PERUBAHAN POLA PERMUKIMAN DESA KOTO KOMBU KECAMATAN HULU KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI RIAU

  

PERUBAHAN POLA PERMUKIMAN DESA KOTO KOMBU

KECAMATAN HULU KUANTAN KABUPATEN KUANTAN

SINGINGI RIAU

ARTIKEL

RIA ASMERI JAFRA

NIP. 1110018322005

  

Program Studi Teknik Arsitektur

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS BUNG HATTA

  2013

  

PERUBAHAN POLA PERMUKIMAN DESA KOTO KOMBU KECAMATAN HULU

KUANTAN KABUPATEN KUANTAN SINGINGI RIAU

Ria Asmeri Jafra, 1 Sudirman Is. , Hamdi Nur 1. 1 Program Studi Teknik Arsitektur, Program Pascasarjana Universitas Bung Hatta

  

E-mail : ria.asmeri@Gmail.com

ABSTRAK

  

Koto Kombu village is located Province on the edge of the village of Batang Kuantan River,

connects between the West Sumatra and Riau province. Rural Settlement Koto Kombu is formed by

river transport, the Perantau open forest into a new settlement with clustered settlement patterns.

The writer interest to research more about Koto Kombu Rural Settlement patterns and determine

the factors that led to the settlement pattern. The research method used was a qualitative research

method by conducting field observation, interviews, mapping and analyzing research data that has

been after analyzing data and finding research. After the conclusion of the analysis is the

importance of the results of the study are as follows: Kombu Koto Village is a residential area

located in the district Koto Hulu Kuantan. The pattern of activity in the rural settlement Kombu

Koto looks at the use of shared facilities between residents with each other like, Topian Mandi,

hall, custom house, and mosques, puskesdes, schools, and Tomb. Judging from the pattern of

settlement Kombu Koto village originally had clustered settlement pattern, with the passage of

time and changes in the public mindset to reach subsistence pattern of settlements turned into a

diffuse settlement patterns along the existing road in the village of Koto Kombu.

  KEY WORDS: Changes, Settlement Patterns, Kombu Koto village.

  PENDAHULUAN

  Indonesia memiliki keanekaragaman bentuk Pola Permukiman. Permukiman penduduk memanjang mengikuti jalan , mengikutu rel kereta api, dan permukiman penduduk mengikuti alur sungai, ada pula pola permukiman yang terpusat dan pola permukiman yang tersebar. Permukiman merupakan tempat hunian dimana manusia hidup dalam rumah mereka masing-masing, dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan yang mendukung kehidupan manusia yang menghuni Permukiman tersebut. Permukiman merupakan wujud dari ide pikiran manusia dan dirancang semata-mata untuk memudahkan dan mendukung setiap kegiatan atau aktifitas yang akan dilakukannya.

  Permukiman sebagai wujud lingkungan binaaan memiliki kaitan yang erat dengan setting atau rona perilaku manusia dan lingkungan sosial yang berlaku (Rapoport,1976: 3-4). Dalam permukiman tradisional, dapat dijumpai pola atau tatanan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kesakralannya atau nilai-nilai adat dari suatu tempat tertentu. Hal tersebut diatas memiliki pengaruh cukup besar dalam pembentukan suatu lingkungan hunian atau permukiman tradisional (Rapoport, 1985).

  Kabupaten Kuantan Singingi merupakan salah satu kawasan yang ada di Propinsi riau terdiri dari 15 kecamatan yaitu Kecamatan Benai, Kecamatan Cerenti, Kecamatan Gunung Toar, Kecamatan Hulu Kuantan, Kecamatan Inuman, Kecamatan Kuantan Hilir, Kecamatan Kuantan Hilir Seberang, Kecamatan Kuantan mudik, Kecamatan Kuantan Tengah, Kecamatan Logas Tanah Darat, Kecamatan Pangean, Kecamatan Pucuk Rantau, Kecamatan Sentajo Raya, Kecamatan Singingi, Kecamatan Singingi Hilir, Tentang Kuantan Singini Kabupaten Kuantan Singingi berada di sepanjang Sungai Batang Kuantan yang bermuara di batang Ombilin Sumatera Barat dan berhulu di kabupaten Indragiri Hilir. Sungai ini bermuara dari Batang ombilin sumatera barat dan berhulu di kabupaten Indragiri Hilir. Masyarakat Kabupaten Kuantan singing menjunjung tinggi nilai adat istiadat serta kearifan lokal. Selain Kepala desa, Ninik Mamak merupakan orang-orang yang dituakan dan dipercaya mampu untuk menyelesaikan berbagai Persoalan sosial yang ada di masyarakat.

