KEHARMONISAN KELUARGA BEDA AGAMA (STUDI TIGA KELUARGA DI PERUMAHAN MANGGISAN INDAH KELURAHAN MUDAL KECAMATAN MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
KEHARMONISAN KELUARGA BEDA AGAMA
(STUDI TIGA KELUARGA DI PERUMAHAN MANGGISAN
INDAH KELURAHAN MUDAL KECAMATAN
MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Muchamad Alif Haban
NIM : 21111018
JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
MOTTO
Hanya dengan dekat kepada Tuhan-nya, seseorang akan menjadi pribadi
yang lebih baik – Penulis
Mereka tertawa melihat aku berbeda, aku tertawa melihat mereka yang
sama – Kurt Cobain
ِلل ِمْيِثَس ىِفَىُهَف ِىْهِعْنا ِةَهَط ىِف َج َرَخ ْنَي
“Barang siapa keluar untuk mencari Ilmu maka dia berada di jalan Allah “
(HR. Turmudzi)
ABSTRAK
Haban, Muchamad Alif. 2015. Keharmonisan Keluarga Beda Agama (Studi Tiga
Keluarga Di Perumahan Mangisan Indah Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo).
Fakultas Syari’ah. Jurusan Ahwal Al- Syakhshiyyah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing : Ilyya Muhsin, M.Si.
Kata Kunci: Keluarga, Keluarga Beda Agama, Harmonis
Perkawinan beda agama semakin ramai di kalangan masyarakat Indonesia kini. Kompilasi Hukum Islam dan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yang dianggap sesuai dengan fikih tidak mampu membendung berlangsungnya perkawinan beda agama. Masalah yang tetap aktual dan selalu menjadi perbincangan di kalangan ulama dan cendekiawan, karena dianggap banyak menimbulkan dampak negatif baik anatara suami, istri, dan anak-anaknya sehingga menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Namun berbeda dengan tiga keluarga di Perumahan Manggisan Indah Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Tiga keluarga tersebut mampu bertahan dalam balutan rumah tangga beda agama hingga puluhan tahun.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini memiliki fokus sebagai berikut, 1) Bagaimana keluarga beda agama menjalankan aktivitas keagamaan? 2) Bagaimana cara memberikan pendidikan terhadap anak? 3) Bagaimana relasi keluarga beda agama dengan masyarakat? dan 4) Bagaimana keharmonisan keluarga beda agama?
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang bersifat deskriptif-analitis. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara observasi dan wawancara secara in-depth (mendalam) serta menelusuri dokumen-dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Data-data yang diperoleh kemudian penyusun analisa dengan peneliti menggunakan metode descriptive analisis. Kemudian dengan kerangka berpikir deduktif dan induktif yaitu peneliti menganalisa fakta-fakta yang terjadi di lapangan terkait permasalahan keharmonisan dalam keluarga beda agama.
Hasil dari penelitian ini, berdasarkan perspektif teori keharmonisan keluarga mereka mampu mempertahankan keutuhan rumah tangga dengan menghidupkan suasana toleransi yang tinggi dalam keluarga, saling menghormati, saling menasehati, memberikan kebebasan beragama, saling menyayangi, perkawinan didasarkan atas dasar cinta, mampu memberikan pendidikan terhadap anak dengan matang, memberikan suasana nyaman, tentram, bahagia, penuh kasih sayang dan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa, hanya saja antara agama yang satu dengan yang lainnya berbeda dalam mendekatkan diri kepada-Nya. Dalam perspektif hukum Islam, permaslahan perkawinan beda agama bertentangan dengan fikih dan prinsip-prinsip Maqasid as-Syari'ah, keluarga beda agama tidak akan bisa menjadi keluarga yang sakinah. Keluarga ini hanya mampu menggapai mawadah dan rahmah (saling mengasihi dan salaing menyayangi).
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil‟alamin,
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat- Nya dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program S-1 Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal al-Syahkhshiyyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai apabila tanpa ada bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan meluangkan tenaga, fikiran dan waktunya guna memberikan bimbingan dan petunjuk yang berharga demi terselesaikannya pembuatan skripsi ini. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengahturkan terimakasih kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Selaku Rektor IAIN Saltiga, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
3. Bapak Syukron Makmun, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ahwal al- Syakhshiyyah (AS) IAIN Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.
