Ketidaksantunan linguistik dan pragmatik dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo Yogyakarta - USD Repository

  

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG

YANG BERDAGANG DI PASAR BESAR BERINGHARJO

YOGYAKARTA

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

  

Disusun oleh:

Katarina Yulita Simanulang

091224076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

  

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

SKRIPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG

YANG BERDAGANG DI PASAR BESAR BERINGHARJO

YOGYAKARTA

Disusun oleh:

Katarina Yulita Simanulang

  

091224076

Telah disetujui oleh:

Dosen Pembimbing

Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Tanggal 3 Desember 2013

  SKRIPSI

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG

YANG BERDAGANG DI PASAR BESAR BERINGHARJO

YOGYAKARTA

  Dipersiapkan dan disusun oleh: Katarina Yulita Simanulang

  091224076 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 18 Desember 2013 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

  Susunan Panitia Penguji Nama Lengkap

  Tanda tangan Ketua : Dr. Yuliana Setiyaningsih ................................ Sekretaris : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ................................ Anggota 1 : Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. ................................ Anggota 2 : Prof. Dr. Pranowo, M.Pd. ................................ Anggota 3 : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. ................................

  Yogyakarta, 18 Desember 2013 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan,

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Karya ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus yang senantiasa mengatur dan memberi berkat dalam setiap langkah saya

Kedua orang tua saya, Parman Simanullang dan Lucia Sumiatun

Adik-adikku, Nandus, Erli, dan Ana

yang selalu mendoakan, memberi kasih sayang, dan mendukung setiap pilihan hidup saya

Pria spesial dalam hidup saya, David Verdyan

yang tiada hentinya menemani, mendukung, dan menyemangati dengan cintanya

Teman sepayung dalam cinta, Tina, Clara, Idang, Erni

kerja sama kalian luar biasa

Terakhir, konco kenthel dan sahabat penyakit PBSI yang luar biasa memberi semangat

dengan jargon “syak” dan “isyik”-nya, tanpa kalian perjalanan saya tak berarti apapun.

  MOTTO Manusia tanpa suatu tujuan adalah ibarat sebuah kapal tanpa kemudi – anak terlantar, hal sia-sia, bukan siapa-siapa.

  (Thomas Carlyle) Kita tidak akan pernah tahu kemana arah jalan berliku itu tanpa pernah kita melaluinya.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 18 Desember 2013 Penulis Katarina Yulita Simanulang

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Katarina Yulita Simanulang Nomor Mahasiswa : 091224076

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

KETIDAKSANTUNAN LINGUISTIK DAN PRAGMATIK

DALAM RANAH KELUARGA PEDAGANG

YANG BERDAGANG DI PASAR BESAR BERINGHARJO

YOGYAKARTA

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 18 Desember 2013 Yang menyatakan (Katarina Yulita Simanulang)

  

ABSTRAK

  Simanulang, Katarina Yulita. 2013. Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik

  dalam Ranah Keluarga Pedagang yang Berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD.

  Penelitian ini membahas ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa dalam interaksi anggota keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud-wujud linguistik dan pragmatik, (2) mendeskripsikan penanda linguistik dan pragmatik berbahasa, serta (3) mendeskripsikan maksud yang mendasari penutur menggunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta dengan data berupa tuturan lisan yang tidak santun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara (daftar pertanyaan, pancingan, dan daftar kasus) dan blangko pengamatan. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing. Dalam analisis data, penelitian ini menggunakan metode kontekstual, yakni dengan memerantikan dimensi-dimensi konteks dalam menginterpretasi data yang telah berhasil diidentifikasi, diklasifikasi, dan ditipifikasikan.

  Simpulan dari penelitian ini adalah (1) wujud ketidaksantunan linguistik berupa tuturan lisan tidak santun antaranggota keluarga pedagang yang terbagi dalam kategori melanggar norma (subkategori menolak dan menentang), mengancam muka sepihak (subkategori kesal, memerintah, menyindir, memperingatkan, dan mengancam), melecehkan muka (subkategori kesal, menyindir, mengejek, menentang, menolak, dan memperingatkan), menghilangkan muka (subkategori mengejek, memperingatkan, menyindir, kesal, dan meremehkan), dan menimbulkan konflik (subkategori mengancam, mengejek, memperingatkan, dan kesal); wujud ketidaksantunan pragmatik berupa cara penyampaian penutur yang mengikuti setiap tuturan lisan tidak santun, (2) penanda ketidaksantunan linguistik berupa penggunaan diksi, kata fatis, nada, tekanan, dan intonasi; penanda ketidaksantunan pragmatik berupa konteks yang menyertai setiap tuturan, serta (3) maksud ketidaksantunan penutur dalam kategori melanggar norma adalah menunda, protes, dan kesal; mengancam muka sepihak bermaksud kesal, protes, mengusir, basa-basi, memperingatkan, dan bercanda; melecehkan muka bermaksud memerintah, mengelak, kesal, mengomentari, menakut-nakuti, mengejek, basa-basi, menyindir, memperingatkan, dan melarang; menghilangkan muka bermaksud menanggapi, bercanda, melarang, memperingatkan, menyindir, basa-basi, mengomentari,