  Menurut cerita adat yang dipakai oleh sebagian masyarakat Kabupaten Kuantan Singing merupakan adat yang dibawa oleh dua orang datuk yang bernama Datuak Parpatih Nan Sabatang dan Datuk Ketemanggungan. Kudua Datuk ini mengunakan rakit kulim Memasuki wilayah Kuantan. Wilayah Lubuk Jambi merupakan pintu gerbang wilayah masuknya adat istiadat dari daerah minang kabau.

  Daerah Lubuk Jambi merupakan daerah yang berada di Kecamatan Kuantan Mudik. Kecamatan Hulu Kuantan Sampai dengan tahun 2001 masih berstatus sebagai Kecamatan pembantu dari Kecamatan Kuantan Mudik. Meskipun sudah dapat menyelenggarakan pemerintahan secara sendiri akan tetapi mengenai data Kecamatan sebagian masih tergabung dengan data Kecamatan induk. Ibukota Kecamatan Hulu Kuantan adalah Lubuk ambacang. Luas wilayah 384,40 km2 atau sekitar 5,02% dari keseluruhan luas Kabupaten Kuantan Singingi. Wilayah administratif terdiri dari 12

  Desa, yaitu Desa Lubuk Ambacang, Desa Koto Kombu, Desa Inuman, Desa Tanjung Medang, Desa Serosa, Desa Sumpu, Desa Mudik Ulo, Desa Tanjung, Desa Sungai Ala, dan Desa Sungai Pinang, Desa Sampurago, Desa Sungai Kelelawar. Kedatangan kedua datuk ini diterima sepenuhnya dengan senang hati, dan semenjak masa itu wilayah Hulu Kuantan telah resmi memakai adat istiadat Bundo Kanduang. Tatanan masyarakatnya pun mendapat porsi yang sama, sebagaimana yang diberlakukan di ranah minang dan terbentuklah suku- suku bergaris ibu/matrilinial. Ada 4 suku yang ada di kecamatan Hulu Kuantan yaitu suku Piliang, Suku Pitopang, Suku Caniago, Suku melayu dan membentuk lingkungan Koto. Ninik Mamak dan Penghulu disetiap suku ditanam dan dilengkapi dengan perangkat-perangkatnya yang menandai berlakunya hukum adat sebagaimana yang ada di ranah minang kabau.

  Desa Koto Kombu merupakan salah satu koto yang ada di Kecamatan Hulu Kuantan. Koto merupakan Pusat Negeri yang menjadi pusat pemerintahan dan sekaligus menjadi benteng pertahanan dimasa lalu. di Koto ini terbentuk Permukiman penduduk mengelompok berdasarkan suku adat, permukiman ini kemudian tumbuh dan membentuk Permukiman baru. Jika dilihat dari bentuk rumah dan pola Permukimannya di masa kini, terdapat perbedaan yang mencolok antara Permukiman yang pertama muncul dengan Permukiman yang ada saat ini. Desa Koto Kombu Memiliki 2 dusun yaitu dusun Koto dan dusun Kombu, Dusun Koto merupakan daerah dataran tinggi, di daerah ini terdapat rumah-rumah Tradisional, pemakaman suku adat, mesjid, balai pertemuan, Tepian Mandi. Lain halnya dengan Dusun kombu, Dusun ini berada di daerah dataran rendah, Permukiman penduduk masih terlihat baru di tandai dengan banyaknya rumah-rumah bergaya modern.

  Tujuan Peneliatian ini untuk mengetahui Bentuk Pola Permukiman Tradisional dan Mengetahui Faktor – faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya Pola Permukiman desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan, Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

  METODOLOGI

  Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif Kualitatif Pola analisis Induktif, pendekatan ini digunakan untuk melakukan pengamatan dan mencari kesimpulan dan lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam, dengan cara Menentukan latar amatan, melakukan observasi ke lapangan, mencari data- data tentang lokasi penelitian. Data tersebut digunakan untuk makin mempertajam, menggeser, atau mengubah fokus dan untuk mempertajam amatannya sendiri berdasar fokus yang sudah menjadi makin tajam.

  HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Desa Koto Kombu

  Kecamatan Hulu Kuantan dengan Ibukota Kecamatan Hulu Lubuk Ambacang, dengan Luas wilayah 384,40 km2 atau sekitar 5,02% dari keseluruhan luas Kabupaten Kuantan Singingi. Jumlah penduduk 6.884 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 17,91 jiwa/km2 (Statistik Tahun 2000). Klasifikasi menurut jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki 3.578 dan perempuan 3.306.Klasifikasi menurut rumah tangga, jumlah rumah tangga 1.791atau 3,84 jiwa/rumah tangga.

  Kecamatan Hulu Kuantan terdiri dari 12 Desa yaitu Desa Lubuk Ambacang, desa Koto Kombu, desa Mudik Ulo, desa Tanjung medang, desa Inuman, desa serosa, desa sungai Pinang, desa sungai Ala, desa Sumpu, desa Sungai Kelelawar, desa Sampurago, desa Tanjung. Kecamatan ini secara administrative berbatasan dengan Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Singingi hilir. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuantan Mudik. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kuantan Mudik. Sebelah Barat berbatasan dengan Propinsi sumatera barat.

  Desa Koto Kombu merupakan salah satu wilayah dari Kecamatan Hulu Kuantan yang berada sebelah Utara ibu kota kecamatan Hulu Kuantan.Luas wilayah Desa Koto Kombu 2 km2 yang terbagi menjadi 2 dusun, yaitu dusun koto dan dusun kombu. Secara administratif, batas wilayah Desa Koto Kombu Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Mudik ulo. Sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Batang Kuantan. Sebelah Barat berbatasan dengan Jorong Pintu Batu Propinsi Sumatera barat. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa sungai Ala.

Gambar 4.1 : Peta Kabupaten Kuantan Singingi Gambar 4.2 : Peta Kecamatan Hulu Kuantan Sumber : www.google.com Sumber : www.google.com

  3

  3 3 3 3 3 3 3 4 Keb un Karet dan saw it 3 3 3 3 3 3 3 4

  4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 2 3 saw ah 3 3 7 2 3 2 3 saw ah 2 3 2

3

7 5 6 SD MDA 1 2 2 2 3 2 2 3 3 1 3 3 3 3 1 2 3 3 3 1 1 1 2 1 2 3 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 3

  3 3 8 2 LEGENDA SUN GAI BATANG KUANTAN Ru m ah at a p lim as Me sj id Ru m ah t r ad isio n al Su rau MD A Balai ad at Jala n Wa r un g Kan t o r d esa Pu sk esd es SD Bo x Cu lv ert Su n gai Pek u b u r an Per k ebu n an Saw ah U Ru m ah bet o n

Gambar 4.3 : Peta Desa Koto Kombu Sumber : Hasil survey Lapangan

  

Periodenisasi Perkembangan rumah permanen dari batu bata dan

Permukiman Desa Koto Kombu. betan beratap Pelana di bangun antara

  Untuk mempermudah pada tahun 1981-2012. tahap Analisa peneliti melihat pola Permukiman Desa Koto Kombu ini Karakteristik Sosial dan Budaya menjadi 3 periode sesuai dengan Desa Koto Kombu perkembangan permukiman yang ada Periode Tahun 1912 - Tahun 1955 di desa koto kombu, pembagian Pada Masa Periode ini Desa periode ini berdasarkan bentuk rumah Koto Kombu merupakan bagian dari yang ada di desa Koto kombu. Bentuk Desa Lubuk Ambacang. Untuk rumah ini di bagi menjadi 3 bentuk mengetahui Karakteristik Sosial dan rumah. Rumah Panggung ber atap Budaya desa Koto Kombu dapat Lontiak dan gonjong yang dibangun dilihat dari berbagai hal antara lain : antara tahun 1912- 1955, Rumah Sistem Kelembagaan Panggung beratap limas yang di Pada Tahun 1912 sampai bangun pada tahun 1956- 1980, tahun 1955 Desa Koto Kombu memiliki sistem Pemerintahan yaitu Pemerintahan Adat yang dipimpin oleh Orang Godang, di bantu oleh Penghulu/ Datuk , monti, dubalang dan Malin. Orang Godang, seorang laki-laki yang dituakan dalam sebuah suku yang ada di Minangkabau.

