4.1.1. Analisis Statistik Deskriptif Model 1 - Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan, Kebijakan Manajemen, serta Penelitian dan Pengembangan terhadap Nilai Perusahaan - Unika Repository

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Bab ini akan membahas mengenai pengaruh kinerja keuangan yang diukur

  menggunakan rasio profitabilitas, likuiditas dan aktivitas; kebijakan manajemen yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen; serta penelitian dan pengembangan terhadap nilai perusahaan.

4.1. Pengaruh Kinerja Keuangan, Kebijakan Manajemen serta Penelitian dan Pengembangan terhadap Nilai Perusahaan.

  Penelitian ini akan menguji model 1 yaitu pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas, likuiditas, dan aktivitas; kebijakan manajemen yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen yang menggunakan variabel dummy; serta penelitian dan pengembangan yang menggunakan variabel dummy terhadap Nilai Perusahaan. Pengujian akan dilakukan melalui 3 tahap, yaitu analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan regresi linier berganda.

4.1.1. Analisis Statistik Deskriptif Model 1

  Bagian ini akan membahas mengenai statistik deskriptif dalam penelitian ini untuk data yang sudah normal. Analisis deskriptif akan memberikan gambaran dari suatu data yang dilihat melalui nilai rata-rata (mean), nilai minimum data (minimum ) dan nilai maksimum data (maximum).

  Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun yang digunakan dan lolos dalam kriteria penelitian ini adalah sebanyak 345 perusahaan, dari 345 perusahaan tersebut ternyata terdapat beberapa data yang belum lolos uji asumsi klasik, sehingga data yang bersifat outlier perlu dihilangkan. Data yang memenuhi uji asumsi klasik untuk pengujian hipotesis model 1 adalah sebanyak 165 perusahaan. Berikut ini adalah hasil dari statistik deskriptif untuk model regresi 1 setelah melalui proses pengolahan menggunakan SPSS 20.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Model Regresi 1

  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

ROE 165 -,175914 1,396536 ,04195474 ,134894212

QR 165 ,211483 3,965802 1,13970850 ,741600768

TATO 165 ,015048 2,882739 1,02692100 ,526471088

DER 165 ,137778 2,873642 1,12012965 ,669879546

CAPBVA 165 -,084606 2,220399 ,05688255 ,188438513

NILAI_PERUSAHAAN 165 -,040278 1,350267 ,50504570 ,197467287

Valid N (listwise) 165

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Pada penelitian ini terdapat tujuh variabel independen yaitu profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE), likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR), aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset

  

Turnover (TATO), Keputusan Pendanaan (DER), Keputusan Investasi

  (CAPBVA), Kebijakan Dividen (Dividen), Penelitian dan Pengembangan (RND) dan satu variabel dependen yaitu Nilai perusahaan.

  Return on equity (ROE) merupakan salah proksi profitabilitas yang

  mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba serta seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah modal yang ditanamnya. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 1,396536 sedangkan nilai terendah adalah sebesar -0,175914. Rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,04195474 yang mencerminkan bahwa setiap Rp 1 modal yang ditanamkan, maka pemegang saham akan mendapatkan pengembalian laba bersih sebesar Rp 0,04195474. Nilai standar deviasi dari ROE adalah 0,134894212 yaitu berada diatas mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data tinggi.

  Quick Ratio (QR) merupakan proksi likuiditas yang menunjukkan

  kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya yang akan jatuh tempo. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 3,965802 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 0,211483. Rata-rata variabel ini adalah sebesar 1,13970850 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar dapat dipenuhi dengan Rp 1,13970850 aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai standar deviasi dari QR adalah 0,741600768 yaitu berada dibawah mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data rendah.

  Total asset turnover (TATO) merupakan proksi rasio aktivitas akan

  mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya untuk menciptakan pendapatannya. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 2,882739 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 0,015048. Rata-rata variabel ini adalah sebesar 1,02692100 yang menunjukkan bahwa perputaran setiap Rp 1 aset dari TATO adalah 0,526471088 yaitu berada dibawah mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data rendah.

  Keputusan pendanaan yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas perusahaan. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 2,873642 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 0,137778. Rata- rata variabel ini adalah sebesar 1,12012965 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 ekuitas yang dimiliki perusahaan digunakan untuk membiayai 1,12012965 kewajiban perusahaan. Nilai standar deviasi dari DER adalah 0,669879546 yaitu berada dibawah mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data rendah.

  Keputusan investasi yang diproksikan dengan Capital expenditure to book

  

value assets (CAPBVA) mencerminkan selisih aktiva tetap perusahaan dengan

  total aset perusahaan yang menunjukkan adanya aliran tambahan modal perusahaan untuk tambahan aktiva tetapnya. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 2,220399 sedangkan nilai terendah adalah sebesar -0,084606. Rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,05688255 yang menunjukkan bahwa kenaikan aliran tambahan untuk aktiva tetap dalam kegiatan investasi perusahaan adalah sebesar 0,05688255. Nilai standar deviasi dari CAPBVA adalah 0,188438513 yaitu berada diatas mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data tinggi.

