Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Hutang, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET, KEBIJAKAN HUTANG, DAN KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

ELISABET HUTAHAEAN 100502060

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Hutang, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Program Studi Strata 1 Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam sikripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2014 Yang Membuat Pernyataan,

Elisabet Hutahaean NIM : 100502060


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET, KEBIJAKAN HUTANG,DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, variabel

investment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara kebijakan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci: investment opportunity set, kebijakan hutang, kepemilikan institusional, nilai perusahaan


(4)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT OF INVESTMENT OPPORTUNITY SET, DEBT POLICY, AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP ON THE FIRM VALUE

OF PUBLIC MINING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of investment opportunity set, debt policy, and institutional ownership on the firm value of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange. The type of this study is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature related to this study.

Collecting data is undertaken by using archival strategy, data is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression analysis.

The result of this study shows that investment opportunity set, debt policy, and institutional ownership variable simultaneously have a significant positive effect on the firm value. Partially, investment opportunity set has a significant positive effect while debt policy and institutional ownership have a significant negative effect on the firm value of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange.

Keywords: investment opportunity set, debt policy, institutional ownership, firm value


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai dengan kasih setia yang melimpah dan yang telah memberikan kekuatan, pertolongan, karunia dan berkat-Nya selama menjalani kehidupan terkhusus dalam perkuliahan dan penulisan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini yang berjudul “Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Hutang, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia”

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang tulis kepada orangtua tercinta (Edward Hutahaean dan Sanna Redempta Gultom) yang telah menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi penulis untuk selalu berusaha memberikan yang terbaik dan untuk segala kasih saying, doa, semangat, bimbingan, perhatian, dukungan yang luar biasa dan tiada hentinya selama ini bahkan selama perkuliahan, terlebih dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih juga untuk kakak terkasih (Enjelina Hutahaean) dan adik-adikku tersayang (Agustina Hutahaean, Andreas Hutahaean, dan Michael Hutahaean) yang telah memberikan dukungan moril dan doa yang begitu besar sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran dan motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kepada:


(6)

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dra. Marhayanie, Msi selaku sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan , Dra. Friska Sipayung, Msi, selaku sekretaris Program Studi S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Muslich Lufti, MBA selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku dosen Pembaca Penilai penulis yang banyak membantu dan membimbing dan menyelesaikan skripsi ini.

6. Yang terkasih sahabat-sahabat (Age, Ari, Desy, Lidya, dan Maria) yang banyak mengajari dalam belajar selama perkuliahan, memotivasi, dukungan, perhatian, dan terkhusus dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk teman-teman Selsiloam ( Bang Leo, Kak Sinurmaida, Malem Quitsyah, Theo, Siska, Yohana, Floren, Fahri) yang banyak memberi motivasi, doa, dan nasihat. Terima kasih untuk saudara-saudari dalam KMK Ignatius Loyola dan Paduan Suara Gloria yang tidak berhenti memberi semangat dan menghibur. Terima kasih terhadap Abang-abang tercinta Bang Herico dan Bang Jonalsal yang selalu membantu dalam pengerjaan skripsi. Terima kasih atas


(7)

kebersamaan selama perkuliahan, untuk teman-teman S1 Manajemen stambuk 2010 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak luput dari kesalahan dan mungkin skripsi ini banyak memiliki kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang membaca.

Medan, April 2014 Yang Membuat Pernyataan,

Elisabet Hutahaean NIM : 100502060


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR TABEL ……… v

DAFTAR GAMBAR……… vi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 9

1.3 Tujuan Penelitian ……… 9

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 11

2.1 Landasan Teori ……… 11

2.1.1 Tujuan Perusahaan ……… 11

2.1.2 Nilai Perusahaan……… 12

2.1.3 Keputusan Investasi ……….. 13

2.1.4 Investment Opportunity Set (IOS) ………. 14

2.1.5 Masalah Keagenan ……… 16

2.1.6 Kepemilikan Institusional ………. 19

2.1.7 Keputusan Pendanaan……… 19

2.1.8 Kebijakan Hutang……….. 20

2.2 Penelitian Terdahulu ……….. 22

2.3 Kerangka Konseptual ……….. 26

2.4 Hipotesis ………. 28

BAB III METODE PENELITIAN ………. 29

3.1 Jenis Penelitian ……… 29

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……….... 29

3.3 Batasan Operasional ……… 29

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………. 30

3.4.1 Variabel Independen ………. 30

3.4.2 Variabel Dependen……… 31

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ………. 32

3.6 Jenis dan Sumber Data………. 33

3.7 Metode Pengumpulan Data ……… 34

3.8 Teknik Analisis Data ……….. 34

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 34

3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda………. 34

3.9 Pengujian Hipotesis ……… 35

3.9.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F) ………. 35

3.9.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t) ……….. 36


(9)

3.10 Uji Asumsi Klasik……… 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 41

4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pertambangan di Indonesia ……… 41

4.2 Hasil Penelitian……… 47

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif ……….. 47

4.2.2 Analisis Statistik……… 49

4.2.2.1 Uji Asumsi Klasik ………. 49

4.2.2.2 Analisis Regresi Linear Berganda ………. 56

4.2.2.3 Pengujian Hipotesis……… 58

4.3 Pembahasan ………. 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 69

5.1 Kesimpulan……….. 69

5.2 Saran……… 70

DAFTAR PUSTAKA……… 71


(10)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

1.1 Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Periode

2010-September 2013 (Rp Milyar) ………... 5

1.2 Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Periode 2010-2013 (US$ Juta)……… 6

1.3 PBV Beberapa Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012 ………. 7

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu……… 22

3.1 Sampel Penelitian Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012 ……… 32

4.1 Statistik Deskriptif Penelitian……… 47

4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov……….. 52

4.3 Glejser Test……… 54

4.4 Hasil Runs Test ……….. 55

4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ……… 56

4.6 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ………... 57

4.7 Hasil Uji-F ………. 59

4.8 Hasil Uji-t ……….. 61

4.9 Variables Entered/Removed ……….. 63

4.10 Hubungan Antarvariabel…... 63


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ………. 28 4.1 Histogram Variabel Dependen (Nilai Perusahaan-PBV)… 50 4.2 Normal P-Plot of Regression Standardized Residual……. 51


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET, KEBIJAKAN HUTANG,DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP

NILAI PERUSAHAAN PERTAMBANGAN TERBUKA DI BURSA EFEK INDONESIA

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif dan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan regresi linear berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial, variabel

investment opportunity set berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sementara kebijakan hutang dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci: investment opportunity set, kebijakan hutang, kepemilikan institusional, nilai perusahaan


(13)

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT OF INVESTMENT OPPORTUNITY SET, DEBT POLICY, AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP ON THE FIRM VALUE

OF PUBLIC MINING COMPANIES LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE

The purpose of this study is to obtain the empirical evidence about the effect of investment opportunity set, debt policy, and institutional ownership on the firm value of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange. The type of this study is associative research and the type of data is quantitative. Those are obtained from the data published by Indonesian Stock Exchange about companies profile, company performance report, financial statement and annual report, reference books, internet, and scientific literature related to this study.

Collecting data is undertaken by using archival strategy, data is collected from existing records and data basis. The analysis methods used is descriptive statistics and multiple linear regression analysis.

The result of this study shows that investment opportunity set, debt policy, and institutional ownership variable simultaneously have a significant positive effect on the firm value. Partially, investment opportunity set has a significant positive effect while debt policy and institutional ownership have a significant negative effect on the firm value of public mining companies listed in Indonesian Stock Exchange.

Keywords: investment opportunity set, debt policy, institutional ownership, firm value


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam yang begitu melimpah menjadi daya tarik tersendiri bagi kalangan pemilik modal. Banyak perusahaan, baik lokal maupun asing, berlomba-lomba untuk berinvestasi di Indonesia guna mendapatkan keuntungan dari kelimpahan sumber daya yang ada di Indonesia.

Ketersediaan modal dan teknologi yang mumpuni membuat perusahaan-perusahaan tersebut mampu mengeksplorasi dan menggali alam Indonesia untuk mendapatkan dan mengolah produk alam dengan kualitas terbaik dan mampu bersaing di pasar dunia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh laba demi kelangsungan hidup perusahaan. Laba yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang karena laba dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan melakukan ekspansi. Namun manajemen perusahaan perlu melakukan penelusuran lebih lanjut tentang tujuan lain perusahaan, yakni memaksimalkan nilai perusahaan.

Memaksimalkan nilai perusahaan memiliki arti yang lebih luas dibandingkan dengan memaksimalkan laba karena beberapa alasan, yakni memaksimalkan laba tidak memperhatikan waktu dan lama keuntungan yang diharapkan akan diperoleh. Selain itu, pendekatan laba belum memperhitungkan tingkat risiko dan ketidakpastian dari keuntungan di masa yang akan datang (Margaretha, 2011:5).


