HASIL PENELITIAN berbedaan komposisi bat

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Buruh Angkat
Pasar Pagi Arengka Kota Pekanbaru
HERISPON
Akademi Keuangan dan Perbankan Riau (AKBAR)
Jln. HR. Subrantas 57 Panam Pekanbaru 28293 Telp. (0761) 63237
E-mail : akbar_stier@yahoo.com

Abstract: According to economics, human life is always working to meet all your needs are
relatively limited by the capabilities and resources are very limited. Development needs of a
person or a group of community life basically consists of three needs, namely: primary needs,
secondary, and tertiary needs, whereby the three requirements mentioned can be determined
by income level, effort to fulfill those needs be done by someone through spending
(consumption ) to purchase goods and services. If correlated with income level (income) the
higher income level people (workers) and all kinds of needs will be met easily or otherwise,
then people always try and competed to earn a higher income level.
Keywords: Income, Consumption, Labor / Workers

diperoleh seseorang dalam periode satu bulan
misalnya tidak akan selalu sama dengan
tingkat pengeluaran konsumsi orang tersebut
dalam bulan yang sama, dengan demikian

untuk mengukur tingkat pendapatan atau
kesejahteraan seseorang dapat juga dilihat dari
sisi tingkat pengeluaran konsumsinya.
Salah satu tolok ukur untuk melihat
kecukupan pendapatan adalah dengan melihat
tingkat kebutuhan hidup minimum yang
dihitung dari kebutuhan tiap bulan, untuk
konsumsi
makanan
dan
minuman,
transportasi, perumahan dan alat-alat dapur,
pakaian dan kebutuhan dasar lainnya. Analisis
kebutuhan
hidup
minimum
juga
memperlihatkan aspek kaitan antara tingkat
penghasilan perbulan dan jumlah tanggungan
ekonomi keluarga

Dalam kajian penulisan ini, penulis
ingin melihat lebih dalam kaitan antara
tingkat pendapatan dengan tingkat konsumsi
pada buruh angkat barang Pasar Pagi Arengka
Pekanbaru.
Berdasarkan dari uraian pada latar
belakang
masalah
dapat
dirumuskan
permasalahannya
sebagai
berikut:
Bagaimanakah pengaruh pendapatan terhadap
konsumsi buruh angkat barang pada pasar
pagi Arengka Kota Pekanbaru.
Suatu penelitian yang dilakukan
terhadap suatu objek atau subyek tentunya

Membicarakan tingkat pendapatan dan

konsumsi sekelompok masyarakat, maka
permasalahannya tidak terlepas dari kondisi
perekonomian, baik dalam lingkungan
kehidupan masyarakat maupun dalam ruang
lingkup ekonomi nasional. Dengan
demkian upaya untuk memenuhi kebutuhan
hidup terutama tingkat konsumsi yang
wajar tidak saja menjadi beban dan
tanggung
jawab
individu,
namun
pemerintah juga sebagai pengayom rakyat
juga mempunyai tanggung jawab, karena
pemerintah mempunyai wewenang dan
kekuasaan
untuk
mengkondisikan
kebijaksanaan dan sistem perekonomian
melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan yang

dikeluarkan
khususnya
kebijaksanaan
moneter, ekonomi, fiskal, dan politik.
Walaupun demikian usaha yang dilakukan
setiap orang agar dapat hidup layak
merupakan esensi dari adanya tuntutan
peningkatan pendapatan.
Secara umum tingkat pendapatan
dan pola konsumsi seseorang atau
masyarakat merupakan cerminan tingkat
kesejahteraan masyarakat tersebut, dan
lebih jelas lagi bahwa tingkat pengeluaran
konsumsi riil masyarakat itulah yang
menjadi
cermin
dari
kesejahteraan
sesungguhnya dari masyarakat tersebut.
Karena antara tingkat pendapatan yang

11

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Buruh Angkat (Herispon)

mempunyai tujuan-tujuan tertentu, sehingga
ada arah yang akan dituju dan dicapai.
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan
adalah :
a. Untuk mengetahui tingkat pendapatan
dan tingkat konsumsi buruh angkat
Pasar Pagi Arengka Pekanbaru
b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat
pendapatan terhadap tingkat konsumsi
buruh angkat Pasar Pagi Arengka
Pekanbaru.
c. Dapat dijadikan sebagai referensi dan
acuan bagi pihak-pihak tertentu atau
yang mempunyai relevansi dengan
masalah
yang diteliti,

