BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA GUNUNGSITOLI - DOCRPIJM 8795bb0949 BAB VBAB 5 OK

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

BAB 5 KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA GUNUNGSITOLI

5.1. Arahan RTRW Kota Gunungsitoli

5.1.1. Kawasan Strategis Kota Gunungsitoli

  Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebutkan bahwa Kawasan Strategis adalah kawasan yang didalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap tata ruang di wilayah sekitarnya, kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya dan/atau peningkatan kesejahteraan masyarakat.

  Dalam undang-undang tersebut, kawasan strategis dibagi menjadi 3 bagian berdasarkan ruang lingkup dan kewenangannya yaitu kawasan strategis nasional, kawasan strategis provinsi dan kawasan strategis kabupaten/kota. Berdasarkan UU no. 26 Tahun 2007 pasal 1 ayat 30 mendefinisikan kawasan strategis kabupaten/kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan.

  1. Pengaruh aspek kedaulatan negara, pertahanan, dan keamanan lebih ditujukan bagi penetapan kawasan strategis nasional, sedangkan yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, yang dapat berlaku untuk penetapan kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, diukur berdasarkan pendekatan ekternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi penanganan kawasan yang bersangkutan.

  2. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan, antara lain, adalah kawasan perbatasan negara, termasuk pulau kecil terdepan, dan kawasan latihan militer.

  3. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, antara lain, adalah kawasan metropolitan, kawasan ekonomi khusus, kawasan pengembangan ekonomi terpadu, kawasan tertinggal, serta kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas.

  4. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan sosial dan budaya, antara lain, adalah kawasan adat tertentu, kawasan konservasi warisan budaya, termasuk warisan budaya yang diakui sebagai warisan dunia.

  5. Kawasan Strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, antara lain, adalah kawasan pertambangan minyak dan gas bumi termasuk pertambangan minyak dan gas bumi lepas pantai, serta kawasan yang menjadi lokasi instalasi tenaga nuklir.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020 6.

  Kawasan Strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, antara lain, adalah kawasan perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup, termasuk kawasan yang diakui sebagai warisan dunia.

  5.1.2. Kawasan Strategis Ekonomi

  Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007, pasal 5 ayat 5, tentang penataan ruang yang termasuk kedalam kawasan strategis salah satunya dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis ini memiliki kriteria-kriteria antara lain :

  1. Potensi ekonomi cepat tumbuh; 2.

  Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi;

  3. Potensi ekspor;

  4. Dukungan jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;

  5. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;

  6. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan;

  7. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi;

  8. Sumber daya alam yang strategis untuk kepentingan pembangunan wilayah;

  9. Pengaruh yang dapat mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal didalam wilayah perencanaan.

  Dari kriteria-kriteria tersebut diatas, Kota Gunungsitoli memiliki potensi dalam sektor perikanan laut yang besar, sektor perkebunan (kelapa, karet, coklat/kakao) dan sektor pariwisata (budaya dan bahari), sedangkan Potensi komoditi unggulan pada sektor pertanian tanaman pangan adalah ketela rambat, bayam dan kangkung. Sehingga perlu dilakukan penataan dengan pengelolaan dengan baik agar dapat memberikan nilai ekonomi sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pendapatan khusunya masyarakat Kota Gunungsitoli.

  5.1.3. Kawasan Strategis Sosial dan Budaya

  Kawasan strategis ini memiliki kriteria antara lain :

  1. Tempat pelestarian dan pengembangan adat-istiadat atau budaya;

  2. Prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya; 3.

  Aset yang harus dilindungi dan dilestarikan;

  4. Tempat perlindungan peninggalan budaya;

  5. Tempat yang memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya;

  6. Tempat yang memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial;

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020 7.

  Hasil karya cipta budaya masyarakat setempat yang dapat menunjukkan jati diri maupun penanda (vocal point, landmark) budaya lokal;

  8. Dan lainnya sesuai dengan kepentingan pembangunan wilayah.

  Dari kriteria-kriteria tersebut diatas, sampai dengan saat ini kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan belum diarahkan di Kota Gunungsitoli.

  

5.1.4. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Pendayagunaan Sumber Daya

Alam (SDA) Dan/Atau Teknologi Tinggi

  Kawasan strategis ini memiliki kriteria antara lain :

  1. Kawasan yang diperuntukan bagi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir;

  2. Memiliki sumber daya alam strategis; 3.

  Memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa;

  4. Memiliki fungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir; 5. Memiliki fungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis.

  Dari kriteria-kriteria tersebut diatas, sampai dengan saat ini kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam (sda) dan/atau teknologi tinggi masih belum diarahkan di Kota Gunungsitoli.