  

ABSTRACT

  Simanulang, Katarina Yulita. 2013. Linguistics and Pragmatics Impoliteness at the Scope of Trader Family Work in Beringharjo Market, Yogyakarta.

  Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. This research discusses linguistics and pragmatics impoliteness in language at the scope of trader family work in Beringharjo Market, Yogyakarta. The aims of the research are (1) to describe the forms of linguistics and pragmatics, (2) to describe the signs of linguistics and pragmatics in language, and (3) to describe the basic meaning of the speakers when using the forms of language which are impolite at the scope of trader family work in Beringharjo Market, Yogyakarta.

  Type of this research is descriptive qualitative. The source of the research is the trader family work in Beringharjo Big Market, Yogyakarta with the data of impolite spoken language. The instrument used is interview guideline (lists of questions, bait, and case list) and observation checklist. Data gathering technique are; first, listening method with noting and recording technique, and second, speaking method which is balanced with interview which is done with bait technique. In the data analysis, the research uses contextual method, with using the context dimensions in interpreting the identified, clarified, and typificated data.

  The summary of the research are; (1) the form of linguistic impoliteness showed in impolite spoken language between the trader family who are divided in breaking the norm categorization (subcategory refusing and opposing), threatening face unilaterally (subcategory angry, commanding, teasing, reminding, and threatening), face humiliating (subcategory angry, teasing, mocking, opposing, refusing, and reminding), omitting the face (subcategory mocking, reminding, teasing, angry, and humiliating), and rising conflict (subcategory threatening, mocking, reminding, and angry); the form of pragmatics impoliteness showed in the way speakers deliver the speaking which following every impolite spoken language, (2) impolite linguistics signs are in the form of diction, fatis word, tone, stress, and intonation; impolite pragmatics signs are in the form of context which participated in spoken language, and (3) the aims of the impoliteness of the speaker in breaking the norm category are postponing, protest, and angry; threatening face unilaterally showed anger, protest, chasing away, good manners, reminding, and kidding; face threatening showed commanding, jumping the queue, anger, commenting, frightening, mocking, good manners, teasing, reminding, and forbidding; omitting the face showed perceiving, kidding, forbidding, reminding, teasing, good manners, commenting, chasing away, anger, and protest; and rising conflict means frightening, mocking, protest, forbidding, reminding, and anger.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yesus yang senantiasa memberi berkat dan kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik dalam Ranah Keluarga Pedagang yang Berdagang di Pasar Besar Beringharjo Yogyakarta”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dalam kurikulum Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

  2. Caecilia Tutyandari, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Sanata Dharma.

  3. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan banyak dukungan, pendampingan, saran, dan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  4. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah membantu dan mendukung penulis.

  5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. sebagai dosen pembimbing yang dengan bijaksana, sabar, dan penuh ketelitian membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  6. Seluruh dosen prodi PBSI yang dengan penuh dedikasi mendidik, dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai selesai.

  7. R. Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Prodi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi.

  8. Dinas Pengelola Pasar Bringharjo beserta staf yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

  9. Seluruh keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Bringharjo yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

  10. Teman-teman seperjuangan (Valentina Tris Marwati, Clara Dhika Ninda Natalia, Catarina Erni Riyanti, dan Nuridang Fitra Nagara) yang bersedia berjuang dan bekerja sama dengan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  11. Kika Ayu, Rosalia Desinta, Yohana Maria, Agatha Wahyu, Mikael Jati, Ambrosius Bambang, Rosalina Anik, Cicilia Verlit, Yuli Astuti, Bernadeta Febri, Risa Ferina, Ade Henta, Yudha Hening, Ignatius Satrio, Reinardus Aldo, Yohanes Marwan, dan semua sahabat PBSID angkatan 2009, yang berdinamika bersama selama menjalani perkuliahan di PBSI.

  12. Semua pihak yang belum disebutkan yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak sekali kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan memberikan inspirasi bagi penelitian selanjutnya.