4. Bapak Ilyya Muhsin, M.Si., selaku dosen pembimbing yang senantiasa memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Kedua Orangtua (Anwarudin & Siti Maisaroh) yang senantiasa membanting tulang untuk mengais rizki demi membantu mewujudkan cita-cita penulis menuntut ilmu dan senantiasa memberikan do’a dan restu kepada penulis sehingga penulis bisa melangkah sampai sejauh ini.
6. Keluarga Bapak Muhsinun, Bapak Mustair, dan Bapak Hanafi yang telah bersedia dan meluangkan waktunya memberikan informasi yang penulis butuhkan.
7. Kakak, Adik dan para sahabatku yang telah memberikan dorongan, motivasi dan do’anya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Semu pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga atas bantuan semua pihak yang telah berkontribusi dalam skripsi ini sebagaimana disebutkan di atas mendapat limpahan berkah dan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi ini, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kasempurnaan tulisan ini serta bertambahnya pengetahuan dan wawasan penulis.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat khususnya bsgi civitas akademika IAIN Salatiga dan semua pihak yang membutuhkannya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDULLEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
MOTT0............................................................................................................... iii
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL.............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6 E. Penegasan Istilah ......................................................................... 7 F. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 9 G. Metode Penelitian ........................................................................ 12 BAB II PERKAWINAN BEDA AGAMA DAN KEHARMONISAN KELUARGA A. Pengertian Perkawinan ................................................................ 20 B. Tujuan Perkawinan ...................................................................... 23 C. Pengertian dan Pandangan Hukum Islam Tentang Perkawinan Beda Agama ................................................................................ 26 D. Pandangan Hukum Positif Indonesia Tentang Perkawinan Beda Agama ................................................................................ 31
E.
Pengertian Keluarga .................................................................... 32 F. Fungsi Keluarga ........................................................................... 33 G.
Pengertian Keharmonisan Keluarga ............................................ 35 H. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keharmonisan Keluarga ..... 37 I. Indikator Keluarga Harmonis ...................................................... 39 J.
Keluarga Sakinah Mawadah Wa Rahmah Dalam Islam ............. 45
BAB III KELUARGA BEDA AGAMA DALAM MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN RUMAH TANGGA A. Gambaran Umum Perumahan Manggisan Indah ........................ 47 B. Profil Keluarga Beda Agama ....................................................... 53 1. Hanafi dan Atiek Suparti, Ber-KTP Khatolik tetapi
tetap Islam ............................................................................ 53 2. Muhsinun dan Eko Styaningtyas, Menikah Di
Pengadilan Negeri ................................................................ 55 3. Mustanir dan Tri Sulistyaningsih, Menikah Dengan
Dua Prosesi Keagamaan ....................................................... 59 C. Keluarga Beda Agama dalam Menjalankan Aktivitas
Keagamaan .................................................................................. 62 1.
Hanafi dan Atiek Sri Suparti, Mengutamakan Kelangsungan Hidup Adapun Agama Merupakan Urusan Pribadi Dengan Tuhan ............................................. 62 2. Muhsinun dan Eko Setyaningtyas, Mengenakan
Kerudung Saat Hari Raya Idul Fitri Meskipun Katholik ..... 64 3. Mustanir dan Tri Sulastyaningsih, Ikut Berpuasa
Ramadhan Meskipun Khatolik ............................................ 65 D. Keluarga Beda Agama Dalam Memberikan Pendidikan
Terhadap Anak ............................................................................ 67
1. Hanafi dan Atiek Sri Suparti, Biar Sekolah yang Mengajarkan ......................................................................... 67 2. Muhsinun dan eko Styaningtyas, Mengikuti Agama
Ibunya ................................................................................... 68 3. Mustanir dan Tri Sulastyaningsih, Tuhan Itu Satu
Hanya Saja Cara Beribadah Kepada-Nya Berbeda .............. 70 E. Keluarga Beda Agama Dalam Bersosialisasi Dengan
Masyarakat .................................................................................. 71 1.
