TEKNIK PERMAINAN DAN FUNGSI MUSIK TERBANGAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN PLATAR, PAROKI GEREJA SANTO IGNATIUS DANAN, KABUPATEN WONOGIRI.

(1)

i

TEKNIK PERMAINAN DAN FUNGSI MUSIKTERBANGANUMAT KATOLIK LINGKUNGAN PLATAR, PAROKI GEREJA SANTO

IGNATIUS DANAN, KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Yuventius Tutud Narendra 11208241041

JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v

MOTTO

TO CONQUER ONE SELF IS THE NOBLEST AND

GREATEST TRIUMP

( PLATO )

# Menaklukkan diri adalah kemenangan paling mulia dan

paling agung #


(6)

vi

PERSEMBAHAN

 Orang tua ku serta adikku tercinta yang selalu setia mendoakan dan mendukungdalam proses penempaan diriku selama belajar di Pendidikan Seni Musik

 Teman–teman kost ( keluarga cepit ) yang selalu memberi semangat dan perhatian kepadaku

 Teman teman KKN 167 yang telah memberi kenangan dan motivasi yang berarti dalam pembelajaran hidupku

 Teman–teman mahasiswa Pendidikan Seni Musik yang telah memberi pelajaran berharga padaku dalam belajar musik


(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Teknik permainan dan fungsi musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri”

dengan lancar.

Jika mengandalkan pengetahuan penulis sendiri, tentu skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Dengan bantuan berbagai pihak, baik dukungan moral, material maupun spiritual, sungguh merupakan sumbangan yang sangat berarti terhadap skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Sritanto., M. Pd selaku pembimbing I yang sudah bersedia meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing dalam proses penulisan tugas akhir. 2. Drs. Agustianto., M. Pd selaku pembimbing II yang sudah bersedia

meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing dalam proses penulisan tugas akhir.

3. Para narasumber musik terbangan di dusun Platar, Bapak Sularto, Bapak Suwarno, Bapak Haryono, Bapak Yuven dan Bapak Sumarno yang sudah memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

4. Para pemain terbangan lingkungan Platar yang juga turut memberi informasi dalam penelitian ini.

5. Semua pihak yang telah memberi dukungan serta motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.


(8)

viii

Tak ada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna demikian pula, tentu dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran penulis harapkan demi kematangan penulis dalam menyusun karya ilmiah yang akan datang.

Akhirnya, walaupun skripsi ini belum mencapai kesempurnaan, semoga skripsi ini berguna dan membawa manfaat bagi pihak-pihak yang mempunyai semangat dalam memajukan kesenian daerah dan para pembaca budiman semuanya.

Yogyakarta, 25 september 2015


(9)

ix DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PERSETUJUAN...ii HALAMAN PENGESAHAN...iii HALAMAN PERNYATAAN...iv MOTTO...v PERSEMBAHAN...vi KATA PENGANTAR...viii DAFTAR ISI...ix DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR LAMPIRAN...xiv ABSTRAK...xv

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Fokus Masalah...7

C. Tujuan Penelitian...7

D. Manfaat Penelitian...7

BAB II KAJIAN TEORI A. Bentuk penyajian musik...9

B. Teknik permainan...10

C. Terbangan...11

D. Fungsi musik...13

E. Penelitian yang relevan...17

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...20


(10)

x

B. Tahapan Penelitian...21

C. Data Penelitian...23

D. Teknik Pengumpulan Data...24

1. Observasi...24

2. Wawancara...25

3. Dokumentasi...26

4. Audio–visual...26

E. Instrumen Penelitian...27

F. Analisis Data...27

1. Data reduction( reduksi data )...27

2. Data display( peyajian data )...28

3. Conclusing drawing( menarik kesimpulan )...28

G. Validitas Data... 29

1. Triangulasi sumber...30

2. Triangulasi teknik...31

BAB IV TEKNIK PERMAINAN DAN FUNGSI MUSIKTERBANGANUMAT KATOLIK LINGKUNGAN PLATAR, PAROKI SANTO IGNATIUS DANAN, KABUPATEN WONOGIRI A. Teknik permainan musikterbangan...32

1. Persiapan...34

2. Jumlah pemain dan kostum... 3. Instrumen...35

4. Setting panggung blocking...56

5. Tempat penyajian dan jumlah laguterbangan...59

B. Fungsi musikterbangan...61

1. Sebagai pengiring dalam peribadatan...62

2. Sebagai pengiring dalam acara hajatan...63

3. Sebagai sarana hiburan...63

4. Sebagai sarana pengajaran kitab suci...64

5. Sebagai pengintegrasian sosial...68

6. Sebagai pelestari budaya...69

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...70

B. Saran...71 DAFTAR PUSTAKA


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Triangulasi sumber...30

Gambar 2 : Triangulasi teknik...31

Gambar 3 : Lojok...34

Gambar 4 : Kolor...35

Gambar 5 : Kostum batik pada penampilan terbangan...37

Gambar 6 : Dirigenterbanganlingkungan Platar...38

Gambar 7 : Transkipsi notasibawavokalterbangan...39

Gambar 8 : Terbang 1...40

Gambar 9 : Transkipsi permainan terbang 1...40

Gambar 10: Terbang 2...41

Gambar 11: Transkipsi permainan terbang 2...41

Gambar 12: Terbang 3...42

Gambar 13: Transkipsi permainan terbang 3...42

Gambar 14: Terbang 4...43

Gambar 15: Transkipsi permainan terbang 4...43

Gambar 16: Terbang 5...44

Gambar 17: Transkipsi permainan terbang 5...44

Gambar 18: Terbang 6...45

Gambar 19: Transkipsi permainan terbang 6...45

Gambar 20 : Tamborin...46

Gambar 21: Transkipsi tamborin...46


(12)

xii

Gambar 23: Transkipsi permainan saron...47

Gambar 24: Posisi bermain kendhang...48

Gambar 25: Keterangan notasi untuk kendhang...49

Gambar 26: Posisi tangan untuk bunyi tak...50

Gambar 27: Posisi tangan untuk bunyitung...50

Gambar 28: Posisi tangan untuk bunyidheng....51

Gambar 29: Posisi tangan untuk bunyitong...51

Gambar 30: Pola permainan kendhang bagian pembuka...52

Gambar 31: Pola iringan kendhangterbangan...54

Gambar 32: Pola permainan kendhang sirep ( cresendo)...55

Gambar 33: Pola permainan kendhang sirep ( decresendo )...55

Gambar 34: Pola permainan kendhang bagian suwuk...56

Gambar 35: Formasi terbangan 1...58

Gambar 36: Formasi terbangan 2...58

Gambar 37: Tugas ibadah di kapel Sendhang Ratu Kenya...64

Gambar 38: Mengiringi di acara hajatan...64

Gambar 39: Transkipsi permainan musik terbangan...128

Gambar 40: Teks lagu memujio Pangeran...145

Gambar 41: Teks lagu Minulya...146

Gambar 42: Teks lagu Winedharna Gusti...147

Gambar 43: Teks lagu Klawan Sukeng Wardoyo...148

Gambar 44: Teks lagu Suci...149


(13)

xiii

Gambar 46: Lagu Ayem Tentrem...151

Gambar 47: Lagu Ndherek Gusti...152

Gambar 48: Lagu Mangga- Mangga Sesarengan...153

Gambar 49: Wawancara Bapak Yuven...154

Gambar 50: Wawancara Bapak Sularto...154

Gambar 51: Wawancara Bapak Haryono...154

Gambar 52: Wawancara Bapak Sumarno...154

Gambar 53: Bapak Suwarno salah satu narasumber musikterbangan...155

Gambar 54: Alatterbangandusun Platar...155


(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat ijin penelitian...75

Lampiran 2 : Surat keterangan penelitian...78

Lampiran 3 : Pedoman observasi...83

Lampiran 4 : Pedoman wawancara...84

Lampiran 5 : Pedoman dokumentasi...85

Lampiran 6 : Daftar pertanyaan...86

Lampiran 7 : Transkipsi wawancara...88


(15)

xv

TEKNIK PERMAINAN DAN FUNGSI MUSIKTERBANGANUMAT KATOLIK LINGKUNGAN PLATAR, PAROKI GEREJA SANTO

IGNATIUS DANAN, KABUPATEN WONOGIRI Oleh : Yuventius Tutud Narendra

NIM 11208241041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang teknik permainan dan fungsi musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri.Latar belakang penelitian ini adalah dikarenakan musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar merupakan musik hasil akulturasi dan enkulturasi yang mempunyai kekhasan unik yang harus terus dihidupkan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Obyek dalam penelitian ini adalah musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar. Tahapan penelitian meliputi pra lapangan, pekerjaan lapangan, dan pasca lapangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara,dan dokumentasi.Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Analisis data meliputi reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan.Validitas data dilakukan dengan triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik permainan musik

terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri adalah : (1) penabuh alat terbangan berjumlah 9 orang, sedangkan untuk penyanyinya kurang lebih berjumlah 15 orang (2)pada penampilan musik terbangankostum yang digunakan adalah batik (3) pada vokal musik terbangan terdapat solis yang bertugas untuk membawakan bawa dan dirigen yang bertugas memimpin penyajian musik terbangan(4) alat perkusi musik terbangan adalah : terbang 1, terbang 2, terbang 3, terbang 4, terbang 5, terbang 6, tamborin, saron dan kendhang yang masing – masing alatnya mempunyai teknik permainan dan bentuk musik yang berbeda –beda (5) dalam setting panggung musik terbangan terdapat 2 formasi, yaitu penempatan instrumen perkusi terbangan di belakang vokal dan penempatan instrumen perkusi terbangan di samping vokal (6) penyajian musik terbangan dilakukan secara ansambel gabungan.Fungsi musik terbangan meliputi : (1) sebagai pengiring peribadatan (2) sebagai pengiring hajatan (3) sebagai sarana hiburan (4) sebagai sarana pengajaran kitab suci (5) sebagai pengintegrasian sosial (6) sebagai pelestari kebudayaan.


