Kekerasan personal terhadap tokoh utama, Mawa dalam novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta : sebuah tinjauan sosiologi sastra.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KEKERASAN PERSONAL TERHADAP TOKOH UTAMA, MAWA
DALAM NOVEL MERAJUT HARKAT KARYA PUTU OKA SUKANTA:
SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia

Oleh
Aloysius
NIM 064114019

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KEKERASAN PERSONAL TERHADAP TOKOH UTAMA, MAWA
DALAM NOVEL MERAJUT HARKAT KARYA PUTU OKA SUKANTA:
SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia


Oleh
Aloysius
NIM 064114019

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

MOTTO DAN PERSEMBAHAN


Kesadaran adalah Matahari
Kesabaran adalah Bumi
Keberanian menjadi Cakrawala
Dan perjuangan adalah pelaksanaan dari kata-kata
(Kantata Takwa)

Cepat lambatnya seseorang berjalan bukanlah permasalahan hidup. Yang penting tidak
berhenti pada satu jalan saja
(Aloysius)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Maha pengasih, Yesus Kristus
Ibunda dan Abangku Rasinus yang memberiku semangat
Kekasihku Dini yang memberiku motifasi
Teman-teman seperjuanganku angkatan 06
Rekan-rekanku di Bengkel Sastra tetap semangat, pantang mundur pokoknya handal
buat kamu semuanya

iv


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Sang
Hyang Widhi atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat akhir dalam menempuh ujian sarjana pada Fakultas Sastra,
jurusan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini. Yaitu:
1. Drs. B. Rahmanto, M. Hum. Sebagai dosen pembimbing I, terima
kasih telah meluangkan waktu untuk memberi masukan dan

membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. S.E. Peni Adji, S.S. M,Hum. Sebagai dosen pembimbing II, terima
kasih atas segala masukan dan bimbingan kepada saya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum, Dr. Paulus Ari
Subagyo, Dr. Yoseph Yapi Taum, Dra. Fransisca Tjandrasih Adji,
M.Hum, dan Drs. Hery Antono, M.Hum dosen jurusan Sastra
Indonesia, yang dengan sabar membimbing saya selama menempuh
pendidikan di Sastra Indonesia.

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4. Terima kasih buat sekretariat Sastra atas pelayanan dan waktunya.

5. Perpustakaan Sanata Dharma, terima kasih atas pelayanannya selama
ini.
6. Buat Mama tercinta, terima kasih atas dukungannya.
7. Kakakku Rasinus tercinta yang memberiku dukungan secara material
dan spiritual, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
8. Kekasihku Dini, terima kasih atas keceriaan dan motifasinya selama
proses pengerjaan skripsi ini.
9. Terima kasih penulis ucapkan untuk anak-anak kos Djoyo Comunity:,
Teman-teman Bengkel Sastra, dan teman-teman angkatan 2006.
10. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu, terima
kasih atas dukungannya.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu,
segala saran dan kritik dari berbagai pihak akan peneliti terima dengan
kerendahan hati dan harapan dapat lebih menyempurnakan penelitian ini.
Kelemahan-kelemahan ini menjadi tanggung jawab peneliti. Peneliti juga
berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 22 Maret 2013
Peneliti

vi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini telah saya tulis ini
adalah hasil inspirasi dan imajinasi saya sendiri. Saya tidak mengutip dari hasil karya
orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagai
mana layaknya karya ilmiah pada umumnya.
Yogyakarta, 22 Maret 2013
Peneliti

Aloysius

vii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibwah ini. Saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama

: Aloysius

No. Mahasiswa

: 064114019

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
Kekerasan Personal Terhadap Tokoh Utama, Mawa
Dalam Novel Merajut Harkat Karya Putu Oka Sukanta:
Sebuah Kajian Sosiologi Sastra.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola
dalam pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di
Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin dari
saya maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 22 Maret 2013,
Yang menyatakan.