Tabel 4.2 Frekuensi Variabel Dividen

  Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 101 61,2 61,2 61,2 Valid

  1 64 38,8 38,8 100,0 Total 165 100,0 100,0

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Kebijakan dividen (Dividen) merupakan kebijakan perusahaan mengenai pembagian laba bersih yang telah diperoleh perusahaan dalam periode tertentu kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau dalam bentuk laba ditahan yang digunakan untuk pembelanjaan masa depan. Tabel 4.2 menunjukkan frekuensi variabel kebijakan dividen yang didalam penelitian ini dijadikan sebagai variabel dummy. Berdasarkan tabel frekuensi diatas diketahui bahwa dari 165 perusahaan manufaktur terdapat 101 perusahaan manufaktur dengan prosentase sebesar 61,2% yang tidak membagi dividen dan 64 perusahaan manufaktur dengan prosentase sebesar 38,8% yang membagikan dividen.

Tabel 4.3 Frekuensi Variabel RND

  Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent 148 89,7 89,7 89,7 Valid

  1 17 10,3 10,3 100,0 Total 165 100,0 100,0

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Penelitian dan pengembangan merupakan aktivitas yang memberikan kesempatan perusahaan dalam mengembangkan produk dan proses produksi yang lebih baik serta inovasi penjualan yang efektif. Tabel 4.3 menunjukkan frekuensi variabel penelitian dan pengembangan yang didalam penelitian ini dijadikan sebagai variabel dummy. Berdasarkan dari tabel frekuensi diatas diketahui bahwa dari 165 perusahaan manufaktur terdapat 148 perusahaan dengan prosentase 89,7% yang tidak melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan dan 17 perusahaan manufaktur dengan prosentase 10.3% yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan.

  Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Variabel ini diproksikan dengan Tobin’s Q. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan dijual. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 1,350267 sedangkan nilai terendah adalah sebesar - 0,040278. Rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,50504570 yang menunjukkan bahwa aset bersih perusahaan dinilai lebih rendah oleh pasar karena nilainya kurang dari 1. Nilai standar deviasi dari nilai perusahaan adalah 0,197467287 yang berada dibawah mean menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data rendah.

4.1.2. Uji Asumsi Klasik Model 1

  Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah hasil regresi yang dilakukan nantinya memang benar-benar bebas dari semua gejala yang akan mengganggu ketepatan hasil analisis uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari:

  4.1.2.1 Uji Normalitas Model 1 Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik kolmogorov-Smirnov karena dengan menggunakan analisis statistik hasil perhitungan lebih tepat (akurat) dibandingkan dengan menggunakan grafik. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari nilai signifikansi yang ditetapkan (Ghozali, 2011). Pada penelitian ini nilai signifikansi yang ditetapkan adalah 0,05.

Tabel 4.4 Uji Normalitas Model 1 Sebelum Normal

  a Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Unstandardized Residual ,184 345 ,000 ,760 345 ,000

a. Lilliefors Significance Correction

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Pada tabel diatas nilai sig 0,000 masih termasuk data tidak normal. Maka dari itu, beberapa data ekstrem dikeluarkan agar data berdistribusi normal. Pada pengujian selanjutnya data yang digunakan pada tahun 2013 sebanyak 55 perusahaan tahun 2014 sebanyak 50 perusahaan tahun 2015 sebanyak 60 perusahaan.

Tabel 4.5 Uji Normalitas Model 1 Setelah Normal

  a Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Unstandardized Residual ,066 165 ,078 ,979 165 ,011

a. Lilliefors Significance Correction

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Pada tabel diatas menunjukkan pengujian normalitas data pada penelitian ini memiliki nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,078 yang menunjukkan bahwa data telah berdistribusi normal karena memiliki nilai sig > 0,05.

  4.1.2.2 Uji Heteroskedastisitas Model 1 Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam variabel regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan dengan uji Glejser yaitu dengan meregresikan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen yaitu absolute residual. Data dikatakan bebas dari heteroskedastisitas jika probabilitas (sig) dari masing-masing variabel independen > 0,05.

Tabel 4.6 Uji Heteroskedastisitas Model 1

  Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

  

B Std. Error Beta

  1 (Constant) ,134 ,023 5,783 ,000 ROE -,032 ,047 -,056 -,680 ,498 QR ,008 ,010 ,075 ,813 ,417 TATO -,016 ,012 -,108 -1,329 ,186 DER -,005 ,010 -,044 -,487 ,627 CAPBVA ,000 ,033 ,001 ,007 ,995 DIVIDEN ,018 ,013 ,116 1,435 ,153 RND ,016 ,020 ,064 ,808 ,420

a. Dependent Variable: ABS_RES

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Hasil pengujian heteroskedastisitas dalam model penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel independen > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa model penelitian ini bebas dari heteroskedastisitas.