  Dalam kehidupan sehari-hari, penghulu dipanggil “datuk.” Sedangkan fungsi seorang penghulu yaitu sebagai pemimpin suku dalam urusan adat. Sebagai pimpinan, penghulu bertanggungjawab dan berkewajiban memelihara anggota kaum, suku, dan negerinya. Penghulu bertanggung jawab terhadap permasalahan yang terdapat dalam masyarakat, dalam hal ini dikatakan kewajiban penghulu adalah menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam Negeri. Kedudukan penghulu, penghulu tidak dipusakai oleh anaknya seperti dalam masyarakat feodal, melainkan oleh kemenakannya yang bertali darah. Monti menangani urusan administrasi, malin menangani urusan menyangkut bidang keagamaan, sedangkan Dubalang bertanggung jawab di bidang keamanan dan ketertiban.

  Diagram 4.1: Sistim Pemerintahan Adat

  Kehidupan Ekonomi

  Pada periode tahun 1912 – tahun 1955 Masyarakat Desa Koto Kombu hidup dari hasil bercocok tanam seperti Padi dan sayur-sayuran menangkap ikan menggunakan Sero yaitu alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan bambu yang di jalin, mendulang emas di sungai batang Kuantan, serta beternak sapi kambing, kerbau dan ayam. Pada periode ini dalam berbelanja berlaku sistem barter atau bertukar barang dengan barang. Sedangkan mata uang yang berlaku pada masa ini adalah Gulden yaitu mata uang Hindia Belanda.

  Sistem Kekerabatan

  Sistem Kekerabatan yang berlaku di Desa Koto Kombu adalah sisitem kekerabatan matrilinial ( Garis keturunan ibu). Garis keturunan di hitung berdasarkan garis keturunan suku ibu. Ayah berada diluar keluarga anak dan istri. Harta pusaka berada di tangan ibu, pernikahan yang diperbolehkan dalam adat adalah pernikahan yang kedua mempelainya memiliki suku yang berbeda. Anak- anak yang lahir dari pasangan tersebut merupakan anggota suku ibu. Ayah merupakan sumondo atau urang yang datang. Dalam pembagian harta warisan anak laki- laki hanya berhak memakai saja tampa memiliki seutuhnya, semua warisan itu di berikan kepada anak perempuan dan begitu seterusnya.

  Diagram 4.2 : Sisitem kekerabatan di Desa Koto Kombu

  Kehidupan Religi dan budaya

  Pada masa ini penduduk desa Desa Koto Kombu memeluk agama islam, ditandai dengan adanya 1 unit Mesjid Koto . Budaya yang terkandung dalam masyarakat yaitu seperti: Nikah kawin, Ngaku mamak/ ngaku Induak, turun Mandi dan lain sebagainya.

  Periode Tahun 1956 – Tahun 1980

  Pada tahun 1970 Desa Koto Kombu membentuk desa sendiri dan berpisah dengan Desa Lubuk Ambacang. Untuk mengetahui Karakteristik Sosial dan Budaya desa Koto Kombu setelah membentuk desa sendiri dapat dilihat dari berbagai hal antara lain :

  Sistem Kelembagaan

  Pada Tahun 1956 sampai tahun 1980 Desa Koto Kombu memiliki masih menggunakan sistem Pemerintahan Adat yang dipimpin oleh Orang Godang atau Penghulu Pucuak, di bantu oleh Penghulu suku/ Datuk , Monti, Dubalang dan Malin. selain itu juga menggunakan sistem Pemerintahan yang dipimpin oleh seorang tuo Banjar/ Kepala desa. Acara adat maupun musyawarah desa dilakukan dib alai adat dan rumah adat masing-masing suku.

  Kehidupan Ekonomi

  Pada periode tahun 1956 – tahun 1981, penduduk Desa Koto Kombu mulai membuka hutan untuk di jadikan lahan pertanian, dan tempat tinggal, penduduk mulai menggunakan sisiti Batobo dalam membuka lahan Pertanian baru. menangkap ikan saat ini di sungai sudah mulai menggunakan jala dan Jaring, untuk berbelanja di pasar selain menggunakan sisitem barter, penduduk desa juga telah mengenal alat tukar berupa mata uang rupiah.