(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara kepulauan, dengan banyaknya pulau yang ada di Indonesia membuat Indonesia menjadi bangsa yang kaya kebudayaan. Setiap pulaunya memiliki karakteristik adat-istiadat yang unik dan berbeda. Masalah yang terjadi di masa ini adalah tingkat apresiasi masyarakat terhadap kebudayaannya ternyata masih kurang, terbukti kebudayaan Indonesia pernah diklaim oleh negara sebelah yang akhirnya menimbulkan konflik. Kebudayaan adalah keseluruhan tindak dan hasil karya masyarakat yang dijadikan milik diri (Koentjoronigrat, 1990 : 180). Tentunya kebudayaan yang lahir mempunyai arti dalam kehidupan manusia. Kebudayaan dapat sebagai pedoman hubungan antar umat manusia yaitu karena didalamnya terkandung nilai-nilai sosial dalam masyarakat. Kebudayaan juga dapat sebagai pembimbing dan pedoman kehidupan manusia, misalnya tokoh wayang yaitu “Semar”. Bentuk “Semar” tersebut tidak hanya sekedar bentuk fisik sebuah hasil seni tetapi setiap bentuk dari tokoh wayang bernama “Semar” mempunyai makna-makna kehidupan bagi manusia. Kebudayaan juga dapat menyalurkan perasaan-perasaan di dalam diri manusia, lewat kesenian manusia dapat berkreasi, berekspresi mengungkapkan segala rasa di dalam dirinya.


(17)

2

Pada era globalisasi sekarang ini, keadaannya adalah kebudayaan asli mulai tersisihkan, maraknya kebudayaan modern yang masuk di Indonesia membuat kondisi jiwa nasionalisme bangsa memudar. Masyarakat sudah lupa jati diri bangsa mereka. Budaya barat yang sudah menjadi budaya populer dijadikan kiblat eksistensi dalam masyarakat Indonesia, padahal kitalah yang nantinya harus meneruskan perjuangan kebudayaan yang telah dilakukan pendahulu-pendahulu bangsa. Kebudayaan daerah akhirnya ditinggalkan dengan kebudayaan modern yang jauh lebih ngetrend yang ada pada masa sekarang. Krisis kebudayaan sudah semakin kronis akibat serangan budaya modern, anak-anak pun akhirnya menjadi korban, mereka sudah merasa malu untuk menyanyikan lagu yang sesuai dengan umurnya, akhirnya anak-anak tumbuh begitu oversampai mereka mengenal istilah cinta. Padahal itu bukanlah umur yang tepat untuk mengenal hal tersebut. Apa boleh buat, anak muda zaman sekarang akhirnya banyak yang tidak tahu kebudayaan bangsanya sendiri. Jika mau memahami kebudayaan tradisional, di dalamnya tersebut mempunyai banyak falsafah hidup yang juga syarat dengan nilai-nilai dalam ajaran agama yang bisa dijadikan pedoman hidup manusia`

Menurut Koentjoroningrat ( 2001 : 2 ), ada 7 unsur kebudayaan yaitu (1) sistem peralatan dan perlengkapan hidup,(2) sistem mata pencaharian hidup (2) sistem kemasyarakatan (3) bahasa (4) kesenian (5) sistem pengetahuan (6) sistem religi. Salah satu unsur kebudayaan yang dikemukakan Koentjoroningrat adalah kesenian. Menurut Koentjoroningrat(1990 : 203 ) kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai, norman-norma,


(18)

3

dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia. Kesenian dapat dijadikan sarana manusia untuk menunjukkan suatu bentuk peradaban yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan cita-cita dan berpedoman dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam kesenian tersebut. Kesenian tidak dapat lepas dari peran agama sebaliknya agama akan mencapai titik spiritualitasnya melalui kesenian. Dari beberapa agama yang ada, khususnya di Indonesia, yang menjadikan kesenian sebagai media dalam penyebaran, pemahaman, dan penghayatan salah satunya adalah agama Islam.Karena penggunaan kesenian tersebut, sehingga kesenian tersebut memiliki ciri yang khas dalam kegiatan kerohaniannya.

Agama Islam masuk ke Indonesia pada abad I Hijriah ( abad VII M ) dan langsung dari Arab. Daerah pertama yang didatangi oleh Islam adalah pesisir Sumatra, setelah itu dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Indonesia ikut aktif mengambil bagian dalam proses peyebaran agama Islam. Selain menyebarkan agama Islam para mubaligh juga melakukan perdagangan ( Amin, 2014 : 224 ). Menurut Uka Tjandrasasmita dalam Amin ( 2014 : 225 ), terdapat jalur – jalur penyebaran agama Islam di Indonesia yaitu :

1. Perdagangan

Jalaur ini dliakukan oleh para saudagar yang berdagang dan berdakwah di Indonesia setelah itu mereka mulai mendirikan masjid- masjid dan mendatangkan mullah- mullah dari luar.


(19)

4

2. Pernikahan

Dari segi ekonomi, para pedagang muslim memiliki status sosial yang lebih baik dari masyarakat pribumi, oleh karena itu putri-putri bangsawan tertarik untuk menjadi istri saudagar terebut. Sebelum pernikahan mereka diislamkan terlebih dahulu dan akhirnya membentuk keturunan Islam. 3. Tasawuf

Para da‟i juga dikenal sebagai guru tasawuf. Dengan tasawuf, “bentuk” Islam yang diaarkan kepada penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan animisme, dinamisme, agama Hindu dan agama Budha yang kebanyakan masih dianut oleh masyarakat pribumi. Dengan demikian agama Islam menjadi mudah diterima.

4. Pendidikan

Dalam bidang pendidikan para Kiai banyak memunculkan pesantren-pesantren yang dapat melahirkan para da‟i untuk menyebarkan Islam dan nantinya dapat merangkul banyak masyarakat di sekitarnya sehingga penyebaran agama Islam semakin luas.

5. Kesenian

Para da‟i menggunakan beragam kesenian seperti : wayang, sastra, seni ukir. Pendekatan ini dilakukan agar dapat menarik perhatian masyarakat pribumi.


(20)

5

6. politik.

Walisongo mendakwahi para pembesar kerajaan di masa itu seperti pembesar kerajaan Majapahit dan Pajajaran. Mereka juga mendirikan kesultanan-kesultanan untuk memerangi kerajaan-kerajaan non Islam dan dapat mengislamkan penduduknya.

Salah satu jalur penyebaran agama Islam adalah kesenian.Untuk menarik perhatian penduduk pribumi yaitu dengan membuat kesenian tersebut menjadi lebih dekat dengan kehidupan masyarakatnya. Seperti pada alat musik rebana yang merupaka alat musik berasal dari Arab lalu terjadi akulturasi dengan Indonesia telebih pada pulau Jawa, sehingga rebana dapat digunakan dalam musik Slawatanyang mencampurkan budaya Arab dan Jawa. Menurut Sutiyono ( 2009 : 168 ), kesenian slawatan merupakan seni dakwah, memiliki nilai – nilai dalam Islam yang diekspresikan melaui dakwah pada penyajian seni slawatan.Ini merupakan bentuk strategi untuk memikat hati masyarakat dalam perubahan akhlak dan ibadah yang lebih baik. Saat ini slawatan telah menjadi bagian kesenian Islam yang dimiliki oleh bangsa Indonesia dan syair-syair yang digunakan tidak hanya menggunakan bahasa Arab yang berasal dari kitab-kitab semacam Al-Baesanji saja namun juga telah dipadukan dengan syair berbahasa Indonesia.

Terbang adalah alat musik yang identik dengan agama Islam.

Terbang merupakan alat musik membranofon yaitu alat musik yang menggunakan kulit sebagai sumber penggetar utama bunyi. Alat musik


(21)

6

inimerupakan kesenian hasil akulturasi antara kebudayaan Timur Tengah dengan kebudayaan Indonesia. Syair berbahasa Jawa dan alat musik Timur Tengah merupakan bentukperpaduan antara dua kebudayaan tersebut. Seiring perkembangan zaman, terbang juga dipadukan dengan alat musik lainnya misalnya dipadukan dengan saron yaitu salah satu alat musik gamelan, dan bisa juga dipadukan dengan alat musik modern seperti gitar, drum dan keyboard.Dalam perkembanganya slawatan telah menyebar luas, slawatan

tidak hanya dimainkan oleh masyarakat Islam namun juga dimainkan oleh masyarakat non Islam.

Salah satu tempat yang mempunyai slawatan yang digunakan sebagai bentuk keseniannya adalah dusun Platar.Tempat ini berada di wilayah kabupaten Wonogiri dan kecamatan Giriwoyo. Di tempat ini slawatan sering disebut dengan terbangan. Kesenian terbangan di dusun Platar ini dimainkan juga oleh umat non Muslim yaitu oleh umat Katolik St. Antonius lingkungan Platar. Ini menunjukkan bahwa nilai toleransi dan kerukunan telah menjadi semangat pluralis yang akan terus dijaga di tengah isu-isu yang menjadi konflik kerukunan keagamaan.

Hal tersebut menjadikan musik terbangan yang dimainkan di dusun Platar ini adalah sebagai musik hasil akulturasi dan enkulturasi yang mempunyai kekhasan yang unik. Namun, Seiring perjalanan waktu dalam beraktivitas kesenian, banyak pemain kesenian terbangan yang sudah mulai berkurang,ditambah tidak ada yang melatih terbangan sehingga daya dorong dan rasa semangat umat untuk berkesenian berangsung-angsur mengalami


(22)

7

penurunan.Dengan keaadaan ini tentu mengancam masa depan kesenian

terbangan di dusun Platar. Kondisi tersebut membuat penulis tertarik untuk mengkaji tentang musik terbangan.

Musik terbangan ini tentu akan luas sekali mengenai elemen-elemen di dalamnya, apakah itu tentang sejarah, struktur, perkembangan, teknik, penyajian, pembuatan, fungsi dan banyak lagi elemen-elemen yang mencakup tentang musik. Karena itu, agar nantinya penelitian ini bisa lebih tepat sasaran dan tidak meluas ke berbagai topik, penulis akan memfokuskan penelitian ini tentang teknik permainan terbangan dan fungsi musik terbangan

yang dimainkan umat Katolik lingkungan Platar. B. Fokus Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini difokuskan pada teknik permainan dan fungsi musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri. C.Tujuan:

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan teknik permainan dan fungsi musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri.


(23)

8

D. Manfaat

1. Secara Teoristis

a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai pengetahuan dan pembelajaran tentang teknik permainan dan fungsi musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri.

b. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Musik Fakultas Bahasa dan Seni hasil penelitian ini dapat menambah wawasan tentang teknik permainan dan fungsi musik tradisional.

2. Secara praktis

a. Bagi peneliti sebagai bahan pengalaman dan pembelajaran agar lebih termotivasi dalam mengembangkan musik tradisional.

b. Memberikan dokumen tertulis tentang bentuk penyajian dan fungsi musik

terbangan serta transkip notasi , sehingga dapat mempermudah proses pembelajaran dan pengarsipan.


