BAB II GAMBARAN PROFIL WILAYAH KABUPATEN KUDUS - DOCRPIJM 842fc76fd2 BAB IIBAB II GAMBARAN PROFIL DAERAH x
Laporan Akhir
BAB II
GAMBARAN PROFIL WILAYAH
KABUPATEN KUDUS
2.1 PROFIL GEOGRAFI
2.1.1.
Kondisi Geografi Daerah
Luas wilayah Kabupaten Kudus adalah: 42.516 Ha, terbagi menjadi 9 Kecamatan yang terdiri dari
123 desa, 9 kelurahan. Adapun penjabaran mengenai luas wilayah, banyaknya desa, kelurahan, dukuh, RT
dan RW dapat dilihat pada tabel II-1.
TABEL II-1.
PEMBAGIAN DAN LUAS WILAYAH ADMINISTRASI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No
Nama Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Desa
Kelurahan
Dukuh
RW
1
Kaliwungu
3.271
15
0
48
67
441
2
Kota
1.047
16
9
60
110
495
3
Jati
2.630
14
0
51
78
375
4
Hundan
7.177
16
0
31
63
357
5
Mejobo
3.677
11
0
32
69
341
6
Jekulo
8.292
12
0
45
85
443
7
Bae
2.332
10
0
38
51
281
8
Gebog
5.506
11
0
44
81
432
9
Dawe
8.584
18
0
85
104
559
42.516
123
9
434
708
3.724
Jumlah
RT
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
GAMBAR 2.1.
GRAFIK PEMBAGIAN DAN LUAS WILAYAH ADMINISTRASI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 1
Laporan Akhir
2.1.1.1
Sumber Daya Air
A. Air Permukaan
Air permukaan yang dimaksud disini adalah sungai yang berair sepanjang musim dan sungai yang
bersifat musiman (intermitten). Sungai yang mengalir sepanjang tahun diantaranya adalah Kali Serang,
dimana sungai tersebut sejak tahun 1968 ditangani oleh proyek Jratunseluna, Departemen Pekerjaan Umum,
untuk dimanfaatkan sebagi sumber air irigasi, air bersih dan tenaga listrik. Di daerah perbukitan khususnya
pada musim kemarau, sungai-sungai menjadi kering, setempat dijumpai sungai yang berair dengan debit
sangat kecil.
Air permukaan merupakan air yang ada di permukaan tanah, baik berupa sungai ataupun danau. Di
daerah penyelidikan, air permukaan umumnya dijumpai berupa sungai utama dengan cabang sungainya,
sedangkan ranting sungai yang terutama berada di daerah perbukitan umumnya berupa sungai musiman
atau kering di musim kemarau dan hanya berair di musim hujan.
Informasi rinci mengenai besarnya aliran permukaan di daerah penyelidikan ini tidak diperoleh di
lapangan, kendala utama yang dihadapi adalah relatif luasnya daerah penyelidikan, dimana pencatatan debit
sungai hanya terbatas pada beberapa cabang sungai besar yang dimanfaatkan untuk pertanian di bagian
tengah daerah penyelidikan.
B. Air Bawah Tanah
Berdasarkan atas jumlah, mutu dan kemudahan untuk mendapatkan air tanahnya, daerah
penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) wilayah potensi air tanah, yakni :
1) Potensi Air tanah sedang pada Akuifer Dangkal dan Tinggi Pada Akuifer Dalam. Wilayah ini
terdapat di sebelah barat Kudus, pada bentang alam kaki gunungapi di bagian tengah daerah
penyelidikan, meliputi 2 (dua) wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara.
Akuifer Dangkal terdapat pada kedalaman antara 0,75–45,0 mbmt dengan ketebalan akuifer yang tidak
merata di semua tempat, umumnya kurang dari 15,0 m. Tercatat MAT berkisar antara 0,5–11,5 mbmt, K
= 0,003–5,4 m/hari, T = 10,45-28,50 m2/hari, Qs = 0,09–0,281 l/detik/m, Qopt = 2,1–3,51 l/detik dengan
jarak antar sumur 35–67 m. Secara umum, mutu air tanah tegolong baik untuk keperluan air minum.
Akuifer Dalam umumnya terdapat pada kedalaman 40–124 mbmt, dengan MAT = 1,5–25,0 mbmt,
dimana hasil penyelidikan geolistrik menunjukkan adanya lapisan penyekat berupa batulempung dan tuf
lempungan yang memisahkan dengan akuifer dangkal pada bagian atasnya.
Hasil uji pemompaan yang dilakukan di wilayah ini menunjukkan nilai T = 125,4-726,7 m2/hari, qs =
1,24–3,4 l/detik/m dan Qopt dapat mencapai lebih dari 10 l/detik, dengan jarak antar sumur berkisar
antara 100–170 m.
2) Potensi Air tanah Sedang Pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam. Wilayah ini terdapat pada
bentang alam kaki gunungapi di bagian tengah daerah penyelidikan, meliputi 2 wilayah kabupaten yaitu
Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara.
Akuifer dangkal umumnya terdapat pada kedalaman 0,65–35,0 mbmt, dimana ketebalan akuifer ratarata kurang dari 35,0 m di sekitar Kudus, kemudian menebal sampai lebih kurang 45 m ke arah barat.
Kedudukan muka air tanah (MAT) berkisar antara 0,60–12 mbmt, dengan buaian muka air tanah
tertinggi mencapai lebih kurang 1,5 m dijumpai di bagian utara pada daerah G. Muria di utara Kudus,
nilai koefisien kelulusan (k) mencapai 1,57 m/hari, keterusan akuifer (T) antara 10,45–28,50 m2/hari,
debit jenis (Qs) 0,09–0,28 l/detik/m, serta debit optimum (Qopt.) mencapai 2,1–2,35 l/detik dengan jarak
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 2
Laporan Akhir
3)
4)
5)
antar sumur antara 35 sampai 67 m. Secara umum, kualitas air tanah dangkal tergolong baik untuk
keperluan air minum.
Akuifer dalam di wilayah ini berada pada kedalaman 30–125 mbmt, dengan MAT 1,5–25,0 mbmt, K
mencapai 13,248 m/hari, T berkisar antara 97–210 m2/hari, Qs 1,24–3,41 l/detik/m, Qopt dapat
mencapai 2,1–8,90 l/detik dengan perhitungan jarak antar sumur mencapai 110–185 m. Mutu air tanah
tergolong baik untuk keperluan air minum.
Potensi Air tanah Rendah Pada Akuifer dangkal dan Sedang pada Akuifer Dalam. Wilayah ini
menempati bagian bawah dari lereng–kaki gunungapi dan sebagian dataran, dengan sebaran di bagian
tengah daerah penyelidikan, sebagian besar penyebarannya meliputi Kabupaten Kudus dan Kabupaten
Jepara, sebagian kecil meliputi wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten Pati.
Akuifer dangkal terdapat pada kedalaman antara 0,75–25,0 mbmt dengan ketebalan akuifer yang tidak
merata di semua tempat, umumnya kurang dari 15,0 m di daerah dataran dan menebal ke arah
gunungapi di utara. Tercatat MAT berkisar antara 0,5–11,5 mbmt, K = 0,004–1,15 m/hari, T = 8,73–11,8
m2/hari, Qs = 0,09–0,11 l/detik/m, Qopt = 0,2–1,5 l/detik dengan jarak antar sumur 20–45 m. Secara
umum, mutu air tanah tergolong baik untuk keperluan air minum, namun di beberapa tempat dijumpai
sisipan-sisipan akuifer yang mengandung air tanah payau/asin, yang diyakini karena proses
pembentukan litologi akuifernya dipengaruhi kondisi genang laut (transgresi).
Akuifer dalam umumnya terdapat pada kedalaman 20–135 mbmt, dengan MAT = 1,5–12,0 mbmt, T =
97–210 m2/hari, Qs = 1,24–3,4 l/detik/m dan Qopt dapat mencapai 2,1–10 l/detik, dengan jarak antar
sumur berkisar antara 110–195 m. Secara umum mutu air tanahnya tergolong baik untuk keperluan air
minum.
Potensi Air tanah Rendah pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam. Wilayah ini menempati bagian
puncak dan lereng atas gunungapi Muria di wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak, serta
sebagian daerah dataran di bagian tenggara daerah penyelidikan pada wilayah Kabupaten Pati.
Akuifer dangkal, kedudukan akuifer berada pada kedalaman 0,75–35 mbmt, MAT = 0,5–30 mbmt, K
bervariasi 0,035–1,15 m/hari dan T = 6,5–10,5 m2/hari, serta penghitungan Qs = 0,06–0,08 l/detik/m
dan Qopt = 0,3–12 l/detik dengan jarak antar sumur rata-rata 21–42 m. Mutu air tanah untuk keperluan
air minum tergolong baik, namun di daerah dataran perlu diwaspadai adanya sisipan-sisipan akuifer
yang mengandung air tanah payau/asin.
Akuifer dalam umumnya terdapat pada kedalaman 20–95 mbmt, MAT berkisar antara 5,0 dan 24,0
mbmt, T = 49,2–104,5 m2/hari, Qs = 0,34–0,85 l/detik/m dan penghitungan Qopt = 0,35–1,46 l/detik
dengan jarak antar sumur = 125–175 m. Secara umum, mutu air tanah tergolong baik untuk keperluan
air minum, namun setempat di daerah dataran wilayah Pati terdapat sisipan akuifer yang mengandung
air tanah payau atau asin.
Potensi Air tanah Nihil pada Akuifer Dangkal dan Rendah pada Akuifer Dalam. Sebaran wilayah
potensi air tanah ini terdapat di bagian selatan daerah penyelidikan, sebagian besar berada di wilayah
Kabupaten Demak dan Kabupaten Kudus, serta sebagian kecil berada di wilayah Kabupaten Pati dan
Kabupaten Jepara.
Akuifer dangkal umumnya memiliki kualitas jelek, kandungan klorida >600 mg/l dan tidak dapat
dimanfaatkan untuk keperluan air minum, setempat terdapat lapisan pasir atau pasir lempungan yang
mengandung air tanah tawar.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 3
Laporan Akhir
6)
Akuifer dalam di wilayah ini berada pada kedalaman 35–140 mbmt, dengan MAT rata-rata antara 1,5–24
mbmt, K mencapai 1,63 m/hari, T = 49,2–104,5 m2/hari, Qs = 0,34–0,85 l/detik/m, serta Qopt mencapai
0,35–1,45 l/detik dengan penghitungan jarak antar sumur mencapai 115–145 m. Mutu air tanah
umumnya baik untuk keperluan air minum, namun setempat dijumpai sisipan akuifer yang mengandung
air tanah payau atau asin.
Potensi Air tanah Nihil pada Akuifer Dangkal dan Dalam. Penyebaran wilayah potensi air tanah ini
berada di daerah pantai di bagian barat daerah penyelidikan.
Di dalam wilayah potensi air tanah ini, pemanfaatan air tanah untuk keperluan air minum tidak mungkin
dilakukan karena kualitasnya jelek, terutama disebabkan oleh genesa akuifernya yang terbentuk dalam
lingkungan pengendapan laut pada saat proses transgesi berlangsung, sedangkan akuifer dangkal
dipengaruhi oleh peristiwa pasang air laut yang terus berlangsung hingga saat ini.
2.1.1.2
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan berdasarkan fungsi tanah di Kabupaten Kudus, terluas berupa lahan pertanian
sawah dengan luas 20.691 Ha (48,67%). Lahan pertanian sawah terluas terdapat di Kecamatan Undaan
dengan luas 5.805 Ha. Penggunaan lahan bukan sawah di Kabupaten Kudus seluas 7.680 Ha (17,91%),
dengan lahan sawah terluas di Kecamatan Dawe dengan luas 3.414 Ha. Penggunaan lahan di Kabupaten
Kudus meliputi fungsi lahan kering seluas 7.615 Ha, sedangkan fungsi lahan basah/persawahan seluas
20.691 Ha. Penggunaan lahan kering meliputi fungsi tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, hutan rakyat,
tambak/kolam/empang, dan lainnya. Sedangkan fungsi lahan basah meliputi lahan irigasi teknis, irigasi
setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa, dan tadah hujan.
Penggunaan lahan kering meliputi tegalan/kebun 77%, ladang/huma 4% hutan rakyat 2%,
perkebunan 1% dan penggunaan lainnya 16%. Sedangkan fungsi lahan persawahan meliputi sawah irigasi
teknis 31%, sawah setengah teknis 25%, sawah irigasi sederhana 12% dan sawah tadah hujan 28%. Adapun
penjelasan mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Kudus, dapat dilihat pada tabel II-2, tabel II-3 dan
tabel II-4.
TABEL II-2.
LUAS PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No
Kecamatan
Lahan Sawah
(Ha)
Lahan Bukan Sawah
(Ha)
Jumlah
(Ha)
1.984
407
2.391
1
Kaliwungu
2
Kota
174
49
223
3
Jaati
1.038
165
1.203
4
Undaan
5.805
200
6.005
5
Mejobo
1.812
103
1.915
6
Jekulo
4.277
1.096
5.373
7
Bae
881
286
1.167
8
Gebog
2.052
1.895
3.947
9
Dawe
2.668
3.414
6.082
20.691
7.615
28.306
Jumlah
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 4
Laporan Akhir
GAMBAR 2.2.
GRAFIK PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
TABEL II-3.
PENGGUNAAN LAHAN SAWAH SECARA PENGAIRAN
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010 (Ha)
No
Kecamatan
Teknis
1/2 Teknis
Sederhana
Irigasi
Desa/Non
PU
Tadah
Hujan
Jumlah
1
Kaliwungu
321
178
130
0
1.355
1.984
2
Kota
20
90
0
0
64
174
3
Jati
224
302
0
0
512
1.038
4
Undaan
4.840
965
0
0
0
5.805
5
Mejobo
209
618
26
0
959
1.812
6
Jekulo
803
1.084
1.003
0
1.387
4.277
7
Bae
0
456
15
0
410
881
8
Gebog
0
976
885
0
191
2.052
9
Dawe
90
466
435
807
870
2.668
Jumlah
6.507
5.135
2.494
807
5.748
20.691
Persentase (%)
31%
25%
12%
4%
28%
100%
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus,
Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 5
Laporan Akhir
TABEL II-4.
