PERKEMBANGAN MORAL ANAK DALAM KELUARGA AYAH BERFUNGSI GANDA Studi Terhadap Tiga Keluarga Muslim Single Parent di Desa Kanigoro Kec. Ngablak Kab.Magelang Tahun 2008 - Test Repository

  Perpustakaan STAIN Salatiga

  08TD1011756.01

PE R K E M B A N G A N M O R A L A N A K

D A L A M K E L U A R G A A Y A H B E R FU N G SI G A N D A

Studi Terhadap Tiga Keluarga Muslim Single Parent di Desa Kanigoro Kec. Ngablak Kab.

  Magelang Tahun 2008

  

S K R I P S I

Oleh:

A. R A F I O

N IM . 114 01 001

SE K O L A H TIN G G I A G A M A ISLA M NEG ER I

S A L A T I G A

  

2008 DEPARTEMEN A G A M A RI SEKOLAH TIN G G I A G A M A ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  J l Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

  Website :

  

P E N G E S A H A N

  Skripsi Saudara : A. RAFIQ dengan Nomor Induk Mahasiswa : 114 01 001 yang berjudul : “PERKEMBANGAN MORAL ANAK DALAM KELUARGA

  AYAH BERFUNGSI GANDA (Studi terhadap Tiga Keluarga Muslim Single

Parent di Desa Kanigoro Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Tahun

  

2008”. Telah dimunaqasahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah

  Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : 19 Maret 2008 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

  Salatiga, 19 Maret 2008 Panitia Ujian

  DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA .11. Stadion No. 03 Telp. (0298) 323706 Faks. 323433 Salatiga 50721

P KUNKTI I J I I AN P E M B I M B I N G

  Lamp. : I (satu) naskah Maret 2008 1 lal : Pengajuan Naskah Skripsi

  Yth. Ketua STAIN di Salatiga A ssalanuralaikum Wr. Wb. Bersama ini kami kirimkan naskah skripsi mahasiswa: Nama : A. Rafiq

  NIM : I 14 01001

  Program S tu d i: P endidikan A gam a Islam ( P A I )

  Judul : PERKEMBANGAN MORAL ANAK DALAM KELUARGA AYAI I BERM !N( iSI GANDA Studi Terhadap l iga Keluarga Muslim Single Parent di Desa Kanigoro Kec. Ngablak Kab.

  Magelang rabun 2008. Untuk di ujikan dalam Sidang Munaqasyah Skripsi.

  Demikian untuk menjadikan periksa. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

  

KATA PENGANTAR

Bism illahirrohm anirrohim .

  Al Hamdulillah, dengan pertolongan dan petunjuk dari Alloh SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PERKEMBANGAN MORAL ANAK DALAM KELUARGA AYAH BERFUNGSI GANDA Studi Terhadap Tiga Keluarga Muslim Single Parent di Desa Kanigoro Kec. Ngablak Kab. Magelang Tahun 2008. Skripsi ini disusun untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat gelar Saijana Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  Dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebanyak- banyaknya kepada yang saya hormati:

  1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M. Ag., selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  2. Bapak Drs. Jaka Sutopo, selaku ketua Program Ekstensi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

  3. Bapak Drs Jaka Siswanta, M.Pd dan bapak Drs. M Zulfa M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan tenaga dan fikiran dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan tanpa kenal lelah sehingga tersusunlah skripsi ini.

  4. Ibu dan Bapak yang selama ini telah mendidik dan mengarahkan dengan sepirituil serta selalu berkorban demi tercapainya cita-cita penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  5. Ikhwan/Akhwat terutama kang Ainul Huri, SPdl beserta keluarga serta semua pihak yang tidak mungkin di sebutkan satu persatu disini yang telah memberi bantuan dan motivasi yang sangat berharga, yang tak ternilai harganya bagi penulis sehingga tersusunlah skripsi ini.

  Semoga Alloh SWT memberi balasan yang lebih baik pada mereka dan senantiasa memberikan Ridho-Nya serta kesuksesan kepada mereka atas bantuan yang di berikan kepada penulis.

  Sebagai manusia yang tidak lepas dari salah dan khilaf perkenankan penulis meminta m aaf atas segala kekeliruan, kekurangan dalam penulisan skripsi ini.

  Kontribusi pemikiran berupa saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.

  Akhirnya, penulisan skripsi ini kami persembahkan kepada Lembaga (STAIN) dan masyarakat akademik, untuk dijadikan bahan analisis dalam rangka meningkatkan mutu kualitas Pendidikan Islam di masa-masa mendatang.

  Salatiga, Maret 2008 Penulis

  A. Rafiq

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini ku persembahkan kepada: 1. Agamaku.

  2. Ayah dan Ibundaku sebagai tanda baktiku.

  3. Istri dan anakku yang tercinta.

  4. Kakak dan adikku semua yang tercinta.

  5. U stadz-U stadzahku.

  6. Seluruh akhwan dan akhwat mahasiswa senasib dan seperjuangan, terutama DEWA ’99.

  7. Teman - teman x 10 c 2001

  M O T T O

  

1. K ebahagiaan dan kejayaan hanya terletak pada agam a yan g

sem purna

  2 . D akw ah m enjadi m aksud dan tujuan hidup

  3 . D i B alik Sunnah A da K ejayaan

  DAFTAR ISI

  

  

  

  BAB I : PENDAHULUAN BAB II : PERKEMBANGAN MORAL ANAK DALAM KELUARGA AYAH BERFUNGSI GANDA

  

   BAB

  III : GAMBARAN UMUM

  

  BAB

  IV : PERKEMBANGAN MORAL ANAK DALAM KELUARGA !