sehingga
memberikan manfaat kepada pihakpihak selanjutnya.
Dalam
suatu
perekonomian
pendapatan merupakan faktor terpenting
karena dengan adanya pendapatan maka
kegiatan perekonomian berjalan. Dalam
artian ekonomi pendapatan merupakan
balas jasa atas penggunaan faktor-faktor
produksi yang dimiliki oleh sektor rumah
tangga, oleh sektor perusahaan yang dapat
berupa gaji, upah, sewa, bunga, atau
keuntungan (Sukirno, 2002: 31).
Pendapatan yang diperoleh oleh
setiap individu biasanya terdapat perbedaan
satu sama lainnya. Keadaan ini terjadi
karena setiap individu mempunyai latar
belakang yang berbeda pula, seperti:
pendidikan, pengalaman, keahlian, dibidang

masing-masing. Lebih lanjut perbedaan
yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Faktor usia.
Sampai pada batas usia tertentu,
pendapatan meningkat seiring dengan
bertambahnya masa dan usia kerja
seseorang. Lewat dari batas itu
pertambahan usia akan diiringi dengan
penurunan pendapatan.
b. Karakteristik bawaan sejak lahir
Seseorang yang dianugerahi paras
rupawan,suara merdu dan IQ yang
tinggi asalkan ia tidak berlaku yang
aneh-aneh lebih mudah mendapatkan
pekerjaan dan pendapatan.
c. Keberanian mengambil resiko

12

Siapa yang berani mempertaruhkan

kesehatan dan nyawanya dibidang kerja
yang berbahaya akan menerima imbalan
yang besar.
d. Bobot latihan
Latihan akan memperbesar pendapatan
karena
latihan
itu
meningkatkan
keterampilan seseorang sehingga bisa
menghasilkan produk fisik marginal yang
lebih tinggi.
e. Kekayaan dan warisan
Maksudnya adalah adakalanya seseorang
telah mempunyai kekayaan atau harta
yang diwarisi dari keluarganya sehingga
memberikan kemudahan bagi seseorang
untuk melakukan suatu aktivitas usaha
atau berinvestasi, tanpa harus meminjam
modal lagi ke pihak lembaga perbankan.

Sementara sebagian orang lain harus
bekerja
lebih
keras
lagi
untuk
mendapatkan modal atau kekayaan.
f. Ketidak seimbangan pasar
Mereka yang diuntungkan oleh ketidak
seimbangan pasar akan menerima
pendapatan yang lebih tinggi. Keadaan ini
dapat saja terjadi pada penguasaan modal
atau kapital oleh seseorang atau
sekelompok individu, ditambah kondisi
dipasar
terdapat
persaingan
tidak
sempurna atau monopoli.
g. Diskriminasi

Dalam
aktivitas
perekonomian
kemungkinan diskriminasi dapat saja
terjadi baik itu meliputi agama, jenis
kelamin, ikatan keluarga, atau suku bunga,
misalnya
bila
berhubungan
untuk
mendapatkan modal pinjaman dari bank
oleh pengusaha besar dengan pengusaha
kecil akan sangat terasa perbedaannya dan
perlakuannya. (Miller dan E. Meiners,
2000: 585-586).
Disamping itu terdapat beberapa
faktor yang menentukan tingkat pengeluaran
rumah tangga, tapi yang terpenting adalah
pendapatan rumah tangga yang dalam hal ini
adalah pendapatan disposibel (disposible

income). Pendapatan disposibel (Yd) adalah
pendapatan yang diterima setelah dikurangi
pajak dan siap dikonsumsi (Keynes, 2000:
109). Jadi pendapatan disposibel itu sama

12

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Buruh Angkat (Herispon)

dengan konsumsi rumah tangga ditambah
dengan tabungan rumah tangga. Dalam
persamaan dapat ditulis sebagai berikut: Yd
= C + S , dimana (Yd = pendapatan yang
siap dibelanjakan, C
= pengeluaran
konsumsi masyarakat, saving
yang
dilakukan masyarakat).
Dapat
disimpulkan
bahwa
pendapatan dari suatu kegiatan ekonomi
dapat
didefinisikan
sebagai
suatu
pendapatan yang merupakan balas jasa dari
faktor-faktor produksi yang diterima oleh
setiap anggota rumah tangga atau individuindividu yang antara lain dapat berupa;
upah, gaji dari faktor produksi tenaga kerja,
sewa dari faktor produksi tanah, bunga dari
faktor produksi modal. Selanjutnya
pendapatan
rumah
tangga
dapat
didefinisikan sebagai jumlah pendapatan
riil dari seluruh anggota rumah tangga
(pokok
dan
sampingan)
yang
diseimbangkan untuk memenuhi kebutuhan
bersama maupun kebutuhan perorangan
dalam rumah tangga.
Individu atau masyarakat yang
pendapatannya lebih rendah pada umumnya
mengeluarkan sejumlah uang yang relatif
lebih besar dari pada jumlah pendapatannya
(dissaving), sedangkan individu atau
masyarakat yang pendapatannya relatif
lebih tinggi pada umumnya menabung
sebagian dari pendapatan mereka. Makin
tinggi pendapatannya maka makin tinggi
pula konsumsi dan semakin kecil jumlah
dissaving.
Pengeluaran
konsumsi
masyarakat atau seseorang ditentukan
terutama oleh besarnya pendapatan
tertinggi yang pernah mereka peroleh.
Apabila pendapatan berkurang maka
konsumen tidak akan banyak mengurangi
pengeluarannya
untuk
konsumsi.
(Samuelson, 1992 : 163).
Dijelaskan dalam teori konsumsi
siklus hidup (life cycle consumption theory)
yang mengatakan bahwa konsumsi
sekarang terkait erat dengan pendapatan
yang diharapkan dimasa yang akan datang.
Orang yang sekarang pendapatannya tinggi
tapi memperkirakan pendapatan dimasa
datang berkurang, maka orang itu

