BAB IV PROFIL KABUPATEN PONOROGO - DOCRPIJM 1503651090BAB 4 PROFIL KABUPATEN PONOROGO

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018 .

BAB IV PROFIL KABUPATEN PONOROGO

4.1. Geografi dan Administratif Wilayah

  Kabupaten Ponorogo terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur dengan luas wilayah 1.371,78 km2 yang secara administratif terbagi ke dalam 21 Kecamatan dan 305 desa/ kelurahan. Menurut kondisi geografisnya, Kabupaten Ponorogo terletak antara 111º 17’

  • – 111º52’ Bujur Timur (BT) dan 7º49’ – 8º20’ Lintang Selatan (LS) dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pudak dan Ngebel dan tujuh belas Kecamatan lainnya merupakan daerah dataran rendah.

  Jarak Ibu Kota Kabupaten Ponorogo dengan Ibu Kota Propinsi Jawa Timur (Surabaya) kurang lebih 200 Km ke arah Timur Laut dan ke Ibu Kota Negara (Jakarta) kurang lebih 800 Km ke arah Barat. Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut : ▪ Utara : Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Nganjuk.

  ▪ Timur : Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Trenggalek ▪ Selatan : Kabupaten Pacitan ▪ Barat : Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)

  Secara administratif wilayah Kabupaten Ponorogo terbagi menjadi, 21 Kecamatan serta 305 Kelurahan dan Desa, 947 Dusun/ Lingkungan, 2.272 Rukun warga (RW) dan 6.842 Rukun Tetangga (RT). Untuk menjalankan roda pemerintahan, Pemerintah Kabupaten Ponorogo didukung oleh segenap pegawai ditingkat Kabupaten, Kecamatan sampai Desa/Kelurahan, yang berada di Kantor, lembaga teknis, BUMD, Dinas, Badan serta unit unit pelaksanan teknis lainnya. Jumlah Pegawai Negeri Sipil dari tahun ke tahun akan mengalami peningkatan seiring dengan meningkat dan berkembangnya organisasi serta kebijakan Pemerintah Pusat. Jumlah Pegawai Negeri Sipil di kabupaten Ponorogo pada Tahun 2009 adalah 12.570 orang meningkat 1,55 persen dibandingkan tahun 2008 yang lalu.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  Dilihat dari keadaan geografisnya, Kabupaten Ponorogo dibagi rnenjadi 2 sub area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan dataran rendah. Berdasarkan ketinggian wilayah dari permukaan laut dapat dikelompokkan 241 desa berada pada ketinggian dibawah 500 m diatas permukaan laut, 44 desa berada pada 500-700 m diatas permukaan laut; dan 18 desa berada di ketinggian lebih dari 700 m diatas permukaan laut.

  Di Kabupaten Ponorogo terdapat 14 sungai dengan panjang sungai antara 4 sampai 58 km. Luas wilayah Kabupaten Ponorogo 1.371,78 km2 terdiri atas tanah sawah seluas 348,67 km2 dan tanah kering seluas 1.023,11 km2. Sebagian besar wilayah Kabupaten Ponorogo terdiri atas area hutan, tegal dan sawah. Untuk area hutan jumlah produksi hutan dan ikutannya meliputi: kayu untuk pertukangan dari kayu jati 864 m2, kayu non jati 7.940 m2, kayu untuk bahan bakar dari kayu jati 170 sm, kayu non jati 2.889 ;bahan terpentyn 1.354 ton, bahan gondorukem 6.750 ton, minyak kayu putih 38.476 kg, dan getah pinus10.286 ton, disamping potensi hutan, Kabupaten Ponorogo juga memiliki kandungan bahan tambang. Berdasarkan wilayah kecamatan jenis bahan tambang adalah: Kecamatan Ngrayun memiliki kandungan mangaan; oker,dan tras (17.792 m2); kecamatan Slahung memiliki kandungan seng, mangaan, batu gamping (6.273 m2); kaolin, bentonit (437 m2), zeolit (797 m2), gypsum (26.000 ton), tras (1.305 m2)