  Sistem Kekerabatan

  Sistem Kekerabatan yang berlaku pada masa ini di Desa Koto Kombu adalah masih menggunakan sisitem kekerabatan matrilinial ( Garis keturunan ibu).

  Kehidupan Religi dan budaya

  Pada masa ini penduduk desa Desa Koto Kombu memeluk agama islam, ditandai dengan adanya 1 unit Mesjid dan 1 unit Mushollah yang berada di daerah permukiman penduduk. Budaya yang terkandung dalam masyarakat yaitu seperti: Nikah kawin, Ngaku mamak/ ngaku Induak, turun Mandi di lakukan di rumah adat. acara adat bertempat di rumah adat masing-masing suku, acara kematian berada di rumah penduduk dan di makamkan di pemakaman suku adat. Acara Hatam

  Al-qur’an dan acara keagamaan lainnya bertempat di mesjid.

  Periode Tahun 1981 - Tahun 2012

  Pada Periode ini penduduk desa mulai membangun rumah- rumah permanen, Kantor dan sekolah.Untuk mengetahui Karakteristik Sosial dan Budaya penduduk desa Koto Kombu pada Periode ini dapat dilihat dari berbagai hal antara lain :

  Sistem Kelembagaan

  Pada Tahun 1981 sampai tahun 2012 Desa Koto Kombu memiliki sistem Pemerintahan yaitu Pemerintahan Informal/ Pemerintahan Adat yang dipimpin oleh Orang Godang, di bantu oleh Penghulu/ Datuk, Monti, Dubalang dan Malin, dan Pemerintahan formal yang di pimpin oleh seorang kepala desa dan dibantu oleh perangkat desa. Acara musyawarah penduduk desa sudah mulai beralih ke balai desa yang di bangun tahun 1981, sehingga balai adat yang ada mulai jarang di tempati dan tidak terawat lagi.

  Diagram 4.3 : Sisitem pemerintahan Informal dan Formal

  Kehidupan Ekonomi

  Pada periode tahun 1981 – tahun 2012 dalam bidang perekonomian selain sebagai petani Karet penduduk desa mulai mulai berwira usaha dengan membuka warung di depan rumah, menjadi penyedia jasa, seperti bertukang, membuka bengkel kendaraan bermotor, ada juga diantara penduduk desa yang bekerja sebagai Guru, Perawat, dsb.

  Sistem Kekerabatan

  Sistem Kekerabatan yang berlaku di Desa Koto Kombu adalah sisitem kekerabatan matrilinial ( Garis keturunan ibu).

  Kehidupan Religi dan budaya

  Pada Desa Koto Kombu penduduk sebagian besar memeluk agama islam. Untuk rumah ibadah sudah mulai bertambah menjadi masjid 2 unit dan 1 unit surau. Kegiatan sunatan dilakukan di rumah pribadi masing-masing warga namun, adat istiadat masih tetap dipakai. Penghulu Adat/ Datuak tetap memiliki peran besar dalam acara Nikah Kawin.

  Elemen Pembentuk Kawasan perdesaan

  Desa Koto Kombu dilihat dari Elemen pembentuk permukiman kawasan perdesaan, terdapat 5 elemen Pembentuk kawasan perdesaan yaitu Perairan, Hutan, Pertanian, Permukiman, Infrastruktur. elemen- elemen ini kemudian di teliti berdasarkan periodenisasi yang ada antara lain :

  Periode Tahun 1912 - Tahun 1955 Perairan

  Desa Koto Kombu dilewati oleh sungai batang kuantan Sungai ini bermuara dari Batang ombilin dan berhulu di Kabupaten Indragiri Hilir, sungai ini sangat penting dalam kehidupan penduduk yang bermukim di daerah ini. Penduduk memanfaatkan air sungai sebagai sumber Air bersih yang dipergunakan untuk minum dan kebutuhan hidup sehari-hari seperti mencuci masak dan mencuci, sungai juga berfungsi sebagai tempat mandi, untuk mengairi sawah, sarana transportasi dan temat mencari ikan serta mendulang emas.

  Hutan

  Pada Masa ini desa koto Kombu masih memiliki lahan hutan yang luas, Karena rumah penduduk masih sangat sedikit. Rumah penduduk perupa rumah panggung yang dibuat dari Material Alam seperti kayu dan daun Rumbia.

  Pertanian

  Pada Masa ini masyarakat masih menggantungkan hidup dengan bertani, bercocok tanam di lingkungan rumah masing- masing. mereka menanami lahan pertanian dengan padi, jagung, kelapa, Pisang, ubi dan sebagainya.

  Permukiman

  Pada periode ini Permukiman penduduk bermula dari lahan hutan menjadi Lahan pekerangan, lahan peladangan dan lahan perkuburan. Mulai terbentuknya permukiman tradisional Desa Koto, Rumah yang pertama kali dibangun berbentuk rumah panggung berlantai dan dinding papan. Atap terbuat dari daun rumbia, kedatangan seorang Tuan Khadi yang berasal dari batu sangkar membawa adat bundo kanduang menjadikan permukiman koto menjadi berkelompok berdasarkan 4 suku yaitu kelompok rumah suku Piliang, kelompok rumah suku caniago, kelompok rumah suku Kampai dan kelompok rumah suku Melayu. Memiliki satu mesjid dan balai pertemuan adat.

  Infrastruktur jalan tanah, penduduk masih

  Pada tahun 1912, jalan menggunakan sampan sebagai alat menuju permukiman di desa koto transportasi ke daerah lainnya. sarana kombu dan desa sekitarnya yang ada berupa Tepian mandi, menggunakan jalan setapak berupa Mesjid, balai adat dan pekuburan.

  

Pola Pembagian Lahan pada periode kedua tahun 1912 - tahun 1955

Periode kedua Tahun 1956 – Tahun dengan padi sehngga di permukiman

1980 penduduk tidak terdapat rangkiang/

  Perairan lumbung padi sebagai tempat untuk Pada masa ini sungai batang menyimpan persediaan Padi..

  kuantan sudah mulai melebar akibat Permukiman pengikisan tanah di tebing sungai. Permukiman penduduk Mulai Penduduk masih memanfaatkan air Menyebar, Tanah untuk membangun sungai sebagai tempat mandi, rumah di dusun koto semakin mencuci, mengairi lading , sarana berkurang sehingga penduduk desa Transportasi dan sumber air bersih, mulai membuka hutan untuk di mendulang Emas serta sebagai jadikan lahan tempat bermukim Sumber air minum. sekaligus sebagai area untuk

  Hutan perkebunan. Rumah yang di bangun

  Hutan mulai dijadikan lahan pada masa ini masih berupa rumah peladangan dan pertanian serta lahan panggung dengan material kayu, pekarangan bagi penduduk desa koto namun ketinggian bangunan rumah kombu. Penduduk koto sudah mulai ini lebih rendah dari rumah panggung berpindah ke daerah hutan dan pada periode sebelumnya. rumah membuka lahan pertanian baru, memiliki bentuk atap limas bertangga, sehingga lahan hutan mulai tangga ada yang di buat dari beton berkurang. dan ada juga dari Kayu.

  

Pertanian Infrastruktur

  lahan Pertanian di Tanami Pada tahun 1912, jalan dengan Pohon Karet. sedikit sekali menuju permukiman di desa koto lahan pertanian yang di Tanami kombu dan desa sekitarnya menggunakan jalan setapak berupa jalan tanah, penduduk masih menggunakan sampan sebagai alat transportasi ke daerah lainnya. sarana yang ada berupa Tepian mandi, Mesjid, balai adat dan pekuburan. Pada tahun 2005 di resmikan jembatan penghubung desa Koto kombu dengan ibu kota kecamatan dan jalan aspal pada jalan utama desa dan jalan beton di lingkungan permukimaan penduduk. Kemudian mulai di bangun SD, Kantor desa, MDA dan puskesdes. Serta jalan urugan pilihan ke area perkebunan penduduk desa.