5.1.5. Kawasan Strategis Lingkungan

  Kawasan strategis ini memiliki kriteria antara lain :

  1. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati;

  2. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan atau dilestarikan;

  3. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian;

  4. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;

  5. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi untuk peningkatan kualitas lingkungan hidup;

  6. Kawasan rawan bencana alam; 7.

  Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

  Berdasarkan kriteria tersebut, sampai dengan saat ini kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan belum diarahkan di Kota Gunungsitoli.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

5.1.6. Kawasan Strategis Lainnya Yang Ditetapkan Oleh Kota Sesuai Dengan Kepentingan Pembangunan Keruangan.

  a. Kebijakan Nasional dan Provinsi Sumatera Utara

  Kebijakan strategis dapat ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah. Pada tingkat nasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional, di Kota Gunungsitoli belum ditetapkannya adanya kawasan strategis nasional. Di tingkat provinsi sumatera utara, Kota Gunungsitoli temasuk didalam kawasan strategis kepulauan Nias yang lokasinya tidak ditetapkan secara spesifik.

  b. Kawasan Strategis Kota Gunungsitoli

  Kawasan strategis Kota Gunungsitoli yang diusulkan berdasarkan potensi, antara lain :

  1. Kawasan Strategis Ekonomi, meliputi: Kawasan pertumbuhan perekonomian di wilayah Nazalou Lolowua, Teluk Belukar,

  • Olora, Tuhegeo I, Ilir, Pasar Gunungsitoli, Saombo; Kawasan pengembangan industri di wilayah Teluk Belukar, Olora 

  Kawasan pariwisata bahari di Teluk Belukar, Afia, Pasar Gunungsitoli, Turendra, Fowa

  • dan pendukung pariwisata berupa perhotelan dan sarana prasarana tempat hiburan di wilayah PPK; dan Kawasan pengembangan pendidikan di wilayah Gunungsitoli dan Gunungsitoli  Idanoi.

  2. Kawasan strategis sosial dan budaya meliputi:

  • kawasan budaya/rumah adat;
  • kawasan situs batu megalith;dan kawasan tempat bersejarah.
  • 3. Kawasan strategis fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi : daerah Rawan Bencana Tsunami yang ditetapkan disepanjang pesisir pantai Kota Gunungsitoli.

  4. Kawasan strategis sumber daya alam ditetapkan pada kawasan pertambangan di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Peta 5.1

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

Gambar 5.1 Peta Kawasan Strategis Kota Gunungsitoli

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

5.2. Arahan Pengembangan Pola Ruang dan Struktur Ruang

5.2.1. Arahan Pengembangan Pola Ruang

  Rencana pola ruang wilayah Kota Gunungsitoli merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Sesuai dengan hasil perumusan potensi dan masalah, strategi pengembangan wilayah dan rencana struktur tata ruang wilayah Kota Gunungsitoli, maka secara umum prinsip-prinsip dasar penyusunan arahan pola pemanfaatan ruang Kota Gunungsitoli adalah sebagai berikut :

  1. Menyeimbangkan pertumbuhan antara wilayah bagian selatan dan bagian utara;

  2. Memanfaatkan potensi eksisting dengan optimal;

  3. Mengeliminir masalah penyimpangan pemanfaatan ruang (tidak sesuai dengan NSPM) dan masalah kegiatan yang merusak lingkungan;

  4. Membantu pemecahan masalah keterbatasan ruang di wilayah kepulauan nias dan ikut mendorong kab/kota di kepulauan nias sebagai Pusat Kegiatan Wilayah;

  5. Keterpaduan pemanfaatan ruang dan sistem sarana dan prasarana wilayah. Berdasarkan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional maka pengertian rencana pola ruang adalah rencana yang menggambarkan letak, ukuran dan fungsi dari kegiatan- kegiatan lindung dan budidaya. Substansi dari rencana pola ruang meliputi batas-batas kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya (kawasan lindung dan budidaya). Adapun tujuan pengembangan rencana pola ruang adalah :

  1. Pemanfaatan ruang harus memperhatikan daya dukung lingkungan;

  2. Tersedianya lahan yang dapat menampung perkembangan jumlah penduduk dan tenaga kerja;

  3. Terciptanya sinkronisasi antara rencana pola ruang dan rencana struktur ruang yang dikembangkan;

  4. Memperhatikan kesesuaian lahan dan kondisi eksisting; 5. Mewujudkan aspirasi masyarakat.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

Gambar 5.2 Peta Rencana Pola Ruang Kota Gunungsitoli

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  Berdasarkan prinsip-prinsip dasar tersebut diatas arahan pola ruang Kota Gunungsitoli dan memperhatikan Kebijaksanaan Pembangunan yang telah ditetapkan, daya dukung lahan serta kecenderungan perkembangan wilayah secara keseluruhan, maka konsep yang dinilai tepat untuk pola pemanfaatan ruang wilayah Kota Gunungsitoli adalah Konsep Sentra Pertanian (Agropolitan) yang dikombinasikan dengan Konsep Sentra Perikanan (Minapolitan). Pada konsep ini, masing-masing dari Pusat Pengembangan Wilayah yang direncanakan diasumsikan dikelilingi oleh kawasan pertanian (tanaman pangan dan perkebunan) atau oleh kawasan perikanan (budidaya dan perikanan tangkap).