13

cenderung menabungkan sebagian dari
pendapatannya atau mengkonsumsi sebagian
kecil dari pendapatannya, demikian juga
sebaliknya.
Sementara
itu
Keynes
berpendapat bahwa faktor utama yang
menentukan pola konsumsi rumah tangga
adalah pendapatannya. Sedangkan Freidmen
dalam teori pendapatan permanennya
mengatakan bahwa kenaikan dalam konsumsi
akan
proporsional
dengan
kenaikan
pendapatan,
yang
dimaksud
dengan
pendapatan permanen adalah pendapatan ratarata jangka panjang
(Dalam Deliarnov,
1995: 94-97)
Tujuan akhir dari konsumsi barang
dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan
individu-individu dalam rumah tangganya.
Sehubungan dengan hal tersebut dijelaskan
bahwa faktor penting yang menentukan
tingkat pengeluaran suatu rumah tangga baik
secara seunit kecil atau dalam keseluruhan
ekonomi adalah pendapatan rumah tangga itu
sendiri. (Sukirno, 2002: 91).
Bila dilihat kepada pola konsumsi
pada suatu masyarakat maka kita sering
menjumpai adanya perbedaan konsumsi pada
masyarakat tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perbedaan pola konsumsi
tersebut adalah :
a. Pendapatan dan pajak pemerintah, ini
mempengaruhi konsumsi masyarakat
karena pendapatan yang dipotong pajak
pemerintah akan memperkecil jumlah
pendapatannya.
b. Kekayaan, kekayaan seseorang besar
sekali pengaruhnya terhadap konsumsi
otonomnya, tingkat bunga dan tingkat
harga.
c. Harapan (ekspektasi) mengenai keadaan
dimasa datang, keyakinan dimasa datang
akan memperoleh pendapatan yang lebih
tinggi maka mendorong rumah tangga
untuk meningkatkan konsumsinya.
d. Hubungan antara pendapatan dengan
konsumsi. (Sukirno, 2002: 101-102).
Antara konsumsi dan pendapatan
terdapat hubungan positif, artinya apabila
pendapatan naik, maka konsumsipun akan
naik pula, sebaliknya apabila pendapatan
turun, maka konsumsi pun akan turun dengan

13

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Buruh Angkat (Herispon)

penyesuaian, hubungan yang erat antara
konsumsi dengan pendapatan seperti itu
disebut dengan propensity to consume.
(Rosyidi, 1999: 148).
Untuk lebih jelasnya hubungan
antara konsumsi dengan pendapatan dapat
dijelaskan dengan persamaan berikut yaitu
C = Y dan C = a + bY. Penjelasan fungsi C
= a + bY menunjukkan bahwa konsumsi
akan naik kalau pendapatan naik, jika
pendapatan sama dengan nol maka
konsumsi akan sebesar a, ini artinya harus
menguras tabungan, simpanannya, atau
berutang untuk membiaya kehidupannya,
jika pendapatan sama besar dengan
konsumsi berarti pendapatan habis terkuras
untuk konsumsi (C = Y).
Untuk mengetahui seberapa besar
perubahan konsumsi yang diakibatkan oleh
kenaikan pendapatan dapat ditunjukkan
oleh besarnya marginal propensity to
consume (MPC), yaitu angka perbandingan
antara besarnya perubahan konsumsi
dengan besarnya perubahan pendapatan
yang mengakibatkan adanya perubahan
yang dimaksud. Angka MPC umumnya
lebih kecil dari satu, akan tetapi lebih besar
dari setengah. Angka MPC yang lebih kecil
dari satu menunjukan bahwa tambahan
pendapatan yang diterima seseorang tidak
seluruhnya dipergunakan untuk konsumsi
melainkan disisihkan untuk saving. Angka
MPC yang lebih besar dari setengah
menunjukan bahwa penggunaan tambahan
pendapatan sebagian besar digunakan
menambah besarnya konsumsi sedangkan
sisanya yaitu yang jumlahnya lebih kecil
akan merupakan tambahan saving (Sukirno,
2002: 101).
Suatu rumah tangga akan terus
menambah konsumsinya sejalan dengan
bertambahnya pendapatan namun sampai
batas tertentu pandapatan tidak lagi
menyebabkan
bertambahnya
jumlah
makanan karena kebutuhan pangan telah
terpenuhi maka lazimnya ia akan
mementingkan kualitas atau beralih pada
kebutuhan bukan pangan. Oleh karena itu
komposisi pengeluaran rumah tangga
dapat
dijadikan
ukuran
tingkat