  Yogyakarta, 18 Desember 2013 Penulis Katarina Yulita Simanulang

  

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL

  i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN

  iii

HALAAN PERSEMBAHAN

  iv

HALAMAN MOTTO

  v

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vii ABSTRAK

  viii

  ABSTRACT

  ix x

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

  xii

  DAFTAR BAGAN

  xvii

  DAFTAR TABEL

  xviii

BAB I PENDAHULUAN

  1

  1.1 Latar Belakang Masalah

  1

  1.2 Rumusan Masalah

  5

  1.3 Tujuan Penelitian

  6

  1.4 Manfaat Penelitian

  7

  1.5 Batasan Istilah

  7

  1.6 Sistematika Penelitian

  8 BAB II KAJIAN PUSTAKA

  10

  2.1 Penelitian yang Relevan

  10

  2.2 Pragmatik

  15

  2.3 Fenomena Pragmatik

  17

  2.3.1 Praanggapan

  17

  2.3.3 Implikatur

  20

  2.3.4 Deiksis

  21

  2.3.5 Kesantunan

  22

  2.3.6 Ketidaksantunan

  23

  2.4 Teori-teori Ketidaksantunan

  25

  2.4.1 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Locher

  25

  2.4.2 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Bousfield

  27

  2.4.3 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Culpeper

  28

  2.4.4 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Terkourafi

  30

  2.4.5 Teori Ketidaksantunan Berbahasa dalam Pandangan Locher and Watt

  31

  2.5 Konteks

  34

  2.6 Unsur Segmental

  44

  2.6.1 Diksi

  44

  2.6.2 Gaya Bahasa

  51

  2.6.3 Kategori Fatis

  52

  2.7 Unsur Suprasegmental

  54

  2.7.1 Tekanan

  54

  2.7.2 Intonasi

  55

  2.7.3 Nada

  55

  2.8 Teori Maksud

  56

  2.9 Kerangka Berpikir

  59 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

  61

  3.1 Jenis Penelitian

  61

  3.2 Data dan Sumber Data

  62

  3.4 Instrumen Penelitian

  65

  3.5 Metode dan Teknik Analisis Data

  65

  3.6 Sajian Hasil Analisis Data

  67

  3.7 Trianggulasi Data

  68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  69

  4.1 Deskripsi Data

  69

  4.1.1 Melanggar Norma

  71

  4.1.2 Mengancam Muka Sepihak

  72

  4.1.3 Melecehkan Muka

  73

  4.1.4 Menghilangkan Muka

  74

  4.1.5 Menimbulkan Konflik

  75

  4.2 Analisis Data

  76

  4.2.1 Melanggar Norma

  76

  4.2.1.1 Subkategori Menolak

  77

  4.2.1.2 Subkategori Menentang

  79

  4.2.2 Mengancam Muka Sepihak

  81

  4.2.2.1 Subkategori Kesal

  82

  4.2.2.2 Subkategori Memerintah

  85

  4.2.2.3 Subkategori Menyindir

  87

  4.2.2.4 Subkategori Memperingatkan

  89

  4.2.2.5 Subkategori Mengancam

  92

  4.2.3 Melecehkan Muka

  94

  4.2.3.1 Subkategori Kesal

  94

  4.2.3.2 Subkategori Menyindir

  97

  4.2.3.3 Subkategori Mengejek 100

  4.2.3.4 Subkategori Menentang 103

  4.2.3.5 Subkategori Menolak 104

  4.2.3.6 Subkategori Memperingatkan 106

  4.2.4 Menghilangkan Muka 109

  4.2.4.2 Subkategori Memperingatkan 112

  4.3.2.3 Subkategori Menyindir 147

  4.3.4.2 Subkategori Memperingatkan 176

  4.3.4.1 Subkategori Mengejek 172

  4.3.4 Menghilangkan Muka 172

  4.3.3.6 Subkategori Memperingatkan 169

  4.3.3.5 Subkategori Menolak 167

  4.3.3.4 Subkategori Menentang 165

  4.3.3.3 Subkategori Mengejek 162

  4.3.3.2 Subkategori Menyindir 159

  4.3.3.1 Subkategori Kesal 156

  4.3.3 Melecehkan Muka 155

  4.3.2.5 Subkategori Mengancam 153

  4.3.2.4 Subkategori Memperingatkan 150

  4.3.2.2 Subkategori Memerintah 145

  4.2.4.3 Subkategori Menyindir 115

  4.3.2.1 Subkategori Kesal 142

  4.3.2 Mengancam Muka Sepihak 141

  4.3.1.2 Subkategori Menentang 137

  4.3.1.1 Subkategori Menolak 136

  4.3.1 Melanggar Norma 135

  4.3 Pembahasan 135

  4.2.5.4 Subkategori Kesal 131

  4.2.5.3 Subkategori Memperingatkan 129

  4.2.5.2 Subkategori Mengejek 127

  4.2.5.1 Subkategori Mengancam 124

  4.2.5 Menimbulkan Konflik 123

  4.2.4.5 Subkategori Meremehkan 120

  4.2.4.4 Subkategori Kesal 118