PENGGUNAAN LAHAN KERING
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No
Kecamatan
Tegal/
kebun
(Ha)
Ladang/
huma
(Ha)
perkebunan
(Ha)
Hutan
Rakyat
(Ha)
Tambak/
kolam
(Ha)
Lainlain
(Ha)
Jumlah
(Ha)
1
Kaliwungu
251
0
0
0
0
156
407
2
Kota
49
0
0
0
0
0
49
3
Jati
0
165
0
0
0
0
165
4
Undaan
200
0
0
0
0
0
200
5
Mejobo
0
103
0
0
0
0
103
6
Jekulo
1.090
0
2
0
2
2
1.096
7
Bae
286
0
0
0
0
0
286
8
Gebog
1.304
0
0
0
0
591
1.895
9
Dawe
2.708
0
112
126
2
466
3.414
Jumlah
5.888
268
114
126
4
1.215
7.615
Persentase (%)
77
4
1
2
0
16
100
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus,
Kudus Dalam Angka 2011
2.1.1.3
Bencana Alam
A. Banjir
Berdasarkan RTRW Kabupaten Kudus tahun 2011-2031, kawasan rawan bencana alam meliputi
kawasan rawan tanah longsor dan kawasan rawan banjir. Kawasan rawan longsor antara lain: Desa Rahtawu
Kecamatan Gebog, Desa Menawan Kecamatan Gebog, Desa Terban Kecamatan Jekulo, Desa Ternadi
Kecamatan Dawe, Desa Soco Kecamatan Dawe, Desa Colo Kecamatan Dawe, Desa Japan Kecamatan
Dawe, Desa Cranggang Kecamatan Dawe, Desa Glagah Kulon Kecamatan Dawe, dan Desa Kuwukan
Kecamatan Dawe. Sedangkan kawasan rawan banjir antara lain: Kecamatan Undaan, Kecamatan Jekulo
bagian selatan, Kecamatan Mejobo bagian selatan, Kecamatan Jati bagian selatan, dan Kecamatan
Kaliwungu bagian selatan.
Banjir yang terjadi di Kabupaten Kudus diakibatkan oleh berkurangnya kawasan resapan,
sedimentasi dan faktor alam (curah hujan yang tinggi), di samping karena memang kondisi topografi yang
cenderung datar. Banjir tahunan yang melanda ini menimbulkan kerugian baik moril maupun materiil serta
juga menelan korban jiwa.
B. Gerakan Tanah
Setelah dilakukan analisis dengan mempertimbangkan 4 (empat) faktor, yaitu geologi, keairan,
kelerengan dan tata guna lahan, maka Kabupaten Kudus dapat dibagi menjadi 4 zona kerentanan gerakan
tanah, yaitu sebagai berikut :
1) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah.
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga
sangat jarang atau tidak pernah terjadi adanya gerakan tanah. Di Kabupaten Kudus mempunyai tebal tanah
berkisar dari 0,5 – 4 m. Terdapat pada daerah datar sampai sedikit landai dengan kemiringan lereng 0-5%
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 6
Laporan Akhir
sampai dengan < 15%, wilayahnya meliputi Kecamatan Undaan, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Gebog,
Kecamatan Dawe dan Kecamatan Jekulo. Batuan terdiri dari endapan alluvial dan sebagian tuf, tuf pasiran
dari Formasi Tuf Muria. Lahan umumnya digunakan sebagai permukiman, sawah, pasar, tambak dan
perkantoran.
2) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga jarang
terjadi adanya gerkan tanah. Bahkan bila kondisi kelerengan diganggu tidak akan membentuk gerakan tanah,
karena tanah di daerah ini umumnya telah teguh. Gerakan tanah yang terjadi di jumpai di lereng-lereng
sungai karena adanya gerusan aliran sungai.
Di Kabupaten Kudus mempunyai tebal tanah berkisar 0,3-5 m. Terdapat pada daerah datar sampai
terjal, lereng umumnya berkisar antara 5% sampai dengan 15%, di lembah sungai bagian atas kadar lereng
sampai >50%, wilayahnya meliputi sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan,
Kecamatan Gebog dan Kecamatan Mejobo. Batuan terdiri dari tuf, tuf pasiran kadang dari Formasi Tuf Muria.
Lahan umumya digunakan sebagai hutan sejenis, sawah, tegalan dan permukiman.
3) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga
kadang-kadang terjadi adanya gerakan tanah, bila kondisi kelerengan diganggu. Karena tanah di daerah ini
umumnya sebagian masih merupakan tanah lepas-lepas yang menumpang di batuan dasarnya. Gerakan
tanah dijumpai di lereng-lereng yang terjal dan mengarah ke lembah sungai. Penyebab gerakan tanah di zona
ini umumnya disebabkan oleh kondisi tanah yang belum teguh dan gerusan air sungai yang membentuk
tebing terjal dan kelerengan tinggi. Tebal tanah berkisar antara 0,5–10 m. Terdapat pada daerah
bergelombang sampai terjal, lereng umumnya berkisar antara 30-50% sampai dengan >70%, di lembah
sungai, wilayahnya meliputi daerah Gunung Paliyan sebelah utara dan Kecamatan Gebog. Batuan terdiri dari
tuf, tuf pasiran, breksi andesit dari Formasi Tuf Muria, lava dari Formasi Lava Muria dan Batupasir–Gamping
dari Formasi Patiayam. Lahan umumnya digunakan sebagai hutan sejenis, hutan heterogen dan pemukiman.
4) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga sering
terjadi adanya gerakan tanah. Gerakan tanah lama maupun baru akan sering terjadi. Faktor penyebab
gerakan tanah di daerah ini karena kondisi tanah lapuk yang menumpang di batua segar, kelerengan terjal
dan sebagian terjadi karena adanya penggundulan hutan. Tebal tanah berkisar 0,3 - >5m. Terdapat pada
daerah bergelombang sampai terjal, lereng umumnya berkisar antar 50-70% sampai dengan >70%, di
lembah sungai, wilayahnya meliputi Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe dan puncak Muria bagian selatan.
Batuan terdiri dari tuf, tuf pasiran, breksi andesit dan lava dari Formasi Lava Muria, batupasir dari Formasi
Patiayam. Lahan umumnya digunakan sebagai tegalan, hutan heterogen.
2.1.2.
Gambaran Fisiografi Daerah
Wilayah Kabupaten Kudus memiliki topografi yang beragam yaitu ketinggian wilayah yang berkisar
antara 5-1600 m di atas permukaan air laut. Wilayah yang memiliki ketinggian terendah, yaitu 5 meter di atas
permukaan air laut berada di Kecamatan Undaan. Sedangkan wilayah dengan ketinggian tertinggi berada di
Kecamatan Dawe, yang berupa dataran tinggi dengan ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Kudus memiliki kelerengan yang bervariasi, yaitu:
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 7
Laporan Akhir
Kelerengan 0-8%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief datar.
Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Undaan, Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Kaliwungu,
Kecamatan Mejobo, sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Bae.
Kelerengan 8-15%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief landai.
Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan, Kecamatan
Gebog dan Kecamatan Mejobo.
Kelerengan 15-25%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief
bergelombang dan agak curam. Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Dawe dan Gunung Paliyan bagian
Timur.
Kelerengan 25-45%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan perbukitan struktural dengan relief berbukit
kecil dan curam. Kelerengan ini terdapat di daerah Gunung Paliyan bagian utara, Kecamatan Gebog,
Kecamatan Dawe, Kecamatan Jekulo.
Kelerengan >45%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan perbukitan struktural dengan relief
bergelombang dan sangat curam. Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan
Dawe, Kecamatan Gebog dan daerah Puncak Muria bagian selatan.
2.1.3.
Letak Daerah
Secara geografis Kabupaten Kudus Terletak diantara 110°36’ Dan 110°50’ BT serta 6°51’ dan 7°16
LS. Secara Administrasi Kabupaten Kudus dibatasi oleh :
- Sebelah Utara
: Kabupaten Jepara
- Sebelah Timur
: Kabupaten Pati
- Sebelat Selatan
: Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati
- Sebelah Barat
2.1.4.
: Kabupaten Demak
Gambaran Meteorologi
Daerah Kudus secara umum dipengaruhi oleh zona iklim tropis basah. Bulan basah jatuh antara
bulan Oktober–Mei dan bulan kering terjadi antara Juni–September, sedang bulan paling kering jatuh sekitar
bulan Agustus. Curah hujan yang jatuh di daerah Kudus berkisar antara 2.000–3.000 mm/tahun, curah hujan
tertinggi terjadi di daerah puncak Gunung Muria, yaitu antara 3.500–5.000 mm/tahun. Temperatur tertinggi
mencapai 28,2 0C dan terendah 20,2 0C dengan temperatur rata-rata sekitar 27 0C. Angin yang bertiup
adalah angin barat dan angin timur yang besifat basah dengan kelembaban sekitar 88%. Kelembaban ratarata bulanan berkisar antara 79%-83%, angin umumnya bertiup dari arah barat dengan kecepatan minimum 5
km/jam, kecepatan maksimum dapat mencapai 50 km/jam, sedang gelombang dari arah barat, dengan tinggi
minimum 1 meter dan maksimum 5 meter. Adapun penjabaran banyaknya hari hujan, banyaknya curah hujan
dan rata-rata curah hujan di Kabupaten Kudus, dapat dilihat pada tabel II-5, dan tabel II-6.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 8
Laporan Akhir
TABEL II-5.
BANYAKNYA HARI HUJAN DIRINCI PER BULAN
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010 (hari)
Bulan
2006
2007
2008
2009
2010
Januari
24
10
17
23
22
Februari
17
16
22
18
15
Maret
14
17
16
11
12
April
14
12
9
7
12
Mei
11
5
4
10
14
Juni
1
5
1
2
9
Juli
0
2
0
1
8
Agustus
0
1
3
1
6
September
1
1
1
2
9
Oktober
1
5
8
4
11
November
3
11
8
9
6
Desember
18
22
15
10
18
104
107
104
98
142
Jumlah
Lokasi : Colo Dawe, Ketinggian : 700 m/DPL
Sumber: Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus
TABEL II-6.
BANYAKNYA CURAH HUJAN DIRINCI PER BULAN
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010(mm)
Bulan
2006
2007
2008
2009
2010
Januari
777
120
387
562
112
Februari
346
261
722
296
74
Maret
263
227
224
186
177
April
151
170
102
115
167
Mei
152
22
22
88
223
Juni
5
53
8
5
122
Juli
0
25
0
6
91
Agustus
0
9
36
6
60
September
0
12
7
9
112
Oktober
23
41
89
38
147
November
22
187
92
105
87
Desember
325
411
224
139
278
2.064
1.538
1.913
1.555
1.650
Jumlah
Lokasi : Colo Dawe, Ketinggian : 700 m/DPL
Sumber: Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus
2.1.5.
Kondisi Geologis
Kondisi geologi yang terdapat di Kabupaten Kudus merupakan struktur geologi primer yang terdiri
dari kenampakan perlapisan batu gamping dan pasir di bagian selatan dari Kota Kudus. Fase tektonik yang
terjadi di Komplek Muria erat kaitannya dengan fase tektonik di cekungan Jawa Timur Utara, terutama Zona
Rembang (Van Bemmelen, 1949). Zona Rembang mengalami 2 (dua) kali fase tektonik, yaitu pada Kala
Miosen Tengah dan pada Kala Plistosen Bawah.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 9
Laporan Akhir
Kabupaten Kudus memiliki struktur tanah yang bervariasi mulai daerah pantai, perbukitan sampai
pegunungan. Berikut ini adalah jenis tanah yang terdapat di daerah Kabupaten Kudus dan penyebarannya :
Jenis tanah andosol. Penyebarannya di Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.
Jenis tanah grumosol mediteran. Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog, dan
Kecamatan Dawe.
Jenis tanah latosol merah. Penyebarannya meliputi Kecamatan Jekulo.
Jenis tanah planosol coklat. Penyebarannya di Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Gebog.
Jenis tanah latosol coklat. Penyebarannya di Kecamatan Gebog, dan Kecamatan Dawe.
Jenis tanah litosol grumosol. Penyebarannya di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog, dan Kecamatan
Dawe.
Jenis tanah mediteran. Jenis tanah ini penyebarannya di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog,
Kecamatan Dawe, Kecamatan Bae, Kecamatan Kota, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Jati, dan
Kecamatan Kaliwungu.
Jenis tanah aluvial coklat. Jenis tanah ini paling banyak dijumpai di Kecamatan Jati, Kecamatan Undaan,
Kecamatan Jekulo, Kecamatan Mejobo, dan Kecamatan Kaliwungu.
2.2 PROFIL DEMOGRAFI
2.2.1
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Kudus tahun 2010 adalah 764.606 jiwa, yang meliputi 9 (sembilan)
kecamatan yang ada di Kabupaten Kudus. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jekulo yaitu
97.888 jiwa (12,80%), sedangkan jumlah penduduk terendah sekitar 61.966 jiwa (8,10%) berada di
Kecamatan Bae. Sebaran penduduk tertinggi di Kabupaten Kudus berada di Kecamatan Jekulo. Sedangkan
sebaran penduduk terendah terdapat di Kecamatan Bae.
TABEL II-7.
PERSEBARAN PENDUDUK PER KECAMATAN
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Persebaran
2006
2007
2008
2009
2010
(%)
1
Kaliwungu
87.327
87.868
88.739
89.391
90.219
11.8
2
Kota
91.737
91.588
92.504
91.526
91.489
12.0
3
Jati
92.113
93.366
94.288
96.084
97.291
12.7
4
Undaan
67.080
67.556
68.228
68.451
68.994
9.0
5
Mejobo
66.211
66.811
67.472
68.360
69.080
9.0
6
Jekulo
94.244
95.096
96.037
97.086
97.888
12.8
7
Bae
60.079
60.526
61.128
61.513
61.966
8.1
8
Gebog
90.177
90.909
91.811
92.809
93.491
12.2
9
Dawe
93.072
93.768
94.697
94.029
94.188
12.3
Jumlah
742.040
747.488
754.905
759.249
764.606
100
Sumber: Kudus Dalam Angka, 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 10
Laporan Akhir
Kepadatan penduduk di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 memiliki kepadatan netto sebesar 81,36
jiwa/Ha, kepadatan brutto sebesar 17,58 jiwa/Ha. Kepadatan netto yang tertinggi yaitu di Kecamatan
Kaliwungu sebesar 144,81 jiwa/Ha, sedangkan kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Bae sebesar
56,90 jiwa/Ha. Kepadatan brutto yang tertinggi di Kecamatan Kota sebesar 87,38 jiwa/Ha dan yang terendah
di Kecamatan Undaan sebesar 9,61 jiwa/Ha. Berikut dijabarkan tabel II-8 kepadatan penduduk di Kabupaten
Kudus Tahun 2010.