(15)

Memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan kesejahteraan pemegang saham. Bagi perusahaan terbuka, nilai perusahaan tercermin melalui nilai pasar saham (Brealey et al., 2008:11) karena seluruh keputusan keuangan yang diambil perusahaan akan terefleksi di dalamnya. Jika perusahaan mengambil kebijakan yang buruk, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, akan berakibat pada turunnya nilai saham perusahaan di pasar sebagai bentuk reaksi pasar atas buruknya kinerja perusahaan dan tingkat risiko yang diambil, demikian juga sebaliknya. Sederhananya, keputusan yang baik adalah keputusan yang mampu menciptakan kesejahteraan pemegang saham, di samping mempertimbangkan berbagai masalah keuangan lain yang dihadapi perusahaan (Halim, 2007:1).

Nilai pasar saham dapat ditunjukkan melalui perbandingan harga pasar saham perusahaan dengan nilai bukunya (price to book value-PBV). Jika nilai pasar saham perusahaan lebih besar dari nilai bukunya, maka nilai perusahaan tersebut dapat dikatakan baik karena investor bersedia membayar saham lebih besar dari nilai buku akuntansinya (Brigham dan Houston, 2010:152). Ide dasarnya adalah kesuksesan keputusan suatu bisnis dinilai berdasarkan dampak yang ditimbulkan terhadap harga saham (Horne dan Wachowicz, 2007:3).

Salah satu keputusan penting yang berkenaan dengan pemaksimalan nilai perusahaan adalah keputusan investasi. Menurut Arifin (2005:21), investasi adalah kegiatan menunda konsumsi untuk mendapatkan (nilai) konsumsi yang lebih besar di masa yang akan datang. Dalam konteks bisnis, konsumsi yang dimaksud dapat berupa pengalokasian laba untuk mengkompensasi karyawan


(16)

lebih banyak melalui gaji atau upah tambahan sementara keputusan investasi berkaitan dengan pengalokasian dana untuk hal-hal seperti peningkatan produksi, penambahan pabrik, pembukaan cabang di luar negeri, dan lain-lain.

Myers (1977) menyatakan bahwa perusahaan adalah kombinasi antara nilai aktiva riil (asset in place) dan opsi investasi masa depan. Perusahaan hanya akan melakukan investasi jika rencana investasi diperkirakan akan mendatangkan manfaat yang lebih besar di masa yang akan datang. Opsi investasi masa depan ini kemudian dikenal sebagai set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS). Menurut Adam dan Goyal (2008), investment opportunity set (IOS) memainkan peranan penting dalam keuangan perusahaan. IOS memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang (Hasnawati, 2005).

Perusahaan tentunya membutuhkan dana untuk mengeksekusi rencana yang sudah ditetapkan. Dana perusahaan dapat berasal dari modal sendiri maupun hutang. Modal sendiri dapat diperoleh melalui penerbitan saham, sedangkan hutang diperoleh melalui pinjaman bank dan lembaga keuangan nonbank atau menerbitkan surat hutang secara terbuka. Namun, sering kali pendanaan dengan menggunakan modal sendiri tidak dapat memenuhi kebutuhan biaya suatu perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan perlu melakukan pendanaan melalui hutang. Hutang dapat digunakan baik untuk melakukan pendanaan jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Rustendi dan Jimmi (2008), pada tingkat tertentu hutang akan mampu meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena


(17)

dengan adanya hutang, maka perusahaan memiliki dana yang lebih banyak untuk melakukan aktivitas harian maupun membuat perencanaan strategis.

Laba perusahaan dapat digunakan untuk mendanai kegiatan perusahaan. Namun, menguras laba perusahaan hanya untuk kepentingan operasi bisnis tentu akan merugikan pemegang saham berkenaan dengan pembagian dividen. Benturan antara kepentingan pemegang saham dan operasi perusahaan akan berujung pada konflik keagenan (Keown, et al., 2011:18). Staf manajemen akan lebih memprioritaskan ambisinya untuk melakukan ekspansi daripada menyejahterakan pemegang saham karena dengan ekspansi dan keuntungan berlipat ganda, mereka akan memperoleh insentif dan memperkaya diri mereka sendiri.

Salah satu cara untuk menyelaraskan kepentingan pemegang saham dan kepentingan perusahaan adalah dengan melibatkan institusi dalam kepemilikan saham perusahaan. Menurut Tarjo (2008), pemilik institusional sebagai pemegang saham mayoritas memiliki kelebihan dibandingkan investor individual, misalnya dari sisi pendanaan dimana pemilik institusional cenderung lebih kuat dibanding pemilik individual. Selain itu, pemegang saham institusional menyerahkan pengelolaan investasinya pada divisi khusus yang memiliki keahlian di bidang analisis keuangan, sehingga pemilik institusional dapat memantau perkembangan investasinya dengan baik.

Institusi tidak akan menempatkan dana mereka pada perusahaan yang belum dikaji sebelumnya dan akan melakukan pengawasan yang objektif terhadap perusahaan tempat mereka menempatkan dananya karena institusi juga


(18)

mengharapkan keuntungan untuk setiap investasi yang dilakukan. Dengan kepemilikan institusional ini, maka manajer akan lebih bertanggung jawab dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan pemeliharaan kesejahteraan pemegang saham.

Salah satu sektor di Indonesia yang cukup potensial untuk pengembangan investasi adalah sektor pertambangan karena Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam, terutama sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, misalnya barang tambang. Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan beberapa segmen barang tambang yang digarap di Indonesia, antara lain pertambangan batubara (coal mining), minyak bumi dan gas alam (crude petroleum and natural gas production), logam dan mineral (metal and mineral mining), dan batu-batuan (land/stone quarrying). Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan sektor pertambangan masih menjadi sektor yang sangat diminati oleh para pemilik modal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri hingga tahun 2013. Hal ini dapat dilihat dari pemeringkatan realisasi investasi berdasarkan sektor industri yang disajikan pada Tabel 1.1:

Tabel 1.1

Pemeringkatan Realisasi Investasi Dalam Negeri Periode 2010-September 2013 (Rp Miliar)

No Sektor Industri Realisasi Investasi

1 2 3 4 5

Makanan

Transportasi, Gudang, dan Komunikasi Listrik, Gas, dan Air

Pertambangan

Tanaman Pangan dan Perkebunan

48.421,42 41.445,53 38.236,21 31.750,02 31.458,20

catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank. sumber:


(19)

Tabel 1.2

Pemeringkatan Realisasi Investasi Luar Negeri Periode 2010-2013 (US$ Juta)

No Sektor Industri Realisasi Investasi

1 2 3 4 5

Pertambangan

Transportasi, Gudang, dan Komunikasi Kimia dan Farmasi

Logam, Mesin, dan Elektronik Listrik, Gas, dan Air

14.891,57 13.129,08 8.172,86 8.142,00 7.029,87

catatan: di luar investasi migas, perbankan, dan lembaga keuangan nonbank. sumber:

Tabel 1.1 dan Tabel 1.2 menunjukkan 5 (lima) industri dengan penanaman modal terbesar, baik dalam maupun luar negeri dari tahun 2010 sampai 2013. Dari tabel realisasi investasi dalam negeri dapat dilihat bahwa sektor pertambangan berada di posisi keempat dengan total investasi sebesar Rp 31.750,02 miliar, sementara dari tabel realisasi investasi luar negeri, sektor pertambangan berada di posisi pertama dengan total investasi sebesar US$ 14.891,57 juta. Hal ini menandakan bahwa sektor pertambangan merupakan salah satu sektor yang paling diminati para pemilik modal dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun terakhir, khususnya para pemilik modal asing.