Hanafi dan Atiek Sri Suparti, bermasyarakat Dengan Baik dan Menjadi Keluarga yang Terbuka ........................... 71 2. Muhsinun dan Eko Setyaningtyas, Dipercaya Sebagai
Ketua RW dan Memimpin Yasinan ..................................... 72 3. Mustanir dan Tri Sulastyaningsih, Lurah yang Mudah
Bergaul ................................................................................. 73
BAB IV KEHARMONISAN KELUARGA BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF TEORI KEHARMONISAN KELUARGA DAN ISLAM A. Keharmonisan Keluarga Beda Agama Dalam Perspektif Teori Keharmonisan Keluarga .................................................... 74 B. Keharmonisan Keluarga Beda Agama Dalam Perspektif Islam ............................................................................................ 77 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. 82 B. Saran ............................................................................................ 83 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Penduduk Perumahan Manggisan Indah Mengenai JumlahPenduduk, Agama, dan Pendidikan.................................................. 49
Tabel 1.2 Daftar Keluarga Beda Agama Di Perumahan Manggisan IndahKelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah kabupaten Wonosobo ... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kartu Keluarga Hanafi .............................................................. 53Gambar 1.2 Kartu Keluarga Muhsinun ......................................................... 55Gambar 1.3 Rumah Bapak Muhsinun ........................................................... 58Gambar 1.4 Kartu Keluarga Achmad Mustanir ............................................ 59Gambar 1.5 Foto Bapak Mustanir beserta Kepala Kelurahan Se-Kabupaten Wonosobo dan Bupati Wonosobo beserta Istri ...... 60
Gambar 1.6 Rumah Bapak Mustanir............................................................. 62BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan sunnah Rasul dan bagian dari ajaran agama. Islam telah mengatur dan menetapkan segala hal yang berkaitan dengan
perkawinan secara spesifik. Aturan dan ketetapan tersebut harus dipatuhi oleh semua umat muslim, agar perkawinan yang dilakukan menjadi sah secara agama dan mendapatkan rahmat dan ridha Allah SWT.
Perkawinan beda agama adalah perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan non muslim atau sebaliknya. Masalah ini tetap aktual dan selalu menjadi perbincangan di kalangan ulama dan cendekiawan, karena banyak menimbulkan dampak negatif baik anatara suami, istri, dan anak- anaknya sehingga menimbulkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Perbedaan faham, keyakinan dan agama akan menimbulkan banyak sekali konflik dalam keluarga salah satunya dalam hal mengasuh dan mendidik anak. Jika agama ayah dan ibu berbeda, akan terjadi banyak benturan seperti pelaksanaan ibadah, pengaturan menu makanan, tradisi keagamaan, muamalah dan masih banyak lagi. Oleh karena, seharusnya perkawinan beda agama harus dihindari. Disamping cinta, kasih sayang, dan ketulusan hati serta akhlak yang mulia, laki-laki dan perempuan harus sepaham dan seakidah agar kehidupan keluarga akan tentram dan bahagia.
Perkawinan antara perempuan muslimah dengan laki-laki non muslim, baik musyrik maupun ahli kitab, Islam telah melarangnya dengan tegas. Begitu pula perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan non muslim. Pelarangan terhadap perkawinan beda agama tersebut telah Allah jelaskan dalam surah al-Baqarah ayat 221 :
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya hamba sahaya mukmin lebih baik dari wanita merdeka musyrik walau menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan wanita mukmin dengan laki-laki yang musyrik. Hamba sahaya yang mukmin lebih baik daripada laki-laki musyrik walaupun menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah menyeru ke surga dan maghfirah atas izin-Nya. Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran. (Q.S. al-Baqarah : 221)
Kalimat
”Dan janganlah kamu menikahi wanita musyrik sehingga
mereka beriman”, sudah secara tegas melarang untuk menikah dengan wanita
musyrik secara mutlak tanpa terkecuali. Selanjutnya, ayat tersebut juga menjelaskan bahwa wanita non muslim tidak baik untuk dinikahi walaupun wanita tersebut menarik hati, baik penampilan, kedudukan dan kekayaannya (Saifudin, 2005 : 14).
Dalam hal ini Rasuluallah menegaskannya dalam sebuah hadits yang artinya,
”wanita dinikah karena empat faktor; karena harta, karena
keturunan, karena kecantikan dan karena agamanya. Hendaklah memilih
karena agama, sehingga kamu akan memperoleh kem enangan”. (ShahihBukhari, II:219, Shahih Muslim, I:623)
Menurut hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa menikah yang hanya dilatarbelakangi karena agama lah yang akan memperoleh kebahagiaan.
Kemudian, kalimat
”Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah m
enyeru ke surga” dalam Q.S. al-Baqarah ayat 211, menjelaskan bahwa
orang musyrik akan selalu mengajak kepada perbuatan yang bisa menjerumuskan kekufuran dan neraka.
