivitas yang senantiasa berlandaskan pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dengan kebulatan tekad, mengokohkan barisan, menyatukan gerak langkah, dan mengikuti tuntunan-Nya

  Mahasiswa adalah bagian integral dari masyarakat yang diharapkan menjadi ujung tombak peijuangan Islam. Mahasiswa sebagai “Agent O f

  Social Change" diharapkan memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap

  lingkungan sosial masyarakat terkhusus dalam komunitas masyarakat kampus. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan memiliki peran yang maksimal dalam proses transformasi menuju tatanan masyarakat Islam dengan menjadikan Islam ideologi sebagai asas pergerakannya. Aplikasi perubahan yang diharapkan adalah terwujudnya suatu perubahan paradigmatik pola berfikir, perasaan, dan sistem ke arah Islami dibawah ridha Allah SWT.

  23 C. Kampus Religius

1. Pengertian Kampus Religius

  Kampus religius adalah sebuah lingkungan dimana keadaan atau kondisi disana bernuansa Islam (religi) dan sivitas akademiknya memiliki budi pekerti yang baik, sopan santun, dan berakhlak mulia dalam bertingkah laku. Dalam lingkunan kampus yang Islami adalah adanya masyarakat muslim. Menurut Abdillah (2009:45) masyarakat muslim yang kita kehendaki adalah masyarakat yang menyambut seruan-seruan kebaikan, berserah diri kepada Allah, memerangi kemungkaran, berkarakter Islam, dan berakhlak Rabbani. Manusia muslim yang shalih diharapkan mampu mendistribusikan keshalihannya kepada yang lain.

  Agar keshalihan individu bergerak secara kolektif berkembang menjadi keshalihan sosial.. Maka harus dipastikan bahwa manusia muslim tersebut terus berkontribusi optimal dalam dakwah. Harus dipahami bahwa yang menjadi objek dalam dakwah kampus bukan hanya mahasiswa semata, tetapi seluruh sivitas akademika dan bahkan masyarakat luas yang ikut terlibat.

  Menurut Imam Suprayogo (2009) untuk menuju ke masyarakat yang Islami, kampus harus memformat sedemikian rupa agar melahirkan kekuatan yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat kampus itu sendiri. Seluruh masyarakat kampus (sivitas akademika) STAIN Salatiga harus menjadi uswatun hasanah bagi kehidupan masyarakat luar kampus agar nuansa Islam terasa jelas.

  24 Sebagai kampus Islami yang mempunyai gedung, masjid, ma’had, dosen, karyawan, mahasiswa serta segala penataan prasarana dan sarana pendidikannya harus bersih, rapi, dan indah. Lingkungan kampus harus mencerminkan nilai-nilai Islami, yaitu dapat dilihat dari sivitas akademikanya yang beriman, berakhlakul karimah, dan suka beramal.

2. Karakteristik Kampus Religius

  Karakter menurut Suharso dan Ana Retnoningsih (2005) adalah ciri-ciri khusus, mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu.

  Dalam hal ini, Ardiabrata (2009) menyatakan bahwa kampus ketika ingin menuju kampus religius harus mempunyai ciri-ciri meliputi:

  1. Religius {Religious) Artinya dimudahkannya akses peningkatan pemahaman akan beragama dalam kampus tersebut. Kemudahan memperoleh wawasan peningkatan ruhiyah melalui forum-forum kajian, konsultasi, dan taujih bisa diperoleh dengan mudah dan menyeluruh terhadap sivitas akademika di sebuah kampus.

  Suasana religius bukan hanya tugas dari Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kerohanian saja, namun semua warga kampus menyadari atas urgensi kerohanian mereka sehinga terlaksana sebuah nuansa religious dalam sebuah kampus. Misalnya ketika waktu shalat tiba berbondong- bondonglah dosen, mahasiswa, dan karyawan kampus ke mushola- mushola terdekat untuk melaksanakan shalat berjama’ah.

  2. Institusional (Institutional) Dalam sebuah kampus diperlukan sebuah institusi-institusi kredibel

  (proaktif, empatik, jujur, dan dialogis) dan profesional seebagai penopang gerak dinamika kampus itu sendiri. Institusi-institusi ini bisa berwujud institusi kemahasiswaan seperti Senat Mahasiswa (SEMA), Dewan Mahasiswa (DEMA), dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).

  3. Konstitusional (Constitutional) Kampus religius memiliki warga kampus yang memiliki aturan yang lengkap yang disepakati oleh seluruh komponennya. Aturan masyarakat dalam kampus religius lebih dikedepankan dibandingkan pilihan-pilihan pribadi dan kelompok. Semua peraturan bersumber dan terinspirasi dengan nilai-nilai Islam, dan Ijtihad yang dipilih menjadi pilihan bersama.

  4. Terdidik {Intellectual) Kampus religius memiliki warga kampus yang bersemangat tinggi

  

(himmatul ‘aliyah ) dalam menunutut ilmu {thalabulilmi),

  mengamalkan amal {‘amal), dan menyebarluaskannya {dakwah) menjadi warna dan cita rasa masyarakat kebanyakan.

  5. Cinta Damai {Peaceful Oriented) Kampus religius memiliki warga yang mencintai keharmonisan antarkomponen. Ketika memasuki kampus, baik itu masyarakat lama ataupun pendatang akan merasakan suasana aman dan nyamannya.

  26