Dana yang diperoleh perusahaan pertambangan dari para pemilik modal, yang jumlahnya cukup tinggi, memungkinkan perusahaan untuk dapat tumbuh dan berkembang, melakukan aktivitasnya secara baik, serta mampu mengeksekusi rencana perusahaan, baik taktis maupun strategis. Semua keuntungan yang diperoleh dari ketersediaan dana ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham melalui pemaksimalan nilai perusahaan. Tabel 1.3 menampilkan nilai perusahaan dengan pendekatan rasio price to book value (PBV) beberapa perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia:


(20)

Tabel 1.3

PBV Beberapa Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012

No Nama Perusahaan Kode Price to Book Value-PBV (x) 2008 2009 2010 2011 2012

1 2 3 4 5

Cita Mineral Investindo Citatah

Indo Tambangraya Megah Radiant Utama Interinsco Resource Alam Indonesia

CITA CTTH ITMG RUIS KKGI 2,15 1,35 1,78 1,6 3,53 2,21 1,34 4,84 0,67 3,65 1,68 1,18 8,86 0,72 12,06 1,12 5,88 4,44 0,8 9,79 0,94 0,91 4,82 0,63 3,48 sumber:

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa dari tahun 2008 hingga 2012 perusahaan di sektor pertambangan memiliki tren pergerakan price to book value (PBV) yang berbeda-beda. Beberapa perusahaan mengalami fluktuasi PBV yang begitu besar, sementara PBV perusahaan lainnya bergerak tipis dari tahun ke tahun. Sebagai contoh PT Indo Tambangraya Megah (ITMG) pada tahun 2008 memiliki nilai PBV sebesar 1,78 kali, artinya pasar menghargai saham perusahaan 1,78 kali dibandingkan nilai bukunya. Pada tahun 2009, PBV perusahaan ini meningkat tajam menjadi 4,84 kali. Pada tahun 2010 dengan memanfaatkan investasi yang cukup besar, perusahaan memperoleh nilai perusahaan hingga mencapai 8,86 kali. Namun pada tahun 2011 mengalami penurunan yang drastis menjadi 4,44 kali, kemudian meningkat tipis menjadi 4,82 kali pada tahun 2012.

Berbeda dengan PT Cita Mineral Investindo (CITA). Pada tahun 2008, perusahaan ini memiliki PBV sebesar 2,15 kali. Kemudian meningkat tipis sebesar 2,21 kali pada tahun 2009. Pada tahun 2010, 2011, dan 2012, PBV PT Cita Mineral Investindo terus mengalami penurunan, yakni masing-masing 1,68 kali, 1,12 kali, dan 0,94 kali, padahal data menunjukkan bahwa investasi terus mengalami peningkatan.


(21)

Berdasarkan analisis nilai perusahaan pertambangan, dapat dikatakan bahwa terdapat masalah dalam pengelolaan perusahaan yang mengakibatkan reaksi pasar atas saham perusahaan bergerak naik turun dan cenderung sangat fluktuatif. Namun, jika dilihat dari segi investasi yang dipaparkan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2, hal ini menjadi tidak relevan karena data pada tabel menunjukkan sektor pertambangan merupakan sektor yang sangat diminati oleh para pemilik modal, baik dalam maupun luar negeri untuk melakukan investasi. Penanaman modal yang cukup tinggi seharusnya dibarengi dengan nilai perusahaan yang baik dari waktu ke waktu karena perusahaan memiliki dana yang cukup untuk melakukan aktivitasnya.

Tabel 1.3 juga memberi sinyal bahwa manajemen yang dianut masing-masing perusahaan tentu berbeda, meskipun berada dalam sektor yang sama. Hal ini terlihat dari perbedaan apresiasi investor terhadap perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya dari segi pembentukan nilai perusahaan di pasar. Ada perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang bergerak hampir konstan dari tahun ke tahun, namun ada juga perusahaan yang pergerakan nilainya berfluktuasi tajam dari tahun ke tahun.

Kenyataan bahwa tren nilai perusahaan pertambangan di pasar bergerak sangat fluktuatif sementara data menunjukkan bahwa sektor pertambangan sebagai sektor yang paling diminati investor menjadi dasar ketertarikan peneliti untuk menganalisis kembali faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yang berada pada sektor ini. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang pernah diteliti sebelumnya, yakni investment opportunity set, kebijakan hutang,


(22)

dan kepemilikan institusional, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Investment Opportunity Set, Kebijakan Hutang, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk membatasi pembahasan, maka peneliti menentukan batasan masalah, yakni “Apakah investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah pengetahuan peneliti mengenai investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional, serta pengaruhnya terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai sarana pengaplikasian


(23)

ilmu yang telah diperoleh selama masa perkuliahan, khususnya dalam hal penelitian.

2. Bagi Perusahaan Pertambangan

Penelitian ini dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia dalam hal pengambilan keputusan, terutama dalam keputusan investasi dan operasional perusahaan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan pengaruh investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan dengan tujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ekonomi.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori

2.1.1 Tujuan Perusahaan

Perusahaan atau perseroan adalah bisnis yang diatur sebagai badan hukum terpisah yang dimiliki oleh pemegang saham. Artinya, pemiliki perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas kewajiban-kewajiban perseroan (Brealey, et al., 2008:8).

Perusahaan didirikan dengan maksud tertentu. Dalam ekonomi mikro, maksimisasi laba atau keuntungan sering disebut sebagai tujuan perusahaan. Maksimisasi laba menekankan pada pemanfaatan barang modal secara efisien, namun hal ini sama sekali tidak mengaitkan secara khusus besarnya keuntungan yang dihasilkan terhadap nilai waktu perolehannya (Keown, et al., 2011:4). Hal ini berarti manajer bisa saja memaksimisasi laba dengan jalan menekan biaya-biaya, misalnya biaya riset dan pengembangan, serta biaya pelatihan karyawan, sehingga keuntungan dapat ditingkatkan. Namun laba semacam ini sifatnya jangka pendek karena bagaimanapun perusahaan akan bertahan dalam usahanya apabila secara berkesinambungan melakukan riset dan pengembangan produk serta peka terhadap perubahan pasar.

Konsep ekonomi mikro yang menggarisbawahi tujuan perusahaan sebagai lembaga yang memaksimisasi keuntungan pada akhirnya malah mendatangkan dua permasalahan penting di dunia nyata, yakni masalah waktu dan ketidakpastian (Keown, et al., 2008:5). Ekonomi mikro mengabaikan


(25)

risiko dan ketidakpastian agar dapat menjelaskan teori dengan lebih mudah. Ekonomi mikro tidak memperhitungkan risiko dari setiap proyek yang diambil oleh perusahaan berkenaan dengan ketidakpastian di masa yang akan datang. Permasalahan lain adalah kealpaan dalam memperhitungkan lamanya waktu pengembalian proyek. Menurut Keown, et al., (2011:5), jika kita hanya mementingkan keuntungan saat ini, maka secara tidak semestinya kita sudah mengabaikan keuntungan di masa mendatang.

Melihat masalah-masalah yang timbul, maka seharusnya tujuan perusahaan bukan untuk memaksimisasi keuntungan, melainkan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (maximization wealth of stockholders) melalui maksimisasi nilai perusahaan (Sartono, 2010:8). Nilai perusahaan yang maksimal tidak mungkin dapat diperoleh jika manajemen mengabaikan kepentingan-kepentingan stakeholders, seperti karyawan, kreditur, pemasok, pemerintah, masyarakat, dan lain-lain. Oleh sebab itu, tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat dipandang sebagai tujuan akhir yang harus dicapai oleh manajer keuangan perusahaan (Sartono, 2010:9).

2.1.2 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah nilai pasar dari investasi yang dilakukan pemegang saham atas perusahaan pada saat ini (Brealey, et al., 2008:11). Untuk mencapainya, perusahaan harus bekerja untuk memaksimalkan harga saham biasa perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:7). Karena itu, apabila perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, maka akan ada


(26)

kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya menjadi semakin besar (Sartono, 2010:9).

Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan price to book value

(PBV) untuk menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan (Sukirni, 2012). PBV dapat diukur dengan membandingkan harga pasar persaham dengan nilai buku persaham. Idealnya, harga pasar saham jika dibagi dengan nilai bukunya akan mendekati 1, tetapi tidak tertutup kemungkinan bahwa rasio ini akan lebih besar dari 1 terutama jika suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang meyakinkan (Tandelilin, 2010:323).

2.1.3 Keputusan Investasi

Keputusan investasi adalah keputusan untuk berinvestasi dalam aset berwujud maupun tak berwujud. Keputusan investasi dimulai dengan identifikasi peluang investasi, yang sering disebut dengan proyek investasi modal. Karena itu, keputusan investasi dapat juga disebut sebagai keputusan penganggaran modal karena sebagian besar perusahaan mempersiapkan anggaran tahunan yang terdiri dari investasi modal yang disahkan (Brealey et al., 2008:4).

Pada pasar yang kompetitif, sangat sulit bagi suatu bisnis untuk dapat menemukan proyek-proyek yang menguntungkan karena begitu banyak pesaing yang juga mengincar proyek yang sama. Tanpa adanya proyek dan gagasan baru, perusahaan tidak dapat tumbuh atau bahkan bertahan hidup untuk waktu yang lama, karena itu perusahaan terpaksa mendatangkan laba


(27)

dari proyek yang ada dengan masa operasional yang terbatas (Keown et al., 2011:302).

2.1.4 Investment Opprotunity Set (IOS)

Set peluang investasi atau investment opportunity set (IOS) adalah serangkaian alternatif investasi dengan tingkat risiko dan pengembalian yang berbeda-beda. Alternatif investasi tersebut kemudian diperingkatkan dari investasi terbaik ke investasi terburuk kemudian dipilih alternatif investasi yang paling menguntungkan (Sundjaja dan Barlian, 2002:78).

Kesempatan investasi adalah suatu variabel yang tidak dapat diobservasi secara langsung, Karena itu, kesempatan investasi dapat diukur dengan menggunakan proksi-proksi yang dinilai dapat menggambarkan kesempatan investasi yang dimiliki suatu perusahaan. Proksi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut (Adam dan Goyal, 2007):

1. The Market-to-Book Assets Ratio (MBA ratio)

The Market-to-Book Assets Ratio (MBA ratio) adalah proksi yang paling umum digunakan untuk mengukur kesempatan investasi. Nilai buku aset adalah proksi untuk mengukur aset yang ditempatkan, sementara nilai pasar aset adalah proksi yang digunakan untuk mengukur baik aset yang ditempatkan maupun kesempatan investasi. Semakin tinggi MBA ratio, maka kesempatan investasi perusahaan atas aset yang ditempatkan juga semakin besar.

MBA ratio secara teori memang dapat menggambarkan kesempatan investasi, namun proksi ini memiliki kelemahan, misalnya dalam perhitungan MBA ratio dibutuhkan data-data yang sulit untuk diobservasi, misalnya nilai


(28)

buku aset ketika nilainya tidak sama dengan nilai penggantian aset. Selain itu, MBA ratio banyak digunakan sebagai proksi untuk mengukur variabel lain, misalnya kinerja perusahaan, intangibles, kualitas manajemen, masalah keagenan, dan nilai perusahaan.

2. The Market-to-Book Equity Ratio (MBE ratio)

MBE ratio adalah perbandingan antara nilai pasar ekuitas dengan nilai buku ekuitas. Nilai pasar ekuitas mengukur nilai sekarang dari aliran kas di masa yang akan datang atas ekuitas pemilik, baik aset yang ditempatkan maupun peluang investasi di masa yang akan datang, sementara nilai buku ekuitas merepresentasikan nilai terakumulasi yang dihasilkan hanya oleh aset yang ada. Dengan kata lain, MBE ratio merepresentasikan perpaduan aliran kas aset yang ditempatkan dengan kesempatan investasi di masa yang akan datang.

Kelemahan MBE ratio salah satunya sama dengan MBA ratio, yakni digunakan untuk mengukur variabel lain, misalnya kinerja perusahaan. Selain itu, rasio ini juga tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi suatu perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah yang mana memiliki proporsi hutang yang lebih besar dibandingkan modal sendiri dalam struktur modalnya.

3. The Earnings-Price Ratio (EP Ratio)

Proksi lain yang dapat digunakan untuk mengukur kesempatan investasi adalah Earning Price Ratio (EP Ratio) atau kebalikannya Price Earning Ratio

(PER). Menurut Chung dan Charoenwong (dalam Tim dan Goyal, 2007), rasio EP yang semakin tinggi menunjukkan nilai ekuitas yang semakin besar karena


(29)

aset ditempatkan relatif terhadap peluang pertumbuhan. Kelemahan EP ratio

adalah rasio ini juga banyak digunakan untuk mengukur variabel lain serta tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi jika suatu perusahaan menghasilkan laba nol atau minus.

4. The Ratio of Capital Expenditures over the Net Book Value of Plant

Property and Equipment (CAPX/PPE ratio)

Proksi ini digunakan untuk mengukur peluang investasi karena belanja modal sebagian besar mengarah pada perolehan peluang investasi baru. Perusahaan yang melakukan belanja modal lebih banyak akan memperoleh peluang investasi yang lebih banyak daripada perusahaan yang melakukan lebih sedikit belanja modal.

2.1.5 Masalah Keagenan

Agen adalah orang yang diberi kekuasaan untuk bertindak atas nama yang lain, yang dikenal sebagai prinsipal. Hubungan keagenan adalah kontrak antara prinsipal dengan agen dimana prinsipal mendelegasikan wewenang yang dimilikinya atas perusahaan kepada agen, termasuk kewenangan dalam hal pengambilan keputusan (Jensen dan Meckling, 1976). Dalam konteks perusahaan, pemegang saham adalah prinsipal, sementara dewan direksi, CEO, dan para eksekutif perusahaan adalah agen (perantara) dari pemegang saham (Keown, et al., 2008:18).

Pemilik yang sekaligus manajer tidak memiliki konflik kepentingan dalam manajemen bisnis. Mereka bekerja untuk diri sendiri, meraih


(30)

penghargaan atas kerja yang baik dan menderita hukuman atas kinerja yang buruk. Kesejahteraan pribadi mereka terikat dengan nilai perusahaan (Brealey

et al., 2008:16). Namun bagi perusahaan besar, pemilik perusahaan belum tentu adalah manajer perusahaan tersebut. Hal ini menjadi awal dari benturan kepentingan antara keduanya yang sering disebut masalah keagenan. Masalah keagenan adalah masalah yang timbul dari konflik kepentingan antara manajer (agen pemegang saham) dengan pemegang saham (Keown, et al., 2008:18).

Para pemegang saham tidak mungkin melakukan pengawasan setiap hari hanya untuk memastikan bahwa para staf manajemen bekerja untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka. Untuk itu, ada beberapa pengaturan yang membantu memastikan agar pemegang saham dan manajer bekerja untuk mencapai tujuan bersama (Brealey et al., 2008:16):

1. Rencana Kompensasi

Manajer didorong oleh skema insentif yang memberikan pengembalian besar jika pemegang saham mendapatkan untung, tetapi tidak bernilai jika pemegang saham mendapatkan untung. Skema kompensasi yang dirancang dengan baik mendorong manajemen untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham, sebaliknya skema yang tidak dirancang dengan baik malah akan menguntungkan manajer yang memiliki kinerja yang buruk.

2. Dewan Direksi

Dewan direksi sering digambarkan sebagai pendukung manajemen puncak yang pasif, tetapi ketika kinerja mulai merosot dan manajer tidak menawarkan rencana pemulihan yang terpercaya, maka dewan akan


(31)

bertindak, misalnya dengan melakukan penggantian terhadap manajer yang berkinerja rendah. Karena itu, jika pemegang saham percaya bahwa perusahaan berkinerja rendah dan dewan direksi tidak cukup agresif mengawasi manajer bertugas, mereka dapat mencoba untuk menggantikan dewan pada pemilihan berikutnya. Pemegang saham yang berseberangan akan berusaha untuk meyakinkan pemegang saham lain untuk memilih daftar calon mereka menduduki dewan.

3. Pengambilalihan

Perusahaan yang berkinerja buruk cenderung akan diambil alih oleh perusahaan lain. Setelah pengambilalihan, tim manajemen lama akan didepak keluar.

4. Pemantauan Spesialis

Manajer menjadi sasaran investigasi para spesialis. Tindakan mereka dipantau oleh para analis sekuritas yang memberi nasihat pada investor untuk membeli, menahan, atau menjual saham perusahaan. Mereka juga dikaji oleh bank yang memantau dengan tajam kemajuan perusahaan yang menerima pinjaman dari bank.

5. Persyaratan Hukum dan Peraturan

CEO dan manajer keuangan memiliki tugas hukum untuk bertindak, bertanggung jawab, dan selalu sesuai dengan kepentingan investor.


(32)

2.1.6 Kepemilikan Institusional

Secara teori, pemegang saham sebagai agen adalah pihak yang berperan penting dalam mengontrol kegiatan manajemen. Pemegang saham dinilai sebagai pihak yang dapat membuat keputusan, seperti mengangkat atau memberhentikan karyawan dalam perusahaan, membuat pengaturan insentif, merencanakan investasi dan kebijakan arus kas, serta kebijakan penting lainnya. Hal ini hanya mungkin dapat dilakukan oleh pemegang saham yang adalah institusi karena institusi memiliki kemampuan untuk melakukan koordinasi sedemikian rupa sehingga perusahaan dapat menciptakan keuntungan pada tingkat biaya yang efektif (Clay, 2001).

Menurut Tarjo (2008), kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen melakukan manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen (Boediono, dalam Nuraina, 2012).

2.1.7 Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan adalah bentuk dan jumlah pendanaan investasi suatu perusahaan (Brealey, et al., 2008:6). Untuk melakukan kegiatan operasi dan investasi, perusahaan membutuhkan sejumlah dana. Dana tersebut dapat


(33)

berasal dari dalam maupun luar perusahaan. Perusahaan dapat mengundang investor untuk menanamkan kas sebagai ganti bagian laba di masa depan atau menjanjikan untuk menggantikan uang investor tersebut dengan bunga tetap. Pada keadaan pertama, ini berarti investor bertindak sebagai pemegang saham atau disebut sebagai investor ekuitas yang berkontribusi terhadap pendanaan ekuitas dan keadaan kedua investor bertindak sebagai investor hutang yang suatu hari harus mendapatkan pelunasan (Brealey, et al., 2008:6).

Manajemen harus dengan matang mempertimbangkan penggunaan dana, baik melalui saham atau hutang agar perusahaan tidak terbebani oleh kewajiban, baik jangka panjang maupun jangka pendek, yang mungkin tidak sebanding dengan nilai ekonomis yang dihasilkan melalui pemanfaatan dana yang diperoleh. Keputusan dalam rangka menetapkan proporsi pendanaan, baik melalui hutang atau ekuitas disebut dengan keputusan struktur modal.

2.1.8 Kebijakan Hutang

Hutang adalah uang yang telah dipinjam dan harus dibayar kembali pada tanggal yang telah ditentukan (Keown et al., 2008:39). Hutang juga dapat didefinisikan sebagai sejumlah kas yang diberikan oleh investor dengan harapan akan pelunasan kas tersebut di masa mendatang plus tingkat bunga yang tetap (Brealey, et al., 2008:6). Hutang atau kewajiban (debt) terbagi menjadi kewajiban jangka panjang dan kewajiban jangka pendek. Kewajiban jangka panjang adalah hutang yang berjangka waktu satu tahun, sementara kewajiban jangka panjang adalah hutang yang akan dibayar dalam waktu lebih dari satu tahun (Horne dan Wachowicz, 2005:194).


(34)

Seiring dengan pertumbuhannya, perusahaan membutuhkan dana yang semakin besar dan tampaknya seluruh dana tersebut akan sulit didapatkan jika hanya mengandalkan modal sendiri. Perusahaan membutuhkan dana tambahan dari pihak eksternal. Perusahaan harus membuat sebuah kebijakan sedemikian rupa dalam rangka penetapan seberapa besar tingkat hutang yang paling optimal untuk mendanai perusahaan.

Perusahaan harus memperhitungkan risiko. Semakin besar risiko bisnis, maka semakin tidak perlu pendanaan hutang jika secara relatif dibandingkan dengan pendanaan melalui saham biasa (Horne dan Wachowicz, 2005:200). Kondisi keuangan dan kinerja perusahaan juga mempengaruhi jenis pendanaan yang digunakan. Pendanaan hutang akan menjadi lebih menarik seiring dengan meningkatnya likuiditas, kondisi keuangan, dan profitabilitas (Horne dan Wachowicz, 2005:200).

Rasio leverage adalah rasio yang digunakan untuk menilai seberapa besar penggunaan hutang dalam pembiayaan perusahaan (Brigham dan Houston, 2010:140). Salah satu rasio leverage adalah kebijakan hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio-DER). Rasio ini membagi total hutang dengan ekuitas pemegang saham. Semakin rendah rasio ini, semakin tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham, dan semakin besar perlindungan bagi kreditor (margin perlindungan) jika terjadi penyusutan nilai aktiva atau kerugian besar (Horne dan Wachowicz, 2005:209).


(35)

2.2. Penelitian Terdahulu

Pada Tabel 2.1 disajikan penelitian-penelitian yang menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan:

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian

Teknik

Analisis Hasil Penelitian Dwi

Sukirni

2012 Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, dan Kebijakan Hutang Analisis terhadap Nilai Perusahaan Dependen:

Price to Book Value (PBV). Independen: Persentase saham yang dimiliki manajer, Persentase saham yang dimiliki institusi, DPR, DER. Analisis Regresi Linear Berganda 1. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 2. Kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 3. Kebijakan dividen

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. 4. Hutang berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. 5. Secara simultan,

kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, dan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Elva Nuraina

2012 Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Dependen: DER, PBV. Independen: Kepemilikan institusi, total aset perusahaan. Regresi Linear Berganda 1. Kepemilikan institusi berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan 2. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan 3. Kepemilikan institusional


(36)

Bursa Efek Indonesia) berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang 4. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang Tarjo 2008 Pengaruh

Konsentrasi Kepemilikan Institusional dan Leverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham, serta Cost of Equity Capital

Dependen:

Cost of Equty Capital (COC). Dependen (intervening): discretionary accruals, PBV. Independen: Kepemilikan institusional, DER. Partial Least Square (PLS) 1. Kepemilikan institusi berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba 2. Kepemilikan institusi berpengaruh positif signifikan terhadap nilai pemegang saham 3. Kepemilikan institusi berpengaruh positif signifikan terhadap

cost of equity capital 4. Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba 5. Leverage berpengaruh positif signifikan terhadap nilai pemegang saham

6. Manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap nilai pemegang saham

7. Manajemen laba berpengaruh positif signifikan terhadap

cost of equity capital

8. Nilai pemegang saham berpengaruh positif signifikan terhadap cost of equity capital


(37)

Tedi Rustendi dan Farid Jimmi

2008 Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur (Survey pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta)

Dependen: Nilai pasar:

Debt + Equity.

Independen: persentase kepemilikan manajer dan total hutang. Analisis Regresi Linear Berganda

1. Secara simultan, hutang dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 2. Hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan 3. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan Mirna Amirya dan Sari Atmini

2008 Determinan Tingkat Hutang serta Hubungan Tingkat Hutang terhadap Nilai Perusahaan: Perspektif Pecking Order Theory Dependen: Total hutang/ (total hutang + ekuitas) Independen: Dividen, pertumbuhan penjualan, pertumbuhan total aktiva Path Analysis

1. Kebijakan dividen dan profitabilitas memiliki hubungan negatif terhadap hutang

2. Pertumbuhan total aset berpengaruh positif terhadap hutang 3. Hutang berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan Tim Adam dan Vidhan K. Goyal

2007 The Investment Opportunity Set and Its Proxy Variables

1. MBA ratio

2. MBE ratio

3. EP ratio

4. CAPX/PPE

ratio

Real options approach

1. MBA ratio

memberikan informasi terbaik untuk menggambarkan peluang investasi dibandingkan MBE

ratio dan EP ratio

2. CAPX/PPE ratio

tidak dapat menggambarkan kesempatan investasi Sujoko dan Ugy Soebian-toro

2007 Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Internal, dan Faktor Eksternal terhadap Nilai Perusahaan Dependen: DER, PBV Independen: Kepemilikan institusi, kepemilikan manajerial, suku bunga, pertumbuhan pasar, profitabilitas, dividen, pasar, Analisis SEM 1. Kepemilikan institusi, suku bunga, dan profit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

leverage

2. Pertumbuhan pasar, dividen, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap leverage


(38)

ukuran perusahaan

3. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap leverage

dan nilai perusahaan 4. Kepemilikan

institusi dan suku bunga berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan 5. Pertumbuhan pasar,

profitabilitas, pembagian dividen, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan 6. Pangsa pasar tidak

berpengaruh terhadap nilai perusahaan Sri Hasna-wati

2005 Dampak Set Peluang Investasi terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta Dependen: market value, excess return to market, spread value over cost. Independen: total assets growth, MBA

ratio, EP

ratio, ratio capital expenditure to

BBA, current assets to total assets. Measure- ment model, permodelan struktural

Set peluang investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Darin G. Clay

2001 Institutional, CEO, Incentives, and Firm Value

Dependen: Tobin’s Q Independen: Persentase saham yang dimiliki institusi Regresi Linear Sederhana Kepemilikan institusi berpengaruh terhadap nilai perusahaan


(39)

2.3 Kerangka Konseptual

Nilai perusahaan adalah nilai pasar saham yang tercermin melalui harga saham perusahaan di pasar. Setiap perusahaan dituntut bukan hanya untuk memaksimalkan laba perusahaan, tetapi juga memaksimumkan kesejahteraan pemegang sahamnya dengan jalan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan akan membuat perusahaan tersebut dapat tumbuh, berkembang, dan kokoh dalam jangka panjang.

Dalam melakukan operasinya, perusahaan harus membuat dua keputusan, yakni keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Keputusan investasi adalah keputusan yang menjadi dasar bagi perusahaan untuk melakukan investasi, baik pada aset berwujud maupun tidak berwujud. Sebelum melakukan investasi, perusahaan perlu mengidentifikasi peluang-peluang investasi di masa depan yang disesuaikan dengan aset yang ada pada saat ini. Kondisi ketidakpastian dan persaingan yang semakin kompetitif menuntut perusahaan untuk mampu menetapkan pilihan investasi-investasi di masa mendatang yang dapat menguntungkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan.

Keputusan pendanaan mencakup keputusan yang harus diambil perusahaan dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaannya, baik menggunakan modal sendiri atau hutang. Perusahaan harus dapat menetapkan proporsi penggunaan hutang dan modal sendiri dengan tepat agar tidak terjadi permasalahan di masa depan. Penggunaan jumlah hutang yang terlalu banyak atau terlalu sedikit akan mengganggu kegiatan operasi perusahaan dan akan mengganggu perolehan laba. Kinerja perusahaan yang buruk ini akan menyebabkan sentimen negatif dari pasar


(40)

yang pada akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan. Horne dan Wachowicz (2005:2) menyatakan bahwa jika manajer keuangan memiliki kemampuan dalam beradaptasi dengan perubahan, menggalang dana, berinvestasi dalam aktiva, serta melakukan pengelolaan secara bijak, maka akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan.

Dalam melaksanakan aktivitas untuk memaksimalkan nilai, sering sekali terjadi benturan antara kepentingan pemegang saham dengan manajemen perusahaan. Pemegang saham cenderung mengharapkan dividen yang tinggi atas kepemilikan sahamnya, sementara manajemen perusahaan cenderung menginginkan laba yang didapatkan saat ini dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan laba perusahaan di masa mendatang agar manajemen dapat memperoleh insentif dan gaji yang lebih besar.

Pertentangan antara manajemen dan pemegang saham pada akhirnya dapat diselesaikan salah satunya dengan adanya kepemilikan saham institusional. Institusi sebagai sebuah lembaga dinilai mampu mengawasi dan mengontrol kinerja manajemen agar tetap pada tujuannya, yakni memaksimalkan nilai perusahaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Morck, et al. (1989) yang menyatakan bahwa tingkat kepemilikan institusional dalam proporsi yang cukup besar akan mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Dasar argumentasi ini adalah semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh institusi, maka semakin efektif pula mekanisme kontrol terhadap kinerja manajemen.

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dapat ditetapkan kerangka konseptual seperti pada Gambar 2.1:


(41)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Investment Opportunity Set

Kebijakan Hutang

Kepemilikan Institusional


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2006:11). Penelitian ini mencoba menjelaskan fenomena yang ada dan menganalisis informasi yang didapatkan untuk melihat pengaruh variabel yang satu dengan variabel yang lain (Jogiyanto, 2004:12).

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan internet dan mengakses situ Desember 2013 hingga April 2014.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah :

a. Perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. b. Variabel yang digunakan yaitu variabel independen dan variabel dependen.

Variabel independen terdiri dari investment opportunity set (IOS), hutang, dan kepemilikan institusional. Variabel dependennya adalah nilai perusahaan. c. Data penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah daftar perusahaan


(43)

2008-2012, data kinerja perusahaan, data laporan keuangan, dan laporan tahunan perusahaan selama periode penelitian. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD), laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dan data pendukung lainnya.

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Independen

a. Investment Opportunity Set

Investment opportunity set adalah peluang investasi yang mungkin dapat dilakukan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan di masa depan dengan pertimbangan aset yang dimiliki pada saat ini. IOS tidak dapat diobservasi secara langsung, tetapi dapat menggunakan proksi-proksi. Salah satu proksi yang dapat digunakan adalah earning price ratio (EP ratio) atau kebalikannya

price earning ratio (PER). Skala yang digunakan adalah skala rasio. Rumus yang digunakan untuk menghitung PER adalah sebagai berikut (Ross et al., 2004:59):

���= ���������ℎ���

������������ℎ���

b. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang menentukan besarnya tingkat penggunaan hutang dalam pendanaan perusahaan. Kebijakan hutang dapat diukur dengan menggunakan rasio hutang, yakni perbandingan antara total hutang dengan (debt to equity ratio-DER). Skala yang digunakan adalah skala


(44)

rasio. Rumus untuk menghitung DER adalah sebagai berikut (Horne dan Wachowicz, 2005:209):

��� = ����������

�����������������ℎ��

c. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh institusi, seperti bank, dana pensiun, dan lain-lain. Skala yang digunakan adalah skala rasio. Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Sukirni, 2012):

������������������������ = �����ℎ��ℎ�����������������������

�����ℎ������ℎ��ℎ������������� × 100% 3.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan adalah nilai pasar saham, yakni seberapa besar pasar menghargai saham perusahaan dibandingkan nilai bukunya.. Nilai perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio harga pasar terhadap nilai buku (price to book value-PBV). Skala yang digunakan adalah skala rasio. Rumus yang digunakan untuk mengukur PBV adalah sebagai berikut (Tandelilin, 2010:323):

��� = ℎ�����������ℎ��


(45)

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang berada pada sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2008-Desember 2012 dan tidak mengalami delisting selama periode penelitian.

2. Perusahaan yang menghasilkan laba selama periode penelitian.

3. Mengeluarkan data laporan keuangan lengkap dan laporan kinerja perusahaan yang mendukung penelitian selama tahun 2008-2012.

Berdasarkan kriteria, maka populasi dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan pertambangan. Metode penarikan sampel penelitian adalah metode sampel jenuh dimana seluruh anggota populasi digunakan sebagai sampel dalam penelitian (Sugiyono, 2006:78). Adapun 12 perusahaan tersebut adalah:

Tabel 3.1 Sampel Penelitian

Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di BEI Periode 2008-2012

No Nama Perusahaan Kriteria Sampel

Penelitian

1 2 3

Subsektor Batubara (Coal):

1 Adaro Energy - - -

2 Atlas Resources - - -

3 ATPK Resources √ - √

4 Baramulti Suksessarana - - -

5 Bayan Resources - - -

6 Berau Coal Energy - - -

7 Borneo Lumbung Energy & Metal - - -

8 Bumi Resources √ - √

9 Darma Henwa √ - √

10 Delta Dunia Makmur √ - √


(46)

12 Golden Energy Mines - - -

13 Harum Energy - - -

14 Indo Tambangraya Megah √ √ √ 1

15 Perdana Karya Perkasa √ - √

16 Petrosea √ √ √ 2

17 Resource Alam Indonesia √ √ √ 3

18 Samindo Resources √ - √

19 Tambang Batubara Bukit Asam √ √ √ 4

20 Toba Bara Sejahtera

Subsektor Minyak dan Gas Bumi (Crude Petroleum & Gas

Production):

21 Benakat Petroleum Energy - - -

22 Elnusa - - -

23 Energi Mega Persada √ - √

24 Medco Energi Internasional √ √ √ 5

24 Radiant Utama Interinsco √ √ √ 6

25 Ratu Prabu Energi √ - √

Subsektor Logam dan Mineral (Metal & Mineral Mining):

26 Aneka Tambang √ √ √ 7

27 Central Omega Resources √ - √

28 Cita Mineral Investindo √ √ √ 8

29 J Resources √ - √

30 SMR Utama - - -

31 Timah √ √ √ 9

32 Vale Indonesia √ √ √ 10

Subsektor Tanah/Batu-batuan (Land/Stone Quarrying):

33 Citatah √ √ √ 11

34 Mitra Investindo √ √ √ 12

sumber:

3.6 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yakni data yang berwujud angka-angka (Riduwan, 2010:106). Sumber data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia mengenai data perusahaan, laporan kinerja perusahaan, laporan


(47)

keuangan dan tahunan, serta buku-buku referensi, internet, dan literatur ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan strategi arsip (archival), yaitu data dikumpulkan dari catatan atau basis data yang sudah ada (Jogiyanto, 2004:82).

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data. Karakteristik data yang digambarkan adalah karakteristik distribusinya (Jogiyanto, 2004:163).

3.8.2 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda merupakan perluasan dari regresi sederhana. Regresi linear berganda ditujukan untuk menentukan hubungan linear antara beberapa variabel independen dengan variabel dependen (Situmorang dan Lufti, 2012:151).

Analisis regresi akan dapat dijadikan sebagai alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi persyaratan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yakni tidak terdapat heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi. Sebelum melakukan analisis regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik. Model persamaan regresi dapat digambarkan sebagai berikut:


(48)

Keterangan:

Y = Nilai perusahaan (price to book value -PBV) a = Konstanta

X1 = Investment opportunity set (price earning ratio-PER)

X2 = Kebijakan hutang (debt to equity ratio-DER)

X3 = Kepemilikan institusional

b1 = Koefisien regresi variabel X1

b2 = Koefisien regresi variabel X2

b3 = Koefisien regresi variabel X3

e = Standard error

3.9 Pengujian Hipotesis

3.9.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji-F)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen secara bersama-sama atau serempak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:

a. H0:b1=�2=�3=0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara

bersamaan dari investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

b. Ha: minimal 1;� ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara

bersamaan dari investment opportunity set, kebijakan hutang, dan kepemilikan institusional terhadap nilai perusahaan.

c. Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig.F > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara

bersamaan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai sig. F < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh


(49)

variabel dependen. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai Fhitung dan nilai Ftabel. Dimana kriterianya, yaitu:

a. H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5%

b. Ha diterima jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%

3.9.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji-t)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah:

a. Investment Opportunity Set (PER)

H0 : b1 = 0, artinya investment opportunity set tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. H0 : b1 ≠ 0, artinya investment opportunity set berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. b. Kebijakan Hutang (DER)

H0 : b2 = 0, artinya kebijakan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap

nilai perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia.