Aloysius

viii


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRAK
Aloysius, 2013. Kekerasan Personal Terhadap Tokoh Utama, Mawa Dalam
Novel Merajut Harkat Karya Putu Oka Sukanta: Kajian Sosiologi
Sastra. Skripsi Strata Satu ( S1). Yogyakarta: Program Studi Sastra
Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma.
Penelitian ini mengkaji tindak kekerasan yang terjadi pada tokoh utama,
dalam novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta. Tujuan penelitian ini adalah
(1) menganalisis unsur instrinsik yang dititik beratkan pada tokoh dan penokohan
dalam novel Merajut Harkat menganalisisr bentuk kekerasan yang terjadi di
dalamnya.(2) Penelitian ini mengunakan kajian sosiologi sastra dan teori tindak
kekerasan Galtung dalam Windhu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi metode pengumpulan
data, metode analisis data, metode hasil analisis data. Metode analisis data didapat
melalui studi pustaka. Teknik tersebut dipakai untuk mendapatkan data yang ada,
yaitu novel Merajut Harkat, buku-buku referensi yang berkaitan dengan objek
penelitian tersebut. Metode analisis data yang dipakai adalah metode analisis isi.
Untuk hasil analisis data, penulis mengunakan metode deskriptif. Melalui metode ini
penulis memaparkan fakta-fakta kekerasan yang dialami oleh tokoh utama dalam
novel.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Tokoh-tokoh dalam
novel Merajut Harkat mengalami tidak adanya keadilan dan kesetaraan hak asasi
manusia. Konflik berawal dari pengintaian petugas terhadap gerak-gerik Mawa, yang
berujung dengan penangkapan. (2) Kekerasan struktural dalam novel Merajut Harkat
didasari oleh bentuk tindakan kekerasan yang tidak terlihat, namun dapat dirasakan
para tokoh seperti Mawa, Nio, Hanja, Handi, Made, Adar, Gigi Kampak, Pak Tiono
merupakan korban dari
tindak kekerasan, kejahatan, dan kelicikan. Secara
psikologis, para tokoh mengalami ketakutan, kebimbangan, penderitaan yang
berujung pada gangguan kejiwaan, dan kematian. Kekerasan personal dalam novel
Merajut Harkat didasari oleh perebutan sistem kekuasaan, dan masih lemahnya
struktur sosial sehingga masyarakat yang sudah dicap sebagai komunis merupakan
orang yang wajib disingkirkan, kemudian dilakukan dengan cara penahanan,
penganiayaan, pemukulan, bahkan dengan menghilangkan nyawa seseorang karena
dianggap tidak sejalan dengan nilai Pancasila yang ditetapkan oleh negara.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Aloysius, 2013. Violence on The Main Character in Merajut Harkat, A Novel by
Putu Oka Sukanta, Literature Sociology Analyzes. S1 Final Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Literature Study Program, Indonesian
Literature Department, Faculty of Literature, Sanata Dharma
University.
This research analyzes the violence on the main character – Mawa, in
Merajut Harkat, a novel by Putu Oka Sukanta. This research aims to analyze the
intrinsic element which focused on the character and characterization in Merajut
Harkat to define the violence in it. This research uses the literature sociology theory
with John Galtung’s violence theory as the primary theory which believes that
literature reflects the situation of the society.
The methods in this research are data collecting – method, data analyzing –
method, and data analyzing results – method. The data analyzing is done with the
library study. The library study is used to collect data from the novel itself and some
other books which are related to this research. The data analyzing of this research
uses the content analyzing results – method which analyzes the content of the novel.
The data analyzing results – method of this research uses the descriptive method.
Author uses this method to explain the violence on the main character in this novel.
The results of this research: (1) The characters in this novel experienced
some injustice situation and lack of human rights equivalent. The conflict started with
the espionage on Mawa’s attitude then ends with his arrest. (2) Structural and
personal violence. The structural violence in Merajut Harkat is built on the unseen
but feel-able violence. The characters; Mawa, Nio, Hanja, Handi, Made, Adar, Gigi
Kampak, and Pak Tiono are the victims of violence, crime, and cunning.
Psychologically, the victims experience a model of situation which full of fear,
vacillation, death-terrors, and mental disorder. The personal violence is built on the
coup and the weak of social system which ends in parochialism where the people who
have been labeled as communists trapped in kinds of terrors like being arrest, assault
and abttery, and even homicide just because of a model parochialism where the
society regard these characters as the value-breakers. The society accuses these
characters for the Pancasila values breaking.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................

i

HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................

iii

HALAMAN MOTTO ............................................................................

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................

v

KATA PENGANTAR .............................................................................

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ......................................

ix

ABSTRAK ...............................................................................................

x

ABSTRACT ............................................................................................

xi

DAFTAR ISI ...........................................................................................

x ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................
1.5 Tinjauan Pustaka ..........................................................................
1.6 Landasan Teori .............................................................................
1.6.1 Teori Struktural ................................................................
1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan ................................................
1.6.2 Teori Sosiologi Sastra .......................................................
1.6.3 Kekerasan ………………………………………………..
1.6.3.1 Kekerasan Struktural ..................................................
1.6.3.2 Kekerasan Personal .....................................................
1.6.3.2.1 Kekerasan Anatomis ......................................
1.6.3.2.2 Kekerasan Fisiologis .......................................
1.7 Metode Penelitian..........................................................................
1.7.1 Pendekatan .......................................................................
1.7.1.1 Sosiologi Sastra ..........................................................

xi

1
6
6
7
7
8
8
9
11
12
12
13
14
14
15
15
15

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

1.7.2 Metode Penelitian .............................................................
1.7.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ......................
1.7.2.2 Metode Analisis Data ..................................................
1.7.2.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data .......................
1.7.2.4 Sumber Data ...............................................................
1.8 Sistematika Penyajian ...................................................................

16
16
17
18
19
19

BAB II TOKOH DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL
MERAJUT HARKAT KARYA PUTU OKA SUKANTA
2.1 Tokoh ...........................................................................................
2.1.1 Tokoh Utama .....................................................................
2.1.1.1 Mawa ..........................................................................
2.1.2 Tokoh Tambahan ..............................................................
2.1.2.1 Nio .............................................................................
2.1.2.2 Hanja ..........................................................................
2.1.2.3 Komandan ..................................................................
2.1.2.4 Pak Naryo ...................................................................
2.1.2.5 Peltu Macan ................................................................
2.1.2.6 Handi ..........................................................................
2.1.2.7 Made ...........................................................................
2.1.2.8 Yogi ............................................................................
2.1.2.9 Pardi............................................................................
2.1.2.10 Tojib .........................................................................
2.1.2.11 Adar ..........................................................................
2.1.2.12 Kuntet .......................................................................
2.1.2.13 Gigi Kampak ............................................................
2.1.2.14 Pak Tiono .................................................................
2.1.2.15 Hermawan ................................................................
2.1.2.16 Toga .........................................................................
2.1.2.17 Mbah Roto................................................................
2.1.2.18 Ngkong Wahab ........................................................
2.1.2.19 Mas Trim ..................................................................
2.1.2.20 Hopeng .....................................................................
2.2 Penokohan ....................................................................................
2.2.1 Mawa .................................................................................
2.2.2 Nio .....................................................................................
2.2.3 Hanaja ................................................................................
2.2.4 Komandan..........................................................................
2.2.5 Pak Naryo ..........................................................................
2.2.6 Peltu Macan .......................................................................
2.2.7 Handi .................................................................................

x ii

21
22
23
25
26
27
28
28
29
30
30
32
33
33
34
34
35
35
36
37
37
39
39
40
40
42
44
46
48
49
50
51

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2.2.8 Made ..................................................................................
2.2.9 Yogi ...................................................................................
2.2.10 Pardi ...................................................................................
2.2.11 Tojib ..................................................................................
2.2.12 Adar ...................................................................................
2.2.13 Kuntet ................................................................................
2.2.14 Gigi Kampak .....................................................................
2.2.15 Pak Tiono...........................................................................
2.2.16 Hermawan..........................................................................
2.2.17 Toga ...................................................................................
2.2.18 Mbah Roto .........................................................................
2.2.19 Ngkong Wahab ..................................................................
2.2.20 Mas Trim ...........................................................................
2.2.21 Hopeng ..............................................................................
2.3 Rangkuman....................................................................................

52
54
55
55
56
57
57
59
59
60
61
62
63
63
64

BAB III KEKERASAN PERSONAL TERHADAP
TOKOH UTAMA, MAWA DALAM NOVEL MERAJUT HARKAT
3.1 Kekerasan Anatomis .....................................................................
3.2 Kekerasan Fisiologis .....................................................................
3.3 Rangkuman ...................................................................................

67
71
79

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...................................................................................
4.2 Saran..............................................................................................

83
89

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................

91

BIODATA ................................................................................................

93

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia sastra merupakan sebuah wadah seni yang dapat memberi kepuasan
ataupun pengetahuan yang diterima oleh pembaca melalui refleksinya terhadap karya
sastra, realitas, dan imajinasi. Hanya saja, yang membedakannya dengan seni yang
lain adalah sastra memiliki aspek bahasa (Semi, 1984:39).
Karya sastra merupakan suatu karya yang dihasilkan oleh pengarang melalui
proses kreatif pengarang. Dengan membaca karya sastra, pembaca akan mendapat
informasi tentang keadaan sosial yang belum pernah kita alami, sehingga kita dapat
mengetahui masalah-masalah sosial melalui karya sastra. Di samping itu, pengarang
juga mengajak pembaca untuk melihat, merasakan, dan menghayati kehidupan di
dunia ini seperti yang dirasakan pengarang melalui karyanya.
Selain berhubungan dengan masyarakat, karya sastra juga dapat bersumber
dari peristiwa sejarah. Peristiwa sejarah juga merupakan motivasi seorang pengarang
untuk menciptakan karya sastra. Menurut Kuntowijoyo (2006: 171), objek karya
sastra adalah realitas, apa pun juga yang dimaksud dengan realitas oleh pengarang.
Apabila realitas itu berupa peristiwa sejarah, maka karya sastra dapat, pertama
mencoba menerjemahkan peristiwa itu dalam bahasa yang imaginer dengan maksud
untuk memahami peristiwa sejarah menurut kadar kemampuan pengarang. Kedua,
karya sastra dapat menjadi sarana bagi pengarangnya untuk menyampaikan pikiran,

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

perasaan, serta tanggapan mengenai suatu peristiwa sejarah. Dan ketiga, seperti juga
karya sejarah, karya sastra dapat merupakan penciptaan kembali sebuah peristiwa
sejarah sesuai dengan pengetahuan dan daya imajinasi pengarang.
Novel dapat mengungkapkan pandangan–pandangan dari suatu masyarakat
pada suatu masa. Novel merupakan produk kehidupan yang banyak mengandung
nilai-nilai sosial, politik, etika, religi, filsafat yang bertolak dari pengungkapan
kembali fenomena kehidupan (Sardjono, 1992:10).
Dalam novel Merajut Harkat Karya Putu Oka Sukanta, ia mengambarkan
kekerasan di masa pemerintahan Orde Baru, ketika masyarakat tidak bebas untuk
beraktivitas setelah pecahnya peristiwa 30 September Tahun 1965,

komunisme

disimbolkan kejagatan yang boleh dimusnahkan seperti hama, ketika generasi pasca
1960-an tidak diberi kesempatan untuk memiliki pemikiran-pemikiran politik.
Perpecahan inilah yang menimbulkan kecurigaan dan penyapuan besar-besaran setiap
orang yang dianggap kaum kiri. Orang-orang yang dicurigai disapu diciduk
dimasukan dalam sel sebagai tahanan politik, dicampakkan ke dalam tahanan,
"kamp", atau penjara dengan atau tanpa pengadilan untuk kesalahan yang tak pernah
diketahui, kecuali asosiasinya pada apa yang dikenal sebagai "kelompok kiri".
Novel ini berawal dari acara nonton bioskop dengan Nio menjadi situasi yang
menegangkan bagi Mawa, karena tiba-tiba mengenali seseorang yang dianggap
membahayakan dirinya. Orang itu tiada lain adalah seniman Manikebu yang sempat
diganyang habis-habisan karena tidak sejalan dengan Manipol. Seniman itu
memperingatkan Mawa agar hati-hati, tidak berkeliaran dengan bebas. Sepulang dari

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

bioskop, bencana datang lewat penggedoran pintu, penggeledahan, kemudian
diangkat dan dibawa ke barak.
Siksaan berat sering membuat orang tidak tahan dan akhirnya mengaku yang
tidak-tidak, karena dipaksa untuk mengaku. Orang yang melaporkan keterlibatan
Mawa adalah Yogi, tukang ketik di kantor Ormas karena ia sempat menjadi anggota
ormas kebudayaan yang kemudian dinyatakan terlarang. Pengalaman pertama terjadi
ketika datang musibah penyiksaan terhadapnya, terkait dengan keterlibatannya di
suatu bulletin yang bernama “Mimbar Rakyat”. Dimulai dengan dibentak, membuka
baju untuk menerima deraan tinju dan terjangan kaki bersepatu. Kemudian
dikonfrontasikan dengan teman yang mengingkari perjanjian bersama apa yang akan
diceritakan, seperti pada kutipan berikut.
“Aku terpelanting dari kursi dan terjungkil ke lantai. Sebelum aku sempat
tahu dimana sebenarnya aku berada, sebuah tendangan bersarang di perutku.
Tubuhku melungker dengan dua tangan menekan perut yang seperti dihujani tombak,
sakit perih dan nanar. Dengan spontan tanganku berpindah ke bokong yang baru saja
diterjang. Tulang ekorku seperti patah , kemudian tanganku tidak sempat lagi
menyelamatkan bagian-bagian tubuhku yang menerima tendangan.” (Oka Sukanta,
1999:67-68).

Keesokan harinya siksaan dilanjutkan lagi, dan kembali ke barak, sesudah itu
teman-temannya kembali merawatnya. Ada rasa keputusasaan dalam diri Mawa
untuk bertahan hidup. Sudah dua orang temannya yang meghianatinya. Karena
penghianatan itu Mawa mendapat pecutan ekor ikan pari. Irisan ekor ikan pari tidak
hanya meninggalkan rasa perih sampai sumsum tulang, tapi menjalar sampai
keserabut-serabut pembuluh darah yang paling halus di dalam hati.
Setelah mengalami pergulatan batin perihal penghianatan, dan kemudian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

ditinggalkan satu-satunya teman dekat, kini para tahanan mengalami penderitaan
berperang melawan penyakit, TBC, busung lapar, dehidrasi, kudis, dan luka. Hal ini
desebabkan terbatasnya persediaan obat, karena obat kiriman dari keluargapun
dkorup oleh para penjaga birokrasi penjara. Tidak sedikit tahanan yang menjadi tidak
waras karena tidak tahan dengan segala macam tekanan yang dideritanya. Hanya satu
harapan mereka tetap bertahan hidup, yakni percaya dengan kata-kata “jangan sampai
mati ke dalam penjara”. Dengan demikian berbagai macam cara dilakukan untuk
mempertahankan hidup, pengadilan antara sesama tahananpun tak terhindarkan
karena sesorang (Handi) menulis surat yang bersifat laporan yang dapat
mencelakakan teman-temanya sendiri.
Berita pembebasan sudah semakin santer terdengar, para tahanan sangat
mengharapkan berita pembebasan itu memang benar-benar terjadi, terutama bagi
orang yang sudah tua dan sakit. Mereka mulai membayangkan apa yang harus
dilakukan sesudah bebas dari penjara, mencari ancang-ancang untuk bergulat dengan
dunia luar setelah sepuluh tahun dibekuk dalam penjara. Para tahanan diterjunkan
dalam kelompok tanam padi, sehingga tidak sedikit para tahanan yang merasa
tersiksa karena hasil panen dilahap oleh penguasa atau penjaga penjara. Mawa yang
sudah semakin sakit-sakitan dalam penerjunan tanam padi, diistirahatkan karena
kondisi badan yang sudah tidak memungkinkan. Beberapa hari hari ia hanya berdiam
diri, tidak banyak bicara, ia memikirkan sesuatu, merancang sesuatu. Dan pada saat
yang sudah diperhitungkan ia membaur dengan orang-orang di pasar, jiwanya masuk
ke dalam raga orang-orang pasar. Ia melangkah sendiri ke tepi pasar, dan jiwanya

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5

merasuk dalam raga tukang becak. Dan ia sendiri sudah tidak bisa lagi mengenali
dirinya. Tubuhnya berjalan dengan pasti, tapi rohnya sudah lepas melayang
menyelinap di tubuh orang-orang yang dilihatnya.
Intrik politik dan kekuasaan yang ada dalam novel Merajut Harkat ini juga
dihiasi dengan kekerasan, panglima sebagai politik dan kekuasaan. Kekerasaan
dijadikan alat untuk menguasai Republik. Hal ini sangat tergambar di dalam novel
Merajut Harkat sebagai contoh kekerasan sebagai sarana untuk menindas harkat dan
martabat manusia untuk menduduki tahta sebagai pemimpin negara, seperti pada
kutipan berikut.
“Sesungguhnya mereka telah menabur benih kemelaratan yang di kala panen
nanti. Hai PKI!, hai Sukarno!, hai Orla! Tidakkah mereka sadar kalau mereka hanya
alat? Apakah mereka sadar kalau yang memanen jerih payahnya segelintir manusia
dan yang sebagian besar akan tetap miskin dan terus sebagai jenjang anak tangga
yang diinjak untuk naik ke puncak” (Oka Sukanta, 1999:73)

Hal ini yang membentuk suatu gambaran mengenai bagaimana kekerasan
diterapkan untuk menindak lanjuti orang-orang yang tidak sesuai dengan pikiran
penguasa, menghalalkan segala macam bentuk, cara untuk bertahta.
Dalam novel Merajut Harkat Oka Sukanta juga mengambarkan benturan
kekerasan dan kekuasaan pasca Tahun 1960-an ketika manusia tidak diberi
kebebesana, orang-orang yang dianggap PKI tidak memiliki Tuhan (kafir),
pemberontak, orang-orang yang tidak menjunjung nilai Pancasila. Hal ini dipaparkan
melalui alur dan dialog-dialog antar tokoh yang bersebrangan dengan ideologi
Pancasila.
Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk mengangkat novel Merajut

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

Harkat karya Putu Oka Sukanta dengan gambaran kekerasan sosial yang ada di
dalamnya sebagai objek kajian. Penulis akan mengkaji tindak kekerasan dan benturan
pada nilai ideologi Pancasila yang secara tidak langsung menuju puncak kekuasaan.
Penulis akan mengunakan pendekatan sosiologi sastra. Pendekatan ini bertolak dari
asumsi bahwa sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari
kenyataan sosial (Wallek dan Warren via Budianta,1990:109). Oleh karena, itu
penulis mengunakan teori sosiologi sastra dalam mengungkapkan kekerasan dan
kenyataan sosial yang terdapat dalam novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta.
1.2 Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang masalah tersebut, peneliti merumuskan
permasalahan sebagai berikut.
1.2.1 Bagimana tokoh dan penokohan dalam novel Merajut Harkat karya Putu
Oka Sukanta?
1.2.2 Bagimana bentuk kekerasan personal terhadap tokoh utama,Mawa
dalam novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

1.3.1 Mendeskripsikan tokoh dan penokohan dalam novel Merajut Harkat
karya Putu Oka Sukanta.
1.3.2 Mendeskripsikan bentuk-bentuk kekerasan terhadap tokoh utama,
Mawa dalam novel Merajut Harkat karya Putu Oka Sukanta.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Dari segi praktis, penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan
kesusastraan Indonesia, khusunya novel Merajut Harkat karya Putu Oka
Sukanta.
1.4.2 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam khazanah
sastra Indonesia terutama dalam kajian sosiologi sastra.
1.4.3 Hasil penelitian ini dapat menambah refrensi penelitian karya sastra dan
menambah wawasan pembaca tentang tindak kekerasan.
1.5 Tinjauan Pustaka
Novel ini pernah dijadikan sebuah bahan skripsi oleh Arif Fahrudin (2010)
dengan judul skripsi Konflik Politik dalam Novel Merajut Harkat karya Putu Oka
Sukanta

fokus

pada

konflik

politik

yang

terjadi

pada

Tahun

1965

(http://kemahasiswaan-alumni.ums.ac.id/?menu=dataalumni&id=19855), sedangkan
penelitian yang penulis buat adalah Kekerasan Personal dalam Novel Merajut Harkat
Karya Putu Oka Sukanta. Penelitian ini terfokus pada tindak kekerasan yang
tergambar dalam novel.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

8

Teori kekerasan Jhon Galtung pernah dijadikan bahan skripsi oleh Valentinus
Ola Beding (2010) dengan judul skripsi Kekerasan Struktural dan Personal dalam
Naskah Drama Tumirah Sang Mucikari Karya Seno Gumira Ajidarma Tinjaun
Sosiologi Sastra. Penelitian ini terfokus pada keerasan struktural dan personal yang
terdapat dalam novel Tumirah Sang Mucikari.
Sejauh pengamatan penulis, belum ada yang menganalisis novel Merajut
Harkat dengan tidak kekerasan sebagai objek kajian penelitian. Inilah yang membuat
penulis melakukan penelitian tindak kekerasan dalam novel Merajut Harkat karya
Putu Oka Sukanta.
1.6 Landasan Teori
Dalam hal pengambilan teori untuk penelitian ini, penulis mengunakan teori
sebagai kerangka berpikir, bukan sebagai dasar dalam memecahkan rumusan
masalah. Teori tersebut yaitu, teori struktural, teori tokoh dan penokohan, teori
sosiologi sastra, tindak kekerasan terhadap tokoh utama dalam novel merajut harkat.
Dalam pemahaman konsep kekerasan, penulis mengunakan teori kekerasan menurut
Jhon Galtung dalam Windhu.
1.6.1 Teori Struktural
Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat,
seteliti, semenditel dan mendalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua aspek
karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh (Teeuw,
1984 : 135).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

Pradopo juga menambahkan bahwa, novel merupakan sebuah struktur.
Struktur di sini dalam arti bahwa novel itu merupakan susunan unsur-unsur yang
bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik dan saling
menentukan. Oleh karena itu, unsur-unsur dalam novel bukan hanya berupa
kumpulan atau tumpukan hal-hal yang berdiri sendiri melainkan hal yang saling
terkait, saling berkaitan dan saling bergantung (Pradopo, 1987 : 18).
Dalam analisis struktur dari novel Merajut Harkat, penulis memfokuskan
penelitiannya hanya pada analisis tokoh dan penokohan yang ada dalam novel
Merajut Harkat. Hal ini dikarenakan tokoh dan penokohan merupakan pengerak alur,
individu rekaan yang mengalami peristiwa dalam cerita. Oleh karena itu tokoh dan
penokohan

yang paling potensial untuk menggambarkan peristiwa kekerasan

terhadap tokoh atau individu manusia.
1.6.1.2 Tokoh dan Penokohan
Menurut Sudjiman tokoh merupakan individu

rekaan yang mengalami

peristiwa atau berlakuan dalam sebagai peristiwa dalam cerita.Berdasarkan fungsi
dalam cerita, tokoh dibagi menjadi dua macam, yakni tokoh utama (protagonis),
tokoh lawan (antagonis) (Nurgiyantoro, 1995: 129). Selain kriteria tokoh tersebut,
Sudjiman juga menambahkan kriteria tokoh yang lain, yakni tokoh bawahan.
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi, secara populer sering
disebut pahlawan, dan merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai ideal
bagi kita (Nurgiyantoro, 1995: 129).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

Tokoh utama protagonis selalu menjadi tokoh sentral dalam cerita. Ia bahkan
menjadi pusat sorotan dalam kisahan. Kriterium yang digunakan untuk menentukan
tokoh utama adalah bukan hanya pada frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita,
melainkan intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita.
Tokoh protagonis dapat juga ditentukan dengan memperhatikan hubungan dengan
tokoh lain. (Sudjiman, 1988: 17-18).
Protagonis mewakili yang baik dan terpuji. Oleh karena itu tokoh protagonis
menarik minat pembaca, sedangkan tokoh antagonis mewakili pihak yang jahat atau
yang salah. Sedangkan tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral
kedudukannya, tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau
mendukung tokoh utama (Sudjiman, 1988: 17-19).
Penokohan ialah kualitas tokoh, nalar dan jiwanya yang membedakan dengan
tokoh lain (Sudjiman, 1991: 23). Penokohan adalah cara pandang melukiskan tokohtokoh dalam cerita yang ditulisnya (Tjahjono, 1988: 138).
Menurut Altenbernd dan Lewis, secara garis besar ada dua teknik pelukisan
tokoh dalam suatu karya, yakni teknik ekspositori (expository) dan teknik dramatik
(dramatic). Teknik ekspositori adalah teknik pelukisan tokoh cerita dengan cara
memberikan deskripsi, uraian dan penjelasan secara langsung, sedangkan teknik
dramatik merupakan teknik pelukisan tokoh yang dilakukan secara tidak langsung,
artinya pengarang tidak mendeskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah
laku tokoh, menyiasati para tokoh cerita untuk menunjukkan kehadirannya sendiri
melalui berbagai aktivitas yang dilakukan baik secara verbal lewat kata maupun non

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi
(Nurgiyantoro, 1995 : 194-198).
Dalam penelitian ini, penulis akan meneliti tentang tokoh dan penokohan
yang terdapat dalam novel Merajut Harkat. Penulis akan meneliti tokoh Mawa selaku
tokoh utama yang kemudian diteliti secara sosiologis dalam kaitannya dengan tindak
kekerasan terhadap tokoh utama.
1.6.2 Teori Sosiologi Sastra
Sapardi Djoko Damono menyatakan bahwa pendekatan sosiologi sastra
merupakan perkembangan dari pendekatan mimetik yang memahami karya sastra
dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Lagi pula
karya sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari
kenyataan sosial, walaupun

karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif

manusia (dalam Budianta, 1990 : 109).
Dalam novel Merajut Harkat pengarang menyajikan suatu kisah nyata yang diangkat dari
pengalaman pengarang sebagai tapol pasca 1960-an. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan
bagi warga, yang dahulunya teman seperjuangan melawan penjajahan Belanda, kini berubah
menjadi musuh. Konflik sosial antar pemerintah yang ingin berkuasa dengan menumbangkan
orang-orang PKI. Masalah sosial yang terdapat dalam novel Merajut Harkat yaitu
pencidukan, penganiayaan, pemerkosaan orang-orang yang dianggap, dicurigai sebagai
anggota PKI oleh petugas dan pemerintah yang ingin menguasai Republik.
Menurut Damono ada dua cara kecendrungan utama dalam sosiologi sastra, pertama
pendekatan yang berasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cerminan proses sosial

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas dalam
pendekatan ini teks sastra tidak dianggap sebagai yang utama. Kedua, pendekatan yang
mengutamakanteks sastra sebagai bahan penelahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi
ini adalah teks sastra untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk
memahami gejala sosial budaya yang ada (Damono, 1979:).

1.6.3 Kekerasan
Kekerasan menurut Galtung adalah hal yang biasa diterjemahkan dari kata
violence (dalam Windhu, 1992:62). Violence berkaitan erat dengan gabungan kata
Latin “vis” yang artinya daya, kekuatan dan “latus” (yang berasal dari ferre,
‘membawa’) yang artinya membawa sehingga violence berarti membawa kekuatan.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S
Poerwadarminta edisi ke dua belas. Kekerasan diartikan sebagai sifat, kegiatan,
kekuatan yang bersifat paksaan (KBBI, 1991:488). Menurut Hobbes (dalam Windhu
1992:63), kekerasan merupakan keadaan alamiah manusia state of nature karena pada
dasarnya manusia memiliki sisi sebagai makhluk yang dikuasai oleh dorongandorongan irrasional dan anarkistis serta mekanistis yang saling mengiri dan
membenci sehingga menjadi kasar, jahat, buas, pendek pikir.
1.6.3.1 Kekerasan Struktural
Menurut Galtung (via Windhu, 1992:73) kekrasan struktural itu bersifat statis,
memperlihatkan stabilitas tertentu dan tidak tampak. Dalam kekerasan strukutral itu
sulit untuk menemukan pelaku manusia secara konkret. Dalam kasus ini, berarti