14

kesejahteraan dengan asumsi penurunan
persentase pengeluaran untuk makanan
terhadap pengeluaran merupakan gambaran
membaiknya tingkat perekonomian.
Berdasarkan uraian latar belakang dan
tinjauan pustaka diatas maka dapat
dikemukakan hipotesis yang merupakan
dugaan awal terhadap suatu masalah yang
diteliti, adapun hipotesis yang dikemukakan
adalah “Diduga tingkat pendapatan sangat
berpengaruh terhadap tingkat konsumsi buruh
angkat pasar pagi arengka Pekanbaru”.
METODE
Penelitian ini menggunakan responden
yang dijadikan objek dalam pengambilan data
dengan cara memberikan angket yang harus
diisi oleh masing-masing responden. Sampel
yang digunakan adalah memakai model
sampling jenuh (sensus) dimana bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel
(Sugiyono, 2008 : 85). Diketahui seluruh
buruh angkat barang yang terdata di Pasar
Pagi Arengka sebanyak 50 orang, maka
semuanya dijadikan sampel.
Untuk mengetahui hubungan antara
keduanya dapat ditulis dalam persamaan
yaitu: Y = f (X). Fungsi diatas dapat
diturunkan dengan menggunakan model
regresi linear sederhana menjadi Y = a + b1
X1 + e ( Iqbal Hasan, 2003 : 250).
Mengacu kepada persamaan regresi
linear sederhana maka persamaan tersebut
dapat ditulis sebagai berikut : Y = a + bX + e.
Dimana Y = pengeluaran konsumsi buruh
angkat perbulan, a = intercep /konstanta, b
koefisien regresi untuk X, X = pendapatan
buruh angkat perbulan, e = disturbance error.
Kemudian terhadap model persamaan
regresi linear sederhana yang dikemukakan
diatas dilakukan pengujian untuk mengetahui:
a. Uji T.
Uji t digunakan untuk melihat bagaimana
pengaruh pendapatan buruh angkat barang
terhadap konsumsi rumah tangga dengan
kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
- Ho diterima jika t hitung < t tabel (α/2
: n-2) artinya : tidak ada pengaruh
pendapatan buruh angkat barang
terhadap pengeluaran konsumsinya.

14

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Buruh Angkat (Herispon)

-

Ho ditolak jika t hitung > t tabel
(α/2 : n-2). Artinya ada pengaruh
pendapatan buruh angkat barang
terhadap pengeluaran konsumsinya.
b. Korelasi antara X dan Y
Artinya seberapa kuat atau lemahnya
hubungan ( r ) antara variabel
pendapatan buruh angkat barang (X)
dengan variabel konsumsi (Y). Bila
hasilnya mendekati 0 maka hubungan X
dan Y lemah, bila hasilnya mendekati 1
dan -1 berarti terdapat hubungan yang
kuat. (kuat positif atau kuat negatif).
HASIL
Untuk memperoleh informasi dari
buruh angkat maka dilakukan penelitian.
Jumlah sampel buruh angkat barang dalam
penelitian ini adalah sebanyak 33 orang.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat
dilihat idnetitas buruh angkat seperti umur,
lama bekerja, status perkawinan, dan
jumlah tanggungan keluarga. Selanjutnya
dapat diketahui tentang pendapatan dan
pola konsumsi rumah tangga buruh angkat
tersebut.
Tingkat Pendapatan Buruh Angkat
Barang
Dalam penelitian ini dari seluruh
sampel yang diambil, diperoleh data
dimana kondisi buruh angkat barang di
pasar pagi Arengka ini meliputi status
kerja, jam kerja, hari kerja, kelancaran
kerja, besar upah perorang.
Pendapatan yang diperoleh buruh
angkat barang pasar pagi Arengka adalah
bervariasi, artinya pendapatan yang
diterima berkaitan dengan jam kerja dan
hari kerja bagi buruh angkat tetap, juga
dipengaruhi oleh rajin/tidaknya buruh
angkat ini bekerja dalam menggunakan
waktu yang hanya 2 jam (dari jam 5.00
sampai jam 7.00 pagi) bagi buruh angkat
tetap atau waktu 7 jam (dari jam 7.00 pagi
sampai jam 14.00 siang) bagi buruh angkat
tidak tetap.
Pendapatan buruh angkat ini
dihitung dari upah per kilo gram barang,
dimana upah angkat per kilo gram barang