  Kecamatan Bungkal memiliki kandungan seng; Kecamatan Sambit memiliki kandungan tras; Kecamatan Sawoo memiliki kandungan batu gamping (23.600, 2 m3), Kecamatan Sooko memiliki kandungan tras (454 m2), emas (260.000 m2); Kecamatan Pulung memiliki kandungan emas (142,5 juta ton), mangaan. Tras (87.237,78 m2) dan sirtu; Kecamatan Sampung memiliki kandungan batu gamping (39.939 m2), tras 837,01ha; Kecamatan Jenangan memiliki kandungan sirtu; dan kecamatan Ngebel memiliki kandungan; emas dan tras (87.237,78 Kg). Sedangkan untuk 10 kecamatan lainnya belum ada penelitian, sehingga tidak diketahui sumber daya alam berupa bahan tambang. Selain potensi tersebut, Kabupaten Ponorogo juga memiliki potensi wisata alam berupa Telaga Ngebel yang masih asli, Air Terjun Pletuk, Hutan Kucur, wisata religi yaitu makam Bathoro Katong, KH Besari, Goa Maria, dll.

4.2. Demografi

  Penduduk merupakan elemen terbentuknya suatu wilayah. Kabupaten Ponorogo merupakan Kabupaten yang memiliki jumlah penduduk cukup tinggi. Pada tahun 2012 jumlah penduduk di Kabupaten ponorogo adalah sebesar 857.623 Jiwa dengan jumlah

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  

11 Jetis 2.241 31.400 29.049 29.212 29.135 3,40

  Sumber : Kabupaten Ponorogo Dalam Angka

  

21 Ngebel 5.950 19.880 19.099 19.206 19.151 2,23

Jumlah 137.178 899.328 855.281 860.093 857.623 100

  

20 Jenangan 5.944 52.673 51.508 51.798 51.659 6,02

  

19 Babadan 4.393 61.979 62.615 62.968 62.775 7,32

  

18 Ponorogo 2.231 75.443 74.379 74.795 74.569 8,69

  

17 Sukorejo 5.958 51.106 49.564 49.846 49.713 5,80

  

16 Sampung 8.061 39.182 35.845 36.048 35.981 4,20

  

15 Badegan 5.235 30.784 29.082 29.236 29.129 3,40

  

14 Jambon 5.748 41.583 38.929 39.148 38.998 4,55

  

13 Kauman 3.661 44.815 40.015 40.239 40.124 4,68

  

12 Balong 5.696 44.740 41.565 41.797 41.694 4,86

  

10 Siman 3.795 42.511 41.655 41.890 41.755 4,87

  penduduk terbesar terdapat di Kecamatan ponorogo (8,69 %) dan terendah terdapat di Kecamatan Pudak (1,04 %).

  

9 Mlarak 3.720 37.592 36.138 36.347 36.194 4,22

  

8 Pulung 12.755 48.573 45.993 46.253 46.106 5,38

  

7 Pudak 4.892 8.652 8.893 8.943 8.916 1,04

  

6 Sooko 5.533 23.070 21.767 21.889 21.845 2,55

  

5 Sawoo 12.471 60.242 54.696 55.004 54.883 6,40

  

4 Sambit 5.983 38.149 35.566 35.767 35.680 4,16

  

3 Bungkal 5.401 36.237 34.240 34.435 34.370 4,01

  

2 Slahung 9.034 52.859 49.267 49.543 49.416 5,76

  

1 Ngrayun 18.476 57.858 55.416 55.729 55.530 6,47

  No Kecamatan Luas Wilayah JumlahPenduduk (Jiwa) Persentase Penduduk 2009 2010 2011 2012 2012 (%)

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2009-2012

  Berdasarkan data jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa angka dari jumlah penduduk mengalami pertumbuhan secara fluktuatif dimana terjadi penurunan pada tahun 2010 dan 2012.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018 jumlah Penduduk; 2009;