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

kekerasan sudah menjadi bagian dari struktur itu, dan menampakkan diri sebagai
kekuasaan yang tidak seimbang yang menyebabkan peluang hidup tidak sama
(Galtung via Windhu, 1992:70).
Kekerasan struktural adalah tidak samanya struktur sosial. Untuk melihat
faktor-faktor yang mendukung ketidaksamaan tersebut, Galtung via Windhu
(1992:75) menjelaskan struktur sosial seperti gagasan tentang pelaku mekanisme
kekerasan struktural, yaitu urutan kedudukan yang tidak sama, pola interaksi yang
tidak seimbang, korelasi antara kedudukan dan sentralisasi, persesuaian antar-sistem,
keselarasan antar-kedudukan dan perangkapan yang tinggi antar-tingkat. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tindak kekerasan struktural itu tidak dapat terlihat, namun dapat
dirasakan oleh pihak yang dirugikan karena mendapat pelakuan semena-mena.
1.6.3.2 Kekerasan Personal
Berdasarkan wujud dari kekerasan personal yang bersifat dinamis dan mudah
diamati, pada dasarnya kekerasan personal dititik beratkan pada jasmani aktual.
Menurut Galtung (via Windhu, 1992:73-74) menampilkan tiga pendekatan untuk
melihat tipologi kekerasan personal dari suatu realisasi jasmani aktual, yaitu
kekerasan yang dimulai dari badan manusia itu sendiri hingga pengunaan senjata
mutakhir, kemudian dengan bentuk organisasi mulai dari individu hingga organisasi
massa, dan sasaran terhadap manusia itu sendiri yang ditujukan pada tindak
kekerasan anatomis dan fisiologis.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

14

1.6.3.2.1 Kekerasan Anatomis
Menurut

Galtung

(via

Windhu)

kekerasan

anatomis

itu

bersifat

menghancurkan (pertandingan tinju, ketapel), merobek, (mengantung, menarik,
memotong), menembus (pisau, tombak , peluru), membakar (pembakaran, nyala),
meracuni (dalam air, makanan, gas), dan penguapan (seperti di dalam ledakan nuklir).
Sedangkan pada kekerasan fisiologis

sifatnya meniadakan udara (mencekik,

penyempitan), meniadakan air (dehidrasi), meniadakan makanan (kelaparan karena
perang), dan meniadakan gerak dengan: pembatasan badan (rantai, gas). Pembatasan
ruang (penjara, tahanan, dibuang), pengadilan otak (melemahkan syaraf, cuci otak)
1.6.3.2.2 Kekerasan Fisiologis
Kekerasan fisiologis merupakan tindak kekerasan yang bertitik berat pada
realisasi jasmani aktual yaitu, yang berfungsi untuk mencegah supaya mesin
(manusia) itu tidak berfungsi. Tindak kekerasan ini bersifat, meniadakan udara
(mencekik, penyempitan), meniadakan

air (dehidrasi), meniadakan makanan

(kelaparan karena perang), dan meniadakan gerak dengan: pembatasan badan (rantai,
gas). Pembatasan ruang (penjara, tahanan, dibuang), pengadilan otak (melemahkan
syaraf, cuci otak). (Windhu, 1992:74).
Berdasarkan analisis yang dipaparkan oleh Galtung dalam Windhu, penulis
akan mengkaji kekerasan personal terhadap tokoh utama, Mawa dalam novel Merajut
Harkat karya Putu Oka Sukanta yaitu dengan menganalisis tokoh dan penokohan
dalam novel tersebut.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

1.7 Metode Penelitian
Pada bagian ini akan dikemukakan mengenai pendekatan dan metode.
1.7.1 Pendekatan
Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
sosiologi sastra. yang menelaah secara objektif dan ilmiah tentang manusia dan
masyarakat. Pendekatan sosiologi sastra menganalisis manusia dalam masyarakat
dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu (Ratna, 2004:45).
1.7.1.1 Sosiologi Sastra
Sapardi Djoko Damono menyatakan bahwa pendekatan sosiologi sastra
merupakan perkembangan dari pendekatan mimetik yang memahami karya sastra
dalam hubungannya dengan realitas dan aspek sosial kemasyarakatan. Lagi pula
karya sastra menyajikan kehidupan, dan kehidupan sebagian besar terdiri dari
kenyataan sosial, walaupun

karya sastra juga meniru alam dan dunia subjektif

manusia (dalam Budianta, 1990 : 109).
Menurut Damono ada dua cara kecendrungan utama dalam sosiologi sastra, pertama
pendekatan yang berdasarkan pada anggapan bahwa sastra merupakan cerminan proses sosial
belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar sastra itu sendiri. Jelas dalam
pendekatan ini teks sastra tidak dianggap sebagai yang utama. Kedua, pendekatan yang
mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelahan. Metode yang digunakan dalam sosiologi
ini adalah teks sastra untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk
memahami gejala sosial budaya yang ada (Damono, 1979:).

Oleh karena itu, dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

menganalisis aspek sosiologi terhadap karya sastra dalam novel Merajut Harkat penulis
mengunakan pendekatan yang kedua, dikarenakan teks sebagai bahan penelahan untuk
mengetahui struktur dari karya sastra tersebut

1.7.2 Metode Penelitian
Metode adalah cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran
ilmu yang bersangkutan. Suatu metode

dipilih dengan mempertimbangkan

kesesuaiannya dengan objek yang bersangkutan (Yudiono, 1986: 14).
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi metode
pengumpulan data, metode analisis data, metode hasil analisis data. Berikut diuraikan
masing-masing tahap penelitian tersebut.
Metode berasal dari kata Yunani meta, berarti ‘dari’ atau ‘sesudah’, dan
hodos, yang artinya ‘perjalanan’. Kedua istilah tersebut dipahami sebagai perjalanan
atau mengejar suatu tujuan (Basuki, 2006: 92). Metode dapat didefinisikan sebagai
cara yang teratur dan terpikir baik untuk mencapai maksud atau juga cara kerja
sistematis untuk memudahkan pelaksanaan sebuah kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan ( Basuki, 2006:93).
1.7.2.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data didapat melalui studi pustaka. Teknik studi pustaka
dilakukan dalam kaitannya dengan objek dalam bentuk karya tertentu, objek tersebut
dianggap sah, sudah cukup untuk mewakili keseluruhan data yang diperlukan
(Ratna,2004:17). Teknik tersebut dipakai untuk mendapatkan data yang ada dalam