  4.1.2.3 Uji Multikolinearitas Model 1 Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011).

  Hal tersebut dapat dilihat dari nilai tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Data dinyatakan tidak ada korelasi antara variabel independen jika nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF <10.

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas Model 1

  Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance

  VIF

  1 (Constant) ,552 ,046 12,008 ,000 ROE ,162 ,093 ,111 1,742 ,083 ,914 1,094 QR -,083 ,019 -,311 -4,349 ,000 ,725 1,379 TATO -,087 ,024 -,231 -3,671 ,000 ,935 1,070 DER ,052 ,021 ,178 2,548 ,012 ,761 1,313 CAPBVA ,369 ,065 ,353 5,668 ,000 ,956 1,046 DIVIDEN ,105 ,025 ,259 4,120 ,000 ,933 1,072 RND ,087 ,040 ,135 2,199 ,029 ,984 1,016

a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Hasil pengujian multikolinearitas penelitian ini menunjukkan nilai tolerance masing-masing variabel independen > 0,01 dan nilai VIF < 10 sehingga tidak ada korelasi antar variabel independen dan model bebas dari multikolinearitas.

  4.1.2.4 Uji Autokorelasi Model 1 Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi linear tersebut memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2011). Uji autokorelasi ini menggunakan uji Durbin-Watson dengan melihat tabel signifikansi Durbin-Watson.

Tabel 4.8 Uji Autokorelasi Model 1

  

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson

a Square Estimate

1 ,647 ,419 ,393 ,153809595 1,908

a. Predictors: (Constant), RND, DIVIDEN, CAPBVA, DER, TATO, ROE, QR

  b. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Model penelitian ini menggunakan signifikansi 0,05, jumlah variabel 7

  (k=7) dan jumlah data observasi sebanyak 165 menunjukkan bahwa durbin- watson sebesar 1,908 masih termasuk batas antara du (1,832) dan 4-du (2,168).

  Oleh karena itu model ini terbebas dari autokorelasi.

  4.1.3. Pengujian Hipotesis Model 1 Tabel 4.9 Koefisien Determinasi Model 1

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the

a Square Estimate

1 ,647 ,419 ,393 ,153809595

a. Predictors: (Constant), RND, DIVIDEN, CAPBVA, DER, TATO, ROE, QR

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017

Tabel 4.9 menunjukkan bahwa besarnya adjusted R square adalah 0,393 atau 39,8% yang mencerminkan bahwa variabel independen dapat menjelaskan

  39,3% variasi nilai perusahaan. Sedangkan 60,7% dijelaskan oleh variabel- variabel lain diluar model.

Tabel 4.10 Uji Signifikansi (Uji Statistik F) Model 1

  Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. b Regression 2,681 7 ,383 16,188 ,000

  1 Residual 3,714 157 ,024 Total 6,395 164 a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN

  b. Predictors: (Constant), RND, DIVIDEN, CAPBVA, DER, TATO, ROE, QR

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai hitung sebesar 16,188 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05)

  menunjukkan bahwa model 1 dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan, kebijakan manajemen, penelitian dan pengembangan terhadap nilai perusahaan.

Tabel 4.11 Pengujian Model Regresi 1

  

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.

  Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) ,552 ,046 12,008 ,000 ROE ,162 ,093 ,111 1,742 ,083 QR -,083 ,019 -,311 -4,349 ,000 TATO -,087 ,024 -,231 -3,671 ,000

  1 DER ,052 ,021 ,178 2,548 ,012 CAPBVA ,369 ,065 ,353 5,668 ,000 DIVIDEN ,105 ,025 ,259 4,120 ,000 RND ,087 ,040 ,135 2,199 ,029

a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017

  Berdasarkan tabel 4.11 diatas dapat diketahui hasil dari pengujian hipotesis H1a, H1b, H1c, H2a, H2b, H2c1 dan H3a. Berikut ini adalah penjelasan dari hasil pengujian.

  Variabel Profitabilitas yaitu return on equity (ROE) memiliki nilai beta sebesar 0,162 dan nilai t hitung sebesar 1,742 serta dengan signifikansi 0,083.

  Nilai signifikansi berada diatas 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis H1a yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas (return on equity / ROE) berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian Carningsih (2010) dan Syarifa (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

  Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triagustina (2015), Munawaroh (2014), Sitepu dan Wibisono (2015) yang menyatakan bahwa Profitabilitas berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan.

  ROE merupakan salah satu rasio profitabilitas untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih dengan modal sendiri. Perusahaan sampel pada penelitian ini memliliki rata-rata ROE sebesar 0,04195474 artinya laba bersih yang dari dihasilkan dari modal sangat kecil yaitu hanya sebesar 4,19% dari setiap rupiah modal yang ditanam sehingga investor tidak tertarik untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari modal perusahaan tersebut. Hal itu akan menjadikan ROE tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, mungkin terjadi karena investor lebih melihat pada kemampuan perusahaan memberikan keuntungan yang benar-benar diterima oleh investor dalam bentuk dividen yang akan menjadi hal yang sangat penting bagi investor jangka panjang. Oleh karena itu ROE yang tinggi maupun yang rendah tidak akan mempengaruhi keputusan investor dalam mengambil keputusan sehingga tidak mempengaruhi kenaikan maupun penurunan pada nilai perusahaan.

  Variabel likuiditas yaitu quick ratio (QR) memiliki nilai beta sebesar - 0,083 dan nilai t hitung sebesar -4,349 serta dengan signifikansi 0,000. Nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel QR berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Melalui angka unstandardized coefficients yang menunjukkan angka negatif sebesar -0,083 mencerminkan bahwa pengaruh variabel QR bersifat negatif. Semakin besar nilai QR maka semakin kecil nilai perusahaan. Dengan demikian hipotesis H1b yang menyatakan bahwa rasio likuiditas (quick ratio / QR) berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2012) dan Purnomo (2015) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusiyanti (2014) dan Rompas (2013) yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan.

  Perusahaan sampel pada penelitian ini memiliki rata-rata quick ratio likuiditas yang baik dan dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Quick

  

ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas yang dimungkinkan berpengaruh

  negatif terhadap nilai perusahaan karena perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi akan dilihat investor sebagai perusahaan yang kurang baik dalam memanfaatkan aset lancar yang dimilikinya. Perusahaan yang memiliki nilai aset lancar yang tinggi sebenarnya dapat melakukan pengalokasian aset tersebut dalam kegiatan investasi atau hal lainnya yang dapat mengembangkan perusahaan. Perusahaan tersebut dimungkinkan dapat kehilangan kesempatan bertumbuh, sehingga investor akan memberikan penilaian yang kurang baik terhadap perusahaan tersebut. Oleh karena itu walaupun perusahaan tersebut likuid namun dapat menurunkan nilai perusahaan.

  Variabel aktivitas yaitu Total Asset Turnover (TATO) memiliki nilai beta sebesar -0,087 dan nilai t hitung sebesar -3,671 serta dengan signifikansi 0,000.

  Nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel TATO berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Melihat data unstandardized coefficients menunjukkan angka -0,087 mencerminkan bahwa pengaruh variabel TATO bersifat negatif. Semakin besar nilai TATO maka nilai perusahaan semakin menurun. Maka hipotesis H1c yang menyatakan bahwa rasio aktivitas (total asset

  

turnover / TATO) berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

ditolak. Hal ini hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarigan

  (2016) yang menyatakan bahwa total aset turnover berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

  Kurniasih (2013) dan Rustam (2013) yang menyatakan bahwa aktivitas memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

  Perusahaan sampel pada penelitian ini memiliki nilai rata-rata TATO sebesar 1,02692100 yang menunjukkan bahwa perusahaan mampu menggunakan aset secara efektif untuk menghasilkan penjualan. TATO merupakan salah satu rasio aktivitas yang memungkinkan memiliki pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan karena aset yang dikelola perusahaan untuk menjadi penjualan atau pendapatan belum tentu berasal dari penjualan tunai semua. Penjualan dapat berasal dari transaksi secara kredit yang menjadi piutang yang terlihat pula pada data perusahaan memiliki piutang yang lebih besar dibandingkan dengan kas. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran menunjukkan bahwa jumlah kas perusahaan memiliki rata-rata sebesar 7,7325% dari total penjualan. Oleh karena itu dengan jumlah piutang yang besar dapat menurunkan respon investor, jadi walaupun perusahaan memiliki perputaran aset yang bagus dapat menurunkan nilai perusahaan.

  Variabel keputusan pendanaan yaitu Debt Equity Ratio (DER) memiliki nilai koefisien beta sebesar 0,052 dan nilai t hitung sebesar 2,548 serta signifikansi 0,012. Nilai signifikansi sebesar 0,012 lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel DER berpengaruh terhadap nilai perusahaan pada level 5%. Melihat data unstandardized coefficients yang menunjukkan angka positif yaitu sebesar 0,052 mencerminkan bahwa pengaruh variabel DER bersifat positif, maka semakin tinggi DER nilai perusahaan semakin meningkat. Dengan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap perusahaan ditolak. Namun hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2012), Prasetyo (2013) dan Tarigan (2015) yang menyatakan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Septia (2015) dan Faridah (2016) yang menyatakan bahwa keputusan pendanaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan serta penelitian yang dilakukan oleh Endarmawan (2014) dan Sari (2013) yang menyatakan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

  Perusahaan sampel pada penelitian ini memiliki nilai rata-rata DER sebesar 1,12012965 (diatas 1) yang menunjukkan jumlah hutang perusahaan lebih besar dibandingkan dengan jumlah ekuitasnya. Dalam keputusan pendanaannya perusahaan lebih banyak pendanaan yang berasal dari hutang dibandingkan modal sendiri. Namun keputusan pendanaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan mungkin terjadi karena keputusan pendanaan yang dilakukan perusahaan mampu memaksimalkan tingkat keuntungan yang diperoleh dari aliran dana pihak luar perusahaan. Perusahaan mampu mengelola hutang dengan baik sehingga bisa menjadi sumber daya yang lebih untuk menghasilkan penjualan yang nantinya akan meningkatkan laba bersih perusahaan. Peningkatan laba bersih perusahaan tersebut akan membuat para investor membeli saham perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan.

  Hal tersebut sesuai dengan trade off theory bahwa kenaikan hutang akan bermanfaat jika dapat meningkatkan nilai perusahaan.

  Variabel Keputusan Investasi yaitu Capital Expenditure to book value

  

asset (CAPBVA) memiliki nilai beta sebesar 0,369 dan t hitung sebesar 5,668

  serta nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05 sehingga menunjukkan variabel CAPBVA berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Melihat angka unstandardized coefficients yang menunjukkan angka positif 0,369 mencerminkan bahwa pengaruh variabel tersebut bersifat positif. Dengan demikian hipotesis H2b yang menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh signifikan dan positif diterima. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2015), Sasurya dan Asandimitra (2013) dan Hidayah (2015) yang menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihapsari (2015) dan Achmad (2014) yang menyatakan bahwa keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

  Perusahaan sampel pada penelitian ini memiliki nilai rata-rata CAPBVA sebesar 0,05688255, artinya keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sudah efektif karena mampu memberikan kenaikan aliran tambahan untuk aktiva tetap. Keputusan investasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan yang diukur menggunakan Tobin’s Q karena menyangkut pengalokasian dana yang dilakukan perusahaan untuk diinvestasikan ke bidang tertentu dengan harapan perusahaan mendapat return dari hasil investasi. Dalam hal ini perusahaan mampu mengambil keputusan investasi yang menghasilkan keuntungan perusahaan atau memberi nilai tambahan. Peluang investasi dapat dilihat melalui adanya tambahan aktiva tetap yang diinvestasikan dalam satu periode atau lebih. Perusahaan akan dikategorikan sebagai perusahaan yang terus bertumbuh yang dibuktikan melalui adanya tambahan modal melalui tambahan aktiva tetap. Hal tersebut akan membuat investor menilai baik perusahaan yang bertumbuh sehingga membeli saham yang nantinya akan meningkatkan nilai perusahaan.

  Variabel Kebijakan Pembagian Dividen atau Dividen memiliki nilai beta sebesar 0,105 dan t hitung sebesar 4,120 serta signifikansi sebesar 0,000.

  Signifikansi sebesar 0,000 kurang dari 0,05 mencerminkan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Melihat data unstandardized coefficients menunjukkan angka positif sebesar 0.105 yang berarti variabel kebijakan dividen tersebut berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Maka hipotesis H2c1 yang menyatakan bahwa kebijakan pembagian dividen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan

  

diterima. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo

  (2013) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Endarmawan (2014) dan Septia (2015) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

  Kebijakan pembagian dividen merupakan kebijakan perusahaan untuk membagi dividen yang akan diterima pemegang saham. Para investor memiliki dalam bentuk dividen. Maka pembagian dividen akan menjadi hal yang menarik bagi sebagian besar kalangan investor, karena dengan adanya pembagian dividen akan mengurangi tingkat risiko yang ditanggung investor atas investasinya. Maka akan banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi pada perusahaan yang membagi dividen sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.

  Variabel Penelitian dan Pengembangan atau RND memiliki nilai beta sebesar 0,087 dan t hitung sebesar 2,199 serta signifikansi sebesar 0,029.

  Signifikansi sebesar 0,029 lebih kecil dibandingkan 0,05 yang mencerminkan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Melihat data unstandardized coefficients menunjukkan angka positif sebesar 0,087 yang berarti variabel RND tersebut berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

  Maka hipotesis H3a yang menyatakan bahwa kebijakan pembiayaan penelitian dan pengembangan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan diterima. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soraya dan Syafrudin (2013) yang menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan berpengaruh signifikan dan positif terhadap nilai perusahaan.

  Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiaji (2011) dan Setiono (2013) yang menyatakan bahwa penelitian dan pengembangan berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan.

  Perusahaan yang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa perusahaan melakukan upaya untuk mengembangkan produk dan berinovasi untuk meningkatkan penjualan serta memberikan menanamkan modal pada perusahaan dimana perusahaan tersebut berusaha menciptakan competitive advantage demi kelangsungan perusahaan yang akan meningkatkan nilai perusahaan.

4.2. Pengaruh Kinerja Keuangan, Kebijakan Manajemen serta Penelitian dan Pengembangan terhadap Nilai Perusahaan.

  Penelitian ini akan menguji model 2 yaitu pengaruh kinerja keuangan yang diukur dengan rasio profitabilitas, likuiditas, dan aktivitas; kebijakan manajemen yang terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap Nilai Perusahaan untuk perusahaan yang membagikan dividen.