TABEL II-8.
KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Luas daerah
Penduduk
Kepadatan penduduk
(km2)
(jiwa)
(jiwa per km2)
Kaliwungu
32,71
90.219
2.758
Kota
10,47
91.489
8.738
Jati
26,30
97.291
3.699
Undaan
71,77
68.994
961
Mejobo
36,77
69.080
1.879
Jekulo
82,92
97.888
1.181
Bae
23,32
61.966
2.657
Gebog
55,06
93.491
1.698
Dawe
85,84
94.188
1.097
Jumlah
425,16
764.606
1.798
2009
2008
2007
425,16
425,16
425,16
759.249
752.921
747.488
1.786
1.771
1.758
2006
425,16
742.040
1.745
Kecamatan
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
TABEL II-9.
KEPADATAN PENDUDUK NETTO DAN BRUTO
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No
Kecamatan
Penduduk
(jiwa)
Luas Terbangun
(Ha)
Luas Wilayah
(Ha)
Kepadatan Netto
(jiwa/Ha)
Kepadatan
Brutto
(jiwa/Ha)
1
Kaliwungu
90.219
623
3.271
144,81
27,58
2
Kota
91.489
709
1.047
129,04
87,38
3
Jati
97.291
1.039
2.630
93,64
36,99
4
Undaan
68.994
733
7.177
94,13
9,61
5
Mejobo
69.080
862
3.677
80,14
18,79
6
Jekulo
97.888
1.650
8.291
59,33
11,81
7
Bae
61.966
1.089
2.332
56,90
26,57
8
Gebog
93.491
1.029
5.510
90,86
16,97
9
Dawe
94.188
1.453
8.584
64,82
10,97
Jumlah
747.488
9.187
42.516
81,36
17,58
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011, diolah
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 11
Laporan Akhir
2.2.2
Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
Jumlah penduduk berdasarkan struktur umur di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 jumlah
penduduk 764.606 jiwa tercatat pada usia produktif (15-59 tahun) menunjukkan angka tertinggi yaitu 80.056
jiwa kemudian kelompok belum produktif (0–14 tahun) sebesar 67.945 jiwa, serta kelompok tidak produktif
(75+ tahun keatas) sebesar 9.823 jiwa.
Di sisi lain, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Kudus, berdasarkan data
Kudus Dalam Angka Tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan jenis kelamin wanita lebih
banyak daripada jumlah penduduk pria, masing-masing yaitu 385.586 jiwa dan 379.020 jiwa.
TABEL II-10.
BANYAKNYA PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
DI KABUPETEN KUDUS TAHUN 2010
Kelompok
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0-4
33.310
34.635
67.945
5-9
38.978
34.677
73.655
10-14
38.054
34.178
72.232
15-19
39.059
40.997
80.056
20-14
36.452
39.490
75.942
25-29
33.481
36.115
69.596
30-34
31.422
32.183
63.605
35-39
26.707
28.358
55.065
40-44
27.738
26.763
54.501
45-49
21.417
18.234
39.651
50-54
15.771
15.187
30.958
55-59
11.118
12.848
23.966
60-64
9.820
12.486
22.306
65-69
7.191
9.344
16.535
70-74
5.689
6.081
11.770
75+
2.813
4.010
9.823
Jumlah
379.020
385.586
764.606
Umur
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 12
Laporan Akhir
GAMBAR 2.3.
PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Perempuan
Laki-laki
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011, diolah
Dari gambar di atas terlihat bahwa piramida penduduk Kabupaten Kudus termasuk piramida dengan
bentuk segitiga atau limas, yang berarti sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda atau
berciri ekspansif. Penduduk tumbuh cepat karena terjadi penurunan tingkat kematian bayi tetapi tingkat
kelahiran masih tinggi. Namun jumlah penduduk produktif masih lebih banyak bila dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang tidak produktif. Hal itu berarti potensi tenaga kerja di Kabupaten Kudus tinggi karena
banyak terdapat penduduk yang produktif.
2.2.3
Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 jumlah
penduduk 764.606 jiwa terdiri atas laki-laki sebesar 379.020 Jiwa dan perempuan sebesar 385.586 jiwa. Hal
ini menunjukkan adanya selisih jumlah yang tidak jauh beda yaitu lebih banyak penduduk perempuan dari
pada laki-laki, namun mayoritas keseimbangan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Kudus.
Di sisi lain, angka perbandingan sex ratio penduduk rata-rata berdasarkan jenis kelamin di
Kabupaten Kudus, adalah 98,30 berdasarkan data Kudus Dalam Angka Tahun 2011 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk dengan jenis kelamin wanita lebih banyak daripada jumlah penduduk pria, masing-masing
yaitu 385.586 jiwa dan 379.020 jiwa atau setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 13
Laporan Akhir
TABEL II-11.
BANYAKNYA PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN SEX RATIO
PER KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
Kaliwungu
44.858
45.361
90.219
98,89
Kota
44.197
47.292
91.489
93,46
Jati
47.608
49.683
97.291
95,82
Undaan
34.431
34.563
68.994
99,62
Mejobo
34.367
34.713
69.080
99,06
Jekulo
48.837
49.051
97.888
99,56
Bae
30.808
31.158
61.966
99,88
Gebog
46.825
46.666
93.491
100,34
Dawe
47.089
47.099
94.188
99,98
Jumlah
379.020
385.586
764.606
98,30
2009
2008
2007
376.058
372.761
369.884
383.191
380.160
377.604
759.249
752.921
747.488
98,14
98,05
97,96
2006
367.143
374.897
742.040
97,93
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
2.2.4
Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia, terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk ikut berperan serta secara aktif dalam
pembangunan. Selain itu, juga dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki
keunggulan kompetitif dalam menghadapi era persaingan global.
Dari tabel dibawah dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kabupaten Kudus
yang merupakan lulusan Akademi dan atau Perguruan Tinggi sebanyak 43.394 orang, lulusan SMA sebanyak
91.393 orang, lulusan SMP sebanyak 195.358 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang merupakan lulusan
SD mencapai 130.531 orang, tidak lulus SD yaitu 125.771 orang dan tidak bersekolah 36.559 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Kudus masih berpendidikan
rendah, yaitu mencapai 47,00% dari seluruh jumlah penduduk yang termasuk dalam kelompok usia sekolah
(10 tahun ke atas).
TABEL II-12.
BANYAKNYA PENDUDUK (10 TAHUN KEATAS) MENURUT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN
PER KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No.
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Kaliwungu
Kota
Jati
Undaan
Mejobo
Jekulo
Bae
AK/ PT
4.726
4.144
3.664
4.734
3.307
7.500
4.839
SMA
SMP
SD
9 .452
8 .664
11.554
8.471
9.187
6.643
10.001
29.083
1 5.444
18.036
24.667
20.946
28.287
11.614
14.178
8.664
15.781
10.216
13.229
20.144
14.195
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
Tak/ Blm
Tamat SD
1 1.633
2 7.875
2 3.672
6 .977
7 .349
1 3.500
9 .033
Tak
sekolah
3 .999
1 0.924
6 .763
7 47
2 .205
3 .643
9 68
Jumlah
73.072
75.714
79.470
55.812
56.223
79.717
50.650
II- 14
Laporan Akhir
No.
8
9
Kecamatan
AK/ PT
Gebog
Dawe
Jumlah
5.493
4.988
43.394
SMA
16.821
10.599
91.393
SMP
SD
19.224
28.057
195.358
18.538
15.587
130.531
Tak/ Blm
Tamat SD
1 2.015
1 3.717
125.771
Tak
sekolah
3 .776
3 .533
36.559
Jumlah
75.868
76.480
623.006
Sumber: Kudus Dalam Angka, 2011
2.2.5
Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Kudus berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang
termasuk usia kerja. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di
Kabupaten Kudus pada tahun 2010, yang sudah bekerja adalah 353.120 orang. Dari jumlah tersebut
sebagian besar bekerja pada sektor perdagangan 73.520 orang, industri 140.083 orang dan pertanian 44.387
orang, sedangkan sebagian kecil bekerja di sektor keuangan dan pertambangan, masing-masing yaitu 5.367
dan 247 orang.
TABEL II-13.
PENDUDUK (USIA 10 TAHUN KEATAS) YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA UTAMA
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006 – 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, Gas dan Air
Bangunan
Perdagangan
Transportasi
Keuangan
Jasa-jasa
Jumlah
2006
60.201
1.142
155.733
1.526
35.589
54.830
17.738
4.379
41.249
372.387
2007
60.642
1.150
156.874
1.537
35.849
55.231
17.868
4.411
41.551
375.113
Jumlah
2008
60.361
1.145
156.147
1.530
35.683
54.975
17.785
4.391
41.359
373.376
2009
60.054
226
140.665
452
42.546
66.454
21.988
2.899
41.228
376.512
2010
44.387
247
140.083
989
36.336
73.520
15.537
5.367
36.654
353.120
Sumber : Kudus dalam Angka ,2006-2011
Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi kecenderungan peralihan mata pencaharian
penduduk di Kabupaten Kudus, dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri
dan perdagangan), bahkan sektor tersier (jasa-jasa). Hal ini berarti sektor-sektor sekunder yang cenderung
modern telah menggantikan peranan sektor primer yang relatif bersifat tradisional.
2.3 PROFIL EKONOMI
2.3.1
Kondisi Ekonomi Daerah dengan Perkembangan PDRB
Kondisi perekonomian Kabupaten Kudus pada saat ini antara lain dapat dilihat dari beberapa
indikator ekonomi seperti meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pendapatan perkapita, tingkat
inflasi serta terjadinya pergeseran struktur ekonomi dengan semakin berkurangnya peran sektor primer
sejalan dengan semakin meningkatnya peran sektor sekunder dan tersier.
Kondisi ekonomi makro Kabupaten Kudus Tahun 2005-2009 cukup berat. Hal ini terlihat pada
indikator-indikator ekonomi makro antara lain PDRB, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan PDRB per kapita.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 15
Laporan Akhir
Dari tabel diketahui bahwa PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2005 sebesar Rp 10.619.525,79
juta meningkat menjadi Rp 12.125.681,80 juta pada 2009. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Tahun 2005-2009
adalah 3,37%. Kondisi ini menggambarkan perekonomian tetap berkembang meskipun lamban. Sektor
bangunan, sektor pertambangan, dan sektor keuangan rata-rata tumbuh tinggi sebagai dampak dari
meningkatnya permintaan akan perumahan dan layanan keuangan dari perbankan. Sektor industri dan
perdagangan rata-rata tumbuh 3%, tetap menopang perekonomian daerah secara konsisten. Adapun sektor
pertanian mengalami pertumbuhan dengan rata-rata tumbuh 5%. Namun pada tahun 2007 sempat
mengalami penurunan sebesar 2%.
Pada 2015 diperkirakan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp. 14.796.099,07 juta dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 3,37%. Diasumsikan situasi perekonomian riil terus tertekan
sebagai imbas arus perekonomian global sehingga akan terjadi penyesuaian harga barang dan jasa sampai
tercipta keseimbangan baru.
TABEL II-14.
PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN KUDUS ATAS DASAR HARGA KONSTAN
TAHUN 2005-2009 (Rp Juta)
No.
1
2
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
Tahun
2005
2006
2007*
2008*
2009**
340.618,20
362.548,16
355.496,07
369.112,83
386.786,84
4.165,91
4.443,31
4.609,93
4.666,99
4.797,69
6.557.621,25
6.689.910,12
6.901.299,63
7.145.779,11
7.421.852,42
33.134,30
34.548,41
36.330,30
39.434,71
46.682,57
162.748,06
167.298,67
174.711,93
174.741,85
187.232,67
2.887.991,97
2.958.744,27
3.079.673,70
3.218.014,82
3.309.324,07
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas & Air
Bersih
5
Bangunan
6
Perdagangan, Hotel
& Restoran
7
Pengangkutan &
Komunikasi
191.001,04
201.682,93
213.080,03
229.419,85
237.284,29
8
Keu Persewaan &
Jasa Perusahaan
229.463,82
238.231,78
240.954,45
252.551,43
276.390,68
9
Jasa - Jasa
212.781,24
223.752,16
237.203,33
250.098,15
255.330,57
Jumlah
10.619.525,79
10.881.159,81
11.243.359,37
11.683.819,74
12.125.681,80
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
TABEL II-15.
PDRB KABUPATEN KUDUS ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONTRIBUSI SEKTORAL TAHUN
2005-2009 (Rp Juta)
No.
1
2
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
Tahun
2005
2006
2007*
2008*
2009**
446.634,64
527.005,27
572.526,70
669.646,60
735.051,75
6.390,96
7.347,51
8.380,38
9.092,12
9.649,23
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 16
Laporan Akhir
No.
3
4
Lapangan Usaha
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air
Bersih
5
Bangunan
6
Perdagangan, Hotel
& Restoran
7
Pengangkutan &
Komunikasi
Tahun
2005
2006
2007*
2008*
2009**
12.844.125,27
13.992.851,76
15.616.390,95
17.408.531,63
18.369.527,90
74.875,78
83.444,04
88.994,54
100.612,94
135.642,91
246.809,77
270.997,53
319.534,84
347.586,21
379.547,02
5.084.180,13
5.468.286,16
6.074.941,57
7.102.368,42
7.516.800,09
293.616,56
323.498,78
340.685,13
394.677,34
416.103,57
8
Keu Persewaan &
Jasa Perusahaan
373.489,86
4.1347,63
466.480,96
556.816,77
637.502,66
9
Jasa - Jasa
414.300,37
470.202,69
525.318,64
656.060,27
705.631,88
Jumlah
19.784.423,34
21.562.981,37
24.013.253,71
27.245.392,30
28.905.457,01
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Dari tabel di atas, diketahui bahwa struktur ekonomi Kabupaten Kudus ditopang oleh sektor industri
dan didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pergeseran struktur ekonomi secara cepat
dimotori oleh perkembangan sektor industri dan dipacu oleh sektor keuangan dan jasa-jasa. Kontribusi sektor
industri pengolahan terhadap PDRB rata-rata berkisar 63,55%.
