BAB IV PROFIL KABUPATEN JEMBRANA - DOCRPIJM 1502076882BAB 4 RPI2JM

BAB IV PROFIL KABUPATEN JEMBRANA

4.1 Batas Administrasi Wilayah

  Kabupaten Jembrana adalah satu dari 9 (sembilan) Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Bali, terletak di belahan Barat pulau Bali, membentang dari arah Barat ke Timur pada 8 .09'.30" 8 28'02" LS dan 114 25'53" – 114 5638" BT. Luas wilayah Jembrana yaitu 841,80 Km² atau 84.180 Ha. Batas administrasi wilayah Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Buleleng Sebelah Timur : Kabupaten Tabanan Sebelah Selatan : Samudera Indonesia Sebelah Barat : Selat Bali

  Secara administrasi Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 Kecamatan dengan rincian sebagaimana tabel 4.1 berikut:

  Tabel 4.1: Wilayah Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Jembrana No. Nama Kecamatan Desa/Kelurahan Luas Wilayah (Ha)

1. Melaya 10 19.719 2.

  Negara 12 12.650 3. Jembrana 10 9.397 4. Mendoyo 11 29.449 5. Pekutatan 8 12.965

  Jumlah 51 84.180 Sumber: Profile Kabupaten Jembrana Tahun 2013

  Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032

Gambar 4.1: Peta Administrasi Kabupaten Jembrana

4.2 Profil Demografi

  Informasi data kependudukan merupakan kebutuhan dasar untuk melakukan sebuah perencanaan dalam sebuah masyarakat. Dari data kependudukan tersebut dapat dibuat sebuah proyeksi beberapa tahun kedepan, sehingga perencanaan tidak hanya digunakan untuk kebutuhan sesaat saja namun dapat diimplementasikan dalam jangka waktu tertentu. Proyeksi penduduk tersebut bukan merupakan ramalan, tetapi perhitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi – asumsi tertentu berdasarkan komponen – komponen laju pertumbuhan penduduk.

4.2.1. Jumlah Rumah Tangga dan Penduduk

  Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana per 31 Desember 2012 adalah sebanyak 317.117 jiwa yang terbagi kedalam 5 kecamatan. Jumlah penduduk terbesar adalah pada Kecamatan Negara dengan jumlah 91.280 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah pada Kecamatan Pekutatan dengan jumlah 31.052 jiwa. Jumlah penduduk tiap kecamatan tahun 2012 serta perkembangan jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk dari tahun 2008-2012 dapat dilihat dari tabel 4.2, dan bahwa jumlah rumah tangga dan jumlah penduduk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan jumlah yang paling tinggi adalah pada tahun 2012.

  

Tabel 4.2:

Jumlah Rumah Tangga & Penduduk di Kabupaten Jembrana

Tahun 2012

  

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013 Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Persentase jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana berdasarkan kecamatan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

  Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013 Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013

Gambar 4.2: Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan

di Kabupaten Jembrana Tahun 2012

  Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana berdasarkan jenis kelamin per

  31 Desember 2012 terdiri dari 158.398 jiwa penduduk laki-laki dan 158.719 jiwa penduduk perempuan. Berdasarkan perbandingan jumlah penduduk tersebut diketahui

  sex ratio Kabupaten Jembrana adalah 99,80 yang berarti jumlah penduduk laki-laki

  lebih kecil daripada jumlah penduduk perempuan. Berikut adalah disajkan Tabel 2.3 yang menyajikan data sex ratio jumlah penduduk laki

  • – laki terhadap perempuan serta perkembangan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dan sex ratio tahun 2008- 2012.

  Tabel 4.3: Sex Ratio di Kabupaten Jembrana Tahun 2012

  

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013

Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013

  Jumlah penduduk Kabupaten Jembrana berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

Gambar 4.3 berikut ini:

  

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013

Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Gambar 4.3: Jumlah Penduduk di Kabupaten Jembrana Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2012

  Sex Ratio di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini:

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013

Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013

Gambar 4.4 : Sex Ratio di Kabupaten Jembrana Tahun 2012

  Jumlah penduduk berusia ≥17 Tahun adalah sebanyak 236.855 jiwa yang merupakan 74,69% dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana. Distribusi terbanyak adalah di Kecamatan Negara dengan jumlah 66.904 jiwa dan jumlah paling sedikit adalah di Kecamatan Pekutatan dengan jumlah 23.501 jiwa, Jumlah penduduk ≥ 17 Tahun dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini:

  Tabel 4.4: Jumlah Penduduk ≥ 17 Tahun atau Telah Menikah Di Kabupaten Jembrana Tahun 2012

Sumber : Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013

  Kepemilikan KTP adalah mutlak diperlukan untuk penduduk yang telah berusia 17 tahun ke atas. Dengan memiliki KTP maka seseorang telah dapat melakukan hak dan kewajiban sebagai warga Negara sepenuhnya seperti membayar pajak, memiliki SIM, dan lain-lain. Untuk mempermudah pencatatan penduduk di Kabupaten Jembrana telah mulai dirintis pembuatan E-KTP. Dengan menggunakan E-KTP identitas sesorang akan direkam secara digital pada chip, sehingga kegiatan yang berhubungan dengan penduduk seperti pemilihan pilkada akan dapat diketahui hasilnya secara lebih cepat. Selain itu penggunaan kertas secara otomatis akan lebih bisa dihemat, karena mencontreng dengan menggunakan E-Voting hanya menggunakan media digital.

  Jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana wajib KTP adalah sebesar 229.149 jiwa yang merupakan 72,26 % dari keseluruhan jumlah penduduk . Dari keseluruhan jumlah wajib KTP tersebut sebagian yang belum memiliki KTP adalah berjumlah 87.968 jiwa atau 38,39 % dari keseluruhan jumlah wajib KTP. Jumlah penduduk wajib KTP SIAK dan status kepemilikan KTP SIAK dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  

Tabel 4.5:

Penduduk Wajib KTP SIAK & Status Kepemilikan KTP SIAK Tahun 2012

Sumber : Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013

  Sumber : Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Gambar 4.5: Persentase Penduduk Ber-KTP dan Tidak Ber-KTP di Kabupaten Jembrana Tahun 2012 Menurut data jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur, maka kelompok umur tertinggi adalah kelompok umur usia antara 26

  • – 45 tahun dengan jumlah 105.593 jiwa. Berikut Tabel 4.6 yang menyajikan jumlah penduduk berdasarkan kelompok usia di Kabupaten Jembrana tahun 2012.

  

Tabel 4.6:

Penduduk Menurut Kelompok Usia di Kabupaten Jembrana Tahun 2012

Sumber : Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013

  Perbandingan jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada Gambar 4.6 di bawah ini:

  

Sumber : Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013 Gambar 2.6: Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Jembrana Tahun 2012 Jumlah penduduk status kawin di Kabupaten Jembrana adalah berjumlah 167.004 jiwa yang terbagi memiliki akta perkawinan dan tidak. Sebagian besar adalah tidak memiliki akta perkawinan yaitu sebesar 130.440 jiwa dan hanya 36.564 jiwa yang memiliki akta perkawinan. Penduduk yang tidak memiliki akta perkawinan pada umumnya adalah penduduk yang melangsungkan pernikahannya dengan menggunakan adat dan tradisi setempat, sedangkan yang memiliki akta perkawinan adalah penduduk agama Islam yang pada umumnya telah terdaftar di KUA. Jumlah pasangan nikah berakta dan tidak berakta dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

  

Tabel 4.7:

Jumlah Pasangan Nikah Berakta dan Tidak Tahun 2012

Sumber : Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013

  Jumlah pasangan yang memiliki akta dan tidak memiliki akta perkawinan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

  

Sumber : Profil Kabupaten Jembrana Tahun 2013

Gambar 4.7: Jumlah Pasangan Nikah Berakta dan Tidak di Kabupaten Jembrana

Tahun 2012 Jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana per 31 Desember 2012 adalah sebanyak 317.117 jiwa dan hanya sebagian yang telah memiliki akta kelahiran yaitu sebesar 79.650 jiwa sedangkan yang tidak memiliki akta kelahiran sebesar 237.467 jiwa. Jumlah kepemilikan akta kelahiran penduduk Jembrana Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

  

Tabel 4.8:

Jumlah Kepemilikan Akta Lahir Penduduk Jembrana Tahun 2012

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013

  Perbandingan persentase Jumlah kepemilikan Akta Kelahiran penduduk Jembrana Tahun 2012 dapat dilihat pada gambar 4.8 di bawah ini:

  Gambar 4.8: Perbandingan Kepemilikan Akta Lahir Penduduk Jembrana Tahun 2012 Jumlah penduduk di Kabupaten Jembrana per 31 Desember 2012 bila dilihat dari ijasah terakhir yang dimiliki, dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:

  

Tabel 4.9:

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Akhir yang Ditamatkan

Di Kabupaten Jembrana Tahun 2012

  Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013 4.2.2.

   Ketenagakerjaan

  Jumlah penduduk yang besar, bagi pemerintah Kabupaten Jembrana dalam hal penyediaan lapangan kerja adalah memiliki dua sisi yang berlainan. Di satu sisi, dengan banyaknya jumlah penduduk adalah merupakan sebuah potensi yang dapat digunakan dalam upaya pembangunan daerah. Namun disisi lain, banyaknya jumlah penduduk, merupakan tantangan bagi pemerintah Kabupaten Jembrana untuk dapat menyediakan lapangan pekerjaan sehingga jumlah pengangguran dapat ditekan. Selain membuka lapangan pekerjaan di dalam negeri, selama ini juga telah dilakukan kerjasama dengan luar negeri terkait perekrutan tenaga kerja, seperti misalnya ke Jepang.

  Angkatan kerja adalah penduduk produktif yang berusia 15

  • – 64 Tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan. Berdasarkan data Tabel diketahui jumlah penduduk usia angkatan kerja di Kabupaten Jembrana mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Hal tersebut merupakan potensi sekaligus tantangan bagi pemerintah Kabupaten Jembrana dalam menyediakan lapangan pekerjaan sehingga tercapai kesejahteraan seluruh masyarakat
Kabupaten Jembrana. Berikut Tabel 4.10 yang menyajikan jumlah penduduk usia angkatan kerja di Kabupaten Jembrana tahun 2003 s/d 2012.

  

Tabel 4.10:

Perkembangan Penduduk Usia Angkatan Kerja

di Kabupaten Jembrana Tahun 2003-2012

  Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Jembrana, Tahun 2013 Gambar 4.9: Pertumbuhan Angkatan Kerja di Kabupaten Jembrana Tahun 2003 s/d 2012

4.3 Profil Topografi

  Keadaan topografi wilayah Kabupaten Jembrana bervariasi dengan bentuk permukaan wilayah yang landai, bergelombang hingga berbukit. Di bagian Utara wilayah Kabupaten Jembrana mempunyai fisiografi dan morfologi pegunungan yang dibentuk oleh deretan Gunung Penginuman, Gunung Klatakan, Gunung Bakungan, Gunung Nyangkrut, Gunung Sangiang dan Gunung Batas. Ketinggian tempat bervariasi antara 250

  • – 1000 m dpl. Wilayah bagian Utara ini kemiringan lerengnya bervariasi antara 15 – 40 % dan bahkan pada beberapa wilayah terdapat kemiringan lereng di atas 40% dengan vegetasi utama adalah hutan lindung.