15

juga bervariasi ( antara Rp 250 s/d Rp 500)
hal ini disebabkan oleh jenis komoditi atau
barangnya, ada barang yang berat tapi harga
barang itu murah seperti ubi, sayur mayur,
ada barang yang berat harga juga mahal, dan
lainnya.
Jadi
kondisi
inilah
yang
mempenagaruhi besarnya pendapatan yang
diterima oleh buruh angkat, disamping itu
juga dipengaruhi oleh tenaga atau fisik dari
buruh angkat ini dalam mengangkut barang
pada waktu yang hanya dua jam (dari jam 5.00
sampai jam 7.00 pagi). Dapat disimpulkan
bahwa pendapatan yang akan diterima oleh
buruh angkat sangat dipengaruhi oleh tenaga /
fisik, kecepatan, jarak angkut barang, barang
yang diangkut dapat dilakukan dengan
bantuan alat atau tidak dengan bantuan alat
(kereta atau gerobak dorong), dan volume
barang yang dibongkar.
Dengan menghadapi kondisi-kondisi
tertentu dalam melakukan pekerjaannya buruh
angkat ini antara yang satu dengan yang lain
akan memperoleh upah atau pendapatan
perhari atau perbulan yang berbeda-beda, ini
disebabkan oleh faktor-faktor yang disebutkan
diatas. Dalam penelitian ini penulis hanya
dapat memberikan gambaran tentang besarnya
upah atau pendapatan yang diterima oleh
masing-masing buruh angkat per bulan sesuai
dengan sampel yang disajikan. Dimana
pendapatan perbulan ini dibandingkan dengan
ketetapan dari Kantor Dinas Pendapatan Kerja
Kota Pekanbaru tentang kebutuhan hidup
minimum (KHM) untuk pekerja lajang dalam
sebulan dengan 3000 kalori perhari yaitu
sebesar Rp 702.450,-. / bulan ( data bulan
September 2006).
Konsumsi Buruh Angkat Barang
Dari hasil penelitian dapat dilihat
bahwa pengeluaran yang dilakukan masingmasing responden semuanya diatas KHM (Rp
702.450), ini bila dilihat bagi pekerja lanjang
atau yang belum kawin, tapi bagi buruh
angkat barang yang sudah berumah tangga
atau yang mempunyai tanggungan besaran
tingkat pengeluaran perbulan tentu lebih
banyak berada dibawah KHM yang
ditetapkan.

15

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Buruh Angkat (Herispon)

Dengan demikian jika seluruh
pengeluaran buruh angkat barang ini
dikalkulasikan akan dapat dilihat berapa
standard kebutuhan hidup minimum antara
buruh angkat yang masih lajang dengan
buruh angkat yang sudah berumah tangga
atau yang mempunyai tanggungan. Jumlah
keseluruhan pengeluaran untuk makanan
dan minuman, perumahan dan fasilitas,
sandang dan aneka kebutuhan dapat dilihat
pada tabel berikut :

Dari hasil tabel diatas dapat dianalisis
bahwa bagi buruh angkat barang yang
status baru kawin dan belum mempunyai
anak atau pada tanggungan 2 orang jumlah
pengeluaran sebesar Rp 1.404.900 perbulan
diperkirakan cukup.
Pada buruh angkat barang yang
mempunyai tanggungan sebanyak 4 orang
dengan jumlah pengeluaran sebesar
Rp 2.809.800 diperkirakan cukup, dan pada
buruh angkat barang yang mempunyai
tanggungan 6 orang dengan jumlah
pengeluaran sebesar Rp 4.214.700,
diperkirakan juga cukup.
Tapi permasalahan terletak pada
berapa besar pendapatan buruh angkat
perbulan,
karena
diketahui
bahwa
pendapatan
buruh
angkat
sangat
dipengaruhi oleh: kondisi fisik, kecepatan,
jarang angkut barang, banyak atau sedikit
barang pasokan yang masuk untuk
dibongkar, upah angkut perkilogram