  4.3.4.3 Subkategori Menyindir 178

  4.3.4.5 Subkategori Meremehkan 185

  4.3.5 Menimbulkan Konflik 187

  4.3.5.1 Subkategori Mengancam . 188

  4.3.5.2 Subkategori Mengejek 192

  4.3.5.3 Subkategori Memperingatkan 194

  4.3.5.4 Subkategori Kesal 197

BAB V PENUTUP

  202

  5.1 Simpulan 202

  5.1.1 Wujud Ketidaksantunan 202

  5.1.2 Penanda Ketidaksantunan 203

  5.1.2.1 Melanggar Norma 204

  5.1.2.2 Mengancam Muka Sepihak 204

  5.1.2.3 Melecehkan Muka 205

  5.1.2.4 Menghilangkan Muka 205

  5.1.2.5 Menimbulkan Konflik 205

  5.1.3 Maksud Ketidaksantunan 206

  5.2 Saran 207

  5.2.1 Bagi Peneliti Lanjutan 207

  5.2.2 Bagi Keluarga 208

DAFTAR PUSTAKA

  209 212

LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR BAGAN

Hal.

  Bagan 1 Kerangka Berpikir

  60

  

DAFTAR TABEL

Hal.

  Tabel 1 Jumlah Data Tuturan berdasarkan Kategori Ketidaksantunan

  69 Tabel 2 Persentase Jumlah Data Tuturan berdasarkan Subkategori Ketidaksantunan

  70 Tabel 3 Melanggar Norma

  72 Tabel 4 Mengancam Muka Sepihak

  72 Tabel 5 Melecehkan Muka

  73 Tabel 6 Menghilangkan Muka

  74 Tabel 7 Menimbulkan Konflik

  76

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi uraian (1) latar belakang masalah, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5) sistematika penyajian. Berikut adalah uraian dari kelima hal tersebut.

1.1 Latar Belakang Masalah

  Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial yang senantiasa akan hidup berdampingan dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial, manusia tentu akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain. Manusia dapat berinteraksi dengan baik apabila ia mampu berkomunikasi dengan baik pula. Masyarakat manusia, apa pun bentuknya, selalu memerlukan alat atau cara untuk berkomunikasi antar sesama warganya (Sumarsono, 2004:53). Alat komunikasi utama untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama manusia adalah bahasa. Fungsi bahasa yang terutama adalah sebagai alat untuk bekerja sama atau berkomunikasi di dalam kehidupan manusia bermasyarakat (Chaer, 2011:2). Bahasa yang kita gunakan sehari-hari merupakan suatu sarana untuk menyampaikan gagasan, pikiran, konsep, dan perasaan. Manusia akan bersosialisasi dengan sesamanya melalui aktivitas berbahasa yang dapat diungkapkan baik secara lisan maupun tertulis.

  Ilmu yang mengkaji tentang bahasa adalah linguistik. Sosok linguistik manusia, tidak saja aspek-aspek internal tetapi juga bagian-bagian eksternalnya, di dalam perkembangannya memiliki beberapa cabang atau ranting-ranting ilmu (Rahardi, 2003:9). Salah satu cabang ilmu linguistik yang bersifat eksternal adalah pragmatik.

  Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal “ekstralingual’ yang dibicarakan (Verhaar, 1996:14). Rahardi (2003:16) mengatakan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial budaya tertentu. Karena pragmatik mengkaji maksud penutur sesuai konteks dan lingkungan sosialnya, bidang kajian pragmatik tentu berkaitan dengan kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa. Kesantunan berbahasa adalah bidang kajian pragmatik yang sudah banyak diteliti dan dikaji secara mendalam oleh para peneliti. Sementara ketidaksantunan merupakan kajian yang baru mulai dikembangkan.

  Ketidaksantunan dalam berbahasa merupakan fenomena pragmatik yang baru. Fenomena pragmatik yang tidak dikaji secara mendalam, tentu tidak akan bermanfaat banyak bagi perkembangan ilmu bahasa, khususnya pragmatik. Ketidaksantunan berbahasa ini dapat dikaji dalam berbagai bidang, yaitu bidang pendidikan, keluarga, dan agama. Ketidaksantunan perlu dikaji untuk mempertimbangan bentuk-bentuk ketidaksantunan berbahasa yang harus dihindari dalam praktik berkomunikasi. Kajian ini akan dapat memperkuat pendidikan merupakan faktor sangat penting dan berpengaruh bagi pembentukan karakter bangsa.