  Di bagian Selatan wilayah Kabupaten Jembrana topografinya relatif datar hingga bergelombang. Ketinggian tempat wilayah ini berkisar antara 7

  • – 250 m dpl. Di wilayah ini mengalir beberapa sungai antara lain Sungai Klatakan, Belatung, Sangiang Gede, Nyangkrut dan Tukad Daya. Keberadaan sungai-sungai tersebut sekaligus membagi wilayah Kabupaten Jembrana bagian Selatan menjadi dua kelompok morfologi yaitu wilayah datar sampai bergelombang dan wilayah berbukit-bukit.

  Tabel 4. 11: Ketinggian Lokasi Wilayah Kab. Jembrana Sumber: Bappeda dan Penanaman Modal Kabupaten Jembrana Tahun 2013

  

Gambar 4.10:Peta Topografi Kabupaten Jembrana

Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032

  Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, wilayah Kabupaten Jembrana dapat dikelompokkan ke dalam 4 kelompok:

  1. Wilayah dengan kemiringan lereng 0 – 2% (datar), tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Jembrana, khususnya di Kecamatan Jembrana dan Kecamatan Negara.

  2. Wilayah dengan kemiringan lereng 2 – 15% (landai), tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana.

  3. Wilayah dengan kemiringan lereng 15 – 40% (bergelombang/ berbukit), tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana.

  4. Wilayah dengan kemiringan lereng >40% (curam sampai sangat curam), merupakan bagian terluas dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Jembrana.

  Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012

  • – 2032

  

Gambar 4.11: Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Jembrana

4.4 Profil Geohidrologi

  Kondisi Hidrologi juga dapat memberikan gambaran secara umum kondisi lingkungan wilayah disekitarnya seperti misalnya air sungai yang kotor dengan sampah (kayu,plastik) , air berwarna hitam (tercemar), berwarna coklat (erosi di wilayah sekitarnya), atau adanya pulau endapan atau pendangkalan (adanya erosi, dan perlu rehabilitasi lingkungan).

  Berdasarkan data Identifikasi, Inventarisasi/Pendataan Penamaan Unsur Rupabumi (Sungai) di Wilayah Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali Tahun 2011 yang dilakukan oleh Bagian Pemerintahan Sekretariat Daerah Kabupaten jembrana, sumber air permukaan di wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari air sungai, pangkung, tukad dan telabah.

  Di daerah ini terdapat 44 sungai, 75 pangkung, 4 tukad dan 2 telabah yang mempunyai arahan aliran dari Utara (pegunungan) ke muara sungai di bagian Selatan yaitu Samudera Indonesia. Masing-masing sungai, pangkung, tukad dan telabah mempunyai daerah tangkapan hujan (catchment area) yang berbeda-beda. Sungai yang alirannya paling panjang adalah Sungai Yeh Sumbul sepanjang 70,90 km, dan terpendek adalah Sungai Perahu Mati yang hanya 1,00 km. Sumber air yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana meliputi:

  Air permukaan : air sungai, pangkung, tukad dan telabah, bendung Palasari; Air tanah : air yang bersumber dari bawah tanah; Mata air : terdapat 37 mata air dengan kapasitas 110 l/det.

  Berdasarkan karakteristik alirannya, sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sungai-sungai yang terletak di Bagian Darat dari wilayah Kabupaten Jembrana (sebelah Barat Tukad Melaya), sungai-sungai hanya mengalir pada musim hujan. Hal ini erat kaitannya dengan curah hujan yang sangat rendah di wilayah itu serta kondisi tanah yang berbentuk dari batuan gamping. Sedangkan kelompok sungai yang mengalir sepanjang tahun adalah sungai-sungai yang terletak diantara Tukad Klatakan disebelah Barat dan Tukad Pulukan disebelah Timur umumnya sungai-sungai tersebut tetap mengalir pada musim kemarau walau debit airnya sangat kecil.

  Berdasarkan peta hidrogeologi daerah Kabupaten Jembrana dari Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan Sub. Direktorat Pendayagunaan Air Tanah (Tahun 1986) kondisi air tanah dan struktur geologi Kabupaten Jembrana dapat diuraikan sebagai berikut:

  Terdapatnya air tanah dan produksivitas akuifer (occurrence of groundwater and

  productivity of aquifers ) yaitu: a.

  Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir (aquifers in which flowe is

  intergranular )

   Akuifer produktif dengan penyebaran luas, berarti: Akuifer dengan keterusan sedang: muka air tanah atau tinggi pisometri air tanah dekat atau bawah muka tanah; debit sumur umumnya 5 sampai 10 ltr/dtk;

   Akuifer dengan produktivitas sedang, dan penyebaran luas berarti: akuifer dengan keterusan sedang sampai rendah; muka air tanah beragam dari atas atau dekat muka tanah sampai lebih dalam dari 10 m dibawah tanah, debit sumur umumnya kurang dari 5 ltr/dtk;  Setempat akuifer dengan produktivitas sedang berarti: akuifer tidak menerus, tipis dengan keterusan rendah, debit sumur umumnya kurang dari 5 ltr/dtk.

  b.

  Akuifer (bercelah atau sarang) dengan produktivitas rendah dan daerah air tanah langka (aquifers (fissured or product) of poor productivity and regions

  without exploitables groundwater ).

   Akuifer dengan produktivitas rendah setempat berarti: umumnya keterusan sangat rendah, setempat air tanah dangkal dalam jumlah terbatas dapat diperoleh di lembah-lembah atau pada zona pelapukan;  Daerah air tanah langka.

  Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032

Gambar 4.12: Peta Hidrologi Kabupaten Jembrana

  Berdasarkan karakteristik alirannya, sungai-sungai yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sungai-sungai yang mengalir sepanjang tahun dan yang mengalir pada musim-musim hujan. Sungai-sungai yang terletak di bagian Barat dari wilayah Kabupaten Jembrana (sebelah Barat Tukad Melaya), sungai-sungainya hanya mengalir pada musim hujan. Hal ini erat kaitannya dengan curah hujan yang sangat rendah di wilayah itu serta kondisi tanah yang terbentuk dari batuan gamping. Sedangkan kelompok sungai yang mengalir sepanjang tahun adalah sungai-sungai yang terletak diantara Tukad Klatakan di sebelah Barat dan Tukad Pulukan di sebelah Timur. Umumnya sungai-sungai tersebut tetap mengalir pada musim kemarau walau debit airnya relatif kecil.

  Sumber air permukaan yang lain adalah bendungan Palasari yang terletak di Desa Palasari, Kecamatan Melaya. Bendungan ini dibangun dengan tujuan untuk

  3

  menampung aliran Tukad Sangiang Gede dengan potensi aliran 6,5 juta m setiap tahun.

  Disamping sumber air permukaan, sumber air yang lainnya adalah air tanah yang bersumber dari bawah tanah. Keadaan air tanah dari suatu daerah sangat dipengaruhi oleh keadaan geologi dari daerah tersebut.

  Kondisi air tanah dan struktur geologi Kabupaten Jembrana dapat diuraikan sebagai berikut: ─ Daerah dengan formasi batuan yang terdiri dari endapan alluvia yang merupakan daerah rawa-rawa maka air tanahnya dipengaruhi oleh air laut.

  ─ Daerah yang dibentuk oleh formasi batu gamping, batu pasir dan gampingan napal kandungan air tanahnya sangat sedikit (2 – 5 l/dtk). ─ Daerah yang dibentuk oleh formasi Gunung Api Jembrana, lava dan breksi mempunyai kandungan air tanah antara 2

  • – 5 l/dtk. ─ Daerah-daerah yang jenis tanahnya dibentuk oleh formasi Palasari (konglomerat, batu pasir, batu gamping dan terumbu) kandungan air tanahnya antara 5
  • – 10 l/dtk ─ Daerah-daerah yang jenis tanahnya dibentuk oleh formasi sorga (tufa, napal dan batu pasir) kandungan air tanahnya bervariasi antara 20 – 40 l/dtk.

  Disamping air permukaan dan air tanah sumber air yang lain adalah mata air (spring). Di wilayah Kabupaten Jembrana menurut data dari PU Provinsi Bali, terdapat 37 mata air dengan kapasitas 110 l/dtk. Mata air tersebut sebagian besar di wilayah Kecamatan Mendoyo (14 buah), kemudian disusul oleh Kecamatan Negara dan Jembrana (10 buah), Kecamatan Melaya (7 buah) dan Kecamatan Pekutatan (6 buah).

  Jenis Tanah Berdasarkan peta jenis tanah Provinsi Bali, wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari beberapa jenis tanah yaitu:  Tanah Latosol Coklat dan Litosol (Inceptisol) Jenis tanah ini tersebar di lima wilayah Kabupaten Jembrana,yang paling luas terdapat di Kecamatan Mendoyo ( 25.985 ha), di Kecamatan Melaya (16.319 ha), Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana (14.130 ha) dan Kecamatan Pekutatan (12.169 ha). Jenis tanah ini dibentuk oleh bahan induk abu vulkanik intermediet dengan kandungan bahan organik yang rendah sampai sedang dan PH berkisar antara 4,5 -5,5.

   Tanah Alluvial Coklat Kelabu Tanah ini merupakan tanah endapan sungai dengan luas kurang lebih 10.750 Ha sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara (5.725 ha).

   Tanah Mediteran Coklat Jenis tanah ini di bentuk oleh bahan induk batuan gamping dengan bentuk morfologi bergelombang sampai berbukit-bukit. Jenis tanah ini mendominasi wilayah Kecamatan Melaya (1.878 ha).

   Tanah Regosol Coklat Kelabu Jenis tanah ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana seluas 772 ha, serta di wilayah Kecamatan Mendoyo seluas 648 ha. Tanah ini terbentuk oleh induk vulkanik intermedier dengan bentuk wilayah landai sampai berombak.

   Tanah Alluvial Hidromorf Jenis tanah ini terdapat di wilayah Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana khususnya di sepanjang wilayah pantai selatan dan di sekitar desa Pengambengan dan Cupel. Luas jenis tanah ini kurang lebih 1.420 Ha. Tanah ini merupakan sedimen darat dan laut yang dibentuk oleh lempeng pasir dan pecahan karang.

  Masing-masing jenis tanah tersebut di atas mempunyai tekstur yang berbeda beda. umumnya tekstur wilayah di Kabupaten Jembrana tergolong tektur halus (kandungan liat sangat tinggi). Sedangkan tekstur kasar (pasir dan lempung berpasir) merupakan tekstur tanah yang terdapat di sepanjang pantai dari wilayah kabupaten Jembrana.

  Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032

Gambar 4.13: Peta Jenis Tanah Kabupaten Jembrana

4.5 Profil Geologi

  Geologi Kabupaten Jembrana terdiri dari batuan gunung api yang terdiri dari

  

lava , breksi, tufa, yang diperkirakan berumur kwarter kawah dan daerah pedataran yang

  sebagian daerah persawahan terbentuk dari batuan yang tergabung dan disebut dengan

  

Formasi Palasari yang terdiri dari batu pasir, konglomerat dan batu gamping terumbu

  dan diperkirakan berumur kwarter, sedangkan untuk daerah pesisir pantai pada umumnya endapan alluvium yang terdiri dari pasir, lanau, lempung dan kerikil, yang dijumpai di sekitar daerah pantai di Pengambengan, Tegalbadeng, Perancak, Yeh Kuning, Mendoyo dan di pantai Gilimanuk. Berdasarkan data peta geologi Kabupaten