  Pengujian akan dilakukan melalui 3 tahap, yaitu analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dengan regresi linier berganda.

4.2.1. Analisis Statistik Deskriptif Model 2

  Bagian ini akan membahas mengenai statistik deskriptif dalam penelitian ini untuk data yang sudah normal. Analisis deskriptif akan memberikan gambaran dari suatu data yang dilihat melalui nilai rata-rata (mean), nilai minimum data (minimum ) dan nilai maksimum data (maximum).

  Berdasarkan data yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2013, 2014, dan 2015 diketahui bahwa jumlah sampel perusahaan manufaktur yang digunakan dan lolos dalam kriteria penelitian ini adalah sebanyak 345 perusahaan. Dari 345 perusahaan tersebut terdapat 177 perusahaan manufaktur yang membagikan dividen akan diteliti dalam model 2. Ternyata terdapat beberapa data yang belum lolos uji asumsi klasik, sehingga data yang bersifat

  

outlier perlu dihilangkan. Data yang memnuhi uji asumsi klasik untuk pengujian

  hipotesis model 2 adalah sebanyak 84 perusahaan manufaktur. Berikut ini adalah hasil dari statistik deskriptif untuk model regresi 2 setelah melalui proses pengolahan menggunakan SPSS 20.

Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Model Regresi 2

  N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROE 84 -,077751 ,348409 ,10394098 ,081666512 QR 84 ,217128 2,946310 1,13355695 ,608157179 TATO 84 ,395895 2,882739 1,14792040 ,515136552 DER 84 ,157960 2,712202 1,01958129 ,613810382 CAPBVA 84 -,068132 ,265117 ,04637984 ,058611172 DPR 84 -1,676078 1,621995 ,31483383 ,448052501 NILAI_PERUSAHAAN 84 ,13 3,07 1,0364 ,66732 Valid N (listwise)

84 Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017

  Pada penelitian ini terdapat enam variabel independen yaitu kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR), profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Equity (ROE), likuiditas yang diproksikan dengan Quick Ratio (QR), aktivitas yang diproksikan dengan Total Asset

  

Turnover (TATO), Keputusan Pendanaan yang diproksikan dengan DER,

Keputusan Investasi (CAPBVA), dan satu variabel dependen yaitu Nilai

  perusahaan yaitu Tobin’s Q.

  Return on equity (ROE) merupakan rasio profitabilitas yang

  mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba serta seberapa besar return yang dihasilkan bagi pemegang saham atas setiap rupiah modal yang ditanamnya. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 0,348409 sedangkan nilai terendah adalah sebesar -0,077751. Rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,10394098 yang mencerminkan bahwa setiap Rp 1 modal yang ditanamkan, maka pemegang saham akan mendapatkan pengembalian laba bersih sebesar Rp 0,10394098. Nilai standar deviasi dari ROE adalah 0,081666512 yaitu berada dibawah mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data rendah.

  Quick Ratio (QR) meerupakan rasio likuiditas yang menunjukkan

  kemampuan suatu perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya yang akan jatuh tempo. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 2,946310 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 0,217128. Rata-rata variabel ini adalah sebesar 1,13355695 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 kewajiban lancar dapat dipenuhi dengan Rp 1,13355695 aset lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Nilai standar deviasi dari QR adalah 0,608157179 yaitu berada dibawah mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data rendah.

  Total asset turnover (TATO) merupakan rasio aktivitas yang akan

  mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya untuk menciptakan pendapatannya. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 2,882739 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 0,395895. Rata-rata variabel ini adalah sebesar 1,14792040 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 aset perusahaan dapat menghasilkan 1,14792040 kali penjualan. Nilai standar deviasi dari TATO adalah 0,515136552 yaitu berada dibawah mean yang menunjukkan bahwa

  Kebijakan Pendanaan yang diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan perbandingan antara pembiayaan dan pendanaan melalui hutang dengan pendanaan melalui ekuitas perusahaan. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 2,712202 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 0,157960. Rata- rata variabel ini adalah sebesar 1,01958129 yang menunjukkan bahwa setiap Rp 1 ekuitas yang dimiliki perusahaan digunakan untuk membiayai 1,01958129 kewajiban perusahaan. Nilai standar deviasi dari DER adalah 0,613810382 yaitu berada dibawah mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data rendah.

  Keputusan Investasi yang diproksikan dengan Capital expenditure to book

  

value assets (CAPBVA) mencermikan selisih aktiva tetap perusahaan dengan

  total aset perusahaan yang menunjukkan adanya aliran tambahan modal perusahaan untuk tambahan aktiva tetapnya. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 2,65117 sedangkan nilai terendah adalah sebesar -0,068132. Rata-rata variabel ini adalah sebesar 0,04637984 yang menunjukkan bahwa kenaikan aliran modal tambahan untuk tambahan aktiva tetap adalah sebesar 0,04637984. Nilai standar deviasi dari CAPBVA adalah 0,058611172 yaitu berada diatas mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data tinggi.