  AYAH BERFUNGSI GANDA

  

   BAB

  IV : PENUTUP

  

  

   PEDOMAN WAWANCARA DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  BABI

PENDAHULUAN

  i

  A. LATAR BELAKANG MASALAII Fenomena rumah tangga atau keluarga yang terjadi dalam masyarakat saat ini adalah keberadaan orang tua tunggal atau lazim disebut dengan istilah

  single parent. Orang tua mengasuh, mendidik dan membesarkan anak-

  anaknya sendiri tanpa bantuan dari pasangannya, baik itu pihak suami maupun istri. Anak-anak yang di besarkan oleh orang tua tunggal dalam perkembangan tentu tidak sama dengan anak yang memiliki orang tua yang masih lengkap.

  Orang tua tunggal dalam keluarga memiliki serangkaian masalah khusus. Hal ini disebabkan karena hanya ada satu orang tua yang membesarkan anak. Bila diukur dengan angka, mungkin lebih sedikit sifat positif yang ada dalam diri suatu keluarga dengan satu orang tua dibandingkan keluarga dengan orang tua lengkap. Orang tua tunggal atau Single Parent merupakan kelompok interaksi primer tempat utama dalam pembentukan norma-norma sosial, internalisasi norma-norma dan lain-lain. Pada umumnya fungsi keluarga adalah mengembangkan peran orang tua dalam upaya membentuk kepribadian anak, mengembangkan potensi akademik melalui akal rasio, potensi religius dan moral. Karena sesungguhnya seorang anak secara fitrah di ciptakan dalam keadaan siap menerima kebaikan, kemanfaatan atau keburukan, kemadhorotan.

  2

  Jadi kedua orang tua yang membuat kecenderungan kepada salah satu diantara keduanya. Sehubungan dengan ini rasulullah SAW bersabda:

  <u U tiu u jl <UI j u .aL j l A iij d 1

j j

l 1 j djlaiJl j l j., j ^ 3 JS

  

"Setiap anak itu di lahirkan menurut fitrahnya maka hanya kedua orang

tuanyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, Nasrani atau seoarang

Majusi" (Hadits riwayat Bukhari )Juz I, him. 12927

  Orang tua yang dekat dengan anak akan memberikan pengaruh yang paling besar dalam proses membentuk kepribadian tersebut dibanding pengaruh yang diberikan dalam komponen pendidikan lainnya.2 Pengalaman- pengalaman dari interaksi sosial dalam keluarga tersebut turut menentukan cara-cara tingkah laku seorang anak terhadap orang lain baik itu dalam pergaulan diluar keluarga maupun pada masyarakat. '

  Di dalam perkembangan seorang anak juga ditentukan oleh faktor keutuhan keluarga, terutama kehadiran kedua orang tua. Ketidakutuhan keluarga tersebut mempunyai pengaruh negatif pada anak seperti diutarakan oleh H. Thomae :

  “ Bahwa dalam prestasi belajar, seorang anak yang tinggal dalam keluarga yang utuh pre"tasinya akan lebih baik dari pada anak yang tinggal dalam keluarga yang tidak utuh. “4

  Orang tua di dalam keluarga baik itu maupun ibu memiliki kedudukan yang istimewa di mata anak-anaknya. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar untuk mempersiapkan dan mewujudkan *

  1

  3

  kesuksesan hidup anak-anaknya di masa datang. Di dalam membimbing anak- anaknya orang tua dituntut untuk berperan aktif agar terwujud cita-cita anak

  i

  sekaligus terwujud keluarga yang sehat dan bahagia. Anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik memiliki kepribadian yang matang apabila diasuh serta dibesarkan oleh lingkungan keluarga yang sehat dan bahagia. Jadi dalam hal ini kehadiran orang tua dalam perkembangan moral anak-anaknya amatlah penting. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Jamaluddin Ancok :

  “ Bahwa dasar pembentukan moral yang baik bermula dari dalam keluarga. Hubungan antara anak dan orang tua yang penuh kasih sayang dan penuh kehangatan adalah dasar utama pembentukan moral tersebut.”

  Apabila anak kehilangan peran orang tuanya terutama ibu baik itu karena meninggal dunia ataupun bekerja maka anak akan merasa kehilangan salah satu pegangan yang menuntun dan membimbing dalam hidupnya. Alasannya ialah bahwa pengasuhan anak kecil dalam hal ini harus dialihkan ke sanak saudara atau pembantu rumah tangga yang mungkin menggunakan cara mendidik anak yang berbeda dengan ibunya serta anak jarang mendapat perhatian dan kasih sayang yang semula di dapat dari ibunya.*

  6 Pada umumnya tidak dapat diketahui ketiadaan salah satu orang tua akan memberikan dampak tertentu dalam kejiwaan seorang anak terlebih apabila anak berusia balita. Maka tahap-tahap usia tersebut dianggap rawan dalam perkembangan kepribadian.7

  

\ Djamaludin Ancok, Pendidikan dan agama Akhlak bagi anak dan Remaja, (Bandung;

Logos, 2002/ him. 49.

6. Elizabeth Hurlock. Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 19 89), him. 216

  4 Apabila anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami permasalahan perkawinan atau mengalami gangguan figur terutama terhadap

  ! figur ibu, anak akar, mengalami resiko tinggi menderita gangguan perkembangan kepribadiannya, terutama perkembangan mental intelektual, emosionalnya, bahkan perkembangan psiko maupun spiritual. Hal ini akan terlihat apabila sudah dewasa, anak akan memperlihatkan berbagai perilaku yang menyimpang seperti tindakan anti sosial.?