5.2.2. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung

  Pola ruang kawasan lindung di wilayah Kota Gunungsitoli secara umum bertujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan hidup dan melestarikan fungsi lindung kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, dan kawasan lindung lainnya, serta menghindari berbagai usaha dan/atau kegiatan di kawasan rawan bencana. Sasarannya adalah untuk:

  • Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta nilai budaya dan sejarah bangsa; Mempertahankan keanekaragaman hayati, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam.
  • Jenis pemanfaatan ruang kawasan lindung yang terdapat di Kota Gunungsitoli terdiri dari (Peta 5.2):

  1. Kawasan Hutan Lindung;

  2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, seperti kawasan bergambut/mangrove, resapan air;

  3. Kawasan Perlindungan Setempat, antara lain meliputi : kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sempadan mata air;

  4. Ruang Terbuka Hijau Kota (RTH), yang meliputi taman RT, taman RW, taman kota, dan pemakaman;

  5. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya;

  6. Kawasan Rawan Bencana Alam, seperti bencana longsor, gempa, tsunami, dan banjir;

5.2.2.1. Kawasan Hutan Lindung

  Kawasan Hutan Lindung didefinisikan sebagai kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Penentuan kawasan hutan lindung pada dasarnya mengacu kepada Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 dan Keputusan Menteri Pertanian No. 83/KPTS/UM/II/1980 dimana unsur-unsur yang digunakan adalah keadaan lereng, jenis tanah dan intensitas curah hujan. Akan tetapi penentuan kawasan hutan lindung di Kawasan Perkotaan Gunungsitoli

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020 mengacu kepada Kepmenhut No. 44 tahun 2005 dan usulan revisi kawasan hutan.

  Berdasarkan rencana tersebut maka Kawasan Hutan Lindung yang ada di Kota Gunungsitoli terdapat meliputi :

  1. Sebagian kawasan Desa Hilimbowo Idanoi, Tuhegeo II, Ombolata, Onowaembo, Awa’ai di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;

  2. Sebagian kawasan Desa Lololakha, Sihare’o I, Sisobahili II Tanase’o, Onozitoli Tabaloho di Kecamatan Gunungsitoli Selatan;

  3. Sebagian kawasan Desa Gada, Ononamolo II Lot, Orahili Tumori, Hilinakhe, Onozikho di Kecamatan Gunungsitoli Barat;

  4. Sebagian kawasan Desa Hambawa di Kecamatan Gunungsitoli Utara;

  5. Sebagian kawasan Desa Nazalou Lolowua di Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa;dan 6. Sebagian kawasan Desa Simandraolo di Kecamatan Gunungsitoli. Dalam rangka menjaga kawasan lindung agar tetap dilestarikan, rencana perwujudan kawasan hutan lindungnya, meliputi:

  1. Pencegahan alih fungsi kawasan hutan lindung;dan 2. Pengaturan pemanfaatan kawasan hutan lindung.

5.2.2.2. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Kawasan Bawahannya

  Rencana kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di Kota Gunungsitoli adalah kawasan bergambut/mangrove dan kawasan resapan air.

a. Kawasan Bergambut/Mangrove

  Pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi member perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan. Kawasan pantai berhutan bakau yang terdapat di Kota Gunungsitoli terdapat di Kecamatan Gunungsitoli Utara, tepatnya di desa Teluk Belukar dengan luas ± 335 Ha.

  Resapan Air b.

  Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuifer) yang berguna sebagai sumber air. Kawasan resapan air yang ada di Kota Gunungsitoli terdapat seluas ± 928 Ha, yang pada umumnya terdapat menyebar pada bagian Barat wilayah kota, seperti :

  Sebagian Desa Teluk Belukar dan Desa Tetehosi Afia di Kecamatan Gunungsitoli Utara; 1.

  2. Sebagian Desa Madolaoli di Kecamatan Gunungsitoli;

  3. Sebagian Desa Tumori di Kecamatan Gunungsitoli Barat;dan 4. Sebagian Desa Binaka di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  c. Kawasan Sepadan Pantai

  Sempadan pantai adalah kawasan tertentu di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Sempadan pantai penting untuk dikembangkan dimana tujuan pengembangan sempadan pantai adalah untuk melindungi kondisi fisik pantai dan mengurangi tingkat abrasi pantai serta sebagai kawasan penyangga (sabuk pohon) dari terjangan gelombang air laut. Adapun penentuan garis sempadan pantai ditetapkan sebesar 100 kali beda tinggi pasang surut atau 100 meter dari titik pasang tertinggi. Kawasan sempadan pantai yang terdapat di Kota Gunungsitoli terdapat pada kecamatan Gunungsitoli Utara, Kecamatan Gunungsitoli, Kecamatan Gunungsitoli Selatan dan Kecamatan Gunungsitoli idanoi dengan luas ± 384 Ha. Kawasan sepadan pantai tersebut meliputi :

  1. Desa Teluk Belukar, Afia, Olora di Kecamatan Gunungsitoli Utara;

  2. Desa Bawodesolo, Sisahahili Gamo, Moawo, Saewe, Ombolata Ulu, Sifalaete, Miga, Saombo, Pasar Gunungsitoli, Ilir di Kecamatan Gunungsitoli;

  3. Desa Fodo, Luaha Laraga, Ononamolo I Lot Kecamatan Gunungsitoli Selatan;dan

  4. Desa Bawodesolo, Hilimbawodesolo, Dahana, Tuhegeo I, Simanaere, Humene, Siwalubanua II, Fowa, Idano Tae, Binaka Kecamatan Gunungsitoli Idanoi.

  d. Kawasan Sempadan Sungai

  Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi fungsi sungai dari kegiatan budiday yang dapat mengganggu dan merusak kondisi sungai dan mengamankan aliran sungai. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria:

  1. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

  2. Garis sempadan sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditetapkan sebagai berikut:

  • Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetap
  • Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 m sampai dengan 20 m, garis

  sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 15 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;

  • Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 20 m, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 30 m dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.