  Kebijakan Dividen yaitu Dividen Payout ratio (DPR) menunjukkan kebijakan pembayaran laba perusahaan kepada pemegang saham perusahaan yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang dimiliki pemegang saham. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 1,621995 sedangkan nilai terendah adalah dividen yang dibagikan kepada pemegang saham adalah sebesar 0,31483383 kali dari laba perusahaan.. Nilai standar deviasi dari DPR adalah 0,448052501 yaitu berada diatas mean yang menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data tinggi.

  Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Variabel ini diproksikan dengan Tobin’s Q. Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan dijual. Nilai tertinggi variabel ini adalah sebesar 3,07 sedangkan nilai terendah adalah sebesar 0,13.

  Rata-rata variabel ini adalah sebesar 1,0364 yang menunjukkan bahwa aset bersih perusahaan dinilai lebih tinggi oleh pasar karena nilainya lebih dari 1. Nilai standar deviasi dari nilai perusahaan adalah 0,66732 yang berada dibawah mean menunjukkan bahwa tingkat keberagaman data rendah.

4.2.2. Uji Asumsi Klasik Model 2

  Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui apakah hasil regresi yang dilakukan nantinya memang benar-benar bebas dari semua gejala yang akan mengganggu ketepatan hasil analisis uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik terdiri dari:

  4.2.2.1 Uji Normalitas Model 2 Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik kolmogorov-Smirnov karena dengan menggunakan analisis statistik hasil perhitungan lebih tepat (akurat) jika nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari nilai signifikansi yang ditetapkan (Ghozali, 2011). Pada penelitian ini nilai signifikansi yang ditetapkan adalah 0,05.

Tabel 4.13 Uji Normalitas Model 2 Sebelum Normal

  a Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Unstandardized Residual ,297 177 ,000 ,381 177 ,000

  a. Lilliefors Significance Correction

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Pada tabel diatas nilai sig 0,000 masih termasuk data tidak normal. Maka dari itu, beberapa data ekstrem dikeluarkan agar data berdistribusi normal. Pada pengujian selanjutnya data yang digunakan pada tahun 2013 sebanyak 29 perusahaan, tahun 2014 sebanyak 29 perusahaan tahun 2015 sebanyak 26 perusahaan.

Tabel 4.14 Uji Normalitas Model 2 Setelah Normal

  a Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk * Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Unstandardized Residual ,062 84 ,200 ,974 84 ,087 *. This is a lower bound of the true significance.

  a. Lilliefors Significance Correction

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Pada tabel diatas menunjukkan pengujian normalitas data pada penelitian ini memiliki nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 yang menunjukkan bahwa data telah berdistribusi normal karena memiliki nilai sig &gt; 0,05.

  4.2.2.2 Uji Heteroskedastisitas Model 2 Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam variabel regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Pengujian ini dilakukan dengan uji Glejser yaitu dengan meregresikan variabel-variabel independen terhadap variabel dependen yaitu absolute residual. Data dikatakan bebas dari heteroskedastisitas jika probabilitas (sig) dari masing-masing variabel independen &gt; 0,05.

Tabel 4.15 Uji Heteroskedastisitas Model 2 Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.

  Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) ,271 ,085 3,193 ,002 ROE ,751 ,245 ,354 3,073 ,053

QR -,010 ,032 -,035 -,316 ,753

  

1 TATO -,038 ,037 -,113 -1,020 ,311

DER -,013 ,034 -,046 -,384 ,702 CAPBVA -,205 ,323 -,069 -,634 ,528 DPR -,045 ,043 -,117 -1,045 ,299

a. Dependent Variable: ABS_RES

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Hasil pengujian heteroskedastisitas dalam model penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel independen &gt; 0,05. Hal tersebut

  4.2.2.3 Uji Multikolinearitas Model 2 Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011). Hal tersebut dapat dilihat dari nilai tolerance value dan variance inflation factor (VIF). Data dinyatakan tidak ada korelasi antara variabel independen jika nilai tolerance &gt; 0,10 dan nilai VIF &lt;10.

Tabel 4.16 Uji Multikolinearitas Model 2

  

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig. Collinearity Statistics

Coefficients B Std. Error Beta Tolerance

  VIF (Constant) ,925 ,164 5,658 ,000 ROE 7,290 ,472 ,892 15,460 ,000 ,846 1,181 QR -,214 ,061 -,195 -3,502 ,001 ,909 1,100

  

1 TATO -,356 ,072 -,274 -4,936 ,000 ,912 1,097

DER -,023 ,066 -,022 -,355 ,723 ,768 1,302 CAPBVA 1,002 ,623 ,088 1,609 ,112 ,941 1,063 DPR -,060 ,084 -,040 -,712 ,478 ,894 1,118

a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Hasil pengujian multikolinearitas penelitian ini menunjukkan nilai tolerance masing-masing variabel independen &gt; 0,01 dan nilai VIF &lt; 10 sehingga tidak ada korelasi antar variabel independen dan model bebas dari multikolinearitas.