  899.328

  • 4,90% jumlah jumlah Penduduk; 2011; jumlah Penduduk; 2012; 860.093 Penduduk; 2010; 857.623
  • 0,29% 855.281 0,56%

Gambar 4.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Ponorogo Tahun 2009-2012

4.3. Topografi

  Ketinggian tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan jenis kegiatan penduduk. Kabupaten Ponorogo terletak pada ketinggian antara 25 - > 1.000 m di atas permukaan laut, dengan ketinggian terbanyak berada di antara 100 – 500 m di atas permukaan laut. Kondisi lahan bertopografi datar sampai berbukit.

  Lereng adalah sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal yang dinyatakan dalam prosen (%). Kondisi kelerengan di wilayah Kabupaten Ponorogo cukup beragam dari kemiringan yang relatif datar (0 – 2 %) hingga kemiringan yang tajam (di atas 40%).

Tabel 4.2 Kelerengan Tanah di Kabupaten Ponorogo

  L U A S KELERENGAN TANAH Ha % 15.391 11,22

  • – 2% 2 16.736 12,20
  • – 15% 15 22.374 16,31
  • – 40% > 40% 82.677 60,28

    J U M L A H 137.178 100,00

  Sumber : Ponorogo Dalam Angka Tahun 2008

  • – 2% di Kabupaten Ponorogo mencapai luasan sekitar 15.391 Ha (11,22%).
  • – 15% Tanah dengan kemiringan 2
  • – 15% di wilayah Kabupaten Ponorogo mencapai luasan 16.736 Ha (12,20% dari seluruh wilayah kabupaten). Daerah ini masih baik untuk digunakan sebagai usaha pertanian semusim dengan tetap memperhatikan usaha- usaha pengawetan tanah dan air untuk kelestariannya.
  • – 40% Daerah ini sebaiknya digunakan untuk usaha penanaman tanaman tahunan/keras. Luasan wilayah denga kemiringan 15
  • – 40% mencapai 22.374 ha (16,31%)

  No Klasifikasi Lereng Jumlah Desa 1 < 500 m 241 Desa 2 500

  4.5. Hidrologi

  C. Pada tahun 1998, bulan Maret mempunyai rata-rata curah hujan tertinggi sebesar 462 dengan hari hujan 20 dan bulan Agustus mempunyai rata-rata curah hujan terendah sebesar 21 dengan hari hujan 2.

  Wilayah Kabupaten Ponorogo termasuk beriklim tropis dengan suhu rata-rata 27,8°

  4.4. Klimatologi

  18 Desa Sumber : Ponorogo Dalam Angka Tahun 2008

  44 Desa 3 > 500 m

Tabel 4.3 Letak Ketingggian Dari Permukaan Laut

  d. Tanah dengan kemiringan diatas 40% Tanah dengan kemiringan yang cukup tajam ini pada umumnya berada di areal pegunungan. Luasan tanah dengan kemiringan > 40% mencapai 82.677 ha (60,28%).

  c. Tanah dengan kemiringan 15

  b. Tanah dengan kemiringan 2

  a. Tanah dengan kemiringan 0 – 2% Daerah ini merupakan daerah genangan air, juga baik untuk digunakan sebagai usaha pertanian tanaman semusim. Tanah dengan kemiringan 0