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

novel Merajut Harkat, buku-buku referensi, dan artikel atau tulisan-tulisan yang
berkaitan dengan objek tersebut.
Dalam penelitian ini, juga digunakan teknik simak dan teknik catat. Teknik
simak digunakan untuk menyimak teks sastra yang telah dipilih sebagai bahan
penelitian, sedangkan teknik catat digunakan untuk mencatat hal-hal yang dianggap
sesuai dan mendukung penulis dalam memecahkan rumusan masalah. Menurut
(Sudariyanto, 1993:133) Data tulis atau catat dikumpulkan dengan metode simak
yang dibantu dengan teknik lanjutan berupa teknik catat, dan hasil penyimakan
ditindaklanjuti oleh teknik catat.
1.7.2.2 Metode Analisis Data
Menurut Yudiono, metode adalah cara kerja untuk memahami suatu objek
yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Suatu metode yang dipilih dengan
mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek yang bersangkutan (Yudiono, 1986:
14).
Dalam penelitian ini, penulis akan menggunakan metode analisis isi yang
menganalisis isi laten dari sebuah naskah. Yaitu pesan-pesan yang dengan sendirinya
sesuai dengan hakikat sastra (Ratna,2004:48). Dalam upaya ini, penulis akan
memfokuskan penelitian pada isi yang terkadung dalam sebuah naskah tanpa melihat
isi komunikasi (pesan yang diterima oleh pembaca) dari naskah tersebut. Data-data
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan tujuan untuk memaparkan secara tepat

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

bagaimana tokoh dan penokohan, dan kekerasan personal terhadap tokoh
utama,Mawa dalam novel Merajut Harkat.
Isi dalam metode analisis ini terdiri atas dua macam, yaitu isi laten dan isi
komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen atau naskah,
sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi
yang terjadi. Isi laten adalah isi sebagaimana dimaksudkan oleh penulis, sedangkan
isi komunikasi adalah isi sebagaimana terwujud dalam hubungan naskah dengan
konsumen (Ratna, 2004: 48). Analisis isi laten akan menghadirkan arti, sedangkan
analisis isi komunikasi akan melahirkan makna.
Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah,
pertama

menganalisis struktur novel Merajut Harkat yang berupa tokoh dan

penokohan. Kedua. kekerasan personal terhadap tokoh utama,Mawa dalam novel
Merajut Harkat, Hal ini dilakukan sebagai bahan bandingan atau referensi untuk
memudahkan pemahaman tindak kekerasan yang terdapat dalam novel Merajut
Harkat.
1.7.2.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Pasca menganalisis data, penulis menggunakan metode deskriptif untuk
menyajikan hasil analisis data. Penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian
yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk,
aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

fenomena yang satu dengan fenomena lainnya (Sukmadinata, 2006:72). Metode
deskriptif

merupakan

penelitian

yang

berusaha

mendeskripsikan

dan

menginterpretasikan sesuatu, misalnya kondisi atau hubungan yang ada, pendapat
yang berkembang, proses yang sedang berlangsung, akibat yang terjadi, atau tentang
kecendrungan yang tengah berlangsung.
1.7.2.4 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Judul Buku

: Merajut Harkat

Pengarang

: Putu Oka Sukanta

Tahun Terbit

: 1999

Penerbit

: Jendela Budaya dan Pustaka Pelajar

Halaman

: 568 Halaman

1.8 Sistematika Penyajian
Untuk mempermudah pemahaman terhadap proses dan hasil penelitian ini,
dibutuhkan suatu sistematika yang jelas. Sistematika penyajian dari penelitian ini
dapat dirinci sebagai berikut. Bab satu merupakan pendahuluan yang berisi latar
balakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, landasan teori, pendekatan, metode penelitian, teknik pengumpulan data,
sumber data dan sistematika penyajian. Bab dua merupakan analisis struktur tokoh
dan penokoha dalam novel Merajut Harkat karaya Putu Oka Sukanta. Bab tiga

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

20

merupakan pembahasan mengenai analisis kekerasan personal terhadap tokoh
utama,Mawa menurut teori Johan Galtung. Bab empat merupakan penutup yang
berisi kesimpulan dan saran.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
TOKOH DAN PENOKOHAN
DALAM NOVEL MERAJUT HARKAT
2.1 Tokoh
Dalam Bab II ini, akan dianalisis tokoh dan penokohan dalam novel Merajut
Harkat karya Putu Oka Sukanta. Oleh karena itu novel Merajut Harkat akan
diekplorasi untuk mengungkapkan tindak kekerasan yang terjadi pada tokoh yang
dihadirkan oleh pengarang. Tindak kekerasan inilah yang akan mempengaruhi sifat
dan karakter tokoh.
Pembahasan mengenai tokoh dan penokohan dalam penelitian ini meliputi
tokoh utama dan tokoh tambahan. Menurut (Sudjiman, 1988: 17) tokoh merupakan
individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan dalam sebagai peristiwa
dalam cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita. Menurut Abrams
(1981: 20) dalam Nurgiyantoro menyatakan, tokoh adalah orang (orang) yang
ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan
memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam
suatu ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Berdasarkan fungsi dalam cerita, tokoh dibagi menjadi dua macam, yakni
tokoh utama (protagonis), tokoh lawan (antagonis) (Nurgiyantoro, 1995: 129). Selain
kriteria tokoh tersebut, Sudjiman (1988: 17) juga menambahkan kriteria tokoh yang

21

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

22

lain, yakni tokoh bawahan.
Tokoh protagonis adalah