Industri besar mampu meningkatkan nilai tambahnya secara berkelanjutan merupakan keberhasilan
industri yang inovatif, aktif meningkatkan produktivitasnya, dan berbahan baku lokal. Kemampuan industri
kecil perlu dioptimalkan hingga kapasitas penuh melalui penguatan struktur industri (up grading), perbaikan
sistem dan rel intermoda dengan rantai pasokan global, fasilitas manajemen, dan pengembangan basis
informasi.
Kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran rata-rata berkisar 26%. Sedangkan kontribusi
dari sektor pertanian dan sektor yang lain masih di bawah 10 persen, yakni sektor pertanian sebesar 2,54
persen, sektor jasa 2,44 persen, sektor keuangan sebesar 2,21 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi
1,44 persen.
Dari tahun 2005 kontribusi dari sektor industri pengolahan terlihat fluktuatif stabil. Hal ini
menunjukkan kemajuan dalam proses industrialisasi. Proses industrialisasi merupakan proses dimana
perkembangan sektor industri pada umumnya akan diikuti berkembangnya transaksi perdagangan dan
menurunnya aktivitas pertanian. Terlihat bahwa selama beberapa dekade ini sektor perdagangan selalu
memberikan kontribusi terbesar kedua, lebih besar dari kontribusi sektor pertanian.
Besarnya kontribusi sektor industri menunjukkan bahwa sektor ini memegang peranan penting
dalam menopang perekonomian di Kudus, walaupun secara geografis Kabupaten Kudus merupakan
kabupaten dengan wilayah terkecil, namun dari sisi industri memiliki potensi dan peluang pasar yang dapat
diandalkan.
Di sisi lain kabupaten Kudus kurang memiliki potensi untuk dilakukan penambangan ataupun
penggalian, mengingat kondisi geografis yang ada. Hal tersebut berimbas pada kecilnya peranan sektor
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 17
Laporan Akhir
pertambangan dan penggalian dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari konstribusinya yang paling
kecil, hanya sebesar 0,03 persen.
Pada tahun 2009 sektor sekunder tetap menjadi kontributor pertama terhadap PDRB. Atas dasar
harga berlaku kontribusi sektor sekunder pada tahun 2009 sebesar 65,33 persen, disusul kemudian sektor
tersier sebesar 32,09 persen dan kontribusi terkecil adalah sektor primer sebesar 2,58 persen. Hal tersebut
semakin menunjukkan bahwa peranan sektor primer di Kabupaten Kudus sangat kecil dominasinya
dibandingkan dengan kedua sektor yang lain.
Laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten Kudus tahun 2009 atas dasar harga konstan 2000 adalah
sebesar 3,78 persen, yang berarti telah terjadi kenaikan riil kuantitas barang/jasa sebesar 3,78 persen
dibanding tahun sebelumnya.
Adapun PDRB per kapita merupakan indikator ekonomi yang mampu menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. PDRB per kapita pada 2005 mencapai Rp 10,619,525.79 meningkat pada 2009
sebesar Rp 12,125,681.80. Kondisi ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat relatif tinggi dibanding
daerah lain.
TABEL II-16.
PERKEMBANGAN PDRB PER KAPITA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN
PDRB Per Kapita
Tahun
1
2005
10,619,525.79
4,43
19,784,423.34
20,16
2
2006
10,881,159.81
2,46
21,562,981.37
8,99
3
2007*
11,243,359.37
3,32
24,013,253.71
11,36
4
2008*
11,683,819.74
3,92
27,245,392.30
13,46
5
2009**
12,125,681.80
3,78
28,905,457.01
6,09
(Harga Konstan)
%
PDRB Per Kapita
No.
(Harga Berlaku)
%
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
2.3.2
Pendapatan Perkapita
Atas dasar harga berlaku Kecamatan Kota memiliki PDRB Perkapita tertinggi yakni sebesar 100,93
juta rupiah. Diikuti oleh Kecamatan Kaliwungu dan Jati Masing-masing sebesar 54,11 juta rupiah dan 51,00
juta rupiah. Sedangkan PDRB perkapita terkecil masih dipegang kecamatan Dawe sebesar 10,04 juta rupiah.
Dan secara keseluruhan PDRB Perkapita kabupaten Kudus untuk tahun 2009 sebesar 16,10 juta rupiah.
Sedangkan Pendapatan Regional Perkapita di tahun 2006 atas dasar harga berlaku adalah sebesar
19,77 juta rupiah, yang artinya setiap orang rata-rata memiliki pendapatan bersih sebesar 19,77 juta rupiah
selama tahun 2006.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 18
Laporan Akhir
TABEL II-17.
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA DIRINCI
MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2008 – 2009 ( RUPIAH )
2008*
Kecamatan
Harga Berlaku
55,096,981.39
93,999,863.69
48,509,990.70
9,263,609.60
12,563,975.49
21,263,143.84
26,273,295.18
35,794,885.89
9,082,330.78
36,321,523.57
Kaliwungu
Kota
Jati
Undaan
Mejobo
Jekulo
Bae
Gebog
Dawe
Jumlah
2009**
Harga Konstan
2000
23,260,889.71
39,921,399.96
20,942,367.27
4,405,199.50
5,538,843.34
9,141,067.73
11,184,358.62
15,207,825.74
4,227,530.66
15,575,996.46
Harga Konstan
2000
22,445,978.89
41,945,550.12
21,535,593.09
4,620,419.82
5,487,366.41
9,898,438.51
10,403,775.76
16,543,818.55
4,531,835.40
16,030,016.80
Harga Berlaku
54,117,757.92
100,933,267.30
51,003,796.50
10,090,027.37
12,780,620.72
23,603,772.27
24,938,303.12
39,776,611.26
10,044,828.14
38,212,693.48
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka, 2011
TABEL II-18.
PENDAPATAN REGIONAL DAN ANGKA-ANGKA PERKAPITA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2005-2009
Rincian
Produk
Domestik
Regional
Bruto
Penyusutan
Produk
Domestik
Regional
Netto Atas
Dasar Harga
Pasar
Pajak Tak
Langsung
Produk
Domesti
Regional
Netto Atas
Dasar Biaya
Faktor
Jumlah
Penduduk
Pertengahan
Tahun
Pendapatan
Regional
Perkapita
PDRB
Perkapita
Satuan
2005
2006
2007*
2008*
2009**
Jutaan
Rupiah
19,784,423.33
21,562,981.38
24,013,253.71
27,245,392.30
28,905,457.00
Jutaan
Rupiah
Jutaan
Rupiah
1,150,579.81
1,205,855.25
1,292,305.01
1,389,998.96
1,413,800.46
18,633,843.52
20,357,126.13
22,720,948.70
25,855,393.34
27,491,656.55
Jutaan
Rupiah
Jutaan
Rupiah
8,125,331.64
8,754,806.35
10,382,104.50
11,678,481.57
12,537,956.55
10,508,511.88
11,602,319.78
12,338,844.19
14,176,911.77
14,953,700.00
Jiwa
7 34,136
7 39,035
7 44,673
7 50,117
756,436
Rupiah
14,314,121.47
15,699,283.23
16,569,479.75
18,899,600.68
19,768,625.50
Rupiah
26,949,261.89
29,177,212.68
32,246,709.24
36,321,523.57
38,212,693.48
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 19
Laporan Akhir
2.4 PROFIL SOSIAL DAN BUDAYA
2.4.1
Kesejahteraan Sosial
Perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran,
baik anak maupun lanjut usia, kecacatan, ketunasusilaan, dan bencana alam, serta bencana sosial. Hal ini
sesuai dengan yang diamanatkan oleh pasal 28H ayat (1), (2), dan (3) Perubahan Kedua dan pasal 34 ayat
(1) dan (2) Perubahan Keempat UUD 1945.
Menurut Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Kudus, jumlah anak terlantar pada tahun 2010
sekitar 766 anak, sedangkan jumlah lanjut usia terlantar sekitar 969 jiwa. Berdasarkan data Kudus Dalam
Angka tahun 2011, jumlah penderita cacat tercatat 1.844 jiwa sebagian tuna raga/tubuh dan tuna netra, serta
jumlah penduduk miskin yang ditangani berjumlah sekitar 39.644 jiwa. Data kemiskinan terdiri dari 5 tahapan
keluarga sejahtera, yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I (miskin), keluarga sejahtera II, keluarga
sejahtera III, dan Keluarga sejahtera III plus.
TABEL II-19.
PENDUDUK MENURUT TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA
TAHUN 2006-2010
Tahun
Tahap Keluarga Sejahtera
2006
2007
2008
2009
2010
Pra sejahtera
28.874
28.352
28.237
26.192
25.934
Keluarga Sejahtera I
37.877
38.545
36.701
38.774
39.644
Keluarga Sejahtera II
58.546
61.669
67.265
73.263
70.616
Keluarga Sejahtera III
49.692
51.377
50.735
51.903
57.001
Keluarga Sejahtera III+
11.000
9.907
10.222
10.061
10.139
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) khususnya fakir miskin apabila
tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang semakin meluas dan berdampak
pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat.
2.4.2
Agama
Di Kabupaten Kudus, pemeluk Agama Islam merupakan pemeluk agama yang dominan mencapai
743.733 orang pada tahun 2010. Pemeluk Agama Kristen sebanyak berjumlah 10.928 orang, pemeluk
agama Katolik mencapai 7.534 orang, Pemeluk Agama Hindu sebanyak 793 orang dam Agama Budha
sebanyak 1.618 orang.
Tempat peribadatan yang tersedia di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 adalah 659 masjid, 1.769
Mushola, 21 gereja kristen, 7 gereja katolik, 13 vihara budha dan klenteng.
Pengaruh budaya Jawa dan perkembangan Agama Islam begitu kuat terhadap perkembangan
sejarah dan kebudayaan masyarakat Kabupaten Kudus. Persentuhan dua kekuatan itu telah mewarisi
sejumlah harta budaya yang sekaligus merupakan wujud nyata olahan cipta, karya dan rasa dan cita yang
tersimpan secara turun menurun.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 20
Laporan Akhir
Maka secara sederhana dapat disebutkan bahwa melihat masyarakat dan kebudayaan Kudus
adalah melihat wajah mereka melalui karya-karya budaya mereka yang terekspresi dalam benda-benda
purbakala, upacara-upacara adat, tari-tarian, kesenian, kerajinan tangan dan sebagainya.
Kebudayaan daerah dapat dilihat dari adat istiadat yang mengarah pada budaya jawa dan Islam.
Bahasa daerah yang ada sangat didominasi oleh Bahasa Jawa. Tempat bersejarah yang ada antara lain
Makam Sunan Kudus yang berada satu kompleks dengan Masjid Menara dan Makam Sunan Muria.
2.4.3
Pendidikan
Penduduk yang bersekolah di Kabupaten Kudus secara umum mengalami fluktuasi selama periode
tahun ajaran 2005/2006 – 2009/2010. Pada tingkat pendidikan dasar (Negeri dan Swasta) tahun ajaran
2009/2010 jumlah murid yang bersekolah mengalami peningkatan sebesar 0,15 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Untuk pendidikan SLTP (Negeri dan Swasta) juga mengalami kenaikan sebesar 1,49 persen,
sedangkan untuk SLTA (Negeri dan Swasta) mengalami kenaikan sebesar 3,54 persen.
Pada tahun ajaran 2009/2010, tersedia jumlah SD sebanyak 467 unit dan MI sebanyak 135 unit,
SLTP dan MTs masing-masing sebanyak 51dan 61 unit, SLTA dan MA masing-masing sebanyak 43 dan 29
unit. Untuk jumlah Universitas/Perguruan Tinggi tahun akademik 2009/2010 tercatat ada 8 buah.
TABEL II-20.
JUMLAH SEKOLAH (NEGERI DAN SWASTA) BERDASARKAN TINGKATAN PENDIDIKAN DI
KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2009/2010
Kecamatan
Jumlah Sekolah
SD
MI
SLTP
MTs
SLTA
MA
1. Kaliwungu
44
19
6
8
4
3
2. Kota
55
13
13
6
16
7
3. Jati
50
14
6
3
1
2
4. Undaan
43
12
4
6
2
3
5. Mejobo
47
10
5
4
4
1
6. Jekulo
64
12
5
7
4
4
7. Bae
40
10
4
4
3
2
8. Gebog
59
24
5
7
4
4
9. Dawe
65
21
3
16
5
3
Jumlah
2009
2008
467
476
470
135
135
134
51
51
45
61
61
57
43
43
32
29
29
29
2007
2006
473
474
134
135
45
45
57
56
32
34
29
27
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 21
Laporan Akhir
2.5 KONDISI PRASARANA BIDANG PU/CIPTA KARYA
A.
Sub Bidang Pengembangan Permukiman
Kabupaten Kudus memiliki letak yang strategis yaitu dilalui oleh jalan propinsi Semarang – Surabaya
dan didukung dengan pertumbuhan kawasan industri. Dengan kondisi yang strategis tersebut menjadikan
Kabupaten Kudus berkembang dengan pesat.
Perkembangan Kabupaten Kud
BAB II
GAMBARAN PROFIL WILAYAH
KABUPATEN KUDUS
2.1 PROFIL GEOGRAFI
2.1.1.
Kondisi Geografi Daerah
Luas wilayah Kabupaten Kudus adalah: 42.516 Ha, terbagi menjadi 9 Kecamatan yang terdiri dari
123 desa, 9 kelurahan. Adapun penjabaran mengenai luas wilayah, banyaknya desa, kelurahan, dukuh, RT
dan RW dapat dilihat pada tabel II-1.
TABEL II-1.
PEMBAGIAN DAN LUAS WILAYAH ADMINISTRASI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No
Nama Kecamatan
Luas Wilayah (Ha)
Desa
Kelurahan
Dukuh
RW
1
Kaliwungu
3.271
15
0
48
67
441
2
Kota
1.047
16
9
60
110
495
3
Jati
2.630
14
0
51
78
375
4
Hundan
7.177
16
0
31
63
357
5
Mejobo
3.677
11
0
32
69
341
6
Jekulo
8.292
12
0
45
85
443
7
Bae
2.332
10
0
38
51
281
8
Gebog
5.506
11
0
44
81
432
9
Dawe
8.584
18
0
85
104
559
42.516
123
9
434
708
3.724
Jumlah
RT
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
GAMBAR 2.1.
GRAFIK PEMBAGIAN DAN LUAS WILAYAH ADMINISTRASI
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 1
Laporan Akhir
2.1.1.1
Sumber Daya Air
A. Air Permukaan
Air permukaan yang dimaksud disini adalah sungai yang berair sepanjang musim dan sungai yang
bersifat musiman (intermitten). Sungai yang mengalir sepanjang tahun diantaranya adalah Kali Serang,
dimana sungai tersebut sejak tahun 1968 ditangani oleh proyek Jratunseluna, Departemen Pekerjaan Umum,
untuk dimanfaatkan sebagi sumber air irigasi, air bersih dan tenaga listrik. Di daerah perbukitan khususnya
pada musim kemarau, sungai-sungai menjadi kering, setempat dijumpai sungai yang berair dengan debit
sangat kecil.
Air permukaan merupakan air yang ada di permukaan tanah, baik berupa sungai ataupun danau. Di
daerah penyelidikan, air permukaan umumnya dijumpai berupa sungai utama dengan cabang sungainya,
sedangkan ranting sungai yang terutama berada di daerah perbukitan umumnya berupa sungai musiman
atau kering di musim kemarau dan hanya berair di musim hujan.
Informasi rinci mengenai besarnya aliran permukaan di daerah penyelidikan ini tidak diperoleh di
lapangan, kendala utama yang dihadapi adalah relatif luasnya daerah penyelidikan, dimana pencatatan debit
sungai hanya terbatas pada beberapa cabang sungai besar yang dimanfaatkan untuk pertanian di bagian
tengah daerah penyelidikan.
B. Air Bawah Tanah
Berdasarkan atas jumlah, mutu dan kemudahan untuk mendapatkan air tanahnya, daerah
penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) wilayah potensi air tanah, yakni :
1) Potensi Air tanah sedang pada Akuifer Dangkal dan Tinggi Pada Akuifer Dalam. Wilayah ini
terdapat di sebelah barat Kudus, pada bentang alam kaki gunungapi di bagian tengah daerah
penyelidikan, meliputi 2 (dua) wilayah Kabupaten yaitu Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara.
Akuifer Dangkal terdapat pada kedalaman antara 0,75–45,0 mbmt dengan ketebalan akuifer yang tidak
merata di semua tempat, umumnya kurang dari 15,0 m. Tercatat MAT berkisar antara 0,5–11,5 mbmt, K
= 0,003–5,4 m/hari, T = 10,45-28,50 m2/hari, Qs = 0,09–0,281 l/detik/m, Qopt = 2,1–3,51 l/detik dengan
jarak antar sumur 35–67 m. Secara umum, mutu air tanah tegolong baik untuk keperluan air minum.
Akuifer Dalam umumnya terdapat pada kedalaman 40–124 mbmt, dengan MAT = 1,5–25,0 mbmt,
dimana hasil penyelidikan geolistrik menunjukkan adanya lapisan penyekat berupa batulempung dan tuf
lempungan yang memisahkan dengan akuifer dangkal pada bagian atasnya.
Hasil uji pemompaan yang dilakukan di wilayah ini menunjukkan nilai T = 125,4-726,7 m2/hari, qs =
1,24–3,4 l/detik/m dan Qopt dapat mencapai lebih dari 10 l/detik, dengan jarak antar sumur berkisar
antara 100–170 m.
2) Potensi Air tanah Sedang Pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam. Wilayah ini terdapat pada
bentang alam kaki gunungapi di bagian tengah daerah penyelidikan, meliputi 2 wilayah kabupaten yaitu
Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara.
Akuifer dangkal umumnya terdapat pada kedalaman 0,65–35,0 mbmt, dimana ketebalan akuifer ratarata kurang dari 35,0 m di sekitar Kudus, kemudian menebal sampai lebih kurang 45 m ke arah barat.
Kedudukan muka air tanah (MAT) berkisar antara 0,60–12 mbmt, dengan buaian muka air tanah
tertinggi mencapai lebih kurang 1,5 m dijumpai di bagian utara pada daerah G. Muria di utara Kudus,
nilai koefisien kelulusan (k) mencapai 1,57 m/hari, keterusan akuifer (T) antara 10,45–28,50 m2/hari,
debit jenis (Qs) 0,09–0,28 l/detik/m, serta debit optimum (Qopt.) mencapai 2,1–2,35 l/detik dengan jarak
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 2
Laporan Akhir
3)
4)
5)
antar sumur antara 35 sampai 67 m. Secara umum, kualitas air tanah dangkal tergolong baik untuk
keperluan air minum.
Akuifer dalam di wilayah ini berada pada kedalaman 30–125 mbmt, dengan MAT 1,5–25,0 mbmt, K
mencapai 13,248 m/hari, T berkisar antara 97–210 m2/hari, Qs 1,24–3,41 l/detik/m, Qopt dapat
mencapai 2,1–8,90 l/detik dengan perhitungan jarak antar sumur mencapai 110–185 m. Mutu air tanah
tergolong baik untuk keperluan air minum.
Potensi Air tanah Rendah Pada Akuifer dangkal dan Sedang pada Akuifer Dalam. Wilayah ini
menempati bagian bawah dari lereng–kaki gunungapi dan sebagian dataran, dengan sebaran di bagian
tengah daerah penyelidikan, sebagian besar penyebarannya meliputi Kabupaten Kudus dan Kabupaten
Jepara, sebagian kecil meliputi wilayah Kabupaten Demak dan Kabupaten Pati.
Akuifer dangkal terdapat pada kedalaman antara 0,75–25,0 mbmt dengan ketebalan akuifer yang tidak
merata di semua tempat, umumnya kurang dari 15,0 m di daerah dataran dan menebal ke arah
gunungapi di utara. Tercatat MAT berkisar antara 0,5–11,5 mbmt, K = 0,004–1,15 m/hari, T = 8,73–11,8
m2/hari, Qs = 0,09–0,11 l/detik/m, Qopt = 0,2–1,5 l/detik dengan jarak antar sumur 20–45 m. Secara
umum, mutu air tanah tergolong baik untuk keperluan air minum, namun di beberapa tempat dijumpai
sisipan-sisipan akuifer yang mengandung air tanah payau/asin, yang diyakini karena proses
pembentukan litologi akuifernya dipengaruhi kondisi genang laut (transgresi).
Akuifer dalam umumnya terdapat pada kedalaman 20–135 mbmt, dengan MAT = 1,5–12,0 mbmt, T =
97–210 m2/hari, Qs = 1,24–3,4 l/detik/m dan Qopt dapat mencapai 2,1–10 l/detik, dengan jarak antar
sumur berkisar antara 110–195 m. Secara umum mutu air tanahnya tergolong baik untuk keperluan air
minum.
Potensi Air tanah Rendah pada Akuifer Dangkal dan Akuifer Dalam. Wilayah ini menempati bagian
puncak dan lereng atas gunungapi Muria di wilayah Kabupaten Kudus dan Kabupaten Demak, serta
sebagian daerah dataran di bagian tenggara daerah penyelidikan pada wilayah Kabupaten Pati.
Akuifer dangkal, kedudukan akuifer berada pada kedalaman 0,75–35 mbmt, MAT = 0,5–30 mbmt, K
bervariasi 0,035–1,15 m/hari dan T = 6,5–10,5 m2/hari, serta penghitungan Qs = 0,06–0,08 l/detik/m
dan Qopt = 0,3–12 l/detik dengan jarak antar sumur rata-rata 21–42 m. Mutu air tanah untuk keperluan
air minum tergolong baik, namun di daerah dataran perlu diwaspadai adanya sisipan-sisipan akuifer
yang mengandung air tanah payau/asin.
Akuifer dalam umumnya terdapat pada kedalaman 20–95 mbmt, MAT berkisar antara 5,0 dan 24,0
mbmt, T = 49,2–104,5 m2/hari, Qs = 0,34–0,85 l/detik/m dan penghitungan Qopt = 0,35–1,46 l/detik
dengan jarak antar sumur = 125–175 m. Secara umum, mutu air tanah tergolong baik untuk keperluan
air minum, namun setempat di daerah dataran wilayah Pati terdapat sisipan akuifer yang mengandung
air tanah payau atau asin.
Potensi Air tanah Nihil pada Akuifer Dangkal dan Rendah pada Akuifer Dalam. Sebaran wilayah
potensi air tanah ini terdapat di bagian selatan daerah penyelidikan, sebagian besar berada di wilayah
Kabupaten Demak dan Kabupaten Kudus, serta sebagian kecil berada di wilayah Kabupaten Pati dan
Kabupaten Jepara.
Akuifer dangkal umumnya memiliki kualitas jelek, kandungan klorida >600 mg/l dan tidak dapat
dimanfaatkan untuk keperluan air minum, setempat terdapat lapisan pasir atau pasir lempungan yang
mengandung air tanah tawar.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 3
Laporan Akhir
6)
Akuifer dalam di wilayah ini berada pada kedalaman 35–140 mbmt, dengan MAT rata-rata antara 1,5–24
mbmt, K mencapai 1,63 m/hari, T = 49,2–104,5 m2/hari, Qs = 0,34–0,85 l/detik/m, serta Qopt mencapai
0,35–1,45 l/detik dengan penghitungan jarak antar sumur mencapai 115–145 m. Mutu air tanah
umumnya baik untuk keperluan air minum, namun setempat dijumpai sisipan akuifer yang mengandung
air tanah payau atau asin.
Potensi Air tanah Nihil pada Akuifer Dangkal dan Dalam. Penyebaran wilayah potensi air tanah ini
berada di daerah pantai di bagian barat daerah penyelidikan.
Di dalam wilayah potensi air tanah ini, pemanfaatan air tanah untuk keperluan air minum tidak mungkin
dilakukan karena kualitasnya jelek, terutama disebabkan oleh genesa akuifernya yang terbentuk dalam
lingkungan pengendapan laut pada saat proses transgesi berlangsung, sedangkan akuifer dangkal
dipengaruhi oleh peristiwa pasang air laut yang terus berlangsung hingga saat ini.
2.1.1.2
Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan berdasarkan fungsi tanah di Kabupaten Kudus, terluas berupa lahan pertanian
sawah dengan luas 20.691 Ha (48,67%). Lahan pertanian sawah terluas terdapat di Kecamatan Undaan
dengan luas 5.805 Ha. Penggunaan lahan bukan sawah di Kabupaten Kudus seluas 7.680 Ha (17,91%),
dengan lahan sawah terluas di Kecamatan Dawe dengan luas 3.414 Ha. Penggunaan lahan di Kabupaten
Kudus meliputi fungsi lahan kering seluas 7.615 Ha, sedangkan fungsi lahan basah/persawahan seluas
20.691 Ha. Penggunaan lahan kering meliputi fungsi tegal/kebun, ladang/huma, perkebunan, hutan rakyat,
tambak/kolam/empang, dan lainnya. Sedangkan fungsi lahan basah meliputi lahan irigasi teknis, irigasi
setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa, dan tadah hujan.
Penggunaan lahan kering meliputi tegalan/kebun 77%, ladang/huma 4% hutan rakyat 2%,
perkebunan 1% dan penggunaan lainnya 16%. Sedangkan fungsi lahan persawahan meliputi sawah irigasi
teknis 31%, sawah setengah teknis 25%, sawah irigasi sederhana 12% dan sawah tadah hujan 28%. Adapun
penjelasan mengenai penggunaan lahan di Kabupaten Kudus, dapat dilihat pada tabel II-2, tabel II-3 dan
tabel II-4.
TABEL II-2.
LUAS PENGGUNAAN LAHAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No
Kecamatan
Lahan Sawah
(Ha)
Lahan Bukan Sawah
(Ha)
Jumlah
(Ha)
1.984
407
2.391
1
Kaliwungu
2
Kota
174
49
223
3
Jaati
1.038
165
1.203
4
Undaan
5.805
200
6.005
5
Mejobo
1.812
103
1.915
6
Jekulo
4.277
1.096
5.373
7
Bae
881
286
1.167
8
Gebog
2.052
1.895
3.947
9
Dawe
2.668
3.414
6.082
20.691
7.615
28.306
Jumlah
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 4
Laporan Akhir
GAMBAR 2.2.
GRAFIK PENGGUNAAN LAHAN KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
TABEL II-3.
PENGGUNAAN LAHAN SAWAH SECARA PENGAIRAN
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010 (Ha)
No
Kecamatan
Teknis
1/2 Teknis
Sederhana
Irigasi
Desa/Non
PU
Tadah
Hujan
Jumlah
1
Kaliwungu
321
178
130
0
1.355
1.984
2
Kota
20
90
0
0
64
174
3
Jati
224
302
0
0
512
1.038
4
Undaan
4.840
965
0
0
0
5.805
5
Mejobo
209
618
26
0
959
1.812
6
Jekulo
803
1.084
1.003
0
1.387
4.277
7
Bae
0
456
15
0
410
881
8
Gebog
0
976
885
0
191
2.052
9
Dawe
90
466
435
807
870
2.668
Jumlah
6.507
5.135
2.494
807
5.748
20.691
Persentase (%)
31%
25%
12%
4%
28%
100%
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus,
Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 5
Laporan Akhir
TABEL II-4.
PENGGUNAAN LAHAN KERING
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No
Kecamatan
Tegal/
kebun
(Ha)
Ladang/
huma
(Ha)
perkebunan
(Ha)
Hutan
Rakyat
(Ha)
Tambak/
kolam
(Ha)
Lainlain
(Ha)
Jumlah
(Ha)
1
Kaliwungu
251
0
0
0
0
156
407
2
Kota
49
0
0
0
0
0
49
3
Jati
0
165
0
0
0
0
165
4
Undaan
200
0
0
0
0
0
200
5
Mejobo
0
103
0
0
0
0
103
6
Jekulo
1.090
0
2
0
2
2
1.096
7
Bae
286
0
0
0
0
0
286
8
Gebog
1.304
0
0
0
0
591
1.895
9
Dawe
2.708
0
112
126
2
466
3.414
Jumlah
5.888
268
114
126
4
1.215
7.615
Persentase (%)
77
4
1
2
0
16
100
Sumber: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Kudus,
Kudus Dalam Angka 2011
2.1.1.3
Bencana Alam
A. Banjir
Berdasarkan RTRW Kabupaten Kudus tahun 2011-2031, kawasan rawan bencana alam meliputi
kawasan rawan tanah longsor dan kawasan rawan banjir. Kawasan rawan longsor antara lain: Desa Rahtawu
Kecamatan Gebog, Desa Menawan Kecamatan Gebog, Desa Terban Kecamatan Jekulo, Desa Ternadi
Kecamatan Dawe, Desa Soco Kecamatan Dawe, Desa Colo Kecamatan Dawe, Desa Japan Kecamatan
Dawe, Desa Cranggang Kecamatan Dawe, Desa Glagah Kulon Kecamatan Dawe, dan Desa Kuwukan
Kecamatan Dawe. Sedangkan kawasan rawan banjir antara lain: Kecamatan Undaan, Kecamatan Jekulo
bagian selatan, Kecamatan Mejobo bagian selatan, Kecamatan Jati bagian selatan, dan Kecamatan
Kaliwungu bagian selatan.
Banjir yang terjadi di Kabupaten Kudus diakibatkan oleh berkurangnya kawasan resapan,
sedimentasi dan faktor alam (curah hujan yang tinggi), di samping karena memang kondisi topografi yang
cenderung datar. Banjir tahunan yang melanda ini menimbulkan kerugian baik moril maupun materiil serta
juga menelan korban jiwa.
B. Gerakan Tanah
Setelah dilakukan analisis dengan mempertimbangkan 4 (empat) faktor, yaitu geologi, keairan,
kelerengan dan tata guna lahan, maka Kabupaten Kudus dapat dibagi menjadi 4 zona kerentanan gerakan
tanah, yaitu sebagai berikut :
1) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah.
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga
sangat jarang atau tidak pernah terjadi adanya gerakan tanah. Di Kabupaten Kudus mempunyai tebal tanah
berkisar dari 0,5 – 4 m. Terdapat pada daerah datar sampai sedikit landai dengan kemiringan lereng 0-5%
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 6
Laporan Akhir
sampai dengan < 15%, wilayahnya meliputi Kecamatan Undaan, Kecamatan Kaliwungu, Kecamatan Gebog,
Kecamatan Dawe dan Kecamatan Jekulo. Batuan terdiri dari endapan alluvial dan sebagian tuf, tuf pasiran
dari Formasi Tuf Muria. Lahan umumnya digunakan sebagai permukiman, sawah, pasar, tambak dan
perkantoran.
2) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga jarang
terjadi adanya gerkan tanah. Bahkan bila kondisi kelerengan diganggu tidak akan membentuk gerakan tanah,
karena tanah di daerah ini umumnya telah teguh. Gerakan tanah yang terjadi di jumpai di lereng-lereng
sungai karena adanya gerusan aliran sungai.
Di Kabupaten Kudus mempunyai tebal tanah berkisar 0,3-5 m. Terdapat pada daerah datar sampai
terjal, lereng umumnya berkisar antara 5% sampai dengan 15%, di lembah sungai bagian atas kadar lereng
sampai >50%, wilayahnya meliputi sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan,
Kecamatan Gebog dan Kecamatan Mejobo. Batuan terdiri dari tuf, tuf pasiran kadang dari Formasi Tuf Muria.
Lahan umumya digunakan sebagai hutan sejenis, sawah, tegalan dan permukiman.
3) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga
kadang-kadang terjadi adanya gerakan tanah, bila kondisi kelerengan diganggu. Karena tanah di daerah ini
umumnya sebagian masih merupakan tanah lepas-lepas yang menumpang di batuan dasarnya. Gerakan
tanah dijumpai di lereng-lereng yang terjal dan mengarah ke lembah sungai. Penyebab gerakan tanah di zona
ini umumnya disebabkan oleh kondisi tanah yang belum teguh dan gerusan air sungai yang membentuk
tebing terjal dan kelerengan tinggi. Tebal tanah berkisar antara 0,5–10 m. Terdapat pada daerah
bergelombang sampai terjal, lereng umumnya berkisar antara 30-50% sampai dengan >70%, di lembah
sungai, wilayahnya meliputi daerah Gunung Paliyan sebelah utara dan Kecamatan Gebog. Batuan terdiri dari
tuf, tuf pasiran, breksi andesit dari Formasi Tuf Muria, lava dari Formasi Lava Muria dan Batupasir–Gamping
dari Formasi Patiayam. Lahan umumnya digunakan sebagai hutan sejenis, hutan heterogen dan pemukiman.
4) Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi
Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadinya gerakan tanah, sehingga sering
terjadi adanya gerakan tanah. Gerakan tanah lama maupun baru akan sering terjadi. Faktor penyebab
gerakan tanah di daerah ini karena kondisi tanah lapuk yang menumpang di batua segar, kelerengan terjal
dan sebagian terjadi karena adanya penggundulan hutan. Tebal tanah berkisar 0,3 - >5m. Terdapat pada
daerah bergelombang sampai terjal, lereng umumnya berkisar antar 50-70% sampai dengan >70%, di
lembah sungai, wilayahnya meliputi Kecamatan Gebog, Kecamatan Dawe dan puncak Muria bagian selatan.
Batuan terdiri dari tuf, tuf pasiran, breksi andesit dan lava dari Formasi Lava Muria, batupasir dari Formasi
Patiayam. Lahan umumnya digunakan sebagai tegalan, hutan heterogen.
2.1.2.
Gambaran Fisiografi Daerah
Wilayah Kabupaten Kudus memiliki topografi yang beragam yaitu ketinggian wilayah yang berkisar
antara 5-1600 m di atas permukaan air laut. Wilayah yang memiliki ketinggian terendah, yaitu 5 meter di atas
permukaan air laut berada di Kecamatan Undaan. Sedangkan wilayah dengan ketinggian tertinggi berada di
Kecamatan Dawe, yang berupa dataran tinggi dengan ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Kudus memiliki kelerengan yang bervariasi, yaitu:
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 7
Laporan Akhir
Kelerengan 0-8%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief datar.
Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Undaan, Kecamatan Kota, Kecamatan Jati, Kecamatan Kaliwungu,
Kecamatan Mejobo, sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog dan Kecamatan Bae.
Kelerengan 8-15%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa dataran koluvial dengan relief landai.
Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan Dawe sebelah selatan, Kecamatan
Gebog dan Kecamatan Mejobo.
Kelerengan 15-25%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan berupa perbukitan struktural dengan relief
bergelombang dan agak curam. Kelerengan ini terdapat di Kecamatan Dawe dan Gunung Paliyan bagian
Timur.
Kelerengan 25-45%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan perbukitan struktural dengan relief berbukit
kecil dan curam. Kelerengan ini terdapat di daerah Gunung Paliyan bagian utara, Kecamatan Gebog,
Kecamatan Dawe, Kecamatan Jekulo.
Kelerengan >45%. Kelerengan ini memiliki bentuk lahan perbukitan struktural dengan relief
bergelombang dan sangat curam. Kelerengan ini terdapat di sebagian Kecamatan Jekulo, Kecamatan
Dawe, Kecamatan Gebog dan daerah Puncak Muria bagian selatan.
2.1.3.
Letak Daerah
Secara geografis Kabupaten Kudus Terletak diantara 110°36’ Dan 110°50’ BT serta 6°51’ dan 7°16
LS. Secara Administrasi Kabupaten Kudus dibatasi oleh :
- Sebelah Utara
: Kabupaten Jepara
- Sebelah Timur
: Kabupaten Pati
- Sebelat Selatan
: Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Pati
- Sebelah Barat
2.1.4.
: Kabupaten Demak
Gambaran Meteorologi
Daerah Kudus secara umum dipengaruhi oleh zona iklim tropis basah. Bulan basah jatuh antara
bulan Oktober–Mei dan bulan kering terjadi antara Juni–September, sedang bulan paling kering jatuh sekitar
bulan Agustus. Curah hujan yang jatuh di daerah Kudus berkisar antara 2.000–3.000 mm/tahun, curah hujan
tertinggi terjadi di daerah puncak Gunung Muria, yaitu antara 3.500–5.000 mm/tahun. Temperatur tertinggi
mencapai 28,2 0C dan terendah 20,2 0C dengan temperatur rata-rata sekitar 27 0C. Angin yang bertiup
adalah angin barat dan angin timur yang besifat basah dengan kelembaban sekitar 88%. Kelembaban ratarata bulanan berkisar antara 79%-83%, angin umumnya bertiup dari arah barat dengan kecepatan minimum 5
km/jam, kecepatan maksimum dapat mencapai 50 km/jam, sedang gelombang dari arah barat, dengan tinggi
minimum 1 meter dan maksimum 5 meter. Adapun penjabaran banyaknya hari hujan, banyaknya curah hujan
dan rata-rata curah hujan di Kabupaten Kudus, dapat dilihat pada tabel II-5, dan tabel II-6.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 8
Laporan Akhir
TABEL II-5.
BANYAKNYA HARI HUJAN DIRINCI PER BULAN
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010 (hari)
Bulan
2006
2007
2008
2009
2010
Januari
24
10
17
23
22
Februari
17
16
22
18
15
Maret
14
17
16
11
12
April
14
12
9
7
12
Mei
11
5
4
10
14
Juni
1
5
1
2
9
Juli
0
2
0
1
8
Agustus
0
1
3
1
6
September
1
1
1
2
9
Oktober
1
5
8
4
11
November
3
11
8
9
6
Desember
18
22
15
10
18
104
107
104
98
142
Jumlah
Lokasi : Colo Dawe, Ketinggian : 700 m/DPL
Sumber: Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus
TABEL II-6.
BANYAKNYA CURAH HUJAN DIRINCI PER BULAN
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010(mm)
Bulan
2006
2007
2008
2009
2010
Januari
777
120
387
562
112
Februari
346
261
722
296
74
Maret
263
227
224
186
177
April
151
170
102
115
167
Mei
152
22
22
88
223
Juni
5
53
8
5
122
Juli
0
25
0
6
91
Agustus
0
9
36
6
60
September
0
12
7
9
112
Oktober
23
41
89
38
147
November
22
187
92
105
87
Desember
325
411
224
139
278
2.064
1.538
1.913
1.555
1.650
Jumlah
Lokasi : Colo Dawe, Ketinggian : 700 m/DPL
Sumber: Stasiun Meteorologi Pertanian Kudus
2.1.5.
Kondisi Geologis
Kondisi geologi yang terdapat di Kabupaten Kudus merupakan struktur geologi primer yang terdiri
dari kenampakan perlapisan batu gamping dan pasir di bagian selatan dari Kota Kudus. Fase tektonik yang
terjadi di Komplek Muria erat kaitannya dengan fase tektonik di cekungan Jawa Timur Utara, terutama Zona
Rembang (Van Bemmelen, 1949). Zona Rembang mengalami 2 (dua) kali fase tektonik, yaitu pada Kala
Miosen Tengah dan pada Kala Plistosen Bawah.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 9
Laporan Akhir
Kabupaten Kudus memiliki struktur tanah yang bervariasi mulai daerah pantai, perbukitan sampai
pegunungan. Berikut ini adalah jenis tanah yang terdapat di daerah Kabupaten Kudus dan penyebarannya :
Jenis tanah andosol. Penyebarannya di Kecamatan Gebog dan Kecamatan Dawe.
Jenis tanah grumosol mediteran. Jenis tanah ini tersebar di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog, dan
Kecamatan Dawe.
Jenis tanah latosol merah. Penyebarannya meliputi Kecamatan Jekulo.
Jenis tanah planosol coklat. Penyebarannya di Kecamatan Kaliwungu dan Kecamatan Gebog.
Jenis tanah latosol coklat. Penyebarannya di Kecamatan Gebog, dan Kecamatan Dawe.
Jenis tanah litosol grumosol. Penyebarannya di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog, dan Kecamatan
Dawe.
Jenis tanah mediteran. Jenis tanah ini penyebarannya di Kecamatan Jekulo, Kecamatan Gebog,
Kecamatan Dawe, Kecamatan Bae, Kecamatan Kota, Kecamatan Mejobo, Kecamatan Jati, dan
Kecamatan Kaliwungu.
Jenis tanah aluvial coklat. Jenis tanah ini paling banyak dijumpai di Kecamatan Jati, Kecamatan Undaan,
Kecamatan Jekulo, Kecamatan Mejobo, dan Kecamatan Kaliwungu.
2.2 PROFIL DEMOGRAFI
2.2.1
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Kudus tahun 2010 adalah 764.606 jiwa, yang meliputi 9 (sembilan)
kecamatan yang ada di Kabupaten Kudus. Jumlah penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jekulo yaitu
97.888 jiwa (12,80%), sedangkan jumlah penduduk terendah sekitar 61.966 jiwa (8,10%) berada di
Kecamatan Bae. Sebaran penduduk tertinggi di Kabupaten Kudus berada di Kecamatan Jekulo. Sedangkan
sebaran penduduk terendah terdapat di Kecamatan Bae.
TABEL II-7.
PERSEBARAN PENDUDUK PER KECAMATAN
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006-2010
No
Kecamatan
Jumlah Penduduk (jiwa)
Persebaran
2006
2007
2008
2009
2010
(%)
1
Kaliwungu
87.327
87.868
88.739
89.391
90.219
11.8
2
Kota
91.737
91.588
92.504
91.526
91.489
12.0
3
Jati
92.113
93.366
94.288
96.084
97.291
12.7
4
Undaan
67.080
67.556
68.228
68.451
68.994
9.0
5
Mejobo
66.211
66.811
67.472
68.360
69.080
9.0
6
Jekulo
94.244
95.096
96.037
97.086
97.888
12.8
7
Bae
60.079
60.526
61.128
61.513
61.966
8.1
8
Gebog
90.177
90.909
91.811
92.809
93.491
12.2
9
Dawe
93.072
93.768
94.697
94.029
94.188
12.3
Jumlah
742.040
747.488
754.905
759.249
764.606
100
Sumber: Kudus Dalam Angka, 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 10
Laporan Akhir
Kepadatan penduduk di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 memiliki kepadatan netto sebesar 81,36
jiwa/Ha, kepadatan brutto sebesar 17,58 jiwa/Ha. Kepadatan netto yang tertinggi yaitu di Kecamatan
Kaliwungu sebesar 144,81 jiwa/Ha, sedangkan kepadatan yang terendah yaitu di Kecamatan Bae sebesar
56,90 jiwa/Ha. Kepadatan brutto yang tertinggi di Kecamatan Kota sebesar 87,38 jiwa/Ha dan yang terendah
di Kecamatan Undaan sebesar 9,61 jiwa/Ha. Berikut dijabarkan tabel II-8 kepadatan penduduk di Kabupaten
Kudus Tahun 2010.
TABEL II-8.
KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Luas daerah
Penduduk
Kepadatan penduduk
(km2)
(jiwa)
(jiwa per km2)
Kaliwungu
32,71
90.219
2.758
Kota
10,47
91.489
8.738
Jati
26,30
97.291
3.699
Undaan
71,77
68.994
961
Mejobo
36,77
69.080
1.879
Jekulo
82,92
97.888
1.181
Bae
23,32
61.966
2.657
Gebog
55,06
93.491
1.698
Dawe
85,84
94.188
1.097
Jumlah
425,16
764.606
1.798
2009
2008
2007
425,16
425,16
425,16
759.249
752.921
747.488
1.786
1.771
1.758
2006
425,16
742.040
1.745
Kecamatan
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
TABEL II-9.
KEPADATAN PENDUDUK NETTO DAN BRUTO
KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No
Kecamatan
Penduduk
(jiwa)
Luas Terbangun
(Ha)
Luas Wilayah
(Ha)
Kepadatan Netto
(jiwa/Ha)
Kepadatan
Brutto
(jiwa/Ha)
1
Kaliwungu
90.219
623
3.271
144,81
27,58
2
Kota
91.489
709
1.047
129,04
87,38
3
Jati
97.291
1.039
2.630
93,64
36,99
4
Undaan
68.994
733
7.177
94,13
9,61
5
Mejobo
69.080
862
3.677
80,14
18,79
6
Jekulo
97.888
1.650
8.291
59,33
11,81
7
Bae
61.966
1.089
2.332
56,90
26,57
8
Gebog
93.491
1.029
5.510
90,86
16,97
9
Dawe
94.188
1.453
8.584
64,82
10,97
Jumlah
747.488
9.187
42.516
81,36
17,58
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011, diolah
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 11
Laporan Akhir
2.2.2
Struktur Penduduk Berdasarkan Umur
Jumlah penduduk berdasarkan struktur umur di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 jumlah
penduduk 764.606 jiwa tercatat pada usia produktif (15-59 tahun) menunjukkan angka tertinggi yaitu 80.056
jiwa kemudian kelompok belum produktif (0–14 tahun) sebesar 67.945 jiwa, serta kelompok tidak produktif
(75+ tahun keatas) sebesar 9.823 jiwa.
Di sisi lain, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Kudus, berdasarkan data
Kudus Dalam Angka Tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk dengan jenis kelamin wanita lebih
banyak daripada jumlah penduduk pria, masing-masing yaitu 385.586 jiwa dan 379.020 jiwa.
TABEL II-10.
BANYAKNYA PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
DI KABUPETEN KUDUS TAHUN 2010
Kelompok
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
0-4
33.310
34.635
67.945
5-9
38.978
34.677
73.655
10-14
38.054
34.178
72.232
15-19
39.059
40.997
80.056
20-14
36.452
39.490
75.942
25-29
33.481
36.115
69.596
30-34
31.422
32.183
63.605
35-39
26.707
28.358
55.065
40-44
27.738
26.763
54.501
45-49
21.417
18.234
39.651
50-54
15.771
15.187
30.958
55-59
11.118
12.848
23.966
60-64
9.820
12.486
22.306
65-69
7.191
9.344
16.535
70-74
5.689
6.081
11.770
75+
2.813
4.010
9.823
Jumlah
379.020
385.586
764.606
Umur
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 12
Laporan Akhir
GAMBAR 2.3.
PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Perempuan
Laki-laki
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011, diolah
Dari gambar di atas terlihat bahwa piramida penduduk Kabupaten Kudus termasuk piramida dengan
bentuk segitiga atau limas, yang berarti sebagian besar penduduk berada dalam kelompok umur muda atau
berciri ekspansif. Penduduk tumbuh cepat karena terjadi penurunan tingkat kematian bayi tetapi tingkat
kelahiran masih tinggi. Namun jumlah penduduk produktif masih lebih banyak bila dibandingkan dengan
jumlah penduduk yang tidak produktif. Hal itu berarti potensi tenaga kerja di Kabupaten Kudus tinggi karena
banyak terdapat penduduk yang produktif.
2.2.3
Struktur Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 jumlah
penduduk 764.606 jiwa terdiri atas laki-laki sebesar 379.020 Jiwa dan perempuan sebesar 385.586 jiwa. Hal
ini menunjukkan adanya selisih jumlah yang tidak jauh beda yaitu lebih banyak penduduk perempuan dari
pada laki-laki, namun mayoritas keseimbangan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan tersebar di
seluruh wilayah Kabupaten Kudus.
Di sisi lain, angka perbandingan sex ratio penduduk rata-rata berdasarkan jenis kelamin di
Kabupaten Kudus, adalah 98,30 berdasarkan data Kudus Dalam Angka Tahun 2011 menunjukkan bahwa
jumlah penduduk dengan jenis kelamin wanita lebih banyak daripada jumlah penduduk pria, masing-masing
yaitu 385.586 jiwa dan 379.020 jiwa atau setiap 100 penduduk wanita terdapat 98 penduduk laki-laki.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 13
Laporan Akhir
TABEL II-11.
BANYAKNYA PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN SEX RATIO
PER KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
Kecamatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Sex Ratio
Kaliwungu
44.858
45.361
90.219
98,89
Kota
44.197
47.292
91.489
93,46
Jati
47.608
49.683
97.291
95,82
Undaan
34.431
34.563
68.994
99,62
Mejobo
34.367
34.713
69.080
99,06
Jekulo
48.837
49.051
97.888
99,56
Bae
30.808
31.158
61.966
99,88
Gebog
46.825
46.666
93.491
100,34
Dawe
47.089
47.099
94.188
99,98
Jumlah
379.020
385.586
764.606
98,30
2009
2008
2007
376.058
372.761
369.884
383.191
380.160
377.604
759.249
752.921
747.488
98,14
98,05
97,96
2006
367.143
374.897
742.040
97,93
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
2.2.4
Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam peningkatan kualitas sumber daya
manusia, terutama dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk ikut berperan serta secara aktif dalam
pembangunan. Selain itu, juga dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki
keunggulan kompetitif dalam menghadapi era persaingan global.
Dari tabel dibawah dapat diketahui bahwa pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kabupaten Kudus
yang merupakan lulusan Akademi dan atau Perguruan Tinggi sebanyak 43.394 orang, lulusan SMA sebanyak
91.393 orang, lulusan SMP sebanyak 195.358 orang. Sedangkan jumlah penduduk yang merupakan lulusan
SD mencapai 130.531 orang, tidak lulus SD yaitu 125.771 orang dan tidak bersekolah 36.559 orang.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di Kabupaten Kudus masih berpendidikan
rendah, yaitu mencapai 47,00% dari seluruh jumlah penduduk yang termasuk dalam kelompok usia sekolah
(10 tahun ke atas).
TABEL II-12.
BANYAKNYA PENDUDUK (10 TAHUN KEATAS) MENURUT PENDIDIKAN YANG DITAMATKAN
PER KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2010
No.
1
2
3
4
5
6
7
Kecamatan
Kaliwungu
Kota
Jati
Undaan
Mejobo
Jekulo
Bae
AK/ PT
4.726
4.144
3.664
4.734
3.307
7.500
4.839
SMA
SMP
SD
9 .452
8 .664
11.554
8.471
9.187
6.643
10.001
29.083
1 5.444
18.036
24.667
20.946
28.287
11.614
14.178
8.664
15.781
10.216
13.229
20.144
14.195
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
Tak/ Blm
Tamat SD
1 1.633
2 7.875
2 3.672
6 .977
7 .349
1 3.500
9 .033
Tak
sekolah
3 .999
1 0.924
6 .763
7 47
2 .205
3 .643
9 68
Jumlah
73.072
75.714
79.470
55.812
56.223
79.717
50.650
II- 14
Laporan Akhir
No.
8
9
Kecamatan
AK/ PT
Gebog
Dawe
Jumlah
5.493
4.988
43.394
SMA
16.821
10.599
91.393
SMP
SD
19.224
28.057
195.358
18.538
15.587
130.531
Tak/ Blm
Tamat SD
1 2.015
1 3.717
125.771
Tak
sekolah
3 .776
3 .533
36.559
Jumlah
75.868
76.480
623.006
Sumber: Kudus Dalam Angka, 2011
2.2.5
Struktur Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Kudus berkaitan erat dengan jumlah penduduk yang
termasuk usia kerja. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di
Kabupaten Kudus pada tahun 2010, yang sudah bekerja adalah 353.120 orang. Dari jumlah tersebut
sebagian besar bekerja pada sektor perdagangan 73.520 orang, industri 140.083 orang dan pertanian 44.387
orang, sedangkan sebagian kecil bekerja di sektor keuangan dan pertambangan, masing-masing yaitu 5.367
dan 247 orang.
TABEL II-13.
PENDUDUK (USIA 10 TAHUN KEATAS) YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN USAHA UTAMA
DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2006 – 2010
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan
Industri
Listrik, Gas dan Air
Bangunan
Perdagangan
Transportasi
Keuangan
Jasa-jasa
Jumlah
2006
60.201
1.142
155.733
1.526
35.589
54.830
17.738
4.379
41.249
372.387
2007
60.642
1.150
156.874
1.537
35.849
55.231
17.868
4.411
41.551
375.113
Jumlah
2008
60.361
1.145
156.147
1.530
35.683
54.975
17.785
4.391
41.359
373.376
2009
60.054
226
140.665
452
42.546
66.454
21.988
2.899
41.228
376.512
2010
44.387
247
140.083
989
36.336
73.520
15.537
5.367
36.654
353.120
Sumber : Kudus dalam Angka ,2006-2011
Hal tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi kecenderungan peralihan mata pencaharian
penduduk di Kabupaten Kudus, dari sektor primer (pertanian dan pertambangan) ke sektor sekunder (industri
dan perdagangan), bahkan sektor tersier (jasa-jasa). Hal ini berarti sektor-sektor sekunder yang cenderung
modern telah menggantikan peranan sektor primer yang relatif bersifat tradisional.
2.3 PROFIL EKONOMI
2.3.1
Kondisi Ekonomi Daerah dengan Perkembangan PDRB
Kondisi perekonomian Kabupaten Kudus pada saat ini antara lain dapat dilihat dari beberapa
indikator ekonomi seperti meningkatnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya pendapatan perkapita, tingkat
inflasi serta terjadinya pergeseran struktur ekonomi dengan semakin berkurangnya peran sektor primer
sejalan dengan semakin meningkatnya peran sektor sekunder dan tersier.
Kondisi ekonomi makro Kabupaten Kudus Tahun 2005-2009 cukup berat. Hal ini terlihat pada
indikator-indikator ekonomi makro antara lain PDRB, pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan PDRB per kapita.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 15
Laporan Akhir
Dari tabel diketahui bahwa PDRB atas dasar harga konstan Tahun 2005 sebesar Rp 10.619.525,79
juta meningkat menjadi Rp 12.125.681,80 juta pada 2009. Rata-rata pertumbuhan ekonomi Tahun 2005-2009
adalah 3,37%. Kondisi ini menggambarkan perekonomian tetap berkembang meskipun lamban. Sektor
bangunan, sektor pertambangan, dan sektor keuangan rata-rata tumbuh tinggi sebagai dampak dari
meningkatnya permintaan akan perumahan dan layanan keuangan dari perbankan. Sektor industri dan
perdagangan rata-rata tumbuh 3%, tetap menopang perekonomian daerah secara konsisten. Adapun sektor
pertanian mengalami pertumbuhan dengan rata-rata tumbuh 5%. Namun pada tahun 2007 sempat
mengalami penurunan sebesar 2%.
Pada 2015 diperkirakan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp. 14.796.099,07 juta dengan
tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 3,37%. Diasumsikan situasi perekonomian riil terus tertekan
sebagai imbas arus perekonomian global sehingga akan terjadi penyesuaian harga barang dan jasa sampai
tercipta keseimbangan baru.
TABEL II-14.
PERTUMBUHAN PDRB KABUPATEN KUDUS ATAS DASAR HARGA KONSTAN
TAHUN 2005-2009 (Rp Juta)
No.
1
2
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
Tahun
2005
2006
2007*
2008*
2009**
340.618,20
362.548,16
355.496,07
369.112,83
386.786,84
4.165,91
4.443,31
4.609,93
4.666,99
4.797,69
6.557.621,25
6.689.910,12
6.901.299,63
7.145.779,11
7.421.852,42
33.134,30
34.548,41
36.330,30
39.434,71
46.682,57
162.748,06
167.298,67
174.711,93
174.741,85
187.232,67
2.887.991,97
2.958.744,27
3.079.673,70
3.218.014,82
3.309.324,07
3
Industri Pengolahan
4
Listrik, Gas & Air
Bersih
5
Bangunan
6
Perdagangan, Hotel
& Restoran
7
Pengangkutan &
Komunikasi
191.001,04
201.682,93
213.080,03
229.419,85
237.284,29
8
Keu Persewaan &
Jasa Perusahaan
229.463,82
238.231,78
240.954,45
252.551,43
276.390,68
9
Jasa - Jasa
212.781,24
223.752,16
237.203,33
250.098,15
255.330,57
Jumlah
10.619.525,79
10.881.159,81
11.243.359,37
11.683.819,74
12.125.681,80
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
TABEL II-15.
PDRB KABUPATEN KUDUS ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONTRIBUSI SEKTORAL TAHUN
2005-2009 (Rp Juta)
No.
1
2
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan &
Penggalian
Tahun
2005
2006
2007*
2008*
2009**
446.634,64
527.005,27
572.526,70
669.646,60
735.051,75
6.390,96
7.347,51
8.380,38
9.092,12
9.649,23
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 16
Laporan Akhir
No.
3
4
Lapangan Usaha
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air
Bersih
5
Bangunan
6
Perdagangan, Hotel
& Restoran
7
Pengangkutan &
Komunikasi
Tahun
2005
2006
2007*
2008*
2009**
12.844.125,27
13.992.851,76
15.616.390,95
17.408.531,63
18.369.527,90
74.875,78
83.444,04
88.994,54
100.612,94
135.642,91
246.809,77
270.997,53
319.534,84
347.586,21
379.547,02
5.084.180,13
5.468.286,16
6.074.941,57
7.102.368,42
7.516.800,09
293.616,56
323.498,78
340.685,13
394.677,34
416.103,57
8
Keu Persewaan &
Jasa Perusahaan
373.489,86
4.1347,63
466.480,96
556.816,77
637.502,66
9
Jasa - Jasa
414.300,37
470.202,69
525.318,64
656.060,27
705.631,88
Jumlah
19.784.423,34
21.562.981,37
24.013.253,71
27.245.392,30
28.905.457,01
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Dari tabel di atas, diketahui bahwa struktur ekonomi Kabupaten Kudus ditopang oleh sektor industri
dan didukung oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Pergeseran struktur ekonomi secara cepat
dimotori oleh perkembangan sektor industri dan dipacu oleh sektor keuangan dan jasa-jasa. Kontribusi sektor
industri pengolahan terhadap PDRB rata-rata berkisar 63,55%.