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  • – 700 m

  Keadaan Hidrologi di Kabupaten Ponorogo terdiri atas sumber

  • – sumber air yang berasal dari air tanah , air permukaan dan curah hujan . Sebagian daerah yang mempunyai permukaan bergunung , air tanah pada umumnya di dapat dari mata air yang berasal dari kawasan pegunungan yang masih mempunyai kondisi jenisdari tumbuhan pepohonanyang cukup rapat. Dalam sub-sub hidrologi atau tata air akan dibahas tentang hal-hal yang menyangkut curah hujan, pola air sungai dan irigasi.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  A. Curah hujan Curah hujan merupakan salah satu unsur iklim yang sangat besar perannya terhadap berbagai kegiatan usaha khususnya pertanian. Curah hujan baik langsung maupun tak langsung akan mempengaruhi jenis dan pola tanam serta pola identitas penggunaan tanah dan tersedianya air pengairan. Curah hujan di Kabupaten Ponorogo tidak terlalu tinggi. Perhatikan table II.13 dan II.14 serta peta 2.15 dan 2.16 berikut ini. Dari table tersebut terlihat bahwa jumlah hari hujan rata-rata dan curah hujan rata-rata mempunyai kecenderungan menurun dari tahun 1996 hingga 1998.

  Berdasarkan table tersebut terlihat bahwa rata-rata hari hujan terbanyak berada di bulan Maret (20 hari) dan yang paling sedikit adalah di bulan Agustus (2 hari). Sedangkan rata-rata curah hujan terbanyak berada di bulan Maret (463 mm/detik) dan yang paling sedikit berada di bulan Agustus (921 mm/detik).

  B. Pola Air Sungai dan Irigasi Wilayah Kabupaten Ponorogo dilalui oleh beberapa sungai. Sungai ini belum sepenuhnya digunakan sebagai sumber air pengairan, kecuali beberapa wilayah di tepi sungai yang telah memanfaatkannya. Sungai-sungai tersebut adalah : 1. Sungai Keyang, arah aliran air dari tenggara menuju ke arah barat.

  2. Sungai Asin, arah aliran dari timur menuju kea rah barat.

  3. Sungai Slahung, arah aliran air dari selatan menuju ke arah utara.

  4. Sungai Sungkur dan Sungai Galak, arah aliran air dari barat menuju ke timur.

  5. Sungai Nglerep, arah aliran air dari timur menuju ke selatan.

4.6. Sosial dan Ekonomi

4.6.1. Sosial

  Masyarakat di Wilayah Kabupaten Ponorogo umumnya merupakan suku yang homogen dimana sebagian besar adalah berasal dari suku Jawa. Kabupaten Ponorogo memiliki ciri khas budaya yaitu kesenian reog sebagai salah satu aspek yang dapat memperkuat identitas daerah. Perkembangan nilai-nilai budaya yang bersifat religius mewarnai kehidupan masyarakat sebagai kekayaan budaya yang perlu mendapatkan tempat tersendiri sehingga menanamkan nilai moral yang mendukung pembangunan daerah.

  Kesenian reog dapat menjadi salah satu andalan utama penduduk di wilayah Kabupaten Ponorogo dalam melakukan pembangunan, dimana kesenian reog yang merupakan asli dari Ponorogo ini memiliki makna perjuangan yang harus dimaknai dan diaktualisasikan dalam pembangunan modern wilayah perencanaan pada umumnya dan

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  kabupaten pada khususnya. Penguatan pada kesenian ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi perkembangan wilayah perencanaan pada perkembangannya.

  Masyarakat di wilayah Kabupaten Ponorogo pada umumnya memiliki mata pencaharian yang beraneka ragam, dimana sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani dan peternak serta sektor-sektor lainnya. Pola kegiatan dan corak mata pencaharian yang didukung dengan kondisi alamnya, membentuk karakter dan kebiasaan tingkah laku masyarakat di wilayah Kabupaten Ponorogo itu sendiri.

4.6.2. Ekonomi

  Kegiatan ekonomi dalam suatu daerah mempunyai peranan penting dalam mendukung laju pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan ekonomi ini banyak ditentukan oleh berbagai faktor seperti laju inflasi, pertumbuhan ekonomi dan juga Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam mengembangkan ekonomi di suatu daerah, pengumpulan dan penghitungan data Produk Domestik semakin penting dan dirasakan manfaatnya utamanya sebagai bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan. Untuk pengembangan sistem, perencanaan dalam memonitor perkembangan dan kemajuan pembangunan di segala bidang khususnya di bidang ekonomi di tingkat kabupaten, data Produk Domestik sangat diperlukan.