  Jembrana dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari 5 (lima) jenis batuan yaitu:

   Formasi Gamping Agung

   Batuan Gunung Api Jembrana

   Formasi Palasari

   Formasi Alluvium

   Alluvium Formasi Sorga Gunung yang terdapat di Kabupaten Jembrana berjumlah 17 buah termasuk gunung yang tidak aktif. Dari jumlah tersebut Kecamatan Melaya mempunyai gunung paling banyak sehingga topografi di Kecamatan Melaya termasuk berbukit-bukit. Dari 17 gunung yang dijumpai di Kabupaten Jembrana, Gunung Merbuk yang tertinggi (1.386 m dpl) terletak di Kecamatan Jembrana disusul dengan Gunung Mesehe (1.300 mdpl) di Kecamatan Mendoyo, Gunung Bangul (1.253 m dpl) di Kecamatan Negara dan Gunung Lesung (1.047 m dpl) di Kecamatan Mendoyo.

  Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 – 2032 Gambar 4.14: Peta Geologi Kabupaten Jembrana

  4.6 Profil Klimatologi

  Kabupaten Jembrana memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan terjadi pada Bulan Desember sampai Maret sedangkan musim kemarau terjadi pada Bulan April sampai Mei. Curah hujan rata-rata selama lima tahun terakhir (tahun 2006 – 2010) yaitu 1.750 mm/tahun dengan hari hujan rata-rata 112 hari/tahun, temperatur udara berkisar antara 20˚C s/d 39˚C dengan temperatur optimal 29˚C - 32˚C, kelembapan udara antara 74 s/d 87%, termasuk tipe iklim C sampai D (Scmitdt dan Ferguson).

  Sumber: RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032

Gambar 4.15 : Peta Curah Hujan Kabupaten Jembrana

  4.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi 4.7.1. Filsafat dan Konsepsi Budaya Bali Landasan Filosofis

  Landasan filosofis tata ruang memberikan penekanan dasar tentang keberadaan suatu ruang dengan segala isinya. Dalam konteks pembangunan tata ruang Provinsi Bali yang berbudaya serta dijiwai oleh Agama Hindu dan jabaran dari landasan filosofis ini meliputi:

  

  Filosofi Kosmos, menekankan pada paham keseimbangan, keserasian dan keterpaduan yang bersifat dinamis antara makro kosmos (Bhuwana Agung) dengan sub-sub sistemnya yang bertingkat makro sampai dengan meso, micro kosmos (Bhuwana Alit);

  

  Filosofi Humanis, menempatkan kedudukan manusia dalam ruang sebagai subjek dan objek secara proporsional.

  Landasan Nilai

  Landasan sistem nilai terhadap tata ruang memberikan penekanan pada makna, dalam konteks penataan ruang yang berbudaya, secara taksonomis dibedakan atas dasar dan nilai instrumental.

  

  Nilai Dasar yang mencakup nilai religius, nilai estetis, nilai solidaritas (gotong-royong) dan nilai keseimbangan.

  

  Nilai Instrumental yang mencakup seperangkat sistem nilai yang mendukung dinamika adaptif (supel-luwes-dinamis) dan fleksibelitas sesuai dengan adigium desa, kala, patra.

  Landasan Struktural

  Landasan struktural tata ruang memberikan penekanan pada pola keteraturan tata ruang baik secara vertikal maupun horisontal. Dalam Kebudayaan Bali, suatu struktur disamping mencerminkan adanya integrasi juga mencerminkan adanya keterbukaan yang dinamis. Konsep-konsep pokok yang berkaitan dengan struktur ruang antara lain :

  

  Konsep Tri Hita Karana yang terdiri dari Parhyangan (Tuhan), Pawongan (Manusia) dan Palemahan (Lingkungan);

  

  Konsep Rwa Bhineda memberikan orientasi (luan-teben, kaja-kelod) dan juga laxokeromi (sakral-profan, baik-buruk);

   Konsep Tri Bhuwana dan Tri Angga memberikan orientasi vertikal bhur- bhwah-swah dan uttama, madhyama, kanishta;

  

  Konsep Sad Kerti adalah enam upaya dan atau perbuatan yang harus dilakukan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin yang terdiri dari atma

  

kerti, wana kerti, danu kerti, segara kerti, jagat kerti dan jana kerti;

  Konsep Nawa Sanga dan Padma Bhuwana adalah konsep ruang spiritual Bali bahwa Bali dianggap sebagai pusat dunia, sehingga segalanya bermuara di

  Bali, agar segala kegiatan hidup dapat mencapai kesejahteraan sehingga memberikan kekuatan dan keseimbangan pada struktur ruang spiritual Bali;

  

  Pola Tri Mandala yang memberikan orientasi horizontal uttama-madhyama-

  kanishta ; 

  Konsep Triwana yaitu konsep pengklasifikasian hutan dalam tipe-tipe antara lain: Mahavana (merupakan hutan lindung yang tidak bisa dimasuki kegiatan budidaya dan sebagai lambang yoni dalam Agama Hindu), Tapovana (hutan yang penuh dengan flora, tanam-tanaman, pohon-pohonan obat yang merupakan laboratorium pengobatan alamiah dan digunakan olah orang suci sebagai Asram, pertapaan atau sebagai tempat-tempat suci, serta suaka alam) dan Srivana (adalah jenis hutan yang dapat digunakan untuk diolah dan dibudidayakan termasuk sebagai tempat tinggal)

  

  Konsep Dinamika yaitu suatu struktur dalam kebudayaan Bali yang berkaitan dengan ruang, diartikan selain memiliki pola dan keteraturan, juga memiliki sifat supel, luwes dan dinamis.