16

barang, dan volume barang yang terangkut
perhari atau jumlah kilogram barang yang
terangkut. Berarti pendapatan buruh angkat
barang di pasar pagi Arengka Pekanbaru ini
akan sangat tergantung pada faktor-faktor
yang tersebut diatas.
Sesuai dengan data penelitian yang
diperoleh dari responden dapat diketahui
jumlah pendapatan tertinggi dan terendah;
pendapatan tertinggi adalah sebesar Rp
1.900.000,- dan pendapatan terendah Rp
750.000,-.
Sedangkan
untuk
tingkat
pengeluaran
buruh
angkat
barang;
pengeluaran tertinggi adalah sebesar Rp
1.600.000,- dan pengeluaran terendah adalah
sebesar Rp 750.000,-.
Tingkat pendapatan yang terendah dan
pengeluaran yang terendah bagi buruh angkat
barang yang belum mempunyai tanggungan
atau yang baru menikah jumlah pengeluaran
sebesar Rp 750.000 perbulan dapat
dicukupkan, dan apakah dengan jumlah
pendapatan yang terendah ini bagi buruh
angkat barang yang sudah mempunyai
tanggungan 4 orang atau 6 orang bisa
mencukupi seluruh pengeluaran perbulan,
tentu kondisi ini sangat memberatkan bagi
buruh angkat barang di pasar pagi Arengka
Pekanbaru bila pendapatannya hanya sebesar
Rp 750.000,-.
Dan bila melihat kepada pendapatan
tertinggi dan pengeluaran tertinggi pada buruh
angkat barang ; pendapatan tertinggi adalah
sebesar Rp 1.900.000,- dan pengeluaran
tertinggi
Rp 1.600.000,- dengan jumlah
tanggungan anggap sebanyak 6 orang, tentu
kondisi ini juga menyulitkan bagi buruh
barang angkat. Tapi disisi lain buruh angkat
mencoba untuk melakukan saving atau
menabung karena terlihat dari pendapatan
tertinggi
Rp
1.900.000
sedangkan
pengeluaran tertinggi adalah Rp 1.600.000
berarti terjadi saving sebanyak Rp 300.000.

16

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Buruh Angkat (Herispon)

PEMBAHASAN
Pengaruh Pendapatan Terhadap
Konsumsi.
Secara logika bahwa pendapatan
akan sangat berpengaruh terhadap pola
konsumsi atau pengeluaran yang dilakukan
oleh seseorang, fakta ini sulit untuk
dibantah karena juga didukung oleh teori
pendapatan dan teori konsumsi yang
menyatakan
bahwa
semakin
tinggi
pendapatan seseorang maka akan semakin
besar pula pengeluarannya, dan semakin
besar juga peluang baginya untuk
melakukan saving atau menabung.
Pola konsumsi yang terdapat dalam
masyarakat atau yang dapat dilakukan oleh
seseorang hanya berada dalam tiga keadaan
yaitu :
1. Bila pengeluaran lebih besar dari
pendapatan, maka yang akan terjadi
adalah dissaving, artinya pendapatan
yang diperoleh tidak cukup untuk
membiayai pengeluarannya sehingga
akan dilakukan berbagai upaya untuk
memenuhi pengeluaran tersebut dengan
menguras tabungan, menjual atau
menggadai asset harta kekayaan,
meminjam,
bahkan
ada
yang
menempuh jalan yang salah seperti
merampok, atau mencuri.
2. Bila
pengeluaran
sama
dengan
pendapatan, maka yang akan terjadi
adalah semua pendapatan
yang
diperoleh per bulan hanya habis untuk
dikonsumsi berarti kesempatan untuk
menabung belum ada.
3. Bila pengeluaran lebih kecil dari
pendapatan, maka akan terjadi saving
atau tabungan, artinya pada saat
pendapatan per bulan lebih besar dari
jumlah konsumsi perbulan akan
memberikan
kesempatan
kepada
seseorang untuk melakukan saving atau
keinginan untuk menabung akan
semakin tinggi.
Sesuai
dengan
judul
dan
permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini, penulis akan melihat dan
menyajikan keterkaitan atau keeratan

17

hubungan antara tingkat pendapatan dengan
tingkat pengeluaran konsumsi buruh angkat
barang pasar pagi Arengka Pekanbaru dengan
menggunakan bantuan SPSS, karena sesuai
dengan permasalahan yang diangkat, penulis
ingin mengetahui pengaruh pendapatan ini
terhadap pengeluaran konsumsi, pada tabel
berikut dapat dilihat pengaruh pendapatan
terhadap tingkat konsumsi yaitu :
Tabel.2. Pengaruh Tingkat Pendapatan Terhadap
Tingkat Konsumsi Buruh Angkat arang Pasar Pagi
Arengka Pekanbaru
Variabel
Bebas