Industri besar mampu meningkatkan nilai tambahnya secara berkelanjutan merupakan keberhasilan
industri yang inovatif, aktif meningkatkan produktivitasnya, dan berbahan baku lokal. Kemampuan industri
kecil perlu dioptimalkan hingga kapasitas penuh melalui penguatan struktur industri (up grading), perbaikan
sistem dan rel intermoda dengan rantai pasokan global, fasilitas manajemen, dan pengembangan basis
informasi.
Kontribusi sektor perdagangan, hotel, dan restoran rata-rata berkisar 26%. Sedangkan kontribusi
dari sektor pertanian dan sektor yang lain masih di bawah 10 persen, yakni sektor pertanian sebesar 2,54
persen, sektor jasa 2,44 persen, sektor keuangan sebesar 2,21 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi
1,44 persen.
Dari tahun 2005 kontribusi dari sektor industri pengolahan terlihat fluktuatif stabil. Hal ini
menunjukkan kemajuan dalam proses industrialisasi. Proses industrialisasi merupakan proses dimana
perkembangan sektor industri pada umumnya akan diikuti berkembangnya transaksi perdagangan dan
menurunnya aktivitas pertanian. Terlihat bahwa selama beberapa dekade ini sektor perdagangan selalu
memberikan kontribusi terbesar kedua, lebih besar dari kontribusi sektor pertanian.
Besarnya kontribusi sektor industri menunjukkan bahwa sektor ini memegang peranan penting
dalam menopang perekonomian di Kudus, walaupun secara geografis Kabupaten Kudus merupakan
kabupaten dengan wilayah terkecil, namun dari sisi industri memiliki potensi dan peluang pasar yang dapat
diandalkan.
Di sisi lain kabupaten Kudus kurang memiliki potensi untuk dilakukan penambangan ataupun
penggalian, mengingat kondisi geografis yang ada. Hal tersebut berimbas pada kecilnya peranan sektor
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 17
Laporan Akhir
pertambangan dan penggalian dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari konstribusinya yang paling
kecil, hanya sebesar 0,03 persen.
Pada tahun 2009 sektor sekunder tetap menjadi kontributor pertama terhadap PDRB. Atas dasar
harga berlaku kontribusi sektor sekunder pada tahun 2009 sebesar 65,33 persen, disusul kemudian sektor
tersier sebesar 32,09 persen dan kontribusi terkecil adalah sektor primer sebesar 2,58 persen. Hal tersebut
semakin menunjukkan bahwa peranan sektor primer di Kabupaten Kudus sangat kecil dominasinya
dibandingkan dengan kedua sektor yang lain.
Laju pertumbuhan PDRB di Kabupaten Kudus tahun 2009 atas dasar harga konstan 2000 adalah
sebesar 3,78 persen, yang berarti telah terjadi kenaikan riil kuantitas barang/jasa sebesar 3,78 persen
dibanding tahun sebelumnya.
Adapun PDRB per kapita merupakan indikator ekonomi yang mampu menggambarkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. PDRB per kapita pada 2005 mencapai Rp 10,619,525.79 meningkat pada 2009
sebesar Rp 12,125,681.80. Kondisi ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat relatif tinggi dibanding
daerah lain.
TABEL II-16.
PERKEMBANGAN PDRB PER KAPITA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN
PDRB Per Kapita
Tahun
1
2005
10,619,525.79
4,43
19,784,423.34
20,16
2
2006
10,881,159.81
2,46
21,562,981.37
8,99
3
2007*
11,243,359.37
3,32
24,013,253.71
11,36
4
2008*
11,683,819.74
3,92
27,245,392.30
13,46
5
2009**
12,125,681.80
3,78
28,905,457.01
6,09
(Harga Konstan)
%
PDRB Per Kapita
No.
(Harga Berlaku)
%
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
2.3.2
Pendapatan Perkapita
Atas dasar harga berlaku Kecamatan Kota memiliki PDRB Perkapita tertinggi yakni sebesar 100,93
juta rupiah. Diikuti oleh Kecamatan Kaliwungu dan Jati Masing-masing sebesar 54,11 juta rupiah dan 51,00
juta rupiah. Sedangkan PDRB perkapita terkecil masih dipegang kecamatan Dawe sebesar 10,04 juta rupiah.
Dan secara keseluruhan PDRB Perkapita kabupaten Kudus untuk tahun 2009 sebesar 16,10 juta rupiah.
Sedangkan Pendapatan Regional Perkapita di tahun 2006 atas dasar harga berlaku adalah sebesar
19,77 juta rupiah, yang artinya setiap orang rata-rata memiliki pendapatan bersih sebesar 19,77 juta rupiah
selama tahun 2006.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 18
Laporan Akhir
TABEL II-17.
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PERKAPITA DIRINCI
MENURUT KECAMATAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2008 – 2009 ( RUPIAH )
2008*
Kecamatan
Harga Berlaku
55,096,981.39
93,999,863.69
48,509,990.70
9,263,609.60
12,563,975.49
21,263,143.84
26,273,295.18
35,794,885.89
9,082,330.78
36,321,523.57
Kaliwungu
Kota
Jati
Undaan
Mejobo
Jekulo
Bae
Gebog
Dawe
Jumlah
2009**
Harga Konstan
2000
23,260,889.71
39,921,399.96
20,942,367.27
4,405,199.50
5,538,843.34
9,141,067.73
11,184,358.62
15,207,825.74
4,227,530.66
15,575,996.46
Harga Konstan
2000
22,445,978.89
41,945,550.12
21,535,593.09
4,620,419.82
5,487,366.41
9,898,438.51
10,403,775.76
16,543,818.55
4,531,835.40
16,030,016.80
Harga Berlaku
54,117,757.92
100,933,267.30
51,003,796.50
10,090,027.37
12,780,620.72
23,603,772.27
24,938,303.12
39,776,611.26
10,044,828.14
38,212,693.48
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka, 2011
TABEL II-18.
PENDAPATAN REGIONAL DAN ANGKA-ANGKA PERKAPITA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2005-2009
Rincian
Produk
Domestik
Regional
Bruto
Penyusutan
Produk
Domestik
Regional
Netto Atas
Dasar Harga
Pasar
Pajak Tak
Langsung
Produk
Domesti
Regional
Netto Atas
Dasar Biaya
Faktor
Jumlah
Penduduk
Pertengahan
Tahun
Pendapatan
Regional
Perkapita
PDRB
Perkapita
Satuan
2005
2006
2007*
2008*
2009**
Jutaan
Rupiah
19,784,423.33
21,562,981.38
24,013,253.71
27,245,392.30
28,905,457.00
Jutaan
Rupiah
Jutaan
Rupiah
1,150,579.81
1,205,855.25
1,292,305.01
1,389,998.96
1,413,800.46
18,633,843.52
20,357,126.13
22,720,948.70
25,855,393.34
27,491,656.55
Jutaan
Rupiah
Jutaan
Rupiah
8,125,331.64
8,754,806.35
10,382,104.50
11,678,481.57
12,537,956.55
10,508,511.88
11,602,319.78
12,338,844.19
14,176,911.77
14,953,700.00
Jiwa
7 34,136
7 39,035
7 44,673
7 50,117
756,436
Rupiah
14,314,121.47
15,699,283.23
16,569,479.75
18,899,600.68
19,768,625.50
Rupiah
26,949,261.89
29,177,212.68
32,246,709.24
36,321,523.57
38,212,693.48
*)Angka Sementara
**)Angka Sangat Sementara
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 19
Laporan Akhir
2.4 PROFIL SOSIAL DAN BUDAYA
2.4.1
Kesejahteraan Sosial
Perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran,
baik anak maupun lanjut usia, kecacatan, ketunasusilaan, dan bencana alam, serta bencana sosial. Hal ini
sesuai dengan yang diamanatkan oleh pasal 28H ayat (1), (2), dan (3) Perubahan Kedua dan pasal 34 ayat
(1) dan (2) Perubahan Keempat UUD 1945.
Menurut Sistem Informasi Profil Daerah Kabupaten Kudus, jumlah anak terlantar pada tahun 2010
sekitar 766 anak, sedangkan jumlah lanjut usia terlantar sekitar 969 jiwa. Berdasarkan data Kudus Dalam
Angka tahun 2011, jumlah penderita cacat tercatat 1.844 jiwa sebagian tuna raga/tubuh dan tuna netra, serta
jumlah penduduk miskin yang ditangani berjumlah sekitar 39.644 jiwa. Data kemiskinan terdiri dari 5 tahapan
keluarga sejahtera, yaitu keluarga pra sejahtera, keluarga sejahtera I (miskin), keluarga sejahtera II, keluarga
sejahtera III, dan Keluarga sejahtera III plus.
TABEL II-19.
PENDUDUK MENURUT TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA
TAHUN 2006-2010
Tahun
Tahap Keluarga Sejahtera
2006
2007
2008
2009
2010
Pra sejahtera
28.874
28.352
28.237
26.192
25.934
Keluarga Sejahtera I
37.877
38.545
36.701
38.774
39.644
Keluarga Sejahtera II
58.546
61.669
67.265
73.263
70.616
Keluarga Sejahtera III
49.692
51.377
50.735
51.903
57.001
Keluarga Sejahtera III+
11.000
9.907
10.222
10.061
10.139
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) khususnya fakir miskin apabila
tidak dilakukan secara tepat akan berakibat pada kesenjangan sosial yang semakin meluas dan berdampak
pada melemahnya ketahanan sosial masyarakat.
2.4.2
Agama
Di Kabupaten Kudus, pemeluk Agama Islam merupakan pemeluk agama yang dominan mencapai
743.733 orang pada tahun 2010. Pemeluk Agama Kristen sebanyak berjumlah 10.928 orang, pemeluk
agama Katolik mencapai 7.534 orang, Pemeluk Agama Hindu sebanyak 793 orang dam Agama Budha
sebanyak 1.618 orang.
Tempat peribadatan yang tersedia di Kabupaten Kudus pada tahun 2010 adalah 659 masjid, 1.769
Mushola, 21 gereja kristen, 7 gereja katolik, 13 vihara budha dan klenteng.
Pengaruh budaya Jawa dan perkembangan Agama Islam begitu kuat terhadap perkembangan
sejarah dan kebudayaan masyarakat Kabupaten Kudus. Persentuhan dua kekuatan itu telah mewarisi
sejumlah harta budaya yang sekaligus merupakan wujud nyata olahan cipta, karya dan rasa dan cita yang
tersimpan secara turun menurun.
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 20
Laporan Akhir
Maka secara sederhana dapat disebutkan bahwa melihat masyarakat dan kebudayaan Kudus
adalah melihat wajah mereka melalui karya-karya budaya mereka yang terekspresi dalam benda-benda
purbakala, upacara-upacara adat, tari-tarian, kesenian, kerajinan tangan dan sebagainya.
Kebudayaan daerah dapat dilihat dari adat istiadat yang mengarah pada budaya jawa dan Islam.
Bahasa daerah yang ada sangat didominasi oleh Bahasa Jawa. Tempat bersejarah yang ada antara lain
Makam Sunan Kudus yang berada satu kompleks dengan Masjid Menara dan Makam Sunan Muria.
2.4.3
Pendidikan
Penduduk yang bersekolah di Kabupaten Kudus secara umum mengalami fluktuasi selama periode
tahun ajaran 2005/2006 – 2009/2010. Pada tingkat pendidikan dasar (Negeri dan Swasta) tahun ajaran
2009/2010 jumlah murid yang bersekolah mengalami peningkatan sebesar 0,15 persen dibandingkan tahun
sebelumnya. Untuk pendidikan SLTP (Negeri dan Swasta) juga mengalami kenaikan sebesar 1,49 persen,
sedangkan untuk SLTA (Negeri dan Swasta) mengalami kenaikan sebesar 3,54 persen.
Pada tahun ajaran 2009/2010, tersedia jumlah SD sebanyak 467 unit dan MI sebanyak 135 unit,
SLTP dan MTs masing-masing sebanyak 51dan 61 unit, SLTA dan MA masing-masing sebanyak 43 dan 29
unit. Untuk jumlah Universitas/Perguruan Tinggi tahun akademik 2009/2010 tercatat ada 8 buah.
TABEL II-20.
JUMLAH SEKOLAH (NEGERI DAN SWASTA) BERDASARKAN TINGKATAN PENDIDIKAN DI
KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2009/2010
Kecamatan
Jumlah Sekolah
SD
MI
SLTP
MTs
SLTA
MA
1. Kaliwungu
44
19
6
8
4
3
2. Kota
55
13
13
6
16
7
3. Jati
50
14
6
3
1
2
4. Undaan
43
12
4
6
2
3
5. Mejobo
47
10
5
4
4
1
6. Jekulo
64
12
5
7
4
4
7. Bae
40
10
4
4
3
2
8. Gebog
59
24
5
7
4
4
9. Dawe
65
21
3
16
5
3
Jumlah
2009
2008
467
476
470
135
135
134
51
51
45
61
61
57
43
43
32
29
29
29
2007
2006
473
474
134
135
45
45
57
56
32
34
29
27
Sumber: Kudus Dalam Angka 2011
Penyusunan Review RPIJM Bidang Cipta Karya
Kabupaten KudusTahun Anggaran 2011
II- 21
Laporan Akhir
2.5 KONDISI PRASARANA BIDANG PU/CIPTA KARYA
A.
Sub Bidang Pengembangan Permukiman
Kabupaten Kudus memiliki letak yang strategis yaitu dilalui oleh jalan propinsi Semarang – Surabaya
dan didukung dengan pertumbuhan kawasan industri. Dengan kondisi yang strategis tersebut menjadikan
Kabupaten Kudus berkembang dengan pesat.
Perkembangan Kabupaten Kud