Krisis Global Pengungsi Suriah studi

ALUR CERITA “KRISIS IMIGRAN” KELOMPOK 3

Pembukaan

Penjelasan Solusi

Eksposisi Masalah

Contoh Kasus

Stevie Hadylson Yanuza

372015013

Jhon Dominius Megahari Nenohai

372015025

Novan Aris Zahantoro

372015041


Diana Beatrix Korwa

372015063

Pembukaan: Dalam Seksi ini,kami akan menjelaskan secara singkat apa itu Imigrant atau Pengungsi dan apa
yang menyebabkan munculnya kaum tersebut.
Eksposisi Masalah: Dalam Segment ini,kami akan memberikan Penonton masalah yang dihadapi oleh
imigrant tersebut dan nasib Pengungsi didalam negara yang mereka diami.
Contoh Kasus: Penjelasan secara singkat Kasus-Kasus terbaru didalam Immigrant atau Pengungsi di negara
eropa tertentu.
Penjelasan Solusi: Di dalam bagian ini,Kami akan menyampaikan satu-satu kemungkinan solusi dalam
menghadapi Krisis Immigrant atau Pengungsi yang berdampak pada Negara Eropa.

IMIGRAN DARI SURIAH
Sejarah dan Pengertian
Semenjak Tahun 2011 Syria telah mengalami Konflik Berdarah, hal ini menyebabkan banyak
kematian dan banyak masyarakatnya memutuskan untuk lari dari Suriah. Mereka mengungsi
dan menjadi Imigran ke negara-negara tetangga dan bahkan negara lain yang jauh sekalipun.
Kekacauan di daerah Timur tengah membuat negara-negara terkait dan bahkan negara di

bagian Afrika mengalami hal yang sama. Konflik ini disebut Arab Spring.

Pada awalnya kepemimpinan keluarga Al-Assad yang sudah sejak 1960 menjadi tidak disukai
masyarakat Suriah oleh sebab kepemimpinannya yang semi diktator, namun bertahan
sampai pada kini penerusnya yaitu Bazar Al-Assad. Dia menjadi pemimpin yang juga
berkuasa mutlak sehingga kebebasan masyarakat Surah tidak terjamin.
Sebenarnya imigran dan pengungsi memiliki pengertian yang berbeda yang terletak pada
pola motivasi untuk melakukannya sebab imigran pada dasarnya adalah orang yang dengan
niat sendiri pindah ke tempat kain sedangkan pengungsi yaitu orang yang dengan ‘terpaksa’
harus keluar dari suatu negara dengan alasan keselamatan diri maupun karena dijatuhi
hukuman tertentu. Namun keduanya digabungkan pada kasus di Suriah.

Sejak Arab Spring dimulai tahun 2011, revolusi pemerintahan dengan protes besar-besaran
masyarakat di Timur Tengah terhadap pemerintahan negaranya masing-masing telah
menumbangkan beberapa pemerintahan negara namun ada juga yang mampu bertahan.

Dalam pemerintahan di Suriah, Bazar Al-Assad menolak mundur dari kepemimpinannya
sehingga kelompok Oposisi menggempur dan melawan kelompok pemerintahan. Di sini ISIS
mengambil kesempatan untuk mengekspansi wilayahnya dan pahamnya di kawansan dekat
Suriah dan Iraq yang kemudian kita kenal dengan sebutan Islamic States of Iraq and Syria –

ISIS.

Mengungsinya masyarakat Suriah
Keluarnya masyarakat Suriah dan menyebar ke berbagai negara yang ada mulai dilakuan
2011 namun migrasi besar-besaran tepat pada 2013 di mana penyebarannya benua Afrika
dan Eropa dan bahkan Australia dan Asia serta Amerika.
Mereka keluar setelah dihimpit oleh keberadaan kelompok-kelompok yang ada di Suriah
seperti kelompok pemerintahan, oposisi, ISIS, Kurdish, hisbulah. Terlebih lagi campur tangan
AS dan Rusia.

Sebenarnya tidak hanya warga Suriah namun juga warga Iraq, Afganistan, dan beberapa
negara afrika lain juga mencari tempat pengungsian di negara lainnya, namun Suriah
menjadi yang tertinggi tingkat pengungsinya.