  Ranah keluarga adalah salah satu bidang kajian ketidaksantunan berbahasa yang menarik untuk dikaji. Keluarga merupakan satuan atau kelompok terkecil dalam masyarakat. Keluarga menjadi titik awal seseorang mulai berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri, komunikasi dalam keluarga adalah salah satu faktor penting pembentukan karakter seseorang. Keluarga adalah tempat bagi seorang anak mengenal bahasa untuk pertama kalinya. Oleh sebab itu, kekhasan bahasa dalam keluarga akan sangat berpengaruh dalam perkembangan kebahasaan orang- orang yang ada di dalam keluarga tersebut. Begitu pula jika di dalam keluarga kurang memperhatikan bahasa yang santun dalam praktik berkomunikasi tentu akan sangat mempengaruhi perkembangan karakter anggota keluarga tersebut terutama anak yang masih dalam masa perkembangan.

  Kehidupan sebuah keluarga tentu tidak pernah lepas dari status sosialnya. Cara berkomunikasi dalam kelompok masyarakat terkecil yang tidak lain adalah keluarga sangat erat kaitannya dengan status sosial yang telah melekat pada keluarga itu sendiri. Status sosial ini membagi keluarga dalam kelas-kelas sosial sesuai dengan lingkup pekerjaan dan lingkungannya. Secara umum, strata sosial di masyarakat melahirkan kelas-kelas sosial yang terdiri dari tiga tingkatan, yaitu atas (Upper Class), menengah (Midlle Class), dan bawah (Lower Class). Kelas atas mewakili kelompok elite di masyarakat yang jumlahnya sangat terbatas. Kelas menengah mewakili kelompok profesional, kelompok pekerja, bawah mewakili kelompok pekerja kasar, buruh harian, buruh lepas, dan semacamnya. Secara khusus, kelas sosial ini terjadi pada lingkungan-lingkungan khusus pada bidang tertentu sehingga content varian strata sosial sangat spesifik berlaku pada lingkungan itu. Content varian lebih banyak menyangkut variasi strata dalam satu lingkungan yang membedakannya dengan strata pada lingkungan lainnya (Bungin, 2006:49−50).

  Fenomena komunikasi yang terjadi dalam setiap keluarga tentu berbeda- beda. Komunikasi sosial baik dalam masyarakat maupun dalam keluarga tentu harus disesuaikan dengan konteks sosialnya. Fenomena komunikasi keluarga pedagang tentu sangat berbeda jika dibandingkan dengan komunikasi dalam keluarga pendidik atau keluarga berstatus sosial lainnya. Bagaimana anggota keluarga pedagang berbahasa tentu tidak luput dari pengaruh lingkungannya.

  Lingkungan yang tidak jauh dari dunia jual beli tentu akan membawa dampak tersendiri bagi komunikasi dalam keluarga ini. Dunia jual beli memberi efek tersendiri bagi kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa keluarga yang berlatar belakang sebagai pedagang.

  Pasar merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang tidak lepas dari peristiwa tawar menawar. Ketika menjajakan dagangannya, si penjual tentu akan menggunakan berbagai cara agar dapat menarik perhatian pembeli, salah satunya menggunakan suara dengan volume yang cukup keras. Volume yang keras ini menimbulkan kesan kasar pada bahasa yang digunakan oleh si penjual. Karena sudah menjadi bahasa sehari-hari si pedagang ketika menjajakan keluarganya, bahkan menjadi kekhasan bahasa sehari-hari dalam keluarga. Oleh karena itu, pedagang yang berdagang di Pasar Beringharjo memberikan daya tarik tersendiri bagi peneliti untuk mengkaji lebih jauh bagaimana ketidaksantunan berbahasa pada keluarga pedagang di pasar yang sangat terkenal di Yogyakarta tersebut.

  Pasar Beringharjo dipilih oleh peneliti karena pasar tersebut merupakan pasar yang terbesar di Yogyakarta dengan komoditi perdagangan yang sangat bervariasi. Berbagai macam komoditi, baik sandang maupun pangan, dijual di pasar ini. Pedagangnya pun bermacam-macam, baik daerah asal maupun sukunya.