  Dengan mengevaluasi data setiap tahun, PDRB di Kabupaten Ponorogo mengalami kenaikan secara signifikan, baik dilihat dari nilai atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku. Dalam penghitungan PDRB atas dasar harga berlaku menggunakan harga pada tahun yang bersangkutan. PDRB Kabupaten Ponorogo ADHB tahun 2009 adalah 6.575.434,92 sedangkan ADHK adalah 3.190.837,45.

Tabel 4.4 Nilai Produk Domestik Regional Bruto Di Kabupaten Ponorogo

  

Tahun 2005-2009

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo 2010

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  Ditinjau dari nilai PDRB Kabupaten Ponorogo, baik atas dasar harga konstan maupun atas dasar harga berlaku sejak tahun 2005 sampai tahun 2009 per sektor kegiatan usaha, peranan sektor pertanian masih sangat dominant walaupun pada akhir tahun 2009 (27,76%) mengalami penurunan, namun tidak begitu signifikan. Setelah sektor Pertanian yang perannya cukup besar adalah sector perdagangan hotel dan restoran. Selama kurun waktu lima tahun justru ada kecenderungan naik artinya telah terjadi pergeseran dari kegiatan pertanian mengarah pada kegiatan perdagangan, walaupun belum maksimal.

  

Tabel 4.5.

Kontribusi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas

Dasar Harga Berlaku (ADHB) Per Sektor Kabupaten Ponorogo

  

Tahun 2005-2009

Sumber : BPS Kabupaten Ponorogo 2010

  Di Sektor pertanian produksi tanaman padi (sawah dan ladang) produksinya pada tahun 2005 mencapai 3.318.524 Ku, dengan rata-rata produksi 55,92 Ku/hektar. Kemudian menurun pada tahun 2006 menjadi 3.262.480 Ku, dengan rata-rata produksi 57,17 Ku/hektar. -Tahun 2007 produksinya 3.978.000 Ku, dengan rata-rata produksi 62,57 Ku/hektar. Untuk tahun 2008 produksinya 3.942.780 Ku dengan rata-rata produksi 62,04 Ku/hektar. Untuk tahun 2009 produksinya 4.222.813 Ku, dengan rata-rata Produksi 62,04 Ku/hektar. Produksi jagung juga mengalami peningkatan dibanding tahun 2008, dari 1.389.940 Ku menjadi 1.999.830 Ku. Produksi ubi kayu mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2008 dari 4.456.950 Ku menjadi 3.620.324 Ku.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

Tabel 4.6 Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Per Ha

  

Tanaman Pangan di Kabupaten Ponorogo Tahun 2005-2009

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Ponorogo 2010

  Untuk hasil dari subsektor perkebunan untuk tanaman kelapa, kopi, cengkeh mengalami penurunan produksi. Kelapa sebesar 140.022 Ku. Kopi Arabika 318,4 Ku dan Kopi Robusta 1.166,4 Ku, cengkeh 2.979,4 Ku. Begitu juga untuk tanaman jambu mente, kapuk randu dan tembakau produksinya dibanding tahun 2003. Untuk jambu mente sebesar 1.761,6 Ku, kapuk randu 2.034,39 Ku, tembakau Virginia 704,2 Ku dan Tembakau Jawa 1.868,5 Ku. Untuk tanaman janggelan yang dikembangkan dikawasan Ngrayun mengalami peningkatan menjadi 5.333 Ku. Produksi tanaman tebu di 17 kecamatan, juga relative tetap yaitu 85.152,8 Ku kristal gula. Sedangkan untuk tanaman panili pada tahun 2000 - 2003 produksi panili sebesar 34,2 Ku, 33 Ku, 40,8 Ku, 62 Ku sedang tahun 2004 mengalami penurunan menjadi 59,6 Ku. Tanaman panili yang dikembangkan di Kecamatan Ngebel, Sawoo, Pulung, Ngrayun, dan Sooko.