Akan tetapi, kemudian turun surah al-Maidah ayat 5 :
Ada hari ini dihalalkan bagimu segala yang baik-baik. Makanan (sembelihan) Ahli Kitab itu halal bagimu, dan makananmu halal bagi mereka. Dan (dihalalkan bagimu menikahi) perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang- orang yang diberi kitab sebelum kamu, apabila kamu membayar mas kawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan bukan untuk menjadikan perempuan piaraan. Barang siapa yang kafir setelah beriman maka sungguh, sia-sia amalan mereka dan di hari kiamat dia termasuk orang-orang yang rugi. (Q.S. al-Maidah : 05)
Ayat ini memberikan dispensasi berupa hak dan kewenangan kepada lak- laki muslim untuk dapat menikahi wanita ahli kitab (Yahudi dan Nasrani).
Berkenaan dengan ayat ini banyak pendapat muncul di kalangan para ulama. Namun pendapat yang paling populer dan banyak digunakan oleh ulama adalah pendapat Imam Syafi’i dan Imam Ahmad. Menurut mereka, laki-laki muslim boleh menikahi wanita ahli kitab dengan syarat ibu dan ayah perempuan itu juga harus orang Yahudi dan Nasrani, apabila ayah dan ibunya bukan dari ahli kitab, maka haram hukumnya menikahi wanita tersebut (Huzaimah, 2005 : 156).
Di Indonesia sendiri, fatwa Majlis Ulama Indonesia (MUI) telah mengharamkan perkawinan antara laki-laki muslim dengan wanita non muslim atau ahli kitab, sebagai haram saddi li adz-
dzari‟ah. Kemudian
diperkuat dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 40 poin c, ”Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan seorang perempuan yang tidak beragama Islam”.
Islam mengajarkan bahwa eksistensi tujuan dari perkawinan salah satunya adalah menciptakan keluarga yang kekal dan bahagia. Hal tersebut tertuang dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 1 “Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sedangkan perkawinan beda agama, akan memunculkan berbagai persoalan kelak dalam relasinya dalam keluarga itu sendiri maupun dengan masyarakat sekitar. Seperti bagaimana budaya dalam merayakan hari raya, bagaimana dalam bersosialisasi dengan masyarakat yang tentunya kebanyakan akan menggunjing keluarga pelaku nikah beda agama. Selain itu, akan muncul persoalan bagaimana dalam mendidik anak-anak dalam keluarga tersebut, serta keadaan psikologi anak dan kekuatan keyakinan agama dalam setiap anak akan berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan banyaknya masalah yang akan timbul dari penikahan beda agama, maka akan sulit bagi sebuah keluarga menjadi sebuah keluarga yang harmonis dan bahagia.
Di Kabupaten Wonosobo sebagai objek penelitian ini, tepatnya di Perumahan Manggisan Indah Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah masih banyak keluarga yang melangsungkan perkawinan beda agama.
Anehnya, banyak dari keluarga tersebut yang mampu bertahan hingga puluhan tahun. Keluarga tersebut mempunyai pendidikan yang tinggi (masyarakat berpendidikan) dan ekonominya pun tergolong menengah ke atas. Bahkan ada pula yang merupakan mantan Kepala Kelurahan.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin melakukan penelitian terhadap keharmonisan dan keseharian serta keadaan keluarga nikah beda agama di Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Adapun judul penelitian ini adalah:
“Keharmonisan Keluarga Beda Agama (Studi Tiga Keluarga Di Perumahan Manggisan Indah Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo)” B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini meliputi :
1. Bagaimana keluarga beda agama menjalankan aktivitas keagamaan? 2.
Bagaimana keluarga beda agama memberikan pendidikan terhadap anak? 3. Bagaimana keluarga beda agama bersosialisasi dengan masyarakat? 4. Bagaimana keharmonisan keluarga beda agama?
C. Tujuan Penelitian
Agar tidak menyimpang dari masalah-masalah yang diutarakan tersebut, maka perlu dirumuskan tujuan dalam penelitian ini. Adapun tujuan tersebut yaitu : 1.
Mengetahui pola aktivitas keagamaan dalam keluarga beda agama.
2. Mengetahui sistim pendidikan atau pengajaran terhadap anak dalam keluarga beda agama.
3. Mengetahui pola hubungan keluarga beda agama dengan lingkungan keluarga besar maupun lingkungan masyarakat.
4. Mengatahui keharmonisan keluarga beda agama.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis a.
Menambah wawasan ilmu pengetahuan di bidang perkawinan, khususnya perkawinan beda agama.
b.