H0 : b2 ≠ 0, artinya kebijakan hutang berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan pertambangan terbuka di Bursa Efek Indonesia. c. Kepemilikan Institusional

H0 : b3 = 0, artinya kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan

terhadap nilai perusahaan pertambangan di Bursa Efek Indonesia.

H0 : b3 ≠ 0, artinya kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap


(50)

Dengan menggunakan tingkat signifikan (α) 5%, jika nilai sig. t > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan secara parsial

dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika nilai sig. t < 0,05 maka Ha diterima, artinya ada pengaruh

yang signifikan secara parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai thitung dan nilai ttabel. Dimana kriterianya, yaitu:

a. H0 diterima jika thitung < ttabel pada α = 5%

b. Ha diterima jika thitung > ttabel pada α = 5%

3.9.3 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen atau

predictor-nya. Apabila R2 mendekati nol, maka dapat dikatakan bahwa model sangat terbatas dalam menjelaskan model regresi.

Kelemahan penggunaan koefisien determinasi adalah bias terhadap jumlah variabel independen. Semakin banyak variabel independen yang ditambahkan ke dalam model, maka R2 akan meningkat meskipun variabel tersebut tidak berpengaruh secara signifikan terhadap model. Untuk mengatasi hal ini, maka dalam penelitian ini digunakan Adjusted R2 untuk mengurangi keraguan yang ditimbulkan oleh R2 (Situmorang dan Lufti, 2012:154).


(51)

3.10 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bias, maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regresi berganda sebelum data tersebut dianalisis adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

Salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi adalah uji normalitas data populasi. Hasil uji normalitas yang baik adalah bentuk distribusi normal atau mendekati normal. Jika data berdistribusi normal, titik-titik plotnya harus berada pada suatu garis lurus, sedangkan jika titik-titik tersebut membentuk seperti huruf S, maka menunjukkan bahwa data menjulur (skew) (Rochaety et al., 2009:104). Uji ini dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

a. Pendekatan Histogram

Untuk menguji normalitas data dapat dilihat dengan kurva normal. Kurva normal yaitu kurva yang memiliki ciri-ciri khusus, salah satu di antaranya adalah

mean, modus, dan median pada tempat yang sama. Ukuran kemiringan puncak kurva ke kiri atau ke kanan dikenal dengan nama kemiringan kurva atau kemencengan kurva (skewness). Kemencengan suatu kurva distribusi data dapat bertanda positif (arah kanan) dan bertanda negatif (arah kiri).

b. Pendekatan Grafik

PP plot akan membentuk plot antara nilai-nilai teoretis (sumbu x) melawan nilai-nilai yang didapat dari sampel (sumbu y). Apabila plot dari keduanya berbentuk linear (didekati garis lurus), maka hal ini merupakan indikasi bahwa residual menyebar normal. Bila pola-pola titik yang terletak selain di ujung-ujung


(52)

plot masih berbentuk linear, meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis lurus, dapat dikatakan bahwa sebaran data adalah menyebar normal.

c. Pendekatan Kolmogorov-Smirnov

Alat uji ini digunakan untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal. Jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) berada di atas nilai signifikannya, maka variabel residual berdistribusi normal, demikian pula sebaliknya.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama, maka dikatakan homokedastisitas, sedangkan jika varians tidak sama, maka dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode grafik dan Glejser Test.

3. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linear berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (periode sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteteksi ada tidaknya gejala autokorelasi, maka uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Runs Test.


(53)

4. Uji Multikolinearitas

Uji ini digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dikatakan terdapat masalah multikolinearitas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antarvariabel independen. Pengujian terhadap ada tidaknya multikolinearitas dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut:

a. Bila VIF > 5 terdapat masalah multikolinearitas b. Bila VIF < 5 tidak terdapat masalah multikolinearitas

c. Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas d. Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas.


(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Pertambangan di Indonesia 1. PT Indo Tambangraya Megah (ITMG)

PT Indo Tambangraya Megah didirikan dengan akta notaris nomor 13 pada tanggal 2 September 1987 dan telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah bidang pertambangan dengan melakukan investasi pada anak-anak perusahaan dan jasa pemasaran untuk pihak yang memiliki hubungan istimewa. Anak-anak perusahaan yang dimilikinya bergerak dalam industri pertambangan batubara. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak 225.985.000 lembar saham yang merupakan 20% dari 1.129.925.000 lembar saham yang ditempatkan dan disetor penuh pada tanggal 18 Desember 2007. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jakarta.

2. PT Petrosea (PTRO)

PT Petrosea didirikan dengan akta notaris nomor 75 pada tanggal 21 Februari 1972 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah rekayasa, konstruksi, pertambangan, dan jasa lainnya. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak 4.500.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000,00 per saham pada tanggal 21 Mei 1990. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jakarta.


(55)

3. PT Resource Alam Indonesia (KKGI)

PT Resource Alam Indonesia didirikan berdasarkan akta notaris nomor 32 pada tanggal 8 Juli 1981 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah pertambangan batubara dan industri High Pressure Laminate. Perusahaan melakukan penawaran umum atas 4.500.000 saham perusahaan kepada masyarakat pada tanggal 18 Mei 1991. Saham tersebut telah dicatatkan pada PT Bursa Efek Indonesia (PT Bursa Efek Jakarta) pada tanggal 1 Juli 1991. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jakarta.

4. PT Bukit Asam (PTBA)

PT Bukit Asam didirikan pada tanggal 2 Maret 1981 dengan akta notaris nomor 5 pada tanggal 6 Maret 1984 dan nomor 51 tanggal 29 Mei 1985 dari notaris yang sama serta disahkan oleh Menteri Kehakiman. Perusahaan dan anak-anak perusahaan bergerak dalam bidang industri tambang batubara, meliputi kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan perdagangan, pemeliharaan fasilitas dermaga khusus batubara baik untuk keperluan sendiri maupun pihak lain, pengoperasian pembangkit listrik tenaga uap baik untuk keperluan sendiri ataupun pihak lain dan memberikan jasa-jasa konsultasi dan rekayasa dalam bidang yang ada hubungannya dengan industri pertambangan batubara beserta hasil olahannya.

Perusahaan melakukan penawaran saham perdana pada tanggal 11 Desember 2002 dengan jumlah saham yang ditawarkan adalah 346.500.000 lembar saham yang terdiri dari 315.000.000 saham milik negara Republik


(56)

Indonesia dan 31.500.000 saham baru dengan nilai nominal Rp 500 persaham. Kantor pusat perusahaan berada di Jakarta.

5. PT Medco Energi Internasional (MEDC)

PT Medco Energi Internasional didirikan dengan akta notaris nomor 19 tertanggal 9 Juni 1980 yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, dan aktivitas energi lainnya, seperti usaha pengeboran darat dan lepas pantai, Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sebanyak 22.000.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp 1.000,00 per saham. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jakarta.

6. PT Radiant Utama Interinsco (RUIS)

PT. Radiant Utama Interinsco didirikan berdasarkan akta notaris nomor 41 tanggal 22 Agustus 1984 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Bidang usaha perusahaan adalah jasa teknik instalasi dan rekayasa bidang minyak, gas bumi dan energi, jasa sertifikasi mutu, jasa survei bidang minyak, gas bumi dan energi, perdagangan besar (distributor) peralatan dan material bidang minyak dan gas bumi, jasa penyewaan peralatan pertambangan minyak dan gas bumi, jasa perbaikan dan perawatan instalasi pertambangan minyak dan gas bumi.

Perusahaan melakukan penawaran umum kepada masyarakat atas 170.000.000 saham dengan nilai nominal Rp 100,00 persaham dan harga penawaran Rp 250,00 persaham. Kantor pusat perusahaan berada di Jakarta.


(57)

7. PT Aneka Tambang (ANTM)

PT Aneka Tambang didirikan dengan nama Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang pada tanggal 5 Juli 1968 berdasarkan Peraturan Pemerintah no. 22 tahun 1968. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 1974, status perusahaan diubah dari Perusahaan Negara menjadi Perusahaan Negara Perseroan Terbatas dan sejak itu dikenal sebagai Perusahaan Perseroan (Persero) Aneka Tambang. Ruang lingkup kegiatan perusahaan adalah pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan bahan galian tersebut.