  3. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  4. Untuk daerah Kota daerah aliran sungai di Kota Gunungsitoli direncanakan akan dilakukan pengendalian berupa membatasan pembangunan yang mengarah ke bibir sungai. Hal ini berguna untuk mencega banjir dan sedimentasi di sekitar sungai.

Tabel 5.1. Kriteria Penetapan Garis Sempadan Sungai

  Kawasan Sempadan Mata Air e.

  Kawasan sekitar mata air, didefinisikan sebagai kawasan disekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.Kawasan sempadan mata air ditetapkan sebesar radius 50 meter. Kawasan sempadan mata air yang terdapat di Kota Gunungsitoli diarahkan pada kawasan mata air yang dijadikan sebagai sumber air minum untuk PDAM maupun mata air yang merupakan sumber mata air non perpipaan, yaitu:

  1. Sumber mata air binaka di Desa Tuhegeo I;

  2. Sumber mata air kalimbungo di Desa Sisobahili Tabaloho;

  3. Sumber mata air moawo di Desa Moawo; d. Sumber mata air tumori di Desa Tumori;

  e. Sumber mata air lasara di Desa Lasara;

  4. Sumber mata air idanoi di Desa Ononamolo I Lot;

  5. Sumber mata air di Desa Tetehosi Afia, Hambawa, Lasara Sowu, Kecamatan Gunungsitoli Utara;

  6. Sumber mata air di Desa Orahili Tumori, Kecamatan Gunungsitoli Barat;

  7. Sumber mata air di Desa Onozitoli Sifaoroasi, Tuhemberua Ulu, Kecamatan Gunungsitoli; Sumber mata air di Desa Ononamolo II Lot, Kecamatan Gunungsitoli Barat; 8.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  9. Sumber mata air di Desa Ombolata, Faekhu, Lolofaoso, Luaha Laraga, dan Onozitoli Tabaloho, Kecamatan Gunungsitoli Selatan;

  10. Sumber mata air di Desa Humene dan Fadoro, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;

  11. Sumber mata air Ziwali di Desa Faekhu Kecamatan Gunungsitoli Selatan;dan Sumber mata air di Hela Desa Teluk Belukar Kecamatan Gunungsitoli Utara.

5.2.3. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

  Kawasan cagar budaya merupakan kawasan pelestarian bangunan fisik serta pelestarian lingkungan alami yang memiliki nilai historis dan budaya Kota Gunungsitoli. Kriteria pengelolaan Kawasan Cagar Budaya :

  1. Kriteria kawasan lindung untuk cagar budaya yaitu tempat serta ruang di sekitar bangunan bernilai budaya tinggi dan situs yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

  2. Ketentuan tentang penguasaan, pemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan benda- benda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

  3. Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;

  4. Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab pemerintah/pemerintah daerah;

  5. Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil atau memindahkanm benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya;

  6. Fungsi bangunan pada kawasan ini dapat berubah dengan mempertahankan bentuk asli bangunan. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan yang dapat dikembangkan di Kota Gunungsitoli meliputi :

  1. Perkampungan Tradisional di Desa Onowaembo Idanoi, Desa Sifalaete Tab, Desa Lololakha, Desa Tumori, Desa Sihare’o Siwahili;

  2. Museum Pusaka Nias di Kelurahan Saombo;dan

  3. Situs batu Megalith Desa Onozitoli Tabaloho, Batu Megalith “Fondrako si Tolu Tua” di Desa Dahadano Gawu-Gawu;

  4. Tempat bersejarah Makam Keramat “Lewato Duada Daeli Sanau Talinga” di Desa Onowaembo Idanoi, “Lewato Sibatua & Tumba Ana'a” di Desa Ononamolo I Lot, dan “Togi Laowomaru” di Desa Fodo.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  Rencana pengelolaan bangunan bersejarah direkomendasikan untuk tetap memfungsikan kondisi awal bangunan tersebut. Namun perlu ditetapkan peraturan bangunan untuk tidak merubah kondisi arsitekur bangunan dan untuk selalu melakukan pemeliharaan agar kondisi bangunan tidak rusak.

5.2.4. Kawasan Rawan Bencana

  Pola ruang kawasan merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu kawasan yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Berdasarkan tingkat kerawanan bencana, maka pola ruang kawasan rawan bencana dapat diperuntukan untuk fungsi lindung dan atau fungsi budi daya. Analisa penentuan pola ruang, struktur ruang, pemanfaatan dan pengendalian ruang kawasan rawan bencana gempabumi dan longsor Kota Gunungsitoli mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 22 Tahun 2007.

