4 Kebahagiaan Utama menurut Agama Buddha

4 Kebahagiaan Utama menurut Agama Buddha
Oleh: Indra Kurniawan
Minggu, 31 Januari 2016, Yayasan Samaggi Viriya kembali dihadiri oleh Master
Meditasi dari Myanmar yaitu Y.M. Sayadaw U Pandita. Para umat sangat antusias mengikuti
dari

awal

puja

bakti

hingga

saat-saat

Dhammadesana. Walaupun sempat hujan
pada pagi hari, para umat patut diacungi 2
jempol karena antusiasme yang luar biasa.
Dalam kesempatan ini, Y.M. Sayadaw terlihat
sangat


tenang

Dhammadesana

dalam
hari

ini,

membawakan
namun

dibalik

ketenangan tersebut beliau menyampaikan
suatu

materi


yang

begitu

penting

dan

berbobot. Tema Dhammadesana kali ini yaitu
4 Kebahagiaan menurut agama Buddha. Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya untuk
merangkum apa yang telah disampaikan beliau tadi pagi.
Saudaraku yang terkasih dalam Dhamma, jika berbicara soal kebahagiaan, setiap
orang pasti dengan begitu bangga menyatakan bahwa tujuan hidupnya adalah bahagia.
Setelah itu, mereka akan dengan begitu semangatnya menggambarkan kebahagiaan seperti
apa yang mereka idam-idamkan. Ada yang bilang bahwa kalau bisa berkumpul dengan
keluarganya dalam waktu yang lama adalah kebahagiaan tersendiri bagi dia. Ada juga yang
menggambarkan jika kebahagiaan itu jika bisa mendapatkan banyak uang. Ya, semua
gambaran itu boleh-boleh saja. Tapi, bahagia dalam ajaran Buddha tidak sesimple itu.
Bahagia atau disebut SUKHA dalam agama Buddha bisa dikelompokkan menjadi 4 macam
kebahagiaan.

Bahagia yang pertama disebut sebagai atthi-sukha. Atthi-sukha bisa diartikan seperti
ini, yaitu di saat kita mendapatkan sesuatu yang kita ingini, maka di saat itulah kita merasa
bahagia. Namun, harus digaris-bawahi bahwa untuk mendapatkan apa yang kita mau itu
diperlukan cara yang benar. Sebagai contoh, untuk dapat melakukan puja dengan baik

1

kepada Buddha, kita membutuhkan suatu sarana berupa sebuah Vihara. Vihara yang bagus
bukan hanya dilihat dari banyak atau tidaknya umat yang datang. Kebersihan, kenyamanan,
ketenangan yang dapat diberikan oleh vihara sebagai tempat ternyaman untuk belajar
Dhamma harus diperhatikan.
Contoh yang lain, ketika kita ingin belajar Dhamma, maka agar kita bisa
mendapatkan ilmu yang berguna dan tepat, maka diperlukan guru yang tepat pula. Tepat
disini, dalam artian bahwa guru yang berpengalaman, guru yang berilmu dalam hal ini
memahami Dhamma dengan baik, dan kriteria-kriteria yang lain. Ketika kita mendapatkan
guru yang tepat untuk membina ilmu, disitulah pengetahuan benar menyertai hidup kita.
Y.M. Sayadaw menekankan bahwa disaat kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan,
maka disanalah kebahagiaan akan muncul. Begitu pula sebaliknya, jika kita tidak
mendapatkan apa yang kita kehendaki, maka disanalah timbul penderitaan. Penderitaan itu
bisa dilihat ketika kita merasa sedih atau kecewa. Seperti yang telah saya sebutkan barusan,

bahwa kebahagiaan yang diinginkan tiap orang berbeda-beda satu sama lain. Namun,
sebagian besar orang berpikiran bahwa ketika mereka mendapatkan kekayaan maka itulah
saat mereka merasa bahagia. Ajaran Buddha tidak berhenti seperti itu saja. Ketika kita
mendapatkan sesuatu terutama kekayaan dengan cara yang salah, tidak akan ada yang
namanya bahagia. Mendapatkan sesuatu yang kita ingini dengan cara yang tepat atau benar
dan kita merasa bahagia itulah athhi-sukha.
Kebahagiaan yang kedua disebut bogha-sukha. Bogha-sukha berhubungan dengan
kebijaksanaan. Kebijaksanaan dalam hal apa? Ketika kita mendapatkan suatu kekayaan atau
asset dan kita tidak bisa mengelolanya dengan baik, maka berapapun uang yang kita miliki
pasti akan habis. Percaya atau tidak percaya, banyak kasus yang bisa dijadikan fakta. Lalu,
apakah kita tidak boleh menggunakan uang atau kekayaan kita sama sekali agar kita
bahagia? Tidak begitu juga.
Kebahagiaan dalam bogha-sukha dapat kita rasakan ketika kita bisa secara bijak
menggunakan kekayaan kita untuk perbuatan jasa. Jasa yang paling mudah kita lakukan
yaitu berdana. Berdana adalah suatu karma baik yang sangat bermanfaat bagi kita. Ketika
kita berdana, kita akan merasakan kebahagiaan. Begitu pula dengan orang yang menerima
dana dari kita. Dalam Dhammapada Yamaka Vagga (1 : 16), dengan jelas dituliskan bahwa
2

‘Dalam kehidupan ini ia berbahagia, dalam kehidupan yang akan datang ia juga berbahagia,

dalam kedua alam kebahagiaan si pembuat jasa kebaikan berbahagia. Ia bergembira dan
berbahagia menyaksikan buah dari perbuatannya yang baik.’

Pertanyaannya,

ketika

kita

tidak

memiliki banyak uang, apakah kita masih
berdana? Saudaraku yang terkasih dalam
Dhamma, berdana tidaklah selalu berarti
mendanakan

uang

kita.


Berdana

dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Mendanakan
energy kita untuk menolong saudara kita yang membutuhkan bantuan juga merupakan
dana. Ketika kita melakukan diskusi kelompok, kita bisa mensharingkan ilmu atau ide-ide
kita untuk menghasilkan suatu keputusan bersama. Itu juga merupakan dana. Saudarasaudaraku, berdana itu hal yang sangat indah. Namun, kembali lagi ke pribadi setiap orang
karena berdana itu membutuhkan kemauan. Berdana itu berbekal tekad, bahkan kadang
kala bisa disertai dengan kerelaan untuk mengorbankan sesuatu bagi orang lain. Ketika kita
mendapatkan apa yang kita mau kita merasa bahagia. Begitu pula halnya, ketika kita bisa
membagikan sesuatu itu untuk kebaikan banyak makhluk maka kebahagiaan yang lebih
hebat lagi akan menaungi hidup kita. Ya, inilah bogha-sukha.
Bahagia yang ketiga, yaitu anana–sukha. Kebahagiaan akan bisa kita rasakan ketika
kita terbebas dari hutang. Ya, hutang dalam jumlah yang banyak bisa menjadi mimpi buruk
bagi kita jika kita pada akhirnya tidak mampu melunasi semua hutang tersebut. Ketika hal
itu benar-benar terjadi, maka dipastikan bahwa penderitaan akan selalu mendatangi kita.
Ketika kita mau tidur, kita teringat akan hutang kita. Berangkat ke kantor, teringat lagi akan
hutang. Ketemu teman, pertanyaan yang diajukan, ‘Bagaimana, apakah kamu sudah ada
uang untuk melunasi hutangmu?’ Ohh, betapa tak nyamannya hidup anda jika anda dihantui

dengan persoalan hutang.
Lalu, apakah dengan kata lain sebagai umat Buddha, kita tidak diperbolehkan untuk
memulai bisnis? Oh, sangat boleh saudaraku, tiada larangan akan hal tersebut. Ketika kita
ingin memulai suatu usaha, dan ternyata modal yang kita butuhkan besar, tiada larangan
3

untuk melakukan pinjaman. Namun, ketika kita meminjam uang kepada teman atau kerabat
kita, hendaknya, secepatnya pula kita bisa mengembalikannya. Ketika kita telah
mengembalikan uang yang kita pinjam, pikiran menjadi lebih tenang dan disitulah
kebahagiaan akan muncul. Hiduplah tanpa keserakahan, bayarlah hutang secepatnya maka
kebahagiaan akan datang pada anda.
Bahagia yang terakhir yaitu anavajja-sukha. Anavajja-sukha merupakan kebahagiaan
yang tertinggi yang bisa kita dapatkan ketika kita bisa melatih diri kita dalam Bhavana
(meditasi). Melatih Bhavana berarti melatih batin atau pikiran kita untuk tenang. Tidak
bosan-bosannya, saya mengulang apa yang
diajarkan

Buddha,

bahwa


pikiran

itu

pelopor, pikiran mendahului semua kondisi
batin, segalanya diciptakan oleh pikiran.
Dengan kata lain, apa yang anda pikirkan
secara terus-menerus dan anda yakini akan
mencetak diri anda sesuai dengan pikiran
tersebut.
Pikiran itu SANGAT PENTING dan
88% pikiran yang aktif dalam diri kita itu pikiran bawah sadar kita. Dalam diri kita ada suatu
hal yang mungkin kadang kala tidak kita perhatikan dengan seksama yaitu batin kita. Batin
yang tenang akan membuat kita hidup dengan nyaman, dalam hal ini bisa kita sebut sebagai
pure mind . Bagaimana caranya buat hidup dengan senyaman mungkin?. Cara paling mudah
yaitu dengan latihan Bhavana atau meditasi.
Pikiran itu perlu anda latih, perlu anda kelola. Ketika anda tidak mengelola pikiran
serta batin anda, maka anda tak akan pernah mendapatkan kondisi pure mind. Tanpa kita
sadari, ketika kita memikirkan hal yang negative, maka di saat itu pula energy kita akan

turun. Kita akan menjadi lemas, letih, tak bertenaga. Ketika kita rajin melatih diri kita dalam
Bhavana, maka lama-lama kita akan menuai hasilnya. Mungkin sebelum anda rajin
bermeditasi, anda adalah orang yang kasar, grusah-grusuh, atau sombong, tanpa anda
sadari lambat laun anda berubah lebih tenang, lebih sabar, dan lebih baik. Latihlah terus

4

meditasi itu dan anda akan mendapatkan apa yang disebut dengan kebahagiaan tertinggi,
anavajja-sukha.
Pikiran tenang mendatangkan kenyamanan, memperkuat kebijaksanaan. Dan sekali
lagi, pikiran negatif menguras energi anda. Pikiran positif akan mengubah hidup anda, apa
yang anda pikirkan terus menerus, percaya atau tidak, akan menjadikan anda seperti yang
anda pikirkan. Sebagai penutup artikel ini, bahagia
dapat memiliki makna yang bermacam-macam
sesuai dengan yang anda inginkan. Namun, dikala
kita kesulitan menemukan kebahagiaan sesuai
dengan yang apa yang kita inginkan, ayo kita
bersama-sama

memahami


serta

mengingat

kebahagiaan yang telah Sang Buddha babarkan
kepada kita semua. Semoga anda semua dapat
merasakan kebahagiaan sejati. Bahagia dalam
kehidupan sekarang, bahagia di kehidupan mendatang. Dan, tak lupa bahagiakan pikiran
anda dengan berlatih meditasi. SABHE SATTA BHAVANTU SUKHITATTA. SADHU3X

5