(24)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

A. BentukPenyajian Musik

Kata “bentuk" dalam Kamus Bahasa Indonesia edisi kelima (2001:127) diartikan sebagai wujud, rupa, dan susunan. Menurut Nurdin (1990 : 89 ), bentuk penyajian musik dibedakan dalam 2 kategori yaitu : 1. Penyajian musik solo

Penyajian musik solo biasanya dilakukan secara perorangan atau tunggal oleh pemain yang bersangkutan, baik itu permainan musik instrumen atau vokal. Menurut Miller ( 1987 : 86 ), menyatakan bahwa,

Apabila seorang penyaji dengan satu instrumen atau suara tunggal merupakan medium pokok dari suatu komposisi, musik demikian dikatakan sebagai solo.Hal ini benar bahkan bila seorang penyanyi atau sebuah instrumentalis diiringi oleh satu atau lebih pemain. Jika hanya ada seorang penyanyi atau pemain yang dibutuhkan untuk memainkan sebuah komposisi, medium demikian lebih tepat dinamakan solo tanpa iringan.

Pengertian diatas menunjukkan bahwa musik solo adalah sorang penyaji entah solo vokal atau solo instrumentalis yang merupakan penyaji pokok dalam komposisi. Walaupun seorang penyaji tersebut diiringi oleh pemain lain, tetaplah itu dikatakan musik solo.


(25)

10

2. Penyajian musik secara berkelompok (Ansambel)

Menurut Miller ( 1987 : 87 ), menyatakan bahwa, “Apabila dua atau lebih pemain terlibat secara merata dan sejajar dalam memainkan atau menyanyikan sebuah karya musik, medium demikian dikenal sebagai ansambel, dan musiknya disebut musik ansambel”. Penyajian musik ansambel adalah dimainkan lebih dari satu pemain musik secara merata.Menurut Irawati ( 2013 : 45 ) ansambel yaitu dua atau lebih pemain yang terlibat dalam memainkan sebuah karya musik, dengan menggunakan lebih dari dua instrumen. Menurut Nurdin ( 1990 : 90 ) ansambel dibedakan menjadi 2 kategori yaitu ansambel sejenis dan ansambel gabungan. Ansambel sejenis misalnya adalah ansambel gitar, ansambel tiup, sedangkan ansambel gabungan misalnya ansambel gitar dan biola, piano dan flute.

Ada 5 tipe penyajian musik ( Djohan, 2003 : 204 ) yaitu :

1. Main melalui membaca, yaitu menggunakan notasi atau tanda-tanda musik untuk menyajikan musik.

2. Main melalui latihan, yaitu mereproduksi literatur tertulis dalam bentuk notasi yang pernah dilatih dan dipelajari melalui latihan berulang kali. 3. Main melalui pendengaran, yaitu mereproduksi secara aural (bernyanyi,

imitasi, rekaman). Hasil reproduksi dapat berada pada pitch yang sama seperti aslinya atau berbeda.

4. Main melalui memori, yaitu mereproduksi secara aural sebuah lagu yang pernah dipelajari melalui notasi.


(26)

11

5. Main lewat improvisasi, yaitu mempertunjukan secara spontan sebuah formulasi materi musik secara kreatif. Improvisasi dapat melengkapi kriteria musik yang sudah ada atau disengaja, atau dikostruksi secara bebas sesuai yag dikehendaki.

B. Teknik Permainan

Menurut Kamus Bahasa Indonesia edisi kelima ( 2001 : 1158 ) kata “teknik‟ sama arti dengan cara, metode untuk melakukan sesuatu. Teknik permainan berarti merupakan cara bermain, dalam penelitian ini adalah cara melakukan permainan musik terbangan.

Instrumen ( alat musik ) menurut Miller ( 1987 : 106 ) terdapat empat kelompok instrumen yang pokok yaitu :instrumen – instrumen „keyboard‟, instrumen – instrumen berdawai, instrumen-instrumen tiup dan nnstrumen-instrumen perkusi.

Menurut Miller ( 1987 : 107 ) bahwa instrumen perkusi merupakan instrumen yang memiliki fungsi ritmis, untuk menghasilkan bunyinya dimainkan dengan cara dipukul atau digoyangkan. Dalam penelitian ini pada musik terbangan merupakan kelompok instrumen perkusi. Instrumen perkusi dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu instrumen dengan nada pasti dan instrumen dengan nada tidak pasti.

a. Instrumen dengan nada pasti merupakan instrumen yang mempunyai fungsi melodis sekaligus fungsi ritmis. Pada penelitian ini adalah alat musik saron yang digunakan dalam musik terbangan.


(27)

12

b. Instrumen dengan nada yang tidak pasti. Pada penelitian ini adalah rebana, kendhang dan tamborin yang digunakan dalam musik terbangan.

C. Terbangan

Penyebutan instrumen ini mempunyai ragam nama antara lain :

robana, rabana, trebana, trebang, terbang (Soeharto, 1992 : 107 ).Rebana merupakan alat musik sejenis gendang dengan sehelai kulit hewan yang direntangkan pada kerangka kayu berbentuk lingkaran ( Shadily, 1990 : 2863 ). Penyebarannya juga diberbagai negara serta penyebutan yang berbeda pula, misalnya : duff ( Arab), duba ( Ethiopia), naha ( Sudan ), naqqarah ( Khurdistan ), naggara ( Myanmar ), kompang ( Malaysia), sedangkan untuk di Indonesia, terutama di daerah – daerah instrumen ini juga mempunyai nama – nama berbeda misalnya : rapai ( Aceh ), rebana ( Riau ), indhung ( Jawa Barat ), terbang ( Jawa Tengah ), trebang ( Jawa Timur ) ( Sutiyono, 2009 : 150 ).

Terbang, merupakan instrumen musik Islami dalam seni pertunjukan slawatan. Aspek musik Islami dalam seni slawatan dapat dilihat pada aspek : ( 1 ) Instrumental dan ( 2 ) vokal. Instrumen musik Islami tersebut adalah terbang, rebana yang menjadi ciri khas unsur instrumen dalam orkestrasi musik milik negara-negara yang penduduknya memeluk agama Islam. Vokal Islami seni pertunjukan slawatan dapat dilihat melalui ( 1 ) melodi dan ( 2 ) teks. Biasanya melodi dalam slawatan menggunakan melodi


(28)

13

Islami karena mirip dengan melodi pujian, singiran, dan slawatan Maulud

yang dilantunkan di masjid, surau, langgar, mushola, dan pondok pesantren.Demikian teks dalam slawatan yang isinya mengandung pesan keislaman. Isinya tersebut merupakan aplikasi dari ayat-ayat suci Al Qu‟ran dan dalil – dalil Hadis Nabi Muhammad SAW ( Sutiyono, 2009 : 143 ).

Menurut Prier (177: 2014 ) ada beberapa jenis rebana yang dibedakan dari ukurannya. Yaitu :

1. Rebana besar, biasa disebut dengan rebana biang, terbang gede , terbang indung, atau terbang gong.

2. Rebana sedang, sering disebut terbang dara, terbang gembyung atau juga suwukan.

3. Rebana kecil, sering disebut rebana ketimpring, genjring atau juga thung / theng.

Slawatan secara umum memang merupakan bentuk kesenian dengan ciri ke-Islaman. Dalam perkembangan sekarang, slawatan juga dipakai dalam kehidupan agama Katolik dan mulai dipakai pada awal abad 19. Ini ditunjukan dengan munculnya kesenian Slawatan Katolik yang sampai sekarang sebenarnya sudah menyebar luas di beberapa daerah mulai Boro, Demangan, Kulon Progo dan beberapa daerah lainnya ( Moertjipto, 1990 : 68 ).Kesenian ini juga sampai ke daerah Wonogiri, lebih tepatnya dusun Platar, kecamatan Giriwoyo, tempat penelitian penulis. Dalam pergaulan masyarakat


(29)

14

dusun Platar, slawatan lebih sering disebut dengan terbangan, sehingga dalam penelitian ini istilah “terbangan” sama makna dengan “slawatan”.

Slawatan Katolikdigunakan untuk mengiringi kidungan yakni lagu – lagu rohani Katolik. Kesenian ini mempunyai makna sebagai ungkapan memuji dan tanda terima kasih serta memohon berkah kepada Tuhan. Syair lagunya juga berisi tentang pujian dan rasa syukur kepada Tuhan ( Moertjipto, 1990 : 66 ).

D. Fungsi Musik

Menurut Meriam (1964 : 218 ) bahwa ada 10 fungsi musik yaitu : fungsi pengungkapan emosional , fungsi penghayatan estetis, fungsi hiburan, sarana komunikasi, fungsi perlambangan, fungsi reaksi jasmani, fungsi intuisi sosial dan ritual keagamaan, fungsi pengesahan lembaga sosial, fungsi kesinambungan budaya dan fungsi pengintegrasian masyarakat.

Menurut Djohan musik dapat sebagai pengungkapan emosional dan sebagai respon fisik, berikut penjelasannya :

1. Fungsi Pengungkapan Emosional

Djohan, ( 2003 : 114 ), menyatakan bahwa,

Diakui bahwa musik dapat menjadi perantara untuk menyampaikan perasaan selain mengkomunikasikan dan membengkitkan serangkaian emosi. Kekuatan musik dapat dirasakan mulai dari kemampuannya untuk menyebabkan orang merasa tidak nyaman ( misal dari musik hingar bingar yang terdengar bercampur aduk ), sampai menjadi sarana untuk menyentuh emosi paling lembut yang bisa dirasakan seseorang.


(30)

15

Di sini musik berfungsi sebagai suatu media bagi seseorang untuk mengungkapkan perasaan atau emosinya. Musik mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi emosi seseorang.

2. Fungsi terapi Jasmani

Djohan ( 2006 : 37 ), mengungkapkan bahwa ada hubungan antara musik dan pengobatan, beberapa diantaranya adalah :

a. Teori bahwa tubuh manusia terdiri dari empat cairan tubuh. Maka kesehatan terjadi ketika ada keseimbangan diantara keempatnya, dan ketidakseimbangan dapat menyebabkan gangguan mental. Keseimbagan keempat cairan tubuh ini diyakini dapat dipengaruhi oleh vibrasi musik.

b. Musik memiliki khasiat dan potensi mempengaruhi pikiran manusia.

c. Kesadaran ( pikiran ) dapat meningkatkan atau menggangu kesehatan, dan musik melalui pikiran, dengan mudah menembus dan mempengaruhi seseorang untuk mengikuti prinsip-prinsip tertentu.