Sebagai bahan referensi peneliti selanjutnya dalam kajian tentang perkawinan, khususnya mengenai perkawinan beda agama.
c.
Memberikan tambahan pengetahuan terhadap umat Islam secara luas tentang perkawinan dan keluarga sakinah atau harmonis dan bahagia.
2. Manfaat praktis a.
Dinas Catatan Sipil (Discapil) dan Kantor Urusan Agama (KUA) Memberikan tambahan pengetahuan terhadap Discapil dan
KUA terkait (bidang perkawinan khususnya), sehingga dapat mencegah dan memberikan informasi kepada masyarakat yang akan melangsungkan perkawinan beda agama tentang keadaan dan kehidupan dalam keluarga yang telah menikah beda agama.
b.
Masyarakat Umum dan Pembaca Memberikan tambahan wawasan pengetahuan serta informasi kepada masyarakat tentang keadaan keluarga nikah beda agama.
E. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi kerancuan dan kesalahan penafiriran istilah serta kejelasan pengertian oleh pembaca dalam skripsi ini, maka penulis akan memberikan penjelasan tentang beberapa istilah berikut ini : 1.
Perkawinan Secara bahasa (etimologi) nikah adalah
“al wath‟u wa ad dhammu” yang artinya bersenggama atau bercampur. Sedangkan makna ushuli fiqh ada beberapa pendapat; pertama, mengartikan bahwa hakikat
nikah adalah
watha‟ (bersetubuh); kedua, mengartikan nikah sebagai
akad; dan ketiga, mengartikan bahwa hakikat nikah adalah musytarak atau gabungan dari akad dan bersenggama (Tim Keluarga Sakinah Kantor Departemen Agama Kabupaten Wonosobo, 2003 : 11-12)
Dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 menjelaskan perkawinan sebagai “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.
2. Perkawinan Beda Agama Perkawinan antara laki-laki muslim dengan perempuan bukan muslimah dan sebaliknya. (Huzaimah, 2005 : 155)
3. Keluarga Ir. M. Munandar Soelaeman dalam bukunya yang berjudul ”Ilmu
Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial” (1992 : 55) mengartikan
Keluarga sebagai suatu kesatuan social terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk social, yang ditandai adanya kerja sama ekonomi.
4. Harmonis dan Sakinah Mawadah Warahmah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata harmonis mempunyai arti; keselarasan, dan atau keserasian dalam rumah tangga.
Sedangkan menurut Basri dalam bukunya yang berjudul
“Merawat Cinta Kasih”, keluarga yang harmonis dan berkualitas yaitu keluarga yang
rukun bahagia, tertib, disiplin, saling menghargai, penuh pemaaf, tolong menolong dalam kebajikan, memiliki etos kerja yang baik, bertetangga dengan saling menghormati, taat mengerjakan ibadah, berbakti pada yang lebih tua, mencintai ilmu pengetahuan, dan memanfaatkan waktu luang dengan hal yang positif dan mampu memenuhi dasar keluarga. (Basri, 1996 : 111)
Sakinah menurut bahasa berarti kedamaian, ketenteraman, ketenangan, dan kebahagiaan. Keluarga sakinah adalah keluarga yang ddibina berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang (mawadah wa rahmah) antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia.(Tim Keluarga Sakinah Kantor Departemen Agama Kabupaten Wonosobo, 2003 : 11) F.
Tinjauan Pustaka
Telah banyak penelitian atau artikel yang membahas tentang perkawinan beda agama di Indonesia. Namun, penelitian ini bukanlah penelitian yang sama dengan penelitian sebelumnya ataupun sebuah duplikasi/jiplakan. Untuk mendukung penelaahan yang komprehensif penyususn menelusuri hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan topik yang akan dikaji berupa skripsi dan karya ilmiah, diantaranya:
Pertama , skripsi dari mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta Arif Rofi’uddin (2009), yang berjudul Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Keharmonisan Pasangan Beda Agama (Studi Kasus Di Desa Tirto Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman) . Skripsinya menggunakan
metode field research dan mengambil data dengan wawancara dan studi pustaka menggunakan metode normative fiqiyyah. Kesimpulan yang dapat diambil dari sekripsinya adalah adanya disharmonis dalam keluarga beda agama. Faktor yang mempengaruhi terjadinya nikah beda agama di Desa Tirtoadi adalah pemahaman agama yang kurang, hamil di luar nikah dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Selain itu, memang masyarakat sekitar adalah masyarakat yang beragam/heterogen dan plural, sehingga semakin banyak kemungkinan terjadi perkawinan beda agama. Masalah yang ditimbulkan dari keluarga tersebut sangat beragam, seperti adanya gap (jarak) dengan masyarakat sekitar, rutinitas keagamaan (beribadah) menurun, pendidikan agama yang bermasalah bagi anak-anak, dan kebanyakan anak dari keluarga tersebut mengikuti agama ibunya.