  

Pola Pembagian Lahan pada periode kedua tahun 1956 - tahun 1980

Periode ketiga Tahun 1981 – Tahun 2012 Perairan

  Desa Koto Kombu dilewati oleh sungai batang kuantan lebarnya sudah mencapai 50 meter. pada tahun 2005 telah di resmikan sebuah jembatan yang menghubungkan desa Koto Kombu dengan ke ibu kota kecamatan, pasar, dan daerah lainnya. Penduduk masih memanfaatkan sungai batang kuantan sebagai tempat mandi, mencuci, namun Air sungai Batang Kuantan pada masa ini tidak lagi di gunakan sebagai sumber air minum karena air sudah tercemar oleh peambang emas yang berada di sepanjang sungai Katang Kuantan.

  Hutan

  ` Penduduk desa menebangi hutan dan menanami laha tersebut dengan pohon Karet dan Pohon Sawit.

  Pertanian

  Lahan pertanian yang dimiliki berupa lahan pertanian untuk menanami sayur-sayuran dan padi serta lahan pertanian untuk menanami Karet dan Sawit.

  Permukiman

  Rumah penduduk desa mulai dibagun di daerah sepanjang sungai dan jalan desa, sarana dan prasarana desa mulai di bangun seperti Puskesdes, Kantor desa, SD, MDA dan rumah permanen dengan bentuk ratap pelana.

  Infrastruktur

  Infrastruktur penunjang permukiman mulai di bangun antara lain jalan utama yang menghubungkan desa dengan ibu kota kecamatan, Jalan Lingkungan sepanjang sngai Batang Kuantan, Boxculvert sebagai jembatan penghubung dari dusun koto menuju ke dusun Kombu.

  Pola Pembagian Lahan pada periode kedua tahun 1981 - tahun 2012 Temuan Penelitian

  Berdasarkan hasil analisis didapat tentang pola aktivitas masyarakat serta pola permukiman Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau sebagai berikut:

  Perubahan Pola Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu Periode tahun 1912- tahun 1955

  Pola Lahan pada Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau pada masa ini Lahan Pertanian lebih Luas dibandingkan lahan Pekarangan, lahan pemakaman dan lahan tempat pemandian

  Keterangan: Lahan Pertanian Lahan Pekarangan Lahan pekuburan

  Pola Jalan pada Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau pada periode ini jalan berada di sepanjang sungai

  Batang Kuantan Pola Rumah pada Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu

  SUNGAI Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau pada periode ini rumah mengelompok berdasarkan suku adat yaitu suku Piliang, suku Caniago, Suku Kampai, Suku Melayu. Tumah tersebar di Lahan Pekarangan. Fasilitas umum berupa Mesjid dan Balai adat berada ditengah permukiman masyarakat.

  Periode tahun 1956- tahun 1980

  Pola Lahan pada Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau pada masa ini Lahan Pertanian mulai berkurang dari periode pertama tahun 1912-1955. lahan Pekarangan mulai bertambah, lahan pemakaman tetap sama dan lahan tempat pemandian bertambah kaerana penduduk membat tempat pemandian baru di lokasi tempat tinggal yang baru.

  Keterangan : Lahan Pertanian Lahan Pekarangan Lahan pekuburan

  Pola Jalan pada Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau pada periode ini jalan berupa jalan setapak yang menghubungkan permukiman dengan jalan desa.

  Pola Rumah pada Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau pada periode ini rumah baru di bangun di lokasi yang berdekatan dengan rumah lama,. Karena lahan pekarangan semakin menyempit sehingga penduduk membuka lahan hutan untuk dijadikan lahan untuk pekarangan. Fasilitas umum berupa Mesjid dan Balai adat berada permukiman lama.

  Periode tahun 1981- tahun 2012

  Pola Lahan pada Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau pada masa ini Lahan Pertanian mulai berkurang.

  Lahan Pekarangan mulai bertambah, lahan pemakaman tetap sama dan lahan tempat pemandian bertambah kaerana penduduk membuat tempat Pemandian baru di lokasi permukiman yang baru. SUNGAI Keterangan: Lahan Pertanian Lahan Pekarangan Lahanpekuburan

  Pola Jalan pada Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau pada periode ini jalan berupa jalan setapak mulai berubah menjadi Jalan Beton, alan mulai bertambah sesuai dengan kebutuhan penduduk, jalan ke kebun mulai di buat berupa jalan tanah.

  Pola Rumah pada Permukiman Penduduk Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau pada periode ini rumah yang semula mengelompok berdasarkan suku di satu lokasi yaitu dusun Koto menjadi menyebar berdekatan di sepanjang jalan desa. Fasilitas umum yang dulunya hanya berupa mesjid dan balai adat seiring berjalannya waktu fasilitas ini bertambah lengkap seperti kantor desa, Puskesdes, SD, MDA, warung, dan bengkel tersebar di daerah permukiman Penduduk.

  Faktor-Faktor terbentuknya Pola Permukiman Desa Koto Kombu. Periode tahun 1912- tahun 1955

  Budaya Sangat berpengaruh pada terbentuknya Pola Permukiman Penduduk Pada Periode ini. Permukiman berada dekat dengan Sumber Air.karena permukiman ini merupakan daerah pertahanan pada masa lalu sehingga permukiman ini berada di daerah dataran tinggi dan perbukitan. Kegiatan Penduduk pada periode ini penduduk bekerja sebagai petani.

  Periode tahun 1956- tahun 1980

  Kegiatan Penduduk Sangat berpengaruh pada terbentuknya permukiman pada periode ini. Penduduk desa membuka lahan pertanian baru di daerah hutan dan mereka bermukim dekat dengan Sungai Batang Kuantan sebagai tempat mandi, mencuci dan sumber air minum, serta sebagai saarana transportasi bagi penduduk desa. Permukiman ini berada di daerah dataran rendah.

  Periode tahun 1981- tahun 2012

  Kegiatan Penduduk Sangat berpengaruh pada terbentuknya permukiman pada periode ini. Penduduk desa membuat permukiman baru di dekat dengan jalan untuk memudahkan akses transportasi dan perdagangan. Sungai Batang Kuantan masih dimanfaatkan bagi penduduk desa sebagai tempat mandi dan mencuci, serta mencari ikan dan emas.

  KESIMPULAN

  Berdasarkan analisa data dan temuan penelitian yang telah dibahas pada bab IV, maka dapat diambil kesimpulan untuk menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut:

  Pola Permukiman Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau awalnya mengelompok pada satu dusun yaitu dusun Koto, karena lahan yang semakin menyempit untuk membangun

  SUNGAI rumah serta kebutuhan hidup yang semakin bertambah penduduk desa membuka lahan baru untuk dijadikan permukiman tempat mereka bermukim dan mencari nafkah.

  Faktor yang paling berpengaruh dalam terbentuknya pola permukiman Desa Koto Kombu Kecamatan Hulu

  Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Riau adalah Faktor Budaya dan Kebutuhan hidup masyarakat yang semakin hari semakin meningkat.

  Sehingga penduduk yang semula bermukim di satu tempat yang jauh dari jalan berpindakh ke daerah yang dekat dengan jalan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGEMBANGAN KARIR DAN KONFLIK PERAN TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI PEGAWAI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KERINCI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 2 14

PENGARUH PENGEMBANGAN KARIER, PROMOSI JABATAN, KARAKTERISTIK PEKERJAAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI

0 0 14

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN TUNTUTAN TUGAS TERHADAP KEPUASAN KERJA DENGAN STRES KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA GURU SD KECAMATAN LUHAK NAN DUO KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

0 0 18

ANALISIS PENGARUH KEPEMIMPINAN, SISTEM REWARD DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG ARTIKEL

0 1 9

PENGARUH CITRA KANDIDAT, KEPERCAYAAN, PROMOSI POLITIK, DAN MONEY POLITICS TERHADAP KEPUTUSAN KONSTITUEN MEMILIH BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

0 0 14

PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP REALISASI APBD DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN PASAMAN TAHUN 2010 – 2014 ARTIKEL

0 0 24

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, BUDAYA ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PERANGKAT DESA DI KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI

0 0 12

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DANKEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN DHARMASRAYA ARTIKEL

0 2 21

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN PENGEMBANGAN KARIR TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN MOTIVASI KERJA SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA LINGKUP DINAS PERTANIAN KABUPATEN KERINCI

2 5 13

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, PARTISIPASI, KOMUNIKASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KOMITMEN UNTUK PERUBAHAN (STUDI PADA GURU SD DI KECAMATAN SIPORA UTARA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI) ARTIKEL

0 1 11