Koefisien
Regresi

Standard
Error

X
0,846
0,061
Konstanta = 60.308,474
r = 0,929
R2 = 0,863,
df = 31
n = 33

T
Hitung

T
Tabel

Kesimpulan
Pengujian Ho

13,967

2,042

ditolak

Sumber : Hasil Penelitian

Setelah dilakukan analisis terhadap
pendapatan dan konsumsi, maka diperoleh
hasil yang menunjukkan hubungan atau
keeratan hubungan antara pendapatan dengan
konsumsi yaitu menghasilkan persamaan
regresi yaitu :
Y = a + bX + e
maka Y = 60.308, 474 + 0,846 X
Dari persamaan diatas dapat dijelaskan
bahwa bila pendapatan (variabel X) dari
buruh angkat barang ini sama dengan nol ( 0 )
maka pengeluaran konsumsi akan tetap
dikeluarkan sebesar 60.308,474 (konstanta a
= 60.308,474). Logika ini sesuai dengan pola
konsumsi yang terjadi pada seseorang yaitu
sekalipun seseorang itu belum menghasilkan
pendapatan (belum bekerja) tapi pada
kenyataannya seseorang itu tidak berhenti
untuk makan dan minum, dengan demikian
dapat dikatakan bahwa disaat pendapatan (Y)
adalah sama dengan nol tapi disaat itu pula
konsumsi ( C ) adalah satu ( Y = 0, C = 1 ),
disinilah
seseorang
berusaha
dengan
kemampuan untuk memenuhi konsumsinya
dengan menumpang pada orang tua, saudara,
menjual assets, meminjam, dan lainnya.
Kondisi yang terjadi ini adalah merupakan
beban bagi keuarga dan masyarakat.
Sedangkan nilai koefisien untuk X
yaitu 0,846 artinya jika terjadi kenaikan pada
pendapatan buruh angkat barang sebesar Rp 1,
maka akan mempengaruhi pengeluaran

17

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Buruh Angkat (Herispon)

konsumsi sebesar Rp 0,846,-. Atau jika
pendapatan naik sebesar Rp 1 maka akan
diiringi oleh kenaikan konsumsi sebesar
kurang dari Rp 1 atau sama dengan Rp
0,846,-.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
nilai korelasi (keeratan hubungan variabel
X dengan variabel Y) yaitu yang
ditunjukkan oleh nilai r sebesar 0,929.
Artinya angka sebesar 0,929 adalah
mendekati positif satu ( + 1 ) adalah
menunjukan hubungan yang sangat erat
hampir mendekati angka positif satu (+1)
berarti bila terjadi kenaikan tingkat
pendapatan maka tingkat konsumsi akan
naik pula, dengan demikian slopenya
positif.
Dari hasil analisis juga diperoleh
dan diketahui bahwa nilai uji T, dimana
nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel ( t
hitung = 13.967 dan t tabel = 2.042).
Berarti Ho ditolak yang berarti pendapatan
buruh angkat barang pasar pagi Arengka
berpengaruh nyata terhadap konsumsinya.
Sedangkan
dalam
pengujian
pengaruh tingkat pendapatan terhadap
tingkat
konsumsi
secara
serentak
ditunjukan oleh nilai r2 sebesar 0,863. Ini
menunjukkan bahwa pengaruh pendapatan
terhadap pengeluaran konsumsi sebesar
86,3 % dan sisanya 13,7 % dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain diluar pendapatan.
Dapat disimpulkan bahwa apa yang
ditulis dalam hipotesis setelah dilakukan
analisis maka hipotesis berubah menjadi
hipotesa artinya hipotesis yang dikemukan
sudah terjawab menjadi tesa.
SIMPULAN
Buruh angkat barang yang bekerja
dipasar
pagi
Arengka
Pekanbaru
merupakan pekerja informal dan para buruh
ini tergabung dalam serikat pekerja
transportasi Indonesia (SPTI) yang
merupakan bagian dari federasi serikat
pekerja seluruh Indonesia (FSPSI) unit
Sidomulyo wilayah kerja Sidomulyo Barat
dan Timur Kota Pekanbaru, dengan
sekretariat di Simpang IV Jalan Arengka

18

Pekanbaru.
Adapun
kesimpulan
dari
penelitian yang dilakukan ini adalah :
1. Buruh angkat barang yang bekerja dipasar
pagi Arengka Pekanbaru terdiri dari buruh
angkat barang yang berstatus tetap dan
buruh angkat barang yang berstatus tidak
tetap, buruh angkat barang yang berstatus
tetap bekerja dari jam 5.00 subuh sampai
jam 7.00 pagi. Sedangkan buruh angkat
barang yang berstatus tidak tetap bekerja
dari jam 7.00 pagi sampai jam 14.00 siang.
2. Pola pengeluaran konsumsi buruh angkat
barang pasar pagi Arengka ini sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan yang
diperoleh perbulannya, karena upah
angkat barang dihitung pada besaran
antara Rp 300 sampai dengan Rp 500 per
kilogramnya.
Berarti
pendapatannya
sangat dipengaruhi oleh jumlah barang
yang diangkut, kondisi fisik saat berkerja,
dan jarak angkut barang, dan jumlah
barang yang masuk setiap paginya,
semakin banyak barang yang terangkut
berarti semakin besar upah yang
diterimanya.
3. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa
pendapatan terendah yang diterima oleh
buruh angkat barang ini adalah Rp
750.000,- perbulan, dan pendapatan
tertinggi yang diterima perbulannya
adalah sebesar Rp 1.900.000,-. Sedangkan
pada pengeluaran konsumsi terendah
adalah Rp 750.000,- dan pengeluaran
tertinggi sebesar Rp 1.600.000,-. Dari
sampel dapat dilihat bahwa salah seorang
buruh angkat barang memperoleh
pendapatan sebesar Rp 1.900.000
perbulan tapi mempunyai tanggungan
sebanyak 6 orang berarti jika dibagikan
kepada tingkat pengeluaran konsumsi
perorangnya akan menjadi sebesar Rp
316.000,-. Berarti masih jauh dibawah
standard KHM yang ditetapkan.
4. Pengaruh tingkat pendapatan terhadap
tingkat pengeluaran konsumsi buruh
angkat barang pada pasar pagi Arengka ini
setelah dilakukan analisis maka diperoleh
hasil 0,929 angka ini menunjukkan bahwa
keeratan hubungan antara variabel
pendapatan (X) dengan variabel konsumsi