Kedua , skripsi dari M. Syukron Mansyur (2009) yang juga mahasiswa
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul Suami Beda Agama Dan
Pengaruhnya Terhadap Relasi Dalam Keluarga Tinjauan Hukum Islam .
Penelitian tersebut dilakukan terhadap dua keluarga di Desa Malangjiwan Kecamatan Kebonarum, Kabupaten Klaten. Penelitian ini menekankan pada fungsi dan tugas seorang suami menurut pandangan hukum Islam.
Kesimpulan yang dapat diambil dari sekripsinya adalah, bahwa kedua keluarga tersebut dilakukan dan disahkan oleh pegawai pencatat perkawinan dikarenakan salah satu pihak menundukkan diri pada salah satu hokum psangannya, dengan kata lain salah satu pasangan berpindah agama. Dengan menggunakan pedekatan yuridis-normati dan pendekatan social, dapat diketahui bahwa suami dalam keluarga tersebut memberikan kebebasan kepada istri dan anakanya dalam memeluk agama. Dengan menggunakan teori maslahah, menyangkut fenomena tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pemenuhan hak dan kewajiban suami istri sebagian besar sudah dapat terpenuhi.
Ketiga, skripsi mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Salatiga Azza Faiq Hamam yang berjudul Fasilitas Perkawinan Beda Agama
Oleh Lembaga Sosial (Studi Kasus Terhadap Percik Salatiga). Skripsi ini
menjelaskan tentang fasilitasi dari lembaga Percik terhadap pasangan yang akan melangsungkan perkawinan beda agama. Lembaga percik akan mendampingi pasangan tersebut terkait dengan tokoh agama dan lembaga pemerintah. Kesimpulan yang dapat dihasilkan dari skripsi tersebut adalah bahwa terdapat dua pandangan yang berbeda, pandangan yang pertama adalah mendukung adanya lembaga Percik untuk memfasilitasi perkawinan tersebut dengan alasan Hak Asasi Manusia. Kemudian pandangan yang kedua melarang dan diasumsikan bahwa Percik adalah pintu darurat yang berusaha memberikan ruang/gerak untuk mempermudah melakukan perkawinan beda agama yang esensinya sudah jelas dilarang dalam agama maupun peraturan di Indonesia. Selain itu, perkawinan beda agama juga menjadikan keluarga tersebut mempunyai banyak pengaruh negatife/masalah yang akan ditimbulkan.
Sedangkan dalam penelitian/skripsi yang dilakukan oleh penulis, dengan menggunakan metode dercriptive analisis penulis akan menitikberatkan pada keadaan keharmonisan keluarga nikah beda agama terhadap tiga keluarga di Perumahan Manggisan Indah Kelurahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo. Masyarakat yang notabenya merupakan mayoritas pemeluk agama Islam namun terdapat juga keluarga perkawinan beda agama.
Penulis juga meneliti bagaimana sebuah keluarga beda agama menjalankan aktivitas keagamaan, memberikan pendidikan terhadap anak-anak, dan bersosialisasi dengan masyarakat. Selain itu, penulis juga meneliti keadaan keharmonisan keluarga beda agama.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara menyeluruh, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007: 6). Menurut Milles dan Michael sebagaimana dikutip oleh Maslikhah (2013: 319) dalam bukunya yang berjudul
“Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa”, penelitian kualitatif akan mendapatkan data kualitatif yang sangat menarik, memiliki sumber dari dekripsi yang luas dan berlandaskan kokoh, serta memuat penjelasan tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Penelitian ini dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab akibat dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan bermanfaat, serta dapat memperoleh penemuan-penemuan yang tidak diduga sebelumnya untuk membentuk kerangka teoritis baru. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variable dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan dan menyuguhkan data apa adanya.
Jenis penelitian ini adalah field Research atau penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap lembaga atau gejala tertentu mengenai suatu permasalahan yang terjadi, yang datanya diambil dari orang yang diteliti.(Suharsimi, 1993 : 115) 2. Kehadiran Peneliti
Dalam rangka mendapatkan data-data yang diperlukan, peneliti akan melaksanakan observasi dan wawancara langsung pada subjek penelitian maupun pihak lain yang memberikan informasi yang peneliti butuhkan. Sehingga peneliti akan turut aktif dalam kegiatan penelitian ini guna mencari data-data yang dibutuhkan.
3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di tiga keluarga beda agama dan lingkungan sekitar Perumahan Manggisan Indah Kelurahan Mudal, Kecamatan
Mojotengah, Kabupaten Wonosobo.
4. Sumber data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan dua sumber data yakni mencakup sumber data primer dan sumber data sekunder.
a.
Sumber data primer meliputi data-data yang penulis dapatkan dari hasil
field reseacrh baik di lokasi penelitian yakni tiga keluarga beda agama
(Keluarga Bapak Hanafi, Keluarga Bapak Muhsinun dan Keluarga
Bapak Mustanir) dan masyarakat Perumahan Manggisan Indah Keluarahan Mudal Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo.
b.
Sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku pustaka yang memuat tentang perkawinan baik secara Islam maupun hukum positif yang berlaku di Indonesia.
5. Teknik Pengumpulan data
Penelitian ini dalam mengumpulkan data menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth) secara terbuka, observasi, dan Dokumentasi. Menurut Ma slikhah dalam bukunya “Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa”, yang mengutip pengertian wawancara dari Mulyana (2004: 180) wawancara adalah bentuk komunikasi antar dua orang, melibatkan seseoranng yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. Wawancara akan penulis lakukan terhadap tiga keluarga beda agama, tetangganya dan masyarakat sekitar.
Observasi adalah teknik pengumpulan data di mana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang sedang diteliti. Baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi yang sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi yang khusus diadakan (Surachmad, 1972: 155). Dalam observasi, penulis akan berkunjung ke rumah tiga keluarga beda agama untuk mengamati keadaan lingkungan keluarga beda agama. Menelaah lebih inheren keadaan dan pola-pola dalam keluarga beda agama.
Dokumentasi dalam artian ini adalah setiap bahan tertulis, dokumen- dokumen ataupun foto saat pelaksanaan penelitian sebagai bukti autentik dalam membantu penyusunan laporan penelitian. Penggunaan dokumen ini dirasa sangat penting dibutuhkan, karena dalam penelitian ini penggunaan dokumen sebagai sumber sekaligus sebagai bukti pendukung dalam penelitian. Adapun dokumen yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Kartu Keluarga pelaku nikah beda agama, data penduduk dari kantor Kelurahan Mudal, foto rumah dan sebagainya.
6. Analisa Data Setelah semua data diperoleh, maka penulis akan menganalisa untuk mengetahui perbedaan dan persamaan antara teori dengan fenomena dalam masyarakat sehingga diharapkan penulis mampu mendapatkan penemuan- penemuan baru. Dalam melakukan penganalisisan data, peneliti menggunakan metode descriptive analisis, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu object, kondisi, sistem pemikiran atau kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Whitey (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. (Moh. Nazir, 1988 : 63)
7. Pengecekan Keabsahan Data Penulis tidak serta merta menerima data dari satu sumber data saja, melainkan dengan mengkonfirmasikan data yang diperoleh kepada sumber data yang lain guna mendapatkan data yang lebih variatif sehingga lebih dapat dipercaya. Oleh karenanya, penulis mengacu pada empat criteria yang digunakan oleh Meolong sebagaimana yang dikutip oleh Maslikhah (2013: 323-324) yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability) , ketergantungan (dependability) , dan kepastian
(confirmablity) . Uji derajat kepercayaan (credibility) dilakukan dengan
cara melakukan pembuktian apakah yang diamati oleh peneliti benar-benar sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi secara wajar dilapangan.
Untuk melakukan derajat kepercayaan ini dilakukan observasi secara terus menerus. Keteralihan (transferability) membuat uraian laporan atas data yang ditemukan secara khusus dengan jelas ditulis sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Ketergantungan (dependability) dilakukan untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam mengumpulkan, menginterpretasi temuan dan laporan hasil penelitian cara menentukan dependent auditor (konsultan peneliti). Kepastian dilakukan untuk
(confirmability) mengetahui apakah data yang diperoleh memenuhi obyektifitas atau tidak.
Untuk melakukan uji confirmability ini dilakukan dengan cara melakukan konfirmasi apakah pandangan, pendapat dan penemuan seseorang juga telah disepekati oleh orang lain secara obyektif. Oleh karena itu, data yang sudah dikumpulkan dikonfirmasikan dengan para ahli yang membidanginya.
8. Tahap-tahap Penelitian a.
Tahap Pra-Lapangan Dalam tahap pra-lapangan ini ada lima hal yang harus dilengkapi oleh peneliti, yaitu:
1) Menentukan settingdan subyek penelitian
2) Menyusun rancangan penelitian
3) mengurus perizinan penelitian 4)
Menyiapkan perlengkapan penelitian b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga bagian, yaitu: 1)
Memahami latar penelitian 2)
Adaptasi peneliti dilapangan 3)
Berperan serta sambil mengumpulkan data c. Tahap Pasca Lapangan
Pada tahap pasca lapangan ini, peneliti membaginya menjadi tiga tahap, yaitu: 1)
Pengolahan data penelitian 2)
Menganalisis data penelitian 3)
Menyimpulkan hasil penelitian 4)
Menulis laporan
9. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini dapat dipahami dengan mudah dan jelas, maka perlu adanya sistematika penulisan. Sistematika tersebut adalah sebagai berikut :
Bab pertama merupakan pendahuluan. Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian yang terdiri dari jenis dan pendekatan, lokasi penelitian, pengumpulan data, langkah-langkah penelitian, analisis data, sistematika penulisan dan sebagainya yang merupakan teknis penulis dalam melaksanakan penelitian.
Bab kedua adalah kajian pustaka, yang menguraikan tentang telaah pandangan hukum Islam (al- Qur’an, hadist, dan pandangan ulama) mengenai perkawinan beda agama dan keluarga, serta telaah hukum Islam dan teori umum mengenai keluarga sakinah (harmonis).
Bab ketiga merupakan hasil penelitian yang menjelaskan tentang gambaran umum Perumahan Manggisan Indah (meliputi letak geografis, gambaran keberagaman dalam masyarakat), kondisi dan pola-pola (aktivitas keagamaan, metode pendidikan terhadap anak dan hubungan sosial kemasyarakatan) tiga keluarga beda agama.
Bab keempat menjelaskan tentang analisis atau reduksi dari hasil data primer dan data sekunder yang diperoleh. yakni antara studi pustaka tentang keharmonisan dengan kedaan dalam keluarga nikah beda agama.
Bab terakhir adalah penutup. Penutup meliputi kesimpulan isi skripsi mengenai hasil penelitian tentang perkawinan beda agama, kemudian saran penyusun akan adanya fenomena nikah beda agama di Indonesia.
BAB II PERKAWINAN BEDA AGAMA DAN KEHARMONISAN KELUARGA DALAM TEORI A. Pengertian Perkawinan Perkawinan merupakan perintah Allah Swt, Firman Allah dalam Q.S. An- Nisa’ ayat 3 :
Maka kawinilah wanita- wanita (lain) yang kamu senangi”(QS. An-Nisa’: 3)
Kemudian, Nabi juga bersabda tentang perintah menikah :
جءاثنا ىكني عاطتسا ني باثشنا رشعي اي : ىهسو هيهع الله ىهص الله لىسر لاقو ءاجو هن هنإف وىصنات هيهعف عطتسي ىن نيو ،جرفهن نصحأو رصثهن ضغأ هنأف ،جوزتيهف
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Ma s’ud, Rasulullah pernah menyeru kepada para pemuda, :
“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kalian yang sudah mampu al- ba‟ah (memberi nafkah) hendaklah menikah; demikian karena lebih menjaga pandangan, dan menjaga kemaluan. Tetapi orang yang belum mampu menikah, hendaknya ia berpuasa, karena mampu menahan (syahwat) al- wija”.(HR. Bukhari Muslim).
Kata nikah atau ziwaj adalah bahasa Arab berarti “kawin”. Nikah atau perkawinan ini menurut syeikh Abdurrahman al Jazairiy dalam kitabnya Al
Fiqh Ala Al Mazahib Al Arba‟ah, memiliki tiga pengertian yaitu, makna lughowi, ushuli dan fiqhi.(Tim Keluarga Sakinah Kantor Departemen Agama
Kabupaten Wonosobo, 2003 : 11)
Secara lughowi (etimologi) nikah (kawin) berarti
“al wath‟u wa ad
dhammu” yang bararti bersenggama atau bercampur. Sedangkan makna