Jika sebuah musik dimainkan, musik itu dapat merangsang sel-sel saraf manusia, pikiran hingga emosi manusia, semua hal tersebut mempengaruhi kesehatan seseorang.

Banyak wilayah di Indonesia yang mempunyai tradisi menyertakan musik dalam upaya penyembuhan tanpa menyadari bahwa sebenarnya yang berlangsung adalah bagian dari terapi musik ( Djohan, 2006 : 23 ).

3. Fungsi Pengintegrasian Sosial


(31)

16

memiliki kualifikasi untuk menyatukan energi dalam masyarakat, dan (2) sebagai sumber keistimewaan yang penting.”Musik dapat menimbulkan rasa kebersamaan dalam masyarakat, misalnya saat proses latihan dan pertunjukan tanpa disadari akan ada rasa kebersamaan antara pemain ( pemain dengan pemain, penonton dengan pemain ) atau penonton ( penonton dengan penonton). Djohan ( 2006 : 35 ), menyatakan bahwa“perasaan manusia terikat dengan musik karena memiliki konsistensi dan lingkungan yang sama dalam merespon musik”.Perasaan tersebut disatukan oleh musik lalu menjadi rasa kebersamaan yang menimbulkan sebuah energi yang kuat dalam masyarakat tersebut.

Menurut Sumardjo, seni mempunyai beberapa fungsi, dalam penelitian ini seni yang dimaksud adalah musik, yaitu :

1. Fungsi kenikmatan estetis

Musik merupakan suatu karya seni. Suatu karya dapat dikatakan karya seni apabila memiliki unsur keindahan didalamnya.Sumardjo ( 2000 : 157 ), menyatakan “Jelaslah bahwa keindahan seni berhubungan dengan unsur ekstrinsik dan intrinsik sekaligus”.Unsur-unsur tersebut tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai seni yang mempengaruhi kualitas estetika. Sumardjo ( 2000 : 142 ), menyatakan “Dan nilai adalah masalah mendasar yang biasa ditemukan dalam bidang etika (kebaikan), kebenaran (logika), dan estetika (keindahan), di samping keadilan, kebahagiaan, kegembiraan”. Semuanya itu akhirnya akan mewujudkan sebuah seni yang menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin.


(32)

17

2. Fungsi hiburan

Untuk mencapai fungsi hiburan tersebut, manusia tentu harus melalui pengalaman yang berkaitan dengan seni. John Deway dalam Sumardjo, ( 2000 : 165 ), membedakan antara pengalaman estetik dengan pengalaman artistik.

Pengalaman estetik atau pengalaman seni lebih tertuju pada kegiatan apresiasi penanggap seni, penerima seni, atau apresiator seni. Sementara itu, pengalaman yang samajuga dapat digunakan untuk kegiatan produksi seni ata penciptaan seni.

Jadi pengalaman estetik bila dilakukan sebagai dasar penciptaan karya seni, dinamai pengalaman artistik. Musik sebagai bagian dari seni dapat memberikan pengalaman tersebut pada diri setiap manusia entah itu hanya sebgai pengalaman estetik bahakan artistik. Melalui pengalaman - pengalaman tersebut akhirnya rasa hiburan dan kepuasan manusia dapat tercapai.

3. Fungsi komunikasi

Sumardjo, ( 2000 : 31 ), menyatakan bahwa “komunikasi seni adalah komunikasi nilai-nilai berkualitas, baik kualitas perasaan maupun kualitas medium seni itu sendiri”. Musik merupakan bagian dari seni, dalam penyajian dan apresiasi melibatkan pengalaman yang melibatkan kegiatan penginderaan, nalar, emosi serta intuisi.

Penyaji seni menyampaikan gagasan, idealisme dan perasaan melalui musik sebagai medium seni dan apresiator menjadi penikmat serta mengapresiasi musik tersebut dengan komunikasi seni.


(33)

18

4. Fungsi pengajaran norma sosial

Sumardjo ( 2000 : 140 )Mengungkapkan bahwa “nilai isi ( content) yang dapat terdiri atas nilai pengetahuan (kognisi), nilai rasa, intuisi atau bawah sadar manusia, nilai gagasan, dan nilai pesan atau nilai hidup (values) yang dapat terdiri atas nilai moral, nilai sosial, nilai religi, dsb”.Musik berfungsi sebagai media pengajaran akan norma-norma atauperaturan- peraturan.

5. Fungsi ritual keagamaan.

Fungsi musik di sini memiliki peranan yang sangat penting dalam membawa suasana kesakralan untuk upacara keagamaan. Penggunaan alat musik untuk mengiringi lagu-lagu dalam ibadat dapat mendukung kepada para penyanyi, memudahkan partisipasi umat, dan menciptakan kesatuan hati antar jemaat yang berhimpun ( Komisi Liturgi Mawi, 1986 : 127 ).

E. Penelitian yang relevan

Selain dari beberapa kajian teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas, untuk menunjang kelancaran dalam penelitian ini juga digunakan rujukan dari tulisan maupun hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi dan dapat mendukung topik yang diangkat.

1. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rendi Indrayanto angkatan 2008 Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas NegeriYogyakarta yaitu tentang “Fungsi dan Bentuk Penyajian Musik


(34)

19

SholawatKhotannabi di Dusun Pagerjo, Desa Mandolo Lor Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan “. Judul tersebut mempunyai fokus penelitian yang sama yaitu meneliti mengenai fungsi dan bentuk penyajian musik. Dari hasil penelitian yang dilakuka oleh Rendi Indrayanto, menunjukkan bahwa fungsi musik Sholawat Khotannabi adalah sebagai sarana komunikasi , sebagai sarana hiburan, sebagai media penerangan, sebagai pendidikan norma sosial, sebagai pelestari kebudayaan, sebagai ritual keagamaan, dan sebagai identitas masyarakat. Bentuk penyajian yaitu ansambel vokal dan koor dengan iringan musik terbang atau rebana. Bentuk penyajian ini diatur atau ditata berupa ; a) bloking atau setting setengah melingkar dan melingkar ; b) melodi musik sholawat khotannabi

terdapat pada gambuh atau solo vokal dan koor c) pengiring musik

sholawat khotannabi berupa tipung atau kempling ; kempyang bernada (nem), kempul bernada (lu), gong bernada (ro) dan kendhang. Penelitian tersebut membantu peneliti untuk mendeskripsikan fungsi music

terbangan lingkungan Platar.

2. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bagas Pambudi angkatan 2010 Jurusan pendidikan Seni Musik Universitas Negeri Yogyakarta yang berjdul “Fungsi dan Bentuk Penyajian Musik

Sholawat Dalam Kesenian Gajah-Gajahan di Desa Ngrukem, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur”. Hasil penelitian tersebut adalah fungsi musik sholawat yaitu : (1) sebagai upacara adat, (2) sebagai sarana komunikasi, (3) sebagai konstribusi integrasi sosial, (4) sebagai sarana hiburan, (5)


(35)

20

sebagai sarana pendidikan, (6) sebagai pengiring kesenian. Bentuk penyajiaan musik sholawat dalam kesenian gajah-gajahan dimainkan secara bersama atau ansambel. Alat musik yang digunakan merupakan alat musik perkusi yang terdiri dari alat musik ritmik dan melodis yaitu : (1) rebana, (2) kendang, (3) kenong, (4) saron, (5) Jedor, (6) kenthongan, (7) kecrek.Penelitian tersebut membantu peneliti untuk mendeskripsikan tentang teknik musik terbangan lingkungan Platar.


(36)

21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana dan prosedur penelitian yang mencakup semua keputusan mulai dari asumsi yang luas hingga metode yang paling mendetail mengenai proses pengumpulan dan analisis data ( Creswell, 2010 : 353 ). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Creswell ( 2010 : 4 ) metode kualitatif adalah metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Penelitian kualitatif ini melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan dan prosedur-prosedur, menganalisis data secara induktifmulai dari tema-tema yang khusus ke tema-tema umum, dan menafsirkan makna data. Hasil akhir penelitian ini memiliki struktur atau kerangka yang fleksibel.

Obyek penelitian ini adalah musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 13 Maret sampai 30 Mei 2015. Sebagai deskripsi wilayahnya menurut letak geografis, lingkungan Platar termasuk dalam wilayah dusun Platar, desa Platarejo, kecamatan Giriwoyo, kabupaten Wonogiri, provinsi Jawa Tengah, sedangkan untuk batas-batas wilayah dusun Platar yaitu:Sebelah utara adalah dusun Platarejo, Sebelah timur adalah hutan


(37)

22

rakyat desa Platarejo ( bodeh pucang ), sebelah selatan adalah dusun Nawangan Lor, sebelah barat adalah desa Sirnoboyo. Wilayah tersebut merupakan tempat peneliti tinggal dan merupakan salah satu wilayah yang mempunyai musik terbangan dimana musik terbangan tersebut masih dimainkan oleh masyarakatnya.

B. Tahapan Penelitian

Dalam sebuah penelitian terdapat tahapan – tahapan yang harus dilakukan agar dapat berjalan dengan baik. Menurut Moleong ( 2007 : 127 ), tahapan penelitian terdiri dari pra lapangan, tahap pekerjaan, dan tahap analisis data. Tahapan-tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Tahap pra lapangan

Pada tahap ini, peneliti menyusun rancangan penelitian yaitu proposal penelitian. Selanjutnya adalah memilih lapangan penelitian yaitu dusun Platar sebagai lokasi penelitian.

Kegiatan selanjutnya adalah mengurus perizinan. Diawali dari pihak Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta dengan menyerahkan proposal penelitian sebagai syarat. Kemudian mendapat rekomendasi ke kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengeluarkan surat izin penelitian dan direkomendasikan ke kantor Badan Penanaman Modal Provisnsi Jawa Tengah, setelah itu direkomendasikan lagi ke kantor Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Wonogiri.


(38)

23

Kegiatan berikutnya adalah menjajaki dan menilai lapangan, kemudian menyiapkan perlengkapan penelitian yang meliputi pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman dokumentasi serta perlengkapan penelitian seperti buku catatan, alat tulis, handphone untuk merekam suara dan mengambil gambar.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap ini dibagi atas tiga bagian, yaitu : memahami latar penelitian dan persiapan diri, memasuki lapangan dan berpean serta sambil mengumpulkan data ( Moleong, 2007 : 137 ). Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi dan menyaksikan secara langsung proses latihan dan pementasan musik terbangan. Tahap selanjutnya adalah melakukan wawancara dengan narasumber yang sudah peneliti pilih untuk mendapatkan informasi tentang musik terbangan.

3. Tahap pasca lapangan ( analisis data )

Pada tahap ini, peneliti melakukan proses analisis data berupa teknik analisis data. Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono ( 2012 : 246 ) teknik dalam analisis data antara lain : data reduction (reduksi data,

data display ( penyajian data ), dan conclusing drawing ( pengambilan kesimpulan ). Analisis data digunakan untuk mempermudah peneliti dalam menentukan bagian dari data-data terkait dengan teknik permainan dan fungsi musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten wonogiri.


(39)

24

C. Data Penelitian

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data kualitatif yang terbagi atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari informan berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung peneliti. Sedangkan data sekunder merupakan data yang berupa dokumen-dokumen seperti foto, video, dan rekaman suara.

Pada penelitian ini, data diperoleh dari beberapa sumber, diantaranya sebagai berikut :

1. Hasil pengamatan peneliti.

2. Seniman dan tokoh masyarakat yang dapat memberikan informasi tentang teknik permainan dan fungsi musik terbangan.

3. Studi pustaka yang didapatkan dari sumber tertulis berupa buku, dokumen, yang terkait dengan musik terbangan.

4. Dokumentasi berupa rekaman audio, foto, video musik terbangan.

D.Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data ( Sugiyono, 2007 : 62 ).

Dalam penelitian tentang bentuk penyajian dan fungsi musik

terbangan, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang relevan, akurat dan reliabel. Menurut Creswell ( 2010 : 267), dalam penelitian kualitatif terdapat 4 jenis strategi pengumpulan


(40)

25

datayaitu observasi kualitatif, wawancara kualitatif, dokumentasi kualitatif dan audio - visual. Berikut penjelasan mengenai strategi pengumpulan data tersebut :

1. Observasi

Merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan (Ghony, 2012 : 165). Adapun aspek-aspek yang akan diamati oleh peneliti yaitu :

a. Teknik permainanmusik terbangan

b. Fungsi musik terbangan

Pada observasi ini, peneliti melakukan pengamatan saat proses latihan, mulai dari persiapan alat, penyeteman terbang, pemilihan lagu dan memainkan musik terbangan. Disaat pementasan atau tugas di Gereja, peneliti juga melakukan pengamatan sekaligus ikut menjadi bagian dari penyajian musik terbangan sebagai salah satu penyanyi di kelompok vokalnya.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan tersebut dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang menjawab pertanyaan ( Moleong, 1988 : 186 ). Dalam melakukan wawancara, peneliti


(41)

26

menggunakan jenis wawancara semi terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya ( Sugiyono, 2011 : 318 ). Adapun para informan yang telah membantu dalam penelitian ini adalah :

a. Bapak Stepanus Sularto, pada tanggal 29 Maret 2015 peneliti telah melakukan wawancara mengenai sejarah terbangan di dusun Platar. b. Bapak Yohanes Suwarno, pada tanggal 1 April 2015 peneliti telah

melakukan wawancara mengenai sejarah terbangan di Paroki Gereja Santo Ignatius Danan, beserta fungsi terbangan.

c. Bapak Antonius Tukiyo Haryono, pada tanggal 13 April 2015 peneliti telah melakukan wawancara tentang bentuk penyajian, teknik permainan pada musik terbangan.

d. Bapak Antonius Yuven Santosa, pada tanggal 3 Mei 2015 peneliti telah melakukan wawancara tentang bentuk penyajian, teknik permainan dan fungsi musik terbangan.

e. Bapak Tarsisius Sumarno, pada tanggal 9 Mei 2015 peneliti telah melakukan wawancara tentang makna pada lagu-lagu musik

terbangan. 3. Dokumentasi

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atas karya-karya monumental dari seseorang ( Sugiyono, 2011 : 240 ). Dokumen kualitatif dapat berupa dokumen publik (makalah, koran, arsip ) dan dokumen


(42)

27

pribadi ( buku pribadi, foto ribadi ) ( Creswell, 2010 : 351 ).Pada penelitian ini, dokumen kualitatif berupa buku lagu-lagu terbangan yang merupakan buku Kidung Adi dan kumpulan lagu-lagu terbangan

lingkungan Platar. Lalu adapula foto – foto terbangan dari koleksi pribadi yang sudah diambil sebelum dilakukan penelitian.

4. .Audio – Visual

Data ini merupakan data-data yang berupa foto, rekaman suara, dan video ( Creswell, 2010 : 270 ). Pada penelitian ini data-data adalah hasil dari peneliti dalam mendokumentasikan musik terbangan yang berupa foto, rekaman suara dan video musik terbangan.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah penelitisendiri. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang membuka kunci, menelaah, dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat, tertib, dan leluasa, bahkan ada yang menyebutnya sebagai key instrumen (Ghony, 2012 : 95 ). Tidak ada alat yang paling elastis dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu sendiri. Manusia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat menggunakan keseluruhan alat indera untuk memahami sesuatu (Ghony, 2012 : 105 ).


(43)

28

F. Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (1986) dalam Ghony ( 2012 : 306 ) menyatakan bahwa dalam analisis data kualitatif menggunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang diperluas atau dideskripsikan.Menurut Miles dan Huberman (1986) dalam Sugiyono ( 2007 : ) aktivitas dalam analisis data antara lain : data reduction, data display,

conclusion drawing, berikut uraiannya : 1. Data reduction ( Reduksi data )

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema dan polanya ( Sugiyono, 2011 : 336 ). Dengan demikian reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Ghony, 2012 : 307 ).Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk merangkum dan mereduksi hasil pengumpulan data observasi, wawancara, dokumentasi dan audio - visual tentang teknik permainan dan fungsi musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar,paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri.

2. Data display ( Penyajian data )

Penyajian data disini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan


(44)

29

pengambilan tindakan (Ghony, 2012 : 308 ). Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flow chart, dan sejenisnya (Sugiyono, 2012 : 339 ). Miles dan Huberman dalam sugiyono ( 2007 : 341 ) menyatakan bahwa untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif biasanya dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.

Dalam penelitian ini peneliti menguraikan tentang teknik permainan dan fungsi musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri.

Conclusing drawing ( Menarik kesimpulan)

Kesimpulan yang sudah disediakan dari mula belum jelas , kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar lebih kuat (Ghony, 2012 : 310 ). Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas (Sugiyono, 2012 : 343 ). Setelah melakukan proses pengumpulan data yang meliputi observasi, wawancara, dokumentasi, dan audio – visual, kemudian dilanjutkan dengan proses analisis data yang meliputi reduksi dan display data. Setelah itu dalam penelitian ini adalah menyimpulkan hasil dari


(45)

30

keseluruhan data. Hasil kesimpulan tersebut berupa penelitian tentang teknik permainan dan fungsi musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, paroki Gereja Santo Ignatius Danan, kabupaten Wonogiri.

G. Validitas Data

Menurut Ghony ( 2012 : 313 ) validitas data merupakan pemeriksaan kembali terhadap keabsahan data dengan menggunakan teknik yang biasa digunakan dalam peelitian kualitatif sebagai upaya dalam mempertanggung jawabkan penelitian. Dalam melakukan penelitian tentang teknik permainan dan fungsi musik terbangan peneliti dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi. Menurut Criswell ( 2010: 286 ), triangulasi merupakan teknik uji keabsahan sumber-sumber data yang berbedadengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren. Menurut Sugiyono ( 2007 : 372 ), terdapat 3 jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Dalam melakukan penelitian ini peneliti hanya menggunakan 2 jenis triangulasi, yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Berikut penjelasannya :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono, 2011 : 252 ). Dalam Penelitian ini peneliti mewancari 5 informan yaitu : tokoh agama diwakili oleh Bapak Suwarno


(46)

31

dan Bapak Sumarno, masyarakat diwakili oleh Bapak Sularto, sedangkan pemain terbangan diwakili oleh Bapak Haryono dan Bapak Yuven. Informan yang telah diwawancaraioleh peneliti, selanjutnya data-data informan tersebut diperiksa kembali dengan cara dicocokkan dengan para informan lainnya guna mendapatkan hasil yang benar-benar valid.

(Tokoh Agama) ( Masyarakat)

Pemimpin

Teman

Bawahan

(

Pemain terbangan

)

Gambar 1 : Triangulasi sumber ( Sugiyono, 2011 : 369 )

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data dengan sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2011 : 252 ). Teknik penelitian yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan melihat saat proses latihan terbangan serta ikut berperan dalam penampilan musik terbangan, peneliti juga melakukan wawancara dengan 5 informan yang kompeten dalam musik terbangan., dan peneliti juga melakukan dokumentasi musik


(47)

32

terbangan yang berupa foto, rekaman suara, rekaman video.Semua hasil dari teknik tersebut tadi dicocokkan dengan teknik lainnya guna mendapatkan hasil yang benar- benar valid.

Observasi

Dokumentasi

Wawancara

Gambar 2 : Triangulasi teknik ( Sugiyono, 2011 : 369 )


(48)

33

BAB IV

TEKNIK PERMAINAN DAN FUNGSI MUSIK TERBANGAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN PLATAR, PAROKI GEREJA SANTO

IGNATIUS DANAN, KABUPATEN WONOGIRI

A. Teknik permainan musik terbangan

Dusun Platar merupakan wilayah yang kondisi alamnya masih dikelilingi oleh lahan kosong dimana masyarakatnya menggunakannya untuk bercocok tanam karena sebagian warganya bermata pencaharian petani dan lainnya bekerja di bidang wiraswasta, tukang dan pegawai/PNS. Tanah yang digarap umumnya merupakan tanah tegalan kering,sedangkan untuk pengairannya terdapat waduk yang dialirkan melalui sungai untuk irigasi sawah – sawah. Agama yang dianut penduduk dusun Platar ada 2 yaitu agama Islam dan agama Katolik dengan perbandingan kurang lebih 55 % dan 45 %.Untuk sarana peribadatan hanya ada 1 Masjid, sedangkan untuk umat Katolik menginduk di Gereja St.Ignatius Danan ( wawancara Bapak Yuven ). Paguyupan kegamaan ini juga ada 2 yaitu Paguyuban umat Islam yang di sepuhi Bapak Sunarto dan Paguyuban umat Katolik yang di ketuai Bapak Ignatius Wardi ( wawancara Bapak Yuven ). Paguyuban agama Katolik di lingkungan Platar bernama Santo Antonius. Kegiatan adat seperti bersih desa dan kegiatan keagamaan seperti Maulud Nabi dengan menyiapkan ambengan


(49)

34

untuk dibawa di rumah Bapak kepala dusun dan didongani bersama, Halal bihalal yang dilakukan umat muslim maupun non muslim saat Idhul Fitri serta Paskah dan Natal yang biasanya dilakukan dengan berdoa bersama dengan mengundang warga umat Islam juga. Hal- hal seperti inilah yang merupakan wujud kerukunan antar umat beragama yang selalu dibina dalam kehidupan masyarakat dusun Platar. Dalam hal kebudayaan, dusun Platar mempunyai kesenian yang digunakan sampai saat ini, yaitu musik terbangan,

atau slawatan.

Musik terbangan atau slawatan merupakan hasil kebudayaan Indonesia. Hasil kebudayaan yang berupa kesenian ini merupakan warisan tradisi yang harus terus dilestarikan. Apapun perbedaan yang ada di masyarakat seperti agama, suku, dan bahasa janganlah menjadi penghambat dalam upaya pelestarian budaya. Seperti pada dusun Platar, terbangan yang umumnya identik dengan kesenian Islam digunakan oleh masyarakat Katolik di dusun Platar. Terbangan berasal dari kata terbang yang merupakan penyebutan lain alat rebana, karena masyarakat desa biasanya suka memberi imbuhan kata “an”, jadi terbang menjadi terbangan (wawancara Bapak Suwarno). Terbangan Katolik ini sebenarnya adalah sama dengan Slawatan Katolik atau disingkat dengan seni “Slaka”, penggunaan ini sebenarnya secara tidak langsung adalah menjadi bukti untuk terus mendorong semangat pluralisme dalam keberagaman terutama berkaitan dengan keyakinan. Pada musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar terdapat banyak elemen yang masing-masingnya berkaitan dalam teknik permainan musik terbangan,


(50)

35

Yaitu : persiapan,jumlah pemain dan kostum, instrumen, setting panggung /

blocking, tempat penyajian dan jumlah lagu terbangan. Untuk penjelasannya sebagai berikut :

1. Persiapan

Sebelum memainkan musik terbangan, terlebih dahulu melakukan beberapa proses yaitu : doa dan persiapan alat.

a) Doa, dilakukan saat latihan maupun tampil. Karena ini merupakan kesenian yang bernafaskan kerohanian,sebelum berkesenian

terbangan masyarakat dusun Platar melakukan doa terlebih dahulu agar diberi kelancaran dan berkat dalam berkesenian terbangan, sehingga apa yang disampaikan benar-benar dapat menjadi sebuah penghayatan imani kepada Tuhan.

b) Persiapan alat, dalam melakukan persiapan alat terbangan ini perlu dilakukan pengecekan alat yang disebut tuning / penyeteman. Tujuan dari penyetema ini adalah untuk melaraskan atau mencari bunyi terbaik dari rebana tersebut. Cara melakukannya yaitu dengan memasukan tali / kolorkedalam rongga rebana dengan dibantu

lojok.Tujuan dari penyeteman adalah agar rebana menjadi lebih kencang sesuai dengan suara yang diinginkan. Sedangkan untuk kendhang, caranya yaitu dengan dipukul dibagian tali dan di pinggir kulitnya.


(51)

36

Gambar 3 : Lojok

( Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015 )

Gambar 4 : Kolor

( Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015 )

2. Jumlah Pemain dan kostum

Dalam musik terbangan, dibutuhkan pemain-pemain untuk membunyikan alat-alat musik tersebut. Alat – alat tersebut adalah : kendhang, terbang 1, terbang 2, terbang 3, terbang 4, terbang 5, terbang 6 saron dan tamborin. Karena di dusun Platar jumlah alat yang dimainkan berjumlah 9 maka pemain yang bertugas untuk membunyikan alat terbang berjumlah 9 orang. Semua yang bertugas untuk memainkan alat

terbangan adalah laki – laki sedangkan yang wanita bertugas untuk menyanyi. Pemain yang bertugas menyanyi di dalam musik terbangan


(52)

37

lingkungan Platar berjumlah kurang lebih 15 orang. Biasanya kostum yang digunakan di dalam penampilan adalah batik. Namun tetap disesuaikan dengan kesepakatan kelompok.

.

Gambar 5 : Kostum batik dalam penampilan terbangan

( Sumber :Dokumen Narendra, 2015 )

3. Instrumen a) Vokal

Dalam sebuah pertunjukan musik, vokal merupakan salah satu instrumen musik yang sangat efektif untuk menyampaikan syair atau isi dari sebuah lagu sehingga pertunjukan tersebut dapat mencapai sebuah estetika.Pada terbangan umat Katolik lingkungan Platar lagu dinyanyikan secara bersamaatau koor. Menururut Bonoe (2009 : 96 ),

koor adalah kelompok penyanyi yang membawakan lagu secara bersama-sama, baik dalam satu suara atau lebih. Dalam agama Katolik

koor adalah orang-orang yang diserahi tugas untuk menyanyikan lagu-lagu selama Ekaristi atau kegiatan liturgi berlangsung ( Windhu, 1997


(53)

38

: 36 ). Pada penyajian musik terbangan ini, lagu dinyanyikan oleh anggota koor yang terdiri dari pria dan wanita secara unisono ( satu suara ). Pada koor ini dipimpin oleh seorang dirigen yang memberikan aba-aba, kode tentang penyajian lagu pada terbangan meliputi : kapan lagu akan dimulai, pengulangan lagu dan lagu akan berakhir. Dirigen juga memberi aba – aba kepada para pemain terbangan, misalnya memberi kode pada saat tengah-tengah lagu bagian solis, yaitu sebuah nyanyian solo pada sebuah lagu, maka dirigen akan memberi kode untuk memelankan suara iringan musik terbangan.

Gambar 6 :Dirigen terbangan lingkungan Platar (Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015)

Sebelum lagu dibawakan secara bersama, terlebih dahulu seorang solis ( penyanyi solo vokal ) menyanyikan lagu secara solo pada kalimat awal lagu untukmemulai lagu dan pengambilan dasar suara. Bagian ini disebut bawani, bisa dilakukan oleh seorang solis

pria atau wanita. Setelah seorang solis membawakan bawa, lalu lagu mulai dinyanyikan secara bersama. Bahasa yang digunakan dalam lagu


(54)

39

terbangan ini adalah bahasa Jawa. Karena penduduknya adalah masyarakat desa, sehingga bahasa Jawa merupakan bahasa yang secara emosional lebih bisa mendekatkan masyarakatnya. Berikut adalah transkipsi notasi pada bawa yang telah penulis buat :

Gambar 7 :Transkipsi notasi bawa vokal terbangan


(55)

40

b) Perkusi

Perkusi merupakan golongan alat musik yang keindahan musiknya lebih menonjolkan pada ragam ritme yang dihasilkannya. Alat musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar inimerupakan alat musik perkusi yang menghasilkan beragam ritmis yang mempunyai pola terstruktur sehingga menghasilkan estetika. Ada 2 macam jenis perkusi, yaitu perkusi yang tidak mempunyai nada pasti dan yang mempunyai nada pasti.Dalam musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar, jenis perkusi yang pertama ditujukan pada alat musik terbang lalu tamborin dan kendhang, sedangkan untuk jenis perkusi yang kedua ditujukan pada alat musik saron.

Secara keseluruhan alat musik terbangan ini terdiri dari 6 terbang, 1 kendhang, tamborin dan saron, semua berjumlah 9 instrumen musik. Setiap alat terbangan ini memiliki bentuk musik yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya maka alatmusik terbangan

tersebut telah dijelaskan sebagai berikut: 1) Terbang 1

Alat musik ini merupakan alat musik membranophone.

Secara ukuran,Terbang 1 merupakan golongan terbang sedang.Cara menabuh terbang ini yaitu dengan posisi 2 jari tangan dan dengan teknik nyendhal pancing ( Setelah memukul langsung dilepaskan) agar mencapai bunyi yang jernih. Disebut terbang 1 karena dibunyikan pada awal rangkaian pola permainan terbangan.


(56)

41

Polapermainan terbang ini dimulai pada setiap ketukan bernilai setengah ( ½ ) pada setiap masing-masing birama bertanda sukat4/4.

Gambar 8 : Terbang 1

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Gambar 9: Transkipsi Permainan Terbang 1 ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

2) Terbang 2

Terbang 2 merupakan golongan terbang sedang. Bunyi terbang 2 mempunyai bunyi yang lebih tinggi dari bunyi terbang 1. Cara menabuh terbang 2 yaitu dengan posisi 3 jari tangan dan dengan teknik nyendhal pancing (Setelah memukul langsung dilepaskan ) agar mencapai bunyi yang jernih.Disebut terbang 2 karena pola permainannya dimainkan setelah terbang 1.Terbang 2 dimainkan di setiap ketukan ke 2 dan 4 pada masing-masingbirama bertanda sukat 4/4.


(57)

42

Gambar 10 : Terbang 2

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Gambar 11 : Transkipsi Permainan Terbang 2 ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

3) Terbang 3

Terbang 3 merupakan golongan terbang besar. Disebut terbang 3 karena pola permainannya dimainkan setelah terbang 1 dan terbang 2. Cara menabuhnya terbang 3 yaitu dengan posisi 4 jari tangan dan dengan teknik nyendhal pancingagar mencapai bunyiyang jernih. Terbang 3 dimainkan di ketukanketiga pada masing-masing birama bertanda sukat 4/4.


(58)

43

Gambar 12 : Terbang 3

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Gambar 13 : Transkipsi Permainan Terbang 3 ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

4) Terbang 4

Terbang 4 merupakan golongan terbang besar. Sedikit lebih besar dari terbang 3, sehingga menghasilkan suara yang lebih rendah pula. Cara menabuhnya terbang 4 yaitu dengan posisi 5 jari tangan dan dengan teknik nyendal pancing agar mencapai bunyi yang jernih.Terbang 4 merupakan gong –nya terbangan karena merupakan alat terbangan yang ukurannya paling besar. Terbang 4 dibunyikan di ketukan pertama pada masing-masing birama bertanda sukat 4/4.


(59)

44

Gambar 14: Terbang 4

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Gambar 15 : Transkipsi Permainan Terbang 4 ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

5) Terbang 5

Terbang 5 merupakan golongan terbang kecil. Terbang 5 merupakan terbang variasi. Cara menabuhnya terbang 5 yaitu dengan pemukul khusus yang terbuat dari kain yang digulung atau dari ban karet, namun terkadang juga menggunakan 2 jari.Pola permainannya dimulai dari ketukan seperenambelasan ( 1/16 ) pada setiap ketukan pada masing-masing birama bertanda sukat 4/4.


(60)

45

Gambar 16 : Terbang 5

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Gambar 17 : Transkipsi Permainan Terbang 5 ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

6) Terbang 6

Terbang 6 merupakan golongan terbang kecil. Terbang ini merupakan terbang variasi. Cara menabuhnya yaitu dengan pemukul khusus yang terbuat dari kain yang digulung atau dari ban karet. Pola permainan terbang 6 dimulai dari ritmis gantung ( 1/6 ) pada setiap ketukan pada masing-masing birama bertanda sukat 4/4.


(61)

46

Gambar 18 : Terbang 6

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Gambar 19 : Transkipsi Permainan Terbang 6 ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

7) Tamborin

Tamborin juga merupakan salah satu satu alat perkusi.Alat musik ini termasuk alat musik idhiophone.Tamborin memiliki logam- logam kecil berbentuk bulat yang mengelilingi bentuk tamborin. Terdapat 2 jenis tamborin pada umumnya yaitu tamborin yang mempunyai membran seperti rebana dan tamborin yang tidak mempunyai membran. Di dalam musik terbangan ini tamborin yang digunakan adalah tamborin yang tidak mempunyai membran rebana dan hanya terdapat logam – logam berbentuk bulat pipih yang terpasang dalam kerangka tamborin. Cara memainkannya yaitu dengan digoyangkan pada tangan sehingga logam – logam yang berbentuk bulat pipih tersebut akan menghasilkan bunyi


(62)

47

gemerincing. Tamborin digunakan untuk variasi dalam musik

terbangan agar terdengar lebih ramai.

Gambar 20 : Tamborin

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Gambar 21 : Transkipsi Tamborin ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

8) Saron

Saron merupakan salah satu alat musik idhiophone. Alat musik ini mempunyai bentuk bilah, dalam gamelan Jawa disebut juga golongan balungan. Saron biasanya terbuat dari perunggu atau besi. Ada 2 jenis saron berdasarkan titilarasnya, yaitu saron yang mempunyai titi laras slendro dan titi laras pelog.Titi laras itu sendiri adalah istilah dalam bahasa jawa yang berarti susunan atau urutan nada, biasanya dipakai dalam musik Jawa. Dalam musik

terbangan ini,saron yang digunakan adalah saron yang mempunyai titilaras slendro. Cara memainkannya yaitu tangan kanan memukul


(63)

48

wilahan( bilah )dengan alat pemukul yang terbuat dari kayudan tangan kiri memencet wilahan yang sudah dipukul tadi untuk menghilangkan dengungnya, teknik ini disebut dipithet.Sedangkan nada yang dimainkan adalah nada nem ( 6 ) dan mo ( 5 ) di ketukan kedua, ketiga dan keempat pada birama 4/4.

Gambar 22 : Saron

( Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015 )

Gambar 23 : Transkipsi Permainan saron ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

9) Kendhang

Kendhang merupakan salah satu alat musik tradisional. Alat musik ini termasuk alat musik membranophone. Kendhang biasanya sering digunakan dalam kesenian gamelan.Dalam istilah jawa, kendhang disebut juga sebagai pamurbo irama, karena alat musik ini merupakan pengatur atau pemimpin jalannya irama lagu. Irama dalam permainan kendhang melingkupi tempo dan variasi – variasi


(64)

49

pola tabuhan yang membuat hidup atau mati nuansa musik

terbangan tersebut.Untuk bisa memainkannya dengan benar diperlukan ketrampilan tinggi dan pengetahuan tentang bunyi pada kendhang. Adapun macam – macam bunyi dasar yang dapat dihasilkan oleh kendhang adalah : tak, tung, dheng, tong, dan dlang. Untuk membunyikannya diperlukan teknik tertentu yang harus dilatih secara bertahap agar bunyi yang diinginkan mencapai bunyi dengan tingkat kejernihan yang baik.

Gambar 24 : Posisi Bermain Kendhang ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Pada musik terbangan di dusun Platar kendhang merupakan elemen yang paling pokok, karena tugasnya adalah pengatur irama mencakup tentang bagaimana seorang pengendhang harus menjaga kestabilan tempo dan membuat irama musik terbangan menjadi hidup, bahkan yang bisa membuat musik

terbangan tersebut itu terus berkelanjutan dalam aktifitas kesenian di masyarakat terkadang adalah pemain kendhang. Karena pemain


(65)

50

kendhang terkadang juga bukan hanya sebagai pemimpin dari irama permainan terbangan namun juga sebagai penggerak masyarakat dalam beraktivitas kesenian terbangan ( Wawancara Bapak Yuven )

Pada penelitian ini peneliti memberi keterangan untuk notasi pembunyian suara pada kendhang seperti berikut :

Gambar 25 : Keterangan Notasi Untuk Kendhang ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Pertama adalah bunyi tak. Bagian kendhang yang dibunyikan adalah sisi membran yang paling kecil dengan tangan 4 jari dan dipithet

(Menempelkan tangan pada membran ) di bagian sisi kendhang yang paling besar.


(66)

51

Gambar 26 : Posisi tangan untuk bunyi tak

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Kedua adalah bunyi tung. Bagian kendhang yang dibunyikan adalah sisi membran yang paling besar dengan tangan 2 jari pada jari manis dan kelingking dan dipithet (Menempelkan tangan pada membran ) di bagian sisi kendhang yang paling kecil.

Gambar 27 : Posisi tangan untuk bunyi tung

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Ketiga adalah bunyi dheng. Bagian kendhang yang dibunyikan adalah sisi membran yang paling besar dengan tangan 5 jari dan tidak dipithet di bagian sisi kendhang yang paling kecil.


(67)

52

Gambar 28 : Posisi tangan untuk bunyi dheng

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Keempat adalah tong. Bagian kendhang yang dibunyikan adalah sisi membran yang paling kecil dengan tangan 2 jari pada jari manis dan kelingking dan dipithet pada bagian sisi kendhang yang paling besar.

Gambar 29 : Posisi tangan untuk bunyi tong

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Kelima adalah dlang. Bagian kendhang yang dibunyikan adalah sisi membran yang besar dan yang kecil dibunyikan secara bersama – sama dengan masing – masing 4 jari.

Dalam permainan kendhang musik terbangan dusun Platar ada 4 bagian fungsi yang menjadi bentuk penyajiannya. yaitu


(68)

53

bagian untuk pembuka, iringan, sirep dan suwuk. Penjelasannya sebagai berikut

Pembuka

Bagian pembuka dilakukan saat penyanyi melakukan

bawadengan menyesuaikan hitungan dalam lagu untuk mengajak pemain terbangan masuk dalam iringan lagu. Lihat gambar 29 pada bagian yang telah diberi tanda kotak yang merupakan contoh pola permainan kendhang pada bagian pembuka :


(69)

54

Gambar 30 : Pola permainan kendhang bagian pembuka ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Iringan

Pada bagian ini kelompok koor mulai menyanyi dengan diringi musik terbangan, pola permainan kendhang juga menyesuaikan dengan pola musik terbangan. Pada bagian ini pemain kendhang berusaha membuat musik terbangan menjadi lebih hidup dengan melakukan berbgai variasi ritmis namun harus


(70)

55

tetap selaras pada ketukan. Lihat bagian yang telah diberi tanda kotak.

Contoh pola iringan kendhang terbangan :

Gambar 31 : Pola iringan kendhang terbangan

( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 ) Sirep

Pada bagian ini adalah dimana kendhang memberi polatabuhan untuk mengajak dinamika suara iringan terbangan

menjadi lebih pelan atau dalam istilah musik disebut decresendo. Setelah itu kendhang mengajak untuk mengeraskan iringan


(71)

56

terbangan lagi atau disebut dengan cresendo.

Gambar 32 : Pola permainan kendhang sirep ( Decresendo ) ( Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015 )

Gambar 33 : Pola permainan kendhang sirep (Cresendo ) ( Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015 )

Suwuk ( Penutup )

Pada bagian ini kendhang berfungsi untuk mengajak mengakhiri lagu. Kendhang memainkan pola tabuhan yang disesuaikan dengan hitungan lagu dan dengan memelankan tempo atau dalam istilah musik disebut Rittardando.Lihat gambar 33 pada bagian yang diberi tanda kotak.


(72)

57

Contoh pola kendhang untuk suwuk :

Gambar 34 : Pola permainan kendhang bagian suwuk ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

Pola – pola tabuhan pada kendhang tersebut bukanlah pola yang baku atau harus menjadi patokan, karena pada dasarnya bentuk penyajian permainan kendhang terbangan adalah main dengan improvisasi yaitu sebuah permainan spontan yang akan menghasilkan sebuah formulasi musik yang kreatif dari rasa

musikal pemain kendhang. Karena setiap pengendhang mempunyai


(73)

58

menghasilkan bentuk musik yang berbeda dari setiap masing – masing pengendhang ( Wawancara Bapak Hariyono ).

4. Setting panggung /blocking

Saat kelompok musik terbangan dusun Platar melakukan pentas, tentu mempunyai setting panggung atau formasi panggung agar terlihat lebih rapi dan tertata. Dalam musikterbangan terdapat 2 kelompok pemain yang mempunyai perbedaan tugas yaitu penabuh terbangan yang bertugas untuk mengiringi dan vokal / kor yang bertugas untuk menyanyikan lagu-lagu yang akan dibawakan. Ada 2 formasi yang digunakan dalam penampilan terbangan kelompok Seni Slaka Lingkungan Platar. Formasi pertama yaitu terdapat vokal / koor di depan, sedangkan penabuh di belakang penyanyi dengan pemain kendhang diposisikan di tengah-tengah antara penabuh terbang 1, terbang 2, terbang 3, dan terbang 4. Sedangkan untuk formasi kedua terdapat vokal /koor disamping ( boleh kanan atau kiri ) penabuh dengan pemain kendhang diposisikan di tengah-tengah antara penabuh terbang 1, terbang 2, terbang 3, dan terbang 4. Untuk dirigen biasanya di tengah-tengah, antara petugas koor dengan penabuh

terbangan. Tetapi terkadang dirigen juga ikut dalam koor dan hanya memberi kode saat lagu akan selesai.


(74)

59

T. 5

Gambar 35 : Formasi Terbangan 1

( Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015 )

Gambar 36 : Formasi Terbangan 2 ( Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015 )

VOKAL

T. 1 T. 2

KENDHANG

T. 3 T. 4

T. 1 T. 2

KENDHANG

T. 3 T. 4

VOKAL

T. 5

Tamb orin

Tamb orin

T. 6

Saron

T. 6


(75)

60

5. Tempat penyajian dan jumlah lagu terbangan

Biasanya terbangan dusun Platar ini tampil di Gereja St ignatius Danan, Kapel Santa Maria Jepurun, Kapel St. Yohanes Sendhang Ratu Kenya dan di dusun Platar sendiri.Untuk tugas di Gereja adapun lagu yang dibawakan diambil dari buku lagu Katolik yaitu Kidung Adi dan buku lagu khusus Slawatan Katolik. Kidung Adi adalah kumpulan lagu – lagu rohani Katolik berbahasa Jawa yang telah diresmikan dari Gereja.Untuk di Gereja lagu yang dibawakan berjumlah 11 lagu.Berikut contoh daftar lagu yang biasanya dibawakan oleh lingkungan Platar dalam tugas di Gereja meggunakan terbangan.

Pembuka : Memujio Pangeran (156)(terlampir)

Gusti Nyuwun Kawelasan : Gusti Nyuwun Kawelasan ( 174 )

( terlampir)

Minulya : Minulya ( 184 )( terlampir )

Kidung Antara : Winedharna Gusti ( 192 )( terlampir )

Pisungsung : Klawan Sukeng Wardoyo ( 206 )

( terlampir )

Suci : Suci ( 219 )( terlampir )

Rama Kawula : Rama Kawulo Slendro ( 141 )( terlampir )

Ayem Tentrem : Ayem Tentrem ( Lelagon Slawatan)


(76)

61

Komuni : Amba Asih Mring Pangeran ( 240 )

( terlampir )

Ndherek Gusti ( Lelagon Slawatan)

( terlampir )

Penutup : Mangga – Mangga Sesarengan ( 258 )

( terlampir )

Lagu – lagu tersebut bisa diganti sesuai dengan kesepakatan. Misalnya lagu pembuka tidak harus lagu memujio Pangeran namun bisa lagu lain.

Untuk penyajian yang di luar Gereja seperti acara hajatan dan hiburan biasanya lagu yang dibawakan 5 lagu sampai 8 lagu. Lagu – lagu yang dibawakan kebanyakan diambildari kumpulan lagu-lagu khusus

terbangan Katolik. Lagu tersebut merupakan warisan dari Romo Atmo dan diajarkan ke pendahulu kesenian terbangan di Gereja St. Ignatius Danan seperti mbah Haryono dan mbah Suwarno ( wawancara Bapak Haryono ).Kelompok Seni Slaka ( Slawatan Katolik ) Lingkungan Platar untuk saat ini juga hanya bisa beberapa lagu dari kumpulan lagu – lagu khusus terbangan Katolik. Di bawah inipenulis memberikan contoh lagu slawatan Katolik lingkungan Plataryang diambil dari buku Slawatan Katolik :


(77)

62

Pembuka : Keparenga Keluarga Seni Slaka ( terlampir ) Badhe Matur ( terlampir )

Pokok lagu : Manungsa Ingkang Sejati ( terlampir ) Gusti Tebih Eler Tebil Kidul ( terlampir ) Ndherek Gusti Yesus ( terlampir )

Sembah Bekti ( terlampir ) Penutup : Eling – Eling ( terlampir )

B. Fungsi musik terbangan

Kesenian merupakan hasil artistis, gagasan yang berasal dari kebudayaan masyarakat. Hasil artistik tersebut mempunyai nilai kultural yang selalu dijunjung oleh masyarakatnya. Musik terbangan tidak hanya sebuah musik yang berbunyi tiada arti namunmusik terbangan merupakan musik yang mempunyai nilai kerohanian untuk menciptakan suasana sakral dan kusyuk dalam berdoa kepada Tuhan.

Musik merupakan salah satu bentuk estetika yang mempunyai berbagaifungsipada kehidupan manusia. Fungsi tersebut dapat dirasakan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kemasyarakatan di dusun Platar, musik terbangan ini juga mempunyai beberapa fungsi dalam kehidupan masyarakatnya. Adapun fungsi tersebut adalah :


(78)

63

1. Sebagai pengiring peribadatan

Sebuah musik dapat menjadi sarana, cara untuk mencapai nuansa, suasana kesakralan dalam berdoa. Ini juga didukung dengan pernyataan Ibu Tutik yang merupakan salah satu umat Katolik lingkungan Platar, mengungkapkan bahwa,

“setiap lagu didhisiki dengan bawa lalu kan diiringi kendhang, dadi pas krungu suarane kendhang hati merasa tergerak untuk menyanyikan kidung pujian dengan rasa

kusyuk pada Tuhan “

Seperti pada musik terbangan di dusun Platar yang merupakan kesenian bernafaskan Katolik. Musik terbangan ini digunakan untuk mengiringi ibadat di masyarakatdusun Platar( Romo Rawuh)dan juga di Gereja atau juga di kapel. Untuk tugas di gereja biasanya dilakukan setiap 2 bulan sekali ( tergantung kesepakatan akan memakai terbangan atau tidak ) untuk ibadah di lingkungan dilakukan setiap 1 minggu sekali pada kamis malam( namun sekarang jarang menggunakan terbangan untuk mengiringi ibadat lingkungan ). Lagu-lagu yang digunakan untuk tugas biasanya adalah Lagu-lagu-Lagu-lagu yang berbahasa Jawa yang diambil dari Kidung Adi dan ada juga lagu – lagu yang diambil dari kumpulan lagu khusus slawatan Katolik Lingkungan Platar.


(79)

64

Gambar 37 : Tugas ibadah di Kapel Sendhang Ratu Kenya ( Sumber : DokumentasiNarendra, 2015 )

2. Sebagai Pengiring Hajatan

Musik terbangan umat Katolik lingkungan Platar biasanya juga digunakan untuk mengiringi pada acara hajatan seperti sunatan, pernikahan, bahkan kematian yang juga tidak pernah lepas dari ritual keagamaan. Dalam prosesinya musik terbangan digunakan untuk mengiringi doa dalamhajatan, tentu doa yang dilakukan adalah doa secara Katolik.Seperti yang diungkapkan Bapak Yuven pada wawancara tanggal 3 Mei 2015 bahwa,

“...Dadi bar dinggo ngiringi ibadah, terbangane kuwi mau dingo ngisi nyanyi – nyanyi, nah, pas acara ngisi kuwi mau, biasane dibarengi karo ndonga-ndonga ben soyo khidmat karo kusyuk suasanane.

Doa hajatan tersebut termasuk dalam tradisi tirakatan


(80)

65

Gambar 38 : Mengiringi di acara Hajatan ( Sumber : Dokumen Narendra, 2015 )

3. Sebagai Sarana Hiburan

Seni mempunyai daya guna bagi kehidupan. Seni yang mempunyai unsur estetik, adalah seni yang dapat menyenangkan inderawi dan mengembirakan batin. Setiap manusia pasti selalu membutuhkan penghiburan akibat dari kejenuhan, kesedihan, atau perasaan lainnya.Seperti halnya musik yang dapat memberikan pengalaman estetik bagi setiap penikmatnya sehingga menimbulkan rasa penghiburan tersendiri. Ini juga didukung dengan pernyataanIbu Sinuk yang merupakan salah satu umat lingkungan Platar mengungkapkan bahwa,

“Setiap kali mendengar lagu terbangan merasa yo merasa terhibur, rasane seneng, opo meneh nek pas kuwi lagu favorit sendiri, dadi yo seneng melu nyanyi bareng”


(1)

GUSTI, TEBIH ELER TEBIH KIDUL

( Gusti paring mukjizat mungguhing tetedhan )

1).Gusti mriki tebih eler tebih kidul lan sampun serap surya

Gusti menggaliho ,tiyang-tiyang punika ( 2x )

Dhawuhna sami nedha supados angsal tedha

Yo kareben ora susah lunga, kowe wae menehana tedha

Tumbas kalih atus dinar, roti mangsa cekapo sanadyan namung secuil

Padha duwe roti pira.

2).Gusti wonten roti gangsal ulam kalih, badhe kangge punapa ?

Gusti nggawa mrene, Gusti nulyo mberkahi ( 2x )

Dha lungguha ing suket ngumpul anyekat-nyeket

Gusti nyuwil roti sarto ulam, dhawuh ngedum marang wong golongan

Miturut sapanjaluke, wong lanang limang ewu wadon bocah

rakapetung

Kabeh wareg turah-turah.

3).Turahane roti lima iwak loro, dipangan wong saara-ara turahane

Tumuli diwadhahi ( 2x )

Rolas tenggok turahe, rolas tenggok turahe

Wong-wong kono eram samyo eram. Padha alok-alok samya alok

Iki genah kanjeng Gusti

Kang arsa rawuh donya ,ngrawuhi bangsa manungsa

Minulyakno kanjeng Gusti


(2)

SEMBAH BEKTI

Sembah bekti kawula Dewi Maria, kekasihing Allah Pangeran nunggil ing Panjenengan Dalem

Sami -sami wanita Sang Dewi pinuji piyambak Saha pinuji ugi, wohing salira Dalem Sri Yesus Dewi Maria kekasihing Allah

Kawula tiyang dosa,sami nyuwun pangestu Dalem


(3)

ELING-ELING

Reff: Eling-eling sira den eling, elinga mring urip ira Aja nganti kecemplung ing naraka

Udinen bisa munggah swarga ( 2x )

1).Sri Yesus Gusti kautus, paring sarasing sukmamba Gusti nyuwun kawelasan, Gusti nyuwun kawelasan

2).Kanjeng Gusti Yesus Kristus ,rawuh nimbali tyang dosa

Sang Kristus nyuwun kawelasan, Sang Kristus nyuwun kawelasan 3).Gusti lenggah jajar Rama, jumeneng lantaran kula


(4)

FOTO - FOTO

Gambar 49 : Wawancara Bapak Yuven Gambar 50 : Wawancara Bapak Sularto (Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015) ( Sumber: Dokumentasi Narendra, 2015)

Gambar 51 :Wawancara Bapak Haryono Gambar 52 : Wawancara Bapak Sumarno (Sumber : Dokumentasi Narendra, 2015) (Sumber: Dokumentasi Narendra, 2015)


(5)

Gambar 53 : Bapak Suwarno, salah satu Narasumber musik terbangan

( Sumber:Dokumentasi Narendra,2015)

Gambar 54 : Alat terbangan dusun Platar (Sumber: Dokumentasi Narendra, 2015 )


(6)

Gambar 55 :kelompok Seni Slaka Lingkungan Platar (Sumber : Dokumen Narendra, 2015)