  4.2.2.4 Uji Autokorelasi Model 2 Uji Autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi linear tersebut memiliki korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya (Ghozali, 2011). Uji autokorelasi ini menggunakan uji Durbin-Watson dengan melihat tabel signifikansi Durbin-Watson.

Tabel 4.17 Uji Autokorelasi Model 2

  

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson

a Square Estimate

1 ,885 ,783 ,766 ,32277 1,846

a. Predictors: (Constant), CAPBVA, QR, DPR, TATO, ROE, DER

  b. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017 Model penelitian ini menggunakan signifikansi 0,05, jumlah variabel 6

  (k=6) dan jumlah data observasi sebanyak 84 menunjukkan bahwa durbin-watson sebesar 1,846 masih termasuk batas antara du (1,801) dan 4-du (2,199). Oleh karena itu model ini terbebas dari autokorelasi.

4.2.3. Pengujian Hipotesis Model 2

  Tabel 4.18

  Koefisien Determinasi Model 2

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the

a Square Estimate

1 ,885 ,783 ,766 ,32277

a. Predictors: (Constant), CAPBVA, QR, DPR, TATO, ROE, DER

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017

Tabel 4.24 menunjukkan bahwa besarnya adjusted R square adalah 0,766 atau 76,6% yang mencerminkan bahwa variabel independen dapat menjelaskan

  76,6% variasi nilai perusahaan. Sedangkan 23,4% dijelaskan oleh variabel- variabel lain diluar model.

Tabel 4.19 Uji Signifikansi (Uji Statistik F) Model 2

  Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

  1 Regression 28,940 6 4,823 46,297 ,000 b Residual 8,022 77 ,104 Total 36,962

  83

  a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN

  b. Predictors: (Constant), CAPBVA, QR, DPR, TATO, ROE, DER

  Sumber: Data Sekunder yang Diolah, 2017

Tabel 4.25 menunjukkan bahwa dari uji ANOVA atau F test diperoleh nilai hitung sebesar 46,297 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (sig<0,05)

  menunjukkan bahwa model 2 dapat digunakan untuk menganalisis pengaruh kinerja keuangan, kebijakan manajemen, penelitian dan pengembangan terhadap nilai perusahaan.

Tabel 4.20 Pengujian Model Regresi 2

  Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig.

  

B Std. Error Beta

  1 (Constant) ,925 ,164 5,658 ,000 ROE 7,290 ,472 ,892 15,460 ,000 QR -,214 ,061 -,195 -3,502 ,001 TATO -,356 ,072 -,274 -4,936 ,000 DER -,023 ,066 -,022 -,355 ,723 CAPBVA 1,002 ,623 ,088 1,609 ,112 DPR -,060 ,084 -,040 -,712 ,478

a. Dependent Variable: NILAI_PERUSAHAAN

  Berdasarkan tabel 4.20 diatas dapat diketahui hasil dari pengujian hipotesis H2c2. Berikut ini adalah penjelasan dari hasil pengujian.

  Dari tabel diatas variabel besarnya kebijakan dividen (DPR) memiliki nilai beta sebesar -0,060 dan t hitung sebesar -0,712 serta signifikansi sebesar 0,478.

  Signifikansi sebesar 0,478 nilainya lebih besar dibandingkan dengan 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Maka hipotesis H2c2 yang menyatakan bahwa DPR berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan ditolak. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Efni dan Rahayu (2011), Murtini (2008) dan Prasetyo (2013) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wongso (2013), Wihardjo (2014), serta Artini dan Puspaningsih yang menyatakan bahwa kebijakan dividen yaitu Dividen Payout Ratio memiliki pengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan.

  Dividen Payout Ratio (DPR) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

  pada perusahaan yang membagikan dividen karena pembagian dividen ditentukan oleh rapat umum pemegang saham sehingga pembagian dividen tersebut tidak memiliki kandungan informasi sebuah perusahaan. Sehingga seberapa besar pembagian dividen yang diberikan kepada pemegang saham tidak memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

2 74 84

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

4 106 86

Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Hutang, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

0 50 94

Pengaruh Struktur Modal dan Kebijakan Dividen terhadap Kinerja Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur Konsumsi

8 86 57

Analisis Pengaruh Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Perbankan di BEI

0 43 86

Analisis Pengaruh Kinerja Arus Kas, Profitabilitas Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 59 82

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tinjauan Pustaka 2.1.1. Nilai Perusahaan - Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indones

0 1 16

Pengaruh Struktur Modal, Kinerja Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Consumer Goods yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013)

0 0 18

Relevansi Kinerja Keuangan, Kualitas Laba, Intangible Asset, dengan Nilai Perusahaan ABSTRACT - University of Lampung | LPPM-UNILA Institutional Repository (LPPM-UNILA-IR)

0 0 18

Statistik Deskriptif - Repository UNIKOM

0 0 67