  Selain pedagangnya yang bermacam-macam, pembeli yang datang ke pasar ini pun berasal dari berbagai daerah dengan beraneka bahasa. Dengan kondisi pasar yang demikian, sangat dimungkinkan terjadinya komunikasi yang terkesan kasar atau kurang santun. Dengan demikian, kemungkinan besar bahasa khas ala pasar yang kurang santun tersebut akan terbawa ketika si pedagang berada di rumah atau berkomunikasi dengan keluarganya.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini bermaksud mengkaji ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta yang ditinjau dari kajian linguistik dan pragmatik.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian

  1) Wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik apa sajakah yang terdapat dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta?

  2) Penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik apa sajakah yang digunakan oleh keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta?

  3) Maksud apa sajakah yang mendasari penutur menggunakan bentuk-bentuk kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

  1) Mendeskripsikan wujud-wujud linguistik dan pragmatik yang terdapat dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta. 2) Mendeskripsikan penanda linguistik dan pragmatik yang terdapat dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo,

  Yogyakarta. 3) Mendeskripsikan maksud yang mendasari penutur menggunakan bentuk- bentuk kebahasaan yang tidak santun dalam ranah keluarga pedagang yang berdagang di Pasar Besar Beringharjo, Yogyakarta.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil dan manfaat bagi berbagai pihak. Manfaat-manfaat tersebut antara lain sebagai berikut.

  1) Manfaat Teoretis Kajian-kajian yang digunakan dalam penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian dan memperkaya khasanah teoretis tentang ketidaksantunan dalam berbahasa sebagai fenomena pragmatik yang baru. 2) Manfaat Praktis

  a) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh para penutur dalam ranah keluarga untuk mempertimbangkan bentuk-bentuk ketidaksantunan berbahasa yang harus dihindari dalam praktik berkomunikasi.

  b) Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat pendidikan karakter dalam ranah keluarga yang merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh bagi pembentukan karakter bangsa.

  1.5 Batasan Istilah

  1) Ketidaksantunan berbahasa Struktur bahasa penutur yang tidak berkenan di hati mitra tutur.

  2) Linguistik Ilmu tentang bahasa; telaah bahasa secara ilmiah (Depdiknas,2008:832)

  3) Pragmatik Ilmu bahasa yang mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan

  4) Ketidaksantunan linguistik Ketidaksantunan berbahasa yang dikaji dari aspek-aspek linguistik suatu tuturan.

  5) Ketidaksantunan pragmatik Ketidaksantunan berbahasa yang dikaji dari konteks situasi yang menyertai suatu tuturan.

  6) Keluarga Ibu dan bapak beserta anak-anaknya; orang seisi rumah yang menjadi tanggungan; satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat (Depdiknas, 2008:659). 7) Pedagang

  Orang yang kerjanya berdagang (Depdiknas, 2008:285) 8) Keluarga pedagang Satuan kekerabatan terkecil dalam masyarakat yang kerjanya berdagang.

1.6 Sistematika Penyajian

  Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I adalah bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penelitian.

  Bab II berisi landasan teori yang akan digunakan untuk menganalisis masalah-masalah yang akan diteliti, yaitu tentang ketidaksantunan berbahasa. Teori-teori yang dikemukakan dalam bab II ini adalah teori tentang (1) penelitian- ketidaksantunan, (5) teori mengenai konteks, (6) unsur segmental, (7) unsur suprasegmental, (8) teori maksud dan (9) kerangkan berpikir.

  Bab III berisi metode penelitian yang memuat tentang cara dan prosedur yang akan digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data. Dalam bab III akan diuraikan (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian, (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrumen penelitian, (5) metode dan teknik analisis data, (6) sajian hasil analisis data, dan (7) trianggulasi data.

  Bab IV berisi tentang (1) deskripsi data, (2) analisis data, dan (3) pembahasan hasil penelitian. Bab V berisi tentang kesimpulan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya berkaitan dengan penelitian ketidaksantunan berbahasa.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi pemaparan penelitian yang relevan, landasan teori, dan

  kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penlitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, fenomena pragmatik, ketidaksantunan berbahasa, konteks, unsur segmental, dan unsur suprasegmental. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu dan teori yang relevan digunakan untuk menjawab rumusan masalah.

2.1 Penelitian yang Relevan

  Ketidaksantunan berbahasa dalam kajian ilmu pragmatik merupakan fenomena baru yang belum dikaji secara mendalam. Oleh karena itu, penelitian pragmatik yang mendalami kajian ketidaksantunan berbahasa belum banyak ditemukan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian sebelumnya yang mengkaji tentang ketidaksantunan berbahasa sebagai penelitian yang relevan. Penelitian-penelitian tentang ketidaksantunan berbahasa yang ditemukan oleh peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Rita Yuliastuti (2013), Caecilia Petra Gading May Widyawari (2013), Agustina Galuh Eka Noviyanti (2013), dan Olivia Melissa Puspitarini (2013).