  Landasan Pelembagaan

  Landasan pelembagaan ini memberikan penekanan pada pengorganisasian terhadap sumber daya yang meliputi sumber daya alam (tanah, tumbuh- tumbuhan, hewan) dan sumber daya manusia sesuai dengan tatanan peraturan tertentu yang disebut dengan awig-awig.

  Arah Orientasi Ruang a.

   Hulu-teben

  Penataan ruang memperhatikan konsep hulu yang bernilai utama dan teben yang bernilai nista. Hulu dan teben secara horizontal berorientasi ke gunung (atau pegunungan) dan ke laut atau Timur dan Barat atau Atas dan Bawah. Fungsi-fungsi pokok yang bernilai utama diletakkan di hulu sedangkan yang sebaliknya di letakkan di teben.

  b.

   Luhur-sor

  Secara vertikal maka bagian atau daerah atas menjadi orientasi hulu yang bernilai utama. Hal ini konkuren dengan konsep bhuana dalam tataran tri loka di mana alam swah atau swah loka yang bernilai utama berada paling atas dua alam yang lain, bhur dan bhuwah loka.

  c.

   Pengider-ider

  Konsep pengider-ider mendasari terbentuknya pola sangamandala dengan pusatnya di tengah-tengah dan mendasai pola catuspatha yang menjadi kerangka penataan letak-letak fungsi-fungsi pokok perkotaan di masa kerajaan seperti puri sebagai pusat pemerintahan, pasar sebagai pusat jual beli, kalangan dengan bangunan wantilan-nya sebagai tempat hiburan dan taman dengan bale lantang- nya sebagai ruang terbuka hijau untuk rekreasi kota.

4.7.2. Struktur Sosial Budaya Masyarakat

  Tata kehidupan kemasyarakatan di Provinsi Bali pada umumnya dan Kabupaten Jembrana pada khususnya, sedikitnya mempunyai 3 (tiga) bentuk persekutuan dasar yang terkait secara fungsional dan atau struktural dalam kehidupan personal yaitu keluarga inti senior, banjar dan desa pakraman.

  Khusus pada keluarga Inti Senior akibat dari perkawinan akan terbentuknya keluarga Batih atau Kuren (klen kecil) dengan tempat pemujaannya yang baru disebut kamulan taksu dan klen besar/luas (tunggal

  dadia

  ) yang sering disebut “soroh” dengan Pura Dadia dan tunggal dadia ini berkembang terus dan tetap memuja leluhur yang sama dengan tempat pemujaannya disebut Pura Paibon/Panti, maka klen besar (soroh) ini mewarnai masyarakatnya seperti klen Ida Bagus, klen Arya, klen Pasek, Klen Pande, klen

  Bendesa dan sebagainya, yang selanjutnya tergabung dalam wadah organisasi banjar serta teritorial Desa Pakraman. Apabila ruang hunian keluarga inti

  senior tidak mencukupi, maka anggota keluarga tersebut akan menempati tanah pekarangan di luar hunian keluarga inti senior, ini disebut ngarangin (dalam bahasa Bali) dengan tempat pemujaannya yang baru yang disebut Kemulan Taksu, tetapi masih terikat kepada tunggal dadia maupun Pura Paibonnya.

  Di Provinsi Bali bila terdapat dan terbentuk wadah organisasi banjar dan teritorial Desa Pakraman yang disebabkan oleh pola tempat tinggal masyarakatnya yang sekaligus menentukan hak dan kewajiban anggota keluarga, baik di banjar maupun di desa pakraman sebagai persekutuan sosial yang lebih besar. Ada sekurang-kurangnya tiga status keanggotaan dalam persekutuan banjar ataupun desa pakraman, antara lain: 1)

  Status pengayah pengarep, adalah mereka yang berkedudukan sebagai kepala keluarga inti senior garis laki-laki yang menetap dan menempati rumah atau pekarangan leluhur inti tersebut, yang secara formal mereka memiliki hak suara dalam musyawarah desa, sedangkan dalam aspek keagamaan mereka berlaku sebagai wakil sah keluarga inti dalam mengaktifkan upacara keagamaan di pura bale agung desa. 2) Status pengayah penyada, adalah saudara laki-laki dari keluarga inti senior.

  Hal ini terjadi apabila pengayah pengarep tidak dapat melaksanakan tugas- tugasnya apakah karena alasan pindah tempat tinggal ataupun meninggal dunia. 3)

  Status pengayah pengele, adalah mereka yang berstatus sebagai anggota persekutuan banjar (pasuka duka) karena secara teritorial berada di sekitar atau di wilayah banjar. Status pekarangan rumah tinggalnya biasanya terlepas dengan ikatan karang desa. Apabila mereka ini adalah penduduk pendatang (warga tamiu), hak dan kewajibannya diatur dalam awig-awig

  desa pakraman/banjar pakraman namun biasanya tetap menjadi anggota pada desa/banjar pakraman tempat asalnya. krama desa/banjar

  Secara umum tata kehidupan masyarakat di wilayah perencanaan terbagi menjadi 2 (dua) sistem kemasyarakatan, yaitu:

  1. Sistem kekerabatan yang terbentuk menurut adat yang berlaku dan dipengaruhi oleh adanya klen-klen keluarga; seperti kelompok kekerabatan disebut dadia (keturunan), pakurenan, kelompok kekerabatan yang terbentuk sebagai akibat adanya perkawinan dari anak-anak yang berasal dari suatu keluarga inti; 2. Sistem kemasyarakatan merupakan kesatuan-kesatuan sosial yang didasarkan atas kesatuan wilayah/teritorial administrasi dan teritorial adat.