Di Timur Tengah
Anehnya negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Kwait, Qatar dan Bahrain yang tidak
menerima para pengungsi. namun Lebanon dan Yordania menerima banyak pengunsi Suriah
walau mereka tidak diberi perlakuan khusus dan dianggap warga sipil biasa. Alasan
penolakan beberapa negara Timur Tengah yatu kendala pada perekonomiannya dan juga
kurangnya pengalaman dalam menangani pengungsi-pengungsi. Israel yang juga menolak

beralasan pada geografis negara tersebut yang mustahil untuk menampung pengungsi yang
banyak. Namun ada juga alasan yang kurang tersampaikan yaitu masalah perbedaan antara
Sunni-Syiah

Di Asia-Australia-Amerika
Pada dasarnya para imigran yang mampu sampai di ketiga benua ini datang melalui jalur
udara yang notabene imigran tersebut adalah para orang kaya. Namun ada juga jalur laut

yang dipakai mereka dan sampai ke tujuan. Negara-negara seperti Australia dan Indonesia
menyambut para imigran yang datang, terlebih lagi Malaysia yang mengundang para imigran
untuk datang ke negara tersebut dan anehnya mereka mengutamakan imigran wanitawanita seperti gadis-gadis remaja dan janda-janda muda yang datang. Para pria melayu yang
mempunyai niat dasar demikian. Namun pengungsi wanita tersebut berkata bahwa: mereka
datang untuk mencari perlindungan dan bukannya jodoh. Di Indonesia, ada yang telah
datang dan tinggal di sini dan bahkan mulai bekerja seperti warga biasa.

Di Eropa
Banjir besar pengungsi hadir di benua Eropa dan masuk ke negara-negara tersebut. Namun
banyak negara Eropa menolak menerima mereka, ada yang beralasan budaya sampai
Ekonomi yang sebenarnya hanya ungkapan semata. Yunani yang sangat dekat engan Suriah
menjadi salah satu gerbang menuju eropa termasuk Turki. Namun Yunani yang sedang

dilanda krisis ekonomi besar tidak bisa menampung mereka namun Turki mau menampung
para Imigran. Begitu pula Serbia dan Prancis.

Alasan utama tergeraknya negara eropa untuk menerima para pengungsi adalah alasan prikemanusiaan sebab di lautan, para pengungsi yang mencoba bermigrasi banyak yang
meninggal dunia sebelum sampai daratan eropa menyebrangi laut mediterania. Dan yang
paling menyedihkan yaitu setelah detimukannya mayat seorang bocah berumur 3 tahun di
pantai Turki pada waktu lalu.

Jerman menjadi negara penampung pengungsi terbesar yang sejak 2015 mau menampung
800.000 pengungsi dan sekarang telah mencapai 1 juta lebih pengungsi. Mereka membuka

perbatasan mereka untuk menerima para pengungsi untuk datang ke negara tersebut. pada
Perang dunia ke 2 dan kekalahan Jerman pada bagian Jerman Timur pada saat itu membuat
warganya banyak sekali yang mengungsi ke negara lain dan sangat kesulitan melakukannya.
Masa kelam itu membuat Jerman mau menampung para pengungsi Suriah yang didasarkan
pada rasa kemanusiaan hak asasi manusia.

Kedatangan pengungsi di Jerman
Kanselir Jerman angela Merkel dan semuanya saat menangani banjir pengungsi di Jerman,
negara ini telah mengeluarkan 25 miliar euro yaitu mendekati Rp. 400 triliun untuk segala

keperluan yang dipakai nantinya berupa rumah tinggal, obat-obatan, pakaian, dan bahkan
lapangan pekerjaan yang diharapkan akan menjadi landasan balik bagi perekonimian negara
ini dan akan menjadi lebih baik lagi. Dalam tahun 2016 in dan 2017 mendatang diperkirakan
Jerman harus menghabiskan 50 miliar euro atau Rp. 750 triliun untuk membantu para
imigran. Namun dalam kejadian tersebut Jerman diperkirakan tidak akan terpuruk
perekonomiannya sebab negara ini akan memperoleh benyak keuntungan dari penerimaan
para pengungsi.
Jerman memiliki kendala pada bidang SDM di mana diperkirakan pada tahun 2060
mendatang, populasi negara tersebut akan menurun dari 81,3 juta menjadi 70,8 juta
disebabkan oleh angka kelahiran negara ini yang rendah dan bahkan salah satu yang
terendah di dunia yang berarti masyarakat usia produktif pada masa yang akan datang akan
sangat sedikit. Dan ditakutkan pula masyarakat yang berumur 65 tahun keatas akan
meningkat dari 32% menjadi 59% pada 2060 mendatang.