Perusahaan melakukan penawaran saham perdana kepada masyarakat pada tahun 1997 sebanyak 430.769.000 saham yang merupakan 35% dari jumlah 1.230.769.000 saham ditempatkan dan disetor penuh. Penawaran saham kepada masyarakat tersebut dicatat di dahulu Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 27 November 1997. Kantor pusat perusahaan berada di Jakarta.

8. PT Cita Mineral Investindo (CITA)

Perusahaan didirikan pada tanggal 27 Juni 1992 dengan nama PT Cipta Panelutama berdasarkan akta notaris nomor 333 pada tanggal 27 Juni 1992 dan telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Pada tanggal 2 Mei 2007, perusahaan melakukan perubahan nama menjadi PT Cita Mineral Investindo. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama adalah investasi pertambangan. Perusahaan melakukan penawaran umum perdana sahamnya pada tanggal 27 Februari 2002 sebanyak 60.000.000 saham yang disertai penerbitan


(58)

waran seri I sebanyak 18.000.000 waran, dengan nilai nominal Rp 100,00 persaham dengan harga penawaran sebesar Rp 200,00 persaham. Kantor pusat perusahaan berlokasi di Jakarta.

9. PT Timah (TINS)

PT Timah didirikan pada tahun 1976 berdasarkan akta notaris nomor 1 tanggal 2 Agustus 1976 dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Ruang lingkup kegiatan perusahaan meliputi bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan jasa. Kegiatan utama perusahaan adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha.

Perusahaan melakukan penawaran umum pada tanggal 27 September 1995 atas 176.155.000 saham Seri B dan Global Depositary Receipts (GDR) milik perusahaan. Perusahaan berdomisili di Pangkalpinang, Bangka Belitung.

10. PT International Nickel Indonesia (INCO)

PT International Nickel Indonesia didirikan pada tanggal 25 Juli 1968 dengan akta notaris nomor 49 pada tanggal 25 Juli 1968 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Kegiatan utama perusahaan adalah melakukan eksplorasi dan penambangan, pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, dan pemasaran nikel beserta produk mineral terkait lainnya.

Perusahaan melakukan Penawaran Umum Saham Perdana pada tahun 1990 sebanyak 49.700.000 lembar saham atau 20% dari 248,4 juta lembar saham yang


(59)

ditempatkan dan disetor penuh. Saham yang ditawarkan kepada masyarakat dalam penawaran umum perdana tersebut dicatatkan di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) pada tanggal 16 Mei 1990. Kantor pusat perusahaan berada di Jakarta.

11. PT Citatah (CTTH)

PT Citatah didirikan pada tanggal 26 September 1974 dengan akta nomor 77 pada tanggal 26 September 1974. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama meliputi usaha produksi dan penjualan marmer, kerajinan tangan marmer, dan kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan. Perusahaan melakukan penawaran umum atas 126.000.000 lembar saham seri A perusahaan dengan nilai nominal Rp 100,00 perlembar saham kepada masyarakat pada tanggal 10 Juni 1996 dan seluruh saham tersebut telah dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 3 Juli 1996. Kantor pusat perusahaan berada di Cikampek, Karawang.

12. PT Mitra Investindo (MITI)

PT Mitra Investindo didirikan berdasarkan akta nomor 280 pada tanggal 16 September 1993 dengan nama PT Minsuco International Finance. Akta Pendirian Perusahaan tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia. Kegiatan usaha perusahaan adalah bidang pertambangan, perindustrian, pertanian, pembangunan (pemborongan), perdagangan dan jasa.


(1)

Data

Investment Opportunity Set

Perusahaan Pertambangan Terbuka di

Bursa Efek Indonesia dengan Pendekatan

Price Earning Ratio

(PER) Periode

2008-2012

No

Kode

Perusahaan

PER (x)

2008

2009

2010

2011

2012

1

ITMG

4.53

11.28

31.35

8.86

11.26

2

PTRO

18.51

69.69

6.9

69.96

2.79

3

KKGI

10.8

17.19

22.29

14.19

10.62

4

PTBA

9.31

14.57

26.32

12.96

11.97

5

MEDC

1.86

40.1

13.31

8.63

39.04

6

RUIS

10.75

7.57

12

42.23

5.15

7

ANTM

7.6

34.67

13.86

8

4.08

8

CITA

3.63

20.27

9.61

5.53

5.43

9

TINS

4.04

32.26

14.63

9.38

17.91

10

INCO

4.37

19.41

12.32

10.35

34.58

11

CTTH

15.02

5.39

6.93

490.54

25.89

12

MITI

9.49

15.8

19.64

4.76

9.64

Data Kebijakan Hutang Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek

Indonesia dengan Pendekatan

Debt to Equity Ratio

(DER) Periode 2008-2012

No

Kode

DER (x)

Perusahaan

2008

2009

2010

2011

2012

1

ITMG

0.6

0.52

0.51

0.46

0.49

2

PTRO

1.52

1.43

0.84

1.37

1.83

3

KKGI

0.82

0.81

0.72

0.49

0.42

4

PTBA

0.51

0.4

0.36

0.41

0.5

5

MEDC

1.68

1.85

1.86

2.02

2.15

6

RUIS

2.07

1.67

1.78

3.65

3.94

7

ANTM

0.26

0.21

0.28

0.41

0.54

8

CITA

0.91

0.71

0.98

0.81

0.73

9

TINS

0.51

0.42

0.4

0.43

0.34

10

INCO

0.21

0.29

0.3

0.37

0.36

11

CTTH

3.46

2.04

1.66

1.87

2.32


(2)

Data Kepemilikan Institusional Perusahaan Pertambangan Terbuka di

Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

No

Kode

Perusahaan

Kepemilikan Institusional (%)

2008

2009

2010

2011

2012

1

ITMG

73.72

73.72

65

65

65

2

PTRO

80.37

98.55

98.55

98.55

69.8

3

KKGI

66.83

66.9

66.89

66.35

62.89

4

PTBA

87.1

89.06

90.15

83.76

83.77

5

MEDC

51.66

51

50.88

58.19

57.5

6

RUIS

77.16

77.19

77.19

77.19

77.19

7

ANTM

65

65

65

65

65

8

CITA

91.8

91.8

96.53

96.53

96.53

9

TINS

65

65

65

65

65

10 INCO

82.07

79.86

79.86

79.51

79.51

11 CTTH

52.51

57.4

61.45

52.22

52.22

12 MITI

36.52

41.78

32.43

31.75

31.75

Lampiran 3

Data Hasil Pengolahan SPSS

1. Asumsi Klasik


(3)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .66079883

Most Extreme Differences Absolute .098

Positive .098

Negative -.049

Kolmogorov-Smirnov Z .758

Asymp. Sig. (2-tailed) .614


(4)

b. Uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .249 .173 1.437 .156

LN_PER .070 .056 .164 1.254 .215


(5)

c. Uji Autokorelasi

d. Uji Multikolinearitas

Runs Test

Unstandardized Residual

Test Valuea -.14280

Cases < Test Value 30

Cases >= Test Value 30

Total Cases 60

Number of Runs 28

Z -.781

Asymp. Sig. (2-tailed) .435

a. Median

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.384 .305 -1.258 .214

LN_PER .294 .098 .339 2.989 .004 .993 1.007

LN_DER -.426 .114 -.448 -3.740 .000 .888 1.126

LN_KI -.762 .341 -.267 -2.233 .030 .894 1.119


(6)

2. Analisis Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PER 60 1.86 490.54 24.0170 62.84213

DER 60 .21 5.50 1.1753 1.06666

KI 60 .3175 .9855 .696857 .1700356

PBV 60 .47 12.06 2.8643 2.49585

Valid N (listwise) 60

3. Analisis Regresi Linear Berganda

a. Uji-F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 10.305 3 3.435 7.467 .000a

Residual 25.763 56 .460

Total 36.068 59

a. Predictors: (Constant), LN_KI, LN_PER, LN_DER

b. Dependent Variable: LN_PBV

b. Uji-t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta


Dokumen yang terkait

Pengaruh Rasio Keuangan Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Pada Industri Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 70 120

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

PENGARUH LEVERAGE, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN

1 32 136

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Ukuran Perusahaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Kebijakan Hutang dengan Investment Opportunity Set sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 92

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

1 2 14

PENDAHULUAN Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 12

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 5 13

PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN RETURN ON INVESTMENT (ROI) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 143

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG - repository UPI S PEA 0907209 Title

0 0 3

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KEBIJAKAN HUTANG, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2011

0 0 14