  Dari sistem kemasyarakatan yang ada maka, warga desa bisa masuk menjadi dua keanggotaan warga desa yaitu:

  1. Sistem pemerintahan Desa Dinas (Desa/Kelurahan) 2.

  Sistem pemerintahan Desa Pakraman Cakupan kesatuan wilayah administrasi desa dinas/kelurahan bila diintegrasikan dengan wewidangan/palemahan desa pakraman di Bali, polanya beraneka ragam, yang diilustrasikan pada Gambar 2.14, antara lain:  Satu wilayah desa dinas mencakup beberapa wilayah desa pekraman;  Satu wilayah desa dinas mencakup hanya satu wilayah desa pekraman, atau bisa terjadi;  Satu wilayah desa pekraman mencakup beberapa desa dinas. Sistem pemerintahan Desa Pekraman dalam sistem pemerintahan Republik awalnya hanya terjalin secara fungsional, yang terfokus pada fungsi pokok dari Desa Pakraman yaitu pada bidang adat dan agama. Namun pada perkembangannya keterlibatan pada aspek lingkungan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, karena wewidangan/palemahan desa pakraman juga sekaligus ruang wilayah administrasi desa, Kabupaten/kota atau provinsi bila dijumlahkan. Sebaran desa pakraman di Kabupaten Jembrana tahun 2009 adalah 64 buah yang terbagi menjadi 246 dusun/banjar.

  POLA I POLA II DP1 DD1 DD DP2 DP DD2 DD3

DP3

DP1 POLA III

  POLA IV DP1 DD DP2 DD DP2 DP3 DD DP3 DD = DESA DINAS DP = DESA PEKRAMAN

  

Gambar 2.16: Pola Integrasi Wilayah Desa Dinas dengan Wewidangan Desa Pakraman Dari kehidupan masyarakat setempat lagi dibagi-bagi berdasarkan profesi dan bentuk organisasi profesi yang disebut “Sekaa”. Sekaa-sekaa ini berlandaskan konsepsi Tri Hita Karana dengan anggota yang mempunyai tujuan yang sama, seperti:

  Subak Subak merupakan lembaga adat yang bersifat sosio-agraris-religius.

  Anggotanya/ kramanya terdiri dari para petani yang menggarap sawah pada suatu areah persawahan tertentu yang mendapatkan air dari satu sumber mata air. Disamping lembaga subak yang mengatur keairan areal persawahan, juga terdapat lembaga subak lainnya yang disebut

  Subak Abian yang munculnya secara alami, dan anggota lembaga subak abian adalah petani penggarap lahan kering (perkebunan). Sekeha

  Lembaga ini muncul didasarkan atas tuntutan kebutuhan dan kepentingan-kepentingan lembaga-lembaga adat di atas, yang dilandasi oleh kesamaan tujuan, misalnya:  pada lembaga desa pakraman dan banjar, adanya: sekeha pemangku, sekeha gong, sekeha angklung, sekeha shanti/dharma gita, sekeha patus, koperasi (LPD), sekeha teruna, sekeha kesenian baik seni tari, tabuh, pahat, lukis dan yang lainnya. Hal ini sampai sekarang tumbuh berkembang di wilayah perencanaan.

   Pada lembaga subak, adanya sekeha yang sifatnya gotong royong dalam profesi yang sama, seperti: sekeha memula, sekeha manyi, sekeha numbeg, sekeha semal, sekeha mekajang dan lain-lainya. Tetapi dengan perkembangan transformasi dan ekonomi komersial kebanyakan sekeha-sekeha ini telah mengalami pergeseran fungsi dan tujuan.

   Lembaga pasar, pasar dengan pura melantingnya adalah suatu areal tempat bertemunya penjual dan pembeli ini merupakan tuntutan atas kepentingan perekonomian yang saling membutuhkan disamping akan menumbuhkan kegiatan ekonomi lainnya seperti koperasi simpan pinjam, bank, dan lain-lainnya.

4.7.3. Kawasan Suci dan Tempat Suci

  a) Kawasan Suci

  Menurut Bhisama PHDIP 1994, Agama Hindu dalam kitab sucinya Weda, telah menguraikan tentang apa yang disebut dengan tempat-tempat Suci dan Kawasan Suci, Gunung, Danau, Campuhan (pertemuan dua sungai), Pantai Laut dan sebagainya diyakini memiliki nilai-nilai kesucian. Oleh karena itu Pura dan tempat-tempat suci umumnya didirikan di tempat tersebut, karena di tempat itu orang-orang suci dan umat Hindu mendapatkan pikiran-pikiran suci (wahyu).

  Tempat-tempat suci tersebut telah menjadi pusat-pusat bersejarah yang melahirkan karya-karya besar dan abadi lewat tangan Orang-Orang Suci dan para Pujangga untuk kedamaian dan kesejahteraan umat manusia, Maka didirikanlah Pura-Pura Sad Kahyangan, Dang Kahyangan, Kahyangan Tiga dan lain-lain.

  Selanjutnya pengertian dan jumlah Kawasan Suci berkembang, dan secara umum dapat diuraikan sebagai berikut: Kawasan Suci adalah suatu wilayah yang melengkapi bangunan suci maupun wilayah pendukung kegiatan pada bangunan suci tersebut yang telah mendapatkan upacara

  “bhumi Sudha” yaitu upacara untuk menarik kekuatan

  Ida Sanghyang Widhi dan menghilangkan segala kekotoran secara spiritual terhadap wilayah/kawasan suci tersebut, seperti; danau, hutan, laba pura, mata air suci (beji), sungai, jurang, ngarai atau campuhan (pertemuan sungai), pantai, setra dan perempatan agung. Sedangkan ukuran dari suatu kesucian adalah sangat relative dan sulit ditentukan, tetapi untuk adanya suatu kebersamaan sikap, prilaku dalam menghayati sesuatu perlu adanya keyakinan terhadap apa yang dipercaya di dalam pelaksanaan agama Hindu. Suci adalah suatu keadaan yang diyakini dan dipercaya oleh umat Hindu baik terhadap tempat, wilayah, benda, ruang, waktu yang memberikan rasa aman, tentram, rasa tenang, rasa hening dan telah mendapat upacara secara agama Hindu sehingga tercapainya keseimbangan, keselarasan dan ketentraman hidup. Hal ini sesuai dengan jiwa yang termuat dalam Bhisama PHDIP 1994.

  Penerapan Kawasan Suci agar penerapan program pembangunan yang seimbang perlu adanya penyempurnaan terhadap Tri Hita Karana, yaitu menjaga kelestarian dan kesucian Sad Kerti serta menjaga wilayah Bhisama, yaitu: a.

  Atma Kerti, kesejahteraan jiwa atau rohani, yang dilakukan dengan berbagai program di setiap desa pakraman atau berbagai pasraman,

  paguyuban di bidang kerohanian dan upaya melindungi, memelihara, dan memungsikan berbagai kawasan suci.

  b.

  Wana Kerti, yaitu kesejahteraan tumbuh-tumbuhan dan segala isinya yang diwujudkan dalam bentuk hutan. Secara niskala dahulu setiap hutan dibangun Pura Alas Angker, untuk menjaga hutan secara niskala dan secara sekala harus dibentengi dengan aturan perlindungan kawasan hutan. Dari hutan vibrasi kesucian menyebar sesuai dengan lontar Wana Kerthi yang menyebutkan

  “Anganyut aken letuhing bhuwana” yang

  artinya menghilangkan niat dan tindakan yang merusak alam, dibuatlah oleh leluhur dalam bentuk hari raya tumpek bubuh atau wariga untuk memuja Hyang Tumuwuh ”dewa tumbuh-tumbuhan”, dengan memuja kita kuat jiwa untuk selalu ingat menjaga serta melestarikan alam untuk kesejahteraan manusia.

  c.

  Danu Kerti, yaitu suatu upaya menjaga kelestarian dan kesucian sumber- sumber air tawar, yang diwujudkan dengan Danu. Dalam Menawa Dharma Sastra IV.52, sangat dilarang berludah, kencing, membuang kotoran apa lagi membuang sampah dan racun di kawasan Danu. Barang siapa yang melakukan itu akan kekurangan kesejahteraan/makna hidupnya. Saat ini kelestarian fungsi danau telah menurun seingga perlu adanya program pembangunan untuk mengembalikan fungsinya.

  d.

  Segara Kerti, yaitu upaya untuk menjaga kelestarian samudra sebagai sumber alam tempat leburnya semua kekeruhan. Samudra memiliki fungsi yang sangat kompleks dalam kehidupan umat manusia. Di segara-lah diadakan berbagai macam upacara penyucian dan peleburan seperti nangluk merana, melasti dan menghanyut abu jenazah dan lainnya. Semua upacara itu bermakna untuk menjaga kelestarian dan kesuburan segara. Dari segara, semuanya bermula dan berakhir. Tepi segara hendaknya tetap dijaga hutan bakaunya, tidak dikotori dengan pembuangan sampah, tetap dijaga kesucian dan keserasiannya sebagai tempat pengheningan dan peleburan bagi masyarakat.

  e.

  Jagat Kerti, yaitu upaya untuk melestarikan keharmonisan sosial yang dinamis. Wujud dari ini adalah desa pakraman. Dalam sistem desa ini dibangun suatu keharmonisan antara hubungan manusia dan Ida Hyang Widhi dengan sradha dan bhakti, hubungan antara manusia dan sesama berdasarkan saling pengabdian “paras-paros sarpanaya salumlum

  sebayantaka”, hubungan antara manusia dan lingkungannya berdasarkan

  kasih sayang. Hubungan ini merupakan hubungan timbal balik yang disebut Cakra Yadnya. Dalam Bhagawagitha disebutkan hubungan tersebut akan menimbulkan suasana sosial yang menjamin setiap orang dapat menjalankan swadharma-nya masing-masing.

  f.

  Jana Kerti, yaitu membangun kualitas manusia secara individu maupun kelompok sehingga menjadi manusia “pawongan” Bali yang sejahtera, dengan memberikan kecerdasan spiritual berkelanjutan untuk menjaga keajegan pembangunan Bali

  Penerapan kawasan suci di atas ke dalam fungsi ruang, perlu adanya kebijakan untuk memposisikan fungsinya tersebut didalam hirarki zonasi fungsi ruang. Dengan demikian diperlukan adanya kebijakan dalam pengembangan Kawasan Lindung berupa perlindungan terhadap kawasan kawasan yang memiliki potensi alam yang khas, nilai historis dan budaya, serta kawasan yang diyakini memiliki nilai kesucian untuk mendukung tatanan kebudayaan Bali sebagai jatidiri wilayah. Untuk mengedepankan jatidiri dan kearifan lokal Bali yang berbeda dengan Provinsi lainnya di Indonesia, maka perlu dikembangkan komponen kawasan lindung tersendiri yaitu Kawasan Perlindungan tentang Kesucian.

  Khusus mengenai tempat-tempat pemelastian yang ada di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada Tabel 2.12:

  

Tabel 4.12:

Tempat-Tempat Melasti di Kabupaten Jembrana

No Lokasi Nama Pantai

  A. Kecamatan Melaya Pantai Gilimanuk Pantai Candi Kusuma

  B. Kecamatan Negara Pantai Baluk Rening Pantai Pengambengan C. Kecamatan Jembrana Pantai Yeh Kuning

  D. Kecamatan Mendoyo Pantai Delod Berawah Pantai Tembles Pantai Rambut Siwi Pantai Yeh Sumbul

  D. Kecamatan Pekutatan Pantai Pangkung Jukung Pantai Gumbrih Pantai Medewi Pantai Pangyangan Pantai Pengeragoan

   Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Jembrana Tahun 2012

  • – 2032

  b) Kawasan Tempat Suci