  11

  Penelitian tentang ketidaksantunan berbahasa yang dilakukan oleh Elizabeth Rita Yuliastuti (2013) berjudul Ketidaksantunan Linguistik dan

  

Pragmatik Berbahasa antara Guru dan Siswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013 . Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan

  menggunakan metode simak dan metode cakap. Pada penelitian ini, peneliti menemukan bahwa Pertama, wujud ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan tuturan lisan yang tidak santun antara guru dan siswa yang berupa tuturan melecehkan muka, memain-mainkan muka, kesembronoan, mengancam muka, dan menghilangkan muka, sedangkan wujud ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan uraian konteks berupa penutur, mitra tutur, tujuan tutur, situasi, suasana, tindak verbal, dan tindak perlokusi yang menyertai tuturan tersebut. Kedua, penanda ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi, serta penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks yang menyertai tuturan yakni penutur, mitra tutur, situasi, suasana, tujuan tutur, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Ketiga, makna ketidaksantunan (1) melecehkan muka yakni hinaan dan ejekan dari penutur kepada mitra tutur hingga melukai hati mitra tutur, (2) memain-mainkan muka yakni tuturan yang membuat bingung mitra tutur sehingga mitra tutur menjadi jengkel karena sikap penutur yang tidak seperti biasanya, (3) kesembronoan yang disengaja yakni penutur bercanda kepada mitra tutur sehingga mitra tutur terhibur, tetapi candaan tersebut dapat menimbulkan konflik, (4) mengancam muka yakni penutur memberikan ancaman kepada mitra tutur sehingga mitra tutur merasa

  12

  terpojokkan, dan (5) menghilangkan muka yakni penutur mempermalukan mitra tutur di depan banyak orang.

  Penelitian yang mengkaji tentang ketidaksantunan juga pernah dilakukan oleh Caecilia Petra Gading May Widyawari (2013) dengan judul Ketidaksantunan

  

Linguistik dan Pragmatik Berbahasa Antarmahasiswa Program Studi PBSID

Angkatan 2009—2011 Universitas Sanata Dharma . Jenis penelitian dari

  penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini mendeskripsikan wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa, penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa, serta makna ketidaksantunan berbahasa yang digunakan antarmahasiswa PBSID Angkatan 2009—2011 di Universitas Sanata Dharma. Peneliti menggunakan dua mtode dalam penelitan ini,

  

pertama metode simak dengan teknik dasar berupa teknik sadap dan teknik

  lanjutan berupa teknik simak libat cakap dan teknik cakap, kedua metode cakap dengan teknik dasar berupa teknik pancing dan dua teknik lanjutan berupa teknik lanjutan cakap semuka dan tansemuka. Simpulan dari penelitian ini tidak jauh berbeda dengan simpulan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth Rita Yuliastuti (2013), yakni (1) wujud ketidaksantunan linguistik dapat dilihat dari tuturan antarmahasiswa yang terdiri dari melecehkan muka, sembrono, mengancam muka dan menghilangkan muka. Lalu wujud ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks (penutur, mitra tutur, situasi, suasana, tindak verbal, tindak perlokusi dan tujuan tutur), (2) penanda ketidaksantunan linguistik yang ditemukan berupa nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Penanda

  13

  penutur dan mitra tutur, situasi dan suasana, tindak verbal, tindak perlokusi, dan tujuan tutur, dan (3) makna ketidaksantunan berbahasa yaitu: a) melecehkan muka, ejekan penutur kepada mitra tutur dan dapat melukai hati, b) memain- mainkan muka, membingungkan mitra tutur dan itu menjengkelkan, c) kesembronoan, bercanda yang menyebabkan konflik, d) menghilangkan muka, mempermalukan mitra tutur di depan banyak orang, dan e) mengancam muka, menyebabkan ancaman pada mitra tutur.

  Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Agustina Galuh Eka Noviyanti (2013) dengan judul Ketidaksantunan Linguistik dan Pragmatik

  

Berbahasa Antarsiswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Tahun Ajaran

2012/2013. Jenis penelitian yang dilakukan oleh Agustina Galuh Eka Noviyanti

  ini serupa dengan penelitian sebelumnya, yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode cakap dengan teknik sadap dan teknik pancing, dengan instrumen berupa pedoman atau panduan wawancara (daftar pertanyaan), pancingan, daftar kasus, dan peneliti sendiri. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode kontekstual. Penelitian ini menjawab tiga masalah tentang (a) wujud ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa apa saja yang digunakan oleh antarsiswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, (b) penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa apa saja yang digunakan antarsiswa di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, dan (c) apakah makna penanda ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa yang digunakan antarsiswa di

  14

  Penelitian tentang ketidaksantunan berbahasa selanjutnya dilakukan pula oleh Olivia Melissa Puspitarini (2013) yang mengangkat judul Ketidaksantunan

  

Linguistik dan Pragmatik Berbahasa antara Dosen dan Mahasiswa Program

Studi PBSID, FKIP, USD, Angkatan 2009—2011 . Penelitian yang menjadikan

  dosen dan mahasiswa Program Studi PBSID sebagai sumber data ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, serupa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh ketiga peneliti di atas. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode cakap, dengan menggunakan instrumen berupa panduan wawancara, daftar pertanyaan pancingan, dan daftar kasus. Penelitian ini juga menemukan hasil serupa seperti penelitian sebelumny, yakni pertama, wujud ketidaksantunan linguistik berdasarkan tuturan lisan dan wujud ketidaksantunan pragmatik berbahasa yaitu uraian konteks tuturan tersebut. Kedua, penanda ketidaksantunan linguistik yaitu nada, intonasi, tekanan, dan diksi, serta penanda pragmatik yaitu konteks yang menyertai tuturan yakni penutur, mitra tutur, situasi, dan suasana. Ketiga, makna ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa meliputi 1) melecehkan muka yakni penutur menyindir atau mengejek mitra tutur, 2) memainkan muka yakni penutur membuat jengkel dan bingung mitra tutur, 3) kesembronoan yang disengaja yakni penutur bercanda kepada mitra tutur dan mitra tutur terhibur namun candaan tersebut dapat menimbulkan konflik bila candaan tersebut ditanggapi secara berlebihan, 4) menghilangkan muka yakni penutur mempermalukan mitra tutur di depan banyak orang, dan 5) mengancam muka yakni penutur memberikan ancaman atau tekanan kepada mitra tutur yang

  15

  Keempat penelitian di atas merupakan penelitian yang mengkaji tentang ketidaksantunan berbahasa dalam, khususnya ketidaksantunan berbahasa dalam ranah pendidikan. Keempat penelitian di atas menemukan tiga hal penting tentang masalah ketidaksantunan, yakni wujud, penanda, dan makna ketidaksantunan linguistik dan pragmatik berbahasa. Dengan mengacu dari keempat penelitian tersebut, peneliti akan mengkaji lebih dalam tentang ketidaksantunan berbahasa, secara khusus ketidaksantunan berbahasa dalam ranah keluarga pedagang.

2.2 Pragmatik

  Pragmatik merupakan ilmu yang mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan konteks penutur dan lingkungannya. Dalam sebuah komunikasi atau percakapan, penutur dan mitra tutur tidak dapat meluputkan konteks situasi tuturan. Mitra tutur tidak hanya memahami maksud dari tuturan penutur, tetapi juga harus memahami konteks tuturan tersebut. Hal itu penting dalam kelancaran komunikasi. Dengan demikian, pragmatik adalah ilmu bahasa yang terikat konteks.

  Ilmu bahasa pragmatik sebagai salah satu cabang linguistik, sesungguhnya baru mulai mencuat dan kemudian berkembang hingga menjadi benar-benar berkumandang dalam percaturan linguistik Amerika Serikat sejak tahun 1970-an. Pada tahun-tahun sebelumnya, khususnya pada tahun 1930-an, linguistik masih dianggap hanya mencakup bidang-bidang tradisional saja seperti misalnya fonetik, morfologi, dan fonemik. Sementara, istilah ilmu bahasa pragmatik, yang semula disebut dengan pragmatika, sebenarnya sudah mulai dikenal sejak masa hidupnya

  16

  pemikirannya, sosok pragmatik lalu dapat dikatakan mulai terlahir di dunia, dan mulai bertengger di atas bumi linguistik dan hingga kini kian terbukti, bahwa sosok ilmu bahasa pragmatik berkembang secara amat signifikan dan menjadi bagian dari ilmu bahasa yang tidak dapat diabaikan (Rahardi, 2003:3−8).

  Huang (2007:2) menuturkan bahwa “pragmatics is the systematic study of

  

meaning by virtue of, or dependent on, the use of language ”. Huang

  mendefinisikan pragmatik sebagai studi sistematis tentang makna yang berdasarkan atau tergantung pada penggunaan bahasa. Kemudian, Cruse (2000:16) dalam Cummings (2007:2) memaparkan bahwa pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, tetapi yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvesional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut.