BAB 4 PROFIL KOTA GUNUNGSITOLI - DOCRPIJM 808799be90 BAB IVBAB 4 OK

BAB 4 PROFIL KOTA GUNUNGSITOLI

4.1. GEOGRAFI DAN ADMINISTRATIF WILAYAH

  Kota Gunungsitoli adalah kota yang terletak sebuah gugusan pulau yang dikenal dengan nama Kepulauan Nias terletak di sebelah barat Pulau Sumatera, yang secara geografis

  o o o o terletak antara 00 12’-1 32’ Lintang Utara (LU) dan 970 00’-980 00’ Bujur Timur (BT).

  Dengan ketinggian rata-rata 0 - 600 meter diatas permukaan laut. Kota Gunungsitoli merupakan salah satu daerah kota di Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai jarak ± 85 mil laut dari Sibolga (daerah Provinsi Sumatera Utara). Kota Gunungsitoli merupakan pemekaran dari Kabupaten Nias sesuai dengan Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 yang terdiri atas 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa, Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan, Kecamatan Gunungsitoli Barat, dan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.

  Kota Gunungsitoli memiliki luas 469,36 km2 sesuai dengan data Badan Pusat Statistik Tahun 2010 (0,38 % dari luas wilayah Propinsi Sumatera Utara). Dari 6 (enam) Kecamatan yang terdapat di wilayah Kota Gunungsitoli tersebut terdapat 98 (sembilan puluh delapan) desa dan 3 (tiga) kelurahan, serta sebanyak 27 desa/kelurahan (27 %) terletak di daerah pantai, dan 74 desa/kelurahan (73 %) berada di daerah bukan pantai/pegunungan.

  Adapun batas administrasi Kota Gunungsitoli adalah : Sebelah Utara : Kecamatan Sitolu Öri (Kabupaten Nias Utara) • Sebelah Timur : Samudera Indonesia. • Sebelah Selatan • : Kecamatan Gidö dan Kecamatan Hiliserangkai (Kabupaten Nias).

  : Kecamatan Hiliduho (Kabupaten Nias) serta kecamatan • Sebelah Barat Alasa Talumuzöi dan Kecamatan Namöhalu Esiwa (Kabupaten Nias Utara).

  Profil Kota Gunungsitoli

  IV. 2

Gambar 4.1. Peta Orientasi Kota GunungsitoliGambar 4.2. Peta Administrasi Kota Gunungsitoli Tabel. 4.1.

  Luas Wilayah per Kecamatan di Kota Gunungsitoli Tahun 2013 Sumber : Gunungsitoli Dalam Angka 2014

4.2. DEMOGRAFI

  Indikator tingkat pertumbuhan penduduk sangat berguna untuk memprediksi jumlah penduduk di suatu wilayah dimasa yang akan datang. Dengan diketahuinya jumlah penduduk yang akan datang, diketahui pula kebutuhan dasar penduduk ini, termasuk kebutuhan dalam bidang sosial dan ekonomi.

  Kepadatan Penduduk Kota Gunungstoli Tahun 2013 berdasarkan angka Proyeksi adalah sebesar 276 jiwa per Km2. Bila ditinjau per kecamatan, kepadatan penduduk terbesar ada pada kecamatan Gunungsitoli yaitu sebesar 570 jiwa per km2. Hal ini menunjukan bahwa penduduk Kota Gunungsitoli cenderung bermukim di daerah Kecamatan Gunungsitoli. Untuk lebih jelas mengenai keadaan jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut.

  Tabel. 4.2.

  Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Tahun 2013

  Sumber : BPS Kota Gunungsitoli 2013 Jumlah penduduk Kota Gunungsitoli Tahun 2013 menurut angka proyeksi BPS Kota Gunungsitoli adalah sebesar 129.403 jiwa. Penduduk laki-laki pada tahun 2013 adalah sebanyak 63.298 jiwa dan penduduk perempuan adalah sebanyak 66.105 jiwa. Sex Ratio Kota Gunungsitoli adalah sebesar 95.76 persen, artinya jika ada 95 laki-laki di Kota Gunungsitoli maka ada 100 perempuan di Kota Gunungsitoli pada tahun 2013.

Tabel 4.3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

  Sumber : BPS Kota Gunungsitoli 2014

  Piramida penduduk merupakan salah satu metode yang digunakan untuk memberikan kesan visual yang cepat mengenai kelompok umur dan jenis kelamin penduduk disuatu wilayah. Piramida penduduk memiliki tiga bentuk umum. Ekspansif jika sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda, Konstruktif jika penduduk yg berada dalam kelompok termuda jumlahnya sedikit, dan Stasioner jika banyaknya penduduk dalam kelompok termuda dan dewasa sama banyaknya.

  Piramida Penduduk Kota Gunungsitoli adalah Ekspansif, yang berarti bahwa tingkat kelahiran Kota Gunungsitoli masih tergolong tinggi. Meskipun demikian, melalui piramida penduduk di bawah ini terlihat bahwa ada penurunan jumlah penduduk pada setiap kelompok umur berikutnya. Hal ini terutama disebabkan oleh faktor kematian dan faktor migrasi penduduk. Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi penanggulangan kemiskinan adalah tersedianya data kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan, membandingkan kemiskinan antar waktu dan daerah, serta menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki kondisi mereka. Pengukuran kemiskinan yang terpercaya (reliable) dapat menjadi instrumen yang baik bagi pengambil kebijakan dalam memfokuskan perhatian pada perbaikan kondisi hidup orang miskin. Berdasarkan hasil pelaksanaan Survei Kota Gunungsitoli tahun 2012, jumlah penduduk miskin Kota Gunungsitoli mencapai 39,8 ribu jiwa, atau sekitar 30,84 persen dari jumlah total penduduk Kota Gunungsitoli, dengan garis kemiskinan sebesar Rp. 293.802, Angka ini berkurang bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 adalah sebesar 42,6 ribu jiwa atau sebesar 33,86 persen dari total jumlah penduduk Kota Gunungsitoli.

  Pada tahun 2012, Indeks kedalaman kemiskinan (Poverty Gap Index-P1) dan indeks keparahan kemiskinan (Poverty Severity Index-P2) Kota Gunungsitoli adalah sebesar 5,47 dan 1,45. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan angka tahun 2011 yang sebesar 7,09 dan 2,15. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit. Ini berarti bahwa meskipun ada penurunan dalam jumlah penduduk miskin, namun masih banyak penduduk yang berada dalam kategori rawan miskin.

  Tabel. 4.4.

  Jumlah Penduduk Miskin Kota Gunungsitoli Sumber : BPS Kota Gunungsitoli 2013 Jumlah penduduk di setiap kecamatan yang temasuk dalam Kota Gunungsitoli mengalami kenaikan dimana kenaikan yang paling signifikan yaitu jumlah penduduk pada tahun 2009 ke tahun 2010. Laju pertumbuhan penduduk Kota Gunungsitoli selama 6 tahun terakhir sekitar 3.0 %. Sebagaimana terlihat Tabel 4.5 dan tampilan diagram di bawah ini.

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Pertambahan Penduduk di Kota Gunungsitoli Tahun 2005-2010

  0.08

  0.21

  0.11

  0.23

  3.73

  0.87

  31 Saombö

  0.06

  0.25

  0.06 0.25 (6.54) (1.18)

  32 Il i r

  0.06

  0.24

  0.22

  30 Pasar Gunungsi tol i

  10.36

  2.19

  0.06

  0.25

  0.09

  0.24

  14.20

  2.97 Kecamatan Gunungsitoli Selatan

  1 Ononamöl ö I Lot -

0.06 -6.01

12.92 -7.09 -0.02

  2 Fodo

  0.04

0.04 -13.31

  10.05

  3.96

  0.08

  4.09

  3 Faekhu

  8.02

  0.12

  0.24

  0.24

  3.15

  0.78

  25 Si mandraöl ö -

  0.26

  0.13 0.26 (18.49) (3.57)

  26 Si sarahi l i Gamo Si sarahi l i

  0.17

  0.17

  0.17

  0.17

  1.74

  19.71

  27 Si sambual ahe - 0.38 -

  0.38

  9.57

  2.06

  28 Si sobahi l i Tabal oho

  0.09

  0.28

  0.09

  0.18

  56.12

  11.35

  29 Tuhemberua Ul u - 0.36 -

  0.36

  0.15

  0.09

0.09 -8.63

29.87 -21.14

  24 Si hareö II Tabal oho

  3.13

  11 Hi l i gara

  0.18

0.18 -1.64

  1.29

  26.46

  5.30

  12 Luaha Laraga

  0.17

0.34 -1.69

  11.88

  38.31

  9.80

  13 Si sobahi l i II Tanöseö

  0.28

0.28 -2.50

  3.87

  16.05

  1.01

  14 Hi l i godu Ombol ata -

0.07 -6.81

  8.62

  12.83

  2.94

  15 Tetehösi Ombol ata

  0.15

0.15 -1.47

  1.80

  7.06

  1.54 Jumlah

  0.09

0.17 -4.04

  8.27

  13.39

  3.31

  2.14

  0.05

  7 Onozi tol i Tabal oho (0.26)

0.26 -2.37

  4 Löl öfaösö Tabal oho -

0.18 -1.76

  3.41

  31.42

  6.65

  5 Löl ömbol i

  0.20

0.20 -1.63

  12.66

  25.78

  7.44

  6 Mazi ngö Tabal aho -

0.17 -1.70

  2.77

  20.40

  4.33

  9.19

  0.23

0.23 -2.09

  17.57

  4.88

  8 Löl öl akha

  0.08

0.16 -7.79

  6.16

  15.17

  2.76

  9 Si hareö I Tabal oho

  0.13

0.13 -1.21

  8.16

  10.19

  3.48

  10 Omböl ata Si menari

  0.12

  3.18

  2005- 2006- 2007- 2008- 2009- 2006 2007 2008 2009 2010

  9 Iraonogeba -

  3.11

  7 Hi l i mbaruzö - 0.35 -

  0.35

  13.43

  2.82

  8 Hi l i naa

  0.12

  0.23

  0.12

  0.23

  10.27

  2.20

  0.25

  0.26

  0.13

  0.25

  7.60

  1.64

  10 Lasara Bahi l i

  0.05

  0.27

  0.05

  0.21

  42.96

  8.71

  11 Löl öwönu Ni kootanö -

  0.22

  14.81

  0.20

  0.21

  8.65

  1 Bawödesöl ö

  0.08

  0.21

  0.12

  0.25

  20.99

  4.33

  2 Boyo - 0.33 -

  0.32

  35.76

  7.28

  3 Dahadanö Gawu- Gawu - 0.51 -0.25

  0.26

  1.83

  0.13

  4 Dahadanö Tabal oho - 0.26 -

  0.26

  8.34

  1.77

  5 Fadoro Lasara

  0.14

  0.14

  0.21

  0.29

  28.77

  5.91

  6 Hi l i hao

  0.13

  0.11

  15.22

  15.22

  0.14

  25.85

  5.28

  19 Onozi tol i Ol ora - - 0.31 -

  17.24

  3.51

  20 Onozi tol i Si faoroasi

  0.11

  0.22

  0.11

  0.22

  12.35

  2.60

  21 Saewe

  0.14

  18 Onowaembo - 0.37 -

  0.20

  0.27

  38.43

  7.84

  22 Si fal aete Tabal oho

  0.07

  0.23

  0.07 0.23 (19.47) (3.77)

  23 Si fal aete Ul u

  0.17

  0.17

  0.17

  0.17

  0.18

  0.63

  3.15

  0.25

  12 Madul a

  0.09

  0.26

  0.09

  0.17

  28.65

  5.85

  13 Madol aol i - 0.38 -

  0.38

  11.89

  2.53

  14 Mudi k

  0.05

  0.05 0.22 (22.78) (4.44)

  2.62

  15 Mi ga

  0.11

  0.11

  0.22

  0.22

  31.09

  6.35

  16 Moawö - 0.30 -

  0.20

  21.03

  4.31

  17 Omböl ata Ul u - 0.32 -

  0.21

  3.57 No Nama Desa/Kelurahan Pertumbuhan Penduduk (%) Rata-Rata Pertumbuhan Penduduk Kecamatan Gunungsitoli Jumlah

  1 Afia

  8.48

  21 Hiliweto Idanoi

  3.09

  3.66

  2.78 3.54 (3.52)

  1.91

  22 Hilimböwö Idanoi

  0.18

  0.00

  0.36

  1.25

  5.28

  1.41

  23 Onowaembo

  0.66 7.18 -7.45 (9.53) -0.13

  22.02

  24 Ombolata -4.89

  7.71

  2.98

  1.54

  0.57

  1.58

  25 Samasi -5.78 1.11 -0.80 0.40 (16.47) -4.31

  26 Tuhegeo II -4.87 0.80 -2.38 -4.07 (0.17) -2.14

  0.44

  0.84

  0.63

  0.85

  15.72

  1.73

  20 Fadoro -3.80 -5.11 -2.69 -1.76

  1 Nazalöu Alo’oa -

  46.18

  0.14

  1.39

  54.86

  11.33

  13 Idanötae

  2.40

  4.68

  0.00

  2.24

  2.78

  2.42

  14 Tetehösi II -7.28 0.33 -1.31

  1.65

  7.91

  4.08

  15 Lölöanaa Idanöi

  0.20 0.61 -1.83 0.62 236.34

  47.19

  16 Siwalubanua I

  0.25

  2.65

  0.74 0.73 (5.83) -0.29

  17 Hilihambawa -0.54 -11.81 -3.28 0.64 (1.62) -3.32

  18 Awa’ai

  1.06 0.53 -0.37 0.53 (0.30)

  0.29

  19 Lewuoguru Idanoi

  2.03 8.91 -10.11 -10.81

  30.37

  3.69

  0.10

  0.28

  1.09

  2.73

  0.71

  7 Fadoro Yöu

  0.14

  0.14

  0.28

  0.14

  18.27

  3.79

  8 Lölölawa

  0.00

  0.37

  1.10

  11.87

  0.27

  2.89

  9 Nazalaöu Lölöwua

  0.09

  0.00

  0.17

  0.26

  1.98

  0.50

  0.07

  0.16

  0.33

  0.36

  15.83

  0.27

  0.28

  0.20

  0.13

  0.20

  14.38

  2.98

  2 Nikootanö Dao -

  0.10

  0.10

  0.19

  53.53

  10.78

  3 Iraono Lase

  0.13

  0.00

  0.13

  2.29

  6 Fadoro Hilimböwö -

  0.53

  4 Orahili Tanöseö

  0.27

  0.27

  0.27

  0.53

  8.24

  1.92

  5 Tarakhaini -

  0.21

  0.42

  0.42

  29.14

  6.04

  0.00

  12 Binaka

  0.06

  0.20

  0.06

  0.19

  0.13

  0.19

  2.52

  0.62

  7 Gawu - Gawu Bousö -0.14

  0.09

  0.19

  0.19

  9.28

  1.92

  8 Olora

  0.14

  3.62

  0.20

  0.40

  23.12

  4.81

  9 Hilimböwö Olora

  0.40

  0.27

  0.26

  0.40

  13.68

  3.00

  10 Hiligodu Ulu

  0.16

  6 Hambawa

  17.45

  0.31

  0.05

  0.06

  0.12

  0.24

  6.12

  1.32

  2 Lölöana’a Lölömoyo

  0.10

  0.10

  0.50

  0.30

  17.00

  3.60

  3 Lasara Sowu

  0.10

  0.32

  0.14

  0.10

  9.29

  1.93

  4 Teluk Belukar

  0.16

  0.08

  0.24

  0.16

  9.11

  1.95

  5 Tetehösi Afia -0.11

  0.05

  0.37

  0.31

  0.62

  4.36

  1.12

  0.69

  2.72

  6 Simanaere

  0.10

  0.30

  0.10 10.78 (33.42) -4.43

  7 Humene 0.21 -0.10 -0.94 0.94 (42.52) -8.48

  8 Siwalubanua II

  1.74

  1.91

  0.39

  0.69

  0.88

  9 Helefanikha

  1.72

  1.22 0.00 -1.20

  6.42

  7.34

  2.76

  10 Tetehosi I -3.47 0.18 -0.74

  0.23

  10.64

  1.37

  11 Fowa

  6.65

  2.31

  3.16

  2.41

  7.26

  5.30

  2.77

  20.43

  1.28

  4.37

  0.09

  0.14

  0.25

  0.29

  12.80

  2.71 Kecamatan Gunungsitoli Idanoi

  1 Sifalaete

  0.34

  0.34

  0.51

  2.20

  2.99

  2 Hilimbawadesölö 0.16 -0.63 -0.63

  3.12

  1.27

  6.88

  1.41

  3 Dahana 0.47 -0.31

  0.31

  0.31

  89.03

  17.96

  4 Bawadesölö

  9.98

  0.40

  22.29 0.99 (2.11)

  6.31

  5 Tuhegeo I

  3.35 Jumlah Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa Jumlah Kecamatan Gunungsitoli Utara Jumlah

  Tabel 4.6

Proyeksi Jumlah Penduduk di Kota Gunungsitoli Tahun 2016-2031

  2.39

  1.25

  7 Hilinakhe - - -

  0.93

  15.86

  3.36

  8 Onozikhö - - -

  0.18

  11.75

  9 Ononamölö II Lot - - -

  0.39

  0.36

  11.38

  2.35

  0.32

  10.74

  2.21

  3.09 Rata - rata Kecamatan Gunungsitoli Barat Jumlah

  Sumber : BPS Kota Gunungsitoli Tahun 2013 Dari hasil proyeksi jumlah poenduduk hingga akhir tahun perencanaan 2031 kepadatan pen duduk tertinggi akan terjadi di Kecamatan Gunungsitoli; Kecamatan Gunungsitoli Idanoi; dan Kecamatan Gunungsitoli Utara. Sedangkan untuk Kepadatan rendah akan tetap berada pada Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa dan Gunungsitoli Barat. Sehingga pada kedua Kecamatan ini akan sangat dimungkinkan untuk pengembangan perkotaan baru.

  5.87

  6 Sihareö Siwahili - - -

  1 Tumöri - - -

  0.13

  0.10

  6.36

  1.29

  2 Tumöri Balöhili - - -

  0.35

  26.52

  5.37

  3 Orahili Tumöri - - -

  2.54

  3.05

  0.54

  4 Gada - - -

  0.23

  1.39

  0.32 Lölömoyo

  5 Tuhemberua - - -

  0.21

  15.03

  • - - -

  Proyeksi Jumlah Penduduk No Nama Desa/Kelurahan 2011 2016 2021 2026 2031 1.113 1259 1.425 1612 1824

  19 Lewuoguru Idanoi 977 1105 1.250 1415 1601

  20 Fadoro 984 1113 1.260 1425 1612

  21 Hiliweto Idanoi 613 693 785 888 1004

  22 Hilimböwö Idanoi 1.256 1421 1.607 1819 2057

  23 Onowaembo 542 613 694 785 888

  24 Ombolata 858 971 1.098 1243 1406

  25 Samasi 604 683 773 874 989

26 Tuhegeo II

  24.519 27.741 31.386 35.511 40.177 Jumlah Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa 1.182 1.337 1.513 1.712 1.937

  1 Nazalöu Alo’oa 1.629 1.843 2.085 2.359 2.669

  2 Nikootanö Dao 824 932 1.055 1.194 1.350

  3 Iraono Lase 417 472 534 604 684

  4 Orahili Tanöseö 631 714 808 914 1.035

  5 Tarakhaini 385 436 493 558 632

  6 Fadoro Hilimböwö 883 998 1.130 1.278 1.446

  7 Fadoro Yöu 319 361 408 462 522

  8 Lölölawa 1.215 1.374 1.555 1.759 1.990

  9 Nazalaöu Lölöwua 7.485 8.468 9.581 10.840 12.264 Jumlah Kecamatan Gunungsitoli Barat 1.063 1203 1.361 1.539 1.742

  1 Tumöri 748 847 958 1.084 1.226

  2 Tumöri Balöhili 785 888 1.005 1.137 1.287

  3 Orahili Tumöri 900 1018 1.152 1.303 1.475

  4 Gada 1.114 1261 1.426 1.614 1.826

  5 Lölömoyo Tuhemberua 832 942 1.065 1.205 1.364

  6 Sihareö Siwahili 517 584 661 748 847

  7 Hilinakhe 1.267 1433 1.622 1.835 2.076

  8 Onozikhö 953 1079 1.220 1.381 1.562

  9 Ononamölö II Lot 8.180 9.254 10.470 11.846 13.403 Jumlah 133.640 151.201 171.070 193.550 218.984 Jumlah Total

  Sumber : RTRW Kota Gunungsitoli

Gambar 4.3 Proyeksi Sebaran Penduduk di Kota Gunungsitoli

4.3. KARAKTERISTIK WILAYAH 4.3.1. Topografi

  Kondisi alam / topografi Kota Gunungsitoli pada umumnya berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dengan ketinggian dari permukaan laut berfariasi antara 0 – 800 m, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang, berbukit-bukit dan pegunungan. Mempunyai kemiringan lereng rata-rata 8% sampai 25%. Sedangkan daerah dataran dapat dijumpai sepanjang pantai timur dengan kemiringan 0-8%.

  4.3.2. Kelerengan Peta kemiringan lereng diturunkan dari peta topografi, karena penataan ruang dan peruntukannya banyak sekali ditentukan oleh kondisi kemiringan suatu wilayah, demikian juga pengembangan jaringan utilitas sangat dipengaruhi oleh besarnya kemiringan lereng ini.

  4.3.3. Geologi dan Tektonik Struktur geologi dan tektonik di Kota Gunungsitoli tidak berbeda dengan struktur geologi dan tektonik Pulau Nias yaitu berupa lipatan, sesar naik, sesar normal, sesar geser mendatar dan kelurusan. Struktur regional berarah barat laut tenggara (sejajar dengan arah memanjang pulau) dan kelurusan yang ditimbulkan oleh sesar naik lipatan. Beberapa sesar mendatar dan sesar normal berskala kecil berarah hampir Utara-Selatan. Struktur lipatan berupa antiklin dan sinklin dijumpai dibagian Utara, Timur, dan Selatan Kota Gunungsitoli. Sesar naik dijumpai dibagian barat merupakan batas formasi antara satuan tektonik dan formasi Lolomatua dan menunjukkan kemiringan bidang sesar 35 kearah Timur Laut. Sesar normal dijumpai dibagian utara, tengah dan timur memotong formasi Lolomatua dan Gomo. Kemiringan bidang sesar geser mendatar yang dijumpai ditengah dan sebelah selatan Kota Gunungsitoli menunjukkan bidang sesar hampir tegak. Sesar naik terjadi pada kompleks batuan ultrabasa dan batuan malihiu yang arah jurusannya berkisar dari barat laut, tengara dan barat daya, berlawanan dengan arah sesar pada umumnya. Pengangkatan di daerah ini terjadi akibat tumbukkan lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia yang terjadi dalam beberapa periode.

  Letak Kota Gunungsitoli diantara bidang zona penunjaman (subduksi) lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia menjadikan Kota Gunungsitoli sebagai salah satu wilayah yang berpotensi terjadinya gempa. Berdasarkan data dari BMG Stasiun Geofisika Desember tercatat telah terjadi gempa bumi sebanyak 3.835 kali atau rata-rata 319 kali setiap bulan dengan skala gempa bumi antara 4,5 Skala Rithcer (SR) dengan skala kerusakan I-II MMI pada bulan Januari 2005 sampai dengan 8,7 SR dengan skala MMI VIII-

  IX pada bulan Maret 2005. Selain itu beberapa kejadian bencana gempa bumi yang terjadi di Pulau Nias seperti yang terjadi pada tahun 1843,1861(8,5),tahun 1907, dan pada tanggal 26 Desember 2004 (8,9 SR). Pada pembahasan ini yang akan diulas hanya terbatas pada potensi bencana alam geologi. Pulau Nias berpotensi bencana gempa bumi, tsunami dan tanah longsor. Potensi bencana alam geologi di Pulau Nias tersebut diakibatkan oleh kondisi geologi dan aktivitas tektonik yang telah berlangsung sejak Oligosen (sekitar 30 juta tahun lalu) sampai saat ini.

a. Bencana Gempa Bumi

  Data kegempaan di empat wilayah Kabupaten/Kota Pulau Nias (Kabupaten Nias Utara, Nias Barat, Nias dan Kota Gunungsitoli) untuk kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2000 – 2009) memperlihatkan adanya aktivitas gempa yang cukup tinggi (Peta 1.4 seismisitas).

  Pusat-pusat gempa terutama terjadi di sepanjang pantai (barat-utara-timur) dan juga terjadi di daratan dengan kedalaman umumnya dangkal (< 60 km) dengan kekuatan magnitudo rata-rata berkisar 0 – 3,9 SR, sebagian berkekuatan 4 – 4,9 dan hanya beberapa berkekuatan 5 – 9,9 SR. Skala Intensitas gempa umumnya berkisar VI – IX MMI (Modified Mercalli Intenity) untuk kekuatan gempa 6 – 9 SR, untuk gempa bumi dengan kekuatan < 6 SR intensitas gempa lebih kecil dari skala V atau IV MMI.

  Potensi bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi terutama disebabkan oleh adanya goncangan tanah (ground shaking), geseran tanah (ground faulting) dan gelombang pasang (tsunami). Besarnya goncangan saat terjadi gempa bumi ditandai oleh magnitudo atau besarnya kekuatan gempa, kedalaman dan jarak dari pusat gempa serta sifat fisik maupun struktur batuan dan sifat dari bangunan baik jenis, kualitas maupun umur bangunan.

  Peristiwa gempa 28 Maret 2008 menyebabkan kehancuran yang signifikan di wilayah Kota Gunungsitoli. Kehancuran tersebut terutama disebabkan oleh kondisi batuan yang bersifat kurang kompak (endapan aluvial, koral) mengalami goncangan yang lebih kuat saat terjadi gempa. Ditambah lagi dengan jumlah bangunan yang cukup banyak dan rapat dan dengan kondisi/kualitas bangunan yang kurang memadai dibangun di atas alluvial atau timbunan lahan terumbu karang/koral. Kondisi demikian yang menyebabkan resiko bencana gempa di wilayah Gunungsitoli tergolong tinggi. Melihat kondisi geologi/tektonik Pulau Nias yang memang sangat rawan terjadi gempa, maka berdasarkan kondisi kegempaan yang umumnya berkekuatan < 3,9 – 4,9 SR dengan kedalaman dangkal dan dengan memperhatikan kondisi batuan penyusun serta struktur geologi yang berkembang, maka potensi bencana gempa bumi di Kota Gunungsitoli dibagi atas dua, yaitu :

  1. Kawasan rawan bencana gempa bumi sangat tinggi, berada pada wilayah yang disusun oleh batuan yang bersifat lepas atau kurang kompak, yaitu endapan alluvial (Qa) dan terumbu karang dari Formasi Gunungsitoli (QTg). Kawasan ini terutama di Kecamatan Gunungsitoli utara, bagian timur (sepanjang pantai) Kecamatan Gunungsitoli dan Gunungsitoli Selatan.

  2. Kawasan rawan bencana gempa bumi tinggi, berada pada daerah yang disusun batuan sedimen dari Formasi Gomo (Tmpg) dan Formasi Lõlõmatua (Tml), yaitu di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa dan Gunungsitoli Idanoi, serta dibagian barat Kecamatan Gunungsitoli dan Gunungsitoli Selatan.

  b. Bencana Tsunami

  Di wilayah Gunungsitoli, kawasan yang paling rawan terjadi tsunami adalah kawasan pantai timurnya dengan ketentuan bila terjadi gempa yang bersumber dari laut di bagian timur dengan kekuatan > 6,5/> 7 SR atau bila sumber gempa berasal dari bagian utara Pulau Nias dan dengan kekuatan yang lebih besar dari 8/9 SR. Hal lain yang juga mempengaruhi terjadi tsunami di sepanjang pantai adalah bentuk topografi serta bentuk pantainya, terutama pada pantai dengan topografi datar dan berbentuk teluk serta keberadaan sungai besar yang dapat memicu tingginya perluasan genangan tsunami. Berdasarkan hal-hal tersebut kawasan rawan bencana tsunami di Kota Gunungsitoli terutama di empat kecamatan khususnya di sepanjang wilayah pantainya, yaitu di :

  1. Kecamatan Gunungsitoli Utara, seluruh kawasan dipantai timurnya. Keberadaan sungai besar yang bermuara kelaut menambah tingkat kerawanannya, yaitu sungai Sawo dan sungai Gamo.

  2. Kecamatan Gunungsitoli, terutama dibagian tengah pantai timurnya atau di pantai sekitar kota Gunungsitoli. Bentuk pantai berupa teluk dapat memicu tingkat kerawanannya. Dibagian selatan dan sebagian utara dari pantai timur topografinya mulai berelief yang disusun oleh terumbu karang/koral (tidak datar), sehingga kemungkinan tsunami di kawasan tersebut lebih rendah.

  3. Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, seluruh pantainya berupa dataran dipicu lagi oleh adanya sungai besar di bagian utara, yaitu sungai Idanoi, Sungai Ndraha Humene, dan Sungai Fowa;

  4. Kecamatan Gunungsitoli Selatan, terutama di pantai bagian selatan dan bagian utara berupa dataran, sedangkan di bagian tengah adanya terumbu karang dengan topografi yang berelief mengurangi tingkat kerawanan tsunami.

  c. Bencana Longsor / Pergerakan Tanah

  Potensi gerakan tanah di Kota Gunungsitoli berdasarkan kondisi geologi dipengaruhi oleh kondisi stratigrafi batuan sedimen Formasi Lõlõmatua dan Formasi Gomo) yang terdiri dari perselingan perlapisan batupasir dibagian atas dan batu lempungan dibagian bawah. Bila musim hujan atau curah hujan cukup tinggi, akan terjadi peningkatan berat masa batuan dibagian atas dan mengakibatkan gaya pendorong masa batuan di atas lereng lebih besar dibanding gaya penahan dan akhirnya terjadi pergerakan masa batuan/tanah atau longsoran. Potensi longsoran juga dapat terjadi pada batuan yang telah mengalami pelapukan dan menghasilkan batuan lapuk yang cukup tebal. Bila kondisi batuan demikian berada pada topografi dengan kemiringan lereng yang besar, dan dipicu oleh curah hujan yang cukup tinggi, juga dapat terjadi longsor. Bila kondisi batuan demikian berada pada topografi dengan kemiringan lereng yang besar, dan dipicu oleh curah hujan yang cukup tinggi, juga dapat terjadi longsor. Curah hujan di Kota Gunungsitoli tergolong dapat memicu terjadinya longsor atau sebesar 2500-3500 mm/thn. Curah hujan yang juga tergolong tinggi dan goncangan gempa bumi yang memang sering terjadi di wilayah Pulau Nias serta adanya aktivitas manusia yang mengurangi kemampuan lahan menyerap air menjadi pemicu terjadiya gerakan tanah. Berdasarkan hal- hal tersebut, maka wilayah Kota Gunungsitoli yang rentan terhadap bencana longsor terutama di Kecamatan Gunungsitoli (terutama di Desa Sisarahili Sisambalahe bagian barat daya), Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa (di Desa Lõlõlawa) Kecamatan Gunungsitoli Barat (terutama di Desa Lõlõmoyo Tuhemberua), dan di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi (terutama di Desa Hilimbawa Desõlõ, Desa Tetehõsi I, Desa Tetehõsi II) Kecamatan Gunungsitoli Selatan (di Desa Lõlõlakha, Desa Ombõlata Simanairi, Hiligodu, Onozitoli Tabaloho, Hiligara, Ononamõlõ I Lot) .

d. Banjir

  Berdasarkan hukum air dan gravitasi, wilayah yang berpotensi banjir adalah daerah dataran yang relatif rendah. Menurut buku Inventarisir Geologi Teknik Daerah Kota Gunungsitoli dan sekitarnya (Direktorat Geologi Teknik, 2006), daerah banjir yang sering terjadi umumnnya pada pantai barat, timur dan selatan Pulau Nias. Di daerah timur pulau Nias kawasan rawan bencana banjir berada di daerah Kecamatan Gunungsitoli (daerah pasar Nou, Kelurahan Ilir) , Kecamatan Gunungsitoli Idanoi ( di Desa Hiliweto Idanoi, Desa Tetehõsi I, Desa Tetehõsi II, Desa Lõlõana’a, Desa Siwalubanua I), Kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli Selatan (di Desa Ononamõlõ I Lot, Luaha Laraga, Sihare’õ)dan Kecamatan Gunungsitoli Barat.

  Khususnya daerah Gunungsitoli yang sering terkena banjir akibat meluapnya Sungai Nou (DAS Idanoi). Daerah yang sering terkena banjir ini pada bagian permukaannya dibentuk oleh lempung hingga pasir lanauan. Banjir yang disebabkan oleh luapan air sungai membentuk pola yang sebagian mengikuti aliran sungai dan sebagian lagi tak beraturan (braided). Banjir di Kecamatan Gunungsitoli Selatan (di desa Ononamõlõ I Lot) disebabkan karena adanya kegiatan penggalian tipe c disekitar sungai yang menyebabkan ketinggian bibir sungai rendah dan sungai menjadi dangkal.

4.3.4. Hidrologi

  Kota Gunungsitoli mempunyai sungai-sungai besar dan kecil yang memiliki potensi sebagai sumber air untuk pertanian dan juga dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk penyaluran air kotor dan air hujan. Berdasarkan data, di wilayah Kota Gunungsitoli terdapat 102 sungai-sungai kecil, sedang, atau besar yang ditemui hampir di seluruh kecamatan. Sumber daya air permukaan yang cukup potensial untuk menunjang pengembangan pertanian (untuk pertanian) antara lain Sungai Muzoi, Gido Sebua, dll.

  Sungai-sungai tersebut pada musim penghujan mempunyai debit air yang cukup besar, bahkan sampai menyebabkan banjir dan tingkat kelongsoran yang cukup tinggi, namun pada musim kemarau terdapat beberapa sungai yang mengalami kekeringan. Terdapat beberapa pola aliran sungai di wilayah Kota Gunungsitoli yaitu pola aliran sungai perbukitan pada umumnya rectangular dan sub paralel, sedangkan aliran sungai dataran berpola anastomatik. Pada pola anastomik, sungai-sungai tidak berkembang baik oleh karena daerahnya landai, pola ini dijumpai di daerah pantai.

  4.3.5. Sumber Daya Mineral/Bahan Galian Sumber Daya mineral yang terdapat di Kota Gunungsitoli adalah bahan galian golongan C, berupa pasir dengan lokasi penambangan hampir disepanjang Sungai Idanoi, Sungai Miga Sebua, yang umumnya diusahakan oleh masyarakat. Selain bahan galian C, ada juga potensi sumber daya alam di Kota Gunungsitoli yang bisa dieksploitasi untuk dijadikan sebagai sumber bahan bakar, seperti Batu Bara. Potensi Batu Bara yang terdapat di Kota Gunungsitoli tersebar di 2 Kecamatan, yaitu Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa ( Desa Nazalõu Alo’oa (5000 Ha) , Desa Lõlõlawa (5000 Ha) dan Kecamatan Gunungsitoli Utara (Desa Hiligodu 1000Ha) yang masih belum berproduksi. Sumber daya alam berupa Batu/Batu Gunung di Kota Gunungsitoli tersebar di Kecamatan Gunungsitoli Barat ( Desa Tumõri Balõhili 3 Ha, Desa Lõlõmoyo Tuhemberua 5 Ha, Desa Onozikhõ 20 Ha) dan Kecamatan Gunungsitoli Utara ( Desa Tetehõsi Afia 20 Ha).

  Sumber daya alam Batu Pasir dan kerikil, tersebar di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi (Desa Sifalaete 2 Ha), Kecamatan Gunungsitoli Selatan (Desa Onomõlõ I Lot 2 Ha, Desa Onozitoli Tabaloho 2 Ha), Kecamatan Gunungsitoli Utara (Bousõ 2 Ha, Lasara Sowu 3 Ha, Hilimbõwõ Olora 2 Ha). Untuk sumber daya alam batu bata tersebar di Kecamatan Gunungsitoli (desa Hili Na’a dan Onowaembo 5 Ha) dan Kecamatan Gunungsitoli Utara (Desa Teluk Belukar 0,5 Ha).

  4.3.6. Guna Lahan Berdasarkan hasil pengolahan citra satelit dengan menggunakan Citra Alos tahun 2010, maka diperoleh penggunaan lahan eksisting di Kota Gunungsitoli yang didominasi oleh pertanian lahan kering dengan luas 16.872.55 Ha; Hutan Seluas 7.987.54 Ha; permukiman dengan luas 1.245.11 Ha Penggunaan lahan di Kota Gunungsitoli hingga akhir tahun perencanaan akan mengalami perubahan. Penambahan luas untuk kegiatan budidaya terbangun akan mengalami perkembangan yang sangat besar. Terutama untuk kegiatan budidaya permukiman, Fasilitas Umum, sedangkan kawasan lindung akan mengalami pengurangan akibat pembangunan kota. Untuk itu perlu penetapan kawasan kawasan yang tidak dapat dialih fungsikan dalam pengendalian pemanfaat ruang. Sumber : RTRW Kota Gunungsitoli

  1.443,72

  7.987,54 151,74 100,05 7,77 187,48 45,35 16.872,55 808,22 202,60 3,01 4,83 26.371,13 No Kecamatan Guna lahan eksisting Kawasan Fasilitas Kesehatan Kawasan Fasilitas Umum Kawasan Pemukiman Kawasan Pendidikan Kawasan Perdagangan Dan Jasa Kawasan Perkantoran Kawasan Militer Jumlah

  Jumlah 4,47 52,24 1.245,11 59,02 58,86 21,33 2,70

  6 Kec.Gunungsitoli Selatan 0,35 1,17 159,37 10,97 0,30 2,96 - 175,11

  5 Kec.Gunungsitoli Barat

  4 Kec.Gunungsitoli Alo'oa 0,11 0,49 82,07 2,20 - 0,38 - 85,24

  3 Kec.Gunungsitoli 3,64 13,41 498,63 22,33 56,59 13,35 2,70 610,64

  2 Kec. Gunungsitoli Utara 0,24 2,18 219,00 8,15 - 0,34 - 229,90

  1 Kec. Gunungsitoli Idanoi 0,14 33,76 196,95 11,43 1,97 4,00 - 248,26

  6 Gunungsitoli Selatan 2.505,34 - - - 40,60 21,09 1.440,87 115,46 78,09 - - 4.201,46

  Profil Kota Gunungsitoli

  5 Gunungsitoli Barat 1.341,26 - - - 12,99 - 1.507,20 - 21,07 0,14 0,14 2.882,79

  4 Gunungsitoli Alo'oa 696,18 - - - 14,91 - 3.219,42 108,76 - - - 4.039,26

  3 Gunungsitoli 776,60 - - 0,27 15,20 13,90 3.042,04 52,79 - 2,09 4,70 3.907,58

  2 Gunungsitoli Utara 553,81 151,74 100,05 7,50 70,22 9,74 4.482,25 347,19 103,43 0,78 - 5.826,70

  1 Gunungsitoli Idanoi 2.114,35 - - - 33,56 0,62 3.180,77 184,03 - - - 5.513,33

  

Badan

Air Lahan Terbuka Pertanian Lahan Kering Sawah Perkebunan Kawasan Wisata Ruang Terbuka Hijau Jumlah

  Tabel. 4.7. Guna Lahan Eksisting di Kota Gunungsitoli No Kecamatan Guna lahan eksisting Hutan Mangrove Rawa Gambut Pantai

  • 1,24 89,08 3,94 - 0,31 - 94,57

  IV. 21 Gambar. 4.4. Guna Lahan Eksisting

Gambar. 4.4. Tutupan Lahan Eksisting

4.3.7. Klimatologi

  Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera Utara, Kota Gunungsitoli termasuk daerah yang beriklim tropis dan memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Sebagian besar wilayah berbatasan dengan lautan sehingga mempengaruhi pada suhu udara yang tergolong beriklim tropis.

  Tabel .4.8. Jumlah Hari Hujan, Curah Hujan, Kota Gunungsitoli Tahun 2011-2013

  Sumber : Gunungsitoli dalam Angka 2014

4.4. KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI

4.8.1. Aspek Sosial

a. Pendidikan

  Upaya pembangunan sektor pendidikan di Kota Gunungsitoli terus dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan juga tingkat partisipasi sekolah di setiap jenjang pendidikan. dari tabel berikut dibawah ini memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan pendidikan di Kota Gunungsitoli, seperti jumlah sekolah, murid, dan guru pada tahun 2013. Berdasarkan grafik di atas terlihat jelas bahwa jumlah sekolah di Kota Gunungsitoli tahun 2012-2013 didominasi oleh sekolah pendidikan dasar (SD/MI) yaitu sebanyak 115 sekolah.

  Berdasarkan data yang dihimpun dari dinas Pendidikan kota Gunungsitoli, jumlah sekolah Taman Kanak-kanak(TK)/Raudatul Athfal/Bustanul Athfal pada tahun 2012 adalah sebanyak 31 unit yang tersebar di 5 Kecamatan di Kota Gunungsitoli, yaitu kecamatan Gunungsitoli, Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Barat, Gunungsitoli Selatan dan Gunungsitoli Utara.

  Tabel. 4.9. Banyak Jumlah Sekolah Negeri dan Swasta di Kota Gunungsitoli Sumber : Gunungsitoli dalam Angka 2014

  b. Kesehatan

  Peningkatan sarana dan prasarana maupun pelayanan kesehatan kepada masyarakat harus terus diupayakan oleh pemerintah, karena sarana dan prasarana kesehatan tersebut sangatlah diperlukan oleh masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup. Pada tahun 2013 Jumlah sarana kesehatan pemerintah di Kota Gunungsitoli ada sebanyak 227 unit, yaitu 1 Rumah Sakit Umum yang pengelolaannya masih dipegang oleh pemerintah Kabupaten Nias, 6 Puskesmas, 150 Posyandu, 16 Klinik/Balai Kesehatan, 18 Puskesmas pembantu, dan 36 Pos Kesehatan Desa. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, penambahan terjadi pada jumlah Klinik/Balai Kesehatan yaitu penambahan 2 unit Klinik.

  Tabel. 4.10. Banyaknya Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Gunungsitoli

  c. Agama

  Berdasarkan data Kementrian Agama tahun 2013, persentase terbesar jumlah agama yang dianut adalah agama Kristen Protestan dengan jumlah pemeluk agama sebesar 78,55 persen. Sementara jumlah rumah ibadah pada tahun 2013 adalah sebanyak 373 unit, yaitu mesjid/mushola sebanyak 62 unit, gereja protestan 274 unit, gereja katolik 36 unit, dan vihara 1 unit, yang tersebar diseluruh kecamatan di Kota Gunungsitoli.

  

Tabel. 4.11. Persentase Jumlah Penduduk Menurut Agama Yang dianut

di Kota Gunungsitoli

Sumber : Gunungsitoli dalam Angka 2014

Tabel 4.12. Banyaknya Fasilitas Ibadah di Kota Gunungsitoli

  Sumber : Gunungsitoli dalam Angka 2014

4.8.2. Aspek Ekonomi

a. Keuangan

  Kota Gunungsitoli sebagai daerah otonom baru yang terbentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor : 47 Tahun 2008, secara efektif melaksanakan pengelolaan keuangan daerah mulai tahun anggaran 2010. Untuk tahun anggaran 2009 sumber keuangan daerah berasal dari hibah Kabupaten Nias sebagai daerah induk pemekaran dan bantuan keuangan dari Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

  Pengelolaan keuangan daerah Kota Gunungsitoli kurun waktu dua tahun terakhir, secara umum telah terlaksana dengan baik. Perkembangan pendapatan daerah belum menggambarkan kinerja pertumbuhan pendapatan yang sesungguhnya, mengingat pencapaian pertumbuhan pendapatan pada tahun 2010 tidak dapat didasarkan dengan kondisi pendapatan tahun 2009. Keadaan ini disebabkan pendapatan daerah pada tahun 2009 sifatnya hibah dan belum mencakup keseluruhan daripada komponen pendapatan yang menjadi hak dan kewenangan daerah, sementara untuk tahun 2010 pendapatan daerah sudah memperhitungkan semua komponen dimaksud. Perkembangan pendapatan daerah kurun waktu dua tahun terkhir dapat dilihat pada tabel berikut : Pada tahun 2013 Anggaran Pendapatan Daerah Kota Gunungsitoli tercatat sebesar Rp.