  Kawasan rawan bencana alam adalah kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Penentuan kawasan rawan bencana alam dilakukan dengan metode skoring terhadap informasi geologi. Caranya dengan membobot parameter geologi yang berperan dalam penentuan masing-masing kawasan rawan bencana alam geologi dan mengalikan dengan nilai kemampuan dari masing-masing parameter geologi sesuai situasi kondisi wilayahnya. Dengan metode skoring tersebut akan diperoleh tingkat kerawanan masing-maing bencana sesuai dengan aspek fisik atau kondisi geologi masing- masing. Tingkat kerawaan bencana menyatakan tinggi rendahnya atau besar kecilnya kemungkinan suatu kawasan dapat mengalami bencana, serta besarnya korban dan kerugian bila terjadi bencana, dimana pengukurannya berdasarkan kondisi fisik alamiah dan tingkat kerawanan karena aktivitas manusia.

a. Kawasan Rawan Bencana Longsor

  Aspek geologi yang mengontrol terjadinya longsor adalah kemiringan lereng, litologi/batuan, bidang lemah atau struktur geologi dengan faktor pemicu adalah curah hujan. Pembobotan dari masing-masing informasi geologi seperti pada Tabel 5.2 Berdasarkan pembobotan tersebut diperoleh tiga tingkat kerawanan bencana longsor, yaitu kerawanan tinggi, sedang dan tinggi, sedang dan rendah.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  Tabel. 5.2. Pembobotan Informasi Geologi Untuk Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota Gunungsitoli

  Nilai Komponen Klas Komponen Bobot Skor Kemampuan

  1. Kemiringan 0 % – 8 %

  1

  5

  2. Kemiringan 8 % - 25 %

  3

  15 Kemiringan lereng

  3. Kemiringan 25 % - 40 %

  4

  5

  20

  4. Kemiringan > 40 %

  5

  25

  1. Kode : Qa, QTg

  1

  4

  2. Kode : Tml, Tmpg

  5

  20 Batuan

  4

  3. Kode : Tomm

  3

  12 1. 2500 - 3000 mm/thn

  2

  8 Curah hujan 2. 3000 - 3500 mm/thn

  3

  12 3. > 3500 mm/thn

  5

  4

  20 1. < 100 m

  5

  12 Struktur 2. 100 - 500 m

  3

  9 Geologi 3. > 500 m

  1

  3

  3 Secarah alamiah kawasan ini terutama dikontrol oleh batuan yang secara stratigrafi terjadi perselingan antara batulempung dengan batupasir dari Formasi Lolomatua (Tml) yang menyebar dengan kemiringan dominan antara 25 % - 40 % dan setempat dengan kemiringan > 40 %. Pada kawasan tersebut terdapat curah hujan yang tergolong tinggi (3000 – 3500 mm/thn) dan dapat menimbulkan longsor. Kawasan lainnya berada disekitar jalur patahan yang merupakan bidang lemah. Pada saat musim hujan batu lempung (dengan morfologi bergelombang-terjal) mampu menyerap air namun tidak mampu meluluskan air (sifat impermeabel), sehingga beban atau volumenya semakin meningkat mengganggu keseimbangan lereng dan pada akhirnya terjadi longsoran terutama di tebing-tebing jalan atau sungai. Proses pelapukan batuan menjadi tanah dengan ketebalan yang signifikan yang juga dipicu curah hujan yang tinggi juga memudahkan terjadi longsoran terutama bila berada pada kawasan yang memiliki kemiringan signifikan. Seperti hanya kawasan kerawanan tinggi, kawasan ini juga masih dikontrol kondisi stratigrafi batuan sedimen dari Formasi Lolomatua (Tml), namun sebarannya membentuk kemiringan yang lebih rendah atau dominan kemiringan 15 % - 25 % dan dengan curah hujan yang tergolong sedang untuk memicu terjadinya longsor (2500 – 3000 mm/thn). Potensi longsor dikawasan ini lebih rendah, dikarenakan kawasannya dominan dikontrol oleh kemiringan lereng yang < 15 %, beberapa tempat berkemiringan mencapai 25 %

  RENCANA TERPADU PROGRA Kota Gunungsitoli

  atau dominan bermorfologi dataran – miring dengan curah hujan sedang (2500-3000 mm/thn) hingga akan sangat jarang atau tidak terjadi longsoran. Berdasarkan hal tersebut, maka pola ruang untuk kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan tinggi harus difungsikan sebagai kawasan lindung terbatas. Kawasan rawan bencana longsor yang ada di Kota Gunungsioli meliptuti : 1. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli; 2. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Utara; 3. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa; 4. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Barat; 5. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;dan 6. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Selatan.

Gambar 5.3 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota Gunungsitoli b.

  Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Parameter geologi yang digunakan dalam penentuan kawasan rawan bencana gempabumi adalah sifat fisik batuan, kemiringan lereng, struktur geologi serta kondisi kegempaan Tabel 5.3. Terdapat dua tingkat kerawanan bencana gempabumi, yaitu

  

OGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (

Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  atau dominan bermorfologi dataran – miring dengan curah hujan sedang (2500-3000 mm/thn) hingga akan sangat jarang atau tidak terjadi longsoran. Berdasarkan hal tersebut, maka pola ruang untuk kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan tinggi harus difungsikan sebagai kawasan lindung terbatas. Kawasan rawan bencana longsor yang ada di Kota Gunungsioli meliptuti : 1. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli; 2. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Utara; 3. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa; 4. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Barat; 5. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;dan 6. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Selatan.

Gambar 5.3 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota Gunungsitoli b.

  Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Parameter geologi yang digunakan dalam penentuan kawasan rawan bencana gempabumi adalah sifat fisik batuan, kemiringan lereng, struktur geologi serta kondisi kegempaan Tabel 5.3. Terdapat dua tingkat kerawanan bencana gempabumi, yaitu

  H (RPI2JM) Kota Gunungsitoli

  atau dominan bermorfologi dataran – miring dengan curah hujan sedang (2500-3000 mm/thn) hingga akan sangat jarang atau tidak terjadi longsoran. Berdasarkan hal tersebut, maka pola ruang untuk kawasan rawan bencana longsor dengan tingkat kerawanan tinggi harus difungsikan sebagai kawasan lindung terbatas. Kawasan rawan bencana longsor yang ada di Kota Gunungsioli meliptuti : 1. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli; 2. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Utara; 3. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa; 4. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Barat; 5. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;dan 6. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Selatan.

Gambar 5.3 Peta Kawasan Rawan Bencana Longsor Kota Gunungsitoli b.

  Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi Parameter geologi yang digunakan dalam penentuan kawasan rawan bencana gempabumi adalah sifat fisik batuan, kemiringan lereng, struktur geologi serta kondisi kegempaan Tabel 5.3. Terdapat dua tingkat kerawanan bencana gempabumi, yaitu

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  1

  4

  20

  3. Intensitas rendah

  3

  15

  4. Intensitas sangat rendah

  1

  5 Kemiringan lereng

  1. Kemiringan 0 % – 8 %

  5

  25

  5

  2. Kemiringan 8 % -25 %

  2

  10

  3. Kemiringan 25 % - 40 %

  3

  15

  4. Kemiringan > 40 %

  4

  2. Intensitas sedang

  5

  kawasan rawan bencana gempa tingkat kerawanan tinggi dan tingkat kerawanan sedang (lihat peta kawasan rawan bencana gempa, Peta 5.4). Data kegempaan yang digunakan dalam menganalisa tingkat kerawanan bencana gempa adalah data keterjadian gempa selama sepuluh tahun (2000-2009).

  20

  Tabel. 5.3. Pembobotan Informasi Geologi Untuk Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi

  Komponen Klas Komponen Nilai Kemampuan Bobot Skor

  Batuan

  1. Kode : Qa, QTg

  5

  5

  25

  2. Kode : Tml, TmPg,

  4

  3. Kode : Tomm

  5

  1

  5 Struktur 1. < 100 m

  5

  4

  20 2. 100 - 500 m

  3

  12 3. > 500 m

  1

  4 Kegempaan

  1. Intensitas tinggi

  20 Data kegempaan yang dianalisa hanya data keterjadian gempa (di darat dan di laut pantai barat dan timur) kurun waktu sepuluh tahun dengan kekuatan gempa yang secara umum tergolong rendah. Artinya bila kekuatan gempa yang bersumber dari patahan di laut dan di darat meningkat maka tingkat kerentanan dimasing-masing juga akan meningkat.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

Gambar 5.4 Peta Kawasan Rawan Bencana Gempabumi Kota Gunungsitoli

c. Kawasan Rawan Bencana Tsunami

  Penentuan kawasan rawan bencana tsunami di dasarkan pada pada beda tingi dataran pantai terhadap garis pantai, bentuk morfologi pantainya serta bentuk geometri pantainya (bentuk teluk atau pantai lurus). Berdasarkan hal tersebut tingkat kerawanan kawasan rawan bencana tsunami dibagi atas tiga tingkat, yaitu kerawanan tinggi, sedang dan rendah (lihat peta kawasan rawan bencana tsunami, Peta 5.5.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

Gambar 5.5 Peta Kawasan Rawan Bencana Tsunami Kota Gunungsitoli

d. Banjir

  Berdasarkan hukum air dan gravitasi, wilayah yang berpotensi banjir adalah daerah dataran yang relatif rendah.Menurut buku Inventarisir Geologi Teknik Daerah Kabupaten Nias dan sekitarnya (Direktorat Geologi Teknik, 2006), daerah banjir yang sering terjadi umumnnya pada pantai barat, timur dan selatan Pulau Nias.Di daerah timur pulau Nias kawasan rawan bencana

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  banjir berada di daerah Kecamatan Gunungsitoli dan Kecamatan Gunungsitoli Utara. Khususnya daerah Gunungsitoli sering terkena banjir akibat meluapnya Sungai Nou Daerah yang sering terkena banjir ini di Kota Gunungsitoli meliputi :

  a. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli;

  b. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Barat;

  c. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Idanoi;dan d. sebagian kawasan Kecamatan Gunungsitoli Selatan. Dari uraian ketiga kawasan rawan bencana yang ada di Kota Gunungsitoli, dapat disimpulkan bahwa pola ruang untuk semua kawasan rawan bencana yang tingkat kerawanannya tergolong tinggi difungsikan sebagai kawasan lindung.Sedangkan yang memiliki tingkat kerawanan sedang dan rendah difungsikan sebagai kawasan budi daya.