  Sementara itu produksi buah-buahan diantaranya pisang 333.287 Ku, mangga 1.603.312 Ku, jeruk keprok 239.697 Ku, papaya 68.128 Ku, nangka 40.558 Ku, alpokat 89.516 Ku, manggis 5.670 Ku, sawo 2.876 Ku, salak 1.407 Ku. Belimbing 4.276 Ku, jambu air 1.107 Ku, sukun 574 Ku, melon 42.167 Ku, durian 149.511 Ku, rambutan 17.074 Ku, sersak 673 Ku. Produksi sayur sayuran adalah cabe rawit 22.894 Ku, kangkung 746 Ku, terong 1.152 Ku, bawang merah 21.439 Ku, boncis 32.102 Ku, cabe besar 1.787 Ku, bayam 466 Ku, wortel 42.629 Ku, kacang panjang 2.682 Ku, ketimun 868 Ku, labu 1.143 Ku, tomat 1.742 Ku, bawang putih 28 Ku, semangka 120 Ku, sawi 14.317 ku.

  Disektor peternakan ternak besar yang banyak dikembangkan yaitu sapi dengan jumlah total 50.532 ekor, kerbau 77 ekor, kuda 123 ekor dan sapi perah 1.525 ekor. Untuk

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  ternak kecil meliputi kambing sejumlah 66.748, domba 19.800 ekor. Untuk unggas meliputi ayam kampung 470.513 ekor, menthok 13.323 ekor dan itik 28.251 ekor. Untuk pengembangan ternak sapi dilakukan insiminasi buatan pada sapi potong, jumlah akseptor 36.072 dan jumlah sapi 38.724 ekor dan jumlah kelahiran 25.649 ekor, sedangkan untuk sapi perah mulai perkembangan cukup besar terjadi mulai tahun 2008 sebanyak 636.744 ekor, tahun 2009 bertambang menjadi 850.500 ekor.

  Dari sektor peternakan ini, produksi daging sapi 818.350 kg, daging kerbau 10.272 kg, daging kambing 1.774.850 kg, dan daging domba 98.100 kg, daging ayam kampung produksinya 520.700 kg, ayam boiler 901.510 kg, itik 789.330 kg, telor ayam kampong 1.552.400 kg, ayam ras 579.430 kg dan telor itik 565.600 kg.

  Pengembangan perikanan menunjukkan hasil yang cukup baik. Luas areal perikanan untuk perairan umurn 324,30 Ha dan dengan produksi 33,15 ton, senilai Rp. 431.630.000,00. Untuk areal kolam luas areal 33,14 Ha produksinya mencapai 961,30 ton, senilai Rp. 10.958.820.000,00, jenis ikan yang dikembangkan mujair, katak, tawas, udang, lele, dan lain-lain.

  Perkembangan industri di Kabupaten Ponorogo menunjukkan adanya peningkatan. Jumlah industri kecil dan kerajinan pada tahun 2005

  • –2009 berturut-turut adalah 21.168 unit, 21.418 unit, 21.514 unit, 21.607 unit dan 21.703 unit. Seiring dengan peningkatan jumlah industri penyerapan tenaga kerja pun meningkat. Penyerapan tenaga kerja industri kecil dan kerajinan tahun 2005
  • – 2009 adalah : 51.103 orang, 51.940 orang, 52.467 orang, 52.632 orang dan 52.947 orang. Dari 52.947 unit industri tersebut yang masuk industri formal adalah 721 unit, dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 9.087 orang dan nilai produksi total sebesar Rp. 274.665.450.000,00. Untuk industri non formal mencapai 20,982 unit dengan 43.860 tenaga kerja, dan dengan nilai produksi total sebesar Rp. 195.896.414.000,00.

  Keberadaan fasilitas perekonomian di suatu wilayah sangat diperlukan untuk memudahkan masyarakat setempat dalam melakukan aktivitas ekonomi, seperti lembaga keuangan, pasar dan pertokoan. Kondisi perekonomian merupakan indikator utama untuk mengetahui maju tidaknya suatu wilayah.