18

Pengaruh Pendapatan Terhadap Konsumsi Buruh Angkat (Herispon)

(Y) sangat kuat mendekati positif satu.
Sedangkan
angka
0.863
adalah
menunjukkan bahwa hubungan tingkat
pendapatan dengan tingkat pengeluaran
konsumsi dimana konsumsi dipengaruhi
oleh pendapatan sebesar 86,3 %
sedangkan 13,7 % lagi pola konsumsi
dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Mengingat buruh angkat barang
yang bekerja dipasar pagi Arengka ini
merupakan
pekerja
informal
yang
tergabung dalam SPTI-FSPSI Sidomulyo,
dengan latar belakang yang berbeda-beda,
maka saran yang dapat diberikan adalah :
1. Kepada buruh angkat barang agar dapat
menjaga fisik untuk dapat bekerja
secara baik karena pendapatan lebih
banyak ditentukan oleh faktor tenaga
dan kecepatan masing-masing buruh
angkat barang.
2. Bila dilihat dari pendapatan buruh
angkat barang terhadap pengeluaran
konsumsinya maka pendapatan tersebut
masih belum mencukupi dengan
demikian
diharapkan
kepada
pemerintah kota Pekanbaru agar tetap
memberikan tempat dan kesempatan
kepada buruh angkat barang ini untuk
melakukan aktivitasnya, dan dapat
diberikan tunjangan atau santunan dari
pemerintah, karena mereka buruh ini
telah ikut berkontribusi dalam aktivitas
perekonomian.

19

Gaspersz, Vincent, 1991. “Ekonometrika
Terapan II” Tarsito, Bandung
Hasan, Iqbal, 2008. “Pokok-Pokok Materi
Statistik 1”, Cetakan kedua, Edisi
kedua, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Sukirno, Budi, 1991. “Studi Mencari
Kebijakan Alternatif” Pangsa No.
I/V/1991, ESP UGM, Yogyakarta.
Sukirno, Sadono, 2002. “Pengantar Ekonomi
Makro” Cetakan Ketiga belas, Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Samuelson, A. Paul, 1992. “Ekonomi” Edisi
ke 12, Jilid 1, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Todaro, Michael P, 1995. “Ekonomi Untuk
Negara Berkembang, suatu pengantar
tentang prinsip-prinsip masalah dan
kebijakan
pembangunan”
Bumi
Aksara, Jakarta.
Sugiyono,
2008
“Metode
Penelitian
Kuantitatif, `Kualitatif dan R & D”
Cetakan keempat, Alfabeta, Badung.

DAFTAR RUJUKAN
Anwar, Arsyad, 1995. “Sumber Daya
Tehnologi dan Pembangunan” UI
Press, Jakarta.
Arsyad,
Lincolin,
1999.
“Ekonomi
Pembangunan”
STIE
YPKN,
Yogyakarta.
Biro Pusat Statistik, 1987. “Indikator
Pemerataan Pendapatan, Jumlah dan
Persentase
Penduduka
Miskin
Indonesia, Jakarta.
Deliarnov, 1995. “Pengantar Ekonomi
Makro” UI Press, Jakata.

19

Dokumen yang terkait

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

KAJIAN MUTU FISIK TEPUNG WORTEL (Daucus carota L.) HASIL PENGERINGAN MENGGUNAKAN OVEN

17 218 83

KARAKTERISASI DAN PENENTUAN KOMPOSISI ASAM LEMAK DARI HASIL PEMURNIAN LIMBAH PENGALENGAN IKAN DENGAN VARIASI ALKALI PADA ROSES NETRALISASI

9 139 85

Analisis komposisi asam amino gelatin sapi dan gelatin babi pada marshmallow menggunakan teknik kombinasi HPLC dan PCA

10 132 71

Pencarian solusi pada permasalahan sistem persamaan nonlinier menggunakan metode bat algorithm

2 76 0

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TPS UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B DI SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014

6 73 58

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMA MAKANANKU SEHAT DAN BERGIZI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS IV SDN 2 LABUHAN RATU BANDAR LAMPUNG

3 72 62