  Tabel. 5.4. Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana Kota Gunungsitoli Kawasan Rawan Tingkat Pola Ruang

  Bencana Kerawanan Tinggi Kawasan fungsi lindung

  Sedang Longsor

  Kawasan fungsi budi daya Rendah

  Tinggi Kawasa fungsi lindung Gempabumi

  Sedang Kawasan fungsi budi daya Tsunami Tinggi Kawasa fungsi lindung

  Sedang Kawasan fungsi budi daya

  Rendah

  Melihat tingginya potensi bencana alam geologi di Kota Gunungsitoli dengan tingkat kerawanannya yang tinggi, hendaknya dilakukan tindak lanjut berupa analisa atau pemetaan resiko bencana. Data atau peta kawasan rawan bencana yang ada ini dapat dijadikan bahan analisa, selain harus menganalisa tingkat kerawanan dan kapasitas/kemmpuan dari kawasan rawan bencananya. Karena tinggi rendahnya resiko bencana tergantung pada hasil perkalian antara potensi bencana terhadap tingkat kerawanan yang dibagi dengan tingkat kemampuan/kapasitas wilayah. Artinya belum tentu kawasan yang memiliki kerawanan atau potensi bencana tinggi juga memiliki resiko bencana yang tinggi atau sebaliknya. Semuanya tergantung bagaimana tingkat kerawanan dan kapasitas yang ada di kawasan rawan bencana tersebut.Untuk kawasan yang secara alamiah memiliki tingkat bencana yang tinggi, maka pengurangan resiko bencana dapat dilakukan dengan tindakan pengurangan tingkat kerentanan dan peningkatan tingkat kemampuan/kapasitas.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  e. Rencana Mitigasi

  Tindakan mitigasi dapat dilakukan dengan melakukan tata ruang yang berwawasan kebencanaan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya bencana, terutama untuk bencana longsor dan banjir atau meminimalisasi dampak bencana guna mengurangi jatuhnya korban pada bencana gempa bumi dan tsunami yang memang tidak dapat dicegah.Secara umum rencana mitigasi bencana yang dapat dilakukan di Kota Gunungsitoli adalah dengan menjadikan kawasan-kawasan yang rawan terhadap bencana menjadi kawasan lindung, namun kawasan tersebut masih dapat digunakan sebagai kawasan budidaya dan semaksimal mungkin tidak dijadikan kawasan pemukiman.

  f. Rencana Mitigasi Bencana Gempabumi dan Tsunami

  Unsur-unsur tata ruang di wilayah yang berpotensi terkena bencana gempa dan tsunami meliputi : (1) bangunan penyelamatan; (2) jalur penyelamatan; (3) sabuk pohon; (4) sistem peringatan dini; dan (5) kesadaran publik tentang penyelamatan dari bencana.

  Rencana Mitigasi Bencana Longsor g.

  Kondisi topografi Kota Gunungsitoli yang bergelombang hingga berbukit-bukit, menyebabkan kawasan ini berpotensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama pada kawasan bagian Barat (bagian Tengah Pulau Nias) Kota Gunungsitoli. Tanah longsor dapat dicegah dengan menjaga kelestarian fungsi hutan disekitar kawasan yang mempunyai kemiringan lereng diatas 25%. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya tanah longsor antara lain :

  1. Menghindari kegiatan budidaya pada kawasan hutan lindung;

  2. Melakukan penghijauan kembali atau penanaman pohon pada kawasan hutan yang sudah rusak/gundul;

  3. Menjaga kelestarian dan mengembalikan fungsi hutan; Menghindari kegiatan budidaya, terutama permukiman pada lahan dengan 4. kemiringan di atas 25%; Pada kawasan ini sebaiknya dikembangkan tanaman keras atau tahunan yang dapat berfungsi sebagai kawasan penyangga.

  h. Rencana Mitigasi Untuk Banjir

  Kawasan perkotaan Gunungsitoli terdapat beberapa daerah yang sering terkena banjir, seperti kawasan permukiman yang terdapat disepanjang sungai Nou, seperti Kelurahan Pasar Gunungsitoli, Ilir dan Desa Mudik. Untuk mencegah terjadinya banjir tersebut maka dapat dilakukan kegiatan pengamanan pada kawasan hutan disekitar hulu sungai dan penataan kawasan permukiman disekitar sempadan sungai.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  Dalam upaya untuk mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh bencana termasuk kewaspadaan dan upaya-upaya jangka panjang, maka Perlu direncanakan Ruang Evakuasi Bencana yang dapat berfungsi sebagai ruang evakuasi masyarakat jika terjadi bencana. Adapun ruang evakuasi bencana menyebar di selurh wilayah Kota Gunungsitoli, yaitu:

  1. Kecamatan Gunungsitoli, tepatnya di :

  a. Hilihati (Tower TVRI), Kelurahan Pasar;

  b. Bukit Onozitoli, Desa Onozitoli;

  c. Kompleks Laverna, Desa Saombo;

  d. Bukit Ombolata, Desa Ombolata;

  e. Bukit Lasara bahili, Desa Lasara bahili;

  f. Bukit Sisobahili, Desa Sisobahili;

  g. Mega Hill, Desa Sifalaete; h. Buki Sihare’o (Lauru) Desa Miga.

  2. Kecamatan Gunungsitoli Selatan, tempatnya di :

  a. SMA Negeri Sukma Nias, Perkantoran Pemerintah Kabupaten Nias, Desa Ononamolo I Lot;

  b. Puncak Laowomaru, Desa Fodo;

  c. Desa Ombolatasimanari;

  d. Desa Sihare’o I Tabaloho;

  e. Tetehosi Ombolata;

  f. Desa Mazingo Tabaloho;

  g. Desa Lolofaoso Tabaloho; dan h. Desa Sisobahili II Tanose’o.

  3. Kecamatan Gunungsitoli Utara, tempatnya di:

  a. Jalan Hela dusun III, Desa Teluk Belukar;

  b. Yayasan Sekolah Lentera Harapan, Desa Afia;

  c. Lapangan MIN Center, Desa Olora;

  d. Desa Afia;

  e. Desa Tetehosi Afia;

  f. Desa Hambawa;dan g. Gereja Bouso, Desa Loloana’a Lolomoyo.

  4. Kecamatan Gunungsitoli Barat

  a. Jalan Hela dusun III, Desa Teluk Belukar;

  b. Yayasan Sekolah Lentera Harapan, Desa Afia;

  c. Lapangan MIN Center, Desa Olora;

  d. Desa Afia;

  e. Desa Tetehosi Afia;

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  f. Desa Hambawa;dan g. Gereja Bouso, Desa Loloana’a Lolomoyo.

  5. Kecamatan Gunungsitoli Idanoi

  a. Dusun II Desa Onowaembo Idanoi;

  b. Desa Helefanikha;

  c. Perbukitan Simanaere, Desa Simanaere;

  d. Perbukitan di depan Rumah Kepala Desa Binaka, Desa Binaka;dan e. Desa Tetehosi Fowa.

  6. Kecamatan Gunungsitoli Alo’oa

  a. SD Nazalou Alo’oa Dusun III, Desa Nazalou Alo’oa;

  b. Gereja Maranata, Desa Lololawa;

  c. Gereja Tarakhaini, Desa Tarakhaini;dan d. Desa Botogawu, Desa Fadoro You.

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

Gambar 5.6 Peta Mitigasi Bencana Kota Gunungsitoli

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

5.2.5. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

  Ruang Terbuka Hijau dipersyaratkan dalam UU No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang, bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota 20 (dua puluh) persen ruang terbuka hijau publik dan 10 (sepuluh) persen ruang terbuka hijau privat.

  Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Kawasan ruang terbuka hijau selain berfungsi sebagai paru-paru kota, berfungsi sebagai salah satu unsur pembentuk struktur tata ruang kota dan dalam pola ruang merupakan kawasan yang dapat berfungsi menunjang fungsi lindung. Pengelolaan kawasan/ruang terbuka hijau ini secara umum meliputi :

  1. Pembatasan pendirian bangunan-bangunan, kecuali yang memiliki fungsi sangat vital atau bangunan-bangunan yang merupakan penunjang dan menjadi bagian dari kawasan ruang terbuka hijau.

  2. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau sebagai bagian dari pengembangan fasilitas umum dan taman-taman kota/ lingkungan

  RENCANA TERPADU PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) Kota Gunungsitoli 2016 - 2020

  3. Pengembangan kawasan ruang terbuka hijau sebagai pembatas antara kawasan industri dengan kawasan fungsional lain di sekitarnya, terutama kawasan permukiman. Untuk menghitung kebutuhanluas RTH publik Kota Gunungsitoli digunakan metode perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan persentase yang kemudian dikaitkan dengan kebijakan yang terbaru yaitu Undang-undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Kondisi Eksisting RTH privat di Kota Gunungsitoli seluas kurang lebih 148 Ha atau sekitar kurang lebih 0,5 persen dari luas wilayah kota, meliputi:

  1. RTH pekarangan rumah tinggal seluas 125 Ha;

  2. RTH kawasan peruntukan perdagangan dan jasa seluas 3 Ha;

  3. RTH kawasan peruntukan pariwisata seluas 8,6 Ha;

  4. RTH kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan seluas 2,7 Ha;

  5. RTH kawasan peruntukan perkantoran seluas 214 Ha; dan 6.