  Perkembangan lembaga keuangan, sangat penting dalam mendukung perkembangan ekonomi masyarakat akhir-akhir ini. Dengan jumlah lembaga keuangan formal yang mencapai ratusan unit, telah dirasa mencukupi dalam menunjang kegiatan ekonomi masyarakat di Kabupaten Ponorogo. Hal ini tercermin dari jenis lembaga keuangan terbanyak adalah koperasi dan BKD/BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang sebagian besar bergerak dalam bidang usaha simpan pinjam, akibatnya masyarakat tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi tambahan dana/ modal dalam pengembangan usahanya.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  Jumlah KUD sampai dengan akhir tahun 2009 adalah 27 unit sedangkan koperasi non KUD mengalami peningkatan yang luar biasa menjadi 574 unit naik 76 Koperasi dibandingkan tahun 2008 yang berjumlah 498 unit atau naik 0,76%. Bertambahnya jumlah sarana perekonomian yang berupa swalayan yang cukup membanggakan merupakan indikasi perkembangan ekonomi yang menggembirakan.

Tabel 4.7 Jumlah Koperasi Beserta , Anggota dan Permodalannya Di

  

Kabupaten Ponorogo Tahun 2005-2009

Sumber : Dinas Indakop dan UMK Kabupaten Ponorogo 2010

  Kabupaten Ponorogo memiliki modal/ prasarana dasar berupa lahan pertanian dan merupakan salah satu daerah penyangga pangan di Jawa Timur. Luas lahan sawah 34.800 Ha, terdiri dari daerah irigasi teknis seluas 30.091 Ha, setelah teknis seluas 625 Ha, non teknis seluas 2.228 Ha dan tadah hujan seluas 1.856 Ha. Sedangkan lahan kering seluas 102.378 Ha digunakan untuk pekarangan dan bangunan 21.654 Ha, Tegal/Ladang 30.270 Ha, Hutan Negara 46.940 Ha, Hutan Rakyat 108 Ha, Perkebunan 200 Ha dan lainnya 3.206 Ha. Modal/prasarana produksi lain yaitu bidang industri, jumlah industry kecil dan kerajinan tahun 2009 ini mengalami peningkatan bila disbanding tahun lalu, dari 21.607 unit pada tahun 2008 meningkat menjadi sekitar 21.703 unit pada tahun 2009 dengan tenaga kerja yang dapat terserap sebesar 52.947 orang.

  Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan rakyat. Salah satu indikatornya adalah penggunaan jasa listrik oleh rumah tangga. Pada akhir tahun 2009 jumlah rumah tangga pelanggan listrik yaitu65.823 pelanggan dengan nilai penjualan mencapai Rp. 2.504.035.070 pada bulan Desember 2009. Selain itu untuk menggunakan air bersih dari PAM mengalami penurunan dari 14.684 rumah tangga pada tahun 2008 menjadi 14.353 rumah tngga pada tahun 2009 atau mengalami penurunan sebesar 331 pelanggan.

  Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Ponorogo Tahun 2014 – 2018

  Surat ijin usaha perdagangan yang diterbitkan pada tahun 2009 di Kabupaten Ponorogo adalah sebesar 796 unit. Sedangkan untuk wajib tera ulang dan UTTP yang ditera ulang bagi sarana perdagangan seperti neraca, anak timbangan dan lainnya secara umum mengalami penurnan. Adapun jumlah perusahaan yang mendaftar di sektor perdagangan pada tahun 2009 ini adalah sebesar 678 perusahaan.

  Dalam rangka menunjang sub sektor kepariwisataan perlu kiranya tersedianya sarana penginapan yang memadai. Di Kabupaten Ponorogo terdapat 12 hotel maupun losmen yang berada di dalam kota dan 4 penginapan berada di tempat wisata Telaga Ngebel dengan jumlah kamar sebanyak 314 kamar dengan 525 tempat tidur.