Dengan masuknya imgran, perbaikan dalam sistem ketenaga-kerjaan pasti akan tercapai
walau spekulasi miring mengenai sulitnya hal ini tercapai. Bukan hanya warga biasa, banyak
pula orang terpelajar Suriah yang menjadi pengungsi di Jerman dan diharapkan menjadi
orang-orang yang cukup membantu negara tersebut.
Dampak kenaikan SDM dalam hal ketenaga-kerjaan melalui para pengungsi dapat menutupi
kekurangan warga usia produktif Jerman. Dalam hukum ekonomi, pekerja merupakan faktor

kunci untuk peningkatan perekonomian.

Solusi

Wakil kanselir Jerman Sigmar Gabriel menegaskan bahwa sumbangan yang besar dari
neraga-negara Eropa, Amerika, dan Kanada sangat dibutuhkan beserta negara-negara Arab
yang juga menolak. Melengkapi rencana tersebut, Eropa, Amerika Serikat atau Kanada harus
turut membuka jalur yang aman dan legal buat pengungsi. Program migrasi, penetapan
jumlah kontingen, penyatuan keluarga dan cara-cara lain harus dibuat agar mereka yang
terusir tidak jatuh ke tangan penyelundup, dimanfaatkan, diperas, disiksa atau bahkan
dilecehkan secara seksual. Beberapa negara sejauh ini telah membuktikan diri memiliki rasa
kemanusiaan dengan menampung sejumlah besar pengungsi.
Kita membutuhkan pendekatan yang adil dan terkordinasi dari kepala negara dan
pemerintahan Eropa.
-Yang pertama adalah menerima pengungsi di Eropa dengan kemanusiaan dan cara yang
bermartabat. Uni Eropa harus menyediakan bantuan keuangan dan teknis buat menjalankan
operasi kemanusiaan yang terkoordinir baik di kawasan selatan.
-Yang kedua Uni Eropa harus berhenti berpikir seakan-akan krisis pengungsi di Laut Tengah
adalah urusan negara-negara di pesisir selatan.
-Langkah ketiga adalah merumuskan kebijakan pengungsi yang lebih adil dan menyeluruh. Ia

harus memastikan, bahwa setiap permohonan suaka diproses dengan standar internasional
dan tanggungjawab menampung pengungsi dibagi ke setiap negara Uni Eropa. ditegaskan,
bahwa mereka yang tidak memiliki peluang mendapat suaka, harus segera dipulangkan ke
negara asalnya.

Sumber:

https://www.youtube.com/watch?v=RvOnXh3NN9w&app=desktop
http://www.bbc.com/news/world-europe-34131911
http://www.dw.com/id/solidaritas-eropa-adalah-solusi-krisis-pengungsi/a-18761576
http://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/09/150908_dunia_jerman_pengungsi
http://internasional.kompas.com/read/2015/09/08/19095931/Ini.Alasan.Jerman.Bersedia.
Menampung.Pengungsi.Suriah
http://www.cnnindonesia.com/internasional/20150908131728-134-77324/mengapaimigran-ke-eropa-bukan-ke-timur-tengah/

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN BERITA TELEVISI PADA MEDIA NUSANTARA CITRA (MNC) NEWS CENTER BIRO SURABAYA (Studi Pada Pengelola Berita Lokal di RCTI, TPI, dan Global TV

2 40 2

Analisa studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing : studi kasus pada Rumah Sakit Prikasih

56 889 147

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dampak sosial pernikahan usia dini studi kasus di desa Gunung sindur-Bogor

3 68 79

Upaya mengurangi kecemasan belajar matematika siswa dengan penerapan metode diskusi kelompok teknik tutor sebaya: sebuah studi penelitian tindakan di SMP Negeri 21 Tangerang

26 227 88

Aplikasi sistem bagi hasil pembiayaan musyarakah : studi kasus pada BPR Syariah Wakalumi Ciputat Tangerang

11 107 84

Dampak konsensus Washington dan ratifikasi gats terhadap kebijakan pendidikan tinggi di Indonesia studi kasus : undang- undang pendidikan tinggi no. 12 tahun 2012

0 66 212

Penetapan awal bulan qamariyah perspektif masyarakat Desa Wakal: studi kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengeha, Ambon

10 140 105

Citra IAIN dan Fakultas Dakwah pada komunitas publiknya: studi FGD terhadap sepuluh komunitas sekitar IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3 53 125

Ekspektasi pengguna terhadap pelayanan perpustakaan di tengah perubahan globalisasi informasi: studi kasus pada perpustakaan UHAMKA

0 26 81