  Keluarga single parent seorang atau ibu secara langsung dituntut untuk berperan ganda dalam mendidik anak-anaknya yaitu sebagai sekaligus sebagai ibu. Tetapi hal ini akan terasa berbeda karena sebagai seorang atau ibu tentu kurang dapat bersikap lemah lembut sehingga mencerminkan kasih sayang dalam mendidik anaknya. Seringkah karena kehilangan figur ibu atau, maka anak-anak dalam keluarga kurang baik dalam perkembangannya.

  Orang tua mempunyai hak dan kewajiban untuk mendidik anaknya di dalam pembinaan moral. Anak kecil belum bisa memilih soal akidah dan pandangan hidup untuk hari depannya. Apabila moral yang dianut atau ibunya tidak diterima maka akan menjadikan kebingungan dan akan menimbulkan permasalahan pada anak di masa mendatang.

  '. Ibid, him. 172

  Dalam kehidupan manusia moral sangat di butuhkan karena manusia diciptakan oleh tuhan mempunyai naluri moral. Moral yang memuat norma-

  i

  norma tertentu bersifat sebagai alat didalam kehidupan. Moral juga berpengaruh dalam memberikan kemantapan batin, rasa bahagia, rasa terlindungi, rasa sukses dan rasa puas. Sehingga bisa merupakan motivasi untuk mendorong individu melakukan sesuatu aktivitas yang mempunyai unsur kesucian dan keindahan. Moral juga berperan untuk membina dan mempersiapkan mental manusia agar manusia secara kreatif dan aktif melakukan tugas-tugasnya dan diharapkan agar mampu memberikan kesetabilan dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang berupa goncangan-goncangan dan ketegangan fisik antara lain frustasi, konflik dan kecemasan hidup.

  Anak dalam keluarga single parent akan kebingungan yang pada akhirnya akan mengganggu kejiwaannya. Sehingga anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan rohaninya dan mengalami percepatan kematangan usia. Usia matang pada anak terbentuk oleh pengalaman seorang.

  Oleh karena itu pengalaman anak pada keluarga single parent sangat berpengaruh dalam perkembangannya.

  Pada masa kanak-kanak perkembangan faktor kejiwaan sangat penting di dalam perhatian pada masalah moral. Karena masa kanak-kanak merupakan periode dinamis secara psikologis bagi perkembangan moralnya dan merupakan momentum pertama untuk mengaktualitaskan fitrah bermoral yang

  6 kemampuan yang luar biasa untuk meniru perilaku orang dewasa, karena suatu ide dan kultur yang ada disekelilingnya. Jiwa bermoral pada anak akan j berperan penting dalam perkembangan moral pada masa selanjutnya. Oleh karena itu peran orang tua sangat di butuhkan.

  Kebiasaan positif dan terpuji yang telah tertanam kuat pada jiwa anak, tidak akan hilang begitu saja pada masa depannya. Pengalaman kebermoralan pada masa anak-anak akan tergores kuat dalam hati seseorang. Jiwa yang masih polos jika di isi dengan pembinaan moral, maka yang diterimanya itu akan melekat kuat dalam hatinya. Anak akan melakukan sesuatu yang diterimanya. Disinilah letak pentingnya orang tua dalam membina anak.

  Orang tua menerima titipan amanat berupa anak pasti akan dimintai pertanggung jawaban atas anak yang dititipkan kepadanya. Oleh karena itu sudah seharusnya orang tua wajib membimbing anaknya sesuai dengan aturan- aturan dalam agama.

  Kehadiran ibu sangat penting bagi perkembangan anak karena bagaimanapun juga tidak dapat dipungkiri bahwa anak lebih dekat pada ibu.

  Begitu juga dengan perkembangna moral anak, sejak dalam kandungan ibu sudah mulai mengajarkannya. Ketiadaan peran ibu akan sangat mempengaruhi di dalam perkembangan moral anak. Dalam hal ini penulis akan meneliti anak yang kehilangan ibunya, ketiadaan peran ibu diganti oleh nya sehingga nya dituntut untuk berperan ganda. Inilah yang menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian.

  7

  B. RUMUSAN MASALAH

  Rumusan Masalah Penelitian ini adalah i

  1. Bagaimanakah perkembangan moral anak dalam keluarga ayah berperan ganda (Single Parent) di desa Kanigoro Kec. Ngablak Kab. Magelang?

  2. Bagaimana peran ayah yang berperan ganda (Single Parent) dalam perkembangan moral anaknya di desa Kanigoro Kec. Ngablak Kab.

  Magelang?

  C. TUJUAN PENELITIAN

  Tujuan Penelitian ini adalah

  1. Untuk mengetahui perkembangan moral anak dalam keluarga ayah berperan ganda (Single Parent) di desa Kanigoro Kec. Ngabiak Kab. Magelang.

  2. Untuk mengetahui peran ayah yang berperan ganda (Single Parent) dalam perkembangan moral anak di desa Kanigoro Kec. Ngablak Kab. Magelang.

  D. MANFAAT HASIL PENELITIAN

  1. Signifikasi Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan ilmiah bagi psikologi anak tentang perkembangan moral anak dalam keluarga ayah berperan ganda.

  2. Signifikasi Sosial Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua khususnya dalam keluarga ayah yang berperan ganda {single parent)

  8

E. FOKUS PENELITIAN

  Fokus dalam penelitian ini adalah perkembangan moral anak dalam keluarga ayah yang berperan ganda yang teijadi pada tiga keluarga muslim

  Single Parent

  di desa Kanigoro Kec. Ngablak Kab. Magelang. Sebelum pembahasan yang lebih detail akan diberikan penjelasan dan batasan pada istilah-istilah yang dipakai dalam judul tersebut, yakni sebagai berikut:

  1. Perkembangan Moral Anak Secara psikologis perkembangan merupakan suatu proses yang dinamis, dimana dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku yang kan menjadi aktual dan terwujud.9 Moral berasal dari kata latin “Mores” yang berarti tata cara, kebiasaan dan adat istiadat.10

  Zakiah Daradjat, mengklasifikasikan perkembangan anak sebagai berikut.11 a. Usia Kanak-kanak (0-6 tahun)

  b. Usia Anak-anak (6-12 tahun)

  c. Usia Remaja (13-17 tahun)

  d. Usia Dewasa (18-21 tahun) Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang berumur

  6-12 tahun ketika sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang aktual dan terwujud yang menyangkut baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan.

  9 Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan perkembangan moral anak adalah bagaimana perkembangan moral anak yang ditinggal oleh ibunya.

  2. Single Parent

  Sigle Parent

  yang di maksud adalah keluarga dengan orang tua tunggal dalam mengasuh dan membesarkan anak-anaknya sendiri tidak dengan bantuan pasangannya.12 Dalam penelitian ini yang dimaksud keluarga single parent adalah kurang berfungsinya peran ibu terhadap anaknya karena kematian sehingga peran ayah akan menjadi ganda yaitu menjadi ayah sekaligus menjadi seorang ibu.

  Dari fokus penelitian di atas, maka yang dimaksud penulis tentang PERKEMBANGAN MORAL ANAK DALAM KELUARGA AYAH BERPERAN GANDA Studi Terhadap Tiga Keluarga Muslim Single

  Parent Di Desa Kanigoro Kec. Ngablak Kab. Magelang Tahun 2008

  adalah suatu penelitian ilmiah tentang perkembangan moral anak yaitu mengenai baik buruk suatu perbuatan atau kelakuan anak yang ditinggal mati oleh ibunya. Dimana keluarga yang diteliti mempunyai ciri-ciri: (1). Keluarga single parent (2). Tidak ada ibu karena kematian (3). Memiliki anak berumur 6-12 tahun dan penelitiannya di Desa Kanigoro, Kec.

  Ngablak, Kab. Magelang.

  F. METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk melakukan kegiatan dan usaha untuk menemukan dan mengembangkan serta menguji

  10

  Dalam penelitian ini digunakan metode transversal atau metode krosseksional.13 yaitu untuk meneliti subyek penelitian dari tingkatan usia yang berbeda dalam waktu yang sama.

  Pengambilan metode ini adalah untuk mengetahui tentang perkembangan moral anak dalam beberapa fase perkembangan yaitu fasae pra- konvensional, usia 4-10 tahun, usia 10-13 tahun, pasca-konvensional, usia 13- 18 tahun. Usia anak dalam keluarga yang dijadikan penelitian ini berbeda- beda, maka dengan metode ini berarti mengambil kelompok orang dari tingkatan umur yang berurutan.

  1. Jenis Penelitian Corak penelitian ini adalah field research yaitu penelitian langsung ke objek yang diteliti untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas, yaitu keluarga ayah yang berperan ganda.

  2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptik analitik kualitatif yaitu penelitian yang menjelaskan realitas yang ada di lapangan kemudian menganalisanya dengan cara memaparkan atau mendiskripsikan dengan kata-kata atau kalimat.

  3. pendekatan Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan psikologis. Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang meliputi aspek kejiwaan, tentang : (a) kondisi jiwa (pikiran, perasaan, emosi), (b) Pertumbuhan kepribadian,

  11

  Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis perkembangan moral anak.

  4. Subjek dan Informasi Penelitian Untuk menetukan subjek penelitian peneliti memilih keluarga yang mempunyai ciri-ciri: (1) Keluarga muslim yang single parent. (2) Peran ibu tidak berfungsi karena kematian. (3) Anak berusia 6-12 tahun.

  Responden penelitian ini adalah orang tua yaitu ayah dan anak dari keluarga muslim yang single parent.

  5. Tehnik pengumpulan Data

  a. Observasi Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-fenomena yang di selidiki.15 Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data secara langsung, tentang perkembangan moral anak dalam keluarga muslim single parent.

  Penulis melakukan pengamatan pada keluarga muslim single

  parent kemudian mewawancarai responden. Objek yang diobservasi

  adalah hubungan antara ayah dan anak dalam kehidupan sehari-hari, serta moral anak dan bagaimana perkembangan moral anak.

  b. Wawancara Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang di lakukan penulis.

  6. Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan metode analisis induktif, yaitu mentransformasi fakta-fakta khusus sebagai bahan untuk membangun teori.

  Metode ini digunakan untuk menganalisa realitas yang ada dalam sebuah keluarga khususnya mengenai perkembangan moral anak dalam keluarga ayah berperan ganda pada umumnya untuk menggapai dan memahami realitas yang ada dalam keluarga single parent.

  G . SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistimatikanya sebagai berikut: Bab 1 sebelum memasuki inti permasalahan yang di bahas dalam bab- bab selanjutnya pada skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan latar belakang masalah, kemudian untuk mengetahui sejauh mana penelitian skripsi ini di buat, dapat di lihat dalam perumusan masalah dan tujuan penelitian serta manfaat hasil penelitian, untuk menghindari pemahaman yang salah terhadap judul skripsi ini maka penulis tegaskan dalam fokus penelitian, dan untuk memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis tampilkan metode yang di pakai dan sistematika penulisan skripsi.

  Baba II penulis menjabarkan kerangka teoritik tentang perkembangan moral anak dalam keluarga ayah berperan ganda.

  Bab III membahas tentang gambaran umum tiga keluarga ayah berperan ganda yang di teliti yaitu tiga keluarga muslim yang single parent di desa Kanigoro, Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

  Bab IV. Analisis tentang perkembangan moral anak dalam keluarga ayah berperan ganda. Bab V. Penulis membuat penutup berisi kesimpulan dan saran-saran sebagai bahan masukan untuk kepentingan kemajuan pendidikan Islam di masa mendatang.

  BAB n PERKEMBANGAN MORAL ANAK DALAM KELUARGA AYAH BERPERAN GANDA

  1. Perkembangan Moral Anak

  a. Pengertian moral Perkembangan moral anak berbeda-beda sebelum di bahas lebih jauh akan di jelaskan pengertian moral. Moral berasal dari kata latin

  “Mores’" yang berarti tata cara, kebiasaan dan adat istiadat.1 Sedangkan dalam kamus umum bahasa Indonesia moral berarti baik buruk perbuatan dan kelakuan.2 Sedangkan dalam Islam moral diistilahkan dengan akhlak karena dalam pengertian sehari-hari akhlak umumnya disamakan artinya dengan budi pekerti, kesusilaan atau sopan santun dalam bahasa Indonesia, dalam hal ini tidak berbeda dengan arti kata moral atau etik dalam bahasa Inggris.3

  b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral Faktor-faktor perkembangan morai seorang anak adalah banyak dipengaruhi oleh lingkungan keluarga maupun ligkungan di luar keluarga. Walaupun demikian di duga yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah orang tua baik ayah , ibu maupun secara bersama-sama ayah dan ibu.

  1 Elizabeth Hurlock. OP. Ci(, hlm.74

  2 W.J.S Purwodaminto,0/?.O7,hlm.654

  15 Menurut Syamsul Yusuf ada beberapa sikap orang tua yang perlu diperhatikan sehubungan dengan perkembangan moral anak adalah:4

  1) Konsisten dalam mendidik anak Orang tua dalam hal ini dan ibu harus memiliki sikap perlakuan yang sama dalam melarang atau membolehkan tingkah laku tertentu pada anak

  2) Orang tua dalam keluarga Secara tidak langsung, sikap orang tua terhadap anak akan mempengaruhi perkembangan moral anak yaitu menurut proses penilaian (imitasi)

  3) Penghayatan dan pengalaman agama yang dianut Orang tua yang menciptakan iklim yang religius (agamis) dengan cara membersihkan agama atau bimbingan tentang nilai- nilai agama kepada anak, maka anak akan mengalami perkembangan moral yang baik.

  4) Sikap konsisten orang tua dalam menerapkan norma.

  Apabila orang tua mengajarkan suatu kebaikan maka orang tua harus terlebih bersikap konsisten terhadap apa yang diajarkan kepada anak.sebagai contoh apabila orang tua mengajarkan agar berperilaku jujur maka orang tua harus tetap konsisten untuk berperilaku jujur.

  16 c. Karakteristik setiap fase perkembangan m oral5

  1) Fase orok (usia 0-3 tahun) Pada fase ini tingkah laku anak didominasi oleh dorongan naluriah. Maka tingkah laku anak belum bisa dinilai sebagai tingkah laku bermoral atau tidak. Pada fase ini, anak cenderung mengulangi perbuatan yang menyenangkan dan tidak mengulangi perbuatan yang tidak menyenangkan. Untuk menanamkan konsep-konsep moral pada fase ini perlu dilakukan :6 a) Memberi pujian, ganjaran atau sesuatu yang menyenangkan anak karena hal ini merupakan faktor penguat atau

  (reinforcement) bagi anak untuk mengulangi perbuatan tersebut.

  b) Memberi hukuman atau sesuatu yang mendatangkan perasaan tidak senang, apabila anak melakukan hal-hal yang tidak baik. 2) Fase pra-sekolah (usia 3-6 tahun)

  Pada fase ini, anak sudah memiliki dasar tentang sikap moralitas terhadap kelompok sosialnya, melalui pengalaman berinteraksi dengan orang lain. Anak belajar memahami tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik, boleh, diterima, disetujui, atau buruk, tidak boleh, ditolak, tidak disetujui pada saat

  17 menanamkan disiplin pada anak. Anak harus dilatih atau dibiasakan mengenai bagaimana diri harus bertingkah laku.7 8

  3) Fase anak sekolah (usia 6-12 tahun) Pada usia ini, anak sudah dapat memahami tuntutan dari orang tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan yang mendasar mengenai suatu perbuatan. Anak juga sudah dapat mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar salah atau baik buruk.

  4) Fase remaja (usia 12-18 tahun) Pada usia remaja, tingkat moralitasnya sudah lebih matang dibanding usia anak-anak. Remaja sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan dan kedisiplinan.

  Remaja berperilaku bukan har.ya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi juga untuk memenuhi kepuasan psikolognya. Oleh karena itu pada usia ini mulai muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.

  Remaja juga berperilaku sesuai dengan tuntutan dan harapan kelompok, serta remaja lebih loyal terhadap norma atau peraturan yang berlaku dan diyakininya.9

7 Ibid, him. 175-176

  8 Ibid, him. 182 9 /bit, him. 199-200

  18 Dalam pembahasan ini akan dibahas perkembangan moral menurut Lawrence Kohlberg. Terdiri dari tiga tingkat, yaitu : 10

  1) Tingkat Moralitas Prakonvesional, usia 4-10 tahun Pada tahap ini, anak mengenal baik buruk, benar salah suatu perbuatan dari sudut konsekuensi (dampak atau akibat) menyenangkan (ganjaran) atau menyakiti (hukuman) secara fisik, atau enak tidaknya akibat perbuatan yang diterima. Adapun tahap orientasi dibagi menjadi 2 yaitu:11

  a) Tahap Orientasi Hukuman dan Kepatuhan Anak menilai baik buruk, atau benar salah dari sudut dampak hukuman atau (ganjaran) yang diterimanya dan yang mempunyai otoritas (yang membuat aturan), baik orang tua atau orang tua lainnya. Dengan demikian anak mematuhi aturan orang tua agar terhindar dari hukuman.

  b) Tahap Orientasi Relatifis - Instremental Perbuatan yang baik atau benar adalah yang berfungsi sebagai instrument (alat) untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan diri.

  Dalam hal ini hubungan dengan orang lain dipandang sebagai hubungan orang dipasar. (hubungan jual beli). Dalam melakukan atau memberikan sesuatu, bahkan karena rasa terima kasih atau sebagai curahan kasih sayang tetapi bersifat pamrih (keinginan untuk mendapatkan balasan).

  19 2) Tingkat Konvensional, usia 10-13 tahun

  Pada tingkat ini. Anak memandang perbuatan itu baik atau benar, atau berharga bagi dirinya apabila dapat memenuhi harapan atau persetujuan keluarga, kelompok atau bangsa. Disini berkembang sikap konformitas, loyalitas atau penyesuaian diri terhadap keinginan kelompok atau aturan sosial masyarakat.

  • , h

  Tingkat konvensional dibagi menjadi:-

  a) Tahap Orientasi Kesepakatan antar Pribadi atau Orientasi anak manis(good!s boy/giri) Anak memandang suatu perbuatan itu baik, atau berharga baginya apabila dapat menyenangkan, membantu atau disetujui atau diterima orang lain.

  b) Tahap Orientasi hukum dan ketertiban Perilaku yang baik adalah melaksanakan atau menunaikan tugas atau kewajiban sendiri, menghormati otoritas dan memelihara ketertiban sosial. 3) Tingkat Pasca-Konvensional, 13-18 tahun

  Pada tingakat ini ada usaha individu untuk mengartikan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang dapat diterapkan terlepas dari otoritas kelompok, pendukung atau orang yang memegang atau menganut prinsip-prinsip moral tersebut.juga terlepas apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.1 ’

  20

  b) Perbuatan atau tindakan yang baik cenderung dirumuskan dalam kerangka hak-hak individual yang umum, dan dari segi aturan atau patokan yang telah diuji secara kritis, serta disepakati oleh seluruh masyarakat. Dengan demikian, perbuatan yang baik itu adalah yang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

  c) Tahap Orientasi prinsip etika universal Kebenaran ditentukan oleh keputusan kata hati, sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang logis, universalitas dan konsisten.

  Prinsip-prinsip etika universalitas ini bersifat abstrak, seperti keadilan kesamaan atau hak asasi manusia, dan penghormatan kepada martabat manusia,

  d. Proses perkembangan moral Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara, sebagai berikut:

  1) . Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Disamping itu, yang paling penting dalam pendidikan moral ini, adalah keteladanan dari orang tua, guru atau orang dewasa lainya dalam melakukan nilai-nilai moral.

  2) . Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi

  21

  3). Proses coba-coba (trial dan error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.14

  e. Peran Orang tua Bagi Pembentukan Perilaku Moral Anak Tanggung jawab mendidik anak di bebankan kepada orang tua dan juga menjadi amanat yang diterimanya, dan sebaik-baik pendidikan adalah pendidikan moral atau budi pekerti sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:

  “Tidakkah orang tua memberi suatu pemberian pada seorang anak yang lebih baik daripada kesopanan yang baik” .15 Para filosof yang di wakili Ibnu Sina, Ibnu Maskaweh, Aris toteles dan Rousou mengatakan bahwa pembiasaan tingkah laku yang baik harus dilakukan dengan terus-menerus dan di sertai dengan latihan semenjak kecil. Pembiasaan dan latihan semua itu akan tertanam kuat menjadi karakter atau watak pada diri anak. Disamping itu karakter atau tabiat anak harus di bentuk melalui keteladana akhlak.

  Melalui keteladanan maka anak akan bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi orang tua berkewajiban memelihara anak-aanaknya dengan cara mendfidik membersihkan pekerti dan mengajari akhlak-akhlak yang mulia

14 Ibid, him. 134

  22 Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak oleh karena itu kedudukan keluarga dalam pengembangan kepribadian anak sangat dominan. Pendidikan dan pembinaan moral dalam keluarga mempunyai peranan yang sangat penting, karena merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama kali. Anak akan menerima pengarahan pertama dari orang tuanya. Sifat anak yang menonjol adalah meniru maka semua yang dilakukan oleh orang tuanya akan ditiru oleh anak, tanpa mendebat, menyaring dan menentangnya. Oleh karena itu orang tua harus memiliki moral yang terpuji agar mudah dalam mengarahkannya.

  Lingkungan, media masa, teman-temannya juga mempunyai peran dalam proses pendidikan anak. Oleh karena itu sudah menjadi kewajiban orang tua untuk mendidik dan melindunginya. Di dalam pembinaan orang tua kepada anak akan mempengaruhi kehidupan anak selanjutnya, karena orang tua merupakan tempat pertama untuk meletakkan dasar-dasar kepribadian anak.16

  Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya Tarbiyatul

  Aulad, bahwa keteladanan dalam pendidikan merupakan sarana yang

  paling efektif dan berpengaruh dalam mempersiapkan anak, baik dalam segi akhlaq, pembentukan jiwa maupun sosialnya. Sebab pendidikan adalah teladan paling ideal dimata anak.

  23

  Keteladan orang tua yang baik akan di buat contah dan akan di tiru oleh anak, baik dalam segi tingkah laku maupun akhlaq, disadari maupun tidak bahkan gambaran perkatan, perbuatan, perasaan dan moralnya akan mengimbas secara langsung didalam diri anak dan perasaannya diketahui maupun tidak.17

  Dalam memberikan pendidikan moral orang tua harus menyadari bahwa dirinya adalah merupakan signifikan person bagi anak, artinya semua perilaku orang tua terserap oleh anak menjadi bahan identifikasi atau imitasi diri anak terhadap orang tuanya. Imitasi perilaku ini teijadi karena peniruan atau diiringi oleh keinginan untuk menjadi seperti orang tuanya.18

  Kecenderungan untuk meniru perilaku orang tuanya, maka orang tua mempunyai peranan penting dalam penanaman keteladanan terhadap anak tertama pada nilai-nilai moral

  f. Bentuk Moralitas Anak.19 Bentuk moralitas anak adalah seberapa besar moralitas yang telah dimiliki anak sebagai suatu bentuk kepribadian. Di dalam kepribadian ini terdapat salah satu aspek yang sangat berkaitan dengan moralitas seseorang, aspek tersebut adalah karakter. Bentuk moralitas usia 6-12 tahun adalah sebagai berikut: pada usia ini anak mulai terlibat dengan masyarakat dunia luar rumah secara resmi.

  17 Haya Binti mubarok. Ensiklopedi Wanita muslimah, (Jakarta: Daru! kalah), him 248

  

18 Susilaningsih, Perkembangan Beragama pada Usia Anak, Makalah Fakultas

  24 Di dalam pendidikan sekolah anak mulai berinteraksi dengan komunitas istimewa diluar keluarganya untuk pertama kalinya. Di lingkungan sekolah seorang anak seharusnya dihadapkan pada pembentukan gagasan-gagasan anak, caranya segala sesuatu. Hal ini karena kebanyakan anak sekolah dasar bukan saja mampu membedakan antara yang benar dengan yang salah, melainkan juga sangat berminat dalam cara melakukan hal tersebut.

  Masa perkembangan anak berada pada usia dini masuk dalam stadium kedua dan ketiga. Di dalam tahap kedua disebut dengan realisme naif yaitu berpindah dari fantasi ke realisme. Pengetahuan anak pada masa ini bertambah luas sekalipun masih dangkal.

  Sedangkan dalam stadium ketiga ditandai dengan bertambahnya intelektualitas yang berarti anak mulai berfikir terhadap realita. Anak mulai mereaksi secara kritis terhadap realitas dengan keterangan orangtua dan guru tidak hanya ditelan mentah-mentah melainkan mulai dipertimbangkan.

  Setelah anak mulai berinteraksi dengan dunia luar yaiiu lingkungan di lingkungan rumah maupun di sekolah maka akan menjadi pengaruh bagi perkembangan anak baik yang bersifat baik maupun yang bersifat buruk. Sehingga dalam proses perkembangan ini orang tua harus lebih waspada di dalam memantau perkembangan anaknya.

  25

  2. Ayah Berperan Ganda

  a. Pengertian Ayah Berperan Ganda Ayah yang berperan ganda dikarenakan tidak adanya peran ibu dalam pendidikan keluarga. Dalam keluarga ayah berperang ganda ini bisa juga disebut keluarga Single Parent. Karena keluarga single parent adalah orang tua baik ayah atau ibu dalam mengasuh dan membesarkan anak-anaknya sendirian tidak dengan bantuan pasangannya.20 Single

  parent dapat teijadi jika salah satu orang tua atau kedua orang tua

  meninggal dunia, dapat pula karena salah satu atau kedua orang tua sering absen dalam membina, membimbing dalam memberikan kasih sayang serta perhatian pada anak sehingga proses tumbuh kembang anak terganggu.

  Ayah yang berperan ganda dapat menyebabkan hubungan untuk mendapat kasih sayang dan saling mencintai antara anak dengan ibu terputus padahal peran ibu dalam pertumbuhan anak sangat besar.

  Kematian orang tua merupakan psikotrauma bagi anak yang sedang berkembang. Kehilangan kasih sayang orang tua {loss o f love

  object) akan mengakibatkan anak mengalami kelainan, misal

  kecemasan dan depresi.21

  www. llkom Unsri. Ac.id/ Single Parent 'S Talk.Al

21 A gus Sujanto, OP. Cit, him 110

  26 Begitu juga anak yang kehilangan ibu karena kematian akan mengalami perkembangan jiwa yang berbeda dengan anak yang lengkap orang tuanya karena selain kehilangan figur ibu secara fisik

  (loss)

  namun juga karena tidak adanya (lack) peran orangtua, dimana peran orang tua khususnya ibu amat penting dalam proses imitasi

  (peniruan)

  dan identifikasi (peneladanan) anak terhadap ibu.2" John Bowlby berpendapat bahwa pada kasus anak yang di tinggal ibunya dapat menjadi sebab utama dalam beberapa kekacauan sosial, emosional, dan intelektual:

  ’’....cinta sang ibu dimasa bayi dan di masa kanak-kanak untuk kesehatan mental sama pentingnya dengan vitamin dan protein untuk kesehatan fisik.22

  23

  b). Dampak Adanya Ayah Berperan Ganda 1) Kenakalan

  Menurut Bowlby bahwa kurang maksimalnya dalam mendidik oleh anak yang di tinggal ibunya dapat menyebabkan teijadinya kenakalan (delinquency). Dia berpendapat seperti ini karena hampir semua pencuri yang dia jadikan sampel dalam penelitiannya adalah pencuri yang berlatar belakang sama.24

  22 Andi Hakim NosuUonAVkJPembinaan Agama dan Akhlak.(C\$\ila\.: ogos.2002). him.72

  23 Malcom I lardy. Stave Heyes. OP. 07. hlm.l 10

  

24 Malcom Hardy. Steven Heyes. Pengantar Psikologi. ( Jakarta: Erlangga. 1988). him. 111

  27 2) Psikopati Nir Afeksi

  Psikopati nir afeksi adalah ketidakmampuan untuk

  i

  memunculkan emosi pada orang lain dan keterbatasan dalam perasaan tertarik pada kesejahteraan orang lain.25 Pendapat Bowly tentang deprifasi keibuan yang dapat menyebabkan psikopati nir afeksi diperkuat oleh pendapat H.B.

  Biller bahwa pembentukan hubungan dengan ibu mungkin hanya teijadi karena anak merasa tidak mampu, agar mampu membentuk hubungan yang stabil dengan kedua jenis kelamin dimasa dewasa, seorang anak memerlukan kesempatan membentuk hubungan dengan kedua orang tuanya.26

  3) Depresi Menurut J. Robertson kematian salah satu orang tua ada kalanya dapat menyebabkan depresi anak, namun dia kemudian menemukan bahwa kematian orang tua berikutnya, tidak harus seorang itu yang dapat menjadi penyebab.27 2

  8 4) Kekerdilan

  Kekerdilan yang disebabkan karena deprifasi keibuan pada dasarnya karena dua faktor, yaitu standar perawatan anak, mungkin begitu rendah sehingga anak benar-benar tidak mendapat makanan secukupnya. Kedua: sekalipun makanan cukup tersedia namun mungkin anak tidak memakannya karena ada gangguan emosional.^

25 Ibid, h im .110

  28 5) Hambatan dalam Perkembangan Bahasa dan Intelektual

  Penelitian Goldfard tentang perbandingan perkembangan ! anak yang dipelihara di lembaga pemeliharaan anak dengan anak yang dipelihara oleh orang tuanya sendiri menunjukan bahwa anak yang di tinggal ibunya dapat menjadi penyebab teijadi terhambatnya perkembangan anak karena anak yang dipelihara oleh lembaga pemeliharaan anak mengalami hambatan dalam perkembangannya.29

  W. Dennis melakukan survei pada beberapa lembaga anak- anak yang tidak memperlihatkan bertambah tingginya intelektual mereka. Hal ini disebabkan karena lembaga itu kurang atau bahkan tidak memberi rangsangan pada anak agar anak memperoleh sensor, motor dan bahasa bagi anak-anak..30

  Masalah-masalah tersebut timbul karena faktornya adalah tidak hadirnya seorang ibu di dalam proses perkembangan anak yang mana ibu bisa memberikan dorongan dan aktifi tas sensor, motor dan bahasa pada anak..

  r “ Malcom Hardy. Loc.Cit 30/bid, him. 114

  29

  c. Ayah Berperan Ganda Dalam Keluarga Pada umumnya laki-laki beranggapan bahwa tanggung jawab mendidik anak hanya terletak pada kaum ibu.11 Karena persepsi yang salah mengakibatkan seoarang ayah hanya sibuk mencari nalkah dan kurang memperhatikan keluarga.

  Sebagaimana dalam QS:AI-Baqoroh:233

  J 'U J j \ {jlc- j

  Aninya: "... dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma 'ruf. ”J’

  Ayat tersebut menjelaskan, mencari nalkah hanya menjadi tanggung jawab ayah, sedangkan diluar mencari nalkah adalah tugas ibu cara pandang tekstual seperti itu telah menyebabkan orang mudah mengambil kesimpulan bahwa tanggung jawab pendidikan keluarga terletak pada ibu. Kalau di pehumi tidak secara tekstual ayat tersebut tidak hanya membebankan tanggung jawab kepada salah satu orang tua dalam hal ini ayah saja tetapi tanggung jawab mencari natkah bias saja oleh seoarang ibu.

  ” ibid. him. 115

  • )cPao R k -d Qur'an dan ler irmahannya, (Yayasan penyelenggara terjemah Al Qur'an, 1993). him.57

  30 Ibu sebagai salah satu anggota keluarga inti memiliki peranan yang amat penting. Menurut Zakiyah Daradjat seorang ibu diharapkan dapat mengatur membuat rumah tangga menjadi surga bagi anggota keluarganya.33 Walaupun demikian peran ayah yang di abaikan, ayah hendaknya menjadi teladan bagi anak-anaknya, sikap dan tingkah lakunya menjadi pusat perhatian anak di masa perkembangan lanjut bahkan menurut ilmu perkembangan ilmu jiwa ayah di pandang sebagai sentral figure.

  Menurut Sigmund Freud, dalam pandangan anak, menjadi tokoh panutan yang diidolakan. Kebanggaan anak terhadap ayah demikian kuat dan berpengaruh, hingga ikut menumbuhkan citra dalam dirinya.34 Pada saat seperti inilah seorang ayah diharapkan mampu sebagai sentral figure yang memberi panutan bagi anak-anaknya.

  Seorang Ayah harus dapat mengambil peran langsung mendidik anak dalam lingkungan keluarganya. Bimbingan moral dan etika terhadap anak dalam bersikap, bertindak dan berkomunikasi dapat dilakukan langsung oleh ayah dengan berbagai cara yang dapat di terima oleh anak.